Teks tersebut membahas tentang hukum pidana dalam Islam khususnya hukuman hudud. Hukuman hudud merupakan hukuman yang bersumber langsung dari Alloh SWT seperti hukuman zina yang dikenakan 100 kali dera bagi pelaku laki-laki dan perempuan, serta hukuman bunuh bagi pelaku pembunuhan. Teks ini juga menjelaskan dasar-dasar hukum dan tujuan dari pemberlakuan hukuman tersebut dalam Islam
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOT
HUKUM HUDUD
1. 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang dasar – dasar hukumnya bersumber dari AL – Quran,
Hadist, serta Ar - Rayu . Sehingga dalam pelaksanaan hukumannya, islam sangat
menjunjung tinggi nilai – nilai keadilan. Adapun aturan – aturan ynag telah digariskan,
islam sebagai agama Rahmatallil’alamin, senantiasa berisikan aturan yang sangat
menjunjung tinggi nilai – nilai Hak Asasi Manusia, yang akhir – akhir ini menjadi dalih
semua orang untuk mendapatkan keadilan.
Bahkan hukuman yang telah lama ada dan bersumber langsung dari Alloh SWT
ini, merupakan hukuman yang seadil – adilnya karena hukum di islam berlandaskan
Qishas, yaitu hukuman balasan1. Contohnya, apabila orang membunuh maka orang
tersebut harus di hukum membunuh lagi. Kemudian, di islam juga dikenalkan hukum
yang disebut dengan Diyat yaitu denda dalam bentuk benda atau harta, sesuai
ketentuan, yang harus dibayar oleh pelaku pidana kepada pihak korban, sebagai sanksi
atas pelanggaran yang dilakukan.2
Dengan melihat ketentuan yang seperti diatas, hendaknya, setiap manusia
mempunyai rasa takut apabila suatu hari ia khilaf telah melakukan perbuatan –
perbuatan yang di nilai tidak baik dan menyalahi aturan (Had) yang telah ada.
Dapat diyakini, bahwa semakin tinggi peradaban manusia, setan semakin
memainkan perannya. Orang menjadi aniaya (zhalum) dan bodoh (jahl)3, bukannya
mengikuti petunjuk yang dianugerahi Alloh sang pencipta melalui Rasul dan Nabi-Nya
sepanjang masa. Tidak masalah betapapun murni dan baharunya suatu masyarakat,
tindak pidana tetap dilakukan dan berbeda menurut tingkatannya. Karena itu kita perlu
meneliti masalah – masalah criminal ini dan sebab – sebab yang mempengaruhi,
meneliti psikologi dan sifat dasar mereka yang melakukan tindak pidana untuk
mencegah meningkatnya rata – rata kriminalitas dimasa yang akan datang.
1 Ali Zaenudin. Hukum Islam. Halaman 125
2 Ibid, Hal. 125
3 Quran, Surat ke 33: ayat 72.
2. 2
Dimana pun masyarakat perlu disalahkan, juga struktur lembaga
kemasyarakatan, pemimpin serta anggota masyarakat yang membantu dan merangsang
timbulnya tindak pidana tertentu.
Orang yang menghalangi saudaranya dari memperoleh hak yang halal dianggap
sebagai pemberontak. Dengan alasan inilah Abu Bakar memerangi mereka yang
menolak membayar zakat. 4
Dalam islam, masyarakat lebih diutamakan atas perorangan, kepentingan
masyarakatlah yang harus didahulukan bukan sebaliknya. Oleh sebab itu, setiap tindak
criminal yang mengganggu ketentraman masyarakat dianggap sebagai kejahatan
terhadap Alloh, Sang Pencipta. Sebagaimana telah kita pelajari, masyaraka tak berhak
menzalimi individu (anggota masyarakat) jika kepentingan individu itu tidak
menimbulkan ancaman terhadap hak – hak orang lain ataupun masyarakat.
Syari’ah menolak teori sintetik atau pengujian untuk menetukan masalah
abnormalitas dan kriminalitas. Menurut teori ini, “tak ada tindakan yang dapat disebut
criminal biala pada saat tindakan itu dilaksanakan, pelaku mengalami kekacauan
mental atau adanya dorongan yang benar – benar yang tidak terkendali sehingga
menyebabkan hilangnya keseimbangan mental ataupun emosi”.5
B. Identifikasi Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Jarimah hudud?
2. Apa saja macam – macam tindakan yang tergolong kedalam Jarimah Hudud?
3. Apa dasar hukum yang melandasi pemidanaan dalam suatu tindak pidana?
4. Apa tujuan dari dilakukannya pemidanaan tersebut?
C. PEMBAHASAN
a. Pengertian Jarimah Hudud
Jarimah al-hudud berarti tindak kejahatan yang menjadikan pelakunya
4 Ibn Hazam, Al-Muhalla, Vol.6, hlm.159; lihat juga Yusuf Qardawi, Al-Halal Wal Haram Fil
Islam.
5 Shethna,Jehangir M.J., Mental Abnormality and Crime is Contribution SyntheticJuriprudence,
M.J. Shethna (Ed), Bombay 1962, hlm.255.
3. 3
dikenakan sanksi had.6 Artinya, setiap tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang,
maka orang tersebut akan mendapatkan sanksi berupa ketetapan Alloh (Had) yang
mana sanksi yang diberikan akan sesuai denagn perbuatan yang dilakukan. Artinya
sanksi Alloh itu tegas dan seadil – adilnya.
b. Macam – macam tindakan yang tergolong kedalam Jarimah Hudud
Ada berbagai macam tindakan yang tergolong kedalam Jarimah hudud:
1. Zina (Al-Zani)
a. Pengertian Zina
Zina secara harfiah artinya fahisyah, yaitu perbuatan keji. Zina dalam
pengertian istilah adalah hubungan kelamin diantara seorang lelaki dengan seorang
perempuan yang satu sama lain tidak terikat dalam hubungan perkawinan
(Abdurrahman Doi, 1991:31).
Para Fuqaha (ahlli hukum islam) mengartikan bahwa zina, yaitu melakukan
hubungan seksual dalam arti memasukkan zakar (kelamin pria) ke dalam vagina wanita
yang dinyatakan haram, bukan karena syubhat, dan atas dasar syahwat.
b. Dasar Hukum Hudud Zina
Didalam Al-Quran zina dinyatakan sebagai perbuatan keji dalam firman Alloh
dalam Q.S. Al-Israa’ (17) ayat 32 sebagai berikut:
Artinya:
“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji. dan suatu jalan yang buruk.”
Dari ayat tersebut dapat dipahami hal – hal pesan sebagi berikut:7
6 Ali, Zaenudin. 2006. Hukum Islam. Sinar Grafika: Jakarta. Hal. 106.
7 Ibid, hal. 107-108.
4. 4
a. larangan melakukan zina atas dasar nash (teks),
b. larangan melakukan zina atas dasar mafhum aulawy,
c. kata laa taqrabuu secara harfiah maknanya janganlah kalian
mendekati…kalimat mendekati relevansi objeknya adalah tempat, berarti ada
iqtidla (sisipan) dari makna teks ayat, yaitu janganlah kalian mendekati
(tempat) perzina.
c. Had Pidana zina8
Sebagai konsekuensi atau larangan zina, Alloh berfirman dalam Q.S. An-Nur
(24) ayat 4 & 5 sebagai berikut:
َالَّذِيْنََ َر لمُو لنََّ ذْمَُْلَُٰلْن يمَُّ لمَْ ن لمُتلوََّ ذاَرَب لعَةذب َهَنَاَءَُ لمُْ لَُاذْلُةَْ َالنذُ مََّٰ َلَالَُْ َ
ليَ ن لمَُْللوَت لمُءَْ
َلَاةَءََ ََناَبَن َاُو
َمَُْنََ ُمُْ َر لمُوذُمْلْن ي
ذلن َ
ا َالَّذِيْن ن لُمبَةت ِلاذو ذالرَب َاذْمَ َن لمََُْلوَنََ يرذةَْ َ ٰنه َع لمٌَُْ
َملن ذميع
Artinya:
“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan
mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh
itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-
lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik. Kecuali orang-orang yang
bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), Maka Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Selain itu, dalil hukum yang dikemukakanoleh Alloh dalam Q.S. An-Nuur (24) ayat 2
sebagai berikut:
ُاَنذننيََْن لاذننيَْنََ ن لَُاذْلُةَْ يلَُّ َا ذنمََ ةَُٰءلُمذو َاََة ذو َلَالَُْ َ
ليَ َ
ا لمَُّلُِكلَوت ةَٰذءذب َاَْلةَع لاذْ ذلاَّذا ذ ٰنه
لذرن لمُتلَُُّ َر لمُُذونلُت ذ ٰةهذب ذا لمَنلْنََ َذ
ن ذكم ل
نل لاَءلََنلََْ ةَُٰءَبنََِا َاَُْوَةٌَ َاذمو َالنذُذونلُٰلْن
Artinya:
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang
8 Ibid, hal. 109.
5. 5
dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya
mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah,
dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh
sekumpulan orang-orang yang beriman.”9
Berdasarkan dalil hukum tersebut, dapat dikemukakan bahwa syariat islam
tidak membedakan setiap orang. Bila seseorang terbukti melakukan perbuatan zina
tanpa keraguan sedikit pun, maka hukuman itu akan dijatuhkan kepadanya tanpa
memandang kedudukan atau status social.
Berdasarkan penerapan ayat al-quran di atas, terhadap pelaku zina dikenakan
sanksi had, dengan mempertimbangkan kondisi pelakunya.
Para fuqaha mengelompokkan manusia ditinjau dari status perkawinan terbagi
menjadi dua, yaitu:
1. Seorang jejaka yang belum pernah beristri, jika ia pernah melakukan hubungan
seksual dengan seorang wanita, pria tersebut termasuk mushan.
2. Seorang gadis jika pernah melakukan hubungan seksual dengan seorang pria
walaupun belum pernah mempunyai suami, ia termasuk muhshanah.
Had terhadap muhshan ataupun muhshanah yang melakukan zina berdasarkan Q.S.
An-Nisaa’ (4) ayat 15, adalah disekap di dalam rumah atau dipenjara samapi mati. Atau
berdasarkan H.R. Abi Hurairah dan R. Ibnu Abbas dari Umar Ibnul Khattab, bahwa
riwayat untuk zina yang muhshan/muhshanah adalah rajam yaitu dilempari dengan
batu sampai mati. Berdasarkan An-Nuur (24) ayat 2 adalah di dera 100 kali, di hadapan
orang ramai. Menurut pendapat Syafi’i dan Ahmad Ibn Hambal, dismaping itu ia harus
diasingkan selama satu tahun.
2. Homoseks (Al-Wilath)
Sodomi ataupun homoseks merupakan perilaku seks yang menyimpang untuk
memuaskan seseorang.10
Al-Quran membicarakan perbuatan kaum Luth yang dianggap telah menyimpang,
9 Al-Quran, 24:2.
10 A. Doi. 1996. Hudud dan Kewarisan. Srigunting:Jakarta Hal. 46
6. 6
tertuang dalam ayat yang Artinya:
”Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (ingatlah) tatkala Dia
berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang
belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?" Sesungguhnya
kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada
wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.”11
Setelah mereka tidak mengindahakan perintah Nabi, lalu mereka di hancurkan
dengan hujan batu yang dahsyat.12 Homoseks merupakan perbuatan dosa besar dalam
islam. Tapi, homoseks ini sedang semarak di dunia barat yang beradab. Banyak
perkumpulan dan organisasi homoseks yang didirikan di berbagai negeri di Eropa dan
Amerika, padahal baru beberapa tahun yang lalu homoseks dianggap sebagai kejahatan
yang besar. Jika hal ini merupakan pertanda peradaba, pembebasan dan kemerdekaan,
maka lebih baik dunia barat disebut kemundurun.
3. Fitnah (Al-Qadzaf)
Fitnah merupakan suatu pelanggaran yang terjadi bila seseorang dengan
bohong menuduh seorang muslim berzina atau meragukan silsilahnya. Ia merupakan
kejahatan yang besar dalam islam dan yang melakukannya disebut pelanggaran yang
berdosa,13 oleh al-Quran disebutkan yang artinya:
“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan
mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh
itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-
lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik.”14
Setiap muslim diharapkan agar memelihara kehormatan dan keluhuran
saudaranya, sesama muslim, bukannya menelanjangi ataupun membuka rahasia yang
akan mencemarkan muslim yang lain: maka kalau ada seseorang yang menuduh
muslim berzina, namun tak dapat membuktikannya dengan mengemukakan empat
orang saksi yang (juga) telah melihat kejahatan itu tengah dilakukan pada saat dan
11 Al-Quran. 7:80-81.
12 Al-Thbrani dan al-Baihaqi.
13 A. Doi. 1996. Hudud dan Kewarisan. Srigunting: Jakarta. Hal.55-56.
14 Al-Quran,24:4.
7. 7
tempat yang sama, maka si penuduh akan dihukum cambuk delapan puluh kali,
dianggap sebagai seorang fasik dan kesaksiannya tidak akan diterima lagi kapan pun
dia mengajukan persaksian.15
15 Al-Bukhari.
8. 8
PENUTUP
a. Kesimpulan
1. Jarimah al-hudud adalah tindak kejahatan yang menjadikan pelakunya
dikenakan sanksi had.16
2. Macam- Macam tindakan yang tindakan yang tergolong kedalam jarimah
hudud ialah: zina, pembunuhan, homoseks, fitnah, perampokan, pencurian,
minuman yang memabukkan (khamar), murtad, dan melarikan diri pada saat
perang.
3. Dasar hukum yang melandasi pemidanaan dalam suatu tindak pidana adalah
Al-Quran Surat Alhujuarat:9, Al-uqubat (Hukum Pidana)17, Hudud dan
Ta’dzirat. 18
4. Tujuan dilakukannya pemidanaan: pencegahan serta Perbaikan dan Pendidikan.
b. Saran
Demikianlah makalah ini penyusun buat, adapun substansi yang terkandung
didalamnya semoga akan menjadi suatu bahan acuan bagi setiap orang dalam
melaksanakan tindakannya dimuka bumi ini. Dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat karena pembahasan dari makalah ini sangatlah berguna bagi siapapun
terlebih bagi setiap manusia yang berada dibumi ini agar senantiasa beribadah dan taat
dalam menjalankan ajaran Allah SWT.
Apabila di dalam makalah ini terdapat suatu hal baik itu perkataan, penulisan
ataupun hal – hal lain yang menuju kearah kesesatan mohon kiranya agar makalah ini
dapat dikoreksi, karena sebagai manusia biasa tentunya penyusun pasti banyak
melakukan kesalahan.
Daftar Pustaka
16 Zainudin Ali,2006, Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia,Sinar Grafika, Jakarta, Hal. 106
17 A. Doi. 1996. Hudud dan Kewarisan.Srigunting:Jakarta. Hal. 6
18 Ibid.
9. 9
A. Doi. 1996. Hudud dan Kewarisan. Srigunting: Jakarta.
A. Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana islam, Bulan Bintang, Jakarta, cetakan IV, 1990.
Abdul Qadir Audah, At-Tasyri’ Al-Jina’iy Al-Islamiy, Juz I, Dar Al-Kitab Al-Araby,
Beirut, t.t.,
Al Mawardi, Al Ahkam As Sulthaniyah, Maktabah Musthafa Al Baby Al Halaby,
Mesir, 1973, cetakan III.
Al-Ajuz, Ahmad Muhyi al-Din, Manahijal-Syari’ah al-Islamiyyah, 1969, vol.1.
Maududi, A.A., Human Rights in Islam, Leicester, 1976.
Muslich, A. Wardi. 2004. Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam. Sinar Grafika.
Jakarta.
Seth, J., A Study of Ethical Principles, Endiburgh 1911..
Zainudin Ali,2006, Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta.