Dokumen tersebut membahas tentang metode-metode sterilisasi yang ada, yaitu sterilisasi secara mekanik, fisik, dan kimiawi. Metode sterilisasi secara mekanik meliputi filtrasi dan penyaringan. Sedangkan metode sterilisasi secara fisik meliputi pemanasan kering, radiasi, dan pemanasan secara terputus-putus. Terakhir, metode sterilisasi secara kimiawi meliputi menggunakan etilena oksida dan formaldehida
1. KELOMPOK 2 METODE STERILISASI
PRODI DIII KEPERAWATAN
STIKES SATRIA BHAKTI NGANJUK
2018/2019
Cindy Ayu Kartika Putri (201814401014)
Dani Navy Prakarsya (201814401015)
Desi Tri Muna Diani (201814401016)
Devitayani (201814401017)
Novia Prida Septia (201814401041)
Novita Zulfatul N (201814401042)
Vidya Yuningsih (201814401055)
2. STERILISASI
Sterilisasi merupakan suatu
tindakan mengeliminasi kuman
patogen dan non-patogen,
beserta spora, pada
peralatan perawatan dan
medis dengan cara mengukus
(panas-lembab), menggunakan
panas-tinggi, atau
menggunakan bahan kimia
(Eni dkk, 2013).
3. METODE STERILISASI
1. Sterilisasi secara mekanik
a. Metode penyaringan (filtration)
Sterilisasi dengan metode penyaringan mikroorganisme tetap
hidup hanya dipisahkan dari material.
Metode filtrasi ini hanya dipakai untuk sterilisasi larutan gula,
cairan lain seperti serum atau sterilisasi hasil produksi
mikroorganisme seperti enzyme dan exotoxin dan untuk
memisahkan fitrable virus dari bakteri dan organisme lain (J.F
Gabriel, 1996).
Filter menurut Diana Barsasella yaitu :
o Filter Bakteri.
o Filter Seitz
o Filter Swinny
o Filter Fritted-Glass
o Filter Berkefeld dan Mender
o Filter Selas
o Filter Candles-Pasteur-Chamberland
4. 2. Sterilisasi secara fisik
a) Metode Radiasi
• Dalam mikrobiologi radiasi gelombang elektromagnetik yang
banyak digunakan adalah radiasi sinar ultraviolet, radiasi sinar
gamma atau sinar X dan sinar matahari. Sinar matahari banyak
mengandung sinar ultraviolet, sehingga secara langsung dapat
dipakai untuk proses sterilisasi, (J.F Gabriel, 1996)
• Sinar ultraviolet bisa diperoleh dengan menggunakan katoda
panas (emisi termis) yaitu ke dalam tabung katoda bertekanan
rendah diisi dengan uap air raksa, panjang gelombang yang
dihasilkan dalam proses ini biasanya dalam orde 2.500 s/d 2.600
Angstrom.
5. Sterilisasi dengan penyinaran sinar gamma berdaya tinggi
dipergunakan untuk objek-objek yang tertutup plastik (stick untuk
swab, jarum suntik). Untuk makanan maupun obat-obatan tidak
boleh menggunakan sinar gamma untuk sterilisasi oleh karena
akan terjadi perubahan struktur kimia pada makanan maupun
obat-obatan tersebut (J.F Gabriel, 1996).
6. • Kerugian penggunaan metode ini adalah ketidaksesuaiannya
untuk penggunaan pada bahan sensitif terhadap panas dan
kelembaban. Metode ini tidak dapat digunakan untuk sterilisasi
misalnya, produk yang dibuat dari basis minyak dan serbuk
(Diana barsasella, 2010).
7. c. Metode pemanasan secara kering
Pemanasan kering ini kurang efektif apabila
temperature kurang tinggi. Untuk mencapai efektivitas
diperlukan pemanasan mencapai temperature antara
160˚C s/d 180˚C. Pada temperatur ini akan
menyebabkan kerusakan pada sel-sel hidup dan jaringan.
Hal ini disebabkan terjadinya auto-oksidasi sehingga
bakteri patogen dapat terbakar.
Pada sistem pemanasan kering terdapat udara yang merupakan
penghantar panas yang buruk sehingga sterilisasi melalui
pemanasan kering memerlukan waktu cukup lama rata-rata
waktu yang diperlukan 45 menit. Pada temperatur 160˚C
memerlukan waktu 1 jam, sedangkan pada temperatur 180˚C
memerlukan waktu 30 menit.
8. • Pada metode pemanasan kering ini secara rutin
dipergunakan untuk mensterilisasikan alat-alat
pipet, tabung reaksi, stick swab, jarum operasi,
jarum suntik, syringe.
• Oleh karena itu, temperature tinggi sangat
mempengaruhi ketajaman jarum atau gunting
maka hindarilah tindakan sterilisasi dengan
metode panas kering terhadap jarum dan
gunting (J.F Gabriel, 1996).
9. d. Metode pemanasan secara intermittent/terputus-
putus
John Tyndall (1877) memperoleh dari hasil penelitiannya
bahwa pada temperature didih (100˚C) selama satu jam
tidak dapat membunuh semua mikroorganisme tetapi
apabila air didihkan berulang-ulang sampai lima kali dan
setiap air mendidih istirahat berlangsung satu menit
akan sangat berhasil untuk membunuh kuman. Hal ini
dapat dimengerti oleh karena dengan pemanasan
intermittent lingkaran hidup pembentukan spora dapat
diputuskan (J.F Gabriel, 1996).
10. e. Metode incineration (pembakaran
langsung)
Alat-alat platina, khrome yang akan disterilkan dapat
dilakukan melalui pembakaran secara langsung pada
nyala lampu Bunsen sehingga mencapai merah padam.
Hanya saja dalam proses pembakaran langsung ini alat-
alat tersebut lama kelamaan menjadi rusak.
Keuntungannya mikroorganisme akan hancur semuanya
(J.F Gabriel, 1996).
11. STERILISASI SECARA KIMIAWI
Bahan yang mudah rusak jika disterilkan pada suhu
tinggi, maka bisa disterilkan secara kimiawi dengan
menggunakan gas atau radiasi. Bahan kimia yang dapat
digunakan ialah etilana oksida, formaldehida, dan
glutaraldehida alkalin. Bahan kimia ini digunakan pada
suhu kamar. Lamanya perlakuan berkisar antara dua
sampai delapan belas jam. Sterilisasi dengan radiasi
dapat pula dilakukan dengan menggunakan sinar gamma,
namun penggunaannya terbatas karena menuntut
persyaratan keamanan dan biaya yang tinggi (Purwaning
Budi dkk, 2017).
12. STERILISASI DENGAN ETILEN OKSIDA
• Prinsip Dasar : Etilen oksida membunuh mikroba melalui
reaksi kimia, yaitu reaksi Alkilasi. Pada reaksi ini terjadi
penggantian gugus atom hidrogen pada sel mikroba dengan
gugus alkil, sehingga metabolisme dan reproduksi sel
terganggu (Darmadi, 2008).
• Teknis Pelaksanaan : Proses sterilisasi menggunakan
autoklaf khusus pada suhu yang lebih rendah (36-60°C)
serta konsentrasi gas tidak kurang dari 400 mg/liter, dengan
proses sebagai berikut:
13. Lanjutan..
1. Setelah peralatan medis dimasukkan, gas etilen oksida
dipompakan kedalam kamar (chamber) selama 20-30
menit pada kelembapan 50-75%.
2. Selesai waktu pemaparan dengan gas etilen oksida, diikuti
oleh tahap Aerasi atau pertukaran udara, yaitu proses
pembuangan gas etilen oksida pada sterilisator maupun
pada peralatan medis.
• Cara sterilisasi ini digunakan untuk peralatan medis dari
plastik, alat-alat optik, pacemaker, dan lain-lain yang sulit
disterilisasikan dengan cara lain. Afinitasnya yang tinggi akan
berakibat timbulnya residu pada peralatan medis yang telah
disterilkan. Gas etilen oksida cukup toksik sehingga dapat
menyebabkan iritasi pada kulit dan mukosa. Oleh karenanya
perlu perhatian pada masalah keselamatan kerja (Darmadi,
2008).
14. STERILISASI DENGAN FORMALDEHID
• Prinsip Dasar : Mikroba terbunuh dengan cara mengikat
gugusan asam amino dari protein mikroba (Darmadi, 2008).
• Teknis Pelaksanaan : Alat yang dianjurkan untuk sterilisasi
adalah Formulin Autoclave dengan suhu 70°C. Setelah
peralatan medis yang akan disterilkan dimasukkan, gas
formaldehid dialirkan kedalam kamar (chamber) dengan
konsentrasi 15 mg/m3 (Darmadi, 2008).
• Cara ini hanya untuk sterilisasi yang terbatas seperti kateter,
sarung tangan, dan sebagainya. Gas formaldehid baunya
sangat menyengat dan menyebabkan iritasi pada kulit, mata,
dan saluran pernapasan. Oleh karena itu perlu penanganan
dengan hati-hati (Darmadi, 2008).
15. JENIS PERALATAN YANG DISERILKAN
Menurut Eni Kusyanti ada beberapa jenis peralatan yang
disterilkan diantaranya adalah :
o Peralatan yang terbuat dari logam, misalnya pinset, gunting,
spekulum, Nalvuder (alat pemegang jarum s aat menjahit luka).
o Peralatan yang terbuat dari kaca, misalnya spuit, tabung kimia.
o Peralatan yang terbuat dari karet, misalnya kateter, sarung
tangan, slang nasogastrik, slang drainase.
o Peralatan yang terbuat dari ebonit, misalnya kanula rektum,
kanula trakea.
o Peralatan yang terbuat dari porselen, misalnya mangkuk, piring,
cangkir.
o Peralatan yang terbuat dari plastik, misalnya slang infus, slang
oksigen.
o Peralatan yang dilapisi email, misalnya bengkok, baskom.
o Peralatan tenun, misalnyakain kasa, tampon, duk operasi, seprai,
sarung bantal.
16. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM
STERILISASI
Menurut Eni Kusyanti beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam sterilisasi:
oSterilisator harus dalam keadaan siap pakai.
oPeralatan yang akan disterilkan harus dalam kadaan bersih
dan masih berfungsi.
oPeralatan yang dibungkus harus diberi labelyang
mencantumkan jenis peralatan yang disterilkan; tanggal
dan jam sterilisasi dilakukan, serta jumlah peralatan yang
disterilkan.
oPenataan alat di dalam sterilisator harus menggunakan
prinsip seluruh bagian dapat disterilkan.
17. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM
STERILISASI
oWaktu yang diperlukan untuk mensterilkan setiap jenis
peralatan harus tepat (dihitung sejak peralatan
disterilkan).
oJangan menambahkan peralatan ke dalam sterilisator
sebelum sterilisasi selesai dilakukan.
oPeralatan yang sudah steril dipindahkan dengan
menggunakan korentang steril.
oJangan membuka bungkus maupun penutup set steril
ketika mendinginkan peralatan steril.
oPeralatan harus kembali disterilkan jika pembungkus
terbuka.
18. DAFTAR PUSTAKA
Barsasella, Diana. (2010). Fisika Untuk Mahasiwa Keperawatan, Jakarta : Trans
Info Media.
Budi Lestari, Purwaning. (2017). Mikrobiologi Dalam Inkuiry, Malang : Gunung
Samudera, Dari Google Books, (Online),
(https://books.google.co.id/books?id=EYQ7DwAAQBAJ&pg=PA102&dq
=STERILISASI+DALAM+MIKROBIOLOGI&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiE-
Juu1KThAhVWdCsKHSYoBAEQuwUIMzAA#v=onepage&q=STERILISASI%
20DALAM%20MIKROBIOLOGI&f=false), diakses pada 28 Maret 2019.
Darmadi. (2008). Infeksi Nosokomial, Jakarta : Salemba Medika. Dari Google
Books, (Online), (https://books.google.co.id/books?id=BdkOHaf5R-
IC&pg=PA83&dq=sterilisasi+adalah&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiG3IzA
kp_hAhVJsY8KHcobCesQ6AEIKjAA#v=onepage&q=sterilisasi%20adalah
&f=false), diakses pada 28 Maret 2019.
Gabriel, J.F. (1996). Fisika Kedokteran, Jakarta : EGC. Dari Google Books,
(Online),(https://books.google.co.id/books?id=GTKs1gjkmD8C&pg=PA3
4&dq=METODE+STERILISASI&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwisutPM0qThA
hVK6nMBHRs_DhEQ6AEILTAA#v=onepage&q=METODE%20STERILISASI
&f=false), diakses pada 28 Maret 2019.
Kusyati, Eni.dkk. (2013). Keterampilan Dan Prosedur Laboratorium
Keperawatan Dasar, Jakarta : EGC.