SlideShare a Scribd company logo
Persamaan Shroedinger dalam
Koordinat Bola (Mekanika
kuantum dalam Tiga Dimensi
Bagian 1)
4.1 PersamaanShroedingerdalam Koordinat
Bola
Perluasan persamaan Shroedinger dalam tiga dimensi dapat kita lakukan secara
langsung, di mana persamaan Shroedinger secara umum dapat kita tuliskan:
[4.1]
Operator Hamiltonian[1] H diperoleh dari persamaan energi klasik.
dengan menggunakan rumusan standar P yang diperluas pada kasus tiga dimensi
[4.2]
, ,
atau lebih singkatnya
[4.3]
persamaan Shroedinger menjadi:
[4.4]
di mana
[4.5]
merupakan laplasian pada koordinat kartesian
Energi potensial V dan fungsi gelombang , dalam koordinat bola kini hanya
merupakan fungsi dan t. Probabilitas menemukan partikel pada elemen
volume adalah , dan normalisasinya adalah:
[4.6]
dengan batas integral pada semua ruang ( hingga ). Jika potensial tidak
bergantung waktu, maka solusi persamaan Shroedinger untuk keadaan stasioner
dalam tiga dimensi adalah
[4.7]
di mana fungsi gelombang spasial memenuhi persamaan Shroedinger tidak
bergantung waktu.
[4.8]
Solusi umum dari persamaan Shroedinger (bergantung waktu) adalah
[4.9]
dengan kostanta yang dihitung dari pemberian fungsi gelombang mula-
mula, , dengan cara yang seperti biasa kita lakukan pada BAB 2 PERSAMAAN
SHROEDINGER TIDAK BERGANTUNG WAKTU. (Jika potensial V merupakan
fungsi keadaan kontinu, maka tanda pada persamaan 4.9 menjadi integral.)
Latihan Soal
Soal 4.1(a) Kerjakan aturan relasi komutasi untuk semua komponen operator r dan
p: dan seterusnya. Jawaban:
[4.10]
, .
(b) tunjukkan bahwa:
[4.11]
, dan .
(Masing-masing tentunya terdiri dari tiga dimensi, satu untuk masing-masing
komponen.)Petunjuk: Ingat bahwa persamaan 3.148 adalah valid untuk tiga dimensi.
(c) Formulasikan prinsip ketidakpastian Heisenberg ke dalam tiga dimensi. Jawaban:
[4.12]
, , ,
tetapi terkecuali pada katakanlah
Jika anda berminat untuk menjawab, silahkan anda bisa mengerjakannya dan memberikan
hasilnya dengan menuliskannya pada kotak komentar yang pada akhir tulisan ini. Saya harap
akan ada interaksi antara saya dengan anda, jawaban anda nantinya akan kita bahas bersama-
sama dengan para pembaca lainnya. Jika anda kesulitan untuk menuliskan formula-formula
atau persamaan-persamaan, silahkan anda mempelajari bagaimana cara menulis formula
tersebut disini
4.1.1 Separasi Variabel
Biasanya, Potensial adalah fungsi yang hanya bergantung pada jarak terhadap titik
pusat. Pada kasus ini, baiknya kita menggunakan koordinat bola (Lihat
gambar 4.1). Pada koordinat bola, bentuk laplasianya adalah[2]:
(4.13)
Pada koordinat bola, persamaan schroedinger tidak bergantung waktu dibaca
(4.14)
Sekarang,coba kita cari solusinya dengan menggunakan separasi variabel
(4.15)
Gambar 4.1: Koordinat Bola (Sferis) dengan jarak r, sudut polar dan sudut
azimut .
dengan mengaplikasikan persamaan 4.15 kedalam persamaan 4.14 kita dapatkan
kita bagi dengan YR dan mengalikannya dengan
rumusan pada kurung kurawal yang pertama hanya bergantung pada r, dimana yang
lain bergantung pada dan , dan tentunya masing-masing bentuk rumusan harus
konstan. Untuk alasan ini, saya akan memberikan konstanta separasi ke dalam
bentuk [3]:
(4.16)
dan
(4.17)
Latihan Soal
Soal 4.2Gunakan separasi variabel dalam koordinat kartesius untuk menyelesaikan dinding
kubus tak berhingga (Partikel dalam boks):
(a) Carilah fungsi gelombang dan energinya pada keadaan stasioner(b) Sebut saja
energinya , dalam peningkatan energinya. Carilah . Hitunglah
perubahan dari masing-masing energinya.
4.1.2 Persamaan Anguler
Persamaan 4.17 menentukan kebergantungan terhadap dan ; dengan
mengalikannya dengan , persamaan 4.17 menjadi
(4.18)
kamu mungkin pernah bertemu persamaan ini sebelumnya, yang terdapat pada
solusi persamaan Laplace pada elektrodinamika klasik. Seperti biasanya, kita coba
dengan separasi variabel
(4.19)
dengan menggunakan ini dan dibagi dengan , kita dapatkan
Bagian yang pertama hanya merupakan fungsi dan bagian yang kedua merupakan
fungsi , maka masing-masing bagian haruslah konstan. Kali ini sebut saja
konstanta separasinya dengan [4]:
[4.20]
dan fungsi adalah
[4.21]
Persamaan 4.21 adalah persamanaan diferensial orde dua yang sederhana,
persamaan ini mudah untuk diselesaikan
[4.22]
[Sebenarnya terdapat dua solusi untuk persamaan 4.21, dan ,
tapi ini dapat disiasati dengan memasukkan tanda negatif ke dalam kostanta m
(ingat m bisa juga bernilai negatif), Selain itu kita bisa memberikan faktor kontanta
di depan solusi, tapi ada cara yang lebih baik, yaitu dengan memasukkannya ke
dalam fungsi . Kebetulan dalam elektrodinamika kita bisa menuliskan fungsi
azimut ( ) ke dalam bentuk sin dan cos, dan tentu saja dalam bentuk eksponensial,
karena potensial listrik haruslah bernilai real. Mekanika kuantum adalah cabang
ilmu fisika yang fleksibel dan fungsi eksponensial cukup mudah untuk bekerja di
dalamnya.] Saat berada di 2 , maka akan kembali pada posisi semula ( ).
Untuk lebih jelasnya bisa kita lihat gambar 4.1. Oleh karena itu, bisa kita tuliskan[5]
[4.23]
Dengan kata lain, , atau . Dari pernyataan
ini, jelaslah dapat dikatakan bahwa m haruslah bernilai integer
[4.24]
Sedangkakn untuk persamaan ,
[4.25]
yang mungkin kelihatan tidak familiar, persamaan 4.25 adalah persamaan yang
sangat sulit untuk diselesaikan, tetapi untuk saat ini cukuplah kita tahu bahwa solusi
untuk persamaan tersebut adalah
[4.26]
di mana adalah fungsi Legendre terasosiasi yang didefinisikan oleh[6]
[4.27]
, adalah polinomial Legendre ke-l. Kita telah membahas ini pada BAB
sebelumnya (persamaan 3.91) sebagai polinomial ortogonal pada interval (-1, +1),
dan polinomial Legendre di definisikan oleh formula Rodrigues:
[4.28]
misalnya,
dan seterusnya. Beberapa Polinomial Legendre untuk nilai l yang pertama
ditampilkan dalam tabel 3.1. Seperti nama yang ditulisnya, adalah polinomial
(dari sudut l) dalam x, dan apakah genap atau ganjil itu tergantung dari paritas l.
Tetapi , secara umum sebenarnya bukanlah merupakan polinomial, jika m
ganjil maka akan terdapat faktor :
dan seterusnya. [Dengan kata lain, apa yang kita butuhkan adalah ,
dan , jadi adalah polinomial yang hanya dalam bentuk
, apbila m genap maka digantikan dengan . Beberapa fungsi Legendre
terasosiasi pada nilai l yang pertama ditampilkan dalam Tabel 4.1]
Tabel 4.1: Beberapa nilai Fungsi Legendre terasosiasi, .
Ingat bahwa l haruslah integer yang bukan negatif agar sesuai dengan formula
Rodrigues, jika , maka persamaan 4.27, . Untuk setiap nilai l yang
diberikan, maka terdapat (2l + 1) nilai m yang mungkin.
[4.29]
Tetapi tunggu dulu, persamaan 4.25 adalah persamaan diferensial orde dua, yang
seharusnya memiliki solusi independen linier, untuk setiap nilai l dan m genap. Di
manakah semua solusi lainnya? Jawab: Mereka ada tentunya, tetapi hanya sebagai
solusi matematis dari persamaan tersebut. Secara fisis, solusi ini tidak diterima
karena nilainya menjadi sangat besar (mendekati tak hingga) pada
dan/atau , dan tidak menghasilkan fungsi gelombang ternormalisasi (Lihat soal
4.4)
Sekarang, coba kita kembali pada koordinat bola, elemen volume pada koordinat
bola adalah[7]
[4.30]
maka, kondisi ternormalisasi (persamaan 4.6) menjadi
dan sebaiknya untuk menormalisasikannya ke dalam fungsi R dan Y secara terpisah
[4.31]
dan
Fungsi gelombang anguler ternormalisasi[8] dinamakan dengan Spherical
harmonis
Tabel 4.2: Beberapa sferical harmonics yang pertama, .
[4.32]
di mana untuk dan untuk . Persamaan 4.32 juga secara
otomatis ortogonal, maka
[4.33]
Pada tabel 4.2 telah diperlihatkan beberapa nilai spherical harmonis yang pertama.
4.1.3 Persamaan Radial
Ingat bahwa bagian anguler dari fungsi gelombang, sama untuk setiap
potensial yang simetri secara speris. Bentuk nyata dari potensial, V(r) hanya
berpengaruh pada bagain radial dari fungsi gelombang, R(r) yang dijelaskan oleh
persamaan 4.16
[4.35]
Persamaan di atas akan kelihatan lebih sederhana jika kita ubah sedikit variabelnya,
misalkan saja:
[4.36]
maka dari itu, , , , karena itu:
[4.37]
Persamaan 4.37 dinamakan dengan persamaan radial[9], yang bentuknya
indentik dengan persamaan Shroedinger satu dimensi (Persamaan 2.4), kecuali
bentuk potensial efektifnya
[4.38]
Veff mengandung sedikit bagian ekstra, yang dinamakan dengan bagian
centrifugal, . Bagian centrifugal ini cenderung untuk melempar
partikel keluar (dari titik pusat), seperti gaya sentrifugal (semi sentrifugal) dalam
mekanika klasik. Sementara itu, kondisi normalisasi (persamaan 4.31) menjadi:
[4.39]
Kita tidak bisa memprosesnya lebih lanjut sebelum diberikan potensial yang spesifik.
ContohBerdasarkan pada dinding potensial tak berhingga.
[4.40]
Di luar dinding potensial fungsi gelombang adalah nol, di dalam dinding potensial
persamaan radial diberikan oleh:
[4.41]
di mana
[4.42]
sama seperti biasa yang kita lakukan, permasalahan kita adalah untuk
menyelesaikan persamaan 4.41, dengan memasukkan syarat batas u(a) = 0, dan
untuk kasus l=0 adalah mudah:
Tetapi kita harus ingat bahwa fungsi radial yang sebenarnya adalah ,
dan bernilai sangat besar ketika . Maka kita harus memilih B=0[10].
Dari syarat batas tersebut kita dapatkan , maka dari itu, untuk
setiap nilai n integer, dengan jelas energi yang diijinkan adalah
[4.41]
, dengan
di mana hasil yang kita peroleh ini sama dengan apa yang ada pada sumur potensial
tak berhingga satu dimensi (persamaan 2.23). Dengan menormalisasikan
menghasilkan , dengan memasukkan bagian anguler (konstan,
selama ) kita setuju bahwa
[4.44]
[Ingat bahwa keadaan stasioner mengandung tiga bilangan kuantum, n, l, dan
m: . Energi hanya tergantung pada n dan l: ]
Solusi umum dari persamaan 4.41 (untuk sembarang nilai l integer) kelihatan tidak
familiar di mata kita
[4.45]
di mana adalah fungsi Bessel sferis untuk orde l, dan adalah fungsi
Neumann sferis untuk orde l. Keduanya didefinisikan seperti di bawah ini
[4.46]
; dan
sebagai contoh
; ;
;
;
dan seterusnya. Fungsi Bessel dan Neumann sferis untuk beberapa nilai l yang
pertama dapat dilihat dalam tabel 4.3. Ingat bahwa untuk nilai x yang kecil (di
mana dan ),
; ; ; ;
Tabel 4.3: Beberapa nilai Fungsi Bessel dan Neumann yang pertama, dan .
dan lainnya. Intinya adalah bahwa fungsi Bessel nilainya terhingga pada titik pusat
sedangkan fungsi Neumann nilainya menjadi tak terhingga pada titik pusat (x =0).
Berdasarkan fakta ini, kita harus memutuskan kalau , maka dari itu
[4.47]
Jika kita kembali pada syarat batas, . Dengan jelas bahwa k harus dipilih
sesuai dengan
[4.48]
di mana, ka bernilai nol untuk fungsi Bessel sferis orde ke-l. Sekarang fungsi Bessel
berosilasi (lihat gambar 4.2), masing-masing memiliki nilai nol yang tak berhingga.
Tetapi (untungnya bagi kita) itu tidak terlokalisasi pada poin-poin yang penting
(seperti pada n, atau atau yang lainnya), dan ini harus dihitung secara numerik
dengan bantuan komputer.[11]Pada setiap nilainya, syarat batas yang harus dipenuhi
adalah
[4.49]
,
Gambar 4.2: Grafik beberapa fungsi Bessel sferis.
di mana adalah nol yang ke-n pada fungsi Bessel sferis yang ke-l. Energi yang
diijinkan diberikan oleh
[4.50]
,
dan fungsi gelombangnya adalah
[4.51]
[1] Mungkin di sini akan terjadi kebingungan, sebelumnya saya menggunakan tanda
“topi” untuk membedakan dengan observabel klasik. Tetapi saya tidak mengira hal
itu akan menjadi embigu pada Bab kali ini, dan tanda “topi” tersebut menjadi tidak
praktis untuk digunakan, oleh karena itu mulai dari sekarang saya akan
menghilangkan tanda “topi” tersebut.
[2]Pada prinsipnya, ini dapat didapatkan dengan mengubah variabel dari ekspresi
kartesian (Persamaan 4.5). Bagaimana juga, terdapat cara yang lebih efisien, lihatlah
buku M.Boas,Mathematical Methods in the Physicaj Science,2nd ed. (New York:John
Wiley and Sons,Inc.,1983) chapter 10 section 9
[3]Catatan:Kali ini tidak sembarangan dengan menuliskan konstanta separasi bisa
berupa bilangan kompleks. Selanjutnya kita akan membuktikan bahwa harus
berupa integral. Oleh karena itu,untuk mengantisipasi hal ini, saya mengekspresikan
konstanta seperti dengan cara yang kelihatan agak aneh
[4]Sekali lagi, tidak ada unsur sembarangan dalam menuliskan konstanta separasi,
walaupun harus berupa integral. Hati-hati: sombol sekarang terdapat makna
ganda, massa dan sekarang yang dinamakan dengan bilangan kuantum
magnetik. tapi saya rasa tidak bijaksana kalau kita mengabaikan hal ini,karena
keduanya merupakan simbol yang standar. Beberapa penulis mengganti dengan
untuk bilangan kuantum magnetik dan untuk massa.
[5]Ini lebih sulit untuk dipahai dari pada apa yang kita lihat. Setelah semuanya,
rapat probabilitas ( ) adalah nilai tunggal yang tergantung pada m. Pada sesi 4.3
akan diberikan kondisi pada m yang benar-benar berbeda dan dengan argumen yang
lebih mendalam.
[6]Ingat bahwa karene tanda me selalu berada dalam tanda mutlak.
[7]Untuk lebih jelasnya, silahkan lihat Boas (catatan kaki 2), BAB 5 Sesi 4.
[8]Faktor normalisasi didapatkan dari soal 4.47. Faktor dipilih untuk konsistensi
dengan notasi yang akan kita gunakan dalam teori momentum anguler dan ini
merupakan standar yang cukup beralasan, walaupun beberapa buku yang lebih lama
menggunkan konvensi yang lama. Ingat bahwa:
[9]Simbol m disini menunjukkan massa, tentunya kita tidak akan menemukan
bilangan kuantum m dalam persamaan Radial.
[10]Sebenarnya, semua yang kita butuhkan adalah bahwa fungsi gelombang
haruslah ternormalisasi,bukan hanya yang terbatas pada pada titik pusat
seharusnya ternormalisasi (karena faktor dalam persamaan 4.31). Untuk bukti
yang lebih jelas bahwa B=0, lihat R. Shankar, Principles of Quantum Mechanics
(New York: Plenum, 1980), halaman 351

More Related Content

What's hot

Bilangan kompleks
Bilangan kompleks Bilangan kompleks
Bilangan kompleks UIN Arraniry
 
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKATDERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKATyuni dwinovika
 
integral fungsi kompleks
integral fungsi kompleksintegral fungsi kompleks
integral fungsi kompleksmarihot TP
 
Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantumHana Dango
 
Radiasi benda hitam
Radiasi benda hitamRadiasi benda hitam
Radiasi benda hitamVJ Asenk
 
137227152 tugas-kegagalan-fisika-klasik
137227152 tugas-kegagalan-fisika-klasik137227152 tugas-kegagalan-fisika-klasik
137227152 tugas-kegagalan-fisika-klasikRyzkha Gso
 
Metamtika teknik 04-aplikasi nyata pd
Metamtika teknik 04-aplikasi nyata pdMetamtika teknik 04-aplikasi nyata pd
Metamtika teknik 04-aplikasi nyata pdel sucahyo
 
Modul persamaan diferensial
Modul persamaan diferensialModul persamaan diferensial
Modul persamaan diferensialAwatifAtif
 
Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2keynahkhun
 
Laporan praktikum lanjutan fisika inti spektroskopi sinar gamma
Laporan praktikum lanjutan  fisika inti spektroskopi sinar gammaLaporan praktikum lanjutan  fisika inti spektroskopi sinar gamma
Laporan praktikum lanjutan fisika inti spektroskopi sinar gammaMukhsinah PuDasya
 
Buku pengantar-fisika-matematik-rinto-anugraha
Buku pengantar-fisika-matematik-rinto-anugrahaBuku pengantar-fisika-matematik-rinto-anugraha
Buku pengantar-fisika-matematik-rinto-anugrahasinta novita
 
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)Albara I Arizona
 
Handout listrik-magnet-i
Handout listrik-magnet-iHandout listrik-magnet-i
Handout listrik-magnet-irina mirda
 
Persamaan differensial part 1
Persamaan differensial part 1Persamaan differensial part 1
Persamaan differensial part 1Jamil Sirman
 
Bab 3 b5 persamaan schrodinger
Bab 3 b5 persamaan schrodingerBab 3 b5 persamaan schrodinger
Bab 3 b5 persamaan schrodingerNur Yunani Yuna
 
Prinsip kerja siklotron sebagai akselerator magnetik
Prinsip kerja siklotron sebagai akselerator magnetikPrinsip kerja siklotron sebagai akselerator magnetik
Prinsip kerja siklotron sebagai akselerator magnetikKhaeroel Ansory
 

What's hot (20)

Laporan koreksi ke-2
Laporan koreksi ke-2Laporan koreksi ke-2
Laporan koreksi ke-2
 
Bilangan kompleks
Bilangan kompleks Bilangan kompleks
Bilangan kompleks
 
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKATDERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
 
integral fungsi kompleks
integral fungsi kompleksintegral fungsi kompleks
integral fungsi kompleks
 
Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantum
 
Radiasi benda hitam
Radiasi benda hitamRadiasi benda hitam
Radiasi benda hitam
 
137227152 tugas-kegagalan-fisika-klasik
137227152 tugas-kegagalan-fisika-klasik137227152 tugas-kegagalan-fisika-klasik
137227152 tugas-kegagalan-fisika-klasik
 
Metamtika teknik 04-aplikasi nyata pd
Metamtika teknik 04-aplikasi nyata pdMetamtika teknik 04-aplikasi nyata pd
Metamtika teknik 04-aplikasi nyata pd
 
Modul persamaan diferensial
Modul persamaan diferensialModul persamaan diferensial
Modul persamaan diferensial
 
Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2
 
Laporan praktikum lanjutan fisika inti spektroskopi sinar gamma
Laporan praktikum lanjutan  fisika inti spektroskopi sinar gammaLaporan praktikum lanjutan  fisika inti spektroskopi sinar gamma
Laporan praktikum lanjutan fisika inti spektroskopi sinar gamma
 
Buku pengantar-fisika-matematik-rinto-anugraha
Buku pengantar-fisika-matematik-rinto-anugrahaBuku pengantar-fisika-matematik-rinto-anugraha
Buku pengantar-fisika-matematik-rinto-anugraha
 
Sifat partikel dan gelombang
Sifat partikel dan gelombangSifat partikel dan gelombang
Sifat partikel dan gelombang
 
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
 
Pengenalan Persamaan Differensial Parsial
Pengenalan Persamaan Differensial ParsialPengenalan Persamaan Differensial Parsial
Pengenalan Persamaan Differensial Parsial
 
Handout listrik-magnet-i
Handout listrik-magnet-iHandout listrik-magnet-i
Handout listrik-magnet-i
 
Turunan numerik
Turunan numerikTurunan numerik
Turunan numerik
 
Persamaan differensial part 1
Persamaan differensial part 1Persamaan differensial part 1
Persamaan differensial part 1
 
Bab 3 b5 persamaan schrodinger
Bab 3 b5 persamaan schrodingerBab 3 b5 persamaan schrodinger
Bab 3 b5 persamaan schrodinger
 
Prinsip kerja siklotron sebagai akselerator magnetik
Prinsip kerja siklotron sebagai akselerator magnetikPrinsip kerja siklotron sebagai akselerator magnetik
Prinsip kerja siklotron sebagai akselerator magnetik
 

Viewers also liked

Model atom bohr(eksitasi elektron)
Model atom bohr(eksitasi elektron)Model atom bohr(eksitasi elektron)
Model atom bohr(eksitasi elektron)SMA Negeri 9 KERINCI
 
Bioenergenetika, Oksidasi Biologis, Rantai Respiratorik
Bioenergenetika, Oksidasi Biologis, Rantai RespiratorikBioenergenetika, Oksidasi Biologis, Rantai Respiratorik
Bioenergenetika, Oksidasi Biologis, Rantai RespiratorikHanarsp
 
Fisika dasar 2
Fisika dasar 2Fisika dasar 2
Fisika dasar 2Ilham W'ie
 
Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )Phe Phe
 
Interpolasi lagrange dan newton
Interpolasi lagrange dan newtonInterpolasi lagrange dan newton
Interpolasi lagrange dan newtonYuni Dwi Utami
 
Modul 1 muatan dan medan listrik
Modul 1 muatan dan medan listrikModul 1 muatan dan medan listrik
Modul 1 muatan dan medan listrikHastuti ELINS
 
Persamaan lagrange dan hamilton
Persamaan lagrange dan hamiltonPersamaan lagrange dan hamilton
Persamaan lagrange dan hamiltonKira R. Yamato
 
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)Dyas Arientiyya
 
Elektrodinamika arus, hambatan, energi, daya dan rangkaian listrik, hukum o...
Elektrodinamika   arus, hambatan, energi, daya dan rangkaian listrik, hukum o...Elektrodinamika   arus, hambatan, energi, daya dan rangkaian listrik, hukum o...
Elektrodinamika arus, hambatan, energi, daya dan rangkaian listrik, hukum o...supri yono
 

Viewers also liked (14)

Model atom bohr(eksitasi elektron)
Model atom bohr(eksitasi elektron)Model atom bohr(eksitasi elektron)
Model atom bohr(eksitasi elektron)
 
Bioenergenetika, Oksidasi Biologis, Rantai Respiratorik
Bioenergenetika, Oksidasi Biologis, Rantai RespiratorikBioenergenetika, Oksidasi Biologis, Rantai Respiratorik
Bioenergenetika, Oksidasi Biologis, Rantai Respiratorik
 
Kuis1 elektrodinamika-2014-2015
Kuis1 elektrodinamika-2014-2015Kuis1 elektrodinamika-2014-2015
Kuis1 elektrodinamika-2014-2015
 
Fisika dasar 2
Fisika dasar 2Fisika dasar 2
Fisika dasar 2
 
Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )
 
Kontras orthogonal 2012
Kontras orthogonal 2012Kontras orthogonal 2012
Kontras orthogonal 2012
 
Interpolasi lagrange dan newton
Interpolasi lagrange dan newtonInterpolasi lagrange dan newton
Interpolasi lagrange dan newton
 
Modul 1 muatan dan medan listrik
Modul 1 muatan dan medan listrikModul 1 muatan dan medan listrik
Modul 1 muatan dan medan listrik
 
Perbandingan ortogonal kontras
Perbandingan ortogonal kontrasPerbandingan ortogonal kontras
Perbandingan ortogonal kontras
 
Persamaan lagrange dan hamilton
Persamaan lagrange dan hamiltonPersamaan lagrange dan hamilton
Persamaan lagrange dan hamilton
 
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
 
Elektrodinamika arus, hambatan, energi, daya dan rangkaian listrik, hukum o...
Elektrodinamika   arus, hambatan, energi, daya dan rangkaian listrik, hukum o...Elektrodinamika   arus, hambatan, energi, daya dan rangkaian listrik, hukum o...
Elektrodinamika arus, hambatan, energi, daya dan rangkaian listrik, hukum o...
 
Termodinamika modul
Termodinamika modulTermodinamika modul
Termodinamika modul
 
Sap rancop5 juli 2008
Sap rancop5 juli 2008Sap rancop5 juli 2008
Sap rancop5 juli 2008
 

Similar to Sistem koordinat bola

Akar Kompleks dan Akar berulang PD orde 2
Akar Kompleks dan Akar berulang PD orde 2Akar Kompleks dan Akar berulang PD orde 2
Akar Kompleks dan Akar berulang PD orde 2Dian Arisona
 
Makalah fismat iii poisson
Makalah fismat iii poissonMakalah fismat iii poisson
Makalah fismat iii poissonGilang Anindita
 
Analisis fourier 2014
Analisis fourier 2014Analisis fourier 2014
Analisis fourier 2014inawwara
 
Msknsnshuuushshshshhshsgsyshsjsjjsjsjsnsshhs
MsknsnshuuushshshshhshsgsyshsjsjjsjsjsnsshhsMsknsnshuuushshshshhshsgsyshsjsjjsjsjsnsshhs
MsknsnshuuushshshshhshsgsyshsjsjjsjsjsnsshhsAndilDwithoma
 
Bab ii atom hidrogen
Bab ii atom hidrogenBab ii atom hidrogen
Bab ii atom hidrogenDwi Karyani
 
Persamaan Diferensial Orde 2
Persamaan Diferensial Orde 2Persamaan Diferensial Orde 2
Persamaan Diferensial Orde 2Dian Arisona
 
Tugas persamaan dfferensial parsial
Tugas persamaan dfferensial parsialTugas persamaan dfferensial parsial
Tugas persamaan dfferensial parsialIin Kamheela
 
Irna nuraeni 4.2. teorema kesejajaran dalam geometri euclid
Irna nuraeni 4.2. teorema kesejajaran dalam geometri euclidIrna nuraeni 4.2. teorema kesejajaran dalam geometri euclid
Irna nuraeni 4.2. teorema kesejajaran dalam geometri euclidIrna Nuraeni
 
Pertemuan12
Pertemuan12Pertemuan12
Pertemuan1233335
 
04. PPT Matematika (Wajib) XI - www.ilmuguru.org.pptx
04. PPT Matematika (Wajib) XI - www.ilmuguru.org.pptx04. PPT Matematika (Wajib) XI - www.ilmuguru.org.pptx
04. PPT Matematika (Wajib) XI - www.ilmuguru.org.pptxArvianitaDewi1
 
TEOREMA DASAR KALKULUS
TEOREMA DASAR KALKULUSTEOREMA DASAR KALKULUS
TEOREMA DASAR KALKULUSNurul Ulfah
 
Printtdknurul 140811030340-phpapp01
Printtdknurul 140811030340-phpapp01Printtdknurul 140811030340-phpapp01
Printtdknurul 140811030340-phpapp01NopitaSari11
 
Bab 4. balok sederhana statis tak tentu
Bab 4. balok sederhana statis tak tentuBab 4. balok sederhana statis tak tentu
Bab 4. balok sederhana statis tak tentuYoon Tua Simbolon
 
2_Persamaan_Gerak.pptx
2_Persamaan_Gerak.pptx2_Persamaan_Gerak.pptx
2_Persamaan_Gerak.pptxHanifEka2210
 

Similar to Sistem koordinat bola (20)

Akar Kompleks dan Akar berulang PD orde 2
Akar Kompleks dan Akar berulang PD orde 2Akar Kompleks dan Akar berulang PD orde 2
Akar Kompleks dan Akar berulang PD orde 2
 
Makalah fismat iii poisson
Makalah fismat iii poissonMakalah fismat iii poisson
Makalah fismat iii poisson
 
Analisis fourier 2014
Analisis fourier 2014Analisis fourier 2014
Analisis fourier 2014
 
2 f08634fd01
2 f08634fd012 f08634fd01
2 f08634fd01
 
Msknsnshuuushshshshhshsgsyshsjsjjsjsjsnsshhs
MsknsnshuuushshshshhshsgsyshsjsjjsjsjsnsshhsMsknsnshuuushshshshhshsgsyshsjsjjsjsjsnsshhs
Msknsnshuuushshshshhshsgsyshsjsjjsjsjsnsshhs
 
Bab ii atom hidrogen
Bab ii atom hidrogenBab ii atom hidrogen
Bab ii atom hidrogen
 
Persamaan Diferensial Orde 2
Persamaan Diferensial Orde 2Persamaan Diferensial Orde 2
Persamaan Diferensial Orde 2
 
Atom hidrogen-final-doc2
Atom hidrogen-final-doc2Atom hidrogen-final-doc2
Atom hidrogen-final-doc2
 
Tugas persamaan dfferensial parsial
Tugas persamaan dfferensial parsialTugas persamaan dfferensial parsial
Tugas persamaan dfferensial parsial
 
Irna nuraeni 4.2. teorema kesejajaran dalam geometri euclid
Irna nuraeni 4.2. teorema kesejajaran dalam geometri euclidIrna nuraeni 4.2. teorema kesejajaran dalam geometri euclid
Irna nuraeni 4.2. teorema kesejajaran dalam geometri euclid
 
1. persamaan schrodinger
1. persamaan schrodinger1. persamaan schrodinger
1. persamaan schrodinger
 
Pertemuan12
Pertemuan12Pertemuan12
Pertemuan12
 
04. PPT Matematika (Wajib) XI - www.ilmuguru.org.pptx
04. PPT Matematika (Wajib) XI - www.ilmuguru.org.pptx04. PPT Matematika (Wajib) XI - www.ilmuguru.org.pptx
04. PPT Matematika (Wajib) XI - www.ilmuguru.org.pptx
 
TEOREMA DASAR KALKULUS
TEOREMA DASAR KALKULUSTEOREMA DASAR KALKULUS
TEOREMA DASAR KALKULUS
 
Printtdknurul 140811030340-phpapp01
Printtdknurul 140811030340-phpapp01Printtdknurul 140811030340-phpapp01
Printtdknurul 140811030340-phpapp01
 
Bab 4. balok sederhana statis tak tentu
Bab 4. balok sederhana statis tak tentuBab 4. balok sederhana statis tak tentu
Bab 4. balok sederhana statis tak tentu
 
Aplikasi matriks
Aplikasi matriksAplikasi matriks
Aplikasi matriks
 
Integral Berulang (Iterated Integrals)
Integral Berulang (Iterated Integrals)Integral Berulang (Iterated Integrals)
Integral Berulang (Iterated Integrals)
 
2_Persamaan_Gerak.pptx
2_Persamaan_Gerak.pptx2_Persamaan_Gerak.pptx
2_Persamaan_Gerak.pptx
 
Deret fourier
Deret fourierDeret fourier
Deret fourier
 

Recently uploaded

Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfyuniarmadyawati361
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024SABDA
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfNurSriWidyastuti1
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdferlita3
 
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisaiKonflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisaimuhammadmasyhuri9
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxEkoPutuKromo
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfTarkaTarka
 
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptxBUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptxDWIHANDOYOPUTRO2
 
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docxCONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docxAhmadBarkah2
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIgloriosaesy
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfSEMUELSAMBOKARAENG
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...
RENCANA + Link2 MATERI  Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...RENCANA + Link2 MATERI  Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...
RENCANA + Link2 MATERI Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...Kanaidi ken
 
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paudMamanDiana
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...AgusRahmat39
 
KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANG
KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANGKERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANG
KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANGEviRohimah3
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis JurnalRepi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnalrepyjayanti
 
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfSusi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfSusiSusanti94678
 

Recently uploaded (20)

Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisaiKonflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
 
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptxBUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
 
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docxCONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...
RENCANA + Link2 MATERI  Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...RENCANA + Link2 MATERI  Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...
RENCANA + Link2 MATERI Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...
 
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANG
KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANGKERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANG
KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANG
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
 
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis JurnalRepi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
 
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfSusi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 

Sistem koordinat bola

  • 1. Persamaan Shroedinger dalam Koordinat Bola (Mekanika kuantum dalam Tiga Dimensi Bagian 1) 4.1 PersamaanShroedingerdalam Koordinat Bola Perluasan persamaan Shroedinger dalam tiga dimensi dapat kita lakukan secara langsung, di mana persamaan Shroedinger secara umum dapat kita tuliskan: [4.1] Operator Hamiltonian[1] H diperoleh dari persamaan energi klasik. dengan menggunakan rumusan standar P yang diperluas pada kasus tiga dimensi [4.2] , , atau lebih singkatnya [4.3] persamaan Shroedinger menjadi:
  • 2. [4.4] di mana [4.5] merupakan laplasian pada koordinat kartesian Energi potensial V dan fungsi gelombang , dalam koordinat bola kini hanya merupakan fungsi dan t. Probabilitas menemukan partikel pada elemen volume adalah , dan normalisasinya adalah: [4.6] dengan batas integral pada semua ruang ( hingga ). Jika potensial tidak bergantung waktu, maka solusi persamaan Shroedinger untuk keadaan stasioner dalam tiga dimensi adalah [4.7] di mana fungsi gelombang spasial memenuhi persamaan Shroedinger tidak bergantung waktu. [4.8] Solusi umum dari persamaan Shroedinger (bergantung waktu) adalah [4.9] dengan kostanta yang dihitung dari pemberian fungsi gelombang mula- mula, , dengan cara yang seperti biasa kita lakukan pada BAB 2 PERSAMAAN SHROEDINGER TIDAK BERGANTUNG WAKTU. (Jika potensial V merupakan fungsi keadaan kontinu, maka tanda pada persamaan 4.9 menjadi integral.)
  • 3. Latihan Soal Soal 4.1(a) Kerjakan aturan relasi komutasi untuk semua komponen operator r dan p: dan seterusnya. Jawaban: [4.10] , . (b) tunjukkan bahwa: [4.11] , dan . (Masing-masing tentunya terdiri dari tiga dimensi, satu untuk masing-masing komponen.)Petunjuk: Ingat bahwa persamaan 3.148 adalah valid untuk tiga dimensi. (c) Formulasikan prinsip ketidakpastian Heisenberg ke dalam tiga dimensi. Jawaban: [4.12] , , , tetapi terkecuali pada katakanlah Jika anda berminat untuk menjawab, silahkan anda bisa mengerjakannya dan memberikan hasilnya dengan menuliskannya pada kotak komentar yang pada akhir tulisan ini. Saya harap akan ada interaksi antara saya dengan anda, jawaban anda nantinya akan kita bahas bersama- sama dengan para pembaca lainnya. Jika anda kesulitan untuk menuliskan formula-formula atau persamaan-persamaan, silahkan anda mempelajari bagaimana cara menulis formula tersebut disini 4.1.1 Separasi Variabel Biasanya, Potensial adalah fungsi yang hanya bergantung pada jarak terhadap titik pusat. Pada kasus ini, baiknya kita menggunakan koordinat bola (Lihat gambar 4.1). Pada koordinat bola, bentuk laplasianya adalah[2]: (4.13) Pada koordinat bola, persamaan schroedinger tidak bergantung waktu dibaca (4.14)
  • 4. Sekarang,coba kita cari solusinya dengan menggunakan separasi variabel (4.15) Gambar 4.1: Koordinat Bola (Sferis) dengan jarak r, sudut polar dan sudut azimut . dengan mengaplikasikan persamaan 4.15 kedalam persamaan 4.14 kita dapatkan kita bagi dengan YR dan mengalikannya dengan rumusan pada kurung kurawal yang pertama hanya bergantung pada r, dimana yang lain bergantung pada dan , dan tentunya masing-masing bentuk rumusan harus konstan. Untuk alasan ini, saya akan memberikan konstanta separasi ke dalam bentuk [3]: (4.16) dan (4.17)
  • 5. Latihan Soal Soal 4.2Gunakan separasi variabel dalam koordinat kartesius untuk menyelesaikan dinding kubus tak berhingga (Partikel dalam boks): (a) Carilah fungsi gelombang dan energinya pada keadaan stasioner(b) Sebut saja energinya , dalam peningkatan energinya. Carilah . Hitunglah perubahan dari masing-masing energinya. 4.1.2 Persamaan Anguler Persamaan 4.17 menentukan kebergantungan terhadap dan ; dengan mengalikannya dengan , persamaan 4.17 menjadi (4.18) kamu mungkin pernah bertemu persamaan ini sebelumnya, yang terdapat pada solusi persamaan Laplace pada elektrodinamika klasik. Seperti biasanya, kita coba dengan separasi variabel (4.19) dengan menggunakan ini dan dibagi dengan , kita dapatkan Bagian yang pertama hanya merupakan fungsi dan bagian yang kedua merupakan fungsi , maka masing-masing bagian haruslah konstan. Kali ini sebut saja konstanta separasinya dengan [4]: [4.20] dan fungsi adalah [4.21]
  • 6. Persamaan 4.21 adalah persamanaan diferensial orde dua yang sederhana, persamaan ini mudah untuk diselesaikan [4.22] [Sebenarnya terdapat dua solusi untuk persamaan 4.21, dan , tapi ini dapat disiasati dengan memasukkan tanda negatif ke dalam kostanta m (ingat m bisa juga bernilai negatif), Selain itu kita bisa memberikan faktor kontanta di depan solusi, tapi ada cara yang lebih baik, yaitu dengan memasukkannya ke dalam fungsi . Kebetulan dalam elektrodinamika kita bisa menuliskan fungsi azimut ( ) ke dalam bentuk sin dan cos, dan tentu saja dalam bentuk eksponensial, karena potensial listrik haruslah bernilai real. Mekanika kuantum adalah cabang ilmu fisika yang fleksibel dan fungsi eksponensial cukup mudah untuk bekerja di dalamnya.] Saat berada di 2 , maka akan kembali pada posisi semula ( ). Untuk lebih jelasnya bisa kita lihat gambar 4.1. Oleh karena itu, bisa kita tuliskan[5] [4.23] Dengan kata lain, , atau . Dari pernyataan ini, jelaslah dapat dikatakan bahwa m haruslah bernilai integer [4.24] Sedangkakn untuk persamaan , [4.25] yang mungkin kelihatan tidak familiar, persamaan 4.25 adalah persamaan yang sangat sulit untuk diselesaikan, tetapi untuk saat ini cukuplah kita tahu bahwa solusi untuk persamaan tersebut adalah [4.26] di mana adalah fungsi Legendre terasosiasi yang didefinisikan oleh[6]
  • 7. [4.27] , adalah polinomial Legendre ke-l. Kita telah membahas ini pada BAB sebelumnya (persamaan 3.91) sebagai polinomial ortogonal pada interval (-1, +1), dan polinomial Legendre di definisikan oleh formula Rodrigues: [4.28] misalnya, dan seterusnya. Beberapa Polinomial Legendre untuk nilai l yang pertama ditampilkan dalam tabel 3.1. Seperti nama yang ditulisnya, adalah polinomial (dari sudut l) dalam x, dan apakah genap atau ganjil itu tergantung dari paritas l. Tetapi , secara umum sebenarnya bukanlah merupakan polinomial, jika m ganjil maka akan terdapat faktor : dan seterusnya. [Dengan kata lain, apa yang kita butuhkan adalah , dan , jadi adalah polinomial yang hanya dalam bentuk , apbila m genap maka digantikan dengan . Beberapa fungsi Legendre terasosiasi pada nilai l yang pertama ditampilkan dalam Tabel 4.1] Tabel 4.1: Beberapa nilai Fungsi Legendre terasosiasi, . Ingat bahwa l haruslah integer yang bukan negatif agar sesuai dengan formula Rodrigues, jika , maka persamaan 4.27, . Untuk setiap nilai l yang diberikan, maka terdapat (2l + 1) nilai m yang mungkin.
  • 8. [4.29] Tetapi tunggu dulu, persamaan 4.25 adalah persamaan diferensial orde dua, yang seharusnya memiliki solusi independen linier, untuk setiap nilai l dan m genap. Di manakah semua solusi lainnya? Jawab: Mereka ada tentunya, tetapi hanya sebagai solusi matematis dari persamaan tersebut. Secara fisis, solusi ini tidak diterima karena nilainya menjadi sangat besar (mendekati tak hingga) pada dan/atau , dan tidak menghasilkan fungsi gelombang ternormalisasi (Lihat soal 4.4) Sekarang, coba kita kembali pada koordinat bola, elemen volume pada koordinat bola adalah[7] [4.30] maka, kondisi ternormalisasi (persamaan 4.6) menjadi dan sebaiknya untuk menormalisasikannya ke dalam fungsi R dan Y secara terpisah [4.31] dan Fungsi gelombang anguler ternormalisasi[8] dinamakan dengan Spherical harmonis Tabel 4.2: Beberapa sferical harmonics yang pertama, . [4.32]
  • 9. di mana untuk dan untuk . Persamaan 4.32 juga secara otomatis ortogonal, maka [4.33] Pada tabel 4.2 telah diperlihatkan beberapa nilai spherical harmonis yang pertama. 4.1.3 Persamaan Radial Ingat bahwa bagian anguler dari fungsi gelombang, sama untuk setiap potensial yang simetri secara speris. Bentuk nyata dari potensial, V(r) hanya berpengaruh pada bagain radial dari fungsi gelombang, R(r) yang dijelaskan oleh persamaan 4.16 [4.35] Persamaan di atas akan kelihatan lebih sederhana jika kita ubah sedikit variabelnya, misalkan saja: [4.36] maka dari itu, , , , karena itu: [4.37] Persamaan 4.37 dinamakan dengan persamaan radial[9], yang bentuknya indentik dengan persamaan Shroedinger satu dimensi (Persamaan 2.4), kecuali bentuk potensial efektifnya [4.38] Veff mengandung sedikit bagian ekstra, yang dinamakan dengan bagian centrifugal, . Bagian centrifugal ini cenderung untuk melempar
  • 10. partikel keluar (dari titik pusat), seperti gaya sentrifugal (semi sentrifugal) dalam mekanika klasik. Sementara itu, kondisi normalisasi (persamaan 4.31) menjadi: [4.39] Kita tidak bisa memprosesnya lebih lanjut sebelum diberikan potensial yang spesifik. ContohBerdasarkan pada dinding potensial tak berhingga. [4.40] Di luar dinding potensial fungsi gelombang adalah nol, di dalam dinding potensial persamaan radial diberikan oleh: [4.41] di mana [4.42] sama seperti biasa yang kita lakukan, permasalahan kita adalah untuk menyelesaikan persamaan 4.41, dengan memasukkan syarat batas u(a) = 0, dan untuk kasus l=0 adalah mudah: Tetapi kita harus ingat bahwa fungsi radial yang sebenarnya adalah , dan bernilai sangat besar ketika . Maka kita harus memilih B=0[10]. Dari syarat batas tersebut kita dapatkan , maka dari itu, untuk setiap nilai n integer, dengan jelas energi yang diijinkan adalah [4.41] , dengan
  • 11. di mana hasil yang kita peroleh ini sama dengan apa yang ada pada sumur potensial tak berhingga satu dimensi (persamaan 2.23). Dengan menormalisasikan menghasilkan , dengan memasukkan bagian anguler (konstan, selama ) kita setuju bahwa [4.44] [Ingat bahwa keadaan stasioner mengandung tiga bilangan kuantum, n, l, dan m: . Energi hanya tergantung pada n dan l: ] Solusi umum dari persamaan 4.41 (untuk sembarang nilai l integer) kelihatan tidak familiar di mata kita [4.45] di mana adalah fungsi Bessel sferis untuk orde l, dan adalah fungsi Neumann sferis untuk orde l. Keduanya didefinisikan seperti di bawah ini [4.46] ; dan sebagai contoh ; ; ; ; dan seterusnya. Fungsi Bessel dan Neumann sferis untuk beberapa nilai l yang pertama dapat dilihat dalam tabel 4.3. Ingat bahwa untuk nilai x yang kecil (di mana dan ), ; ; ; ; Tabel 4.3: Beberapa nilai Fungsi Bessel dan Neumann yang pertama, dan .
  • 12. dan lainnya. Intinya adalah bahwa fungsi Bessel nilainya terhingga pada titik pusat sedangkan fungsi Neumann nilainya menjadi tak terhingga pada titik pusat (x =0). Berdasarkan fakta ini, kita harus memutuskan kalau , maka dari itu [4.47] Jika kita kembali pada syarat batas, . Dengan jelas bahwa k harus dipilih sesuai dengan [4.48] di mana, ka bernilai nol untuk fungsi Bessel sferis orde ke-l. Sekarang fungsi Bessel berosilasi (lihat gambar 4.2), masing-masing memiliki nilai nol yang tak berhingga. Tetapi (untungnya bagi kita) itu tidak terlokalisasi pada poin-poin yang penting (seperti pada n, atau atau yang lainnya), dan ini harus dihitung secara numerik dengan bantuan komputer.[11]Pada setiap nilainya, syarat batas yang harus dipenuhi adalah [4.49] ,
  • 13. Gambar 4.2: Grafik beberapa fungsi Bessel sferis. di mana adalah nol yang ke-n pada fungsi Bessel sferis yang ke-l. Energi yang diijinkan diberikan oleh [4.50] , dan fungsi gelombangnya adalah [4.51] [1] Mungkin di sini akan terjadi kebingungan, sebelumnya saya menggunakan tanda “topi” untuk membedakan dengan observabel klasik. Tetapi saya tidak mengira hal itu akan menjadi embigu pada Bab kali ini, dan tanda “topi” tersebut menjadi tidak praktis untuk digunakan, oleh karena itu mulai dari sekarang saya akan menghilangkan tanda “topi” tersebut. [2]Pada prinsipnya, ini dapat didapatkan dengan mengubah variabel dari ekspresi kartesian (Persamaan 4.5). Bagaimana juga, terdapat cara yang lebih efisien, lihatlah buku M.Boas,Mathematical Methods in the Physicaj Science,2nd ed. (New York:John Wiley and Sons,Inc.,1983) chapter 10 section 9
  • 14. [3]Catatan:Kali ini tidak sembarangan dengan menuliskan konstanta separasi bisa berupa bilangan kompleks. Selanjutnya kita akan membuktikan bahwa harus berupa integral. Oleh karena itu,untuk mengantisipasi hal ini, saya mengekspresikan konstanta seperti dengan cara yang kelihatan agak aneh [4]Sekali lagi, tidak ada unsur sembarangan dalam menuliskan konstanta separasi, walaupun harus berupa integral. Hati-hati: sombol sekarang terdapat makna ganda, massa dan sekarang yang dinamakan dengan bilangan kuantum magnetik. tapi saya rasa tidak bijaksana kalau kita mengabaikan hal ini,karena keduanya merupakan simbol yang standar. Beberapa penulis mengganti dengan untuk bilangan kuantum magnetik dan untuk massa. [5]Ini lebih sulit untuk dipahai dari pada apa yang kita lihat. Setelah semuanya, rapat probabilitas ( ) adalah nilai tunggal yang tergantung pada m. Pada sesi 4.3 akan diberikan kondisi pada m yang benar-benar berbeda dan dengan argumen yang lebih mendalam. [6]Ingat bahwa karene tanda me selalu berada dalam tanda mutlak. [7]Untuk lebih jelasnya, silahkan lihat Boas (catatan kaki 2), BAB 5 Sesi 4. [8]Faktor normalisasi didapatkan dari soal 4.47. Faktor dipilih untuk konsistensi dengan notasi yang akan kita gunakan dalam teori momentum anguler dan ini merupakan standar yang cukup beralasan, walaupun beberapa buku yang lebih lama menggunkan konvensi yang lama. Ingat bahwa: [9]Simbol m disini menunjukkan massa, tentunya kita tidak akan menemukan bilangan kuantum m dalam persamaan Radial. [10]Sebenarnya, semua yang kita butuhkan adalah bahwa fungsi gelombang haruslah ternormalisasi,bukan hanya yang terbatas pada pada titik pusat seharusnya ternormalisasi (karena faktor dalam persamaan 4.31). Untuk bukti yang lebih jelas bahwa B=0, lihat R. Shankar, Principles of Quantum Mechanics (New York: Plenum, 1980), halaman 351