Dokumen tersebut membahas tentang pengendalian gulma pada tanaman karet. Secara singkat, dibahas tentang definisi gulma dan kerugian yang ditimbulkannya, klasifikasi gulma berdasarkan jenisnya, serta berbagai metode pengendalian gulma pada berbagai tahap pertumbuhan tanaman karet seperti pembibitan, tanaman belum menghasilkan, dan tanaman telah menghasilkan.
1. 1
PENGENDALIAN GULMA PADA
TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis (L))
OLEH :
NURUL FADLI
16020242016
Dosen Pengasuh
Prof. Ir. Ardi, MP
Dr. Ir. Irawati Caniago, M.Rur
PROGRAM PASCASARJANA AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
2. 2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
ilmu gulma yang berjudul “Pengendalian Gulma Pada Tanaman Karet (Hevea
brasiliensis (L))”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan
yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Ir. Ardi MP Selaku pengasuh mata
kuliah dan Dr. Ir. Irawati Caniago, M.Rur yang telah banyak memberikan
masukan, demikian pula ucapan terimakasih peran rekan-rekan mahasiswa/i
pascasarjana dan semua pihak yang telah ikut membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam proses penyusunan tesis ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran
yang konstruktif dari para pembaca. Selanjutnya penulis berharap semoga laporan
ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.
Padang, April 2018
N.F,SP
3. 3
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................ 2
DAFTAR ISI............................................................................................... 3
DAFTAR TABEL....................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Tanaman Karet (Hevea brasiliensis (L)) ........................................ 5
1.2. Pentingnya Tanaman Karet (Hevea brasiliensis (L)).................... 6
BAB II TANAMAN PENGANGGU (GULMA)
2.1. Pengertian Gulma........................................................................... 7
2.2 Klasifikasi Gulma............................................................................ 8
2.2.1. Gulma Golongan Rumputan (grasses) .................................... 8
2.2.2. Gulma Golongan Tekian (seges) ............................................. 8
2.2.2. Gulma Golongan Berdaun Lebar (broadleaves)...................... 8
2.3 Kerugian Akibat Gulma ................................................................. 9
2.3.1. Aspek Bidang Pertanian .......................................................... 9
2.3.1.1. Gulma Akan Menurunkan Jumlah Hasil (kuantitas) ....... 9
2.3.1.2. Gulma Akan Menurunkan Mutu Hasil (kualitas) ............ 9
2.3.1.3. Gulma Dapat Meracuni Tanaman (alelopati).................. 9
2.3.1.4. Gulma Akan Menurunkan Nilai Tanah............................ 10
2.3.1.5. Gulma Merusak Alat Pertanian........................................ 10
2.3.1.6. Gulma Menjadi Inang Hama Dan Penyakit..................... 10
2.3.1.7. Keberadaan Gulma Mendambah Biaya Produksi............ 10
BAB III PENGENDALIAN GULMA TANAMAN KARET
3.1. Pengendalian Gulma Tanaman Karet ............................................ 11
3.1.1. Pengendalian Gulma Pada Tahap Pembibitan......................... 11
3.1.2. Pengendalian Gulma Pada Tahap TBM .................................. 12
3.1.2.1 Pengendalian Secara Mekanis........................................... 12
3.1.2.1.1 Piringan Tanaman ..................................................... 13
3.1.2.2. Gawangan Tanaman.................................................... 14
3.1.2.2 Pengendalian Secara Kimia .............................................. 15
3.1.1. Pengendalian Gulma Pada Tahap Tanaman Menghasilkan .... 16
3.1.2.1 Pengendalian Secara Mekanis........................................... 17
3.1.2.2 Pengendalian Secara Biologis........................................... 17
3.1.2.1 Pengendalian Secara Kimiawi .......................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 19
4. 4
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Gulma yang dijumpai pada tahap pembibitan................................... 11
2 Herbisida yang direkomendasikan pada tahap pembibitan............... 12
3 Gulma yang dijumpai ditanaman yang belum menghasilkan........... ...........13
4 Herbisida yang direkomendasikan untuk TBM ................................ 15
5 Gulma yang dijumpai ditanaman menghasilkan (TM) .................... 16
6 Herbisida yang direkomendasikan untuk (TM) ............................... 18
5. 5
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Tanaman Karet (Hevea brasiliensis (L))
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) termasuk dalam famili Euphorbiacea,
disebut dengan nama lain rambung, getah, gota, kejai ataupun hapea. Karet
merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting sebagai sumber devisa
non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Upaya
peningkatan produktivitas tanaman tersebut terus dilakukan terutama dalam
bidang teknologi budidaya dan pasca panen . Agar tanaman karet dapat tumbuh
dengan baik dan menghasilkan lateks yang banyak maka perlu diperhatikan
syarat-syarat tumbuh dan lingkungan yang diinginkan tanaman ini. Apabila
tanaman karet ditanam pada lahan yang tidak sesuai dengan habitatnya maka
pertumbuhan tanaman akan terhambat. Lingkungan yang kurang baik juga sering
mengakibatkan produksi lateks menjadi rendah. Sesuai habitat aslinya di Amerika
Selatan, terutama Brazil yang beriklim tropis, maka karet juga cocok ditanam di
Indonesia, yang sebagian besar ditanam di Sumatera Utara dan Kalimantan. Luas
areal perkebunan karet tahun 2015 tercatat mencapai lebih dari 3,5 juta hektar
yang sebagian besar yaitu 85% merupakan perkebunan karet rakyat dan hanya 8%
perkebunan besar milik swasta serta 7% perkebunan besar milik negara.
Sejak dekade 1980 hingga saat ini tahun 2010, permasalahan karet
Indonesia adalah rendahnya produktivitas dan mutu karet yang dihasilkan,
khususnya oleh petani karet rakyat. Sebagai gambaran produksi karet rakyat
hanya 600 - 650 kg KK/ha/thn. Meskipun demikian, peranan Indonesia sebagai
produsen karet alam dunia masih dapat diraih kembali dengan memperbaiki
teknik budidaya dan pasca panen/pengolahan, sehingga produktivitas dan
kualitasnya dapat ditingkatkan secara optimal. Secara umum ada dua jenis karet,
yaitu karet alam dan karet sintetis. Setiap jenis karet mempunyai/memiliki
karakteristik yang berbeda, sehingga keberadaannya saling melengkapi. Saat ini
karet yang digunakan di Industri terdiri dari karet alam dan karet sintetis
Selain itu, tanaman karet juga merupakan tanaman tahunan yang mampu
memberikan manfaat dalam pelestarian lingkungan, terutama dalam hal
penyerapan CO2 dan penghasil O2. Bahkan ke depan, tanaman karet merupakan
6. 6
sumber kayu potensial yang dapat mensubsidi kebutuhan kayu hutan alam yang
dari tahun ke tahun ketersediaannya semakin menurun. Pengembangan
perkebunan karet yang dilakukan pada wilayah-wilayah bukaan baru terbukti telah
menjadi penggerak perekonomian wilayah dengan berbagai multiplier effect. Data
empiris membuktikan bahwa dengan banyaknya pengembangan perkebunan karet
di wilayah baru yang sebelumnya terpencil, muncul pusat-pusat perekonomian
baru seperti di Sumatera Selatan (Mesuji) dan Kalimantan Barat (Sintang,
Sambas).
I.2 Pentingnya Tanaman Karet (Hevea brasiliensis (L))
Pengembangan perkebunan karet memberikan peranan penting bagi
perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber devisa, sumber bahan baku industri,
sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta sebagai pengembangan
pusat-pusat pertumbuhan perekonomian di daerah dan sekaligus berperan dalam
pelestarian fungsi lingkungan hidup. Dalam pengembangan komoditas karet,
Pemerintah didukung oleh Pusat Penelitian Sungai Putih, Balai Penelitian Sungei
Putih, Balai Penelitian Sembawa, dan Balai Penelitian Getas serta Badan
Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian dalam pengkajian teknologi.
Dari aspek produksi, produktivitas karet rakyat umumnya masih rendah yaitu
antara 900-1.000 kg/ha/tahun (50%-60% dari potensi produksi). Rendahnya
produktivitas karet rakyat disebabkan sebagian besar belum menggunakan klon
unggul, dan tanaman yang sudah tidak produktif 400.000- 500.000 ha yang perlu
segera diremajakan.
Untuk meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat,
Departemen Pertanian telah menyiapkan program Revitalisasi Perkebunan,
melalui kegiatan peremajaan karet tua/rusak/tidak produktif seluas 250.000 ha dan
perluasan karet seluas 50.000 ha dalam kurun waktu 2010-2014. Kegiatan
peremajaan dan perluasan karet dimaksud, didukung pembiayaan kredit investasi
perbankan dengan subsidi bunga oleh pemerintah dan melibatkan perusahaan
perkebunan sebagai mitra khususnya dalam pembangunan kebun.
7. 7
BAB II TANAMAN PENGANGGU (GULMA)
2.1 Pengertian Gulma
Gulma merupakan bagian dari OPT, di samping hama dan penyakit
tumbuhan. Walaupun ketiga kelompok OPT tersebut selalu berinteraksi dengan
kegiatan manusia di bidang pertanian, namun perkembangan ilmu yang
membahas ketiga jasad penganggu tersebut tidak memperlihatkan kemajuan yang
sama. pada awalnya perkembangan ilmu gulma palaing lambat dibandingkan ilmu
hama dan penyakit. Beberapa alasan mengapa ilmu gulma agak terlambat
perkembanganya antara lain adalah pertama adanya perbedaan intensitas serangan
yang ditunjukan oleh ketiga kelompok organisme tersebut.
Kerugian yang disebabkan oleh hama dan penyakit terlihat lebih
spektakuler dibandingkan kerugian yang disebabkan oleh gulma, hama dan
penyakit dalam waktu singkat dapat mengagalkan usaha tani. Gulma
menimbulkan kerugian yang bersifat secara perlah-lahan selama gulam tersebut
masih masih hidup dan berinteraksi bersama dengan tanaman. Kerugian tersebut
terjadi melalui proses persaingan atau kompetisi antara gulam dan tanaman dalam
memperoleh sarana tumbuh seperti hara, air, cahaya, CO2 dan ruang tumbuh.
Selain persaingan, kerugian tanaman dapat pula terjadi melalui proses alelopati,
yaitu proses penekanan pertumbuhan tanaman akibat senyawa yang dikeluarkan
oleh gulma. Gangguan yang disebabkan oleh gulam bersifat tidak kasat mata dan
berlangsung perlahan, walaupun kalau tidak diatasi dapat mengagalkan panen.
Alasan kedua adalah praktis yang berpendapat bahwa selama ini masalah
gulma telah teratasi denga adanya praktik kultivasi dan pengolahan tanah. Dalam
konteks ini pengolahan tanah tidak hanya di tunjukan pada aspek penyiapan
media tumbuh tanaman tetapi juga aspek pengendalian gulma. Gulma yang telah
tumbuh akan terpotong dan atau di benamkan memalui proses pengolahan tanah.
Di indonesia sendiri, ilmu gulma juga termasuk ilmu yang masih muda.
Ilmu gulma sebelumnya dikenal dengan istilah ilmu tumbuhan pengganggu.
Ilmuwan gulma mulai melihat prospek yang lebib baik dibidang pengolahan
gulma. Herbisida 2,4-D merupakan herbisida modern pertama yang bersifat
memiliki daya kendali terhadap gulma dan konsentrasi atau dosis yang rendah.
8. 8
2.2 Klasifikasi Gulma
Klasifikasi atau golongan gulma diperlukan untuk memudahkan dalam
mengenali atau mrngidentifikasi gulma. Dasar pengelompokan suatu jenis gulma
ditentukan menurut kebutuhan tertentu. Pengelompokan gulma menurut kesamaan
responya terhadap herbisida paling banyak digunakan bila dikaitkan dengan upaya
pengendalian gulma. Berdasarkan respon gulma terhadap herbisida tersebut maka
gulma dapat digolongkan menjadi.
2.2.1 Gulma Golongan Rumputan (grasses)
Semua jenus gulma termasuk dalam famili poaceae atau gramineae adalah
kelompok rumputan. Beberapa kalangan kadangkala menggunakan istilah gulma
berdaun sempiit untuk golongan rumputan ini. Kelompok gulma ini ditandai
dengan ciri utama yaitu tulang daun sejajar dengan tulang daun utama, berbentuk
pita, dan terletak berselang-seling pada ruas batang. Batang berbentuk silindris,
beruas dan berongga. Akar gulma golongan ini tergolong kedalam akar serabut.
2.2.2 Gulma Golongan Tekian (sedges)
Semua jenis gulma yang termasuk kedalam famili cyperaceae adalah
gulam golongan tekian. Gulam yang termasuk dalam golongan ini memliki ciri
utama letak daun berjejal pada pangkal batang, bentuk daun seperti pita, tangkai
bunga tidak beruas dan berbentuk silindris segi empat atau segi tiga.
2.2.3 Gulma Golongan Berdaun Lebar (broadleaves)
Anggota gulma berdaun lebar ini paling banyak dijumpai dilapangan dan
paling beragam jenisnya. Semua jenis gulma yang tidak termasuk dalam famili
poaceae atau rumputan dan cyperaceae atau tekian adalah kelompok golongan
gulma berdaun lebar. Ciri-ciri yang dimiliki gulma tersebut sangat beragam
tergantung dari familinya. Sebagai gambaran umum, bentuk daun gulma golongan
ini adalah lonjong, bulat, menjari atau berbentuk hati. Akar yang dimilki umumny
berupa akar tunjang. Batang umumnya bercabang, berkayu atau sekulen. Bunga
gulma golongan ini ada yang majemuk atau komposit dan ada yang tunggal.
Beberapa gulma yang termasuk dalam jenis paku-pakuan memiliki perakaran
yang serabut.
9. 9
2.3 Kerugian Akibat Gulma
Tumbuhan yang berstatus gulam selalu dinilai merugikan manusia. Perlu
diingat kembali bahwa batasan gulma yang paling tepat adalah tumbuhan yang
merugikan manusia. Kerugian yang disebabkan oleh gulma meliputi berbagai
aspek kehidupan manusia yang bersifat langsung maupun tidak langsung.
Kerugian yang bersifat langsung misalnya menjadi kontaminan produk pertanian,
melukai petani, menaikan biaya produksi, menyita waktu petani atau merusa alat-
alat pertanian. Kerugian yang bersifat yang tidak langsung, misalnya menjadi
pesaing tanaman sehingga menurunkan hasil pertanian, mencemari lingkungan,
atau mempengaruhi organisme asli suatu daerah akibat habitanya diganggu oleh
gulma. Ada beberapa aspek yang merugikan kehidupan manusia akibat dari gulma
ini.
2.3.1 Aspek Bidang Pertanian
2.3.1.1 Gulma akan menurunkan jumlah hasil (kuantitas). Antara gulma dan
tanaman yang hidup bersama dalam suatu areal usaha tani. Akibat dari
kompetisi tersebut maka kedua belah pihak akan dirugikan sehinga masing-
masing tidak dapat tumbuh berproduksi secara optimal. Aspek ini seringkali
menjadi perhatian utama petani karena berkaitan langsung dengan hasil dan
pendapatan yang diperoleh.
2.3.1.2 Gulma akan menurunkan mutu hasil (kualitas). Penurunan mutu hasil
misalnya dapat terjadi melalui pencampuran hasil tanaman dengan biji atau
bagian tubuh gulma, pencampuran benih dengan biji gulma pertumbuhan
yang kurang baik dan tidak seragam dan sebagianya. Aspek ini akan
menurunkan nilai jual dan tingkatan pendapatan petani.
2.3.1.3 Gulma dapat meracuni tanaman (alelopati). Beberapa gulma
mengeluarkan alelokimia yang dapat meracuni tanaman misalnya sembung
rambat (Mikanea micrantah) dan pada perkebunan karet alang-alang
(Imperata cylindrica). Adanya alelokimia berupa senyawa fenolat yang
dikeluarkan oleh gulma akan menghambat pertumbuhan pokoknya
10. 10
2.3.1.4 Gulma dapat menurunkan nilai tanah. Tanah bongkor atau kotor yang
ditumbuhi semak belukar secara psikologis menurunkan daya tarik pembeli
tanah tersebut. Sebagai akibatnya nilai jual tanah akan lebih rendah
dibndingkan tanah yang tidak ada gulma.
2.3.1.5 Gulma dapat merusak atau menghambat penggunaan alat mekanik.
Kelancaran jalannya alat-alat mekanik baik untuk mengolah tanah atau
kegiatan pemeliharaan dan pemanenan akan terhambat dengan lebatnya
gulma yang tumbuh diareal pertanian, terutama untuk jenis gulam berkayu
atau menjalar. Gulma berkayu dapat merusak baja dan garu.
2.3.1.6 Gulma dapat menjadi inang hama dan penyakit. Gulma dapat pula
berperan sebagai tempat tinggal sementara atau atau pakan alternatif bagi
hama dan penyakit. Hama tikus lebih menyukai areal pertanian yang kotor
karena di tumbuhi gulma.
2.3.1.7 Keberadaan gulma akan menambah biaya produksi. Penambahan
biaya tersebut diperlukan untuk membayar tenaga kerja dan membeli
herbisida atau alat-alat pengendali gulma. Sebagai contoh perawatan
kacang-kacangan penutup tanah untuk budidaya karet membutuhkan tenaga
kerja 30 orang.
11. 11
BAB III PENGENDALIAN GULMA TANAMAN KARET
3.1 Pengendalian Gulma Tanaman Karet (Hevea brasiliensis (L))
Pengendalian pada tanaman karet di lakukan pada fase pembibitan, fase
tanaman karet belum menghasilkan (TBM) dan fase tanaman karet menghasilkan
(TM).
3.1.1 Pengendalian Gulma Pada Tahap Pembibitan
Pengendalian gulma di pembibitan berbeda dengan di areal kebun, baik
untuk tanaman yang belum menghasilkan maupun tanaman yang menghasilkan.
Areal pembibitan harus diusahakan selalu bersih dari gulma. Oleh karena itu,
pengendalian gulma harus diulang secara teratur sehingga tidak ada kesempatan
hidup bagi gulma.
✓ Jenis gulma yang sering dijumpai di tahap pembibitan yaitu; Cypirus irea,
Cyperus rotundus, Eleusine indica dan Echinocola colona.
Tabel 1. Gulma yang dijumpai pada tahap pembibitan.
Cypirus irea Cyperus rotundus Eleusine indica Echinocola colona
Sumber www. Wordpress.com
✓ Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan cangkul atau kored
setiap dua minggu sekali sampai tajuk saling bersinggungan. Selanjutnya,
pengendalian dilakukan setiap sebulan sekali.
12. 12
✓ Pengendalian secara kimia dilakukan dengan herbisida setelah bibit berumur
4 – 5 bulan. Penyemprotan harus hati-hati agar percikan herbisida tidak
terlalu banyak mengenai bagian bibit yang masih hijau Herbisida yang dapat
digunakan adalah Sidaxone 1,5/1,0 liter, Gramoxone dan Zeram 250 ml
dengan volume semprot 60 liter/ha disemprotkan dua kali berselang dua
minggu. (Haryono, 2013).
Tabel 2. Herbisida yang di rekomendasikan pada tahap pembibitan
Sumber. Katalog produk. Petrosida Gresik
3.1.2 Pengendalian Gulma Pada Tahap Tanaman Belum Menghasilkan
(TBM)
3.1.2.1 Pengendalian Secara Mekanik
Pengendalian gulma di kebun yang belum menghasilkan. Dilakukan
dengan cara penanaman tanaman penutup tanah (LCC), pemeliharaan piringan
atau jalur tanaman, dan pemeliharaan gawangan tanaman. Terdapat beberapa jenis
gulma pada tahap TBM di antaranya; Ageratum sp, Asystasia intrusa, Axonopus
compressus, Axonopus compressus, Cyperus rotundus, Calopaganium sp, Colopogonium
caeruleum, Commelina benghalensis, Borreria alata, Digitaria ciliaris, Ootoola nodusa,
dan Paspalum cojugatum.
13. 13
Tabel 3. Gulma yang dijumpai di tanaman belum menghasilkan (TBM)
Sumber www. Wordpress.com
Ageratum sp Asystasia intrusa Axonopus
compressus
Axonopus
compressus
Cyperus rotundus Calopaganium sp Colopogonium
caeruleum
Commelina-
benghalensis
Borreria alata Digitaria ciliaris Ootoola nodusa Paspalum
cojugatum
14. 14
3.1.2.1.1 Piringan Tanaman
Piringan tanaman dengan jari-jari 0,5 – 1,0 m agar selalu bersih dari gulma
atau penutupan tanah oleh gulma maksimum 30%. Pengendalian gulma dapat
dilakukan secara manual atau kimiawi. Penyiangan secara manual yakni dengan
mencabut atau menggunakan kored/cangkul, dilakukan sebulan sekali atau
tergantung pada perkembangan gulma. Arah penyiangan dibuat silih berganti.
Penyiangan I menjauhi batang tanaman sedangkan penyiangan ke II menuju
batang tanaman, demikian selanjutnya. Hal ini juga berlaku pada penyiangan jalur
tanaman untuk menghindarkan terjadinya pencekungan tanah sekeliling pangkal
batang.
3.1.2.1.2 Gawangan Tanaman
Penanaman tanaman penutup tanah kacangan (PTK)/ Legume cover crop
(LCC). Setelah pengolahan tanah/pembukaan lahan selesai segera dilakukan
pengajiran. Penanaman PTK dilakukan setelah pengajiran diupayakan satu tahun
sebelum penanaman karet atau paling lambat bersamaan dengan penanaman karet.
PTK ditanam 1,5-2,0 meter dari ajir/barisan tanaman dalam 4 baris.
Kacangan yang digunakan adalah: Campuran konvensional yaitu
Centrosema pubesncens, Calpogonium mucunoides dan Pueraria javanica
dengan perbandingan 2:2:1. Penanaman dilakukan dengan menugal sedalam
kurang lebih 5 cm. Dalam satu lubang diisi 3-5 butir biji, kemudian ditutup
dengan tanah. Jarak dalam barisan 40-50 cm atau dideder sepanjang larikan.
Dari beberapa jenis LCC, saat ini Mucana bracteata merupakan jenis yang
paling banyak digunakan karena memiliki beberapa keunggulan yaitu :
pertumbuhannya cepat, produksi biomassa tinggi, tahan terhadap naungan, tahan
terhadap kekeringan, menekan pertumbuhan gulma, dan tidak sukai ternak.
Pemeliharaan LCC sebaiknya dilakukan secara berkala sejak LCC di tanam di
lapangan.
15. 15
3.1.2.2 Pengendalian Secara Kimia
Pengendalian Secara Kimiawi yakni dengan menggunakan dengan
berbagai herbisida. Herbisida yang digunakan dengan masing-masing dalam 60
liter air, penyemprotan dilakukan dua (2) kali berselang dua (2) minggu,
penyemprotan selanjutnya disesuaikan dengan perkembangan gulma (tergantung
herbisida yang digunakan). Menjelang tanaman mulai menghasilkan, kebun yang
penyiangannya hanya pada piringan diubah menjadi penyiangan jalur atau dibuat
jalan panen selebar 1 meter.
Tabel 4. Herbisida yang di rekomendasikan untuk TBM
16. 16
Sumber. Katalog produk. Petrosida Gresik
3.1.3 Pengendalian Gulma Pada Tahap Tanaman Menghasilkan (TM)
Gulma yang ada pada areal TM umumnya adalah gulma tahan naungan
seperti Axonopus compressus (alang-alang), Mikania micrantha (sembung
rambat), Nephrolepis bisserata (pakis kinca), Cyclossorus aridus (pakis kadal).
Jenis gulma yang ditemukan pada perkebunan karet yang belum menghasilkan
lebih banyak (12 jenis gulma) dari pada gulma yang ditemukan pada perkebunan
karet yang menghasilkan (4 jenis gulma). Ini menunjukkan bahwa jumlah jenis
gulma pada perkebunan karet dipengaruhi oleh umur tanaman karet TBM (< 5
tahun) dan fase TM (> 5 tahun).
Tabel 5. Gulma yang dijumpai ditanaman menghasilkan (TM)
Axonopus
compressus
Mikania micrantha Nephrolepis bisserata Cyclossorus
aridus
Sumber www. Wordpress.com
17. 17
3.1.3.1 Pengendalian Secara Mekanis
Pengendalian gulma yang dilakukan biasanya dilakukan secara tradisional
menggunakan tangan atau alat sederhana seperti parang, cangkul, dan lain-lain.
Praktek yang dilakukan dengan tangan adalah dengan cara mencabut gulma yang
tergolong gulma semusim, sedangkan untuk gulma tahunan sering menggunakan
parang. Selanjutnya gulma yang sudah disiang di bawa ke pinggir kebun dan
dibakar. Pengendalian ini dilakukan dengan frekuensi 6 bulan sekali dan
seringkali dilakukan bersamaan dengan saat pemupukan tanaman karet, dan juga
dilakukan secara rutin pada dan menghasilkan.
Pengendalian gulma dengan cara mekanis menggunakan mesin babat
rumput. Cara ini dilakukan dengan membutuhkan biaya yang cukup tinggi dalam
hal penyediaan mesin, bahan bakar mesin babat dan operator. Sedangkan
kelebihannya adalah pekerjan akan lebih cepat signifikan apabila dibandingkan
dengan cara manual dan potongan rumput akan melapuk ditanah lalu menjadi
pupuk yang akan membantu kesuburan tanah danmenjaga kelembaban tanah.
3.1.3.2 Pengendalian Secara Biologis
Di antara jenis-jenis ternak ruminansia, domba merupakan jenis ternak
yang paling sesuai untuk mengendalikan gulma di kawasan tanaman karet. Hal ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa ternak domba memiliki sifat dasar sebagai
ternak perenggut rumput. Tidak semua hijauan yang tumbuh di bahwah tanaman
pokok perkebunan dapat dimanfaatkan oleh domba. Sekitar 70% dari jenis gulma
yang umum tumbuh di kawasan perkebunan merupakan sumber hijauah pakan
ternak yang baik. Prinsip pengendalian gulma dengan mengintegrasikan
komponen domba ke dalam sistem produksi tanaman perkebunan adalah
mempertahankan keberadaan vegetasi sehingga tercapai keseimbangan antara
kepentingan tanaman pokok dengan kelangsungan usaha produksi domba.
18. 18
3.1.3.3 Pengendalian Secara Kimiawi
Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian kimiawi dengan
menggunakan herbisida. Herbisida yang biasa digunakan dengan bahan aktif
glyphosat dan dosis sesuai dengan aturan pemakaian. Penggunaan herbisida ini
biasanya dilakukan pada bagian piringan pohon karet saja dan tidak dilakukan
pada semua permukaan tanah yang ditutupi gulma. Aplikasi herbisida
menggunakan alat semprot punggung dan hanya dilakukan bila gulma banyak
tumbuh pada akhir musim penghujan dan biasanya setelah dilakukan penyiangan
terlebih dahulu. Pengendalian gulma secara mekanis dan kimiawi dilakukan tanpa
memperhatikan tingkat dominansi gulma yang ada di perkebunan karet. Tindakan
pengendalian yang dilakukan hanya didasarkan pada keberadaan gulma di
perkebunan dikategorikan sudah banyak dan mengganggu aktifitas penyadapan.
Tabel 6. Herbisida yang di rekomendasikan untuk TM
Sumber. Katalog produk. Petrosida Gresik
19. 19
DAFTAR PUSTAKA
Damanik, 2010. Budidaya dan pasca panen karet. Penebar swadaya
Dad R.J. Sembodo, 2010. Gulma dan pengolahanya. Graha ilmu.
Tim penulis PS, 2013. Panduan lengkap karet. Penebar Swadaya.
Sumber. Katalog produk. Petrosida Gresik.
Sumber www. Wordpress.com