1. Sterilisasi
Semua bahan dan alat kesehatan maupun praktikum harus dalam keadaan steril.
Sterilisasi adalah suatu tindakan untuk membunuh kuman pathogen dan apatogen beserta
sporanya pada peralatan kesehatan dengan cara merebus, stoom, panas tinggi, atau
menggunakan bahan kimia. Sterilisasi alat kesehatan merupakan hal yang sangat penting untuk
mencegah terjadinya infeksi ketika peralatan tersebut digunakan.
3.1.1 Jenis Peralatan kesehatan yang dapat disterilkan :
1. Peralatan kesehatan yang terbuat dari logam, misalnya pinset, gunting, speculum dan
lain-lain.
2. Peralatan kesehatan yang terbuat dari kaca, misalnya semprit (spuit), tabung kimia dan
lain-lain.
3. Peralatan kesehatan yang terbuat dari karet, misalnya, kateter, sarung tangan, pipa
penduga lambung, drain dan lain-lain.
4. Peralatan kesehatan yang terbuat dari ebonit, misalnya kanule rectum, kanule trachea
dan lain-lain.
5. Peralatan kesehatan yang terbuat dari email, misalnya bengkok (nierbekken), baskom
dan lain-lain.
6. Peralatan kesehatan yang terbuat dari porselin, misalnya mangkok, cangkir, piring dan
lain-lain.
7. Peralatan kesehatan yang terbuat dari plastik, misalnya slang i8nfus dan lain-lain.
8. Peralatan kesehatan yang terbuat dari tenunan, misalnya kain kasa, tampon, doek
operasi, baju, sprei, sarung bantal dan lain-lain.
3.1.2 Pelaksanaan sterilisasi alat kesehatan :
Teknik sterilisasi alat kesehatan dengan cara rebus
Mensterikan Peralatan kesehatan dengan cara merebus didalam air sampai mendidih ( 100ᵒC )
dan ditunggu antara 15 sampai 20 menit. Misalnya Peralatan kesehatan dari logam, kaca dan
karet.
2. Teknik sterilisasi alat kesehatan dengan cara stoom
Mensterikan Peralatan kesehatan dengan uap panas didalam autoclave dengan waktu, suhu dan
tekanan tertentu. Misalnya alat tenun, obat-obatan dan lain-lain.
Teknik sterilisasi alat kesehatan dengan cara panas kering
Mensterikan Peralatan kesehatan dengan oven dengan uap panas tinggi. Misalnya Peralatan
kesehatan logam yang tajam, Peralatan kesehatan dari kaca dan obat tertentu.
Teknik sterilisasi alat kesehatan dengan cara menggunakan bahan kimia
Mensterikan Peralatan kesehatan dengan menggunakan bahan kimia seperti alkohol, sublimat,
uap formalin, khususnya untuk Peralatan kesehatan yang cepat rusak bila kene panas. Misalnya
sarung tangan, kateter, dan lain-lain.
Perhatian :
(1)Sterilisator harus dalam keadaan siap pakai.
(2)Peralatan harus bersih dan masigh berfungsi.
(3)Peralat yang dibungkus harus diberi label yang dengan jelas mencantumkan : nama, jenis
peralatan, tanggal dan jam disterilkan.
(4)Menyusun peralatan didalam sterilisator harus sedemikian rupa, sehingga seluruh bagian
dapat disterilkan.
(5)Waktu yang diperlukan untuk mensterilkan setiap jenis peralatan harus tepat (dihitung sejak
peralatan disterilkan).
(6)Dilarang memasukkan atau menambahkan peralatan lain kedalam sterilisator, sebelum waktu
untuk mensterilkan selesai.
(7)Memindahkan peralatan yang sudah steril ketempatnya harus dengan korentang steril.
(8)Untuk mendinginkan peralatan steril dilarang membuka bungkus maupun tutupnya.
(9)Bila peralatan yang baru disterilkan terbuka, peralatan tersebut harus disterilkan kembali.
3.1.3 Metode Sterilisasi
Ada dua cara dalam metode sterilisasi yang dikelompokkan menjadi:
Metode fisik, yang meliputi:
3. 1. Metode sterilisasi panas (kering, basah) contohnya: Oven, Incenerator, Dibakar,
Direbus, Pasteurisasi, Autoclave steam.
2. Metode sterilisasi radiasi. Contohnya: Ultra Violet (UV), Sinar Gama.
3. Metode sterilisasi filtrasi
Metode kimia, antara lain:
1. Metoda sterilisasi dingin (perendaman). Contohnya: Filter (HEPA).
2. Metoda sterilisasi gas.
Sterilisasi Secara Fisik, terdiri dari:
Metode Pemanasan basah
Pemanasan basah adalah sterilisasi panas yang digunakan bersama-sama dengan uap air.
Pemanasan basah biasanya dilakukan didalam autoklaf atau aterilisator uap yang mudah
diangkat dengan menggunakan uap air jenuh bertekanan pada suhu 1210C selama 15 menit
(Hadioetomo, 1985). Selain itu, autoklaf juga dapat diterapkan pada suhu 134oC selama 3
menit, 126oC selama 10 menit, dan 115oC selama 25 menit. Cara pemanasan basah dapat
membunuh jasad renik atau mikroorganisme terutama karena panas basah dapat menyebabkan
denaturasi protein, termasuk enzim-enzim didalam sel (Fardiaz, 1992).
Metode pemanasan secara kering
Dibandingkan pemanasan basah, pemanasan kering kurang efisien dan membutuhkan
suhu yang lebih tinggi serta waktu lama untuk sterilisasi. Hal ini disebabkan karena tanpa
kelembaban maka tidak ada panas laten (Hadioetomo, 1985). Pemanasan kering dapat
menyebabkan dehidrasi sel dan oksidasi komponen-komponen di dalam sel (Fardiaz, 1992).
Keuntungan dari pemanasan kering adalah tidak adanya uap air yang membasahi bahan
atau alat yang disterilkan, selain itu peralatan yang digunakan untuk sterilisasi uap kering lebih
murah dibandingkan uap basah (Lay dan Hastowo, 1992). Pemanasan kering sering dilakukan
dalam sterilisasi alat-alat gelas di laboratorium, dimana menggunakan oven dengan suhu 160-
1800C selama 1,5-2 jam dengan sistem udara statis (Fardiaz, 1992).
4. Metode Pemanasan bertahap
Pemanasan bertahap dilakukan bila media atau bahan kimia tahan terhadap uap 1000C
(Lay dan Hastowo, 1992). Pemanasan bertahap (tindalisasi) dilakukan dengan cara
memanaskan medium atau larutan menggunakan uap selama satu jam setiap hari untuk tiga hari
berturut-turut. Waktu inkubasi diantara dua proses pemanasan sengaja diadakan supaya spora
dapat bergerminasi menjadi sel vegetatif sehingga mudah dibunuh pada pemanasan berikutnya
(Fardiaz, 1992).
Metode incineration (pembakaran langsung).
Alat-alat platina, khrome yang akan disteril dapat dilakukan melalui pembakaran secara
langsung pada nyala lampu bunzen hingga mencapai inerah padam. Hanya saja dalam proses
pembakaran langsung ini alat-alat tersebut lama kelamaan menjadi rusak. Keurtungannya:
mikroorganisme akan hancur semuanya.
Metode Perebusan
Perebusan adalah pemanasan didalam air mendidih atau uap air pada suhu 1000C selama
beberapa menit (Fardiaz,1992). Pada suhu ini sel vegetatif dimatikan, sedang spora belum
dapat dihilangkan (Lay dan Hastowo, 1992).
Beberapa bakteri tertentu tahan terhadap suhu perebusan ini, misalnya Clostridium perfringens
dan Clostridium botulinum tetap hidup meskipun direbus selama beberapa jam (Lay dan
Hastowo, 1992)
Metode penyaringan (filtration)
Penyaringan adalah proses sterilisasi yang dilakukan pada suhu kamar. Sterilisasi dengan
penyaringan digunakan untuk bahan yang peka terhadap panas misalnya serum, urea dan enzim
(Lay dan hastowo, 1992). Dengan cara penyaringan larutan atau suspensi dibebaskan dari
semua organisme hidup dengan cara melakukannya lewat saringan dengan ukuran pori yang
sedemikian kecilnya sehingga bakteri dan sel-sel yang lebih besar tertahan diatasnya,
sedangkan filtratnya ditampung didalam wadah yang steril (Hadioetomo,1985). Namun
demikian, virus tidak dapat terpisah dengan penyaringan semacam ini. Oleh karena itu, setelah
5. penyaringan, medium masih perlu dipanasi dalam autoklaf, meskipun tidak selama 15 menit dan
dengan suhu 121oC.
Metode Radiasi ionisasi
Radiasi ionisasi adalah radiasi yang mengandung energi yang jauh lebih tinggi dari pada
sinar ultraviolet. Oleh karena itu mempunyai daya desinfektan yang lebih kuat. Salah satu
contoh radiasi ionisasi adalah sinar gamma yang dipancarkan dari kobalt-10 (Fardiaz, 1992).
Radiasi dengan sinar gama dapat menyebabkan ion bersifat hiperaktif (Lay dan Hastowo, 1992).
Metode Radiasi sinar ultra violet
Sinar ultra violet dengan panjang gelombang yang pendek memiliki daya antimikrobial
yang sangat kuat. Daya kerjanya adalah absorbsi oleh asam nukleat tanpa menyebabkan
kerusakan pada permukaan sel. Kerusakan tersebut dapat diperbaiki bila disinari dengan berkas
yang mempunyai gelombang yang lebih panjang (Lay dan Hastowo, 1992).
Metode kimia
Menurut Lay dan Hastowo (1992), bahan yang menjadi rusak bila disterilkan pada suhu
yang tinggi dapat disterilkan secara kimiawi dengan menggunakan gas. Bahan kimia yang
sering digunakan antara lain :
1) Alkohol, daya kerjanya adalah mengkoagulasi protein. Cairan alkohol yang umum digunakan
berkonsentrasi 70-80 % karena konsentrasi yang lebih tinggi atau lebih rendah kurang efektif.
2) Khlor, Gas khlor dengan air akan menghasilkan ion hipokloride yang akan
mengkoagulasikan protein sehingga membran sel rusak dan terjadi inaktivasi enzim.
3) Yodium, daya kerjanya adalah bereaksi dengan tyrosin, suatu asam amino dalam emzim atau
protein mikroorganisme. Antiseptik berbasis iodium tidak tepat bila digunakan pada sterilisasi
alat medis atau gigi, karena dapat meninggalkan noda.
4) Formaldehida 8 % merupakan konsentrasi yang cukup ampuh untuk mematikan sebagian
besar mikroorganisme. Daya kerjanya adalah berkaitan dengan amino dalam protein mikrobia.
Bahan ini bekerja secara lambat dan memerlukan tingkat kelembaban relative sekitar 70%.
Formaldehide biasa dijual dalam bentuk polimer padat paraformaldehide dalam bentuk flakes
atau tablet atau dalam bentuk formalin.
6. 5) Glutaraldehide, bahan ini bersifat non korosif dan bekerja lebih cepat daripada formaldehid,
hanya diperlukan beberapa jam untuk membunuh bakteri. Bahan ini aktif melawan bakteri
vegetatif, spora, jamur, virus yang mengandung lipid maupun yang tidak.
6) Gas etilen oksida, gas ini digunakan terutama untuk mensterilkan bahan yang dibuat dari
plastik.
7) Natrium diklorososianurat, bahan ini berbentuk bubuk, berisi 60% klor. Diterapkan pada
tumpahan darah atau cairan yang bersifat memiliki bahaya biologi lain selama 10 menit baru
kemudian dilanjutkan dengan pembersihan yang lebih lanjut.
8) Kloramina, bahan ini berbentuk serbuk berisi 25% klor, dan hamper tidak berbau. Bahan ini
dapat digunakan untuk membasmi kuman air pada minuman. Ketika digunakan pada konsentrasi
akhir dengan hanya mengandung 1-2 mg/L klor.
9) Klor dioksida, bahan ini adalah sebuah germisida kuat dan bekerja secara cepat. Bahan aktif
ini didapat dengan cara mereaksikan asam klorida dengan natrium hipoklorit.
10) Senyawa fenolik, senyawa ini aktif melawan bakteri vegetatif dan virus lipid, namun tidak
aktif dalam melawan spora. Senyawa ini biasanya berupa Triklosan dan Klorosilenol yang biasa
digunakan sebagai antiseptik.
11) Senyawa Amonium Kuartener, banyak digunakan sebagai campuran dan juga
dikombinasikan dengan germisida lain, seperti alkohol.
12) Hidrogen peroksida dan peracis, merupakan oksidan kuat dan germisida efektif yang
berspektrum luas. Bahan ini dinilai lebih aman bagi manusia dan lingkunagn daripada klor.
3.1.4 Peran Bidan dalam Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua
mikroorganisme (bakteri, jamur, parasit dan virus) termasuk endospora bakteri pada benda mati
ataupun instrument yang digunakan dengan cara uap air tekanan tinggi (otoklaf), panas kering
(oven), sterilan kimia atau radiasi. Sterilisasi ini dilakukan bukan hanya bertujuan untuk
menjaga keselamatan pasien tetapi juga untuk menjaga keselamatan diri sendiri sebagai petugas
kesehatan. Apalagi bagi seorang bidan, tentu saja alat-alat yang digunakan harus selalu
terhindar dari mikroorganisme yang mengancam keselamatan jiwa dan nyawa sang pasien.