Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Taksonomi Benjamin S. Bloom dan Delapan Tipe Belajar
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Taksonomi berasal dari bahasa Yunani ‘tassein’ yang berarti
untuk mengklasifikasi dan ‘nomos’ yang berarti aturan. Secara istilah
taksonomi adalah klasifikasi khusus, yang berdasarkan data penelitian
ilmiah mengenai hal-hal yang digolongkan dalam sistematika tertentu.
Setelah menerima pengalaman belajar, siswa memiliki
kemampuan-kemampuan yang dalam hal ini sering disebut sebagai hasil
belajar. Hasil belajar adalah perubahan pada kognitif, afektif, dan
psikomotorik sebagai pengaruh pengalaman belajar yang dialami siswa
bak berupa suatu bagian, unit, atau bab materi tertentu yang telah
diajarkan.
Dalam prosesnya, hasil belajar terjadi karena adanya berbagai
faktor. Secara umum terbagi menjadi dua faktor, faktor internal dan faktor
eksternal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang termasuk dalam taksonomi Benyamin S. Bloom?
2. Apa saja yang termasuk dalam taksonomi “Delapan Tipe Belajar”?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi hasil belajar?
1
2. 2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui aspek dalam taksonomi Benyamin S. Bloom.
2. Untuk mengetahui aspek dalam taksonomi “Delapan Tipe Belajar”.
3. Untuk memahami faktor yang mempengaruhi hasil belajar.
3. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Taksonomi Benyamin S. Bloom
1. Prinsip-prinsip dasar yang digunakan, yaitu:
a. Prinsip metodologis: perbedaan-perbedaan yang besar telah
merefleksikan kepada cara-cara guru dalam mengajar.
b. Prinsip pskologis: taksonomi hendaknya konsisten denan
fenomena kejiwaan yang ada sekarang.
c. Prinsip logis: taksonomi hendaknya dikembangkan secara logis
dan konsisten.
d. Prinsip tujuan: tingkatan-tingkatan tujuan tidak selaras dengan
tingkatan-tingkatan nilai-nilai. Tiap-tiap jenis tujuan pendidikan
hendaknya menggambarkan corak yang netral.1
2. Bloom telah memberikan banyak inspirasi kepada banyak orang yang
melahirkan taksonomi lain, berikut:2
a. Ranah Kognitif (Cognitive Domain)
Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang kesamaanya
knowing, berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition
(kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan
(Neisser: 1976). Teori Bloom tentang ranah kognitif terdiri dari
beberapa aspek, antara lain:
1Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Yogyakarta: Bumi Aksara, 2008,
113.
2 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,..., 114.
4. 4
1) Pengetahuan (Knowledge) : Mencapai kemampuan ingatan
tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.
Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian
kaidah, teori, prinsip, atau metode.
2) Pemahaman (Comprehension) : Mencakup kemampuan
menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.
3) Penerapan atau aplikasi (Application) : Mencakup kemampuan
menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah
yang nyata dan baru.
4) Analisis (Analysis) : Mencakup kemampuan merinci suatu
kesatuan kedalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan
dapat dipahami dengan baik.
5) Sintesis (Synthesis) : Mencakup kemampuan membentuk suatu
pola baru.
6) Evaluasi (Evaluation) : Level paling tinggi dari aktivitas
kognitif, evaluasi, adalah memutuskan materi dengan
pertimbangan keakuratan internal, konsistensi, dan kelengkapan
atau pertimbangan materi menurut standar eksternal yang
diterima secara umum.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir
yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana,
yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan
5. 5
masalah yang menuntut siswa untuk menghubungakan dan
menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur
yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan
demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang
mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal
dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi
yaitu evaluasi.
b. Ranah Afektif (Affective Domain)
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap
dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti
perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar
mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan
perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif
tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada
peserta didik dalam berbagai tingkah laku.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang,
yaitu:
1) Receiving atau attending (menerima atau memperhatikan)
semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi)
dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah,
situasi, gejala dan lain-lain. Dalam tipe ini termasuk
kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan
seleksi gejala atau rangsangan dari luar. Pada jenjang ini
6. 6
peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai-nilai
yang diajarkan kepada mereka dan mereka mempunyai
kemauan menggabungkan diri ke dalam nilai itu atau
mengidentifikasi diri dengan nilai itu. Contoh: mendengar
pendapat orang lain, mengingat nama seseorang.
2) Responding (menanggapi), ialah suatu sikap yang
menunjukkan adanya partisipasi aktif atau kemampuan
menanggapi, kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu
dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara.
Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara afektif, menjadi
peserta dan tertarik. Contoh: berpartisipasi dalam diskusi
kelas.
3) Valuing (menilai atau menghargai), artinya memberikan nilai
atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau
objek, sehingga apabila kegiatan itu idak dikerjakan
memebrikan suatu penyesalan. Dalam kaitannya dengan proses
pembelajaran peserta didik tidak hanya mau menerima nilai
yang diajarkan mereka telah berkemampuan untuk menilai
konsep atau fenomena baik atau buruk. Contoh: Mengusulkan
kegiatan Corporate Social Responsibility sesuai dengan nilai
yang berlaku dan komitmen perusahaan.
7. 7
4) Organization (mengatur atau mengorganisasikan), yakni
pengembangan dari nilai ke dalam suatu sistem organisasi,
termasuk hubungan suatu nilai dengan nilai yang lain,
pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang
termasuk kedalam organisasi ialah konsep tentang nilai,
organisasi sistem nilai dan lain-lain. Kemampuan membentuk
sistem nilai dan budaya organisasi dengan
mengharmonisasikan perbedaan nilai. Contoh: menyepakati
dan mentaati etika profesi, mengakui perlunya keseimbangan
antara kebebasan dan tanggung jawab.
5) Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi
dengan suatu nilai atau komplek nilai), adalah keterpaduan
semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai
sangat berkembang nilai teratur sehingga tingkah laku menjadi
lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam
kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan pribadi,
sosial dan emosi jiwa. Serta memperbaiki hubungan
intrapersonal, interpersonal dan social. Contoh: menunjukkan
rasa percaya diri ketika bekerja sendiri, kooperatif dalam
aktivitas kelompok.
8. 8
c. Ranah Psikomotorik (Psychomotor Domain)
Dalam psikologi, kata motor digunakan sebagai istilah yang
menunjukkan pada hal, keadaan, dan kegiatan yang melibatkan otot-
otot dan gerakan-gerakannya, juga kelenjar-kelenjar dan sekresinya.
Secara singkat, motor dapat pula dipahami sebagai segala keadaan
yang meningkatkan atau menghasilkan stimulasi/rangsangan terhadap
kegiatan organ-organ fisik.3 Ranah ini berkaitan dengan keterampilan
bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Hasil sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan
dan hasil belajar afektif. Ranah psikomotor adalah berhubungan
dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari,
memukul, dan sebagainya.
Hasil belajar psikomotor dapat diukur melalui:
1) Pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta
didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung
2) Sesudah mengikuti pembelajaran
3) Beberapa waktu setelah pembelajaran dan kelak dalam
lingkungannya.
B. Taksonomi “Delapan Tipe Belajar”
Menurut Robert M. Gagne ada 8 tipe belajar, yaitu:
1. Tipe belajar tanda (Signal Learning) oleh Pavlov bahwa semua
jawaban/respons menurut kepada tanda/sinyal.
3 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar,Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010, hlm 13.
9. 9
2. Tipe belajar rangsang-reaksi (Stimulus-Response Learning), yaitu
timbulnya respons karena adanya dorongan yang datang dari
dalam serta adanya penguatan sehingga seseorang mau melakukan
sesuatu secara berulang-ulang.
3. Tipe belajar berangkai (Chaining Learning), maksudnya adalah
bahwa suatu respons pada gilirannya akan menjadi stimulus baru
dan selanjutnya akan menimbulkan respons baru.
4. Tipe belajar asosiasi verbal (Verbal Association Learning),
berhubungan dengan penggunaan bahasa, dimana hasil belajarnya
yaitu memberikan reaksi verbal pada stimulus/perangsang.
5. Tipe belajar membedakan (Discrimination Learning), kemampuan
untuk membeda-bedakan antar objek-objek yang terdapat dalm
lingkungan fisik.
6. Tipe belajar konsep (Concept Learning), untuk memperoleh
pemahaman atau pengertian tentang suatu yang mendasar.
7. Tipe belajar kaidah (Rule Learning), menghasilkan suatu kaidah
yang terdiri atas penggabungan beberapa konsep.
8. Tipe belajar pemecahan masalah (Problem Solving), menghasilkan
suatu prinsip yang dapat digunakan untuk memecahkan suatu
permasalahan.
C. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Secara umum faktor-faktor yang memengaruhi belajar dibedakan atas
dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor
10. 10
tersebut saling memengaruhi dalam proses belajar individu sehingga
menentukan kualitas hasil belajar.
1. Faktor internal, adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor
internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
a. Faktor fisiologis, ialah faktor-faktor yang berhubungan dengan
kondisi fisik individu. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan
memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu.
b. Faktor psikologis, ialah keadaan psikologis seseorang yang dapat
memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang
utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa,
motivasi, minat, sikap, bakat dan percaya diri.
2. Faktor eksternal, faktor ini dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu
keluarga, sekolah dan masyarakat.
a. Faktor keluarga, siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari
keluarga berupa:
1) Bagaimana cara orang tua mendidik
2) Suasana rumah
3) Keadaan sosio-ekonomi (menunjuk pada kemampuan financial
siswa dan perlengkapan material yang dimiliki siswa, keadaan
ini dapat bertaraf baik-cukup-kurang.)4
4) Pengertian orang tua
4 W.S. Winkel. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar.Jakarta: Gramedia. 23.
11. 11
5) Latar belakang kebudayaan.
b. Faktor sekolah:
1) Metode mengajar
2) Kurikulum
3) Relasi guru dengan siswa
4) Disiplin sekolah
5) Alat pelajaran
6) Metode mengajar
7) Waktu belajar, dsb.
c. Faktor masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga
berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena
siswa berada dalam masyarakat. Faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar siswa yaitu:
1) Kegiatan siswa dalam masyarakat
2) Media massa
3) Teman bergaul
4) Bentuk kehidupan masyarakat.
12. 12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Taksonomi tipe hasil belajar adalah klasifikasi khusus terhadap
tipe hasil belajar untuk tujuan pendidikan. Terdapat beberapa
taksonomi diantaranya, taksonomi Benyamin S. Bloom dan taksonomi
“Delapan Tipe Belajar”.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir
yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana. Ranah
afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap,
emosi, dan nilai. Ranah psikomotor adalah berhubungan dengan
aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul,
dan sebagainya.
Faktor-faktor yang memengaruhi belajar dibedakan atas dua
kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor
tersebut saling memengaruhi dalam proses belajar individu sehingga
menentukan kualitas hasil belajar.
B. Saran
Dengan kita mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar, maka sebaiknya pihak pendidik dan orang tua saling bekerja
sama dalam mencapai hasil belajar yang maksimal untuk memenuhi
setiap aspek dalam tipe-tipe hasil belajar.
13. 13
DAFTAR PUSTAKA
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010.
Arikunto, Suharisini, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Yogyakarta: Bumi
Aksara, 2008.
Winkel, W.S. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta: Gramedia,
1983.