1. 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Belajar dan Hasil Belajar
2.1.1. Hakekat Belajar Kimia
Pengertian belajar menurut pandangan beberapa ahli behavioristik dan
kognitif (Tambunan, 2010) adalah:
1. Edwar Thorndike “belajar merupakan proses pembentukan hubungan yang
erat antara stimulus (S) dengan respon (R)”.
2. Skinner “belajar adalah suatu proses adaptasi atau tingkah laku yang
berlangsung secara progresif”.
3. Gagne “belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubahnya
perilaku sebagai akibat dari pengalaman belajar”.
4. J.Bruner “belajar adalah penemuan atau discovery learning.
Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah
laku. Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan pelatihan. Arti
tujuan kegiatan belajar ialah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut
pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi. Sedangkan
Slameto (2003) bahwa, ”belajar adalah proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Kimia merupakan studi tentang perubahan materi disertai oleh perubahan
energi. Kimia adalah suatu studi yang terpadu yang menyangkut tentang masalah
pembuatan, sifat-sifat dan reaksi dari unsur-unsur dan senyawa kimia dan sistem
pembentukannya. Kimia sebagai salah satu cabang Ilmu Alam, berkembang sejak
manusia memperhatikan keadaan sekelilingnya dan menarik manfaat dari fakta-fakta
2. 2
yang diperoleh untuk kepentingan kelangsungan hidupnya. (Tim pendidikan kimia,
2008).
Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa dan
bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur, sifat,
perubahan, dinamika dan energi zat. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang
tidak dapat dipisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa
fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori-teori temuan ilmuwan kimia) dan sebagai
proses kerja atau kerja ilmiah. Hakekat pembelajaran kimia harus memperhatikan
karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk yang tidak dapat dipisahkan.
2.1.2. Hasil Belajar Kimia
Romizowski (Verawati Saragih, 2010) menyatakan bahwa hasil belajar
diperoleh dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan dikelompokkan
kepada empat kategori yaitu: fakta, konsep, prosedur dan prinsip. Fakta merupakan
pengetahuan tentang objek nyata, asosiasi dan kenyataan dari informasi verbal dari
suatu objek, peristiwa manusia. Konsep adalah pengetahuan tentang seperangkat
objek konkrit atau defenisi. Prosedur merupakan pengetahuan tentang tindakan yang
bersifat linier dalam mencapai tujuan. Prinsip adalah pernyataan mengenai hubungan
dari dua konsep atau lebih.
Hasil belajar dalam bentuk keterampilan dikelompokkan kepada empat
kategori, yaitu: keterampilan kognitif, akting, reaksi dan interaksi. Keterampilan
kognitif berkaitan dengan keterampilan seseorang dalam menggunakan pikirannya
untuk mengambil keputusan atau memecahkan masalah. Keterampilan berakting
adalah keterampilan fisik atau teknik seperti olahraga, mengerjakan sesuatu dan lain
sebagainya. Keterampilan reaksi adalah keterampilan bereaksi terhadap suatu situasi
dalam arti nilai-nilai emosi dan perasaan yang biasanya disebut dengan sikap.
Sedangkan keterampilan interaksi adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan
dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan seperti komunikasi, persuasi, dan
pendidikan.
3. 3
Hasil belajar merupakan suatu gambaran prestasi belajar siswa dalam
mengikuti proses belajar mengajar pada suatu jenjang yang diikutinya. Menurut
Mudjiono (Simanjuntak, 2006) bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu
interaksi tindak belajar dan mengajar. Seseorang dikatakan belajar bila diasumsikan
didalam diri orang tersebut telah terjadi suatu proses yang mengakibatkan perubahan
tingkah laku. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku merupakan
hasil belajar.
2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu : a) faktor internal
(dari dalam individu yang belajar) yaitu faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar
yang lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor
yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologi, antara lain motivasi,
perhatian, pengamatan, tanggapan dan lainnya, b) faktor eksternal (dari luar individu
yang belajar) yaitu faktor yang mempengaruhi pengetahuan, pemahaman konsep dan
keterampilan pembentukan sikap (Slameto, 2003).
Dari faktor diatas, ada juga pendapat dari beberapa para ahli mengenai faktor
yang mempengaruhi hasil belajar tersebut. Benjamin Bloom (dalam Sudjana 2008)
secara garis besar membagi hasil belajar dalam tiga ranah antara lain : a) kognitif
yaitu berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek, diantaranya
pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi, b)
afektif yaitu berkenaan dengan sikap yang terdiri dari 5 aspek diantaranya
penerimaan, jawaban atau reaksi, organisasi dan internalisasi, c) psikomotor yaitu
berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada 6 buah
ranah psikomotoris yakni gerakan reflex, keterampilan, gerakan dasar, kemampuan
perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan ekspresif dan interpretatif.
Sedangkan menurut Gagne (dalam Sudjana 2008) membagi hasil belajar dalam
kategori : a) strategi kognitif yaitu kemampuan yang memungkinkan siswa
mengendalikan perilakunya sendiri dalam menghadapi lingkungannya. Seorang siswa
4. 4
menggunakan kognitif dalam memikirkan apa yang telah ia pelajari dalam
memecahkan masalah, b) sikap afektif yaitu keadaan internal yang terbentuk dari
dalam diri siswa dan mempengaruhi tindakan terhadap benda atau peristiwa di
sekitarnya, c) keterampilan gerak (psikomotor) yaitu berdasarkan aktivitas siswa
sehingga memungkinkan pelaksanaan penampilan siswa yang menggunakan faktor
fisik.
Dari penejalasan diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan kemampuan yang dimiliki siswa baik dalam ranah kognitif, afektif,
maupun psikomotor setelah melangsungkan proses pembelajaran.
2.2 Strategi Pembelajaran Inkuiri
Dalam pembelajaran kimia, guru diharapkan memiliki filosofi Inkuiri,
sehingga akan lebih berperilaku sebagai fasilitator pembelajaran, sedangkan siswa
ditempatkan sebagai pusat pembelajaran. Oleh karena itu inkuiri merupakan filosofi
utama dalam proses pembelajaran kimia.
2.2.1. Pengertian Strategi Pembelajaran Inkuiri
Inkuiri berasal dari bahasa inggris “inquiry“, yang secara harfiah berarti
menyelidiki. Menurut Kunandar (2007) inkuiri (menemukan) merupakan bagian inti
dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual yang berpendapat bahwa
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi dari hasil menemukan sendiri.
Sedangkan menurut Kourilsky dalam Hamalik (2009) menyatakan bahwa
inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa dimana kelompok siswa inkuiri
ke dalam suatu isu atau mencari jawaban-jawaban terhadap isi pertanyaan melalui
suatu prosedur yang digariskan secara jelas dan struktural kelompok.
Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir
itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi
5. 5
pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa
Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.
Strategi pembelajaran inkuiri berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia
lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri
pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam di sekelilingnya merupakan
kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk
mengenal segala sesuatu melalui indera pengecap, penglihatan dan indera-indera
lainnya. Hingga dewasa keingintahuan manusia secara terus menerus berkembang
dengan menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan
bermakna (meaningfull) manakala disadari dengan keingintahuan itu. Dalam rangka
itulah strategi pembelajaran inkuiri dikembangkan.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran Inkuiri yaitu:
a) strategi Inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari
dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar,
b) seluruh aktivitas siswa yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga dapat
menumbuhkan sikap percaya diri (self belief), c) tujuan dari penggunaan strategi
pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis,
logis dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari
proses mental (Sanjaya, 2006).
Strategi pembelajaran Inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan
pembelajaran yang berorentasi kepada siswa (student cebtered approach). Dikatakan
demikian, sebab dalam strategi ini siswa memegang peranan yang sangat dominan
dalam proses pembelajaran.
Seperti yang dapat disimak dari proses pembelajaran, tujuan utama
pembelajaran melalui strategi Inkuiri adalah menolong siswa untuk dapat
mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berfikir dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar ingin tahu mereka. Jadi,
6. 6
pembelajaran inkuiri akan efektif apabila guru akan mengajar pada sekelompok siswa
yang rata-rata memiliki kemauan dan kemampuan berpikir. Strategi inkuiri akan
kurang berhasil diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk
berpikir dan tidak memiliki rasa ingin tahu terhadap sesuatu.
2.2.2. Prinsip – Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri
Strategi pembelajaran Inkuiri merupakan strategi yang menekankan kepada
pengembangan intelektual anak. Perkembangan mental (intelektual) itu menurut
Piaget dalam Sanjaya (2006) dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu : a) maturation atau
kematangan adalah proses perubahan fisiologis dan anatomis, yaitu proses
pertumbuhan fisik, yang meliputi pertumbuhan tubuh, pertumbuhan otak, dan
pertumbuhan system saraf, b) physical experience adalah tindakan-tindakan fisik
yang dilakukan individu terhadap benda-benda yang ada di lingkungan sekitarnya, c)
social experience adalah aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain, d)
equilibration adalah proses penyesuaian antara pengetahuan yang sudah ada dengan
pengetahuan yang baru ditemukan.
Dalam penggunaan strategi pembelajaran Inkuiri terdapat beberapa prinsip
yang harus diperhatikan oleh setiap guru yaitu : a) berorientasi pada pengembangan
intelektual. Dengan demikian, strategi pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil
juga berorientasi pada proses belajar, b) prinsip intelektual. Proses pembelajaran pada
dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa
dengan guru, bahkan interaksi siswa dengan lingkungan, c) prinsip bertanya. Peran
guru yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi pembelajaran inkuiri adalah
guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan
pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir, d) prinsip belajar
untuk berpikir. Belajar bukan hanya untuk mengingat sejumlah fakta, akan tetapi
belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan
potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan, e) prinsip keterbukaan.
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Oleh sebab itu, anak
7. 7
perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan
logika dan nalarnya (Sanjaya: 2006).
2.2.3. Karakteristik Strategi Pembelajaran Inkuiri
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran Inkuiri.
Pertama, strategi Inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan, artinya strategi Inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek
belajar. Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan
dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Ketiga, tujuan dari penggunaan
strategi pembelajaran Inkuiri adalah mengembangkan kemampuan intelektual sebagai
dari proses mental (Sanjaya : 2006).
Ciri-ciri model pembelajaran Inkuiri di atas menunjukkan bahwa model ini
berusaha membimbing, melatih dan membiasakan siswa untuk terampil berpikir
karena siswa terlibat secara mental dan fisik. Pelatihan dan pembiasaan siswa untuk
terampil berpikir merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
lebih besar yaitu tercapainya keterampilan proses ilmiah sekaligus terbentuknya sikap
ilmiah, disamping penguasaan konsep, prinsip hukum, ataupun teori.
2.2.4. Langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Inkuiri
Menurut Sanjaya (2006) bahwa secara umum proses pembelajaran dengan
menggunakan inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : a) orientasi,
b) merumuskan masalah, c) mengajukan hipotesis, d) mengumpulkan data, e)
menguji hipotesis, f) merumuskan kesimpulan. Sedangkan menurut Kunandar (2007)
langkah-langkah kegiatan menemukan (inkuiri) adalah : a) merumuskan masalah, b)
mengumpulkan data melalui observasi atau pengamatan, c) menyajikan hasil dalam
tulisan, gambar, laporan, bagan, table, dan karaya lainnya, d) mengkomunikasikan
atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman, guru atau audience lainnya.
8. 8
Selanjutnya menurut Hamalik (2009) mengatakan bahwa para siswa yang
melakukan Inkuiri terhadap suatu masalah seharusnya mengikuti langkah-langkah
dibawah ini yaitu : a) mengidentifikasi dan merumuskan situasi dengan jelas yang
berarti memfokuskan Inkuiri, b) mengajukan pertanyaan tentang kenyataan (fakta), c)
merumuskan suatu hipotesis untuk menjawab pertanyaan, d) mengumpulkan
informasi yang relevan dengan hipotesis dan menguji tiap hipotesis dengan data yang
telah dikumpulkan, e) merumuskan suatu jawaban terhadap pernyataan pokok dan
menyatakan jawaban sebagai suatu proposisi fakta (jawaban harus menyajikan
sintesis tentang hipotesis yang diusulkan dan hasil-hasil pengujian hipotesis serta
informasi)”.
Dari penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam penerapan
strategi pembelajaran Inkuiri di dalam pelaksanaanya selalu menekankan kepada
kemampuan anak sendiri, seorang guru hanya sebagai motivator atau perancang
dalam kegiatan belajar mengajar sesuai dengan kemampuannya.
2.2.5. Tujuan Strategi Pembelajaran Inkuiri
Menurut Sumantri (1998) menyatakan adapun tujuan strategi pembelajaran
Inkuiri yaitu: a) meningkatkan keterlibatan siswa dalam menemukan dan memproses
bahan pelajarannya, b) mengurangi ketergantungan siswa pada guru untuk
mendapatkan pengalaman belajarnya, c) melatih siswa menggali dan memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya, d) memberi pengalaman
belajar seumur hidup.
Alasan penggunaan strategi pembelajaran Inkuiri yaitu: a) perkembangan dan
kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat, b) belajar tidak hanya diperoleh di sekolah
tetapi juga lingkungan sekitar, c) melatih siswa menggali dan memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar yang tidak habisnya, d) memberi pengalaman
belajar seumur hidup.
9. 9
2.2.6. Keunggulan Strategi Pembelajaran Inkuiri
Strategi pembelajaran Inkuiri adalah satu strategi pembelajaran yang banyak
dianjurkan penerapannya dalam proses pembelajaran, karena strategi ini memiliki
beberapa keunggulan diantaranya yaitu : a) strategi pembelajaran Inkuiri merupakan
strategi pembelajarn yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif
dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap
lebih bermakna, b) streategi pembelajaran Inkuiri memberikan ruang kepada siswa
untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka, c) strategi pembelajaran Inkuiri
merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar
modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat
adanya pengalaman, d) strategi pembelajaran Inkuiri dapat melayani kebutuhan siswa
yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki
kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Tidak semua model pembelajaran baik digunakan dalam proses pembelajaran
(Sanjaya, 2006).
2.2.7. Kelemahan Strategi Pembelajaran Inkuiri
Disamping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran Inkuiri juga memiliki
beberapa kelemahan yaitu : a) jika strategi pembelajaran Inkuiri digunakan sebagai
strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa,
b) strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan
kebiasaan siswa dalam belajar, c) kadang-kadang dalam mengimplementasikannya,
memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru mengalami kesulitan
menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan, d) selama kriteria
keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran,
maka strategi pembelajaran Inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru
(Sanjaya, 2006 : 208).
10. 10
2.3. Strategi Pembelajaran Konvensional
Cara mengajar yang lebih tradisonal dan telah lama dijalankan dalam sejarah
pendidikan ialah cara mengajar dengan ceramah. Sejak dahulu guru dalam usaha
menyampaikan pengetahuan pada siswa, ialah disampaikan secara lisan atau
ceramah. Cara-cara ini kadang-kadang membosankan, maka dalam pelaksanaannya
memerlukan keterampilan tertentu, agar penyajiannya tidak membosankan.
Strategi pembelajaran konvensional merupakan suatu rangkaian kegiatan
penyampaian ilmu pengetahuan oleh guru kepada siswa dan tinggal menerima apa
saja yang dijelaskan oleh guru. Strategi ini pada umumnya memiliki kekhasan
tertentu, misalnya lebih mengutamakan hafalan daripada pengertian dan pengajaran
masih berpusat pada guru (teacher center).
Sudjana (2008) menjelaskan ciri-ciri pendekatan konvensional yaitu: a)
pembelajaran yang terpusat pada siswa, b) siswa mendengar dan mencatat
seperlunya, c) komunikasi terjadi satu arah, d) menyamaratakan kemampuan siswa,
e) siswa kurang keberanian dalam bertanya. Agar pembelajaran konvensional dapat
terjadi efektif dan efesien, guru harus mempersiapkan strategi pembelajaran menurut
langkah-langkah seperti yang dijelaskan oleh Ahmadi dan Supriono (1991), yaitu: a)
merumuskan tujuan khusus pembelajaran, b) menganalisis materi pelajaran, c)
memilih pembelajaran klasikal, d) menyediakan alat bantu/peraga, e) mengatur
alokasi waktu, f) memberikan tes formatif, g) melaksanakan pembelajaran.
Tabel 2.1 Perbedaan Strategi Pembelajaran Inkuiri dengan Strategi
Pembelajaran Konvensional
Strategi Pembelajaran Inkuiri Strategi Pembelajaran Konvensional
1. Menempatkan siswa sebagai subjek
belajar, artinya siswa berperan aktif
dalam setiap proses pembelajaran dengan
cara menemukan dan menggali sendiri
1. Dalam pembelajaran ini siswa
ditempatkan sebagai objek belajar yang
berperan sebagai penerima informasi
secara pasif atau komunikasi satu arah.
11. 11
materi pelajaran.
2. Pembelajaran dikaitkan dengan
lingkungan sekitar.
2. Dalam pembelajaran ini pembelajaran
bersifat teoritis dan abstrak.
3. Kemampuan siswa diperoleh atas
penemuan sendiri dan memproses bahan
pembelajarannya.
3. Dalam pembelajaran ini kemampuan
siswa diperoleh melalui latihan-latihan
dan tugas-tugas yang diberikan guru.
4. Tujuan yang ingin dicapai adalah
keterampilan proses ilmiah sekaligus
terbentuknya sikap ilmiah, disamping
penguasaan konsep, prinsip hukum,
ataupun teori.
4. Dalam pembelajaran ini keberhasilan
pembelajaran biasanya hanya diukur dari
tes atau hanya pada ranah kognitifnya
saja.
Dikutip dari Sudjana 2008
2.4. Media Pendidikan
2.4.1. Pengertian Media Pendidikan
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti
“tengah”, :perantara” atau “pengantar”. Menurut Sadiman (2003) media atau bahan
adalah perangkat lunak (software) berisi pesan atau informasi pendidikan yang
biasanya disajikan dengan menggunakan peralatan.
Selanjutnya menurut Heinich dalam Arsyad (2000) mengatakan bahwa
medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima.
Jadi, televisi, film, foto, radio rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan
cetak dan sejenisnya adalah media komunikasi. Sedangkan menurut Briggs
dalam Sadiman (2003) mengatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat
menyajikan pesan serta rangsangan terhadap karakteristik siswa untuk belajar.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu benda atau alat
yang dapat diindera yang digunakan dalam proses instruksional (belajar-mengajar)
yang berfungsi sebagai perantara untuk mempermudah mencapai tujuan instruksional
12. 12
yang lebih efektif dan memiliki sifat yang mendidik. Secara keseluruhan media
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim
ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian siswa
sehingga proses belajar terjadi.
2.4.2. Peranan dan Manfaat Media Pendidikan
Menurut Rohani (2003) dalam proses belajar mengajar, media mempunyai
beberapa peranan yaitu : a) mengatasi beberapa pengalaman peserta didik, b)
mengatasi batas-batas ruang kelas, c) mengatasi kesulitan apabila suatu benda secara
langsung tidak dapat diamati karena terlalu kecil, d) mengatasi gerak benda secara
cepat atau terlambat, sedangkan proses gerakan itu menjadi pusat perhatian peserta
didik, e) mengatasi hal-hal yang terlalu kompleks, dapat dipisahkan dengan bagan
demi bagan untuk diamati secara terpisah, f) mengatasi suara yang terlalu halus untuk
didengar secara langsung melalui telinga, g) memungkinkan membangkitkan minat
belajar yang baru dan membangkitkan motivasi kegiatan belajar peserta didik. Media
pengajar diharapkan dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang
pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.
Menurut Sudjana dalam Arsyad (2000) mengemukakan manfaat media
pengajaran dalam proses belajar siswa yaitu : a) pengajaran akan lebih menarik
perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, b) bahan pengajaran
akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan
memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pengajaran, c) metode mengajar
akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata
oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi
kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran, d) siswa dapat lebih banyak
melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga
aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan
lain-lain.
13. 13
2.5. Media HandOut
Menurut Rooijakkers (2003) “handout adalah lembaran dengan tulisan bagan
atau teks yang dibagikan oleh pengajar selama pengajaran berlangsung”. Sedangkan
menurut Rahardjo (www.itb.ac.id) menyatakan bahwa handout adalah selebaran
tertulis tentang materi pelajaran yang diedarkan kepada siswa secara cuma-cuma
sebagai bahan penjelasan.
Dalam pandangan lainnya, handout bukan diartikan sebagai “segala sesuatu”
yang diberikan kepada siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. Sementara itu,
Mohammad dalam Andi Prastowo (2011) memaknai handout sebagai selembar (atau
beberapa lembar) kertas yang berisi tugas atau tes yang diberikan guru kepada siswa.
Dengan kata lain, apabila guru membuat ringkasan suatu topik, makalah suatu topik,
lembar kerja siswa, petunjuk praktikum, tugas atau tes, dan diberikan kepada siswa
secara terpisah-pisah, maka pengemasan materi pebelajaran tersebut termasuk dalam
kategori handout.
Bedasarkan penjelasan di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa
handout adalah selebaran yang berisikan materi pelajaran yang disusun oleh seorang
guru sebagai bahan pendukung penjelasan maupun pengembangan materi pelajaran
yang harus dikuasai siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Unsur – unsur penyusun handout antara lain, yaitu:
1. Standar Kompetensi
Merupakan tujuan pembelajaran yang dicapai siswa setelah mengikuti satu pokok
bahasan yang berfungsi untuk memberikan pandangan umum tentang hal-hal yang
dikuasai siswa.
2. Kompetensi Dasar
Merupakan tujuan pembelajaran yang dicapai setelah mengikuti pelajaran untuk 1
kali pertemuan. Fungsinya untuk memberikan focus pada siswa pada sub pokok
bahasan yang sedang dihadapi.
3. Ringkasan Materi Pelajaran
14. 14
Ringkasan materi pelajaran merupakan kesimpulan-kesimpulan dari bahan ajar
yang akan disampaikan atau diberikan kepada siswa dan telah tersusun secara
sistematis. Fungsinya agar memungkinkan siswa dapat mengetahui sistematika
pelajaran yang harus dikuasai, sekaligus memandu siswa dalam pengayaan di luar
proses belajar mengajar di kelas.
4. Soal-soal Terstruktur
Soal-soal terstruktur adalah permasalahan yang harus diselesaikan siswa setelah ia
menerima atau mempelajari materi pelajaran tersebut, penyelesaian soal itu
dikumpul atau dinilai, kemudian dibahas bersama-sama untuk membantu siswa
dalam melatih memahami materi pelajaran yang akan diberikan.
5. Sumber Bacaan
Sumber bacaan adalah buku atau bahan ajar yang digunakan atau menjadi sumber
dari materi pelajaran yang diberikan. Fungsinya untuk menelusuri lebih lanjut
materi pelajaran yang akan disampaikan (http://chai-chairil.blogspot.com/).
Menurut Andi Prastowo (2011), adapun langkah-langkah penyusunan handout
antara lain: a) melakukan analisi kurikulum, b) menentukan judul handout, sesuaikan
dengan kompetensi dasar dan materi pokok yang akan dicapai, c) mengumpulkan
referensi sebagai bahan penulisan. Upaya referensi terkini dan relevan dengan materi
pokoknya, d) menulis handout, dalam menulis handout upayakan agar kalimat yang
mendukung tidak terlalu panjang, untuk siswa SMA diperkirakan jumlah kata
perkalimatnya tidak lebih dari 25 kata dan dalam satu paragrap usahakan jumlah
kalimatnya antara 3-7 kalimat saja, e) mengevaluasi hasil tulisan dengan cara dibaca
ulang, bila perlu dibaca orang lain lebih dahulu untuk mendapatkan masukan, f)
memperbaiki handout sesuai dengan kekurangan-kekurangan yang ditemukan, g)
gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi handout misalnya
buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian. Penggunaan media handout dalam
proses belajar mengajar memiliki keuntungan antara lain : a) dapat menghemat
waktu, b) dapat menggantikan catatan siswa, c) memelihara kekonsistenan
15. 15
penyampaian materi di kelas oleh guru, d) siswa dapat mengikuti struktur pelajaran
dengan baik, e) siswa akan mengetahui pokok materi yang diberikan oleh guru.
Pembuatan handout memiliki beberapa tujuan yaitu: a) untuk memperlancar
dan memberikan bantuan informasi atau materi pembelajaran sebagai pegangan bagi
guru, b) untuk memperkaya pengetahuan siswa, c) untuk mendukung bahan ajar
lainnya atau penjelasan dari guru (Prastowo : 2011).
2.6. Materi
A. Sistem dan Lingkungan
Matahari adalah ciptaan Tuhan yang merupakan sumber energi bagi alam
semesta baik berupa energi panas maupun energi cahaya. Tumbuhan hijau menyerap
cahaya matahari dan mengubah zat-zat pada daun menjadi karbohidrat melalui
fotosintesis. Karbohidrat merupakan sumber energi bagi makhluk hidup. Peristiwa ini
merupakan salah satu contoh hukum kekekalan energi yaitu energi tidak dapat
diciptakan atau dimusnahkan, energi dapat diubah dari suatu bentuk energi menjadi
bentuk yang lain.
Peristiwa lain yang menunjukkan hukum kekekalan energi pada kimia,
misalnya batu baterai dapat menyalakan lampu senter. Pada batu baterai reaksi kimia
yang terjadi menghasilkan energi listrik, kemudian energi listrik berubah menjadi
energi cahaya. Pada proses-proses tersebut tidak ada energi yang hilang tetapi energi
berubah ke bentuk energi lain. Terjadinya perpindahan energi pada sistem dan
lingkungan dapat digambarkan seperti.
16. 16
Gambar 2.1
Pada Gambar 2.1(a), bahan bakar bereaksi dengan gas oksigen di udara dan
menimbulkan panas di sekelilingnya. Pada proses ini terjadi perpindahan energi dari
sistem ke lingkungan.
Pada Gambar 2.1(b), daun yang berklorofil berfungsi sebagai sistem akan
menyerap sinar matahari dan CO2 dari lingkungan, karbon dioksida bereaksi dengan
air membentuk karbohidrat dan gas oksigen dalam proses fotosintesis. Pada proses ini
terjadi perpindahan energi dari lingkungan ke sistem.
Berdasarkan ini maka sistem adalah segala sesuatu yang dipelajari
perubahan energinya, sedangkan lingkungan adalah segala yang berada di sekeliling
sistem. Dalam ilmu kimia, sistem adalah sejumlah zat yang bereaksi, sedangkan
lingkungan adalah segala sesuatu di luar zat-zat tersebut misalnya tabung reaksi.
B. Perubahan Entalpi
Energi yang terkandung di dalam suatu sistem atau zat disebut entalpi (H).
Entalpi merupakan sifat ekstensif dari materi maka bergantung pada jumlah mol zat.
Entalpi suatu sistem tidak dapat diukur, yang dapat diukur adalah perubahan entalpi
yang menyertai perubahan zat, karena itu kita dapat menentukan entalpi yang
dilepaskan atau diserap pada saat terjadi reaksi. Perubahan energi pada suatu reaksi
17. 17
yang berlangsung pada tekanan tetap disebut perubahan entalpi. Perubahan entalpi
dinyatakan dengan lambang ΔH, dengan satuan Joule dan kilo Joule.
Contoh:
Entalpi air ditulis ΔHH2O. Air dapat berwujud cair dan padat. Entalpi yang dimilikinya
berbeda, HH2O(l) lebih besar daripada HH2O(s) . Oleh karena itu untuk mengubah es
menjadi air diperlukan energi dari lingkungan.
Harga ΔH pada peristiwa perubahan es menjadi air adalah:
ΔH = HH2O(l) – HH2O(s)
Perubahan ini dapat ditulis dalam suatu persamaan reaksi yang disebut
persamaan termokimia sebagai berikut.
H2O(s) H2O(l) ΔH = +6,02 kJ
Berdasarkan perubahan entalpi, dikenal dua macam reaksi yaitu reaksi
eksoterm dan reaksi endoterm.
1. Reaksi Eksoterm
Pernahkah kamu memasukkan bongkahan batu kapur ke dalam air? Pada air
lama-lama akan terjadi gelembung-gelembung gas dan campuran air dengan kapur
menghasilkan panas.
Panas dihasilkan dari zat-zat bereaksi yang merupakan sistem kemudian
dilepaskan ke lingkungan. Reaksi ini termasuk reaksi eksoterm. Pada reaksi eksoterm
energi panas atau kalor berpindah dari sistem ke lingkungan. Entalpi sistem sebelum
reaksi lebih besar daripada sesudah reaksi atau Hpereaksi > Hhasil reaksi.
2. Reaksi Endoterm
Reaksi endoterm kebalikan dari reaksi eksoterm. Pada reaksi endoterm
sistem menyerap panas dari lingkungan. Entalpi sistem sesudah reaksi lebih besar
daripada sebelum reaksi: Hpereaksi < Hhasil reaksi.
Perubahan entalpi sistem menjadi lebih besar dari 0 atau ΔH = + Reaksi
endoterm ada juga yang berlangsung spontan, sistem dengan sendirinya menyerap
18. 18
kalor dari lingkungan. Pada proses ini akan terjadi penurunan suhu lingkungan, jadi
kalau kita pegang wadah sistem akan terasa dingin.
Reaksi eksoterm dan endoterm terlihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.2
Perubahan entalpi pada reaksi eksoterm dan endoterm dapat dinyatakan
dengan diagram tingkat energi seperti berikut ini:
Gambar 2.3
C. Macam-Macam Perubahan Entalpi (ΔH)
Besarnya perubahan entalpi suatu reaksi bergantung pada jumlah zat yang
bereaksi, wujud zat, suhu, dan tekanan, maka perubahan entalpi dihitung berdasarkan
keadaan standar yaitu keadaan pada suhu dan tekanan standar pada suhu 25 0C (298
K) dan tekanan 1 atm. Perubahan entalpi reaksi ada yang berupa perubahan entalpi
pembentukan (ΔH0
f), perubahan entalpi penguraian (ΔH0
d), perubahan entalpi
pembakaran (ΔH0
c),dan perubahan entalpi netralisasi (ΔH0
n).
a. Perubahan Entalpi Pembentukan Standar (ΔH0
f)
19. 19
Perubahan entalpi pembentukan standar, ΔH0
f suatu zat adalah perubahan
entalpi yang terjadi pada pembentukan 1 mol zat dari unsur-unsurnya diukur pada
keadaan standar.
Contoh:
Perubahan entalpi pembentukan AgCl adalah perubahan entalpi dari reaksi:
Ag(s) + 12 Cl2( g)
AgCl(s) ΔH0
f = -127 kJ mol-1
b. Perubahan Entalpi Penguraian Standar (ΔH0
d)
Perubahan entalpi penguraian standar merupakan kebalikan dari perubahan
entalpi pembentukan. ΔH0
d suatu zat adalah perubahan entalpi yang terjadi pada
reaksi penguraian 1 mol zat menjadi unsur-unsur pada keadaan standar.
Contoh:
H2O( l) H2(g) + ½ O2(g) ΔH0
d = +285,8 kJ mol–1
CO2(g)
C(s) + O2(g) ΔH0
d = +393,5 kJ mol–1
Marquis de Laplace dari Prancis dalam penelitiannya menemukan bahwa
jumlah kalor yang dibebaskan pada pembentukan senyawa dari unsur-unsurnya sama
dengan jumlah kalor yang diperlukan pada penguraian senyawa tersebut menjadi
unsur-unsurnya. Pernyataan ini dikenal sebagai Hukum Laplace.
Contoh:
½ N2(g) + 3/2H2( g)
NH3(g) ΔH0
f = - 46,11 kJ
NH3(g)
½ N2(g) + 3/2 H2(g) ΔH0
d = +46,11 kJ
c. Perubahan Entalpi Pembakaran (ΔH0
c)
Perubahan entalpi pembakaran, ΔH0
c adalah perubahan entalpi yang terjadi
pada pembakaran 1 mol unsur atau senyawa pada keadaan standar.
Contoh:
CH4( g) + 2 O2(g)
CO2(g) + 2 H2O(l) ΔH0
c = -889,5 kJ
C2H2(g) + 5/2 O2(g)
2 CO2(g) + H2O(g) ΔH0
c = -129,9 kJ
20. 20
d. Perubahan Entalpi Netralisasi (ΔH0
n)
Perubahan entalpi netralisasi adalah perubahan entalpi yang terjadi pada saat
reaksi antara asam dengan basa baik tiap mol asam atau tiap mol basa.
Contoh:
NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(l) ΔH0
n = -57,1 kJ mol-1
D. Penentuan ΔH Reaksi
Perubahan entalpi (ΔH) suatu reaksi dapat ditentukan melalui berbagai cara
yaitu melalui eksperimen, berdasarkan data perubahan entalpi pembentukan (ΔH0
f),
berdasarkan hukum Hess, dan berdasarkan energi ikatan.
a. Penentuan ΔH Melalui Eksperimen
Pada gambar 2.4. Perubahan entalpi reaksi
dapat ditentukan dengan menggunakan suatu
alat yang disebut kalorimeter (alatpengukur
kalor). Dalam kalorimeter, zat yang akan
direaksikan dimasukkan ke dalam tempat
reaksi. Tempat ini dikelilingi oleh air yang
telah diketahui massanya. Kalor reaksi yang
dibebaskan terserap oleh air dan suhu air akan
naik. Perubahan suhu air ini diukur dengan termometer. Kalorimeter ditempatkan
dalam wadah terisolasi yang berisi air untuk menghindarkan terlepasnya kalor.
Berdasarkan hasil penelitian, untuk menaikkan suhu 1 kg air sebesar 1oC diperlukan
kalor sebesar 4,2 kJ atau 1 kkal. Untuk 1 gram air diperlukan kalor sebesar 4,2 J atau
1 kal. Jumlah kalor ini disebut kalor jenis air dengan lambang c.
c = 4,2 J g-1 oC-1
21. 21
Jumlah kalor yang terserap ke dalam air dihitung dengan mengalikan 3
faktor yaitu massa air dalam kalorimeter (gram), perubahan suhu air (oC), dan kalor
jenis air. Rumusnya ditulis:
q = m.c. Δt
q = kalor yang dibebaskan atau diserap
m = massa air (gram)
c = kapasitas kalor air (J)
Δt = perubahan suhu (oC)
Contoh Soal
Di dalam kalorimeter terdapat zat yang bereaksi secara endoterm. Reaksi
tersebut menyebabkan 1 kg air yang terdapat dalam kalorimeter mengalami
penurunan suhu 5oC. Tentukan kalor reaksi dari reaksi tersebut!
Penyelesaian:
q = m.c. Δt
= 1.000 g. 4,2Jg-1 oC-1. 5oC
= 21.000 J
= 21 kJ
Penentuan perubahan entalpi reaksi dapat pula menggunakan kalorimeter
sederhana misalnya gelas yang terbuat dari styrofoam atau plastik.
b. Penentuan ΔH Berdasarkan ΔHo
f
Berdasarkan perubahan entalpi pembentukan standar zat-zat yang ada dalam
reaksi, perubahan entalpi reaksi dapat dihitung dengan rumus:
ΔHo
R = ΣΔHo
f hasil reaksi – ΣΔHo
f pereaksi
ΔHo
R = perubahan entalpi reaksi standar
Contoh Soal
Tentukan ΔH reaksi pembakaran C2H6 jika diketahui:
22. 22
ΔHf
o C2H6 = –84,7 kJ mol–1, ΔHf
o CO2 = –393,5 kJ mol–1,ΔHf
o H2O = –285,8 kJ mol–1
Penyelesaian:
C2H6(g) + 3½ O2(g)
2CO2(g) + 3 H2O(l)
ΔHo
R C2H6 = [2. ΔHo
f CO2(g) + 3. ΔHo
f H2O(l)] – [ΔHo
f C2H6(g) + 3½ ΔHo
f O2(g)]
= [2.(–393,5) + 3. (–285,8)] – [–84,7 + 0]
= –1559,7 kJ
Jadi, ΔH pembakaran C2H6 adalah –1559,7 kJ.
c. Penentuan ΔH Berdasarkan Hukum Hess
Perubahan entalpi reaksi kadang-kadang tidak dapat ditentukan secara
langsung tetapi harus melalui tahap-tahap reaksi. Misalnya untuk menentukan
perubahan entalpi pembentukan CO2 dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Cara 1 C(g) + O2(g)
CO2(g) ΔH = -394 kJ
Cara 2 C dengan O2 bereaksi dulu membentuk CO, tahap berikutnya CO
bereaksi dengan O2 menghasilkan CO2.
Pada cara 1, reaksi berlangsung satu tahap, sedangkan cara 2 dan cara 3
berlangsung dua tahap. Ternyata dengan beberapa cara, perubahan entalpinya sama
yaitu –394 kJ.
23. 23
Seorang ilmuwan, German Hess, telah melakukan beberapa penelitian
perubahan entalpi ini dan hasilnya adalah bahwa perubahan entalpi reaksi dari suatu
reaksi tidak bergantung pada jalannya reaksi, apakah reaksi tersebut berlangsung satu
tahap atau beberapa tahap. Penemuan ini dikenal dengan Hukum Hess yang berbunyi:
‘Perubahan entalpi hanya bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir reaksi’
Berdasarkan penelitian Hess ini, perubahan entalpi suatu reaksi yang tidak
dapat ditentukan dengan kalorimeter dapat ditentukan dengan perhitungan.
d. Penentuan ΔH Berdasarkan Energi Ikatan
Suatu reaksi kimia terjadi akibat pemutusan ikatan-ikatan kimia dan
pembentukan ikatan-ikatan kimia yang baru. Pada waktu pembentukan ikatan kimia
dari atom-atom akan terjadi pembebasan energi, sedangkan untuk memutuskan ikatan
diperlukan energi. Jumlah energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan
antaratom dalam 1 mol molekul berwujud gas disebut energi ikatan. Makin kuat
ikatan makin besar energi yang diperlukan.
Harga energi ikatan dapat dipakai untuk menentukan ΔH suatu reaksi.
ΔHR
o= Σ energi ikatan yang diputuskan – Σ energi ikatan yang dibentuk
Dengan rumus tersebut dapat pula ditentukan energi ikatan rata-rata suatu
molekul dan energi yang diperlukan untuk memutuskan salah satu ikatan atau energi
ikatan disosiasi dari suatu molekul.
E. Kalor Pembakaran
Bensin, minyak tanah, solar, dan LPG merupakan bahan bakar yang banyak
digunakan, sebab dari proses pembakarannya menghasikan energi yang cukup besar.
Selain bahan bakar dari minyak bumi telah dipikirkan pula bahan bakar alternatif
sebab minyak bumi termasuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Bahan
bakar alternatif misalnya alkohol dan gas hidrogen. Alkohol sudah banyak digunakan
sebagai bahan bakar kendaraan. Di Brazil kendaraan hampir 50% menggunakan
bahan bakar campuran 95% alkohol dan 5% air.
24. 24
Kalor pembakaran didefinisikan sebagai berikut.
“Kalor pembakaran adalah kalor yang dibebaskan apabila 1 mol bahan bakar
terbakar dengan sempurna dalam oksigen berlebihan.”
Contoh:
CH4(g) + 2 O2(g) CO2(g) + 2 H2O(l) ΔH = -889 kJ
C3H8(g) + 5 O2(g) 3 CO2(g) + 4 H2O(l) ΔH = -1364 kJ
Selain energi panas, pembakaran ada juga yang menghasilkan energi bunyi dan
energi cahaya, seperti kembang api dan petasan.
F. Dampak Pembakaran Bahan Bakar yang Tidak Sempurna
Bahan bakar seperti bensin, solar, minyak tanah, dan LPG merupakan
senyawa hidrokarbon. Hidrokarbon kalau dibakar secara sempurna akan
menghasilkan gas karbon dioksida (CO2) dan air. Gas CO2 tidak berbahaya bagi
makhluk hidup tetapi jika jumlah CO2 di udara sangat berlebih akan timbul peristiwa
greenhouse effect atau efek rumah kaca yakni peningkatan suhu di permukaan bumi.
Pada pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna akan menghasilkan gas
karbon monooksida (CO). Gas CO berbahaya bagi manusia, sebab gas CO lebih
mudah terikat oleh haemoglobin daripada gas O2.
Haemoglobin berfungsi mengangkut O2 dari paru-paru ke seluruh tubuh,
sehingga kalau haemoglobin banyak mengikat CO akan mengalami kekurangan
oksigen yang dapat menyebabkan kematian. Reaksi CO dengan Hb ditulis:
CO + Hb HbCO
O2 + Hb HbO2
Daya ikat HbCO 200 kali lipat HbO2. Di jalan raya yang banyak kendaraan
atau di daerah lampu merah kadar CO dapat mencapai lebih dari 100 ppm. Kadar CO
di udara lebih dari 250 ppm dapat menyebabkan pingsan. Kadar 750 ppm
menyebabkan kematian. Untuk mengurangi dampak pencemaran CO di udara,
pemerintah sudah menganjurkan pengurangan penggunaan mobil pribadi, merawat
25. 25
mesin kendaraan agar terjadi pembakaran sempurna, dan penggunaan bahan bakar
alternatif yang lebih mudah terbakar.
2.7. Kerangka Konseptual
Salah satu usaha yang dapat digunakan untuk perbaikan proses pembelajaran
pada mata pelajaran kimia dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang maksimum
adalah dengan menggunakan strategi pembelajaran Inkuiri yang dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Inkuiri merupakan salah satu bentuk strategi pembelajaran dengan
cara memberikan kepada siswa dengan memanfaatkan lingkungan yang berada di
sekitarnya. Meskipun begitu, strategi pembelajaran inkuiri mempunyai kekurangan
dan kelebihan. Pada hakekatnya dengan strategi pembelajaran Inkuiri, guru dapat
menyampaikan materi pelaajaran lebih mudah dan siswa dapat dengan mudah
memahami, menerima dan menelaah materi pelajaran yang disampaikan. Disamping
itu juga strategi pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan bagi guru dan siswa
untuk lebih kreatif.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari cara yang lebih baik digunakan dalam
proses belajar mengajar khususnya dalam pembelajaran kimia guna meningkatkan
hasil belajar siswa. Karena itu, guru diharapkan dapat menggunakan strategi
pembelajaran yang diperlukan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang
dinamis dan menyenangkan, agar materi pelajaran lebih mudah dipahami oleh para
siswa. Dalam hal ini peneliti menggunakan strategi pembelajaran Inkuiri.
Pembelajaran dengan strategi konvensional merupakan pengajaran yang
sebagian besar dilakukan melalui penyajian informasi, bukan pemrosesan informasi
yang mengaju kepada pembentukan kepribadian siswa. Pada pembelajaran ini guru
hanya menejelaskan (ceramah) dan memberikan contoh dan cara penyelesaiannya.
Dalam hal ini siswa tidak dilatih mengembangkan pola dan kaidah-kaidah untuk
menentukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya. Siswa
hanya diajarkan dengan memberi penjelasan tentang materi, contoh soal sebagai
latihan bagi siswa, dan siswa mencoba menyelesaikannya sesuai penjelasan yang
26. 26
telah dijelaskan oleh guru. Dengan demikian siswa tidak terlatih menggunakan proses
mentalnya, tetapi siswa hanya dilatih menyelesaikan soal sesuai dengan pola-pola
atau kaidah yang telah dijelaskan guru.
Strategi pembelajaran inkuiri dilakukan pada 1 kelas eksperimen, sedangkan
strategi pembelajaran konvensional dilakukan pada 1 kelas kontrol. Untuk itu dalam
penelitian ini akan dilihat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar strategi
pembelajaran inkuiri dan yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran
konvensional (ceraamah, Tanya jawab, penugasan).
Berdasarkan kerangka teoritis dapat dilihat bahwa penggunaan strategi
pembelajaran inkuiri lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar siswa karena
strategi pembelajaran inkuiri dapat digunakan untuk membantu siswa dalam belajar
mandiri. Dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri, aktivitas latihan
mandiri siswa lebih banyak jika dibandingkan dengan penggunaan strategi
pembelajaran konvensional (ceramah, tanya jawab, penugasan).
2.8 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Hipotesis Verbal:
Hipotesis nol (Ho) :
Peningkatan hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan strategi
pembelajaran inkuiri dengan media handout tidak lebih tinggi daripada
peningkatan hasil belajar siswa yang dibelajarkan tanpa menggunakan strategi
pembelajaran inkuiri dengan media handout.
Hipotesis Alternatif (Ha) :
Peningkatan hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan strategi
pembelajaran inkuiri dengan media handout lebih tinggi daripada peningkatan
hasil belajar siswa yang dibelajarkan tanpa menggunakan strategi
pembelajaran inkuiri dengan media handout.
27. 27
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S, (2008), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Penerbit Bumi Aksara
Jakarta.
Arsyad, A., (2000), Media Pengajaran, PT. Raja Grasindo Persada: Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono, (2006), Belajar dan Pembelajaran, penerbit Rineka
Cipta: Jakarta.
Gagne, Robert M,1997. The Conditional of Learning, New York: Hail, Rinehort and
Winston.
Hamalik, (2009), Proses belajar mengajar, PT Bina Aksara: Jakarta.
http://chai-chairil.blogspot.com/
http://www.referensimakalah.com/2012/07/dasar-dasar-interaksi-belajar-mengajar.
html)
http://pkab.wordpress.com/2008/06/12/penggunaan-media-pada-pengajaran-kimia/
Kunandar, (2007), Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Marahalim, (2008), Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Berbasis Portofolio Dan
Penggunaan Media Komputer Pada Pokok Bahasan Oksidasi dan Reduksi
Terhadap Hasil Belajara Kimia di SMKN 2 Binjai, Skripsi: Medan.
Mudijono, (2006), Belajar dan Pembelajaran, PT Rineka Cipta: Jakarta.
Prastowo, A. (2011), Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Diva Press:
Jogjakarta.
Purba M, (2006), Kimia untuk SMA Kelas XI, Erlangga: Jakarta.
Restuti D, (2011), Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas X.1 SMAN 1
Karang Baru Pada Materi Reaksi Oksidasi Reduksi Melalui Model
pembelajaran Numbered Heads Together (NHT), Laporan PTK.
Rohani, A. (2003). Media Instruksional Edukatif. Rineka Cipta: Jakarta.
Rooijakers (2003). Cara Mengajar Sukses, Penerbit Grafindo: Jakarta.
28. 28
Rosilawati, I. (2008), Meningkatkan Aktivitas dan Pemahaman Konsep Termokimia
Melalui Pembelajaran Penemuan Terbimbing SMA Perintis 1 Bandar
Lampung, Sripsi UNILA: Bandar Lampung.
Sadiman, Arif. (2003), Media Pendidikan, PT. R Grafindo Persada: Jakarta.
Sanjaya, (2006), Strategi Pembelajaran berorentasi standar proses pendidikan,
Graha Ilmu, Yogyakarta.
Saragih, Verawati. (2010), Perbandingan Pembelajaran Kooperatif STAD Dengan
Kooperatif TGT Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada
Pokok Bahasan Hidrokarbon Di Kelas X SMA YPK Budi Murni 3 Medan,
Skripsi, FMIPA, Unimed: Medan.
Sardiman,Arif. (2003). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. PT. R Grafindo
Persada: Jakarta.
Shidarta, A. (2008), Model Pembelajaran Asam Basa Berbasis Inkuiri Laboratorium
Sebagai Wahana Pendidikan Sains Siswa SMP, Sripsi: Bandung.
Silitonga, P.M., (2011), Statistik Teori dan Aplikasi dalam Penelitian, FMIPA-UNIMED,
Medan.
Slameto,(2003), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Jakarta:Rineka
Cipta.
Sudjana, (2008). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Sumantri Mulyani, (1998), Strategi Belajar Mengajar, Debdikbud: Jakarta.
Sunardi (2002), Kimia Bilingual untuk SMA kelas X, Yrama Widya: Bandung.
Tambunan, (2010), Strategi Belajar Mengajar, FMIPA Unimed: Medan.
Tim Pendidikan Kimia, (2008), Kimia Umum I, FMIPA Unimed: Medan.
Widaryani S, (2009), penerapan model numbered heads together(NHT) untuk
meningkatkan perhatian belajar biologi siswa kelas X SMA N 7 .Skripsi
Universitas sebelas Maret: Surakarta.