Teks tersebut membahas pentingnya pengembangan ekonomi lokal dan daerah untuk meningkatkan daya saing daerah dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Secara garis besar dibahas mengenai pentingnya komitmen seluruh pemangku kepentingan, analisis sumber daya dan potensi daerah, serta perencanaan dan pendanaan program pengembangan ekonomi lokal secara berkelanjutan.
1. PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL DAN DAERAH
UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING DAERAH,
MENYONGSONG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015
Dr. Ir. Sugeng Budiharsono
Bolmong Utara, 2 Maret 2015
2. 2
Mengapa PELD Penting?
Perekonomian daerah adalah bagian integral dari perekonomian nasional
kinerja pereknas ditentukan oleh kinerja perekda.
Dlm kerangka Kebijakan Desentralisasi & Otda, PELD = urusan pilihan
daerah
Wilayah Indonesia luas dengan kondisi & potensi unggulan daerah yang
beragam
potensi ekonomi lokal akan lebih efektif & efisien jika dikelola oleh
Daerah.
Keberagaman dapat menciptakan “mozaik” yang indah bila dikelola dg
baik
PELD merupakan kebutuhan/strategi nasional dlm rangka meningkatkan
kualitas pertumbuhan ekonomi nasional.
PELD menggunakan pendekatan kewilayahan & bottom-up dpt menjadi
koreksi atas pendekatan sektoral.
Mayoritas pelaku usahanya adalah UMKM (56.5 juta = 99,9%, pada tahun
2012) yang berbasis sumber daya lokal PEL dapat mengatasi masalah
ketenagakerjaan & kemiskinan, serta meningkatkan ketahanan ekonomi
nasional.
3. PEL Penting Bagi Daerah
• Peningkatan kesempatan berusaha. Pengembangan ekonomi lokal
dan daerah yang berbasis kepada komoditi unggulan lokal maka
akan meningkatkan kesempatan berusaha bagi masyarakat lokal
maupun investor.
• Penyerapan tenaga kerja. Pembangunan ekonomi lokal dan daerah
akan memberikan upah yang lebih baik, manfaat, dan peluang untuk
maju bagi para pekerja.
• Retensi Bisnis. Bisnis merasa dihargai oleh masyarakat dan, pada
gilirannya, lebih masyarakat akan cenderung untuk tinggal di daerah
tersebut, dan akan memberikan memberikan kontribusi bagi
perekonomian daerah tersebut.
• Diversifikasi Ekonomi. Basis ekonomi yang beragam akan membantu
memperluas pengembangan ekonomi lokal dan mengurangi
kerentanan masyarakat untuk satu bidang usaha.
• Swasembada. Basis ekonomi yang lebih kuat berarti pelayanan
publik tidak terlalu bergantung kepada pengaruh antar pemerintah
dan aliansi, yang dapat berubah kebijakannya pada setiap pemilihan
kepala daerah.
4. PEL Penting Bagi Daerah
(lanjutan)
• Peningkatan Basis Pajak dari Dunia Usaha dan Masyarakat. Peningkatan
kesempatan berusaha dan bekerja akan meningkatakn pendapatan
masyarakat dan dunia usaha yang disebabkan oleh pembangunan
ekonomi, peningkatan dan pemeliharaan infrastruktur lokal, seperti jalan,
energy, pendidikan dan kesehatan.
• Peningkatan Kualitas Hidup. Peningkatan basis pajak yang lebih lanjut akan
meningkatkan pajak lokal dan peningkatan kesempatan bekerja akan
meningkatkan kesejahteraan ekonomi bagi seluruh masyarakat, termasuk
standar kualitas hidup masyarakat.
• Pengakuan Produk Lokal. Pembangunan ekonomi lokal yang sukses sering
terjadi ketika barang yang diproduksi secara lokal dikonsumsi di pasar
lokal, nasional maupun internasional.
• Peningkatan Daya Saing. Pengembangan ekonomi lokal dengan fokus
pengembangan komoditi unggulan daerah dalam bentuk klaster dapat
meningkatkan daya saing daerah dalam rangka menghadapi Masyarakat
Ekonomi ASEAN pada akhir tahun 2015.
5. APAKAH MEA?
• Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah
bentuk integrasi ekonomi regional yang
direncanakan mulai berlaku pada tahun 2015.
Dengan pencapaian tersebut, maka ASEAN akan
menjadi pasar tunggal dan basis produksi
dimana terjadi arus barang, jasa, investasi dan
tenaga terampil yang bebas serta aliran modal
yang lebih bebas.
• Konsekuensinya kita bersaing dengan produk
barang dan jasa dari negara-negara ASEAN di
negara kita sendiri maupun di pasar negara-
negara ASEAN lainnya.
• Kata kuncinya adalah: DAYA SAING
6. DAYA SAING
Competitiveness as the set of institutions, policies, and factors that
determine the level of productivity of a country (Schwab and Porter,
2007)
Pendefinisian daya saing tergantung dimana lokasi daya saing
tersebut didefinisikan, apakah di aras mikro (perusahaan) atau di
aras makro (nasional).
Diantara kedua konsep daya saing tersebut, muncul konsep daya
saing daerah, yang mendapatkan perhatian yang besar pada
beberapa tahun terakhir, hal ini disebabkan karena daerah
merupakan kunci dalam organisasi dan tata kelola pertumbuhan
ekonomi dan penciptaan kesejahteraan.
Meyer-Stamer (2003), daya saing daerah didefinisikan sebagai
kemampuan suatu wilayah untuk meningkatkan pendapatan yang
tinggi dan penghidupan masyarakat yang ada dalam wilayah tersebut
pada standar kehidupan yang tinggi. Sedangkan Huggins (2003)
menyatakan bahwa daya saing daerah yang sejati hanya terjadi ketika
pertumbuhan berkelanjutan dicapai pada tingkat tenaga kerja yang
meningkatkan standar kehidupan.
7. PELD
Berkelanjutan
Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat
Kinerja Wilayah
Kesenjangan antar wilayah
PDRB
Produktivitas
Tenaga kerja
Laju penyerapan
tenaga kerja
Penelitian
dan
Pengembang
an Teknologi
Infrastruktur
dan modal
manusia
Investasi UMKM
Kelembagaan
dan modal
sosial
Struktur
Ekonomi
Struktur Sosial
Kegiatan
Inovatif
Pusat
Pengambilan
Keputusan
Aksesibilitas
wilayah
Ketrampilan
angkatan kerja
Lingkungan Identitas Wilayah
Tujuan dan Sasaran
Kategori
Dasar
Faktor
Pembangunan
Penentu
Keberha-
silan
Sumber
daya
alam
Modifikasi
Konsep Daya
Saing Daerah
“Imre Lengyel”
8. TOPI
DAYA SAING
DAERAH
REGIONAL TRANSFERS
NILAI TAMBAH BRUTO NON-PASAR
NILAI TAMBAH BRUTO-PASAR
Jumlah Upah Jumlah Keuntungan
Pasar Lokal Pasar Ekspor
Perusahaan A
Perusahaan B
Sektor x
Sektor y
Sektor z
Input Wilayah
• Komposisi sektoral
• Spesialisasi
• Distribusi Perusahaan
• Kepemilikan (FDI)
Output Wilayah
• Produktifitas wilayah
• Unit labour cost
• Keuntungan
• Market shares
Outcome Wilayah
PDRB/Tenaga Kerja
Jumlah orang yang bekerja
Modal
Tenaga Kerja Lahan
Infrastruktur dasar
dan Aksesibilitas
LingkunganKualitas tempat
Sumber Daya Manusia
Lingkungan ProduktifKelembagaan
Teknologi
Keinovasian
Kewirausahaan
Internasionalisasi
Modal sosial
Insfrastruktur
pengetahuan Penduduk dan
migrasi
Budaya
9. HUBUNGAN INOVASI DENGAN DAYA SAING DAERAH
Keterampilan
Perusahaan
Inovasi/Kreatifitas
Persaingan
Investasi
H. M. Treasury. 2004
Masuknya perusahaan
baru akan
meningkatkan
persaingan
Meningkatnya pesaingan
akan memberikan insentif
untuk investasi usaha
Investasi modal fisik
akan meningkatkan
kapasitas inovasi
perusahaan
Keterampilan akan
meningkatkan kapasitas
perusahaan dalam
mengembangkan dan
menggunakan teknologi
baru
Peningkatan persaingan
mendorong persaingan
Ketrampilan manajemen
akan meningkatkan
kewirausahaan dan
keunggulan bisnis.
Perusahaan baru akan
meningkatkan permintaan
terhadap keterampilan
10. PERBEDAAN KREATIFITAS DAN INOVASI
No Kreatifitas Inovasi
1. Intuitif/Imaginatif Rasional, percobaan,
2. Individualistik Kolektif
3. Lebih berhubungan dengan estitika dan
bakat (talenta)
Lebih berkaitan dengan
penciptaan/penemuan
4. Alat untuk inovasi/disruptive Sering berasosiasi dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi
5. Susah mengukurnya (copyright) Mudah mengukurnya (paten, kerja
yang terpublikasi)
Assimilated to progress
6, Lebih spontan Metode, spesifikasi dan proses,
evaluasi
7. Ekspresi dari nilai-nilai dan human spirit
11. TAHAPAN PEL
• Pembentukan Forum Stakeholder (3 – 6 bulan)
dan Penguatan forum (sejak dibentuk sampai 5
tahun)
• Analisis Komoditi Unggulan dan Kawasan (6
bulan)
• Penyusunan Rencana dan Anggaran (6 bulan)
• Pelaksanaan PEL dilakukan secara terus menerus
sampai berhasil dengan fasilitasi PEMDA.
• Monitoring dan Evaluasi (berkala dan terus
menerus)
12. TAHAP 1
TAHAP 2
Analisis
Stakeholder
Penguatan
Forum PED
Analisis Pengembangan
Wilayah
Analisis RALED
RTRW
Kab/Kota
RPJMD/
RENSTRA
Rencana Induk
Rencana Bisnis
Rencana Aksi
RKP/RKPD
Organisasi
Masyarakat
MadaniDONOR
Pelaksanaan
Pengembangan Klaster
dan Region Branding
Dunia
Usaha
APBN/APBD
Monitoring dan Evaluasi
TAHAP 3
TAHAP 4
TAHAP 5
Analisis
Pengembangan
Komoditi
Unggulan
Analisis Rantai Nilai
(Value Chain Analisis)
13. MEMBANGUN KOMITMEN
• PELD adalah proses multistakeholder, sehingga merupakan
proses yang melibatkan stakeholder kunci, terutama dunia usaha
dan pemerintah daerah, dalam seluruh tahapan PELD.
• Adanya komitmen yang kuat dari Bupati/Walikota dalam PELD,
yang diimplementasikan terutama dengan adanya
program/kegiatan serta anggarannya setiap tahunnya dalam
rentang waktu yang lama.
• Strong leadership (khususnya dari Bupati/Walikota amat
diperlukan dalam membangunan komitmen. Aplikasinya adalah
tersediannya anggaran untuk PELD dari seluruh SKPD yang
terlibat.
• Membangun komitmen antara pemerintah, dunia usaha,
masyarakat, akademisi, organisasi masyarakat madani yang kuat
dalam PELD.
• Dapat dibentuk atau meningkatkan kinerja Forum yang sudah ada
di aras kabupaten seperti FEDEP = Forum for Economic
Development and Employment Promotion yang ada di Jawa Tengah.
• Asosiasi berfungsi untuk melakukan quality control.
14. Pembentukan dan Penguatan Forum
Stakeholder
• Tahap Pembentukan dan Penguatan Stakeholder terdiri dari
kegiatan: identifikasi stakeholder, Pembentukan dan Penguatan
Forum Stakeholder.
• Identifikasi stakeholder dilakukan dengan menggunakan analisis
stakeholder sehingga akan diperoleh stakeholder kunci dan juga
local champion yang akan terlibat dalam Forum Stakeholder. Local
champion sangat diperlukan agar forum stakeholder tersebut dapat
berjalan dengan baik.
• Setelah diketahui stakeholder kunci yang terlibat dalam PELD,
Bappeda setempat menginisiasi pembentukan Forum Stakeholder.
• Forum stakeholder PELD sebaiknya sebagian besar berasal dari
dunia usaha dan sisanya berasal dari pemerintahan daerah
(eksekutif dan legislatif), akademisi dan LSM.
• Perlu pendampingan dalam proses pembentukan maupun penguatan
Forum Stakeholder.
15. ANALISIS KOMODITI UNGGULAN DAN KAWASAN
• Analisis komoditi unggulan dengan Location Quotient (LQ) atau Revealed
Comparative Advantage (RCA).
• Mempertimbangkan potensi sumber daya yang ada.
• Berorientasi kepada permintaan jangka pendek dan jangka panjang.
• Bukan hanya untuk pasar lokal, regional, tetapi juga untuk pasar
internasional.
• Komoditi unggulan yang dipilih harus diintegrasikan dengan sektor lainnya.
Pengembangan komoditi unggulan di Kota Depok jangan hanya satu
komoditi saja (single commodity development), namun harus diintegrasikan
dengan sektor lainnya misalnya minawisata.
• Untuk mengetahui kondisi komoditi unggulan dari hulu ke hilir
menggunakan Analisis Value Chain (VCA).
• Untuk mengetahui kondisi PELD dan faktor pengungkit digunakan Analisis
RALED (Rapid Assessment Techniques for Local Economic Development).
• Analisis Pengembangan Wilayah dengan menggunakan analisis Sosiogram,
Skalogram dan Sistem Informasi Geografi (SIG)
16. PENYUSUNAN RENCANA DAN ANGGARAN
• Tahap ini meliputi kegiatan penyusunan rencana PELD dan
pengintegrasian rencana tersebut ke dalam dokumen
perencanaan dan penganggaran daerah. Dasar
penyusunan rencana dan anggaran berdasarkan hasil
analisis Pengembangan Wilayah, VCA dan Analisis RALED
• Rencana yang akan disusun meliputi: (1) Rencana Induk,
(2) Rencana Bisnis dan (3) Rencana Aksi berdasarkan hasil
analisis yang telah dilakukan dan RTRW Kabupaten serta
RPJMD dan Renstra SKPD. Penyusunan rencana dilakukan
secara partisipatif.
• Pengintegrasian rencana ke dalam dokumen perencanaan
dan penganggaran daerah, agar pengembangan kluster
industri kreatif ini berkelanjutan.
17. BAGAIMANA AGAR PROGRAM DIDANAI OLEH STAKEHOLDER
LAINNYA?
• Pada waktu menyusun rencana induk dan khususnya rencana tindak dan
rencana anggaran perlu dibuat program financial matrix.
• Dalam program financial matrix ini sudah dijelaskan tentang program dan
kegiatan, volume dan lokasi kegiatan, biaya/anggaran kegiatan dan
penanggungjawab kegiatan, baik dari pemerintah daerah, pemerintah
provinsi, kementerian/lembaga, donor maupun masyarakat madani.
• Program financial matrix inilah yang akan dijual kepada stakeholder
tersebut. Dalam penyusunan program financial matriks harus
mengundang seluruh stakeholder kunci tersebut, dan yang diundang
adalah orang yang mempunyai otoritas dalam alokasi anggaran organisasi
yang diwakilinya.
• Dalam program financial matrix yang dimuat bukan hanya sekadar rencana
dan anggarannya tetapi sudah merupakan komitmen dari organisasi
tersebut.
• Setiap kegiatan dibuat TOR singkat, dan kemudian dipromosikan kepada
organisasi/lembaga yang tercantum dalam program financial matrix.
Diperlukan peran aktif dari seluruh organisasi pemerintahan yang ada
untuk ‘menjemput bola’ kepada organisasi-organisasi tersebut. Kepada
SKPD yang memperoleh dana dari stakeholder pemberi dana, misalnya
diberikan insentif.
18. SKEMA PROGRAM FINANCIAL MATRIX
PEMDA KAB
KEMENTERIAN/
LEMBAGA
Program
Financial Matrix
Donors
BUMN
DUNIA
USAHA
Kontraktor Kelompok
Sasaran
PEMERINTAH
PROVINSI
BAPPEDA
SKPD
lainnya
19. Pengembangan Komoditi Unggulan
melalui Klaster
• Klaster merupakan konsentrasi geografis perusahaan
dan institusi yang saling berhubungan pada sektor
tertentu (A cluster is a geographically proximate group
of interconnected companies and association institution
in particular field, linked by communalities and
complementarities, Porter, 1998). Klaster diharapkan
dapat menghilangkan kendala-kendala dan inefisiensi
untuk meningkatkan produktivitas.
Jenis Klaster:
New cluster. The new cluster grows primarily on the
initiation or intervention of the government policy.
Mature cluster or Natural Cluster. Mature clusters are often
associated with the traditional industrial centers which have
been known as a center of industry.
20. PROSES PENGEMBANGAN KLASTER BARU
• Sosialisasi klaster, mulai dari batasan klaster, kelembagaan klaster hingga
strategi pengembangan klaster. Hal ini diperlukan agar terjadi kesepahaman
mengenai klaster diantara pelaku usaha, instansi pembina klaster dan lembaga-
lembaga penunjang kegiatan klaster sehingga baik usulan jenis produk
unggulan/sentra dan program pembinaan dapat tepat sasaran
• Mengidentifikasi berbagai produk unggulan daerah/sentra yang akan
berpotensi untuk dikembangkan melalui pendekatan klaster
• Melakukan survey ke lapangan untuk kepentingan validasi dan pengumpulan
data yang berhubungan kriteria produk unggulan yang dapat dikembangkan
melalui pendekatan klaster; seperti prospek pasar, jumlah pengusaha,
ketersediaan bahan baku, keterkaitan dengan usaha lain
• Evaluasi secara obyektif untuk menentukan kelayakan produk unggulan
daerah/sentra yang diusulkan berdasarkan hasil survey
• Menetapkan produk unggulan daerah/sentra yang dapat dikembangkan
berbasis klaster.
• Membentuk manajemen klaster, dengan terlebih dahulu mencari local
champion yang merupakan penggerak klaster.
• Menyusun AD/ART klaster oleh manajemen klaster
• Menyusun rencana bisnis oleh manajemen klaster
• Pelaksanaan dan pembinaan klaster
• Pengembangan klaster dapat dilkukan dengan dengan cara jejaring klaster
seperti di Klaster Borobudur Jawa Tengah.
21. Pengembangan Klaster Wisata Borobudur
Tilik Ndeso
Hotel
Restauran
Pertanian
Wisata Alam
Gerabah
Toko Souvenir
Penampilan
Seni Budaya
22. SUBSTANSI PELAKSANAAN PEL
• Mengubah mind set masyarakat.
• Pengembangan dan peningkatan produktifitas produk
dari hulu ke hilir (produksi, pasca panen, industri
pengolahan, pemasaran) dan sektor pendukungnya
seduai dengan value chain development.
• Pengembangan/inovasi teknologi produksi
• Pengintegrasian produk komoditi unggulan dengan
sektor lainnya (misalnya dengan sektor wisata)
• Pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur.
• Peningkatan kapasitas sumber daya manusia
• Penguatan kapasitas kelembagaan: KUB, Koperasi,
Forum Stakeholder dan kerjasama antar daerah
• Penguatan branding, baik product branding maupun
region branding.
• Pendampingan baik di tingkat pemerintah daerah
maupun di aras masyarakat.
23. MENGUBAH MINDSET
• Pemerintah dan masyarakat harus menyadari bahwa
PELD bukan “proyek” dari pemerintah namun dari
masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat.
Pemerintah hanya memfasilitasi saja. Juga agar tercipta
region branding yang baik harus merubah pola pikir
(mindset) masyarakat berkelas internasional. Dan secara
sadar harus memperbaiki mindset tersebut.
• Sebenarnya untuk merubah mindset tersebut tidak susah
karena mindset masyarakat berkelas internasional
sesungguhnya merupakan dasar dari masyarakat yang
ISLAMI, karena sebagian besar penduduk di daerah ini
adalah muslim.
• Perubahan mindset terutama dalam hal: kedisiplinan,
kebersihan, moral yang baik (tidak korupsi), keamanan,
kesopansantunan, keramahtamahan, dll.
• Perlu merubah mindset stakeholder daerah bahwa PEL
merupakan milik dan merupakan kebutuhan bagi daerah.
24. PENGEMBANGAN SDM DAN
KELEMBAGAAN
• Pengembangan SDM baik melalui pendidikan
formal dan informal seyogyanya disesuaikan
dengan PEL pada masa kini dan mendatang.
• Penguatan kapasitas kelembagaan: KUB, Koperasi,
Forum Stakeholder dan kerjasama antar daerah
• Revitalisai BDS, koperasi dan asosiasi yang dapat
mendukung pengembangan ekonomi lokal. Peran
asosiasi/koperasi dapat menjadi quality control,
dll.
• Perlunya revitalisasi KADIN/KADINDA yang dapat
mendukung pengembangan ekonomi lokal.
25. PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
• Perlunya pembangunan infrastruktur fisik, seperti
infrastruktur transportasi, energi, telekomunikasi,
intenet dan air baku agar dapat mencukupi untuk
PELD. Prasarana transportasi dan energi, merupakan
hal yang sangat kritis saat ini bagi Indonesia.
• Pengelolaan infrastruktur fisik yang baik sangat
diperlukan agar infrastruktur yang ada dapat
dimanfaatkan secara optimal dengan masa pakai yang
lama.
• Infrastruktur lunak: menghilangkan kebijakan yang
menghambat PELD dan membuat kebijakan yang
mendukung PELD.
26. PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
(lanjutan)
• Membangun lembaga pendidikan dan penelitian dan pengembangan
– Membangun lembaga pendidikan baik di tingkat menengah
maupun tinggi (politeknik dan akademi) oleh pemerintah pusat
dan daerah dalam bidang teknologi yang pada setiap daerah yang
disesuaikan dengan PEL yang dikembangkan. Sehingga kreatifitas
tidak hanya mengandalkan individu tapi juga pemerintah
berperan dalam mengembangkan inovasi. Apabila PEL sudah
berkembang, maka dunia usaha akan mengambil alih dalam
mengembangkan inovasi.
– Membangun lembaga penelitian khususnya oleh pemerintah pusat
dan daerah yang disesuaikan dengan PEL yang dikembangkan.
Kalau tidak memungkinkan membangun kerjasama antara
Pemerintah Daerah – Perguruan Tinggi/Lembaga Penelitian dan
Dunia Usaha dalam bentuk Triple Helix of Innovation untuk
menhasilkan inovasi baru bagi pengembangan produk unggulan.
– Di Tianjin China atau Potsdam, Jerman, kota setingkat kabupaten
ini mempunyai lebih dari 20 lembaga penelitian dan perguruan
tinggi yang mendukung PEL yang dikembangkan.
– Memberikan insentif yang baik bagi peneliti dan lembaga
penelitian yang mempunyai kemampuan inovatif.
27. TRIPLE HELIX INNOVATION
Inovasi, Daya Saing dan Pembangunan Wilayah
Inovasi dan Kewirausahaan
Pembangunan
Wilayah dan
Daya Saing
AKADEMIA
DUNIA
USAHA
PEMERINTAH
Kunci Produksi
Kunci Penyetabil
Interaksi
Kunci Pengetahuan
Pengajaran dan Pelatihan Riset dan Pengembangan
Farinha dan Fereira
28. MEMBANGUN REGION BRANDING
• Pemasalahan: Globalisasi menyebabkan produk
barang dan jasa yang ditawarkan relatif sama dalam
desain, kualitas, harga dsb. Oleh karena itu perlu
sesuatu yang unik dan berbeda.
• Definisi National/Region Branding: Establishment of
an image (internally and externally) for a
country/local based on positive and relevant values
and perceptions
• Pelaku utama: Pembuat Strategi dan Dunia Usaha
• Kenapa Region Branding? Pada negara yang luas
seperti Indoneia, daerah tidak perlu tergantung
dengan kondisi nasional.
29. MEREK BUKAN HANYA UNTUK PRODUK
TAPI JUGA UNTUK WILAYAH
• Kalau kita diminta memilih bunga Tulip, mana yang akan
dipilih yang dari Belanda atau dari negara lainnya?
• Mana yang akan kita pilih antara nori dari Jepang atau
Thailand?
• Seandainya kita bukan orang Indonesia, mana yang akan
dipilih makanan (yang bahannya ikan) dari Indonesia
atau Thailand?
• Merek/Citra tentang suatu wilayah sangat berpengaruh
terhadap preferensi orang untuk memilih/membeli
suatu produk, yang disebut REGION BRAND.
• Region brand sangat mempengaruhi daya saing produk
dan daya saing daerah.
30. COMPARISON BETWEEN REGION AND
PRODUCT BRAND
Ying Fan (2006)
Aspect Region Brand Product Brand
Offer Nothing on offer A product or service on offer
Attribute Difficult to define Well defined
Benefits Purely emotional Functional and emotional
Image Complicated, various, vague Simple, clear
Association Secondary, numerous and
diverse
Primary and secondary, relatively
fewer and more specific
Purpose To promote national/regional
image
To help sales and develop
relationship
Ownership Unclear, multistakeholders Sole owner
Audience Diverse, hard to define Targeted segment
31. BAGAIMANA CARANYA MEMPERKUAT REGION
BRANDING?
• Siapakah yang terlibat:Pemerintah Daerah, Dunia Usaha,
aparat keamanan, Artis, Media, Olah Raga, Pendidikan, LSM
dan Konsultan.
• Siapakah yang menjadi audiens atau target? Cari
bagaimana citra kota baik menurut orang di dalam dan
luar negeri.
• Cari kekuatan dan kelemahan daerah
• Keseluruhan program harus berdasarkan sesuatu yang
positif dan relevan, jangan sebaliknya.
• Seluruh kegiatan harus dikoordinasikan untuk ekspor,
investasi dan pariwisata.
• Mengelola pesan-pesan dari audiens baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang.
• Program pembuatan region branding ini bisa berlangsung
lama lebih dari 20 tahun.
32. APA YANG HARUS DILAKUKAN UNTUK
MEMPERKUAT REGION BRANDING?
• Meningkatkan kualitas produk: pemilihan input,
proses dan produk yang sesuai dengan standard
internasional.
• Peningkatan clean government dan good
governance, menjamin keamanan berusaha,
peningkatan kualitas perizinan dan pelayanan
dalam rangka meningkatkan kualitas iklim
berusaha.
• Meningkatkan citra daerah dan akan
meningkatkan daya saing daerah dan produknya.
34. Proses Pembentukan Nation/Region Branding
Mengkaji Citra/Persepsi Kiwari
Membentuk Kelompok Kerja
Mengidentifikasi Daya Saing Wilayah
Mengidentifikasi Kelompok Sasaran
Menentukan Pesan Utama dan Identitas Bangsa/Wilayah
Mengkaji Kesiapan
Mengukur Kemajuan
35. Manfaat Region Branding
Bagian Promosi Daerah
• Memberikan fokus strategis yang lebih besar berdasarkan memenuhi
kebutuhan , keinginan dan keinginan khalayak kunci .
• Memupuk pendekatan terpadu dan koperasi untuk membangun
reputasi kota dan menciptakan iklim usaha yang makmur dalam
kota.
• Menyediakan kerangka kerja pengambilan keputusan untuk
membangun sebuah identitas yang konsisten yang kuat untuk kota di
pasar utama dan menghindari pesan bertentangan dan berubah dan
gambar .
• Hasil dalam pengembalian yang lebih tinggi atas investasi ( ROI ) dari
investasi pemasaran .
• Menangkap kekuatan dan kepribadian tempat dalam cara yang
memungkinkan semua pemangku kepentingan untuk menggunakan
pesan yang konsisten dan menarik yang serupa .
• Menyediakan payung pemersatu untuk menciptakan produk dan
pengembangan bisnis peluang bisnis kota.
36. Manfaat untuk Kelompok Sasaran
• Memberikan ketenangan pikiran dengan
meningkatkan kepercayaan dan mengurangi
ketidakpastian dalam perencanaan mereka.
• Menetapkan perbedaan titik yang jelas, berharga,
dan berkelanjutan dalam benak pelanggan
• Menghemat waktu dan usaha dalam memutuskan .
• Mencerminkan sesuatu yang baik kepada pelanggan
yang berkaitan dengan wilayah tersebut.
• Menyentuh kebutuhan dan keinginan mereka .
• Memberikan nilai tambah dan manfaat yang
dirasakan.
37. Manfaat untuk Masyarakat Secara Keseluruhan
• Menciptakan fokus pemersatu untuk membantu semua
masyarakat, swasta, dan organisasi nir-laba yang
bergantung pada reputasi dan citra wilayah untuk
semua atau bagian dari mata pencaharian mereka.
• Menghasilkan peningkatan penghormatan dan
pengakuan dikaitkan dengan wilayah yang bersangkutan
sebagai warga dan pengusaha.
• Mengoreksi hal-hal yang tidak akurat atau persepsi yang
tidak seimbang.
• Meningkatkan pendapatan stakeholder, margin
keuntungan, dan pajak.
• Meningkatkan kemampuan untuk menarik, merekrut,
dan mempertahankan orang-orang berbakat.
• Meningkatkan kebanggaan warga dan advokasi .
• Memperluas ukuran " kue " bagi para untuk
mendapatkan bagian yang lebih besar
38. 11 Mitos tentang Region Branding
1. Kami telah mempunyai logo
2. Dan kami telah memiliki tagline
3. Kami akan membuat brand kami siang ini
4. Lebih banyak riset lebih baik
5. Kami tidak perlu persetujuan para pengambil
kebijakan
6. Kami tidak memerlukan konsultasi publik
7. Kami tidak mampu melakukannya
8. Kami dapat mengerjakannya sendiri
9. Contoh iklan merupakan cara terbaik memilih tim
perencanaan
10. Branding hanya melibatkan bagian pemasaran
11. Hanya anggaran yang besar yang dapat membangun
brand
39. 5 CARA UNTUK MEMBUAT REGION BRANDING SUKSES
• Jadilah Berbeda dari Pesaing yang ada
• Katakan yang Sebenarnya
• Stakeholder agar bersemangat tentang apa yang terjadi
• Menunjuk Duta Daerah
– Duta daerah sebagai sumber informasi yang dapat dipercaya
untuk para klien daerah tersebut
– Duta daerah dapat menjalin networking
– Duta daerah sebaiknya seseorang yang dikenal secara positif dan
memiliki kemauan ataupun kesamaan dengan daerah tsb.
• Peluncuran Region Branding adalah awal bukan akhir
– Peluncuran logo ataupun tag line bukanlah akhir re-branding
daerah tetapi merupakan awal kerja keras, agar merek daerah
dapat dikenal.
– Dalam pendekatan tradisional PELD region branding seringkali
dilihat sebagai pembuatan desain grafis dari logo dlsb, dan jarang
dilihat sebagai cara berperilaku atau cara untuk mencapai cita-
cita dari daerah tersebut.
45. CONTOH PROSES REGION BRANDING DI SOLO
Situation
Analisis
Public Private Dialog
Input from marketing expert
FGD
Training
Task force stablishment
Positioning
Tagline competition
Limited bidding for logo design
The selection of an advertising agency
Capacity building and briefing for local agencies
Creative activity
Assessment by the Jury
Tagline
Interview with multi actors
Responses from 85 stakeholders
Launching logo and tagline
First Draft
47. PROMOSI
• Promosi amat penting dilakukan dengan
berbagai cara baik di dalam negeri maupun luar
negeri. Jangan merasa puas dengan kondisi yang
telah dicapai saat ini.
• Promosi melibatkan seluruh stakeholder kunci
terutama pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat.
• Cara promosi: internet, eksebisi, pameran,
festival, dll.
• Pemerintah kota menyiapkan materi promosi
dalam bentuk multi media, booklet, kelompok
tari, barang-barang yang akan dipromosikan, dll
48. KERJASAMA PEMERINTAH-SWASTA
• Kerjasama dengan BUMN dan Dunia Usaha dalam rangka
PKBL ataupun CSR dari BUMN atau dunia usaha tersebut.
• Biro Perjalanan (mis ASITA): agar daerah ini dimasukkan
dalam bagian promosi maupun daerah tujuan wisata.
• Asosiasi Hotel dan Restoran (mis PHRI), agar
booklet/leaflet dan program kunjungan ke di daerah ini
ada pada setiap hotel anggota PHRI.
• Maskapai Penerbangan: agar bahan-bahan promosi di
daerah ini ada di pesawat atau bahkan diputar dalam
pesawat.
• Asosiasi pengelola pariwisata, agar daerah ini
dipromosikan dalam event-event yang mereka adakan.
49. KERJASAMA ANTAR PEMERINTAH
• Pemerintah Pusat
– Kemendikbud, Kemendag, Kemenparekontif,
Kemenkop dan UKM dan BKPM: Agar minta
dipromosikan dalam event promosi pariwisata,
perdagangan dan investasi di luar negeri
• Pemerintah Provinsi
Meminta dukungan dari pemerintah provinsi agar
pemerintah pusat mau membangun infrastruktur yang
diperlukan, dan turut mempromosikan kabupaten/kota
di dalam dan luar negeri dalam berbagai event promosi.
• Kerjasama Antar Pemerintah Kota/Kabupaten
• Kerjasama Antar klaster
• Sister City: melakukan kerjasama khususnya dengan
kota-kota di luar negeri yang secara potensial akan
berinvestasi atau menyumbang wisatawan.
50. KERJASAMA DENGAN DONOR
• Banyak sekali donor yang dapat memberikan dana hibah
(grant), namun seringkali daerah tidak memperoleh
informasi yang akurat. Banyak donor yang tertarik untuk
dapat memberikan dana hibah asal program yang dibuat
pemerintah daerah sangat menarik.
• Pemerintah daerah jangan mau didikte oleh donor (donor
driven). Biasanya donor mendikte pemerintah apabila
posisi tawar pemerintah lemah, salah satunya adalah
bahwa pemerintah tidak punya konsep yang jelas.
• Dengan adanya rencana induk dan rencana aksi, khususnya
program financial matrix, maka kita dapat menawarkannya
kepada donor dengan posisi tawar yang lebih baik.
• Sebaiknya pemerintah daerah bekerjasama dengan
Bappenas, apabila ingin didanai oleh donor.
51. FASILITASI
• Adanya konsistensi dan komitmen dari
pemerintah daerah dalam memfasilitasi
pengembangan ekonomi lokal dan daerah selama
jangka waktu yang relative lama (minimal 10
tahun), bandingkan di Eropa fasilitasi dilakukan
selam 22 tahun. (Fasilitasi bisa dilakukan
bersama dengan Pemerintah Pusat, Provinsi dan
donors)
• Pemberian fasilitasi baik regulasi, lahan,
keuangan, pendampingan teknis dilakukan oleh
pemerintah daerah secara berkelanjutan sampai
daerah yang dibangun berhasil.
• Agar PELD berjalan dengan baik diperlukan
pendampingan di aras kabupaten/kota maupun
aras masyarakat.
52. MONITORING DAN EVALUASI
• Monitoring dan evaluasi (Monev) dilakukan
secara berkala. Monitoring dilakukan
sekurang-kurangnya 3 bulan sekali,
sedangkan evaluasi dilakukan pada akhir
tahun.
• Monev dilakukan secara partisipatif dengan
melibatkan stakeholder kunci.
• Tindak lanjut dari monev amat penting
sebagai bagian perbaikan pelaksanaan pada
masa mendatang.
54. Biodata Singkat Pemateri
1. Nama : Dr. Ir. Sugeng Budiharsono
2. Tempat Tgl Lahir : Cirebon, 13 Juli 1960
3. Pendidikan : Sarjana Pertanian, IPB, 1983
Doktor Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, IPB,
1995
Short course on Local Economic Development, ITC ILO, Turin,
Italia, 2009
Short course on Local governance and rural development,
Wageningen University and Research, CDI, The Netherlands, 2010
Short course on Market Access for Sustainable Development,
Wageningen University and Research, CDI, The Netherlands, 2013
4. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan
: Ketua Tim Ahli Pengembangan Ekonomi Lokal, Dit Perkotaan dan
Perdesaan, BAPPENAS, 2006 – sekarang
Dosen pasca sarjana Universitas Indonesia, 2006 – sekarang
Dosen pasca sarjana Institut Pertanian Bogor, 2001 – sekarang
Pengajar pada International short course on Local Economic
Development, conducted by Wageningen University and Research
CDI, The Netherlands, in Johannesburg South Africa, September
2014.
Staf Ahli pada Sekretariat Jenderal DPD RI, 2007-2013