SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
KELOMPOK 1 :
1. SRIMAYANTI
2. NOVITASARI
3. SUCIATI DJ LOLODA
4. ALMA YUNISTIRA
*
*
Persamaan Schrodinger dalam tiga dimensi berbentuk
sebagai berikut :
−
ℏ2
2𝑚
𝜕2𝜓
𝜕𝑥2 +
𝜕2𝜓
𝜕𝑦2 +
𝜕2𝜓
𝜕𝑧2 + 𝑉 𝑥, 𝑦, 𝑧 𝜓 = E𝜓 (7.1)
𝜓 adalah fungsi dari x,y dan z. Cara lazim untuk
memecahkan persamaan diferensial parsial seperti ini
adalah dengan memisahkan variabel. Potensial bagi gaya
antara inti atom dan elektron adalah 𝑣 = −1
1
4𝜋𝜀0
𝑒2
𝑟
;
karena 𝑟 = 𝑥2 + 𝑦2 + 𝑧2,maka
𝑉 𝑥, 𝑦, 𝑧 = −
1
4𝜋𝜀0
𝑒2
𝑥2+𝑦2+𝑧2
(7.2)
*Potensial dalam bentuk ini tidak memberikan persamaan
terpisahkan, tetapi jika kita bekerja dalam sistem
koordinat bola 𝑟, 𝜃, 𝜙 , yang lebih memadai ketimbang
sistem (x,y,z) (sekurang-kurangnya bagi perhitungan ini),
maka kita dapat memisahkan variabel-variabelnya, dan
menemukan himpunan pemecahannya. Variabel-variabel
sistem koordinat bola digambarkan pada gambar 7.1.
bayaran bagi penyederhanaan pemecahan ini adalah
bertambah rumitnya bentuk persamaan diferensial
parsialnya, yang bentuknya menjadi :
−
ℏ2
2𝑚
𝜕2𝜓
𝜕𝑟2 +
2
𝑟
𝜕𝜓
𝜕𝑟
+
1
𝑟2𝑠𝑖𝑛𝜃
𝜕
𝜕𝜃
𝑠𝑖𝑛𝜃
𝜕𝜓
𝜕𝜃
+
1
𝑟2𝑠𝑖𝑛2𝜃
𝜕2𝜓
𝜕𝜙2 +
𝑉 𝑟, 𝜃, 𝜙 𝜓 = E𝜓 (7.3)
*Gambar 7.1 Sistem koordinat bola bagi atom hidrogen.
Proton berada pada titik asal dan elektron pada jari-jari r,
dalam arah yang ditentukan oleh sudut polar 𝜃 dan sudut
azimut 𝜙.
Di mana 𝜓 = 𝜓 𝑟, 𝜃, 𝜙 . Selanjutnya, kita hanya akan meninjau
pemecahan yang terpisahkan dan dapat difaktorkan sebagai
𝜓 𝑟, 𝜃, 𝜙 = 𝑅 𝑟 Θ 𝜃 Φ 𝜙 (7.4)
Dengan R(r), Θ(𝜃) masing-masing adalah fungsi dari satu variabel.
Cara ini memberikan kita tiga buah persamaan diferensial, masing-
masing dalam satu variabel (r, 𝜃, atau 𝜙).
*
*Analisis pemecahan persamaan Schrodinger dalam koordinat
bola (r, 𝜃, atau 𝜙) agak sulit, karena itu kita hanya akan
langusng menyajikan dan kemudian membahas
pemecahan-pemecahannya.
*Merujuk ke bahasan perkenalan kita dengan
persaamaan Schrodinger, persoalan tiga di mensi
memerlukan tiga bilangan kuantum untuk mencirikan
semua pemecahannya. Oleh karena itu, semua fungsi
gelombang atom hidrogen akan diperikan dengan tiga
buah bilangan kuantum. Bilangan kuantum pertama, n
berkaitan dengan pemecahan bagi fungsi radial, R(r).
*Bilangan n ini sama dengan yang dipakai untuk menamai
tingkat-tingkat energi dalam model Bohr. Pemecahan bagi
fungsi polar, Θ(𝜃), memberikan bilangan kuantum l, dan
bagi fungsi Φ(𝜙), memberikan bilangan kuantum ketiga 𝑚𝑖.
*Bilangan kuantum n, yang dikenal sebagai Bilangan
Kuantum Utama, bernilai bulat 1,2,3,… Menentukan
bilangan n adalah setara dengan memilih suatu tingkat
energi tertentu, seperti halnya dalam model Bohr.
Selanjutnya, bila kita memecahkan persamaan Schrodinger,
akan kita temmukan bahwa semua tingkat energi
terkuantisasinya, sesuai dengan milik model Bohr,
𝐸𝑛 = −
𝑚𝑒4
32𝜋2𝜀2
ℏ2
1
𝑛2 (7.5)
Perhatikan bahwa energi ini hanya bergantung pada bilangan
kuantum n, tidak pada l dan 𝑚𝑖.
*Dalam model Bohr, nilai n menentukan jari-jari orbit
elektron semakin besar nilai n, semakin besar jari-
jarinya. Bilangan kuantum l menentukan (dalam konteks
model Bohr) apakah orbitnya berbentuk lingkaran atau
elips. Gambar 7.3 melukiskan semua orbit utama dari
tingkat n=4 untuk bilangan nilai l. Dengan tafsiran l ini,
dapatlah kita lihat mengapa bilangan kuantum ini
berkaitan dengan momentum sudut elektron. Semua orbit
dengan nilai l terbesar (l = n – 1)
*Memiliki momentum sudut terbesar terhadap inti atom,
dan dengan demikian berbentuk lingkaran. Semua nilai l
yang lebih kecil memberkan orbit elips, dan nilai terkecil
dari l (l=0) memberikan elips pipih yang melewati inti
atom. Bilangan kkuantum 𝑚𝑖. Memberikan orientasi bidang
orbit relatif terhadap bidang x,y. Gambar 7.4 melukiskan
dua orientasi yang mungkin dari bidang orbit elektron.
Sekali lagi tafsiran geometri ini hanya bermanfaat dalam
gambaran skematis yang menggunakan model Bohr, dan
hendaklah jangan dipandang sebagai keadaan
sesunggguhnya; dan memang, bidang orbit yang pasti
menyalahi asas ketidakpastian.
*
*Dalam beberapa segi, model Bohr membentuk kita untuk
memahami sifat-sifat atom. Telah kita lihat dalam pasal
terakhir bagaimana ketiga bilangan kuantum (n,l, 𝑚𝑖.)
memberitahu kita mengenai “bentuk” orbit elektron. Tetapi,
terdapat beberapa sifat atom terutama perilakunya dalam
medan magnet, yang dapat dipahami lebih mudah jika kita
menggunakan sebuah model yang memandang momentum
sudut berperilaku seperti vektor biasa (meskipun vektor ini
memiliki beberapa sifat istimewa yang tidak dijumpai dalam
vektor “klasik”.
*Untuk tiap orbit elektron yang mungkin, momentum sudut l
tetap tidak berubah. ( Hal yang sama juga berlaku bagi
semua benda yang mengorbit dalam medan gravitasi; sebuah
kometnbertambah besar kecepatannya ketika ia lewat dekat
matahari, jadi penurunan jaraknya dari matahari r, diimbangi
dengan kenaikan momentum linearnya p, sehingga hasil kali r
x p bernilai tetap ). Momentum sudut tersebut kita nyatakan
dengan vektor I; dalam pengertian klasik, ini adalah sebuah
vektor yang melalui inti atom dan tegak lurus bidang orbit
elektron. Perhitungan yang lebih teliti berdasarkan
pemecahan persamaan Schrodinger (yang berada di luar
jangkauan buku ajar ini) memberikan hubungan antara
panjang vektor I, yang kita tunjukkan dengan 𝑰 dengan
bilangan kuantum l, sebagai berikut ;
𝑰 = 𝒍 𝒍 + 𝟏 ℏ (7.6)
* Seperti halnya dengan vektor klasik, vektor I dapat
memiliki komponen sepanjang sebarang sumbu dalam
ruang. Sekali lagi, semua fungsi gelombang yang diperoleh
dari persamaan Schrodinger memberi kitaseperangkat
aturan untuk menghitung ketiga komponen dari I. (umunya
kita memilih sumbu z, karena ia merupakan sebuah sumbu
acuan dalam sistem koordinat bola). Nialai-nilai komponen
z dari 𝑖𝑧, yang kita tunjukkan dengan I, terbatasi menurut
pernyataan
𝑙𝑧 = 𝑚𝑙ℏ (7.7)
Di mana 𝑚𝑙 adalah bilangan kuantum magnet, yang bernilai
0, ±1, ±2, … , ±𝑙
*Komponen-komponen vektor I untuk l=2 dilukiskan pada
gambar 7.5. Tiap Orientasi yang berbeda dari vektor I
berkaitan dengan suatu nilai 𝑚𝑙 yang berbeda. Sudut polar 𝜃
yang dibuat vektor I terhadap sumbu z mudah dicari dengan
merujuk ke gambar 7.5 karena 𝑙𝑧 = 𝑰 𝒄𝒐𝒔 𝜽, maka
𝒄𝒐𝒔 𝜽 =
𝒍𝒛
𝑰
=
𝒎𝒊ℏ
𝒍 𝒍 + 𝟏 ℏ
Atau
𝒄𝒐𝒔 𝜽 =
𝒎𝒊
𝒍 𝒍+𝟏
(7.8)
*
*Bilangan-bilangan kuantum (n,l, 𝒎𝒊) yang menamai tiap
keadaan atom hidrogen, seperti telah kita lihat, mempunyai
dua tafsiran. Bilangan kuantum adalah label yang bukan
hanya muncul dari prosedur matematik yang terlibat dalam
pemecahan persamaan Shrodinger, tetapi juga mempunyai
tafsiran geometris. Dalam pasal ini kita kan lebih menaruh
perhatian pada sifat matematik pemecahannya, yaitu bahwa
bilangan kuantum merupakan label atau indeks bagi fungsi
gelomvang yang berbeda.
*Komponen fungsi gelombang Ψ 𝑟, 𝜃, 𝜙 dapat ditulis sebagai
hasil kali tiga bauh fungsi satu variabel :
Ψ𝑛,𝑙,𝑚 𝑟, 𝜃, 𝜙 = 𝑅𝑛,𝑙 𝑟 Θ𝑙,𝒎𝒊
𝜃 Φ𝑚 ∅ (7.10)
Tabel 7.1 Beberapa Fungsi Gelombang Atom Hidrogen
Indeks (n,l, 𝒎𝒊) yang berbeda memberikan komponen fungsi
gelombang yang berbeda. Dalam Tabel 7.1 didaftarkan
beberapa fungsi gelombang untuk benerapa nilai bilangan
kuantum (n,l, 𝒎𝒊). Dalam koordinat bola (lihat gambar 7.7),
elemen ini adalah
𝑑𝑉 = 𝑟2
sin 𝜃 𝑑𝑟 𝑑𝜃 𝑑∅ (7.11)
Karena itu, probabilitasnya adalah
Ψ𝑛,𝑙,𝒎𝒊
𝑟, 𝜃, 𝜙
2
𝑑𝑉 =
𝑅𝑛,𝑙 𝑟
2
Θ𝑙,𝒎𝒊
𝜃
2
Φ𝒎𝒊
𝜙
2
𝑟2
sin 𝜃 𝑑𝑟 𝑑𝜃 𝑑𝜙 (7.12)
Dengan menggunakan pernyataan probalitas ini, persamaan
(7.12) kita dapat menghitung berbagai pola distribusi ruang
elektron. Sebagai contoh kita dapat menghitung probabilitas
radial P(r)dr untuk menemukan elektron antara r dan r + dr,
tidak peduli berapapun nilai 𝜃 dan 𝜙. Untuk melihatnya
dengan cara lain, kita bayangkan sebuah kulit bola tipis
berjari-jari r setebal dr, dan menyatakan berapaprobabilitas
untuk menemukan elektron dalam volume kulit bola ini.
Karena kita tidak tertarik pada 𝜃 dan 𝜙, maka kita
integrasikan terhadap semua nilai yang mungkin dari kedua
variabel ini:
𝑃 𝑟 𝑑𝑟 = 𝑅𝑛,𝑙 𝑟
2
𝑟2
𝑑𝑟 0
𝜋
Θ𝑙,𝒎𝒊
𝜃
2
𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑑𝜃 0
2𝜋
Φ𝒎𝒊
𝜙
2
𝑑𝜙
(7.13)
Integral 𝜃 dan integral 𝜙 bernilai satu, karena fungsi R, Θ dan
Φ masing-masing normalisasikan. Jadi, rapat probabilitas
radial adalah
𝑃 𝑟 = 𝑟2
𝑅𝑛,𝑙(𝑟)
2
(7.14)

More Related Content

Similar to Msknsnshuuushshshshhshsgsyshsjsjjsjsjsnsshhs

Bab 1 struktur atom, tabel periodik, dan ikatan kimia
Bab 1 struktur atom, tabel periodik, dan ikatan kimia Bab 1 struktur atom, tabel periodik, dan ikatan kimia
Bab 1 struktur atom, tabel periodik, dan ikatan kimia wafiqasfari
 
5 teori mekanika kuantum
5 teori mekanika kuantum5 teori mekanika kuantum
5 teori mekanika kuantumRahmanifitriah
 
Vektor (pertemuan 1)
Vektor (pertemuan 1)Vektor (pertemuan 1)
Vektor (pertemuan 1)Ana Sugiyarti
 
Struktur Atom Presentation
Struktur Atom PresentationStruktur Atom Presentation
Struktur Atom Presentationhafizona
 
Kimia presentasi struktur atom polielektron
Kimia   presentasi struktur atom polielektronKimia   presentasi struktur atom polielektron
Kimia presentasi struktur atom polielektronTri Ningrum
 
Kimia presentasi struktur atom polielektron
Kimia   presentasi struktur atom polielektronKimia   presentasi struktur atom polielektron
Kimia presentasi struktur atom polielektronTri Ningrum
 
Kimia presentasi struktur atom polielektron
Kimia   presentasi struktur atom polielektronKimia   presentasi struktur atom polielektron
Kimia presentasi struktur atom polielektronTri Ningrum
 
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)Mkls Rivership
 
Diktat fisika-dasar
Diktat fisika-dasarDiktat fisika-dasar
Diktat fisika-dasarMario Yuven
 
Makalah osilator harmonik
Makalah osilator harmonikMakalah osilator harmonik
Makalah osilator harmonikbestricabebest
 
Tugas matematika peminatan 1
Tugas matematika peminatan 1Tugas matematika peminatan 1
Tugas matematika peminatan 1nico popo
 
Mengungkap radiasi benda hitam menggunakan statistik bose
Mengungkap radiasi benda hitam menggunakan statistik boseMengungkap radiasi benda hitam menggunakan statistik bose
Mengungkap radiasi benda hitam menggunakan statistik boseIda Sonie
 
Teori atom mekanika kuantum dan bentuk molekul
Teori atom mekanika kuantum dan bentuk molekulTeori atom mekanika kuantum dan bentuk molekul
Teori atom mekanika kuantum dan bentuk molekulRidhanty Husniah
 

Similar to Msknsnshuuushshshshhshsgsyshsjsjjsjsjsnsshhs (20)

Bab 1 struktur atom, tabel periodik, dan ikatan kimia
Bab 1 struktur atom, tabel periodik, dan ikatan kimia Bab 1 struktur atom, tabel periodik, dan ikatan kimia
Bab 1 struktur atom, tabel periodik, dan ikatan kimia
 
5 teori mekanika kuantum
5 teori mekanika kuantum5 teori mekanika kuantum
5 teori mekanika kuantum
 
Vektor (pertemuan 1)
Vektor (pertemuan 1)Vektor (pertemuan 1)
Vektor (pertemuan 1)
 
Aplikasi matriks
Aplikasi matriksAplikasi matriks
Aplikasi matriks
 
CJR mekanika.pptx
CJR mekanika.pptxCJR mekanika.pptx
CJR mekanika.pptx
 
Struktur Atom Presentation
Struktur Atom PresentationStruktur Atom Presentation
Struktur Atom Presentation
 
Kimia presentasi struktur atom polielektron
Kimia   presentasi struktur atom polielektronKimia   presentasi struktur atom polielektron
Kimia presentasi struktur atom polielektron
 
Kimia presentasi struktur atom polielektron
Kimia   presentasi struktur atom polielektronKimia   presentasi struktur atom polielektron
Kimia presentasi struktur atom polielektron
 
Kimia presentasi struktur atom polielektron
Kimia   presentasi struktur atom polielektronKimia   presentasi struktur atom polielektron
Kimia presentasi struktur atom polielektron
 
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
 
Pdp jadi
Pdp jadiPdp jadi
Pdp jadi
 
Bab7
Bab7Bab7
Bab7
 
Diktat fisika-dasar
Diktat fisika-dasarDiktat fisika-dasar
Diktat fisika-dasar
 
Bahan ajar kimia xi
Bahan ajar kimia xiBahan ajar kimia xi
Bahan ajar kimia xi
 
Struktur atom (5)
Struktur atom (5)Struktur atom (5)
Struktur atom (5)
 
Makalah osilator harmonik
Makalah osilator harmonikMakalah osilator harmonik
Makalah osilator harmonik
 
Tugas matematika peminatan 1
Tugas matematika peminatan 1Tugas matematika peminatan 1
Tugas matematika peminatan 1
 
1.2 Vektor di R3
1.2 Vektor di R31.2 Vektor di R3
1.2 Vektor di R3
 
Mengungkap radiasi benda hitam menggunakan statistik bose
Mengungkap radiasi benda hitam menggunakan statistik boseMengungkap radiasi benda hitam menggunakan statistik bose
Mengungkap radiasi benda hitam menggunakan statistik bose
 
Teori atom mekanika kuantum dan bentuk molekul
Teori atom mekanika kuantum dan bentuk molekulTeori atom mekanika kuantum dan bentuk molekul
Teori atom mekanika kuantum dan bentuk molekul
 

Recently uploaded

PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxJawahirIhsan
 
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMMPenyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMMRiniGela
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerakputus34
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024RahmadLalu1
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxriscacriswanda
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaharnosuharno5
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".Kanaidi ken
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...Kanaidi ken
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"baimmuhammad71
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXIksanSaputra6
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptpalagoro17
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxHaryKharismaSuhud
 

Recently uploaded (20)

PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMMPenyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
 

Msknsnshuuushshshshhshsgsyshsjsjjsjsjsnsshhs

  • 1. KELOMPOK 1 : 1. SRIMAYANTI 2. NOVITASARI 3. SUCIATI DJ LOLODA 4. ALMA YUNISTIRA *
  • 2. * Persamaan Schrodinger dalam tiga dimensi berbentuk sebagai berikut : − ℏ2 2𝑚 𝜕2𝜓 𝜕𝑥2 + 𝜕2𝜓 𝜕𝑦2 + 𝜕2𝜓 𝜕𝑧2 + 𝑉 𝑥, 𝑦, 𝑧 𝜓 = E𝜓 (7.1) 𝜓 adalah fungsi dari x,y dan z. Cara lazim untuk memecahkan persamaan diferensial parsial seperti ini adalah dengan memisahkan variabel. Potensial bagi gaya antara inti atom dan elektron adalah 𝑣 = −1 1 4𝜋𝜀0 𝑒2 𝑟 ; karena 𝑟 = 𝑥2 + 𝑦2 + 𝑧2,maka 𝑉 𝑥, 𝑦, 𝑧 = − 1 4𝜋𝜀0 𝑒2 𝑥2+𝑦2+𝑧2 (7.2)
  • 3. *Potensial dalam bentuk ini tidak memberikan persamaan terpisahkan, tetapi jika kita bekerja dalam sistem koordinat bola 𝑟, 𝜃, 𝜙 , yang lebih memadai ketimbang sistem (x,y,z) (sekurang-kurangnya bagi perhitungan ini), maka kita dapat memisahkan variabel-variabelnya, dan menemukan himpunan pemecahannya. Variabel-variabel sistem koordinat bola digambarkan pada gambar 7.1. bayaran bagi penyederhanaan pemecahan ini adalah bertambah rumitnya bentuk persamaan diferensial parsialnya, yang bentuknya menjadi : − ℏ2 2𝑚 𝜕2𝜓 𝜕𝑟2 + 2 𝑟 𝜕𝜓 𝜕𝑟 + 1 𝑟2𝑠𝑖𝑛𝜃 𝜕 𝜕𝜃 𝑠𝑖𝑛𝜃 𝜕𝜓 𝜕𝜃 + 1 𝑟2𝑠𝑖𝑛2𝜃 𝜕2𝜓 𝜕𝜙2 + 𝑉 𝑟, 𝜃, 𝜙 𝜓 = E𝜓 (7.3)
  • 4. *Gambar 7.1 Sistem koordinat bola bagi atom hidrogen. Proton berada pada titik asal dan elektron pada jari-jari r, dalam arah yang ditentukan oleh sudut polar 𝜃 dan sudut azimut 𝜙. Di mana 𝜓 = 𝜓 𝑟, 𝜃, 𝜙 . Selanjutnya, kita hanya akan meninjau pemecahan yang terpisahkan dan dapat difaktorkan sebagai 𝜓 𝑟, 𝜃, 𝜙 = 𝑅 𝑟 Θ 𝜃 Φ 𝜙 (7.4) Dengan R(r), Θ(𝜃) masing-masing adalah fungsi dari satu variabel. Cara ini memberikan kita tiga buah persamaan diferensial, masing- masing dalam satu variabel (r, 𝜃, atau 𝜙).
  • 5. * *Analisis pemecahan persamaan Schrodinger dalam koordinat bola (r, 𝜃, atau 𝜙) agak sulit, karena itu kita hanya akan langusng menyajikan dan kemudian membahas pemecahan-pemecahannya. *Merujuk ke bahasan perkenalan kita dengan persaamaan Schrodinger, persoalan tiga di mensi memerlukan tiga bilangan kuantum untuk mencirikan semua pemecahannya. Oleh karena itu, semua fungsi gelombang atom hidrogen akan diperikan dengan tiga buah bilangan kuantum. Bilangan kuantum pertama, n berkaitan dengan pemecahan bagi fungsi radial, R(r).
  • 6. *Bilangan n ini sama dengan yang dipakai untuk menamai tingkat-tingkat energi dalam model Bohr. Pemecahan bagi fungsi polar, Θ(𝜃), memberikan bilangan kuantum l, dan bagi fungsi Φ(𝜙), memberikan bilangan kuantum ketiga 𝑚𝑖. *Bilangan kuantum n, yang dikenal sebagai Bilangan Kuantum Utama, bernilai bulat 1,2,3,… Menentukan bilangan n adalah setara dengan memilih suatu tingkat energi tertentu, seperti halnya dalam model Bohr. Selanjutnya, bila kita memecahkan persamaan Schrodinger, akan kita temmukan bahwa semua tingkat energi terkuantisasinya, sesuai dengan milik model Bohr, 𝐸𝑛 = − 𝑚𝑒4 32𝜋2𝜀2 ℏ2 1 𝑛2 (7.5) Perhatikan bahwa energi ini hanya bergantung pada bilangan kuantum n, tidak pada l dan 𝑚𝑖.
  • 7. *Dalam model Bohr, nilai n menentukan jari-jari orbit elektron semakin besar nilai n, semakin besar jari- jarinya. Bilangan kuantum l menentukan (dalam konteks model Bohr) apakah orbitnya berbentuk lingkaran atau elips. Gambar 7.3 melukiskan semua orbit utama dari tingkat n=4 untuk bilangan nilai l. Dengan tafsiran l ini, dapatlah kita lihat mengapa bilangan kuantum ini berkaitan dengan momentum sudut elektron. Semua orbit dengan nilai l terbesar (l = n – 1)
  • 8. *Memiliki momentum sudut terbesar terhadap inti atom, dan dengan demikian berbentuk lingkaran. Semua nilai l yang lebih kecil memberkan orbit elips, dan nilai terkecil dari l (l=0) memberikan elips pipih yang melewati inti atom. Bilangan kkuantum 𝑚𝑖. Memberikan orientasi bidang orbit relatif terhadap bidang x,y. Gambar 7.4 melukiskan dua orientasi yang mungkin dari bidang orbit elektron. Sekali lagi tafsiran geometri ini hanya bermanfaat dalam gambaran skematis yang menggunakan model Bohr, dan hendaklah jangan dipandang sebagai keadaan sesunggguhnya; dan memang, bidang orbit yang pasti menyalahi asas ketidakpastian.
  • 9. * *Dalam beberapa segi, model Bohr membentuk kita untuk memahami sifat-sifat atom. Telah kita lihat dalam pasal terakhir bagaimana ketiga bilangan kuantum (n,l, 𝑚𝑖.) memberitahu kita mengenai “bentuk” orbit elektron. Tetapi, terdapat beberapa sifat atom terutama perilakunya dalam medan magnet, yang dapat dipahami lebih mudah jika kita menggunakan sebuah model yang memandang momentum sudut berperilaku seperti vektor biasa (meskipun vektor ini memiliki beberapa sifat istimewa yang tidak dijumpai dalam vektor “klasik”.
  • 10. *Untuk tiap orbit elektron yang mungkin, momentum sudut l tetap tidak berubah. ( Hal yang sama juga berlaku bagi semua benda yang mengorbit dalam medan gravitasi; sebuah kometnbertambah besar kecepatannya ketika ia lewat dekat matahari, jadi penurunan jaraknya dari matahari r, diimbangi dengan kenaikan momentum linearnya p, sehingga hasil kali r x p bernilai tetap ). Momentum sudut tersebut kita nyatakan dengan vektor I; dalam pengertian klasik, ini adalah sebuah vektor yang melalui inti atom dan tegak lurus bidang orbit elektron. Perhitungan yang lebih teliti berdasarkan pemecahan persamaan Schrodinger (yang berada di luar jangkauan buku ajar ini) memberikan hubungan antara panjang vektor I, yang kita tunjukkan dengan 𝑰 dengan bilangan kuantum l, sebagai berikut ; 𝑰 = 𝒍 𝒍 + 𝟏 ℏ (7.6)
  • 11. * Seperti halnya dengan vektor klasik, vektor I dapat memiliki komponen sepanjang sebarang sumbu dalam ruang. Sekali lagi, semua fungsi gelombang yang diperoleh dari persamaan Schrodinger memberi kitaseperangkat aturan untuk menghitung ketiga komponen dari I. (umunya kita memilih sumbu z, karena ia merupakan sebuah sumbu acuan dalam sistem koordinat bola). Nialai-nilai komponen z dari 𝑖𝑧, yang kita tunjukkan dengan I, terbatasi menurut pernyataan 𝑙𝑧 = 𝑚𝑙ℏ (7.7) Di mana 𝑚𝑙 adalah bilangan kuantum magnet, yang bernilai 0, ±1, ±2, … , ±𝑙
  • 12. *Komponen-komponen vektor I untuk l=2 dilukiskan pada gambar 7.5. Tiap Orientasi yang berbeda dari vektor I berkaitan dengan suatu nilai 𝑚𝑙 yang berbeda. Sudut polar 𝜃 yang dibuat vektor I terhadap sumbu z mudah dicari dengan merujuk ke gambar 7.5 karena 𝑙𝑧 = 𝑰 𝒄𝒐𝒔 𝜽, maka 𝒄𝒐𝒔 𝜽 = 𝒍𝒛 𝑰 = 𝒎𝒊ℏ 𝒍 𝒍 + 𝟏 ℏ Atau 𝒄𝒐𝒔 𝜽 = 𝒎𝒊 𝒍 𝒍+𝟏 (7.8)
  • 13. * *Bilangan-bilangan kuantum (n,l, 𝒎𝒊) yang menamai tiap keadaan atom hidrogen, seperti telah kita lihat, mempunyai dua tafsiran. Bilangan kuantum adalah label yang bukan hanya muncul dari prosedur matematik yang terlibat dalam pemecahan persamaan Shrodinger, tetapi juga mempunyai tafsiran geometris. Dalam pasal ini kita kan lebih menaruh perhatian pada sifat matematik pemecahannya, yaitu bahwa bilangan kuantum merupakan label atau indeks bagi fungsi gelomvang yang berbeda. *Komponen fungsi gelombang Ψ 𝑟, 𝜃, 𝜙 dapat ditulis sebagai hasil kali tiga bauh fungsi satu variabel : Ψ𝑛,𝑙,𝑚 𝑟, 𝜃, 𝜙 = 𝑅𝑛,𝑙 𝑟 Θ𝑙,𝒎𝒊 𝜃 Φ𝑚 ∅ (7.10)
  • 14. Tabel 7.1 Beberapa Fungsi Gelombang Atom Hidrogen Indeks (n,l, 𝒎𝒊) yang berbeda memberikan komponen fungsi gelombang yang berbeda. Dalam Tabel 7.1 didaftarkan beberapa fungsi gelombang untuk benerapa nilai bilangan kuantum (n,l, 𝒎𝒊). Dalam koordinat bola (lihat gambar 7.7), elemen ini adalah
  • 15. 𝑑𝑉 = 𝑟2 sin 𝜃 𝑑𝑟 𝑑𝜃 𝑑∅ (7.11) Karena itu, probabilitasnya adalah Ψ𝑛,𝑙,𝒎𝒊 𝑟, 𝜃, 𝜙 2 𝑑𝑉 = 𝑅𝑛,𝑙 𝑟 2 Θ𝑙,𝒎𝒊 𝜃 2 Φ𝒎𝒊 𝜙 2 𝑟2 sin 𝜃 𝑑𝑟 𝑑𝜃 𝑑𝜙 (7.12) Dengan menggunakan pernyataan probalitas ini, persamaan (7.12) kita dapat menghitung berbagai pola distribusi ruang elektron. Sebagai contoh kita dapat menghitung probabilitas radial P(r)dr untuk menemukan elektron antara r dan r + dr, tidak peduli berapapun nilai 𝜃 dan 𝜙. Untuk melihatnya dengan cara lain, kita bayangkan sebuah kulit bola tipis berjari-jari r setebal dr, dan menyatakan berapaprobabilitas untuk menemukan elektron dalam volume kulit bola ini. Karena kita tidak tertarik pada 𝜃 dan 𝜙, maka kita integrasikan terhadap semua nilai yang mungkin dari kedua variabel ini:
  • 16. 𝑃 𝑟 𝑑𝑟 = 𝑅𝑛,𝑙 𝑟 2 𝑟2 𝑑𝑟 0 𝜋 Θ𝑙,𝒎𝒊 𝜃 2 𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑑𝜃 0 2𝜋 Φ𝒎𝒊 𝜙 2 𝑑𝜙 (7.13) Integral 𝜃 dan integral 𝜙 bernilai satu, karena fungsi R, Θ dan Φ masing-masing normalisasikan. Jadi, rapat probabilitas radial adalah 𝑃 𝑟 = 𝑟2 𝑅𝑛,𝑙(𝑟) 2 (7.14)