SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
MAKALAH
AGRIBISNIS TANAMAN KENTANG
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Masalah Khusus Produksi Tanaman II
Disusun oleh :
Tessa Prima Dewi
150320210005
Kelas :
Masalah Khusus Produksi Tanaman II
PROGRAM STUDI AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah mengenai agribisnis tanaman kentang. Makalah
ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Masalah Khusus Produksi Tanaman II pada
Program Studi Pasca Sarjana Agromoni di Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.
Dalam penyusunan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi. Saya juga menyadari makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat diharapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini. Walaupun demikian, saya mengharapkan semoga makalah ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya dan memberikan pengetahuan serta manfaat kepada
penulis maupun pembaca.
Wassalamualamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bandung ,16 Oktober 2021
Tessa Prima Dewi
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
2.1 Klasifikasi dan Botani Tanaman Kentang...................................................................2
2.2 Morfologi Tanaman Kentang......................................................................................2
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kentang..............................................................................4
2.4 Stadia Pertumbuhan Tanaman Kentang ......................................................................4
2.5 Penentuan Waktu Panen Tanaman Kentang ...............................................................5
2.6 Panen Tanaman Kentang.............................................................................................6
2.7 Pasca Panen Tanaman Kentang...................................................................................6
2.8 Faktor yang mempengaruhi Penanganan Pasca Panen ...............................................9
2.9 Penyebab Kehilangan Hasil Panen Tanaman Kentang ...............................................9
2.10 Studi Kasus Kehilangan Hasil Tanaman Kentang ....................................................10
2.11 Upaya Penanganan Kehilangan Hasil Tanaman Kentang.........................................11
2.12 Standar Mutu Hasil Tanaman Kentang.....................................................................11
2.13 Agribisnis Tanaman Kentang....................................................................................12
2.14 Alur Pemasaran Tanaman Kentang...........................................................................13
2.15 Perbandingan Mutu Ubi Kentang Pasar Modern dengan Pasar Tradisional.............14
BAB III PENUTUP................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman hortikultura dengan
organ target ubi yang mengandung karbohidrat. Selain sumber karbohidrat, kentang
mengandung protein, asam amino, mineral, dan vitamin (The International Potato Center,
2008). Kentang termasuk jenis sayuran komersial bernilai tinggi, baik sebagai produk segar
maupun olahan. Hal ini dikarenakan semakin banyak industri makanan yang membutuhkan
kentang bermutu tinggi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2017), produksi kentang di Indonesia pada tahun
2017 mengalami penurunan sebesar 3,9% dari tahun 2016. Penurunan produksi kentang
tersebut dari 1.213.041 ton menjadi 1.164.738 ton. Rendahnya produksi kentang di Indonesia
terkait dengan pemakaian benih tidak bermutu dan kehilangan hasil panen akibat teknik
budidaya belum sesuai standar (Karjadi dan Buchory, 2008).
Komoditas hortikultura salah satunya ubi kentang tetap melakukan proses respirasi dan
metabolisme setelah panen. Hal ini dapat mengalami kerusakan 20 %-40 % yang disebabkan
ketidaktepatan waktu panen, kerusakan mekanis, fisik, dan fisiologis (Winarno dan Aman,
1981). Begitupun pada alur pemasaran seringkali terdapat hambatan yang disebabkan oleh
penanganan pasca panen yang kurang sempurna sehingga kehilangan produk akibat kerusakan
mutu dan fisik cukup tinggi.
1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui kegiatan panen dan pasca panen tanaman kentang dengan berbagai
permasalahan yang dapat menyebabkan kehilangan hasil dan solusi yang dilakukan
2. Untuk mengetahui kegiatan agribisnis tanaman kentang
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi dan Botani Tanaman Kentang
Menurut Rukmana (1997), dalam sistematika (taksonomi) Tanaman kentang
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales (Berumbi)
Famili : Solanaceae (Berbunga terompet)
Genus : Solanum
Spesies : Solanum tuberosum L.
Tanaman kentang (Solanum tuberosum L) merupakan tanaman hortikultura, berbentuk perdu
atau semak, dan berumur pendek kurang lebih hanya 90–180 hari.
2.2 Morfologi Tanaman Kentang
Morfologi pada tanaman kentang dapat dilihat pada Gambar 1.
Sumber : Pitojo (2004)
Gambar 1. Morfologi Tanaman Kentang
3
a. Akar
Tanaman kentang yang berasal dari ubi hanya memiliki sistem perakaran serabut. Akar
serabut dapat menembus tanah sampai kedalaman 45 cm. Akar tanaman berwarna keputih-
putihan dan berukuran sangat kecil (Samadi,1997).
b. Batang
Batang tanaman berada di atas permukaan tanah berbentuk segi empat atau segilima, tidak
berkayu, berongga dan bertekstur agak keras. Warna batang umumnya hijau tua. Terdapat lebih
dari satu batang utama. Batang yang berada di bawah permukaan tanah disebut dengan stolon.
Stolon akan muncul dari ruas batang paling bawah dan tumbuh mendatar ke samping. Ujung
stolon akan membengkak sebagai tempat berkumpulnya zat cadangan makanan yang disebut
ubi kentang (Samadi,1997).
c. Daun
Tanaman kentang umumnya memiliki daun majemuk dengan anak daun primer dan
sekunder terletak berselang-seling pada batang tanaman, berbentuk oval agak bulat dengan
ujung meruncing dan tulang daun menyirip. Warna daun hijau muda sampai hijau tua hingga
kelabu. Daun tanaman berfungsi sebagai tempat proses asimilasi untuk pembentukan
karbohidrat, lemak, protein dan vitamin yang digunakan untuk pertumbuhan vegetatif dan
generatif tanaman (Samadi,1997).
d. Bunga
Tanaman kentang ada yang berbunga dan tidak tergantung varietasnya. Warna pada bunga
yaitu kuning atau ungu. Bunga kentang adalah zygomorph (mempunyai bidang simetris),
berjenis kelamin dua (Hermaphroditus), mahkota berbentuk terompet dengan ujung seperti
bintang, lima benang sari berwarna kuning melingkari tangkai putiknya. Bunga kentang
tersusun dalam bentuk karangan bunga (inflorescens) yang tumbuh diujung batang. Pada
umumnya 7 – 15 bunga untuk tiap karangan bunga (Samadi,1997).
e. Ubi
Ukuran, bentuk dan warna ubi kentang bermacam-macam, tergantung varietasnya. Ukuran
ubi bervariasi dari kecil hingga besar. Bentuk ubi ada yang bulat, oval, bulat panjang. Ubi
kentang berwarna kuning, putih dan merah. Jumlah mata ubi 2 – 14 buah tergantung ukuran
ubi. Ubi bisa mengeluarkan tunas dan nantinya akan membentuk cabang-cabang baru
(Samadi,1997). Pada ubi yang masih muda, sel-sel kulit membelah dengan cepat ditandai
dengan kulit yang mudah terkelupas.
4
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kentang
a. Iklim
Di Indonesia, kentang dapat tumbuh baik di daerah pegunungan dengan ketinggian 1000-
3000 m dpl sedangkan ketinggian yang ideal bagi tumbuhnya tanaman kentang adalah berkisar
antara 1000-1300 m dpl dengan curah hujan 1500 mm per tahun (Setiadi, 2009). Suhu udara
yang ideal untuk kentang berkisar antara 8-12oCpada malam hari dan 18-21oCpada siang hari.
Suhu ideal selama periode pertumbuhan dari bertunas sampai stadium primordial bunga adalah
12–16oC. Sedangkan setelah stadium primordial bunga suhu yang cocok adalah 19oC – 21oC.
Kelembaban udara yang tinggi 80% - 90% sangat baik untuk pertumbuhan kentang (Soelarso,
1997).
b. Tanah
Tanaman kentang dapat tumbuh baik pada tanah yang mempunyai struktur gembur,
drainase baik dan tanpa lapisan kedap air. Tanaman kentang menyukai tanah vulkanis yang
gembur dan banyak mengandung humus. Kemasaman tanah yang ideal adalah 5 – 6,5.
Kelembaban tanah yang cocok untuk ubi kentang adalah 70%. Kelembaban tanah yang lebih
dari 70% menyebabkan kentang mudah terserang penyakit busuk batang (Soelarso, 1997).
2.4 Stadia Pertumbuhan Tanaman Kentang
Dengan mengetahui stadia pertumbuhan tanaman kentang dapat memudahkan dalam
manajemen tanaman sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman kentang optimal. Hal ini
dikarenakan setiap stadia pertumbuhan tanaman membutuhkan input yang berbeda. Stadia
pertumbuhan tanaman kentang terdapat 5 tahap pertumbuhan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Stadia Pertumbuhan Tanaman Kentang
5
Ashari (1995) menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman kentang mempunyai 5 tahap
pertumbuhan yaitu:
1. Tahap 1 (pertumbuhan tunas); Mata tunas pada ubi kentang mulai aktif tumbuh untuk
menerobos permukaan tanah pada saat itu akar-akar adventif juga mulai tumbuh pada
dasar mata tunas.
2. Tahap 2 (pertumbuhan vegetatif); Daun, cabang, akar, dan stolon mulai tumbuh dan
berkembang, demikian pula proses fotosintesis mulai aktif.
3. Tahap 3 (awal pertumbuhan ubi); Ubi kentang terbentuk pada ujung stolon, diawali
dengan penebalan ruas pertama dibelakang kuncup apikal stolon namun belum
berkembang secara aktif. Pada beberapa jenis kentang sewaktu ubi mulai terbentuk,
tanaman mulai berbunga.
4. Tahap 4 (pertumbuhan ubi dan pembesaran ubi); Pembesaran ubi merupakan hasil
pembelahan dan pembesaran sel. Sel pada ubi mulai aktif tumbuh dan berfungsi sebagai
penyimpan pati dan air serta nutrisi lainnya. Selanjutnya ubi menjadi organ yang
dominan sebagai tempat penyimpanan karbohidrat serta nutrisi anorganik akibat
kelebihan hasil fotosintesis atau asimilat yang dihasilkan oleh daun disimpan di dalam
bagian stolon.
5. Tahap 5 (pemasakan); Tanaman mulai layu, daun menguning dan mulai rontok,
pertumbuhan ubi lambat dan batang tanaman mulai mati pada saat ini ukuran ubi telah
mencapai maksimum. Pada saat pematangan ubi, 75-85% bahan kering tanaman
terakumulasi pada ubi.
2.5 Penentuan Waktu Panen Tanaman Kentang
Waktu panen yang tepat dapat menghasilkan kentang yang sesuai dengan kriteria dan
kualitas pasar, serta memperoleh produktivitas yang optimal. Menurut BPTP Jawa Barat
(2015), standar penentuan waktu panen dan penanganan panen adalah sebagai berikut:
1. Secara visual waktu panen ubi konsumsi dapat dilihat dari fisik tanaman kentang, yaitu dari
daun dan batang yang berubah dari warna hijau segar menjadi kekuningan dan mengering
lebih dari 75 %. Bila visual tersebut sudah tampak, daun kemudian dipangkas
2. Secara perhitungan umur tanaman, penentuan umur panen tergantung varietas (100 - 110
hari), cuaca/musim, dan pemeliharaan tanaman. Umur panen kentang untuk benih antara
100-110 HST sedangkan untuk kentang konsumsi sekitar 120 HST (Rismawati dkk, 2009)
6
2.6 Panen Tanaman Kentang
Gambar 3. Cara Panen Ubi Kentang
Panen dilakukan pada cuaca cerah dan tidak turun hujan karena jika turun hujan
dilakukan proses panen, ubi yang dipanen akan basah sehingga dapat menyebabkan ubi busuk
dan penyimpanan di gudang beresiko munculnya jamur dan sumber penyakit lainnya. Panen
sebaiknya dilakukan dengan tangan atau menggunakan alat bantu yang sesuai. Pada tanaman
kentang, tanah di sekitar tanaman dibongkar dengan menggunakan cangkul atau kored dan ubi
di keluarkan dari dalam tanah. Ubi yang baru dipanen itu ditaruh di permukaan tanah agar
terjemur sinar matahari.
2.7 Pasca Panen Tanaman Kentang
Pasca panen tanaman kentang meliputi kegiatan sebagai berikut :
a) Pemulihan (curing)
Ubi yang baru dipanen dibiarkan terlebih dahulu dipermukaan tanah agar terjemur sinar
matahari selama 1-2jam dengan tujuan agar tanah yang menempel pada ubi kentang mengering
tidak melekat pada ubi kentang dan menutup luka akibat proses pemanenan. Ubi bi dimasukkan
kedalam wadah penampung dan dibawa ke gudang untuk penanganan pasca panen.
b) Sortasi dan Grading
Sortasi merupakan proses pemilihan berdasarkan bentuk fisik, kerusakan mekanis seperti
adanya luka pada ubi akibat proses panen dan kerusakan hama/penyakit serta adanya warna
hijau pada ubi kentang dengan tujuan untuk memperoleh ubi yang seragam dalam ukuran dan
kualitasnya. Proses sortasi dapat dilakukan di lapangan atau diluar gudang penyimpanan.
Grading merupakan proses pemisahan berdasarkan mutu seperti ukuran ubi. Ubi yang
sudah dipilih akan dipisahkan berdasarkan ukuran kentang konsumsi dan kentang benih dapat
dilihat pada Tabel 1.
7
Tabel 1. Pengkelasan Kentang Benih dan Kentang Konsumsi
Ukuran
Berat per ubi (gram)
Kentang Benih Kentang Konsumsi
XL >120 >200
L 61-120 125-166
M 31-60 100-125
S 10-30 33-83
SS <10 <33
Sumber : Direktorat Perbenihan Hortikultura, 2014
c) Pencucian Kentang
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran, residu pestisida, dan sumber-sumber
kontaminasi. Ubi kentang konsumsi yang telah dipanen, dibersihkan dengan cara
memasukkannya kedalam bak air atau menggunakan air bersih yang mengalir kemudian di
letakkan pada terpal dan dikering-anginkan namun jangan terkena sinar matahari. Untuk
kentang benih, setelah pencucian terdapat proses pencelupan menggunakan pestisida Curacron
dengan dosis 2cc/L selama 30 detik dengan tujuan untuk mencegah serangan hama penggerek
ubi. Kemudian di letakkan pada terpal dan di kering-anginkan (Direktorat Perbenihan
Hortikultura, 2014)
d) Pengemasan sebelum penyimpanan
Kemasan berfungsi untuk melindungi hasil terhadap kerusakan, mengurangi kehilangan
air, dan mempermudah pengangkutan dan perhitungan. Syarat-syarat kemasan yang baik
adalah tidak toksik, dapat menjamin sanitasi dan syarat-syarat kesehatan, serta ukuran, bentuk,
dan berat harus sesuai dengan bahan yang akan dikemas.
Ubi yang sudah dipilih sesuai kualitasnya dikemas dalam wadah tertentu, misalnya
dengan krat yang bersih dan tidak ada sisa bahan lainnya. Krat itu dimasukkan ke dalam gudang
penyimpanan yang disusun secara rapi. Penyimpanan ubi pada krat diusahakan tidak terlalu
penuh agar pada saat disusun dalam gudang penyimpanan tidak merusak ubi.
8
e) Penyimpanan di Gudang
Gambar 4. Penyimpanan Ubi Kentang di Gudang
Gudang berfungsi untuk melindungi kentang dari kerusakan akibat faktor luar. Gudang
harus memenuhi persyaratan seperti ventilasi udara dan penyebaran cahaya yang baik, serta
kebersihan gudang tetap terjaga yaitu bersih dari sisa-sisa kotoran ubi yang busuk. Gudang
untuk menyimpan benih kentang dipisahkan dengan gudang untuk menyimpan kentang
konsumsi.
Gudang penyimpanan kentang harus dilakukan di sirkulasi lancar, ruangan gelap, suhu
15o-25o C, dan kelembaban 85% - 95% (Jufri dkk, 2015). Selama penyimpanan, cahaya
dihalangi untuk menghindari terbentuknya klorofil pada ubi yang dapat menyebabkan
penghijauan umbi sehingga terbentuk glikoalkaloid atau solanin yang beracun dan
menyebabkan rasa pahit pada kentang.
Penyimpanan kentang konsumsi sebaiknya disimpan pada gudang penyimpanan selama
10 hari untuk meningkatkan pembentukan peridermis dan penyembuhan luka akibat panen.
Setelah penyembuhan, suhu penyimpanan diturunkan, besarnya penurunan suhu bergantung
pada lamanya penyimpanan. Kentang konsumsi lebih baik jangan disimpan terlalu lama di
gudang penyimpanan untuk mempertahankan kandungan pati pada kentang karena petani
biasanya menyimpan kentang konsumsi hingga 2 bulan. Sedangkan penyimpanan untuk
kentang benih dilakukan selama 3-4 bulan dengan rutin dilakukan pemeliharaan seperti posisi
krat selalu digilir setiap minggu dari posisi paling bawah dipindah posisi paling atas dan
bertahap, begitu seterusnya. Hal ini dilakukan satu bulan menjelang tanam dengan tujuan setiap
ubi kentang akan mempunyai tunas yang relati seragam kondisinya. . Selain itu, dipasang kain
kelambu/kain kasa yang menutupi seluruh krat untuk mencegah masuknya serangga hama
penggerek ubi (Direktorat Perbenihan Hortikultura, 2014).
9
f) Pengemasan untuk Pemasaran
Gambar 5. Pengemasan dan Distribusi Ubi Kentang Konsumsi
Kemasan untuk benih kentang menggunakan kemasan yang baru, kuat, dan bahan yang
digunakan dapat melindungi dan menjaga mutu. Dalam kemasan berisi 25kg benih kentang
dengan ukuran seragam dan pada kemasan terdapat label sertifikasi jenis benih kentang yang
diterbitkan oleh instansi yang memiliki tupoksi sertifikasi benih kentang (Direktorat
Perbenihan Hortikultura, 2014). Kemasan untuk kentang konsumsi menggunakan karung rajut
atau waring berisi 30-50kg dengan ukuran seragam dan siap dipasarkan.
2.8 Faktor yang mempengaruhi Penanganan Pasca Panen
Menurut Irawan (2018), pada tanaman kentang terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi penanganan pasca panen, antara lain :
1. Jenis varietas
Pemilihan jenis varietas yang dikembangkan belum sepenuhnya dikaitkan dengan
spesifikasi produk pertanian yang diminta oleh pasar.
2. Sortasi dan grading
Kegiatan sortasi dan grading masih jarang dilakukan oleh petani
3. Volume produksi
Volume produksi belum sepenuhnya dikaitkan dengan volume permintaan pasar sehingga
sering terjadi kelebihan produksi yang dapat berakibat pada penurunan harga jual produk
4. Jenis kemasan
Penggunaan kemasan yang belum memenuhi syarat kemasan yang baik
2.9 Penyebab Kehilangan Hasil Panen Tanaman Kentang
Kehilangan hasil tanaman kentang di lapangan disebabkan oleh serangan hama dan
penyakit. Selain itu, pemanenan yang dilakukan pada saat masih muda dapat menimbulkan
kerusakan ubi yang disebabkan oleh cangkul maupun pengelupasan kulit. Suhu dan
kelembaban udara di tempat penyimpanan akan berpengaruh terhadap kecepatan proses
10
respirasi dan evaporasi yang akan menyebabkan kehilangan berat. Menurut Irawan (2016),
kehilangan hasil dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu :
1. Kehilangan hasil akibat serangan hama dan penyakit
Hama dan penyakit tanaman kentang di lapangan maupun di penyimpanan dapat
menyebabkan kehilangan hasil yang cukup besar. Hama dan penyakit tersebut antara lain:
 Gryllotalpa menyebabkan ubi kentang berlubang
 Meloidogyne sp (nematode) menyebabkan tonjolan pada akar dan ubi
 Phthorimaea operculella (ngengat) menyerang ubi kentang di tempat penyimpanan
 Kudis yang disebabkan oleh jamur Streptomyces scabies
2. Kehilangan hasil akibat proses fisiologis
Kehilangan hasil disebabkan oleh proses respitasi yang menyebabkan berat kering pada ubi.
Laju respirasi berhubungan dengan potensi daya simpan seperti laju respirasi tinggi
menyebabkan daya simpan pendek sehingga terjadi kemunduran mutu.
3. Kehilangan hasil akibat evaporasi
Evaporasi menyebabkan air yang terdapat dalam ubi menguap sehingga bobot ubi menurun
dan menjadi keriput. Hal ini dipengaruhi oleh kelembaban nisbi lingkungan yang rendah, ubi
kentang yang dipanen terlalu cepat sehingga kulit mudah terkelupas dan luka.
2.10 Studi Kasus Kehilangan Hasil Tanaman Kentang
Hikmah Farm adalah perusahaan agribisnis di Pangalengan yang fokus produksi
budidaya tanaman kentang baik kentang konsumsi dan kentang bibit. Dalam produksi tanaman
kentang, Hikmah Farm mengalami kehilangan hasil sebesar 10% dapat dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 2. Persentase kehilangan hasil di kebun Pajaten, Ciarileu, dan Gambung
Kebun
Hasil
Panen (kg)
Kentang yang rusak dan
dibuang (kg)
Kehilangan Hasil (%)
Pajaten 6.940 700 10.09
Ciarileu 2.240 168 7.50
Gambung 18.440 1.560 8.46
Sumber: Hikmah Farm (2009)
Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil panen dari kebun Pajaten memiliki tingkat
kehilangan hasil yang lebih tinggi dibandingkan kebun lainnya. Hal ini disebabkan oleh
banyaknya kentang yang mengalami busuk akibat terlalu lama disimpan di gudang dan rentan
terserang hama dan penyakit gudang penyimpanan serta terjadinya respirasi didalam ubi yang
mengakibatkan turunnya berat kering.
11
2.11 Upaya Penanganan Kehilangan Hasil Tanaman Kentang
Kehilangan hasil tanaman kentang dapat diminimalisir dengan berbagai upaya, yaitu
 Panen tidak dilakukan saat hujan sehingga ubi yang akan disimpan di gudang dalam
keadaan kering dan meminimalisir ubi yang busuk
 Proses panen dilakukan secara hati-hati agar ubi tidak terkena cangkul sehingga kualitas
ubi dapat dipertahankan,
 Waktu penyimpanan untuk kentang konsumsi tidak terlalu di gudang penyimpanan agar
tidak terjadi kehilangan hasil yang cukup besar
 Aplikasi pestisida pada ubi kentang yang disimpan di gudang penyimpanan untuk
melindungi bibit kentang dari hama dan penyakit gudang sebelum penyimpanan
2.12 Standar Mutu Hasil Tanaman Kentang Konsumi
Kentang segar adalah ubi batang dari tanaman kentang dalam keadaan utuh, bersih dan
segar. Menurut jenis mutunya, kentang segar digolongkan dalam 2 jenis mutu dapat dilihat
dalam Tabel 3. Menurut ukuran berat, kentang segar digolongkan dalam 4 ukuran, yaitu
 Kecil : < 50 gram
 Sedang : 51 - 100 gram
 Besar : 101 - 300 gram
 Sangat besar : > 301 gram
Tabel 3. Standar Mutu Kentang Segar
Komponen mutu Satuan
Syarat
Mutu I Mutu II
Keseragaman warna dan bentuk - Seragam Seragam
Keseragaman ukuran - Seragam Seragam
Kerataan permukaan kentang - Rata Tidak dipersyaratkan
Kadar kotoran (bobot/bobot) % Maks 2.5 Maks 2.5
Kentang cacat (bobot/bobot) % Maks 5 Maks 10
Ketuaan kentang - Tua Cukup tua
Sumber : SNI 01-3175-1992
Kentang yang lolos SNI disajikan dalam bentuk utuh dan segar, dikemas dengan keranjang
atau bahan lain dengan berat netto maksimum 80 kg dan ditutup dengan anyaman bambu
kemudian diikat dengan tali rotan atau bahan lain serta isi kemasan tidak melebihi permukaan.
12
2.13 Agribisnis Tanaman Kentang
Sistem dalam agribisnis saling berhubungan bersifat koordinatif dan terintegrasi. Untuk
mengembangkan agribisnis diperlukan berbagai sub-sistem secara sinergis dan seimbang.
Menurut Fatimah (2011), subsistem agribisnis kentang terdiri dari :
a) Subsistem On-Farm
Benih kentang yang ditanam oleh petani yaitu benih kentang yang sudah mempunyai
tunas. Benih yang digunakan berasal dari produksi musim tanam lalu yang dipilih dan disimpan
digudang. Seringkali, petani kentang tidak menanam benih unggul bersertifikat karena
harganya yang mahal dan sulit ditemukan karena pengadaan dan distribusi benih kentang
belum memadai. Harga jual benih kentang dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Harga jual benih kentang berdasarkan ukuran
Ukuran Bibit
Harga (Rupiah) per kg
G2
SS 25 000
S 25 000
M 20 000
L 18 000
Sumber : Hikmah Farm dalam Rismawati dkk (2009)
Untuk mengatasi kekurangan benih kentang bersertifikat, pemerintah telah mendirikan
beberapa pusat pengembangan benih kentang. Di Jawa Barat terdapat Balai Pengembangan
Benih Kentang (BPBK) yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Provinsi Jawa Barat. Saat ini berperan sebagai seed centre yang menghasilkan benih
sumber (G0, G1 dan G2) dengan mutu terbaik dan produknya telah tersebar secara nasional.
Namun, saat ini beberapa petani yang tergabung dalam Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani)
Pangalengan sudah mulai penumbuhan usaha penangkaran benih kentang dengan mengikuti
pelatihan dari BPBK (Sayaka dkk, 2011).
b) Subsistem Off-farm
Pada pemasaran kentang terdapat beberapa saluran pemasaran dan saluran pemasaran
yang dipakai berbeda antara petani yang satu dengan petani lainnya. Namun, segmen
pemasaran kentang meliputi pelaku usaha tani, pasar tradisional, supermarket, startup pertanian
dan industri olahan berupa kentang konsumsi dan kentang benih. Harga jual yang ditetapkan
berbeda tergantung generasi dan ukuran kentang dapat dilihat pada Tabel 5. Pada umumnya,
kentang konsumsi di pasaran merupakan kentang G4. Harga tersebut dapat berubah-ubah
13
tergantung permintaan dan penawaran di pasar. Untuk harga dipasaran kentang konsumsi
berkisar Rp 15.000 - Rp 18.000 per kg.
Tabel 5. Harga jual kentang konsumsi berdasarkan kelas dan ukuran oleh petani
Ukuran Kentang
Harga (Rupiah) per kg
G3 G4
SS 13 000 -
S 13 000 8 500
M 13 000 8 500
L 9 000 6 500
Sumber : Hikmah Farm dalam Rismawati dkk (2009)
2.14 Alur Pemasaran Tanaman Kentang
Saluran pemasaran sebagai jaringan semua pihak yang saling terkait satu sama lain dalam
menyalurkan kentang yang berawal dari produsen sampai ke konsumen. Saluran pemasaran
kentang di Pangalengan dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Alur Pemasaran Kentang Konsumsi
Terdapat 9 saluran pemasaran kentang pada studi kasus alur pemasaran kentang konsumsi di
Pangalengan, yaitu :
 Saluran 1: petani-bandar-pedagang besar (pasar induk)-pedagang pengecer (pasar)-rumah
makan dan pedagang makanan
 Saluran 2: petani-bandar-pedagang besar (pasar induk) - pedagang pengecer (pasar)-
pedagang sayur-konsumen akhir
 Saluran 3: petani-perusahaan ekspor
14
 Saluran 4: petani-pedagang besar (pasar induk)-konsumen akhir
 Saluran 5: petani-bandar-perusahaan ekspor
 Saluran 6: petani-bandar-industri pengolahan
 Saluran 7: petani-bandar-pedagang besar (luar kota)
 Saluran 8: (petani+bandar)-pedagang besar (pasar induk)-pedagang pengecer (pasar)-rumah
makan dan pedagang makanan
 Saluran 9: (petani+bandar)-pedagang besar (pasar induk)-pedagang pengecer (pasar)-
pedagang sayur-konsumen akhir.
Pasar induk yang menjadi tujuan penyaluran kentang konsumsi oleh petani di Pangalengan
adalah Pasar Induk Kramat Jati Jakarta, Pasar Induk Kemang Bogor, Pasar Induk Caringin
Bandung, dan Pasar Pangalengan. Pemasaran yang efisien apabila diantaranya dapat
meningkatkan nilai tambah terhadap produk agribisnis, menghasilkan keuntungan bagi setiap
pelaku pemasaran yang terlibat sesuai dengan biaya yang dikeluarkan dan memberikan bagian
yang diterima petani akan mendorong petani berproduksi di tingkat usaha tani.
2.15 Perbandingan Mutu Ubi Kentang Pasar Modern dengan Pasar Tradisional
Perbandingan mutu ubi kentang pasar tradisional dan pasar modern di Kota Bandung
dengan metode survey dan wawancara dapat dilihat dalam Tabel 6. Terdapat perbedaan mutu
ubi kentang pasar modern dengan pasar tradisional dapat dilihat secara visual dari fisik ubi
kentang dapat dilihat dalam Gambar 6.
Gambar 7. Visual Fisik Ubi Kentang Pasar Tradisional (Kiri) dan Pasar Modern (Kanan)
15
Tabel 6. Perbandingan Mutu Kentang Pasar Modern dan Pasar Tradisional
No Uraian Pasar Modern Pasar Tradisional
1 Jenis Varietas Varietas Granola Variestas Granola
2 Ukuran Hypermart tersedia dalam ukuran
sedang dan kecil. Ukuran sedang
berisi 5-6 ubi/kg dan ukuran kecil
berisi 7-8 ubi/kg
Tersedia dalam ukuran besar,
sedang dan kecil. Ukuran besar
berisi 3 ubi/kg, ukuran sedang
berisi 5-6 ubi/kg dan ukuran kecil
berisi 7-8 ubi/kg
3 Harga Harga ubi kentang per kg adalah
Rp 25.500/kg
Harga ubi kentang di pasar induk
caringin adalah Rp 14.000/kg
(ukuran besar), Rp 12.500 (ukuran
sedang) dan Rp 11.500 (ukuran
kecil) sedangkan di pasar kosambi
adalah Rp 16.000/kg (ukuran
besar), Rp 14.000/kg (ukuran
sedang dan kecil)
4 Kondisi Kentang
Saat Pengamatan
Terdapat ubi kentang yang
berwarna kehijauan, ubi kentang
sudah tidak segar ditandai dengan
sedikit empuk jika diraba, dan
penempatan ukuran ubi sedang
dan kecil disatukan dalam satu
tempat sehingga saat pengamatan
ubi relatif tidak seragam.
Ubi kentang masih segar ditandai
dengan masih keras jika diraba, dan
penempatan ukuran ubi besar,
sedang dan kecil tidak disatukan
dalam satu tempat sehingga saat
pengamatan ubi relatif seragam
antar ukuran.
5 Stok saat
Pengamatan
Stok yang tersedia hanya di
display dan saat pengamatan stok
berkisar 15-20 kg dengan asumsi
stok tersebut merupakan stok
lama
Di Pasar Kosambistok yang
tersedia berkisar 10-15kg per
harinya untuk ukuran sedang
sedangkan ukuran besar dan kecil
dibawah 10kg. Untuk ukuran besar
dan kecil pada umumnya dengan
sistem PO H-1. Pedagang pasar
kosambi membeli dalam bentuk
karungan berisi 10-15kg. Jika ada
stok yang kurang baik dari pasar
induk, pedagang pasar kosambi
mengolah kentang tersebut menjadi
kentang mustofa mentah.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kentang termasuk jenis sayuran komersial bernilai tinggi, baik sebagai produk segar
maupun olahan sehingga diperlukan upaya pembinaan secara intensif bagi budidaya kentang
untuk meningkatkan produksi dan mutu guna memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan
ekspor dengan kualitas dan kuantitas yang memadai.
Kentang setelah dipanen masih melakukan aktivitas metabolisme sehingga bila tidak
ditangani dengan tepat akan mengalami kerusakan fisik dan kimiawi sehingga mengakibatkan
tingginya kehilangan hasil, terbatasnya masa simpan setelah pemanenan dan timbulnya
serangan organisme pengganggu tanaman yang dapat menurunkan mutu.
17
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2017. Produksi Kentang Menurut Provinsi 2016-2017. Available at
http://www.bps.go.id/ (Diakses pada 20 Oktober 2021).
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1992. SNI 01-3175-1992. Kentang Segar. Badan
Standarisasi Nasional : Jakarta.
Direktorat Perbenihan Hortikultura. 2014. Pedoman Teknis Sertifikasi Benih Tanaman
Hortikultura. Jakarta : Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementrian Pertanian. 63 hal.
Fatimah, S. 2011. Analisis Pemasaran Kentang (Solanum tuberosum L.) di Kabupaten
Wonosobo. Skripsi. Fakultas Pertanian, UNS. Solo
Jufri, A., Rahayu, M., dan Setiawan, A. 2015. Penanganan penyimpanan kentang bibit
(Solanum tuberosum L.) di Bandung. Jurnal Agrohorti 3 (1) : 65-70
Karjadi, A.K. dan Buchory A. 2008. Pengaruh Auksin dan Sitokinin terhadap Pertumbuhan
dan Perkembangan Jaringan Meristem Kentang Kultivar Granola. J Hort. 18(4):380-
384. Balista. Lembang.
Masniawati, A. 2016. Pengaruh konsentrasi gula dan pacloburazol dalam menginduksi umbi
mikro kentang varietas atlantik secara in vitro. Prosiding Seminar Nasional. Universitas
Hasanuddin. Makassar. Hlm 87–91.
Rismawati, L., dan Rahayu, M. 2009. Penanganan Pasca Panen Kentang (Solanum tuberosum
L.) di Hikmah Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat. Makalah Seminar, Fakultas
Pertanian,Institut Pertanian Bogor : 8 hal
Rukmana, R. 1997. Kentang Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius, Yogyakarta.
Samadi. 1997. Usaha Tani Kentang. Kanisius. Yogyakarta.
Sayaka, B., dan Hestina, J. 2011. Kendala Adopsi Benih Bersertifikat untuk Usahatani
Kentang. Forum Penelitian Agro Ekonomi 29 (1) : 27-41
Setiadi.2009. Budidaya Kentang + Pilihan Berbagai Varietas dan Pengadaan Benih. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Soelarso, B.R.1997. Budidaya Kentang Bebas Penyakit. Kanisius. Yogyakarta.
Winarno, F.G., dan M. Aman. 1981. Fisiologi Lepas Panen. Sastra Hudaya. Jakarta.

More Related Content

What's hot

Penyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik PengendaliannyaAnkardiansyah Pandu Pradana
 
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanDasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanPurwandaru Widyasunu
 
Laporan vegetatif tanaman puring
Laporan vegetatif tanaman puringLaporan vegetatif tanaman puring
Laporan vegetatif tanaman puringEkal Kurniawan
 
Laporan vegetatif tanaman sansevieria
Laporan vegetatif tanaman sansevieriaLaporan vegetatif tanaman sansevieria
Laporan vegetatif tanaman sansevieriaEkal Kurniawan
 
Laporan Kunjungan Industri PT Madu Kismo Magelang
Laporan Kunjungan Industri PT Madu Kismo MagelangLaporan Kunjungan Industri PT Madu Kismo Magelang
Laporan Kunjungan Industri PT Madu Kismo MagelangDanang Eko
 
Persentasi padi2(Morfologi Padi)
Persentasi  padi2(Morfologi Padi)Persentasi  padi2(Morfologi Padi)
Persentasi padi2(Morfologi Padi)nuelsitohang
 
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...Moh Masnur
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung AGROTEKNOLOGI
 
Persentasi padi6(Lahan kering)
Persentasi padi6(Lahan kering)Persentasi padi6(Lahan kering)
Persentasi padi6(Lahan kering)nuelsitohang
 
Seminar anatomi tumbuhan buah mentimun
Seminar anatomi tumbuhan buah mentimunSeminar anatomi tumbuhan buah mentimun
Seminar anatomi tumbuhan buah mentimunindah rahayu
 
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik PengendaliannyaAnkardiansyah Pandu Pradana
 
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik PengendaliannyaAnkardiansyah Pandu Pradana
 
IDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMAIDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMANovia Dwi
 
Bakteri penyakit pada tanaman
Bakteri penyakit pada tanamanBakteri penyakit pada tanaman
Bakteri penyakit pada tanamanAli Babang
 

What's hot (20)

Mangga
ManggaMangga
Mangga
 
Penyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik Pengendaliannya
 
Proposal penelitian pengaruh cahaya
Proposal penelitian pengaruh cahayaProposal penelitian pengaruh cahaya
Proposal penelitian pengaruh cahaya
 
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanDasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
 
Makalah Bawang Merah
Makalah Bawang MerahMakalah Bawang Merah
Makalah Bawang Merah
 
Budidaya tomat ptt
Budidaya tomat pttBudidaya tomat ptt
Budidaya tomat ptt
 
Laporan vegetatif tanaman puring
Laporan vegetatif tanaman puringLaporan vegetatif tanaman puring
Laporan vegetatif tanaman puring
 
Laporan vegetatif tanaman sansevieria
Laporan vegetatif tanaman sansevieriaLaporan vegetatif tanaman sansevieria
Laporan vegetatif tanaman sansevieria
 
Laporan Kunjungan Industri PT Madu Kismo Magelang
Laporan Kunjungan Industri PT Madu Kismo MagelangLaporan Kunjungan Industri PT Madu Kismo Magelang
Laporan Kunjungan Industri PT Madu Kismo Magelang
 
Persentasi padi2(Morfologi Padi)
Persentasi  padi2(Morfologi Padi)Persentasi  padi2(Morfologi Padi)
Persentasi padi2(Morfologi Padi)
 
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung
 
Persentasi padi6(Lahan kering)
Persentasi padi6(Lahan kering)Persentasi padi6(Lahan kering)
Persentasi padi6(Lahan kering)
 
Proposal penelitian tanaman tomat
Proposal penelitian tanaman tomatProposal penelitian tanaman tomat
Proposal penelitian tanaman tomat
 
Seminar anatomi tumbuhan buah mentimun
Seminar anatomi tumbuhan buah mentimunSeminar anatomi tumbuhan buah mentimun
Seminar anatomi tumbuhan buah mentimun
 
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik Pengendaliannya
 
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
 
virus pada pepaya, jagung, kakao
virus pada pepaya, jagung, kakaovirus pada pepaya, jagung, kakao
virus pada pepaya, jagung, kakao
 
IDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMAIDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMA
 
Bakteri penyakit pada tanaman
Bakteri penyakit pada tanamanBakteri penyakit pada tanaman
Bakteri penyakit pada tanaman
 

Similar to AGRIBISNIS KENTANG

Similar to AGRIBISNIS KENTANG (20)

Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Makalah jambu mete di kabupaten muna
Makalah jambu mete di kabupaten munaMakalah jambu mete di kabupaten muna
Makalah jambu mete di kabupaten muna
 
Pepaya
PepayaPepaya
Pepaya
 
Teknik panen dan penanganan pasca panen benih padi
Teknik panen dan penanganan pasca panen benih padiTeknik panen dan penanganan pasca panen benih padi
Teknik panen dan penanganan pasca panen benih padi
 
Sop tanaman kentang
Sop tanaman kentangSop tanaman kentang
Sop tanaman kentang
 
85162 tugas buku iot vi fix
85162 tugas buku iot vi fix85162 tugas buku iot vi fix
85162 tugas buku iot vi fix
 
Makalah jambu mete di kabupaten muna
Makalah jambu mete di kabupaten munaMakalah jambu mete di kabupaten muna
Makalah jambu mete di kabupaten muna
 
Paper agroteknologi tanaman pangan i ip
Paper agroteknologi tanaman pangan i ipPaper agroteknologi tanaman pangan i ip
Paper agroteknologi tanaman pangan i ip
 
Skripsi akhir
Skripsi akhirSkripsi akhir
Skripsi akhir
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung
 
Makalah jambu mete di kabupaten muna
Makalah jambu mete di kabupaten munaMakalah jambu mete di kabupaten muna
Makalah jambu mete di kabupaten muna
 
135.pdf
135.pdf135.pdf
135.pdf
 
Pepaya
PepayaPepaya
Pepaya
 
Pisang
PisangPisang
Pisang
 
Pisang
PisangPisang
Pisang
 
Pisang
PisangPisang
Pisang
 
Makalah teknik penanganan segar dan pengolahan kentang
Makalah teknik penanganan segar dan pengolahan kentangMakalah teknik penanganan segar dan pengolahan kentang
Makalah teknik penanganan segar dan pengolahan kentang
 
Pedoman Teknis Budidaya Jambu biji
Pedoman Teknis Budidaya Jambu bijiPedoman Teknis Budidaya Jambu biji
Pedoman Teknis Budidaya Jambu biji
 
PPT KUBIS.pptx
PPT KUBIS.pptxPPT KUBIS.pptx
PPT KUBIS.pptx
 
Proposal yani terung
Proposal yani terungProposal yani terung
Proposal yani terung
 

AGRIBISNIS KENTANG

  • 1. MAKALAH AGRIBISNIS TANAMAN KENTANG Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Masalah Khusus Produksi Tanaman II Disusun oleh : Tessa Prima Dewi 150320210005 Kelas : Masalah Khusus Produksi Tanaman II PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2021
  • 2. i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah mengenai agribisnis tanaman kentang. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Masalah Khusus Produksi Tanaman II pada Program Studi Pasca Sarjana Agromoni di Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Dalam penyusunan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Saya juga menyadari makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat diharapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Walaupun demikian, saya mengharapkan semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan memberikan pengetahuan serta manfaat kepada penulis maupun pembaca. Wassalamualamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Bandung ,16 Oktober 2021 Tessa Prima Dewi
  • 3. ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...............................................................................................................i DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................................1 1.2 Tujuan..........................................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2 2.1 Klasifikasi dan Botani Tanaman Kentang...................................................................2 2.2 Morfologi Tanaman Kentang......................................................................................2 2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kentang..............................................................................4 2.4 Stadia Pertumbuhan Tanaman Kentang ......................................................................4 2.5 Penentuan Waktu Panen Tanaman Kentang ...............................................................5 2.6 Panen Tanaman Kentang.............................................................................................6 2.7 Pasca Panen Tanaman Kentang...................................................................................6 2.8 Faktor yang mempengaruhi Penanganan Pasca Panen ...............................................9 2.9 Penyebab Kehilangan Hasil Panen Tanaman Kentang ...............................................9 2.10 Studi Kasus Kehilangan Hasil Tanaman Kentang ....................................................10 2.11 Upaya Penanganan Kehilangan Hasil Tanaman Kentang.........................................11 2.12 Standar Mutu Hasil Tanaman Kentang.....................................................................11 2.13 Agribisnis Tanaman Kentang....................................................................................12 2.14 Alur Pemasaran Tanaman Kentang...........................................................................13 2.15 Perbandingan Mutu Ubi Kentang Pasar Modern dengan Pasar Tradisional.............14 BAB III PENUTUP................................................................................................................16 3.1 Kesimpulan................................................................................................................16 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman hortikultura dengan organ target ubi yang mengandung karbohidrat. Selain sumber karbohidrat, kentang mengandung protein, asam amino, mineral, dan vitamin (The International Potato Center, 2008). Kentang termasuk jenis sayuran komersial bernilai tinggi, baik sebagai produk segar maupun olahan. Hal ini dikarenakan semakin banyak industri makanan yang membutuhkan kentang bermutu tinggi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2017), produksi kentang di Indonesia pada tahun 2017 mengalami penurunan sebesar 3,9% dari tahun 2016. Penurunan produksi kentang tersebut dari 1.213.041 ton menjadi 1.164.738 ton. Rendahnya produksi kentang di Indonesia terkait dengan pemakaian benih tidak bermutu dan kehilangan hasil panen akibat teknik budidaya belum sesuai standar (Karjadi dan Buchory, 2008). Komoditas hortikultura salah satunya ubi kentang tetap melakukan proses respirasi dan metabolisme setelah panen. Hal ini dapat mengalami kerusakan 20 %-40 % yang disebabkan ketidaktepatan waktu panen, kerusakan mekanis, fisik, dan fisiologis (Winarno dan Aman, 1981). Begitupun pada alur pemasaran seringkali terdapat hambatan yang disebabkan oleh penanganan pasca panen yang kurang sempurna sehingga kehilangan produk akibat kerusakan mutu dan fisik cukup tinggi. 1.2 Tujuan Tujuan dari makalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui kegiatan panen dan pasca panen tanaman kentang dengan berbagai permasalahan yang dapat menyebabkan kehilangan hasil dan solusi yang dilakukan 2. Untuk mengetahui kegiatan agribisnis tanaman kentang
  • 5. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Klasifikasi dan Botani Tanaman Kentang Menurut Rukmana (1997), dalam sistematika (taksonomi) Tanaman kentang diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Solanales (Berumbi) Famili : Solanaceae (Berbunga terompet) Genus : Solanum Spesies : Solanum tuberosum L. Tanaman kentang (Solanum tuberosum L) merupakan tanaman hortikultura, berbentuk perdu atau semak, dan berumur pendek kurang lebih hanya 90–180 hari. 2.2 Morfologi Tanaman Kentang Morfologi pada tanaman kentang dapat dilihat pada Gambar 1. Sumber : Pitojo (2004) Gambar 1. Morfologi Tanaman Kentang
  • 6. 3 a. Akar Tanaman kentang yang berasal dari ubi hanya memiliki sistem perakaran serabut. Akar serabut dapat menembus tanah sampai kedalaman 45 cm. Akar tanaman berwarna keputih- putihan dan berukuran sangat kecil (Samadi,1997). b. Batang Batang tanaman berada di atas permukaan tanah berbentuk segi empat atau segilima, tidak berkayu, berongga dan bertekstur agak keras. Warna batang umumnya hijau tua. Terdapat lebih dari satu batang utama. Batang yang berada di bawah permukaan tanah disebut dengan stolon. Stolon akan muncul dari ruas batang paling bawah dan tumbuh mendatar ke samping. Ujung stolon akan membengkak sebagai tempat berkumpulnya zat cadangan makanan yang disebut ubi kentang (Samadi,1997). c. Daun Tanaman kentang umumnya memiliki daun majemuk dengan anak daun primer dan sekunder terletak berselang-seling pada batang tanaman, berbentuk oval agak bulat dengan ujung meruncing dan tulang daun menyirip. Warna daun hijau muda sampai hijau tua hingga kelabu. Daun tanaman berfungsi sebagai tempat proses asimilasi untuk pembentukan karbohidrat, lemak, protein dan vitamin yang digunakan untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman (Samadi,1997). d. Bunga Tanaman kentang ada yang berbunga dan tidak tergantung varietasnya. Warna pada bunga yaitu kuning atau ungu. Bunga kentang adalah zygomorph (mempunyai bidang simetris), berjenis kelamin dua (Hermaphroditus), mahkota berbentuk terompet dengan ujung seperti bintang, lima benang sari berwarna kuning melingkari tangkai putiknya. Bunga kentang tersusun dalam bentuk karangan bunga (inflorescens) yang tumbuh diujung batang. Pada umumnya 7 – 15 bunga untuk tiap karangan bunga (Samadi,1997). e. Ubi Ukuran, bentuk dan warna ubi kentang bermacam-macam, tergantung varietasnya. Ukuran ubi bervariasi dari kecil hingga besar. Bentuk ubi ada yang bulat, oval, bulat panjang. Ubi kentang berwarna kuning, putih dan merah. Jumlah mata ubi 2 – 14 buah tergantung ukuran ubi. Ubi bisa mengeluarkan tunas dan nantinya akan membentuk cabang-cabang baru (Samadi,1997). Pada ubi yang masih muda, sel-sel kulit membelah dengan cepat ditandai dengan kulit yang mudah terkelupas.
  • 7. 4 2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kentang a. Iklim Di Indonesia, kentang dapat tumbuh baik di daerah pegunungan dengan ketinggian 1000- 3000 m dpl sedangkan ketinggian yang ideal bagi tumbuhnya tanaman kentang adalah berkisar antara 1000-1300 m dpl dengan curah hujan 1500 mm per tahun (Setiadi, 2009). Suhu udara yang ideal untuk kentang berkisar antara 8-12oCpada malam hari dan 18-21oCpada siang hari. Suhu ideal selama periode pertumbuhan dari bertunas sampai stadium primordial bunga adalah 12–16oC. Sedangkan setelah stadium primordial bunga suhu yang cocok adalah 19oC – 21oC. Kelembaban udara yang tinggi 80% - 90% sangat baik untuk pertumbuhan kentang (Soelarso, 1997). b. Tanah Tanaman kentang dapat tumbuh baik pada tanah yang mempunyai struktur gembur, drainase baik dan tanpa lapisan kedap air. Tanaman kentang menyukai tanah vulkanis yang gembur dan banyak mengandung humus. Kemasaman tanah yang ideal adalah 5 – 6,5. Kelembaban tanah yang cocok untuk ubi kentang adalah 70%. Kelembaban tanah yang lebih dari 70% menyebabkan kentang mudah terserang penyakit busuk batang (Soelarso, 1997). 2.4 Stadia Pertumbuhan Tanaman Kentang Dengan mengetahui stadia pertumbuhan tanaman kentang dapat memudahkan dalam manajemen tanaman sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman kentang optimal. Hal ini dikarenakan setiap stadia pertumbuhan tanaman membutuhkan input yang berbeda. Stadia pertumbuhan tanaman kentang terdapat 5 tahap pertumbuhan dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Stadia Pertumbuhan Tanaman Kentang
  • 8. 5 Ashari (1995) menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman kentang mempunyai 5 tahap pertumbuhan yaitu: 1. Tahap 1 (pertumbuhan tunas); Mata tunas pada ubi kentang mulai aktif tumbuh untuk menerobos permukaan tanah pada saat itu akar-akar adventif juga mulai tumbuh pada dasar mata tunas. 2. Tahap 2 (pertumbuhan vegetatif); Daun, cabang, akar, dan stolon mulai tumbuh dan berkembang, demikian pula proses fotosintesis mulai aktif. 3. Tahap 3 (awal pertumbuhan ubi); Ubi kentang terbentuk pada ujung stolon, diawali dengan penebalan ruas pertama dibelakang kuncup apikal stolon namun belum berkembang secara aktif. Pada beberapa jenis kentang sewaktu ubi mulai terbentuk, tanaman mulai berbunga. 4. Tahap 4 (pertumbuhan ubi dan pembesaran ubi); Pembesaran ubi merupakan hasil pembelahan dan pembesaran sel. Sel pada ubi mulai aktif tumbuh dan berfungsi sebagai penyimpan pati dan air serta nutrisi lainnya. Selanjutnya ubi menjadi organ yang dominan sebagai tempat penyimpanan karbohidrat serta nutrisi anorganik akibat kelebihan hasil fotosintesis atau asimilat yang dihasilkan oleh daun disimpan di dalam bagian stolon. 5. Tahap 5 (pemasakan); Tanaman mulai layu, daun menguning dan mulai rontok, pertumbuhan ubi lambat dan batang tanaman mulai mati pada saat ini ukuran ubi telah mencapai maksimum. Pada saat pematangan ubi, 75-85% bahan kering tanaman terakumulasi pada ubi. 2.5 Penentuan Waktu Panen Tanaman Kentang Waktu panen yang tepat dapat menghasilkan kentang yang sesuai dengan kriteria dan kualitas pasar, serta memperoleh produktivitas yang optimal. Menurut BPTP Jawa Barat (2015), standar penentuan waktu panen dan penanganan panen adalah sebagai berikut: 1. Secara visual waktu panen ubi konsumsi dapat dilihat dari fisik tanaman kentang, yaitu dari daun dan batang yang berubah dari warna hijau segar menjadi kekuningan dan mengering lebih dari 75 %. Bila visual tersebut sudah tampak, daun kemudian dipangkas 2. Secara perhitungan umur tanaman, penentuan umur panen tergantung varietas (100 - 110 hari), cuaca/musim, dan pemeliharaan tanaman. Umur panen kentang untuk benih antara 100-110 HST sedangkan untuk kentang konsumsi sekitar 120 HST (Rismawati dkk, 2009)
  • 9. 6 2.6 Panen Tanaman Kentang Gambar 3. Cara Panen Ubi Kentang Panen dilakukan pada cuaca cerah dan tidak turun hujan karena jika turun hujan dilakukan proses panen, ubi yang dipanen akan basah sehingga dapat menyebabkan ubi busuk dan penyimpanan di gudang beresiko munculnya jamur dan sumber penyakit lainnya. Panen sebaiknya dilakukan dengan tangan atau menggunakan alat bantu yang sesuai. Pada tanaman kentang, tanah di sekitar tanaman dibongkar dengan menggunakan cangkul atau kored dan ubi di keluarkan dari dalam tanah. Ubi yang baru dipanen itu ditaruh di permukaan tanah agar terjemur sinar matahari. 2.7 Pasca Panen Tanaman Kentang Pasca panen tanaman kentang meliputi kegiatan sebagai berikut : a) Pemulihan (curing) Ubi yang baru dipanen dibiarkan terlebih dahulu dipermukaan tanah agar terjemur sinar matahari selama 1-2jam dengan tujuan agar tanah yang menempel pada ubi kentang mengering tidak melekat pada ubi kentang dan menutup luka akibat proses pemanenan. Ubi bi dimasukkan kedalam wadah penampung dan dibawa ke gudang untuk penanganan pasca panen. b) Sortasi dan Grading Sortasi merupakan proses pemilihan berdasarkan bentuk fisik, kerusakan mekanis seperti adanya luka pada ubi akibat proses panen dan kerusakan hama/penyakit serta adanya warna hijau pada ubi kentang dengan tujuan untuk memperoleh ubi yang seragam dalam ukuran dan kualitasnya. Proses sortasi dapat dilakukan di lapangan atau diluar gudang penyimpanan. Grading merupakan proses pemisahan berdasarkan mutu seperti ukuran ubi. Ubi yang sudah dipilih akan dipisahkan berdasarkan ukuran kentang konsumsi dan kentang benih dapat dilihat pada Tabel 1.
  • 10. 7 Tabel 1. Pengkelasan Kentang Benih dan Kentang Konsumsi Ukuran Berat per ubi (gram) Kentang Benih Kentang Konsumsi XL >120 >200 L 61-120 125-166 M 31-60 100-125 S 10-30 33-83 SS <10 <33 Sumber : Direktorat Perbenihan Hortikultura, 2014 c) Pencucian Kentang Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran, residu pestisida, dan sumber-sumber kontaminasi. Ubi kentang konsumsi yang telah dipanen, dibersihkan dengan cara memasukkannya kedalam bak air atau menggunakan air bersih yang mengalir kemudian di letakkan pada terpal dan dikering-anginkan namun jangan terkena sinar matahari. Untuk kentang benih, setelah pencucian terdapat proses pencelupan menggunakan pestisida Curacron dengan dosis 2cc/L selama 30 detik dengan tujuan untuk mencegah serangan hama penggerek ubi. Kemudian di letakkan pada terpal dan di kering-anginkan (Direktorat Perbenihan Hortikultura, 2014) d) Pengemasan sebelum penyimpanan Kemasan berfungsi untuk melindungi hasil terhadap kerusakan, mengurangi kehilangan air, dan mempermudah pengangkutan dan perhitungan. Syarat-syarat kemasan yang baik adalah tidak toksik, dapat menjamin sanitasi dan syarat-syarat kesehatan, serta ukuran, bentuk, dan berat harus sesuai dengan bahan yang akan dikemas. Ubi yang sudah dipilih sesuai kualitasnya dikemas dalam wadah tertentu, misalnya dengan krat yang bersih dan tidak ada sisa bahan lainnya. Krat itu dimasukkan ke dalam gudang penyimpanan yang disusun secara rapi. Penyimpanan ubi pada krat diusahakan tidak terlalu penuh agar pada saat disusun dalam gudang penyimpanan tidak merusak ubi.
  • 11. 8 e) Penyimpanan di Gudang Gambar 4. Penyimpanan Ubi Kentang di Gudang Gudang berfungsi untuk melindungi kentang dari kerusakan akibat faktor luar. Gudang harus memenuhi persyaratan seperti ventilasi udara dan penyebaran cahaya yang baik, serta kebersihan gudang tetap terjaga yaitu bersih dari sisa-sisa kotoran ubi yang busuk. Gudang untuk menyimpan benih kentang dipisahkan dengan gudang untuk menyimpan kentang konsumsi. Gudang penyimpanan kentang harus dilakukan di sirkulasi lancar, ruangan gelap, suhu 15o-25o C, dan kelembaban 85% - 95% (Jufri dkk, 2015). Selama penyimpanan, cahaya dihalangi untuk menghindari terbentuknya klorofil pada ubi yang dapat menyebabkan penghijauan umbi sehingga terbentuk glikoalkaloid atau solanin yang beracun dan menyebabkan rasa pahit pada kentang. Penyimpanan kentang konsumsi sebaiknya disimpan pada gudang penyimpanan selama 10 hari untuk meningkatkan pembentukan peridermis dan penyembuhan luka akibat panen. Setelah penyembuhan, suhu penyimpanan diturunkan, besarnya penurunan suhu bergantung pada lamanya penyimpanan. Kentang konsumsi lebih baik jangan disimpan terlalu lama di gudang penyimpanan untuk mempertahankan kandungan pati pada kentang karena petani biasanya menyimpan kentang konsumsi hingga 2 bulan. Sedangkan penyimpanan untuk kentang benih dilakukan selama 3-4 bulan dengan rutin dilakukan pemeliharaan seperti posisi krat selalu digilir setiap minggu dari posisi paling bawah dipindah posisi paling atas dan bertahap, begitu seterusnya. Hal ini dilakukan satu bulan menjelang tanam dengan tujuan setiap ubi kentang akan mempunyai tunas yang relati seragam kondisinya. . Selain itu, dipasang kain kelambu/kain kasa yang menutupi seluruh krat untuk mencegah masuknya serangga hama penggerek ubi (Direktorat Perbenihan Hortikultura, 2014).
  • 12. 9 f) Pengemasan untuk Pemasaran Gambar 5. Pengemasan dan Distribusi Ubi Kentang Konsumsi Kemasan untuk benih kentang menggunakan kemasan yang baru, kuat, dan bahan yang digunakan dapat melindungi dan menjaga mutu. Dalam kemasan berisi 25kg benih kentang dengan ukuran seragam dan pada kemasan terdapat label sertifikasi jenis benih kentang yang diterbitkan oleh instansi yang memiliki tupoksi sertifikasi benih kentang (Direktorat Perbenihan Hortikultura, 2014). Kemasan untuk kentang konsumsi menggunakan karung rajut atau waring berisi 30-50kg dengan ukuran seragam dan siap dipasarkan. 2.8 Faktor yang mempengaruhi Penanganan Pasca Panen Menurut Irawan (2018), pada tanaman kentang terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi penanganan pasca panen, antara lain : 1. Jenis varietas Pemilihan jenis varietas yang dikembangkan belum sepenuhnya dikaitkan dengan spesifikasi produk pertanian yang diminta oleh pasar. 2. Sortasi dan grading Kegiatan sortasi dan grading masih jarang dilakukan oleh petani 3. Volume produksi Volume produksi belum sepenuhnya dikaitkan dengan volume permintaan pasar sehingga sering terjadi kelebihan produksi yang dapat berakibat pada penurunan harga jual produk 4. Jenis kemasan Penggunaan kemasan yang belum memenuhi syarat kemasan yang baik 2.9 Penyebab Kehilangan Hasil Panen Tanaman Kentang Kehilangan hasil tanaman kentang di lapangan disebabkan oleh serangan hama dan penyakit. Selain itu, pemanenan yang dilakukan pada saat masih muda dapat menimbulkan kerusakan ubi yang disebabkan oleh cangkul maupun pengelupasan kulit. Suhu dan kelembaban udara di tempat penyimpanan akan berpengaruh terhadap kecepatan proses
  • 13. 10 respirasi dan evaporasi yang akan menyebabkan kehilangan berat. Menurut Irawan (2016), kehilangan hasil dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu : 1. Kehilangan hasil akibat serangan hama dan penyakit Hama dan penyakit tanaman kentang di lapangan maupun di penyimpanan dapat menyebabkan kehilangan hasil yang cukup besar. Hama dan penyakit tersebut antara lain:  Gryllotalpa menyebabkan ubi kentang berlubang  Meloidogyne sp (nematode) menyebabkan tonjolan pada akar dan ubi  Phthorimaea operculella (ngengat) menyerang ubi kentang di tempat penyimpanan  Kudis yang disebabkan oleh jamur Streptomyces scabies 2. Kehilangan hasil akibat proses fisiologis Kehilangan hasil disebabkan oleh proses respitasi yang menyebabkan berat kering pada ubi. Laju respirasi berhubungan dengan potensi daya simpan seperti laju respirasi tinggi menyebabkan daya simpan pendek sehingga terjadi kemunduran mutu. 3. Kehilangan hasil akibat evaporasi Evaporasi menyebabkan air yang terdapat dalam ubi menguap sehingga bobot ubi menurun dan menjadi keriput. Hal ini dipengaruhi oleh kelembaban nisbi lingkungan yang rendah, ubi kentang yang dipanen terlalu cepat sehingga kulit mudah terkelupas dan luka. 2.10 Studi Kasus Kehilangan Hasil Tanaman Kentang Hikmah Farm adalah perusahaan agribisnis di Pangalengan yang fokus produksi budidaya tanaman kentang baik kentang konsumsi dan kentang bibit. Dalam produksi tanaman kentang, Hikmah Farm mengalami kehilangan hasil sebesar 10% dapat dilihat dalam Tabel 2. Tabel 2. Persentase kehilangan hasil di kebun Pajaten, Ciarileu, dan Gambung Kebun Hasil Panen (kg) Kentang yang rusak dan dibuang (kg) Kehilangan Hasil (%) Pajaten 6.940 700 10.09 Ciarileu 2.240 168 7.50 Gambung 18.440 1.560 8.46 Sumber: Hikmah Farm (2009) Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil panen dari kebun Pajaten memiliki tingkat kehilangan hasil yang lebih tinggi dibandingkan kebun lainnya. Hal ini disebabkan oleh banyaknya kentang yang mengalami busuk akibat terlalu lama disimpan di gudang dan rentan terserang hama dan penyakit gudang penyimpanan serta terjadinya respirasi didalam ubi yang mengakibatkan turunnya berat kering.
  • 14. 11 2.11 Upaya Penanganan Kehilangan Hasil Tanaman Kentang Kehilangan hasil tanaman kentang dapat diminimalisir dengan berbagai upaya, yaitu  Panen tidak dilakukan saat hujan sehingga ubi yang akan disimpan di gudang dalam keadaan kering dan meminimalisir ubi yang busuk  Proses panen dilakukan secara hati-hati agar ubi tidak terkena cangkul sehingga kualitas ubi dapat dipertahankan,  Waktu penyimpanan untuk kentang konsumsi tidak terlalu di gudang penyimpanan agar tidak terjadi kehilangan hasil yang cukup besar  Aplikasi pestisida pada ubi kentang yang disimpan di gudang penyimpanan untuk melindungi bibit kentang dari hama dan penyakit gudang sebelum penyimpanan 2.12 Standar Mutu Hasil Tanaman Kentang Konsumi Kentang segar adalah ubi batang dari tanaman kentang dalam keadaan utuh, bersih dan segar. Menurut jenis mutunya, kentang segar digolongkan dalam 2 jenis mutu dapat dilihat dalam Tabel 3. Menurut ukuran berat, kentang segar digolongkan dalam 4 ukuran, yaitu  Kecil : < 50 gram  Sedang : 51 - 100 gram  Besar : 101 - 300 gram  Sangat besar : > 301 gram Tabel 3. Standar Mutu Kentang Segar Komponen mutu Satuan Syarat Mutu I Mutu II Keseragaman warna dan bentuk - Seragam Seragam Keseragaman ukuran - Seragam Seragam Kerataan permukaan kentang - Rata Tidak dipersyaratkan Kadar kotoran (bobot/bobot) % Maks 2.5 Maks 2.5 Kentang cacat (bobot/bobot) % Maks 5 Maks 10 Ketuaan kentang - Tua Cukup tua Sumber : SNI 01-3175-1992 Kentang yang lolos SNI disajikan dalam bentuk utuh dan segar, dikemas dengan keranjang atau bahan lain dengan berat netto maksimum 80 kg dan ditutup dengan anyaman bambu kemudian diikat dengan tali rotan atau bahan lain serta isi kemasan tidak melebihi permukaan.
  • 15. 12 2.13 Agribisnis Tanaman Kentang Sistem dalam agribisnis saling berhubungan bersifat koordinatif dan terintegrasi. Untuk mengembangkan agribisnis diperlukan berbagai sub-sistem secara sinergis dan seimbang. Menurut Fatimah (2011), subsistem agribisnis kentang terdiri dari : a) Subsistem On-Farm Benih kentang yang ditanam oleh petani yaitu benih kentang yang sudah mempunyai tunas. Benih yang digunakan berasal dari produksi musim tanam lalu yang dipilih dan disimpan digudang. Seringkali, petani kentang tidak menanam benih unggul bersertifikat karena harganya yang mahal dan sulit ditemukan karena pengadaan dan distribusi benih kentang belum memadai. Harga jual benih kentang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Harga jual benih kentang berdasarkan ukuran Ukuran Bibit Harga (Rupiah) per kg G2 SS 25 000 S 25 000 M 20 000 L 18 000 Sumber : Hikmah Farm dalam Rismawati dkk (2009) Untuk mengatasi kekurangan benih kentang bersertifikat, pemerintah telah mendirikan beberapa pusat pengembangan benih kentang. Di Jawa Barat terdapat Balai Pengembangan Benih Kentang (BPBK) yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. Saat ini berperan sebagai seed centre yang menghasilkan benih sumber (G0, G1 dan G2) dengan mutu terbaik dan produknya telah tersebar secara nasional. Namun, saat ini beberapa petani yang tergabung dalam Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Pangalengan sudah mulai penumbuhan usaha penangkaran benih kentang dengan mengikuti pelatihan dari BPBK (Sayaka dkk, 2011). b) Subsistem Off-farm Pada pemasaran kentang terdapat beberapa saluran pemasaran dan saluran pemasaran yang dipakai berbeda antara petani yang satu dengan petani lainnya. Namun, segmen pemasaran kentang meliputi pelaku usaha tani, pasar tradisional, supermarket, startup pertanian dan industri olahan berupa kentang konsumsi dan kentang benih. Harga jual yang ditetapkan berbeda tergantung generasi dan ukuran kentang dapat dilihat pada Tabel 5. Pada umumnya, kentang konsumsi di pasaran merupakan kentang G4. Harga tersebut dapat berubah-ubah
  • 16. 13 tergantung permintaan dan penawaran di pasar. Untuk harga dipasaran kentang konsumsi berkisar Rp 15.000 - Rp 18.000 per kg. Tabel 5. Harga jual kentang konsumsi berdasarkan kelas dan ukuran oleh petani Ukuran Kentang Harga (Rupiah) per kg G3 G4 SS 13 000 - S 13 000 8 500 M 13 000 8 500 L 9 000 6 500 Sumber : Hikmah Farm dalam Rismawati dkk (2009) 2.14 Alur Pemasaran Tanaman Kentang Saluran pemasaran sebagai jaringan semua pihak yang saling terkait satu sama lain dalam menyalurkan kentang yang berawal dari produsen sampai ke konsumen. Saluran pemasaran kentang di Pangalengan dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Alur Pemasaran Kentang Konsumsi Terdapat 9 saluran pemasaran kentang pada studi kasus alur pemasaran kentang konsumsi di Pangalengan, yaitu :  Saluran 1: petani-bandar-pedagang besar (pasar induk)-pedagang pengecer (pasar)-rumah makan dan pedagang makanan  Saluran 2: petani-bandar-pedagang besar (pasar induk) - pedagang pengecer (pasar)- pedagang sayur-konsumen akhir  Saluran 3: petani-perusahaan ekspor
  • 17. 14  Saluran 4: petani-pedagang besar (pasar induk)-konsumen akhir  Saluran 5: petani-bandar-perusahaan ekspor  Saluran 6: petani-bandar-industri pengolahan  Saluran 7: petani-bandar-pedagang besar (luar kota)  Saluran 8: (petani+bandar)-pedagang besar (pasar induk)-pedagang pengecer (pasar)-rumah makan dan pedagang makanan  Saluran 9: (petani+bandar)-pedagang besar (pasar induk)-pedagang pengecer (pasar)- pedagang sayur-konsumen akhir. Pasar induk yang menjadi tujuan penyaluran kentang konsumsi oleh petani di Pangalengan adalah Pasar Induk Kramat Jati Jakarta, Pasar Induk Kemang Bogor, Pasar Induk Caringin Bandung, dan Pasar Pangalengan. Pemasaran yang efisien apabila diantaranya dapat meningkatkan nilai tambah terhadap produk agribisnis, menghasilkan keuntungan bagi setiap pelaku pemasaran yang terlibat sesuai dengan biaya yang dikeluarkan dan memberikan bagian yang diterima petani akan mendorong petani berproduksi di tingkat usaha tani. 2.15 Perbandingan Mutu Ubi Kentang Pasar Modern dengan Pasar Tradisional Perbandingan mutu ubi kentang pasar tradisional dan pasar modern di Kota Bandung dengan metode survey dan wawancara dapat dilihat dalam Tabel 6. Terdapat perbedaan mutu ubi kentang pasar modern dengan pasar tradisional dapat dilihat secara visual dari fisik ubi kentang dapat dilihat dalam Gambar 6. Gambar 7. Visual Fisik Ubi Kentang Pasar Tradisional (Kiri) dan Pasar Modern (Kanan)
  • 18. 15 Tabel 6. Perbandingan Mutu Kentang Pasar Modern dan Pasar Tradisional No Uraian Pasar Modern Pasar Tradisional 1 Jenis Varietas Varietas Granola Variestas Granola 2 Ukuran Hypermart tersedia dalam ukuran sedang dan kecil. Ukuran sedang berisi 5-6 ubi/kg dan ukuran kecil berisi 7-8 ubi/kg Tersedia dalam ukuran besar, sedang dan kecil. Ukuran besar berisi 3 ubi/kg, ukuran sedang berisi 5-6 ubi/kg dan ukuran kecil berisi 7-8 ubi/kg 3 Harga Harga ubi kentang per kg adalah Rp 25.500/kg Harga ubi kentang di pasar induk caringin adalah Rp 14.000/kg (ukuran besar), Rp 12.500 (ukuran sedang) dan Rp 11.500 (ukuran kecil) sedangkan di pasar kosambi adalah Rp 16.000/kg (ukuran besar), Rp 14.000/kg (ukuran sedang dan kecil) 4 Kondisi Kentang Saat Pengamatan Terdapat ubi kentang yang berwarna kehijauan, ubi kentang sudah tidak segar ditandai dengan sedikit empuk jika diraba, dan penempatan ukuran ubi sedang dan kecil disatukan dalam satu tempat sehingga saat pengamatan ubi relatif tidak seragam. Ubi kentang masih segar ditandai dengan masih keras jika diraba, dan penempatan ukuran ubi besar, sedang dan kecil tidak disatukan dalam satu tempat sehingga saat pengamatan ubi relatif seragam antar ukuran. 5 Stok saat Pengamatan Stok yang tersedia hanya di display dan saat pengamatan stok berkisar 15-20 kg dengan asumsi stok tersebut merupakan stok lama Di Pasar Kosambistok yang tersedia berkisar 10-15kg per harinya untuk ukuran sedang sedangkan ukuran besar dan kecil dibawah 10kg. Untuk ukuran besar dan kecil pada umumnya dengan sistem PO H-1. Pedagang pasar kosambi membeli dalam bentuk karungan berisi 10-15kg. Jika ada stok yang kurang baik dari pasar induk, pedagang pasar kosambi mengolah kentang tersebut menjadi kentang mustofa mentah.
  • 19. 16 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Kentang termasuk jenis sayuran komersial bernilai tinggi, baik sebagai produk segar maupun olahan sehingga diperlukan upaya pembinaan secara intensif bagi budidaya kentang untuk meningkatkan produksi dan mutu guna memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan ekspor dengan kualitas dan kuantitas yang memadai. Kentang setelah dipanen masih melakukan aktivitas metabolisme sehingga bila tidak ditangani dengan tepat akan mengalami kerusakan fisik dan kimiawi sehingga mengakibatkan tingginya kehilangan hasil, terbatasnya masa simpan setelah pemanenan dan timbulnya serangan organisme pengganggu tanaman yang dapat menurunkan mutu.
  • 20. 17 DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2017. Produksi Kentang Menurut Provinsi 2016-2017. Available at http://www.bps.go.id/ (Diakses pada 20 Oktober 2021). [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1992. SNI 01-3175-1992. Kentang Segar. Badan Standarisasi Nasional : Jakarta. Direktorat Perbenihan Hortikultura. 2014. Pedoman Teknis Sertifikasi Benih Tanaman Hortikultura. Jakarta : Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementrian Pertanian. 63 hal. Fatimah, S. 2011. Analisis Pemasaran Kentang (Solanum tuberosum L.) di Kabupaten Wonosobo. Skripsi. Fakultas Pertanian, UNS. Solo Jufri, A., Rahayu, M., dan Setiawan, A. 2015. Penanganan penyimpanan kentang bibit (Solanum tuberosum L.) di Bandung. Jurnal Agrohorti 3 (1) : 65-70 Karjadi, A.K. dan Buchory A. 2008. Pengaruh Auksin dan Sitokinin terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Jaringan Meristem Kentang Kultivar Granola. J Hort. 18(4):380- 384. Balista. Lembang. Masniawati, A. 2016. Pengaruh konsentrasi gula dan pacloburazol dalam menginduksi umbi mikro kentang varietas atlantik secara in vitro. Prosiding Seminar Nasional. Universitas Hasanuddin. Makassar. Hlm 87–91. Rismawati, L., dan Rahayu, M. 2009. Penanganan Pasca Panen Kentang (Solanum tuberosum L.) di Hikmah Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat. Makalah Seminar, Fakultas Pertanian,Institut Pertanian Bogor : 8 hal Rukmana, R. 1997. Kentang Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius, Yogyakarta. Samadi. 1997. Usaha Tani Kentang. Kanisius. Yogyakarta. Sayaka, B., dan Hestina, J. 2011. Kendala Adopsi Benih Bersertifikat untuk Usahatani Kentang. Forum Penelitian Agro Ekonomi 29 (1) : 27-41 Setiadi.2009. Budidaya Kentang + Pilihan Berbagai Varietas dan Pengadaan Benih. Penebar Swadaya. Jakarta. Soelarso, B.R.1997. Budidaya Kentang Bebas Penyakit. Kanisius. Yogyakarta. Winarno, F.G., dan M. Aman. 1981. Fisiologi Lepas Panen. Sastra Hudaya. Jakarta.