1. Pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman bayam merah , Amarantus tricolor L
1
Gregorio A. Bani, 2
Daud fanpada
Universitas Aryasatya Deo Muri
Email.tonibani@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelurahan Sikumana, Kecamatan Maulafa , Kota
Kupang mulai bulan Juni sampai Juli 2018. Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui jarak
tanam yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun.
Penelitian ini merupakan percobaan yang dirancang menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) dengan 4 perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang 4 (empat) kali. Data yang
diperoleh berupa tinggi tanaman, jumlah daun, umur berbunga, jumlah buah per tanaman,
diameter buah dan berat basah. Dianalisis menggunakan analisis sidik ragam dan dilanjutkan
dengan uji Duncan 5%. Hasil percobaan menunjukkan bahwa jarak tanam 3 berpengaruh sangat
nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun. Perlakuan jarak tanam yang
memberikan pengaruh terbaik adalah jt 3 karena memberikan pertumbuhan tertinggi pada tinggi
tanaman( 47 cm) panjang daun (16 cm) jumlah daun ( 23 lembar), berat basah (28 gr).
Kata kunci: Bayam Merah, Jarak tanam, dan pertumbuhan.
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara yang
memiliki daratan cukup luas, yang
memungkinkan berbagai tanaman dapat
tumbuh dan berkembang di dalamnya baik
tanaman tahunan maupun musiman. Salah
satu jenis tanaman yang tergolong ke dalam
tanaman semusim pada wilayah negara ini
yaitu bayam merah. Tanaman bayam
merah semula dikenal sebagai tumbuhan
hias. Dalam perkembangan bayam
selanjutnya, tanaman bayam ini
dipromosikan sebagai bahan pangan sumber
protein, terutama untuk Negara berkembang
(Arief, 2006).
Tanaman bayam merah
termasuk bahan sayuran dunia yang
bergizi tinggi dan digemari oleh semua
lapisan masyarakat. Selain itu
keunggulan dari tanaman ini adalah
dapat dijadikan sebagai obat
membersihkan darah setelah
melahirkan, memperkuat akar rambut,
mengobati disentri, dan mengatasi
anemia. Tanaman bayam merah dapat
tumbuh pada ketinggian ± 5 – 1.500 m
dpl, tumbuh lebih subur didataran
rendah pada lahan terbuka yang
udaranya agak panas.
2. Tanaman ini cocok pada tanah
yang gembur dan subur. Jenis tanah
yang sesuai untuk tanaman bayam
adalah semua jenis tanah dan
kandungan unsur hara terpenuhi.
Keuntungan lain dari tanaman bayam
merah adalah umur relatif singkat
sehingga petani dengan cepat
merasakan hasil panen (Hendro,
2008).
Bayam merah (Amaranthus
tricolor L.) merupakan salah satu jenis
tanaman sayuran yang mengandung
antosianin. Antosianin pada bayam
merah berperan sebagai antioksidan
yang berfungsi untuk mencegah
pembentukan radikal bebas (Lingga,
2010).
Menurut Pracaya (2007)
produktivitas bayam merah dapat
meningkat jika ditanam pada kondisi
lahan dengan kandungan bahan
organik yang tinggi, ketersediaan
unsur hara nitrogen yang tinggi dan
memiliki kisaran pH 6-7. Meskipun
tanaman bayam merah memiliki
banyak manfaat namun tanaman ini
masih belum sepopuler tanaman
hortikultura yang lainnya. Hal tersebut
dikarenakan kebanyakan petani belum
mengetahui manfaat dan cara tehnik
budidaya bayam merah, sehingga
pasokan sayur untuk bayam merah
dari petani kurang dan bahkan tidak
ada. Keadaan ini dapat terlihat pada
pasar sayur yang jarang menjual
sayuran bayam merah.
Salah satu jenis sayuran yang
banyak dikonsumsi oleh masyarakat
adalah sayur bayam merah. Sayur
bayam merah banyak dibudidayakan
oleh petani, sehingga harga jualnya
terjangkau untuk semua kalangan
masyarakat, selain itu sayur bayam
juga mengandung berbagai zat gizi
yang bermanfaat untuk tubuh manusia.
Tanaman bayam merah
memiliki banyak manfaat namun
tanaman ini masih belum sepopuler
tanaman hortikultura yang lainnya.
Hal tersebut dikarenakan kebanyakan
petani belum mengetahui manfaat dan
cara tehnik budidaya bayam merah,
sehingga pasokan sayur untuk bayam
merah dari petani kurang dan bahkan
tidak ada. Keadaan ini dapat terlihat
pada pasar sayur yang jarang menjual
sayuran bayam merah.
3. Nilai nutrisi bayam sayur juga
amat tinggi dengan kandungan
protein, kalsium dan besi yang lebih
tinggi di banding dengan sayuran
kubis dan selada. Beberapa alasan
tersebut mendasari fakta bahwa
konsumsi bayam di indonesia
mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Konsumsi bayam untuk bahan
makanan pada tahun 2007 sebesar
151,00 ton, pada tahun 2008 sebesar
158,34 ton dan pada tahun 2009
sebesar 168,00 ( Anomi,2012) dengan
nilai inport sayuran tersebut sebesar
78,017 ton pada tahun 2007, 79,017
pada tahun 2008 dan 84,754 ton pada
2009 (budi,2010).
Ditinjau dari kandungan
gizinya, bayam merupakan jenis
sayuran hijau yang banyak manfaatnya
bagi kesehatan dan pertumbuhan
badan, terutama bagi anak-anak dan
para ibu yang sedang hamil.Zat gizi
yang terkandung dalam bayam adalah
vitamin dan mineral.Bayam
merupakan sumber zat besi yang baik,
sehingga diperlukan oleh wanita,
terutama pada saat menstruasi untuk
mengganti darah yang hilang.Zat besi
merupakan komponen penting dalam
hemoglobin.Bagi anak-anak di masa
pertumbuhan bayam yang sangat baik,
apalagi yang menderita anemia (made
Astawan, 2010).
Bayam merupakan sumber
protein nabati yang mempunyai fungsi
ganda. Selain sebagai sayuran, untuk
bahan obat tradisional juga untuk
kecantikan.Menguak aspek sosial dan
ekonomi, bayam sungguh baik untuk
dijadikan bahan pertimbangan usaha
tani komoditas ini ke arah agribisnis.
Apalagi kebutuhan sayuran daun
seperti bayam ini cenderung terus
meningkatnya kesadaran masyarakat
dan merupakan mata dagangan sehari-
hari di berbagai pasar
(Anonimous,2010).
Guna memenuhi permintaan
konsumen terhadap sayur bayam
merah di pasaran maka perlu adanya
peningkatan jumlah produksi sayur
bayam merah. Permintaan bayam yang
cukup tinggi belum dapat dipenuhi
secara maksimal oleh banyak petani
bayam. Kualitas bayam yang
dihasilkan petani pun masih kurang
baik, sehingga kehilangan hasil yang
diperoleh cukup tinggi. Semakin
berkurangnya lahan pertanian dan
rendahnya kualitas bayam yang
dihasilkan para petani merupakan
4. contoh masalah yang dihadapi dalam
kegiatan budidaya sayuran bayam.
Jarak tanam menjadi salah satu
faktor penentu terhadap tinggi
rendahnya produksi tanaman bayam
merah. Namun demikian para petani
pada umumnya belum menyadari akan
pentingnya jarak tanam yang tepat
untuk bayam merah. Jumin (2005),
mengatakan bahwa kerapatan tanam (
jarak tanam )memiliki hubungan yang
tidak dapat dipisahkan dengan jumlah
hasil yang diperoleh dari sebidang
tanah. Produksi tanaman merupakan
hasil dari faktor reproduksi dan hasil
pertumbuhan vegetatif.
Pengaturan kerapatan tanam
didalam satu areal penanaman sangat
diperlukan. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi terjadinya kompetisi
diantara tanaman dan untuk
memperoleh peningkatan hasil dari
tanaman budidaya, yaitu dengan
menambah kerapatan tanaman atau
populasi tanaman (Susilowati, 2002).
Penelitian tentang jarak tanam
pada tanaman bayam merah sudah
banyak di lakukan, namun demikian
hasil penelitian menunjukkan hasil
yang berbeda-beda, hal ini terkait
dengan waktu dilakukannya penelitian
serta kondisi lingkungan yang
berbeda-beda, memotivasi peneliti
untuk berusaha membudidayakan
suatu jenis tanaman secara praktis dan
dapat dilakukan di lahan sempit
sekalipun.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) Percobaan ini
terdiri atas 4 perlakuan dan 3
ulangan,sehingga diperoleh 12 petak
satuan percobaan.
Jt0: 15 cm x 15 cm
Jt1: 20cm x 20 cm
Jt2: 25 cm x 25 cm
Jt3: 30 cm x 30 cm
Hasil dan Pembahasan
Dalam penelitian ini terlebih
dahulu menyiapkan benih sebagai
bahan tanam benih di semai pada bak
perkecambahan yang berukuran 60 cm
x 60 cm, setelah benih disemai diberi
5. air secukupnya setiap pagi dan sore
untuk membantu mengikat benih
dengan tanah sehingga proses
perkecambahannya tidak terhambat
sampai membentuk tanaman baru.
Penanaman dilakukan hari
setelah semai pindahkan pada jarak
tanam sesuai jarak tanam yang yang
telah di tentukan. Saat tanaman
berumur 30 hari setelah semai,
dilakukan penyulaman untuk
menggantikan tanaman yang mati.
Setelah berumur 21 hari setelah tanam
ada beberapa tanaman yang terserah
hama ulat jengal dan namun dapat
dikendalikan dengan cara mekanik
yaitu meberantas dengan cara
menggunakan tangan dan peptisida
organik yaitu
Tanaman bayam merah di
panen pada saat tanaman berumur 40
hari, pemanenan dilakukan dengan
mecabut tanaman dari bedengan
apabila tanaman telah siap dipanen.
4.2. Tinggi tanaman
Hasil analisis ragam
(Annova) diketahui bahwa tinggi
tanaman berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman. Setelah dilakukan uji
Dunccan 5% didapatkan hasil
sebagaimana pada tabel 4.2, sebagai
berikut :
Tabel 4.2. Pengaruh jarak tanam
terhadap tinggi tanaman bayam merah
Ket :angka yang diikuti oleh huruf
yang sama
tidak
berbeda
nyata pada
uji
Dunccan
5%
Tabel 4.2 menunjukan bahwa
tinggi tanaman tertinggi diperoleh
pada perlakuan , Tinggi tanaman
bayam merah terendah diperoleh pada
setinggi JT.3 yaitu 47,00 cm . karena
pengaruh jarak tanam ini memberikan
pengaruh berbeda sangat nyata dengan
pengaruh jarak tanam lainnya,
pengaruh jarak tanam 1 (jt.1) berbeda
nyata dengan pengaruh jt.2 dan jt.0
namun berbeda sangat nyata denagan
jt.3 dimana jt.3 lebih baik dari jt.1.
4.2. Panjang daun
Berdasarkan hasil pengamatan
dan analisis ragam (anova) menunjukan
bahwa pengaruh jarak tanam
memberikan pengaruh sangat nyata
Perlakuan Rerata
JT. 0 30.33a
JT.1 38.00a
JT.2 31.50a
JT.3 47.00b
6. terhadap panjang daun tanaman bayam
merah yang terlihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. pengaruh jarak tanam terhadap
panjang daun tanaman bayam merah.
Perlakuan Rerata
JT. 0 44a
JT.1 47a
JT.2 48a
JT.3 50b
Ket: angka yang diikuti dengan hurif yang
sama tidak berbeda nyata pada uji
Dunccan 5%
Tabel 4.2 menunjukan bahwa
rerata panjang daun tertinggi terdapat
pada perlakuan jt.3 yang berbeda
nyata terhadap perlakuan jt.2 namun
berbeda tidak nyata dengan perlakuan
jt.1 dan jt.0. karena jt.3 memberikan
pengaruh tertinggi yang disebabkan
adanya perbedaan jarak tanam
sehingga dalam proses penyerapan
unsur hara dan air sangat efektif
karena tidak adanya persaingan.
4.3. Jumlah Daun
Hasil uji ragam (Annova)
diketahui bahwa media tanam
berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman. Setelah dilakukan uji
Duncan 5% didapatkan hasil
sebagaimana pada tabel 2, sebagai
berikut :
Tabel 2. Pengaruh jarak tanam terhadap
jumlah daun tanaman bayam merah.
Perlakuan Rerata Notasi
1 18.33 A
2 19.67 A
5 67.00 A
6 69.00 B
Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang
sama menunjukkan berbeda tidak
nyata pada uji Dunccan 5%
Tabel 4.3 menunjukan bahwa pengaruh
jarak tanam (jt.3) memberikan pengaruh
terbaik, karena pengaruh jarak tanam in
berpengaruh sangat nyata dengan perlakuan
lainnya, pengaruh jarak tanam (jt.2)
memberikan pengaruh nyata dengan jt.1 dan
jt.0 namun berbeda sangat nyata dengan
jt.3.diduga pengaruh penyerapan hara di
sekitar perakaran tidak dipengaruhi oleh
penyerapan tanaman disekitarnya karena
perlakuan jarak tanam yang lebar.
4.4. Berat basah Tanaman
Hasil uji ragam (Annova)
diperoleh data bahwa media
tanamberpengaruh nyata terhadap
berat tanamankonsumsi. Setelah
dilakukan uji Duncan5% didapatkan
hasil sebagaimana pada tabel 4.4
sebagai berikut :
7. Tabel 4.4. pengaruh jarak
tanam terhadap berat basah tanaman
bayam merah
Perlakuan Rerata
JT.0 19.33a
JT.1 18.33a
JT.2 27.33ab
JT.3 28.00b
Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang
sama menunjukkan berbeda tidak
nyata pada uji Dunccan 5%
Tabel 4.4 menunjukan bahwa
rerata berat basah tertingi terdapat
pada perlakuan jarak tanam 3 (jt.3),
karena pengaruh perlakuan ini
berbeda sangat nyata dengan
perlakuan jarak tanam 1 (jt.1) , jt.0.
pengaruh jarak tanam 2 (jt.2) berbesa
sangat nyata terhadap perlakuan jt.1,
jt.0 namun berbeda tidak nyata
dengan perlakuan jt.3 yang
memberikan pengaruh jarak tanam
terbaik dari semua perlakuan. Pada
jarak tanam yang rapat akan
mempengaruhi pada proses
penyerapan hara yang tidak efektif
sehingga mempengaruhi
pertumbuhan dan hasi tanaman
terutama pada berat basah tanam
bayam merah.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat dikemukakan dari
hasil penelitian adalah sebagai berikut. Pada
hasil penelitian ini menunjukan bahwa
Jarak tanam (JT.3) yang sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
bayam merah yaitu dengan jarak tanam 30
cm x 30 cm sehingga sangat tepat untuk
dapat di aplikasikan. Berdasarkan hasil
penelitian ini penulis sangat yakin bahwa
kriteria dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm
yang terbaik ini, dapat dijadikan sebagai
acuan dalam teknik budidaya tanaman
bayam merah yang paling tepat dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus.2010. Respon pertumbuhan dan produksi tanaman bayam terhadap pemberian pupuk.
Diakses pada tanggal 7 oktober 2017.
8. Anonimous.2009.http://www.google.com.html.Budidaya Bayam.(Diakses.20 april 2009).
Anonymous. 2008. Tentang Bayam. Available at www.ilmupedia.com (Verified 7 November
2009).
Arief, 2006. Budidaya Tanaman Bayam Merah. Telaga Zam-zam. Makassar.
Ariyanto.2008. Analisis Tata Niaga Sayuran Bayam.(Skripsi) Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Astawan . 2008. Khasiat Warna-Warni Makanan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Astawan, Made. 2010. Sehat Dengan Sayuran. Jakarta : PT. Dian Rakyat
Budi, Gardjita. 2010. Perkembangan Trend Pemasaran Sayuran di Indonesia. Seminar
Fazria, M. A. 2011. Pengukuran Zat besi dalam bayam merah dan suplemen penambah darah
serta penanganan terhadap peningkatan hemoglobin dan zat besi dalam darah. [Skripsi]
Universitas Indonesia, Depok.
Hendro, 2008. Syarat Tumbuh Tanaman Bayam Merah.Jakarta: Universitas Indonesia press
Jumin,H.B. 2005. Dasar-dasar argonomi.Jakarta.PT Raja Grafindo Persada.
Lingga, L, 2010, Cerdas Memilih Sayuran, PT. Agro Media Pustaka, Jakarta.
Miftak,H. 2009. Rekayasa pola tanam panen rutin pada agribisnis bayam cabut sistim organic.
Diakses dari Http:// www umsida.co.id.
Nuryadi, A. Dan N. Sumasni.2011. Bayam dan Manfaatnya. Diakses dari Http://
Dpeptan.go.id/(14 mei 2013).
Pracaya, IR, 2007, Bertanam Sayuran Organik di Kebun, Pot & Polibag, Penebar Swadaya,
Jakarta
Saparinto, C. 2013. Gown Your Own Vegetables-Paduan Praktis Menenam Sayuran Konsumsi
Populer di Pekaranagan. Lily Publisher. Yogyakarta. 180 hal.
Sulihandari, H. 2013. Herbal, Sayur, & Buah Ajaib. Yogyakarta: Trans Idea Publishing Nasional
PVT ke-5, 25-26 November 2010. Surabaya.
Susilowati, Indah, (2002), Metode Valuasi Lingkungan, Modul ekonomi Sumber Daya Alam dan
Lingkungan (ESDAL). Semarang.
Sunarjono, H. 2006. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta
Sunarjono, H. 2014. Bertanam 36 Jenis Sayuran. Jakarta : Penebar Swadaya
Supriati, Y dan E. Herlina. 2014. 15 Sayuran Organik Dalam Pot. Penebar Swadaya. Jakarta.
148 hal.
Suwita, I. K., Maryam, R., Rizqa, A. P. (2013). Pemanfaatan Bayam Merah (Blitum rubrum)
untuk Meningkatkan Kadar Zat Besi dan Serat Pada Mie Kering. Jurnal Agromix, Vol: 1 (1).
(Online). (Http://Jurnal.Yudharta.ac.id, diakses 17 september 2015)