SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
Imobilisasi lama

Juli 7, 2009 pada 10:40 am · Disimpan dalam referat, Rehabilitasi Medis

I. PENDAHULUAN



Semakin bertambahnya usia manusia dapat menimbulkan beberapa penyakit degenerasi,
seperti mengalami gangguan pergerakan. Berbagai penyakit kronik yang diderita orang tua,
membuat mereka menjadi IMMOBILE yaitu suatu keadaan tidak dapat bergerak yang
dikarenakan akibat – akibat yang ditimbulkan oleh kondisi berbaring lama. Jadi bisa
dikatakan bahwa immobilitas secara garis besar merupakan sindrom kemunduran fisiologis
yang disebabkan oleh:

       penurunan aktivitas
       ketidakberdayaan

Adapun dampak yang disebabkan karena immobilisasi adalah :

   1. Timbulnya berbagai penyakit, contohnya :

       Otot menjadi kisut (atrofi)
       Sendi kaku
       Infeksi saluran nafas
       Infeksi saluran kencing dan sembelit
       Luka lecet pada jaringan kulit yang ditekan akibat tirah baring lama

2.Ketergantungan kepada orang lain

3. Rendahnya kualitas hidup
4. Kematian

II. DEFINISI



Imobilisasi adalah suatu keadaan dimana penderita harus istirahat di tempat tidur,tidak
bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau gangguan pada alat / organ tubuh
(impaitment) yang bersifat fisik atau mental. Dapat juga diartikan sebagai suatu keadaan tidak
bergerak / tirah baring yang terus – menerus selama 5 hari atau lebih akibat perubahan fungsi
fisiologis.

Didalam praktek medis imobilisasi digunakan untuk menggambarkan suatu sindrom
degenerasi fisiologis akibat dari menurunnya aktivitas dan ketidakberdayaan.

III. EPIDEMIOLOGI
Immobilisasi lama bisa terjadi pada semua orang tetapi kebanyakan terjadi pada orang –
orang lanjut usia (lansia), pasca operasi yang membutuhkan tirah baring lama.

Dampak imobilisasi lama terutama Dekubitus mencapai 11% dan terjadi dalam kurun waktu
2 minggu, Perawatan Emboli Paru berkisar 0,9%,dimana tiap 200.000 orang meninggal
tiap tahunnya.

IV. PENYEBAB



Istirahat di tempat tidur lama dan inaktivitas menurunkan aktivitas metabolisme umum. Hal
ini mengakibatkan penurunan kapasitas fungsional sistem tubuh yang multipel, dengan
manifestasi klinis sindrom imobilisasi. Konsekuensi metaboliknya tidak tergantung penyebab
untuk apa imobilisasi diresepkan. Hal ini bisa disebabkan oleh salah satu dari yang
disebutkan dibawah ini:

1. Cedera tulang: penyakit reumatik seperti pengapuran tulang atau patah tulang (fraktur)
tentu akan menghambat pergerakan.

2. Penyakit saraf: adanya stroke, penyakit parkinson, paralisis, dan gangguan saraf tapi juga
menimbulkan gangguan pergerakan dan mengakibatkan imobilisasi.

3. Penyakit jantung dan pernapasan penyakit jantung dan pernapasan akan menimbulkan
kelelahan dan sesak napas ketika beraktivitas. Akibatnya pasien dengan gangguan pada organ
– organ tersebut akan mengurangi mobilisasinya. Ia cenderung lebih banyak duduk dan
berbaring.

4. Gips ortopedik dan bidai.

5. Penyakit kritis yang memerlukan istirahat.

6. Menetap lama pada posisi gravitasi berkurang, seperti saat duduk atau berbaring.

7. Keadaan tanpa bobot diruang hampa, yaitu pergerakan tidak dibatasi, namun tanpa
melawan gaya gravitasi.

V. GAMBARAN ANATOMI
VI. DIAGNOSA



1. TULANG & SENDI
A. Anatomi




Sendi adalah tempat dimana dua tulang saling berhubungan,baik terjadi pergerakan atau
tidak.

Stabilitas sendi tergantung pada :

       1. Bentuk, ukuran & susunan permukaan sendi
       2. Ligamentum
       3. Tonus otot yang terletak disekitar sendi

Daya ekstensibilitas dari jaringan kendor yang berada di seputar sendi, jika tidak digerakkan
akan menurun sehingga menyebabkan kekakuan yang mengakibatkan kontraktur.

B.Anamnesa

I.       Nyeri pada tulang dan sendi.
II.      Kaku / susah digerakkan.
III.      Nyeri leher.
IV.       Arthritis pasca trauma.
V.        Osteoporosis.

C.Pemeriksaan Fisik

Cedera tulang belakang harus selalu diduga pada kasus dimana setelah cedera pasien
mengeluh nyeri serta terbatasnya pergerakan leher dan pinggang.
D.Pemeriksaan Penunjang

       Pemeriksaan Radiologis

Perlu dilakukan pemeriksaan radiografi tulang belakang servikal pada semua pasien cedera
kepala sedang dan berat. Radiograf yang diambil di UGD kualitasnya tidak selalu baik dan
bila tetap diduga adanya cedera tulang belakang, radiograf selanjutnya diambil lagi termasuk
tampilan oblik bila perlu, serta (pada daerah servikal) dengan leher pada fleksi serta ekstensi
bila diindikasikan. Tampilan melalui mulut terbuka perlu untuk memperlihatkan proses
odontoid pada bidang antero – posterior.

       Pemeriksaan Mielografi atau MRI

2. SARAF

A. Anatomi
B. Anamnesa

1) Daya hantar saraf menurun.

2) Koordinasi terganggu.

3) Aktivitas terganggu.

C. Pemeriksaan Fisik

Keadaan imobilisasi/keterbatsan aktifitas dapat merubah input sensoris. Hal ini akan
mengakibatkan gangguan koordinasi pada intelektual dan kemampuan aktifitas motorik
sehingga emosi terganggu.

Contohnya pada penderita yang melakukan istirahat total di tempat tidur tanpa melakukan
kegiatan apapun sehingga mengakibatkan pasien tersebut mengeluh timbul rasa tidak
nyaman, tegang, mudah marah. Selain itu hilangnya nafsu makan dan menolak
terapi,sehingga akan nampak hilangnya inisiatif,agresifitas untuk menuju kesembuhan. Dapat
juga dilihat pada saat penderita mengambil bolpoint, penderita mengalami kesulitan (
kecepatan hantar saraf turun ).

D. Pemeriksaan Penunjang

   1. CT Scan
   2. EEG (Electro Encephalo Grafi)

3. SISTEM KARDIOVASKULAR



A. Anatomi
Efek immobilisasi meliputi: peningkatan tonus simpatikus (status adrenergik), peningkatan
denyut jantung, penurunan efisiensi jantung.

Mengakibatkan pusing atau pingsan bila mencoba untuk berdiri.Kesulitan dalam mencapai
posisi tegak mengganggu aktivitas fungsional.

Salah satu resikonya flebotrombosis dan infark miocard akut.

B. Anamnesa

   1. Pusing atau pingsan bila mencoba untuk berdiri (tegak).
   2. Mudah lelah

C. Pemeriksaan FIsik

Melakukan inspeksi, palpasi, perkusi.

D. Pemeriksaan Penunjang

       Laboratorium darah

Kurangnya bergerak juga dapat menyebabkan aliran darah di extremitas bawah tidak lancar
(stasis) yang mengganggu faktor – faktor pembekuan pada endotel pembuluh darah. Bila
faktor pembekuan terganggu maka akan timbul bekuan darah (trombus) di katub – katub vena
extremitas bawah,

       Foto rontgen

4.TRACTUS RESPIRATORIUS

A. Anatomi



Hidung> faring > laring >trachea > bronchus> bronkiolus>alveolus
Fungsi jalan pernapasan :

   1. 1.Udara dihangatkan oleh permukaan konka dan septum à udara dilembabkan dalam
      jumlah besar sebelum melewati hidung à udara disaring oleh rambut dan jauh lebih
      banyak oleh prestisipasi partikel diatas konka. Disebut : ” Fungsi air conditioning ”
      jalan nafas atas
   2. Reflek batuk. Merupakan jalan agar paru bebas dari benda asing.
   3. Membersihkan saluran pernapasan terutama silia
   4. Vokalisasi

B. Anamnesa

   1. Sekret susah keluar
   2. Sesak nafas

C. Pemeriksaan Fisik

Melakukan inspeksi, palpasi, perkusi
5. KULIT
A. Anamnesa

1. Atrofi kulit

2. Ulkus tekan/ulkus dekubitus

Temperatur meningkat di daerah pembuluh darah yang tertekan sehingga tekanan
hidrostatiknya meningkat tekanan hidrostatik normal pembuluh darah maka pembuluh darah
akan menyempit sehingga daerah daerah tertentu akan kekurangan vaskularisasi,hal ini dapat
menyebabkan nekrosis.

B. Pemeriksaan Fisik

Kulit yang anestetik pada pasien paraplegik menyebabkan sakrum,trochanter major dan tumit
cepat menjadi merah dan ulserasi bila perawatan terlantar.

C. Pemeriksaan Penunjang

        Laboratorium:

a) Tes kadar albumin

b) Tes hemoglobin

6. MUSCULOSCELETAL



A. Anatomi




B. Pemeriksaan Fisik

Atrofi otot menyebabkan kekuatan otot menurun sehingga aktivitas terganggu.

7. TRAKTUS URINARIUS

A. Anatomi
B. Anamnesa

1. Sisa urine

Karena posisi baring pasien ini tidak dapat mengosongkan kandung    kemih secara
sempurna.

Infeksi Saluran Kemih

Diakibatkan karena keadaan stagnasi urine maupun karena batu saluran kencing.

2. Batu Saluran Kencing

Karena factor osteoporosis dan diet yang tinggi kalsium maka mengakibatkan hiperkalsiuria.

8. TRAKTUS DIGESTIVUS

A. Anatomi
B. Anamnesa

   1. Konstipasi

VI. TERAPI

1. TULANG
A. Obat

       · Meningkatkan pembentukan tulang: Na – Florida, steroid anabolic.
       Menghambat resorbsi tulang: kalsium, estrogen, kalsitonin, difosfonat.
       Diet tinggi kalsium (1.000 mg/hari).

B. Fisioterapi

       Berlatih berjalan dengan alat bantu / alat penyangga.
       Latihan teratur setiap hari, menggerakkan ekstremitas dan anggota tubuh lainnya
       (Range of Motion = ROM).

C. Operasi

Fusi secara bedah melintas garis fraktur dapat dilakukan. Pada tulang belakang servikal
operasi dilakukan baik dari depan maupun belakang. Pada daerah toraks tulang belakang
difiksasi dengan pelat metal dan tandur tulang yang menyatukan lamina dengan proses
spinosus berdekatan.

D. Larangan

Hindari diet tinggi protein, kopi, alkohol, merokok, antasida aluminium.

E. Saran

Ranjang khusus, rangka, atau selubung plester dengan pasien dapat dirawat untuk waktu yang
lama dengan mempertahankan posisi yang telah direduksi bahkan saat membalik untuk
memandikan atau merawat kulit.

2. SARAF

A. Obat

Minum vitamin B1, B2, B12.

B. Fisioterapi

Sasaran terapi adalah mempertahankan fungsi neurologis yang masih ada, memaksimalkan
pemulihan neurologis, tindakan atas cedera lain yang menyertai, dan mencegah serta
mengobati komplikasi serta sekuele kerusakan neural.
Terapinya yang penting adalah dengan menggerakkan ekstremitas dan anggota tubuh lainnya
supaya merangsang aktivitas saraf.

C. Operasi

Bila diperlukan operasi, dekompresi kanal spinal dilakukan pada saat yang sama.

D. Larangan

       Hindari hilangnya sensasi.
       Hindari stress: perasaan tertekan, depresi.
       Bekerja yang terlalu keras.

E. Saran

       Menggunakan terapi musik.
         o Ø Mintalah terapi rekreasi untuk integrasi psikososial, resosialisasi, dan
            penyesuaian terhadap fungsi mandiri.
         o Ø Berikan semangat pasien untuk berinteraksi dengan staf, pasien lain dan
            anggota keluarga.
         o Ø Segera lakukan operasi bila keadaan pasien memburuk untuk menghindari
            kelumpuhan.

3. SISTEM KARDIOVASKULAR

A. Obat

       Antikoagulan: heparin, wasfarin.
       Antitrombosis: aspirin, ticlopidin, dipiridamol, sulfin pirazon.
       Trombolitik: streptokinase, urokinase, anistreplase.

B. Fisioterapi

       Sasaran terapi adalah mempertahankan fungsi kerja jantung yang optimal dan
       menyingkirkan adanya gangguan kerja jantung yang normal.
       Melatih terutama otot ekstremitas.

C. Larangan

       Hindari diet tinggi lemak dan kolesterol.
       Hindari stress.
       Bekerja terlalu berat
       Hindari Kelelahan

D. Saran yang harus dikerjakan

       Plantar / dorso fleksi
       Aktivitas.
       Berdiri .
4. TRACTUS RESPIRATORIUS

A. Obat

       Bronkodilator: teofilin, agonis B2, prednisone, atropine, kromolin.
       Mukolitik: bromheksin, ambroksol, asetil sistein.
       Ekspektorat: aluminium klorida, gliseril gualakolat, kalium yodida.
       Kortikosteroid.

B. Fisioterapi

       Latihan pernafasan (mengambil nafas dalam – dalam).
           o Ø Pembalikan tubuh berulang, perangsangan batuk, pernafasan dalam,
              Spirometri insentif, dan pernafasan bertekanan positif yang sinambung dengan
              masker adalah cara mempertahankan ekspansi paru-paru atau kapasitas
              residual fungsional.
           o Ø Tracheostomi dilakukan bila pasien tak mungkin dilepaskan dari ventilator.
           o Ø Perkusi dilakukan dengan tujuan melepaskan sekret di dinding saluran
              napas.

C. Larangan

       Hindari ruangan berasap (polusi udara).
       Hindari merokok.
       Hindari alkohol.

D. Saran yang harus dikerjakan

       Gunakan pakaian yang longgar.
       Sediakan O2 linhaler (untu mengatasi sesak nafas).
       Rekreasi ke alam terbuka bebas polusi.

5. KULIT

A. Obat

Bila timbul luka diberi antiseptik.

B. Fisioterapi

       Perubahan posisi badan setiap 2 jam.
       Latihan gerak sendi – sendi tubuh secara teratur

C. Larangan

       Ø Jangan tidur atau berbaring terlalu lama.
       Jangan biarkan kulit menjadi basah karena keringat,lembab atau kencing.

D. Saran
Menghindari melebarnya luka dengan menutup bagian yang luka terutama pada bagian yang
tertekan saat berbaring.

6. MUSCULOSCELETAL

A. Terapi

- Latihan teratur setiap hari,menggerakkan ekstremitas dan anggota tubuh lainnya -,ROM (
Range of Motion )

- Latihan penguatan (stretching )

B. Larangan

Mengangkat beban terlalu berat.

C. Saran

Sama dengan terapi

TRAKTUS URINARIUS

Pencegahan dan penanganan yang dilakukan untuk mengatasi terjadinya keadaan patologi
pada system urinarius yang terjadi akibat imobilisasi lama, adalah dengan cara:

   1. Mobilisasi sedini mungkin, paling tidak pasien sering didudukkan, mengubah posisi
      vesika urinaria
   2. Banyak minum sekitar 3 liter (8-12gelas) dalam sehari
          1. Pantaulah pasien dengan cermat dan rutin terhadap adanya tanda dan gejala
             hiperkalsemia, ISK, dan terapi secara adekuat.
   3. Supaya tidak retensi urine dipasang kateter.

8. TRAKTUS DIGESTIVUS

Sesegera mungkin melakukan aktivitas maksimal, memberikan dorongan semangat untuk
berinteraksi dengan keluarga dan lingkungan, pendekatan dokter, terapi dan perawat.

Saran:

   1. Makan banyak buah-buahan,sayur-sayuran.

TERAPI UMUM IMOBILISASI LAMA
.

DAFTAR PUSTAKA

Ganong, F. William Buku ajar Fisiologi kedokteran. Penerbit: EGC, 1998.

Dasar – Dasar Terapi Dan Rehabilitasi Fisik, Susan J. Garrison.

Neurologi Klinik Dasar, Prof. DR. Mahaar Mardjono Dan Prof. DR. Priguna Sidharta.

Neurologi Klinik, Prof. Dr. dr. S.M. Lumantobing.

Ilmu Kedokteran Fisik Dan Rehabilitasi Medik, RSUD Dr. Soetomo / FK Unair Sby, 199

More Related Content

What's hot (20)

soal osce comprehensive
soal osce comprehensivesoal osce comprehensive
soal osce comprehensive
 
Proses penyembuhan fraktur
Proses penyembuhan frakturProses penyembuhan fraktur
Proses penyembuhan fraktur
 
Bedah minor ; eksisi clavus
Bedah minor ; eksisi clavusBedah minor ; eksisi clavus
Bedah minor ; eksisi clavus
 
Pertolongan pertama pada gigitan ular
Pertolongan pertama pada gigitan ularPertolongan pertama pada gigitan ular
Pertolongan pertama pada gigitan ular
 
Pemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thoraxPemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thorax
 
Muskuloskeletal
MuskuloskeletalMuskuloskeletal
Muskuloskeletal
 
Lapsus varicella
Lapsus varicellaLapsus varicella
Lapsus varicella
 
Patofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anakPatofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anak
 
Penanganan Gawat Darurat Pada Gigitan ular
Penanganan Gawat Darurat Pada Gigitan ularPenanganan Gawat Darurat Pada Gigitan ular
Penanganan Gawat Darurat Pada Gigitan ular
 
Primary and secondary survey
Primary and secondary surveyPrimary and secondary survey
Primary and secondary survey
 
Terapi cairan pada anak
Terapi cairan pada anakTerapi cairan pada anak
Terapi cairan pada anak
 
P 4a gerd
P 4a gerdP 4a gerd
P 4a gerd
 
Luka bakar
Luka bakarLuka bakar
Luka bakar
 
Tanatologi
TanatologiTanatologi
Tanatologi
 
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
 
Anatomi Urinaria
Anatomi UrinariaAnatomi Urinaria
Anatomi Urinaria
 
Anatomi dan fisiologi kulit
Anatomi dan fisiologi kulitAnatomi dan fisiologi kulit
Anatomi dan fisiologi kulit
 
Abses peritonsilar
Abses peritonsilarAbses peritonsilar
Abses peritonsilar
 
portofolio.pptx
portofolio.pptxportofolio.pptx
portofolio.pptx
 
Bronko pneumonia
Bronko pneumoniaBronko pneumonia
Bronko pneumonia
 

Similar to IMOBILISASI (20)

Laminektomi
LaminektomiLaminektomi
Laminektomi
 
Askep stroke2
Askep stroke2Askep stroke2
Askep stroke2
 
Askep askep fr.cervical
Askep askep fr.cervicalAskep askep fr.cervical
Askep askep fr.cervical
 
Skoliosis
Skoliosis Skoliosis
Skoliosis
 
Askep spondilitis tb
Askep spondilitis tbAskep spondilitis tb
Askep spondilitis tb
 
Rehabilitasi Medik pada Polyomielitis.pptx
Rehabilitasi Medik pada Polyomielitis.pptxRehabilitasi Medik pada Polyomielitis.pptx
Rehabilitasi Medik pada Polyomielitis.pptx
 
Imobilisasi pada lansia
Imobilisasi pada lansiaImobilisasi pada lansia
Imobilisasi pada lansia
 
Askep multiplesklerosi
Askep multiplesklerosiAskep multiplesklerosi
Askep multiplesklerosi
 
Trauma muskuloskeletal
Trauma  muskuloskeletalTrauma  muskuloskeletal
Trauma muskuloskeletal
 
DISLOKASI ARTICULATIO GLENOHUMERALE
DISLOKASI ARTICULATIO GLENOHUMERALEDISLOKASI ARTICULATIO GLENOHUMERALE
DISLOKASI ARTICULATIO GLENOHUMERALE
 
ppt gadar kel 2.pptx
ppt gadar kel 2.pptxppt gadar kel 2.pptx
ppt gadar kel 2.pptx
 
Referat_radiologi_dislokasi_bahu.pptx
Referat_radiologi_dislokasi_bahu.pptxReferat_radiologi_dislokasi_bahu.pptx
Referat_radiologi_dislokasi_bahu.pptx
 
Satpel laminektomi
Satpel  laminektomiSatpel  laminektomi
Satpel laminektomi
 
PPT PATOBIOLOGI G. MUSKOLUSKELETAL.pptx
PPT PATOBIOLOGI G. MUSKOLUSKELETAL.pptxPPT PATOBIOLOGI G. MUSKOLUSKELETAL.pptx
PPT PATOBIOLOGI G. MUSKOLUSKELETAL.pptx
 
Epilepsi
EpilepsiEpilepsi
Epilepsi
 
Acute limb ischemia
Acute limb ischemiaAcute limb ischemia
Acute limb ischemia
 
Kejang demam pada anak
Kejang demam pada anakKejang demam pada anak
Kejang demam pada anak
 
Hemiparesis
HemiparesisHemiparesis
Hemiparesis
 
asuhan fisioterapi frozen shoulder
asuhan fisioterapi frozen shoulderasuhan fisioterapi frozen shoulder
asuhan fisioterapi frozen shoulder
 
Persiapan belajar bahan pretest dan post test geriatri ib aditya nugraha 3 10-16
Persiapan belajar bahan pretest dan post test geriatri ib aditya nugraha 3 10-16Persiapan belajar bahan pretest dan post test geriatri ib aditya nugraha 3 10-16
Persiapan belajar bahan pretest dan post test geriatri ib aditya nugraha 3 10-16
 

IMOBILISASI

  • 1. Imobilisasi lama Juli 7, 2009 pada 10:40 am · Disimpan dalam referat, Rehabilitasi Medis I. PENDAHULUAN Semakin bertambahnya usia manusia dapat menimbulkan beberapa penyakit degenerasi, seperti mengalami gangguan pergerakan. Berbagai penyakit kronik yang diderita orang tua, membuat mereka menjadi IMMOBILE yaitu suatu keadaan tidak dapat bergerak yang dikarenakan akibat – akibat yang ditimbulkan oleh kondisi berbaring lama. Jadi bisa dikatakan bahwa immobilitas secara garis besar merupakan sindrom kemunduran fisiologis yang disebabkan oleh: penurunan aktivitas ketidakberdayaan Adapun dampak yang disebabkan karena immobilisasi adalah : 1. Timbulnya berbagai penyakit, contohnya : Otot menjadi kisut (atrofi) Sendi kaku Infeksi saluran nafas Infeksi saluran kencing dan sembelit Luka lecet pada jaringan kulit yang ditekan akibat tirah baring lama 2.Ketergantungan kepada orang lain 3. Rendahnya kualitas hidup 4. Kematian II. DEFINISI Imobilisasi adalah suatu keadaan dimana penderita harus istirahat di tempat tidur,tidak bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau gangguan pada alat / organ tubuh (impaitment) yang bersifat fisik atau mental. Dapat juga diartikan sebagai suatu keadaan tidak bergerak / tirah baring yang terus – menerus selama 5 hari atau lebih akibat perubahan fungsi fisiologis. Didalam praktek medis imobilisasi digunakan untuk menggambarkan suatu sindrom degenerasi fisiologis akibat dari menurunnya aktivitas dan ketidakberdayaan. III. EPIDEMIOLOGI
  • 2. Immobilisasi lama bisa terjadi pada semua orang tetapi kebanyakan terjadi pada orang – orang lanjut usia (lansia), pasca operasi yang membutuhkan tirah baring lama. Dampak imobilisasi lama terutama Dekubitus mencapai 11% dan terjadi dalam kurun waktu 2 minggu, Perawatan Emboli Paru berkisar 0,9%,dimana tiap 200.000 orang meninggal tiap tahunnya. IV. PENYEBAB Istirahat di tempat tidur lama dan inaktivitas menurunkan aktivitas metabolisme umum. Hal ini mengakibatkan penurunan kapasitas fungsional sistem tubuh yang multipel, dengan manifestasi klinis sindrom imobilisasi. Konsekuensi metaboliknya tidak tergantung penyebab untuk apa imobilisasi diresepkan. Hal ini bisa disebabkan oleh salah satu dari yang disebutkan dibawah ini: 1. Cedera tulang: penyakit reumatik seperti pengapuran tulang atau patah tulang (fraktur) tentu akan menghambat pergerakan. 2. Penyakit saraf: adanya stroke, penyakit parkinson, paralisis, dan gangguan saraf tapi juga menimbulkan gangguan pergerakan dan mengakibatkan imobilisasi. 3. Penyakit jantung dan pernapasan penyakit jantung dan pernapasan akan menimbulkan kelelahan dan sesak napas ketika beraktivitas. Akibatnya pasien dengan gangguan pada organ – organ tersebut akan mengurangi mobilisasinya. Ia cenderung lebih banyak duduk dan berbaring. 4. Gips ortopedik dan bidai. 5. Penyakit kritis yang memerlukan istirahat. 6. Menetap lama pada posisi gravitasi berkurang, seperti saat duduk atau berbaring. 7. Keadaan tanpa bobot diruang hampa, yaitu pergerakan tidak dibatasi, namun tanpa melawan gaya gravitasi. V. GAMBARAN ANATOMI
  • 4. A. Anatomi Sendi adalah tempat dimana dua tulang saling berhubungan,baik terjadi pergerakan atau tidak. Stabilitas sendi tergantung pada : 1. Bentuk, ukuran & susunan permukaan sendi 2. Ligamentum 3. Tonus otot yang terletak disekitar sendi Daya ekstensibilitas dari jaringan kendor yang berada di seputar sendi, jika tidak digerakkan akan menurun sehingga menyebabkan kekakuan yang mengakibatkan kontraktur. B.Anamnesa I. Nyeri pada tulang dan sendi. II. Kaku / susah digerakkan. III. Nyeri leher. IV. Arthritis pasca trauma. V. Osteoporosis. C.Pemeriksaan Fisik Cedera tulang belakang harus selalu diduga pada kasus dimana setelah cedera pasien mengeluh nyeri serta terbatasnya pergerakan leher dan pinggang.
  • 5. D.Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Radiologis Perlu dilakukan pemeriksaan radiografi tulang belakang servikal pada semua pasien cedera kepala sedang dan berat. Radiograf yang diambil di UGD kualitasnya tidak selalu baik dan bila tetap diduga adanya cedera tulang belakang, radiograf selanjutnya diambil lagi termasuk tampilan oblik bila perlu, serta (pada daerah servikal) dengan leher pada fleksi serta ekstensi bila diindikasikan. Tampilan melalui mulut terbuka perlu untuk memperlihatkan proses odontoid pada bidang antero – posterior. Pemeriksaan Mielografi atau MRI 2. SARAF A. Anatomi
  • 6. B. Anamnesa 1) Daya hantar saraf menurun. 2) Koordinasi terganggu. 3) Aktivitas terganggu. C. Pemeriksaan Fisik Keadaan imobilisasi/keterbatsan aktifitas dapat merubah input sensoris. Hal ini akan mengakibatkan gangguan koordinasi pada intelektual dan kemampuan aktifitas motorik sehingga emosi terganggu. Contohnya pada penderita yang melakukan istirahat total di tempat tidur tanpa melakukan kegiatan apapun sehingga mengakibatkan pasien tersebut mengeluh timbul rasa tidak nyaman, tegang, mudah marah. Selain itu hilangnya nafsu makan dan menolak terapi,sehingga akan nampak hilangnya inisiatif,agresifitas untuk menuju kesembuhan. Dapat juga dilihat pada saat penderita mengambil bolpoint, penderita mengalami kesulitan ( kecepatan hantar saraf turun ). D. Pemeriksaan Penunjang 1. CT Scan 2. EEG (Electro Encephalo Grafi) 3. SISTEM KARDIOVASKULAR A. Anatomi
  • 7. Efek immobilisasi meliputi: peningkatan tonus simpatikus (status adrenergik), peningkatan denyut jantung, penurunan efisiensi jantung. Mengakibatkan pusing atau pingsan bila mencoba untuk berdiri.Kesulitan dalam mencapai posisi tegak mengganggu aktivitas fungsional. Salah satu resikonya flebotrombosis dan infark miocard akut. B. Anamnesa 1. Pusing atau pingsan bila mencoba untuk berdiri (tegak). 2. Mudah lelah C. Pemeriksaan FIsik Melakukan inspeksi, palpasi, perkusi. D. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium darah Kurangnya bergerak juga dapat menyebabkan aliran darah di extremitas bawah tidak lancar (stasis) yang mengganggu faktor – faktor pembekuan pada endotel pembuluh darah. Bila faktor pembekuan terganggu maka akan timbul bekuan darah (trombus) di katub – katub vena extremitas bawah, Foto rontgen 4.TRACTUS RESPIRATORIUS A. Anatomi Hidung> faring > laring >trachea > bronchus> bronkiolus>alveolus
  • 8. Fungsi jalan pernapasan : 1. 1.Udara dihangatkan oleh permukaan konka dan septum à udara dilembabkan dalam jumlah besar sebelum melewati hidung à udara disaring oleh rambut dan jauh lebih banyak oleh prestisipasi partikel diatas konka. Disebut : ” Fungsi air conditioning ” jalan nafas atas 2. Reflek batuk. Merupakan jalan agar paru bebas dari benda asing. 3. Membersihkan saluran pernapasan terutama silia 4. Vokalisasi B. Anamnesa 1. Sekret susah keluar 2. Sesak nafas C. Pemeriksaan Fisik Melakukan inspeksi, palpasi, perkusi
  • 10. A. Anamnesa 1. Atrofi kulit 2. Ulkus tekan/ulkus dekubitus Temperatur meningkat di daerah pembuluh darah yang tertekan sehingga tekanan hidrostatiknya meningkat tekanan hidrostatik normal pembuluh darah maka pembuluh darah akan menyempit sehingga daerah daerah tertentu akan kekurangan vaskularisasi,hal ini dapat menyebabkan nekrosis. B. Pemeriksaan Fisik Kulit yang anestetik pada pasien paraplegik menyebabkan sakrum,trochanter major dan tumit cepat menjadi merah dan ulserasi bila perawatan terlantar. C. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium: a) Tes kadar albumin b) Tes hemoglobin 6. MUSCULOSCELETAL A. Anatomi B. Pemeriksaan Fisik Atrofi otot menyebabkan kekuatan otot menurun sehingga aktivitas terganggu. 7. TRAKTUS URINARIUS A. Anatomi
  • 11. B. Anamnesa 1. Sisa urine Karena posisi baring pasien ini tidak dapat mengosongkan kandung kemih secara sempurna. Infeksi Saluran Kemih Diakibatkan karena keadaan stagnasi urine maupun karena batu saluran kencing. 2. Batu Saluran Kencing Karena factor osteoporosis dan diet yang tinggi kalsium maka mengakibatkan hiperkalsiuria. 8. TRAKTUS DIGESTIVUS A. Anatomi
  • 12. B. Anamnesa 1. Konstipasi VI. TERAPI 1. TULANG A. Obat · Meningkatkan pembentukan tulang: Na – Florida, steroid anabolic. Menghambat resorbsi tulang: kalsium, estrogen, kalsitonin, difosfonat. Diet tinggi kalsium (1.000 mg/hari). B. Fisioterapi Berlatih berjalan dengan alat bantu / alat penyangga. Latihan teratur setiap hari, menggerakkan ekstremitas dan anggota tubuh lainnya (Range of Motion = ROM). C. Operasi Fusi secara bedah melintas garis fraktur dapat dilakukan. Pada tulang belakang servikal operasi dilakukan baik dari depan maupun belakang. Pada daerah toraks tulang belakang difiksasi dengan pelat metal dan tandur tulang yang menyatukan lamina dengan proses spinosus berdekatan. D. Larangan Hindari diet tinggi protein, kopi, alkohol, merokok, antasida aluminium. E. Saran Ranjang khusus, rangka, atau selubung plester dengan pasien dapat dirawat untuk waktu yang lama dengan mempertahankan posisi yang telah direduksi bahkan saat membalik untuk memandikan atau merawat kulit. 2. SARAF A. Obat Minum vitamin B1, B2, B12. B. Fisioterapi Sasaran terapi adalah mempertahankan fungsi neurologis yang masih ada, memaksimalkan pemulihan neurologis, tindakan atas cedera lain yang menyertai, dan mencegah serta mengobati komplikasi serta sekuele kerusakan neural.
  • 13. Terapinya yang penting adalah dengan menggerakkan ekstremitas dan anggota tubuh lainnya supaya merangsang aktivitas saraf. C. Operasi Bila diperlukan operasi, dekompresi kanal spinal dilakukan pada saat yang sama. D. Larangan Hindari hilangnya sensasi. Hindari stress: perasaan tertekan, depresi. Bekerja yang terlalu keras. E. Saran Menggunakan terapi musik. o Ø Mintalah terapi rekreasi untuk integrasi psikososial, resosialisasi, dan penyesuaian terhadap fungsi mandiri. o Ø Berikan semangat pasien untuk berinteraksi dengan staf, pasien lain dan anggota keluarga. o Ø Segera lakukan operasi bila keadaan pasien memburuk untuk menghindari kelumpuhan. 3. SISTEM KARDIOVASKULAR A. Obat Antikoagulan: heparin, wasfarin. Antitrombosis: aspirin, ticlopidin, dipiridamol, sulfin pirazon. Trombolitik: streptokinase, urokinase, anistreplase. B. Fisioterapi Sasaran terapi adalah mempertahankan fungsi kerja jantung yang optimal dan menyingkirkan adanya gangguan kerja jantung yang normal. Melatih terutama otot ekstremitas. C. Larangan Hindari diet tinggi lemak dan kolesterol. Hindari stress. Bekerja terlalu berat Hindari Kelelahan D. Saran yang harus dikerjakan Plantar / dorso fleksi Aktivitas. Berdiri .
  • 14. 4. TRACTUS RESPIRATORIUS A. Obat Bronkodilator: teofilin, agonis B2, prednisone, atropine, kromolin. Mukolitik: bromheksin, ambroksol, asetil sistein. Ekspektorat: aluminium klorida, gliseril gualakolat, kalium yodida. Kortikosteroid. B. Fisioterapi Latihan pernafasan (mengambil nafas dalam – dalam). o Ø Pembalikan tubuh berulang, perangsangan batuk, pernafasan dalam, Spirometri insentif, dan pernafasan bertekanan positif yang sinambung dengan masker adalah cara mempertahankan ekspansi paru-paru atau kapasitas residual fungsional. o Ø Tracheostomi dilakukan bila pasien tak mungkin dilepaskan dari ventilator. o Ø Perkusi dilakukan dengan tujuan melepaskan sekret di dinding saluran napas. C. Larangan Hindari ruangan berasap (polusi udara). Hindari merokok. Hindari alkohol. D. Saran yang harus dikerjakan Gunakan pakaian yang longgar. Sediakan O2 linhaler (untu mengatasi sesak nafas). Rekreasi ke alam terbuka bebas polusi. 5. KULIT A. Obat Bila timbul luka diberi antiseptik. B. Fisioterapi Perubahan posisi badan setiap 2 jam. Latihan gerak sendi – sendi tubuh secara teratur C. Larangan Ø Jangan tidur atau berbaring terlalu lama. Jangan biarkan kulit menjadi basah karena keringat,lembab atau kencing. D. Saran
  • 15. Menghindari melebarnya luka dengan menutup bagian yang luka terutama pada bagian yang tertekan saat berbaring. 6. MUSCULOSCELETAL A. Terapi - Latihan teratur setiap hari,menggerakkan ekstremitas dan anggota tubuh lainnya -,ROM ( Range of Motion ) - Latihan penguatan (stretching ) B. Larangan Mengangkat beban terlalu berat. C. Saran Sama dengan terapi TRAKTUS URINARIUS Pencegahan dan penanganan yang dilakukan untuk mengatasi terjadinya keadaan patologi pada system urinarius yang terjadi akibat imobilisasi lama, adalah dengan cara: 1. Mobilisasi sedini mungkin, paling tidak pasien sering didudukkan, mengubah posisi vesika urinaria 2. Banyak minum sekitar 3 liter (8-12gelas) dalam sehari 1. Pantaulah pasien dengan cermat dan rutin terhadap adanya tanda dan gejala hiperkalsemia, ISK, dan terapi secara adekuat. 3. Supaya tidak retensi urine dipasang kateter. 8. TRAKTUS DIGESTIVUS Sesegera mungkin melakukan aktivitas maksimal, memberikan dorongan semangat untuk berinteraksi dengan keluarga dan lingkungan, pendekatan dokter, terapi dan perawat. Saran: 1. Makan banyak buah-buahan,sayur-sayuran. TERAPI UMUM IMOBILISASI LAMA
  • 16. . DAFTAR PUSTAKA Ganong, F. William Buku ajar Fisiologi kedokteran. Penerbit: EGC, 1998. Dasar – Dasar Terapi Dan Rehabilitasi Fisik, Susan J. Garrison. Neurologi Klinik Dasar, Prof. DR. Mahaar Mardjono Dan Prof. DR. Priguna Sidharta. Neurologi Klinik, Prof. Dr. dr. S.M. Lumantobing. Ilmu Kedokteran Fisik Dan Rehabilitasi Medik, RSUD Dr. Soetomo / FK Unair Sby, 199