1. ARTIKEL SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
“ DAMPAK PEMANFAATAN SISTEM E-LEARNING PADA
PERUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS SDM “
Oleh :
Celine Danaris Gracia
NIM : 43218110076
Mata Kuliah : Sistem Informasi Manajemen
Dosen : Yananto Mihadi Putra, SE.,M.Si., CMA.
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA
TAHUN 2018 / 2019
2. ABSTRAK
Perkembangan zaman dan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang
semakin pesat sangat berdampak dan berpengaruh dalam segala aspek kehidupan manusia. Saat
ini, hampir semua aspek kehidupan bisa dikendalikan melalui teknologi yang semakin canggih,
contohnya: aplikasi Gojek yang sedang buming saat ini. Aplikasi ini menyediakan layanan berupa
antar jemput penumpang ke suatu tempat, delivery order makanan, dll. Semua itu bisa kita
gunakan melalui teknologi berupa aplikasi. Dampak perkembangan teknologi juga termasuk
didalamnya ialah dalam bidang pendidikan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat
positif bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam
melakukan aktifitas manusia.
Perkembangan teknologi khususnya di bidang pendidikan pada umumnya ditujukan untuk
memajukan motivasi siswa agar lebih unggul dan lebih maju dalam penggunaan teknologi
sehingga pendidikan akan semakin maju. Dampak perkembangan teknologi dalam bidang
pendidikan yang sangat bermanfaat yaitu dengan munculnya E-Learning (Electronic learning). E-
Learning merupakan sebuah bentuk teknologi informasi yang diterapkan di bidang pendidikan
berupa website yang dapat diakses dengan jaringan internet di mana saja. E-learning merupakan
dasar dan konsekekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan
e-learning, peserta ajar (learner atau murid) tidak perlu duduk dengan manis di ruang kelas untuk
menyimak setiap ucapan dari seorang guru secara langsung, semua bisa di akses melalui e-lerning.
E-learning juga dapat mempersingkat jadwal target waktu pembelajaran, dan tentu saja
menghemat biaya yang harus dikeluarkan oleh sebuah program studi atau program pendidikan.
Untuk saat ini konsep e-learning sudah banyak diterima oleh masyarakat dunia, terbukti dengan
maraknya implementasi e-learning khususnya di lembaga pendidikan (sekolah, training dan
universitas). Saat ini beberapa perguruan tinggi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran
elektronik sebagai suplemen (tambahan) terhadap materi pelajaran yang disajikan secara reguler
di kelas (Wildavsky, 2001; Lewis, 2002). Namun, beberapa perguruan tinggi lainnya
menyelenggarakan e-learning sebagai alternatif bagi mahasiswa yang karena satu dan lain hal
berhalangan mengikuti perkuliahan secara tatap muka. Dalam kaitan ini, e-learning berfungsi
sebagai option (pilihan) bagi mahasiswa. Pemanfaatan teknologi telekomunikasi untuk kegiatan
pembelajaran di perguruan tinggi di Indonesia semakin kondusif dengan diterbitkannya Surat
3. Keputusan Menteri Departemen Pendidikan Nasional (SK Mendiknas) tahun 2001 yang
mendorong perguruan tinggi konvensional untuk menyelenggarakan pendidikan jarak jauh (dual
mode). Kecenderungan untuk mengembangkan e-learning sebagai salah satu alternatif
pembelajaran di berbagai lembaga pendidikan dan pelatihan semakin meningkat sejalan dengan
perkembangan di bidang teknologi komunikasi dan informasi. Infrastruktur di bidang
telekomunikasi yang menunjang penyelenggaraan e-learning tidak lagi hanya menjadi monopoli
kota-kota besar, tetapi secara bertahap sudah mulai dapat dinikmati oleh mereka yang berada di
kota-kota di tingkat kabupaten karena (e-learning) merupakan kegiatan pembelajaran yang
memanfaatkan jaringan (Internet, LAN, WAN) sebagai metode penyampaian, interaksi, dan
fasilitasi serta didukung oleh berbagai bentuk layanan belajar lainnya (Brown, 2000; Feasey,
2001).
BAB I
4. PENDAHULUAN
Pengetahuan dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Pengetahuan yang d idapat oleh seseorang takkan pernah ada bila tanpa melalui proses
pembelajaran. Sedangkan hakekat daripada pembelajaran itu sendiri adalah untuk memperoleh
pengetahuan. Dan untuk memperoleh hal-hal tersebut, dapat dilakukan dengan mengikuti
pelatihan atau dapat juga dengan membaca buku.
Namun dapat dibayangkan bila pelatihan tersebut dapat digantikan dengan menggunakan bantuan
alat seperti teknologi informasi dan komunikasi yang kini berkembang sedemikian pesatnya
seiring dengan perkembangan jaman dan telah merambah keberbagai aspek kehidupan manusia.
Bayangkan pula berapa waktu dan biaya yang dapat dihemat bila proses pelatihan dan
pembelajaran tersebut dapat dilakukan tanpa memandang siapa pelakunya, tanpa batasan tempat
dan waktu.
Dengan menggunakan bantuant eknologi informasi dan komunikasi tersebut. Adanya alat-alat itu
dapat mengubah pikiran manusia, mengubah cara kerja dan cara hidupnya. Demikian juga,
pendidikan tidak terlepas dari pengaruh teknologi. Kejadian ini dapat diidentifikasikan sebagai
kemajuan ilmu pengetahuan teknologi, informasi dan komunikasi.
Dari beberapa penyebab kemajuan ilmu pengetahuan teknologi, informasi dan teknologi tersebut
dapat diambil suatu pertanyaan, “Upaya apa yang dilakukan oleh para pakar pendidikan untuk
memajukan bidang pendidikan tersebut ?”Realitas ini sangat penting untuk dibahas dalam
makalah ini.
Untuk itu pembahasan makalah ini diangkat untuk mengungkap masalah-masalah tersebut.
Berdasarkan fakta yang ada, dan karya-karya ilmiah yang telah ditulis oleh para pakar pendidikan,
telah ditemukan upaya untuk memajukan dunia pendidikan, dengan
menciptakan/memperkenalkan sistem pembelajaran yang efektif dan efisien bagi guru dan peserta
didik.yang berupa pembelajaran jarak jauh dengan mempergunakan media elektronika yang
dikenal dengan istilah E-Learning.
LITERATUR TEORI
5. Banyak pakar yang menguraikan definisi E-Learning dari sudut pandang yang berbeda. Secara
garis besar banyak orang mengatakan E-Learning adalah sistem atau konsep pendidikan yang
memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar.
Beberapa pakar menguraikan definisi E-Learning sebagai berikut:
- E-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan
ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lain
(Hartley, 2001).
- E-Learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung
belajar mengajar dengan media internet, jaringan komputer, maupun komputer standalone
(LearnFrame.Com, 2001)
- E-learning adalah semua yang mencakup pemanfaatan komputer dalam menunjang peningkatan
kualitas pembelajaran, termasuk di dalamnya penggunaan mobile technologies seperti PDA dan
MP3 players. Juga penggunaan teaching materials berbasis web dan hypermedia, multimedia CD-
ROM atau web sites, forum diskusi, perangkat lunak kolaboratif, e-mail, blogs, wikis, computer
aided assessment, animasi pendidikan, simulasi, permainan, perangkat lunak manajemen
pembelajaran, electronic voting systems, dan lain-lain. Juga dapat berupa kombinasi dari
penggunaan media yang berbeda (Thomas Toth, 2003; Athabasca University, Wikipedia).
- E-learning terdiri dari dua bagian yaitu e- yang merupakan singkatan dari elektronika dan learning
yang berarti pembelajaran. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa
bantuan perangkat elektronika, khususnya perangkat komputer. (Maryati S.Pd.,)
- E-Learning adalah proses pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) secara sistematis dengan mengintegrasikan semua komponen pembelajaran, termasuk
interaksi pembelajaran lintas ruang dan waktu, dengan kualitas yang terjamin.( Prof. Dr.
Sulistyoweni Widanarko (BPMA).
- E-learning adalah sebuah rancangan aplikasi untuk pengelolaan dan pendistribusian materi
pendidikan dan latihan melalui berbagai media elektronik, seperti Internet, LAN, WAN,
broadband, wireless, dan sebagainya. (Novira Putri Ayuningtyas).
- E-learning tidak hanya merupakan materi training yang di-online-kan tetapi meliputi proses
distribusi informasi, komunikasi, edukasi, pelatihan, dan manajemen pengetahuan.
6. - E-learning merupakan sistem berbasis web (internet) yang memungkinkan informasi dan
pengetahuan dapat diakses oleh siapa saja yang berhak serta kapan saja dan dimana saja.
- E-learning memberikan perangkat baru untuk memberikan nilai tambah pada berbagai model
pendidikan tradisional di kelas, buku pelajaran, CD-ROM, serta pelatihan berbasis komputer
lainnya.
- E-learning merupakan suatu proses belajar mengajar yang memanfaatkan teknologi informasi
(dalam hal ini internet) sebagai sarana efektif dan memperluas pengetahuan sesuai dengan
perkembangan ilmu secara real-time. E-learning tidak akan menggantikan pertemuan di kelas
tetapi meningkatkan dan mengambil manfaat dari materi-materi dan teknologi pengiriman baru
untuk mendukung proses belajar mengajar. Dengan e-learning, para siswa akan lebih
diberdayakan, karena kini proses belajar-mengajar tidak lagi berpusat pada guru tetapi beralih ke
siswa. Dengan koneksi ke internet, seorang siswa punya akses ke berbagai sumber informasi yang
tak terbatas. Selain itu, e-learning bersifat individual sehingga siswa yang aktif dan cepat
menyerap materi pelatihan akan bisa maju dengan lebih cepat.
- Matthew Comercherodalam E-Learning, Concepts and Techniques ( Bloomsburg, 2006 )
mendefinisikan: E-learningadalah sarana pendidikan yang mencakup motivasi diri sendiri,
komunikasi, efisiensi, dan teknologi. Karena ada keterbatasan dalam interaksi sosial, siswa harus
menjaga diri mereka tetap termotivasi. E-learning efisien karena mengeliminasi jarak dan arus
pulang-pergi.Jarak dieliminasi karena isi dari e-learning didesain dengan media yang dapat
diakses dariterminal komputer yang memiliki peralatan yang sesuai dan sarana teknologi lainnya
yang dapatmengakses jaringan atau Internet. Dari definisi-definisi yang muncul dapat kita
simpulkan bahwa sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam
proses belajar mengajar dapat disebut sebagai suatu e-Learning(Wahono, 2005, p. 1).
- Menurut Allan J. Henderson, E-learning adalah pembelajaran jarak jauh yang menggunakan
teknologi komputer, atau biasanya Internet (The e-learning Question and Answer Book, 2003).
Henderson menambahkan juga bahwa e-learning memungkinkan pembelajar untuk belajar
melalui komputer di tempat mereka masing-masing tanpa harus secara fisik pergi mengikuti
pelajaran di kelas.
- E-learning adalah sebuah proses pembelajaran yang berbasis elektronik. Salah satu media yang
digunakan adalah jaringan komputer. Dengan dikembangkannya di jaringan komputer
memungkinkan untuk dikembangkan dalam bentuk berbasis web, sehingga kemudian
7. dikembangkan ke jaringan komputer yang lebih luas yaitu internet, inilah makanya system e-
learning dengan menggunakan internet disebut juga internet enabled learning. Penyajian e-
learning berbasis web ini bisa menjadi lebih interaktif. Informasi-informasi perkuliahan juga bisa
realtime. Begitu pula dengan komunikasinya, meskipun tidak secara langsung tatap muka, tapi
forum diskusi perkuliahan bisa dilakukan secara online dan real time. System e-learning ini tidak
memiliki batasan akses, inilah yang memungkinkan perkuliahan bisa dilakukan lebih banyak
waktu.(Nugraha,2007).
- William Horton menjelaskan bahwa e-learning merupakan pembelajaran berbasis web (yang bisa
diakses dari Internet). Terdiri dari beberapa kata kunci ; Pembelajaran jarak jauh. E-learning
memungkinkan pembelajar untuk menimba ilmu tanpa harus secara fisik menghadiri
kelas.Pembelajaran dengan menggunakan media elektronik. E-learning, seperti juga namanya
“Electronic Learning” disampaikan dengan menggunakan media elektronik yang terhubung
dengan Internet (world wide web yang menghubungkan semua unit komputer di seluruh dunia
yang terkoneksi dengan Internet) dan Intranet (jaringan yang bisa menghubungkan semua unit
komputer dalam sebuah perusahaan).Pembelajaran formal vs. informal. E-learning dalam arti luas
bisa mencakup pembelajaran yang dilakukan di media elektronik (internet) baik secara formal
maupun informal.Pembelajaran yang di tunjang oleh para ahli di bidang masing-masing.
8. BAB II
PEMBAHASAN
Sejak tahun 1970 teknologi informasi dan komunikasi di Negara Indonesia berkembang pesat,
perkembangan tersebut berjalan secara bertahap. Semenjak terbentuknya Departemen
Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) di Indonesia, sangat membantu perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi yang ada di Indonesia menjadi terarah. Pada orde baru
terdapat teknologi informasi dan komunikasi yang baru yaitu internet.
Dalam internet terdapat banyak variasi program atau layanan internet yang sangat membantu
masyarakat dalam hal sarana informasi maupun edukasi. Internet identik dengan media sosial
yang terdapat banyak variasi program di dalamnya salah satunya yaitu konten.
Masyarakat dapat meluangkan ide atau pemikiran dan juga mengekspresikan diri melalui konten.
Dengan adanya konten dapat memberi banyak manfaat bagi masyarakat dalam hal pendidikan,
bisnis, ataupun perusahaan. Misalnya pemanfaatan konten pada perusahaan. Saat ini perusahaan
-- perusahaan sudah mulai memanfaatkan inovasi teknologi komunikasi dan informasi yaitu
konten. Salah satu inovasinya adalah konten e-learning.
E-learning adalah suatu sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi dalam peroses belajar mengajar. Sedangkan menurut michael (2013:27), e-
learning merupakan pembelajaran yang disusun dengan tujuan menggunakan sistem elektronik
atau komputer sehingga mampu mendukung proses pembelajaran. E-learning memanfaatkan
teknologi sebagai wadahuntuk pengajaran melalui media online. Konten ini mempunyai sifat
mandiri, dikarenakan pembelajaran e-learning akan di posting melalui media online dan akan
tersimpan dalam suatu program yang nantinya dapat diakses secara mandiri oleh seseorang yang
membuka program dari e-learning tersebut.
Indonesia telah menerapkan e-learning untuk proses pembelajaran hal tersebut dikarenakan
banyak manfaat yang terdapat dalam konten ini yaitu e-learning dapat diakses kapan saja dan
dimana saja sehingga seseorang tidak perlu mengeluarkan banyak waktu untuk datang kesuatu
tempat untuk melakukan pembelajaran.
Selain itu e-learning juga sangat berguna bagi suatu perusahaan, hal tersebut diketahui melalui
sebuah survei oleh majalah Forbes di Amerika dan Eropa yang telah mulai
menghimplementasikan sistem manajemen pelatihan berbasis e-learning yang terdapat banyak
9. manfaat untuk perusahaan yaitu menghemat waktu dan biaya. Perusahaan saat ini menggunakan
e-learning sebagai media training bagi karyawan-karyawannya.
Penerapan e-learning pada suatu perusahaan dinilai sangat menguntungkan dari berbagai sisi yaitu
(anywhere, anytime, anyspace), dengan konten ini perusahaan dapat memberikan pembelajaran
dimana saja, kapan saja, dan diruang manapun selama didukung dengan keberadaan jaringan
internet tentunya. Selain itu perusahaan konten ini sangat membantu perusahaan besar yang
mempunyai banyak cabang, tidak perlu bersusah-payah mendatangi cabang perusahaan satu-
persatun karena e-learning dapat menjangkau semua cabang perusahaan guna untuk melakukan
training untuk karyawan perusahaan.
Selain itu banyak perusahaan di Indonesia yang berharap menggunakan e-learning yang akan
menguntungkan untuk perusahaan misalnya biaya pelatihan yang dikeluarkan perusahaan dapat
menjadi lebih rendah. Biaya rendah disini meliputi biaya transportasi, dengan adanya teknologi
e-learning ini perusahaan tidak perlu jauh-jauh mendatangi lokasi pelatihan, cukup menggunakan
koneksi internet, maka pelatihan sudah bisa dilakukan.
Karakteristik E-Learning
• Memanfaatkan jasa teknologi elektronik; di mana guru dan siswa, siswa dan sesama siswa
atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relative mudah dengan tanpa dibatasi
oleh hal-hal yang protokoler.
• Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer networks).
• Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer
sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja bila yang
bersangkutan memerlukannya.
• Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang
berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.
Menurut Clark & Mayer, E-learning memiliki fitur – fitur sebagai berikut :
• Konten yang relevan dengan tujuan belajar.
• Menggunakan metode instruksional seperti contoh dan praktek untuk membantu belajar.
• Menggunakan elemen media seperti kalimat dan gambar untuk mendistribusikan konten dan
metode belajar.
10. • Pembelajaran dapat secara langsung dengan instruktur ataupun belajar secara individu.
• Membangun wawasan dan teknik baru yang dihubungkan dengan tujuan belajar.
Syarat Penerapan E-learning Dalam Perusahaan :
1. Meaningful Content
Untuk melakukan penerapan e-learning dalam perusahaan hal yang paling utama harus
diperhatikan adalah mengenai isi konten e-learning yang akan di bagikan. Isi dari e-learning
yang akan di bagikan harus bermanfaat bagi perusahaan ataupun karyawan perusahaan
misalnya mengandung makna tertentu yang berguna untuk proses pembekalan bagi karyawan
perusahaan.
2. Effective learning design
Hal kedua yang harus diperhatikan dalam penerapan e-learning dalam perusahaan adalah
mengenai keefektifan dari isi e-learning tersebut, isi konten e-learning harus efektif sehingga
para karyawan perusahaan yang mengakses dapat mudah menerima pembelajaran dengan baik
dan juga sesuai dengan tujuan perusahaan.
3. Technology that works
Hal ketiga yang harus diperhatikan yaitu mengenai ketepatan isi dari e-learning yang akan
disampaikan. Yang dimaksud ketepatan disini adalah e-learning harus disajikan dengan tepat,
sehingga pembelajaran dapat bekerja dengan optimal, selain itu karyawan perusahaan juga alan
mendapatkan apa yang dibutuhkan oleh perusahaan dan karyawan juga mendapatkan
pengalaman pembelajaran melalui ketepatan isi e-learning yang disampaikan.
Proses Pembuatan E-learning Dalam Perusahaan
Pembuatan konten e-learning dalam suatu perusahaan terdapat 2 metode yaitu pembuatan e-
learning yang berupa modul dan juga pembuatan web berupa learning management system
(LSM). Learning management system merupakan layanan berupa webside yang bisa diakses oleh
user (pengguna) yang telah dibuat.
Melalui LSM dapat terlihat berupa laporan bagi siapa saja yang telah mengakses e-learning
dan juga akan memberikan peringatan bagi orang yang belum membuka e-learning tersebut.
11. dalam proses pembuatan e-learning dalam perusahaan terdapat beberapa pihak yang terlibat dalam
proses pelatihan atau penggunaan e-learning diantanya yaitu user, subject matter expert, tim
developer.
Masing -- masing pihak tersebut mempunyai tugas tersendiri dalam mengelola e-learning. User
berarti orang yang dapat mengakses portal e-learning yang telah dibuat. Terdapat beberapa
tingkatan user yaitu moodle, seperti admin utama, manager, pemateri, karyawan perusahaan.
Subect matter expert adalah pengampu materi yang menguasai materi yang nantinya akan dibuat
sebuah pembelajaran dalam e-leraning.
Biasanya subject matter expert dijalankan oleh pihak perusahaan yang mengetahui segala hal
dari sebuah pembelajaran yang akan disampaikana dalam e-learning tersebut, subject matter
expert biasa disebut sebagai pemateri utama dalam e-learning. Sedangkan tim developer
merupakan pihak yang menyusun materi menjadi sebuah skenario pembelajaran, tim developer
juga bertanggung jawab mengubah sebuah materi pembelajaran tertulis menjadi lebih menarik
dan lebih hidup dengan cara menambahkan grafik, audio visual, ataupun animasi dalam isi e-
learning.
Dalam pengembangan suatu aplikasi e-learning perlu diperhatikan bahwa materi yang
ditampilkan harus menunjang penyampaian informasi yang benar, tidak hanya mengutamakan
sisi keindahan saja, tetapi harus memperhatikan dengan seksama teknik belajar – mengajar yang
digunakan serta memperhatikan teknik evaluasi kemajuan peserta didik dan penyimpanan data
kemajuan peserta didik. Menurut Koswara (2006) ada beberapa strategi pengajaran yang dapat
diterapkan dengan menggunakan teknologi e-learning adalah sebagai berikut :
1. Learning by doing.
Simulasi belajar dengan melakukan apa yang hendak dipelajari. Contohnya adalah
simulator penerbangan (flight simulator), dimana seorang calon penerbang dapat dilatih untuk
melakukan penerbangan suatu pesawat tertentu seperti ia berlatih dengan pesawat yang
sesungguhnya
2. Incidental learning.
Tidak semua hal menarik untuk dipelajari, oleh karena itu dengan strategi ini seorang
peserta didik dapat mempelajari sesuatu melalui hal lain yang lebih menarik, dan diharapkan
12. informasi yang sebenarnya dapat diserap secara tidak langsung. Misalnya mempelajari
geografi dengan cara melakukan “perjalanan maya” ke daerah-daerah wisata.
3. Learning by reflection.
Mempelajari sesuatu dengan mengembangkan ide atau gagasan tentang subyek yang
hendak dipelajari. Peserta didik didorong untuk mengembangkan suatu ide atau gagasan
dengan cara memberikan informasi awal dan aplikasi akan “mendengarkan” dan memproses
masukan ide atau gagasan dari peserta didik untuk kemudian diberikan informasi lanjutan
berdasarkan masukan dari peserta didik.
4. Case-based learning.
Mempelajari sesuatu berdasarkan kasus – kasus yang telah terjadi mengenai subyek yang
hendak dipelajari. Strategi ini tergantung kepada narasumber ahli dan kasus-kasus yang dapat
dikumpulkan tentang materi yang hendak dipelajari. Peserta didik dapat mempelajari suatu
materi dengan cara menyerap informasi dari narasumber ahli tentang kasus-kasus yang telah
terjadi atas materi tersebut.
5. Learning by exploring.
Mempelajari sesuatu dengan cara melakukan eksplorasi terhadap subyek yang hendak
dipelajari. Peserta didik didorong untuk memahami suatu materi dengan cara melakukan
eksplorasi mandiri atas materi tersebut. Aplikasi harus menyediakan informasi yang cukup
untuk mengakomodasi eksplorasi dari Peserta didik. Mempelajari sesuatu dengan cara
menetapkan suatu sasaran yang hendak dicapai (goal-directed learning). Peserta didik
diposisikan dalam sebagai seseorang yang harus mencapai tujuan dan aplikasi menyediakan
fasilitas yang diperlukan dalam melakukan hal tersebut, kemudian peserta didik menyusun
strategi mandiri untuk mencapai tujuan tersebut.
Teknologi Pendukung E-Learning
Dalam prakteknya e-learning memerlukan bantuan teknologi. Karena itu dikenal istilah:
1. Computer Based Learning (CBL) yaitu pembelajaran yang sepenuhnya menggunakan
komputer;
13. 2. Computer Assisted Learning (CAL) yaitu pembelajaran yang menggunakan alat bantu utama
komputer.
Teknologi pembelajaran terus berkembang. Namun pada prinsipnya teknologi tersebut dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Technology based learning
b. Technology based web-learning
Technology based learning ini pada prinsipnya terdiri dari Audio Information Technologies
(radio, audio tape, voice mail telephone) dan Video Information Technologies (video tape, video
text, video messaging). Sedangkan technology based web-learning pada dasarnya adalah Data
Information Technologies (bulletin board, Internet, e-mail, tele-collaboration)
Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari, yang sering dijumpai adalah kombinasi dari
teknologi yang dituliskan di atas (audio/data, video/data, audio/video). Teknologi ini juga sering
di pakai pada pendidikan jarak jauh (distance education), dimasudkan agar komunikasi antara
murid dan guru bisa terjadi dengan keunggulan teknologi e-learning ini.
Di antara banyak fasilitas internet, menurut Onno W. Purbo (1997), “ada lima aplikasi standar
internet yang dapat digunakan untuk keperluan pendidikan, yaitu e-mail, Mailing List (milis),
News group, File Transfer Protocol (FTC), dan World Wide Web (WWW)”. Secara lebih rinci
Rosenberg (2001) mengkatagorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam e-learning, yaitu:
1. E-learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat
menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan, dan sharing pembelajaran dan
informasi. Persyaratan ini sangatlah penting dalam e-learning, sehingga Rosenberg
menyebutnya sebagai persyaratan absolut.
2. E-learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan standar
teknologi internet. CD ROM, Web TV, Web Cell Phones, pagers, dan alat bantu digital
personal lainnya walaupun bisa menyiapkan pesan pembelajaran tetapi tidak bisa
digolongkan sebagai e-learning.
3. E-learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi pembelajaran
yang menggungguli paradikma tradisional dalam pelatihan.
14. Ada beberapa alternatif paradigma pendidikan melalui internet ini yang salah satunya adalah
system “dot.com educational system” (Kardiawarman, 2000). Paradigma ini dapat
mengitegrasikan beberapa system seperti:
1) Paradigma virtual teacher resources, yang dapat mengatasi terbatasnya jumlah guru yang
berkualitas, sehingga siswa tidak haus secara intensif memerlukan dukungan guru, karena
peranan guru maya (virtual teacher) dan sebagian besar diambil alih oleh system belajar
tersebut.
2) Virtual school system, yang dapat membuka peluang menyelenggarakan pendidikan dasar,
menengah dan tinggi yang tidak memerlukan ruang dan waktu. Keunggulan paradigma ini
daya tampung siswa tak terbatas. Siswa dapat melakukan kegiatan belajar kapan saja,
dimana saja, dan darimana saja.
3) Paradigma cyber educational resources system, atau dot com leraning resources system.
Merupakan pedukung kedua paradigma di atas, dalam membantu akses terhadap artikel atau
jurnal elektronik yang tersedia secara bebas dan gratis dalam internet.
Manajemen Situs Elearning (Romi Satria Wahono,2003) :
1. Melakukan Survey, Menyusun Agenda Umum, Rencana ke Depan, dan Mulai Mengelola
Situs eLearning.
Menyusun Agenda umum dan grand design ke depan. Lakukan pendataan dan analisa
matang terhadap “bidang apa” yang akan dikerjakan, “siapa pengguna”, “siapa penulis”, dan
“rencana jangka pendek dan panjang”. Melakukan survey terhadap komunitas yang sama
bidangnya dengan bidang yang akan dibuat Kemudian buatlah prototipe dan mulai lakukan
pendesainan awal situs.
2. Rancangan Instruksional
Dalam menentukan rancangan instruksional ini perlu dipertimbangkan aspek-aspek
(Soekartawi, et al, 1999; Yusup Hashim and Razmah, 2001):
o Course content and learning unit analysis, seperti isi pelajaran, cakupan, topik
yang relevan dan satuan kredit semester.
o Learner analysis, seperti latar belakang pendidikan siswa, usia, seks, status
pekerjaan, dsb-nya.
15. o Learning context analysis, seperti kompetisi pembelajaran apa yang
diinginkan hendaknya dibahas secara mendalam di bagian ini.
o Instructional analysis, seperti bahan ajar apa yang dikelompokan menurut
kepentingannya, menyusun tugas-tugas dari yang mudah hingga yang sulit,
dsb-nya.
o State instructional objectives. Tujuan instruksional ini dapat disusun
berdasarkan hasil dari analisis instruksional.
o Construct criterion test items. Penyusunan test ini dapat didasarkan dari tujuan
instruksional yang telah ditetapkan.
o Select instructional strategy. Strategi instruksional dapat ditetapkan
berdasarkan fasilitas yang ada.
3. Tahap Pengembangan
Pengembangan e-learning bisa dilakukan dengan mengikuti perkembangan fasilitas ICT
yang tersedia, karena kadang-kadang fasilitas ICT tidak dilengkapi dalam waktu yang
bersamaan. Begitu pula halnya dengan prototype bahan ajar dan rancangan instruksional yang
akan dipergunakan terus dikembangkan dan dievaluasi secara kontinue.
4. Pelaksanaan
Prototype yang lengkap bisa dipindahkan ke komputer (LAN) dengan menggunakan
format tertentu misalnya format HTML. Uji terhadap prototype hendaknya terus menerus
dilakukan. Dalam tahapan ini seringkali ditemukan berbagai hambatan, misalnya bagaimana
menggunakan management course tool secara baik, apakah bahan ajarnya benar-benar
memenuhi standar bahan ajar mandiri (Jatmiko, 1997).
5. Evaluasi
Sebelum program dimulai, lebih baik dicobakan dengan mengambil beberapa sampel
orang yang dimintai tolong untuk ikut mengevaluasi.
16. Keuntungan penerapan e-learning bagi perusahaan dalam hal melakukan training
(pelatihan):
1. Fleksibel
Penerapan e-learning dalam perusahaan akan memberikan fleksibelitas yaitu e-learning
akan lebih bersifat efisien dalam mengatur waktu pembelajaran. Dengan penggunaan E-
learning maka karyawan bisa belajar tidak hanya pada saat training saja seperti saat training
dengan model konvensional melainkan dari mana saja dan kapan saja materi pelatihan bisa
dibaca, dipelajari tanpa ada batasan tertentu. Secara tidak langsung karyawan akan belajar
secara terus menerus tanpa paksaan. Dan tentu saja dengan cara yang jauh lebih menarik lagi.
2. Mandiri
Penerapan e-learning dalam perusahaan bersifat mandiri. Materi pembelajaran dapat
diakses melalui komputer, laptop, smartphone dengan menggunakan jaringan koneksi internet.
Dengan begitu karyawan perusahaan dapat mengakses pembelajaran e-learning secara mandiri,
belajar dengan kemauan sendiri dan karyawan dapat menentukan waktu yang tepat baginya
untuk melakukan pembelajaran, hal itulah yang membedakan antara penerapan pembelajaran
e-learning dengan proses belajar yang bersifat konvensional. selain itu karyawan akan bisa
lebih fokus menerima pembekalan atau pembelajaran dari perusahaan.
3. Hemat Biaya Pengeluaran
Penerapan e-learning dalam perusahaan akan membantu meringankan biaya training. Bisa
kita katakan bahwa pelatihan dengan memanfaatkan E-learning sangat jauh lebih hemat
dibandingkan dengan metode klasik tatap muka yang selama ini masih banyak digunakan baik
di perusahaan besar maupun kecil. Jika dengan model tatap muka maka perusahaan masih
harus mengeluarkan banyak biaya seperti biaya tempat training, biaya pengajar, perjalanan
dinas, konsumsi, transportasi, dll yang dalam satu kali training saja bisa menghabiskan biaya
hingga puluhan atau bahkan ratusan juta rupiah.
Sedangkan jika menggunakan E-learning maka yang dibutuhkan hanya server atau pusat
saja kemudian semua karyawan bisa mendapatkan materi pada email pribadi pada saat
bersamaan dari berbagai tempat yang berbeda tanpa ada tambahan biaya apapun.
17. 4. Pembelajaran Secara Continue
Dengan menerapkan e-learning dalam perusahaan maka materi yang dibagikan kepada
karyawan dapat dipelajari atau dibaca berulang-kali dalam bentuk data,video, audio visual dan
lain sebagainya.
5. Jangkauan Yang Luas
Dengan system E-learning maka bisa menjangkau siapa saja, dimana saja tanpa terbatas
waktu dan tempat. Dalam memanfaatkan dunia maya jarak dan tempat seolah bukanlah sebuah
hal yang begitu berarti.
Yang Anda butuhkan hanyalah gadget atau computer Anda dan juga koneksi internet yang
baik maka semua pasti akan bisa lebih mudah. Bahkan training dengan menggunakan video
conference pun bisa dilakukan semua cabang perusahaan dalam satu waktu yang bersamaan.
Bisa coba Anda hitung berapa besar penghematan biaya yang bisa dilakukan dengan
memanfaatkan system E-learning ini. Pelatihan tetap berjalan baik namun tanpa perlu
mengeluarkan biaya yang besar.
6. Penyebaran Pembelajaran Sangat Cepat
Pembelajaran melalui media sosial e-learning bersifat cepat, sehingga karyawan dapat
mengakses materi pembelajaran dengan segera.
Kendala E-learning :
1. Masih rendahnya minat belajar dari karyawan disebabkan karena faktor budaya (nyaman
dengan pekerjaan yang telah ada sehingga peningkatan kemampuan dinilai tidak terlalu
diperlukan).
2. Kemampuan teknologi yang terbatas dari para karyawan terutama kemampuan teknologi
internet dan penggunaan teknologi berbasis system lainnya, terutama untuk karyawan dengan
system pekerjaan konvensional/manual dan sedikit bersentuhan dengan teknologi.
3. Keterbatasan teknologi informasi perusahaan karena system e learning membutuhkan
bandwidth yang besar dan tim manajemen/task force e learning yang tersendiri (khusus)
karena penerapan e learning berkelanjutan dan membutuhkan up date kontinyu.
18. 4. Perkembangan e learning secara komersial masih didominasi oleh Negara tertentu, bagi
Indonesia hal ini menjadi kendala dalam hal kemudahan memperoleh aplikasi dan biaya.
Sebagian besar system e learning masih dikuasai oleh negara-negara maju seperti Australia
dan Amerika sehingga untuk mengembangkan system e learning yang memadai, perusahaan
di Indonesia harus membeli dari luar negeri.
Kegagalan Implementasi e-Learning di Perusahaan
Alasan kegagalan implementasi e-learning di perusahaan:
1. Tidak memiliki strategi implementasi (blue print) yang komprehensif.
Sering kali perusahaannya hanya berpikir dalam jangka pendek ketika memutuskan untuk
mengimplementasikan e-learning, bahkan hanya menganggap e-learning sebagai sebuah pilot
project. Hal ini jelas merupakan sebuah kesalahan besar. Penerapan e-learning harus
dipikirkan dengan matang dan terencana karena banyak hal yang terkait di dalamnya. Oleh
karenanya, sebelum memutuskan untuk mengimplementasikan e-learning, perusahaan harus
sudah memikirkan langkah-langkah strategis yang akan diterapkan, baik dalam jangka pendek
dan jangka panjang untuk memastikan kelangsungan implementasi e-learning yang berdaya
guna. Untuk itu, pada awalnya perusahaan harus melakukan identifikasi dan penggalian
informasi mengenai implementasi e-learning, baik dengan memanfaatkan jasa konsultan e-
learning atau pun melakukan adopsi (benchmark) dari perusahaan lainnya yang sudah sukses
mengimplementasikan e-learning. Selain itu, harus dipastikan agar implementasi e-learning
tidak berdiri sendiri, tetapi terintegrasi dengan learning management secara keseluruhan.
2. Ketidaksiapan melakukan change management.
Yang dimaksud dengan change management di sini lebih dalam konteks people. Harus
disadari bahwa keberhasilan implementasi e-learning sangat tergantung dari penerimaan atau
respons para penggunanya (dalam hal ini adalah karyawan perusahaan). Implementasi e-
learning dapat dikatakan sukses apabila ada antusiasme yang tinggi dari penggunanya, dan
memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas SDM dalam rangka mencapai target
perusahaan. Salah satu tantangan yang perlu dipikirkan dengan matang oleh manajemen
adalah merubah proses atau budaya belajar (learning culture) karyawan perusahaan. Apabila
selama ini proses pembelajaran lebih didominasi dengan metode konvensional, khususnya
19. pelatihan di kelas (training classroom), di mana ada peran seorang instruktur atau trainer yang
memberikan pelatihan, maka dengan e-learning peran itu menjadi hilang. Oleh karenanya,
perusahaan harus membuat kebijakan yang tepat, yang dapat memberikan rangsangan kepada
para karyawan agar mau berpartisipasi secara aktif sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan dengan efektif. Pemberian reward kepada peserta dengan result evaluation yang
sangat baik, penugasan seorang supervisor untuk mengawasi implementasi di setiap cabang
atau unit kerja, dan kebijakan untuk menjadikan e-learning sebagai salah satu tolak ukur
kompetensi karyawan merupakan beberapa cara yang bisa diterapkan.
3. Kurangnya support dari manajemen secara keseluruhan.
Kesan yang seringkali muncul adalah implementasi e-Learning di sebuah perusahaan
hanya menjadi milik dan tanggung jawab satu divisi saja, khususnya Training/Learning
Center. Kondisi demikian membuat divisi lainnya merasa tidak dilibatkan, dan hal ini
menyebabkan timbulnya resistensi terhadap implementasi e-Learning di perusahaan.
Seharusnya implementasi e-Learning menjadi milik semua elemen di perusahaan dengan
tujuan pengembangan sumber daya manusia demi kelancaran bisnis perusahaan. Harus ada
sinergi dari semua pihak di perusahaan agar implementasi e-Learning dapat berjalan dengan
baik dan makksimal, mulai dari proses pengembangan hingga pelaksanaannya.
4. Ketidaksiapan infrastruktur teknologi.
Tanpa teknologi yang memadai, mustahil implementasi e-learning dapat berjalan
maksimal. Teknologi bukan hanya sekedar sarana pendukung, tetapi menjadi syarat mutlak
yang harus dipenuhi. Keberadaan teknologi yang memadai menjadi salah satu faktor kunci
keberhasilan implementasi e-learning di perusahaan. Salah satu contoh kegagalan yang sering
terjadi adalah masalah bandwith. Perusahaan tidak memperhitungkan dengan cermat
kapasitas bandwith yang dibutuhkan untuk implementasi e-learning dan kaitannya dengan
proses operasional perusahaan. Yang kemudian terjadi adalah keberadaan e-learning justru
dianggap menjadi penghambat proses operasional perusahaan. Kondisi ini kemudian diikuti
dengan langkah untuk mengurangi kapasitas bandwith untuk penggunaan e-learning.
Dampaknya adalah proses pembelajaran via e-learning menjadi sangat lambat, khususnya
dalam proses pengunduhan materi. Hal ini jelas menimbulkan ketidaknyamanan bagi para
20. penggunanya. Ketika ini terjadi, dapat dikatakan bahwa penerapan e-learning telah setengah
jalan menuju kegagalannya, karena seperti yang telah saya jelaskan di poin sebelumnya,
keberhasilan e-learning tergantung bagaimana penerimaan atau respons dari para
penggunanya.
5. Individu-individu pelaksana yang kurang kompeten.
Perusahaan menganggap bahwa e-learning dapat dikelola oleh siapa saja. Ini jelas
pemahaman yang sangat salah. Dapat dikatakan bahwa e-learning merupakan perpaduan dari
banyak unsur, seperti education, IT, art, dan multi-media. Oleh karenanya, dibutuhkan figur-
figur yang memiliki pengetahuan terkait dengan unsur-unsur tersebut. Figur yang tidak hanya
paham bagaimana membuat sebuah materi yang berguna, tetapi juga bagaimana materi itu
menarik bagi para pembelajarnya, serta dapat berfungsi dengan baik dalam koridor teknologi.
6. Penggunaan Learning Management System (LMS) yang tidak tepat sasaran.
LMS adalah software aplikasi yang berfungsi untuk menyimpan, mengelola, dan
mendistribusikan berbagai materi pelatihan, ujian atau test yang telah disiapkan. LMS
dilengkapi dengan katalog online sehingga pembelajar dapat mengakses, memilih, dan
menjalankan berbagai materi pelatihan yang ada. LMS mampu mencatat log
atau tracking aktivitas setiap pembelajar yang memanfaatkan e-learning. Ada banyak aplikasi
LMS yang dapat dipilih dan digunakan, baik yang sifatnya berbayar atau pun gratis. Setiap
aplikasi LMS tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Agar tidak
salah pilih, sebaiknya perusahaan perlu terlebih dahulu melakukan identifikasi kebutuhan
mereka akan LMS yang disesuaikan dengan sistem pembelajaran yang akan dibangun dan
diterapkan kedepannya.
7. Pemilihan vendor e-learning yang tidak tepat.
Biasanya perusahaan memilih sebuah vendor e-learning karena dua alasan, yaitu harga
yang relatif murah dan nama besar. Hal itu memang tidak salah, tetapi alangkah baiknya bila
pemilihan vendor e-learning disesuaikan dengan kebutuhan dan strategi implementasi yang
ada agar kedepannya implementasi e-learning dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
Sebagai contohnya, perusahaan memilih vendor A karena harga yang ditawarkan jauh lebih
21. murah dibandingkan kompetitornya. Tetapi ternyata kualitas modul e-learning yang
dihasilkan sangat mengecewakan dan jauh dari ekspektasi perusahaan, serta tidak menarik
minat karyawan untuk mempelajarinya. Contoh lainnya adalah perusahaan memilih vendor B
karena nama besarnya di bidang e-learning. Secara kualitas memang bagus, tetapi belakangan
baru diketahui bahwa modul yang dihasilkan memiliki satu kelemahan utama, yaitu tidak
dapat di-update oleh pihak internal perusahaan karena ada keterbatasan komponen yang
hanya dimiliki oleh vendor tersebut. Jadilah perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan
apabila ingin melakukan perubahan yang bersifat update. Padahal perusahaan sudah
mengalokasikan SDM khusus yang bertugas untuk melakukan perubahan atau modifikasi.
8. Penyusunan kursus atau materi e-learning yang tidak sesuai dengan kebutuhan atau
strategi bisnis perusahaan (business strategy).
Hal ini merupakan kondisi yang tidak hanya terjadi pada implementasi e-learning, tetapi
secara lebih luas juga pada pelaksanaan training di banyak perusahaan. Ketika menyusun
sebuah training, pihak yang terkait sering kali tidak mempertimbangkan implikasinya bagi
strategi bisnis perusahaan. Mereka beranggapan bahwa karyawan perlu tahu tentang sebuah
materi training, tanpa memikirkan alasan, tujuan, atau dampaknya secara langsung bagi
karyawan dan perusahaan. Langkah yang sebaiknya dilakukan di awal adalah
melakukan training needs analysis (TNA) berbasis kompetensi yang mengacu
pada corporate strategy, business strategy, dan functional strategies. Hasil dari proses
tersebut nantinya tertuang dalam sebuah matriks implication of business strategy for training,
yang akan dijadikan acuan dalam menyusun sebuah training atau eContent bagi karyawan
perusahaan.
9. Modul e-learning yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip instructional design (tidak
efektif).
Ada beberapa hal yang dapat dijadikan contoh indikasi. Pertama adalah developer
minded, bukan user minded. Dalam mengembangkan sebuah modul e-learning, seharusnya
didasari atas pemikiran “apa yang perlu diketahui dan yang terbaik” untuk pembelajar (user),
bukan apa yang terbaik menurut kacamata developer. Kedua adalah lebih mendahulukan
tampilan (grafis) daripada instructional strategy. Harus dipahami bahwa sebuah modul e-
22. learning yang baik diukur dari seberapa mudah materi pembelajarannya untuk dimengerti dan
dipahami, bukan dari seberapa bagus kualitas grafis yang ditampilkan. Untuk itu diperlukan
pemilihan instructional strategy yang baik dan sesuai. Grafis hanyalah salah satu bagian
dari instructional strategy yang digunakan untuk mempermudah user memahami sebuah
materi. Ketiga adalah cakupan materi yang terlalu banyak dan dipaksakan. Banyak
perusahaan terjebak dalam pemikiran bahwa kehadiran e-learning otomatis akan
menggantikan fungsi training konvensional (classroom). Kondisi ini membuat perusahaan
sebisa mungkin memasukkan materi sebanyak-banyaknya dalam sebuah modul e-learning.
Hal ini jelas menyulitkan bagi para pembelajar dalam mempelajari dan memahami materi
yang disampaikan. Sebuah modul e-learning seharusnya mudah untuk dipelajari (simple).
Satu yang harus dipahami adalah bahwa kehadiran e-learning tidak otomatis menggantikan
training konvensional secara keseluruhan. Ada beberapa materi pembelajaran yang dapat
sepenuhnya menggunakan e-learning, dan ada beberapa lainnya yang tetap
harus disampaikan dengan metode konvensional.
Penerapan E Learning di Beberapa Negara dan Perusahaan
Survei yang dilakukan American Society for Training & Development pada 2004
mengungkapkan bahwa hampir 60% perusahaan di Amerika Serikat telah atau mulai
mengimplementasi e-learning di perusahaan mereka. Di Australia,dipicu biaya pelatihan dan
tenaga pelatih yang cukup mahal, kini banyak perusahaan beralih ke e-learning. Untuk memberi
solusi efektif e-learning, banyak perusahaan di Australia menggunakan pendekatan fully
blended learning. Lalu, semua universitas dan perguruan tinggi pun memiliki pusat
pengembangan e-learning. Yang tak kalah penting, ada dukungan penuh dari pemerintah.
Melalui departemen pendidikan dan perindustrian, pemerintah pusat dan negara bagian memberi
dukungan dana puluhan juta dolar untuk berbagai proyek e-learning. Depperindag di Victoria
misalnya, memberi akses gratis Learning Management System (LMS) Blackboard yang
dipusatkan layaknya sebuah application service provider, sehingga dapat dipakai oleh semua
penyelenggara kursus dan institusi pendidikan di Victoria. Tak hanya itu. Pemerintah Australia
juga mengucurkan dana untuk pembuatan ribuan Learning Object (LO) dari berbagai mata
kuliah – yang dapat diakses gratis oleh setiap guru/dosen untuk membuat bahan ajar dalam
format e-learning. Dengan adanya LO, mereka tidak perlu lagi membuat ulang bahan yang sudah
23. ada. Institusi tinggal mengambil yang sudah ada di repositori, mengedit dan memperkayanya.
Pengembangan bahan diawasi oleh para Certified Instructional Designer dan secara teknis
dialihdayakan ke perusahaan swasta. Menariknya, repositori LO setiap negara bagian saling
terhubung dan dapat diakses.
Pemerintah Australia juga membuat lembaga standardisasi nasional e-learning, yang disebut E-
learning Standard Group. Tugasnya mengatur standar metadata LO, arahan desain bahan-bahan
e-learning; standar penggunaan aplikasi; standar desain konten e-learning, dan sebagainya. Di
Indonesia, walaupun tidak ada data resmi mengenai jumlah perusahaan dan lembaga pendidikan
yang telah menerapkan e-learning di Indonesia, sejumlah perusahaan yang telah mempraktikkan
e-learning, antara lain: Bank Mandiri, Indosat, BII, BNI, Garuda Indonesia, Telkom, FIF, SAP
Indonesia, Citibank, IBM Indonesia, dan lainnya. Bahkan, perusahaan-perusahaan itu
mensyaratkan pegawainya mengikuti e-learning (di luar jam kerja) dengan memberikan reward
and punishment-nya. Bagi yang telah mengikuti pelatihan tertentu melalui e-learning dan
ujiannya lulus, akan mendapat poin tertentu. Sebaliknya, kalau tidak mengikuti pelatihan via e-
learning yang telah disyaratkan, mereka bakal kehilangan kesempatan untuk
dipromosikan. Sejak tahun 2006, Indonesia dalam hal ini lembaga SWA dan Pustekkom
Depdiknas menyelenggarakan “E Learning Award”, sebuah ajang yang memberikan
penghargaan pada perusahaan,lembaga atau organisasi yang mengembangkan e learning baik
dalam hal implementasi,pengembangan software maupun materi lainnya yang berkaitan.
Berikut beberapa penerapan e learning di perusahaan Indonesia :
1. Pada BII, e-learning telah diimplementasi sejak tahun 2000. Tujuannya untuk meningkatkan
kompetensi karyawan bank ini. Lalu, pada 2005 dikembangkanlah portal korporat yang disebut
BII Corporate University.Pada perkembangan selanjutnya, LMS pun diimplementasi sebagai
aplikasi inti sistem e-learning. Investasi yang ditanamkan BII untuk mengembangkan sistem
e-learning hanya 0,1% total anggaran pelatihan. Relatif kecilnya investasi untuk
mengembangkan BII Corporate University dan LMS itu, terutama lantaran menggunakan
platform open source. Adapun dana yang dikeluarkan lebih digunakan untuk meng-upgrade
kinerja perangkat keras, mengembangkan modul pembelajaran, dan biaya penunjang lainnya.
Fitur-fitur yang tersedia pada portal itu dibangun berdasarkan konsep content management
system (CMS), sehingga sistem ini bisa diisi beragam konten dari banyak kontributor, sehingga
24. tercipta lingkungan berbagi pengetahuan secara kolaboratif. Modul pembelajaran jarak jauh
yang telah disediakan, antara lain: Know Your Customer-Anti Money Laundering (KYC-
AML); Operational Risk Management; dan Product Knowledge & Service Quality,
Introduction to Banking; dan Legal for Bankers.
2. Akhir tahun 2005, Garuda Indonesia pun memutuskan untuk mengimplementasi e-learning
– yang disebut GA e-Learning. Keputusan itu diambil setelah diyakini bahwa e-learning bisa
dipakai sebagai salah satu tool strategis untuk mencapai tujuan perusahaan. Investasi yang
dikeluarkan untuk mengembangkan GA e-Learning relatif sangat kecil. Pasalnya, platform
infrastruktur TI di Garuda memang sudah tersedia secara lengkap, sehingga memudahkan
penambahan sistem aplikasi, tanpa mesti mengubah konfigurasi yang sudah ada. Di samping
itu, perangkat lunak e-learning yang digunakan pun diambil dari open source, yakni Moodle.
3. Pada November 2006, BNI pun secara resmi mulai menggunakan sistem e-learning, yang
disebut Program e-Learning BNI. Untuk mengembangkan sistem e-learning ini BNI mesti
menginvestasikan dana hingga Rp 8,1 miliar lebih – terutama digunakan untuk pengembangan
konten (courseware), yang mencakup 69 kursus, terdiri dari 269 modul, dengan total waktu
pelatihan 167 jam. Sementara LMS yang digunakan merupakan salah satu modul yang ada di
aplikasi SDM dari Oracle e-Business Suite versi 11, yang dinamakan Human Capital
Management System. Hingga Oktober 2007, dari total pegawai BNI yang sebanyak 18.431
orang, tercatat 16.733 orang telah menggunakan Program e-Learning BNI. Pengguna
terbanyak dari Sentra Kredit Cabang sebanyak 1.036 learner (dari total 1.193 pegawai);
sedangkan persentase terbanyak dicapai oleh Divisi Bisnis Kartu, yang telah melatih 391
learner atau mencapai 98,24% dari total pegawainya yang sebanyak 398 orang.
Melalui penerapan e-learning, pihak BNI bisa menikmati penghematan yang signifikan.
Penghematan biaya pelatihan dengan menggunakan e-learning dibanding pelatihan tradisional,
minimum meliputi tiga komponen biaya, yakni biaya transportasi, uang saku peserta, dan
konsumsi. Data per 31 Juli 2007, dari 24 course dan 6 test/survei online, penghematan dari tiga
komponen biaya itu senilai Rp 64 miliar lebih. Penerapan e-learning ini bisa menghemat biaya
pelatihan per individu, di samping adanya berbagai manfaat lainnya. Selain sosialisasi dari
awal, BNI juga memberikan stimulus-stimulus untuk mensukseskan program perubahan yang
25. dilakukan, misalnya, program Learner Award untuk pegawai yang aktif melakukan
pembelajaran melalui e-learning. Award tersebut berupa insentif sejumlah rupiah tertentu bagi
yang telah menyelesaikan courseware, hadiah laptop bagi best performers hingga training ke
luar negeri. Dengan penerapan e learning ini sendiri, beberapa inisiatif sudah menunjukkan
hasil, misalnya produktivitas karyawan meningkat. Ke depannya BNI mengharapkan dengan
adanya perubahan sistem dan paradigma ini, karyawan bisa semakin engange, dan itu artinya
tidak hanya puas dan senang kerja di perusahaan ini, tapi terus mencari cara-cara baru untuk
meningkatkan kinerja perusahaan.
Penerapan metode e-learning pada perusahaan yang telah disusun dengan baik maka akan
menghasilkan keuntungan tersendiri untuk perusahaan, hal tersebut dikarenakan metode
pembelajaran menggunakan e-learning dapat meningkatkan skill karyawan yang sangat
dibutuhkan oleh perusahaan. Selain itu keuntungan pembelajaran menggunakan metode e-
learning adalah perusahaan dapat memastikan bahwa dokumentasi pembelajaran yang diberikan
kepada karyawan dapat disimpan dengan sistematis dan terinci.
26. BAB III
KESIMPULAN
E-Learning merupakan sebuah bentuk teknologi informasi yang diterapkan di bidang pendidikan
berupa website yang dapat diakses dengan jaringan internet di mana saja. E-learning merupakan
dasar dankonsekekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan
e-learning, peserta ajar (learner atau murid) tidak perlu duduk dengan manis di ruang kelas untuk
menyimak setiap ucapan dari seorang guru secara langsung, semua bisa di akses melalui e-
learning.
Keuntungan Menggunakan E-learning diantaranya Fleksibel, Menghemat waktu proses belajar
mengajar, Mengurangi biaya perjalanan, biaya pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur,
peralatan, buku-buku), Menjangkau wilayah geografis yang lebih luas.
Fitur E-learning yaitu Konten yang relevan dengan tujuan belajar, Menggunakan metode
instruksional seperti contoh dan praktek untuk membantu belajar, Menggunakan elemen media
seperti kalimat dan gambar untuk mendistribusikan konten dan metode belajar, Pembelajaran
dapat secara langsung dengan instruktur (synchronous) ataupun belajar secara individu
(asynchronous), Membangun wawasan dan teknik baru yang dihubungkan dengan tujuan belajar.
Aspek Penting dalam E-learning yaitu menciptakan solusi belajar formal dan informal,
menyediakan akses ke berbagai macam sumber pembelajaran baik itu konten ataupun manusia,
mendukung sekelompok orang atau grup untuk belajar bersama, membawa pembelajaran kepada
pelajar bukan pelajar ke pembelajaran.
27. DAFTAR PUSTAKA :
Poppy. 2018. Sistem E-learning dan Upaya Peningkatan Kinerja.
http://artikelpoppy.blogspot.com/2008/11/sistem-e-learning-upaya-peningkatan.html.
(diunduh tanggal 14 Desember 2019).
Putra, Y. M., (2018). Pengenalan E-Learning. Modul Kuliah Sistem Informasi
Manajemen. Jakarta: FEB-Universitas Mercu Buana".
Waldhemar, Muhammad Isarino. 2011. Kegagalan Implementasi E-Learning di Perusahaan.
https://waldhemar.wordpress.com/2011/07/24/kegagalan-implementasi-e-learning-di-
perusahaan/ (diunduh tanggal 14 Desember 2019).
Fitria, Kiki. 2018. Penerapan Konten E-Learning Pada Perusahaan.
https://www.kompasiana.com/kiki28621/5b4dfbc05a676f57431b00c2/penerapan-konten-e-
learning-pada-perusahaan?page=all. (diunduh tanggal 13 Desember 2019).
http://makalahkomputerfitri.blogspot.com/2013/06/makalah.html ( di unduh 16 Desember 2019 )
https://www.kompasiana.com/kiki28621/5b4dfbc05a676f57431b00c2/penerapan-konten-e-learning-
pada-perusahaan?page=all ( di unduh 16 Desember 2019 ).