Dokumen tersebut membahas tentang toleransi imun, perkembangan autoimun, mekanisme dan tipe autoantibodi, serta patogenesis penyakit autoimun. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa toleransi imun terjadi untuk membedakan antigen asing dan diri, autoimun disebabkan kegagalan toleransi terhadap antigen diri, dan penyakit autoimun dapat terjadi pada organ tertentu atau secara sistemik akibat respon imun yang berlebihan ter
Lecture Notes 1 : Overview of ImmunologyCatatan Medis
Dokumen ini memberikan ringkasan tentang sistem imun dan imunologi. Topik utama yang dibahas adalah definisi imunologi dan sistem imun, mekanisme vaksinasi, komponen sistem imun termasuk antigen dan respon imun, efek respon imun seperti inflamasi dan hipersensitivitas, serta kegunaan sistem imun dalam diagnosis, terapi, dan penelitian.
Dokumen ini membahas sejarah pengembangan antibodi monoklonal, dimulai dari penelitian Paul Ehrlich pada tahun 1970 hingga penggunaannya sebagai alat diagnostik dan terapi penyakit seperti AIDS dan kanker pada tahun 1980-an dan selanjutnya. Antibodi monoklonal dihasilkan melalui proses hibridoma untuk mendapatkan antibodi yang memiliki sifat dan kemampuan yang sama terhadap antigen tertentu.
Dokumen tersebut membahas tentang toleransi imun, perkembangan autoimun, mekanisme dan tipe autoantibodi, serta patogenesis penyakit autoimun. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa toleransi imun terjadi untuk membedakan antigen asing dan diri, autoimun disebabkan kegagalan toleransi terhadap antigen diri, dan penyakit autoimun dapat terjadi pada organ tertentu atau secara sistemik akibat respon imun yang berlebihan ter
Lecture Notes 1 : Overview of ImmunologyCatatan Medis
Dokumen ini memberikan ringkasan tentang sistem imun dan imunologi. Topik utama yang dibahas adalah definisi imunologi dan sistem imun, mekanisme vaksinasi, komponen sistem imun termasuk antigen dan respon imun, efek respon imun seperti inflamasi dan hipersensitivitas, serta kegunaan sistem imun dalam diagnosis, terapi, dan penelitian.
Dokumen ini membahas sejarah pengembangan antibodi monoklonal, dimulai dari penelitian Paul Ehrlich pada tahun 1970 hingga penggunaannya sebagai alat diagnostik dan terapi penyakit seperti AIDS dan kanker pada tahun 1980-an dan selanjutnya. Antibodi monoklonal dihasilkan melalui proses hibridoma untuk mendapatkan antibodi yang memiliki sifat dan kemampuan yang sama terhadap antigen tertentu.
Dokumen tersebut membahas produksi vaksin rekombinan, prinsipnya, kelebihan dan kekurangannya. Secara ringkas: Vaksin rekombinan dibuat dengan teknologi rekayasa DNA untuk menghasilkan respons kekebalan tubuh yang lebih baik terhadap patogen. Kelebihannya adalah plasmid DNA mudah diproduksi dan stabil, tetapi imunogenisitasnya rendah. Prinsip utamanya adalah mengambil bagian kode genetik organisme
Reaksi hipersensitivitas tipe 2 atau sitotoksis terjadi karena antibodi IgG atau IgM yang terbentuk terhadap antigen pada permukaan sel. Ini menyebabkan kerusakan sel melalui aktivasi komplemen, fagositosis, atau sel pembunuh. Manifestasinya berupa gangguan darah seperti anemia hemolitik, trombositopenia, dan granulositopenia. Kondisi ini dapat memengaruhi berbagai organ dan jaringan seperti ginjal, paru, dan
Sistem imun bertugas mengenali dan merespon zat antigenik yang terkait dengan patogen mikroba dan parasit yang dapat menyebabkan penyakit atau reaksi alergi. Sistem imun memberikan pertahanan tubuh melalui respon imun spesifik dan non-spesifik yang melibatkan sel darah putih seperti makrofag dan limfosit untuk membasmi zat asing dan mencegah penyakit.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Dokumen tersebut membahas tentang struktur Klebsiella pneumoniae dan beberapa antibiotik yang digunakan untuk mengatasi infeksi oleh bakteri tersebut seperti sefalosporin dan carbapenem. (2) Juga dibahas mekanisme resistensi antibiotik yang terjadi akibat berbagai faktor seperti penggunaan antibiotik yang tidak tepat, mutasi target antibiotik, dan antibiotik yang tidak mampu menc
Reaksi hipersensitivitas tipe IV atau reaksi lambat terjadi lebih dari 24 jam setelah tubuh terpapar antigen, disebabkan oleh aktivasi sel T yang telah tersensitasi. Sel T yang teraktivasi melepaskan limfokin yang mengaktifkan sel efektor seperti makrofag untuk merusak sel target yang mengandung antigen. Reaksi ini dapat ditimbulkan oleh berbagai mikroorganisme dan merupakan mekanisme yang terlibat pada penyakit
Dokumen tersebut membahas tentang sistem imun dan imunoglobulin (antibodi). Imunoglobulin merupakan glikoprotein yang berperan dalam pertahanan tubuh, terdiri atas rantai berat dan rantai ringan. Terdapat lima kelas imunoglobulin pada manusia yaitu IgG, IgA, IgM, IgD, dan IgE, masing-masing memiliki peran yang berbeda dalam sistem kekebalan tubuh. Dokumen ini juga membahas variabilitas imunoglobulin akibat
Makalah ini membahas tentang autoimun dan imunodefisiensi. Autoimun adalah respon imun terhadap antigen tubuh sendiri yang menyebabkan disfungsi sistem kekebalan dan menyerang jaringan tubuh. Imunodefisiensi adalah gangguan sistem kekebalan yang menyebabkan infeksi berulang dan berat. Makalah ini menjelaskan penyebab, mekanisme, dan bentuk-bentuk autoimun dan imunodefisiensi seperti defisiensi sel B, sel
Presentasi ini dibuat untuk memenuhi nilai praktek biologi. Semoga apa yang dipaparkan didalamnya bermanfaat bagi para pembaca.
Kelompok 7
XII MIPA 5
Indri Sukmawati Rahayu
Prapanca Adi Nugraha
Richy Ahmad Muzakki
Sistem imun terdiri dari sel, molekul, dan jaringan yang berperan untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya seperti infeksi. Imunitas mempunyai dua komponen yaitu imunitas bawaan dan adaptif, dimana imunitas bawaan merupakan respons awal terhadap mikroba dan dapat menghancurkan sel rusak serta memulihkan jaringan.
Dokumen tersebut merupakan soal tryout biologi yang membahas berbagai konsep bioteknologi seperti rekayasa genetika, kultur jaringan, dan aplikasi bioteknologi dalam kesehatan. Terdapat 35 soal uraian dan pilihan ganda yang mencakup berbagai aspek bioteknologi.
Dokumen tersebut membahas tentang toleransi imunologik dan autoimunitas. Toleransi imunologik adalah ketika sistem kekebalan tubuh tidak bereaksi terhadap antigen diri sendiri, sementara autoimunitas terjadi ketika sistem kekebalan malah menyerang sel dan jaringan tubuh sendiri. Dokumen ini menjelaskan berbagai mekanisme toleransi limfosit T dan B baik secara sentral maupun perifer, seperti anergi, delesi, dan regulasi oleh sel T
Injeksi intra vena narkoba amanda ko ass RSPAD Gatot SoebrotoSoroy Lardo
Tingkat penggunaan narkoba secara intravena meningkat setiap tahunnya dan menimbulkan berbagai komplikasi kesehatan. Salah satu komplikasi serius yang sering terjadi adalah infeksi bakteri. Bakteri masuk melalui kulit saat injeksi dan menyebar ke berbagai jaringan. Staphylococcus aureus dan Streptococcus sp. adalah penyebab utama infeksi pada pengguna narkoba intravena. Upaya pencegahan meliputi program pert
1. Mrs. L, a 41-year-old woman, presented to the emergency room with chest pain for 3 days. Physical examination found her heart rate was 102 beats per minute.
2. Tests including ECG, bloodwork, chest x-ray were largely normal. The ECG showed ST depression.
3. She was assessed with unstable angina pectoris and prescribed aspirin, clopidogrel, nitroglycerin, and bisoprolol to treat her symptoms. Her prognosis was noted to be uncertain.
Dokumen tersebut membahas produksi vaksin rekombinan, prinsipnya, kelebihan dan kekurangannya. Secara ringkas: Vaksin rekombinan dibuat dengan teknologi rekayasa DNA untuk menghasilkan respons kekebalan tubuh yang lebih baik terhadap patogen. Kelebihannya adalah plasmid DNA mudah diproduksi dan stabil, tetapi imunogenisitasnya rendah. Prinsip utamanya adalah mengambil bagian kode genetik organisme
Reaksi hipersensitivitas tipe 2 atau sitotoksis terjadi karena antibodi IgG atau IgM yang terbentuk terhadap antigen pada permukaan sel. Ini menyebabkan kerusakan sel melalui aktivasi komplemen, fagositosis, atau sel pembunuh. Manifestasinya berupa gangguan darah seperti anemia hemolitik, trombositopenia, dan granulositopenia. Kondisi ini dapat memengaruhi berbagai organ dan jaringan seperti ginjal, paru, dan
Sistem imun bertugas mengenali dan merespon zat antigenik yang terkait dengan patogen mikroba dan parasit yang dapat menyebabkan penyakit atau reaksi alergi. Sistem imun memberikan pertahanan tubuh melalui respon imun spesifik dan non-spesifik yang melibatkan sel darah putih seperti makrofag dan limfosit untuk membasmi zat asing dan mencegah penyakit.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Dokumen tersebut membahas tentang struktur Klebsiella pneumoniae dan beberapa antibiotik yang digunakan untuk mengatasi infeksi oleh bakteri tersebut seperti sefalosporin dan carbapenem. (2) Juga dibahas mekanisme resistensi antibiotik yang terjadi akibat berbagai faktor seperti penggunaan antibiotik yang tidak tepat, mutasi target antibiotik, dan antibiotik yang tidak mampu menc
Reaksi hipersensitivitas tipe IV atau reaksi lambat terjadi lebih dari 24 jam setelah tubuh terpapar antigen, disebabkan oleh aktivasi sel T yang telah tersensitasi. Sel T yang teraktivasi melepaskan limfokin yang mengaktifkan sel efektor seperti makrofag untuk merusak sel target yang mengandung antigen. Reaksi ini dapat ditimbulkan oleh berbagai mikroorganisme dan merupakan mekanisme yang terlibat pada penyakit
Dokumen tersebut membahas tentang sistem imun dan imunoglobulin (antibodi). Imunoglobulin merupakan glikoprotein yang berperan dalam pertahanan tubuh, terdiri atas rantai berat dan rantai ringan. Terdapat lima kelas imunoglobulin pada manusia yaitu IgG, IgA, IgM, IgD, dan IgE, masing-masing memiliki peran yang berbeda dalam sistem kekebalan tubuh. Dokumen ini juga membahas variabilitas imunoglobulin akibat
Makalah ini membahas tentang autoimun dan imunodefisiensi. Autoimun adalah respon imun terhadap antigen tubuh sendiri yang menyebabkan disfungsi sistem kekebalan dan menyerang jaringan tubuh. Imunodefisiensi adalah gangguan sistem kekebalan yang menyebabkan infeksi berulang dan berat. Makalah ini menjelaskan penyebab, mekanisme, dan bentuk-bentuk autoimun dan imunodefisiensi seperti defisiensi sel B, sel
Presentasi ini dibuat untuk memenuhi nilai praktek biologi. Semoga apa yang dipaparkan didalamnya bermanfaat bagi para pembaca.
Kelompok 7
XII MIPA 5
Indri Sukmawati Rahayu
Prapanca Adi Nugraha
Richy Ahmad Muzakki
Sistem imun terdiri dari sel, molekul, dan jaringan yang berperan untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya seperti infeksi. Imunitas mempunyai dua komponen yaitu imunitas bawaan dan adaptif, dimana imunitas bawaan merupakan respons awal terhadap mikroba dan dapat menghancurkan sel rusak serta memulihkan jaringan.
Dokumen tersebut merupakan soal tryout biologi yang membahas berbagai konsep bioteknologi seperti rekayasa genetika, kultur jaringan, dan aplikasi bioteknologi dalam kesehatan. Terdapat 35 soal uraian dan pilihan ganda yang mencakup berbagai aspek bioteknologi.
Dokumen tersebut membahas tentang toleransi imunologik dan autoimunitas. Toleransi imunologik adalah ketika sistem kekebalan tubuh tidak bereaksi terhadap antigen diri sendiri, sementara autoimunitas terjadi ketika sistem kekebalan malah menyerang sel dan jaringan tubuh sendiri. Dokumen ini menjelaskan berbagai mekanisme toleransi limfosit T dan B baik secara sentral maupun perifer, seperti anergi, delesi, dan regulasi oleh sel T
Injeksi intra vena narkoba amanda ko ass RSPAD Gatot SoebrotoSoroy Lardo
Tingkat penggunaan narkoba secara intravena meningkat setiap tahunnya dan menimbulkan berbagai komplikasi kesehatan. Salah satu komplikasi serius yang sering terjadi adalah infeksi bakteri. Bakteri masuk melalui kulit saat injeksi dan menyebar ke berbagai jaringan. Staphylococcus aureus dan Streptococcus sp. adalah penyebab utama infeksi pada pengguna narkoba intravena. Upaya pencegahan meliputi program pert
1. Mrs. L, a 41-year-old woman, presented to the emergency room with chest pain for 3 days. Physical examination found her heart rate was 102 beats per minute.
2. Tests including ECG, bloodwork, chest x-ray were largely normal. The ECG showed ST depression.
3. She was assessed with unstable angina pectoris and prescribed aspirin, clopidogrel, nitroglycerin, and bisoprolol to treat her symptoms. Her prognosis was noted to be uncertain.
Case Report : Integrating Review Inflammation and Commorbid diseasesSoroy Lardo
Diabetes is associated with atherosclerosis and COPD contributed to the chronic inflammation within the systemic vascular. Management of CVI with diabetes and COPD requires multi-disciplinary approach
Pasien berusia 43 tahun dirujuk dari RS Marthen Indey ke RSPAD Gatot Soebroto karena diduga menderita malaria berat disertai gagal ginjal akut dan hemoglobinuria setelah sebelumnya mengalami demam tinggi selama 4 hari."
Bubble CPAP is an inexpensive respiratory support method for preterm newborns with respiratory distress syndrome. A study was conducted of 72 preterm newborns within 6 hours of birth who were randomized to receive either bubble CPAP or conventional oxygen therapy. Data on maturity, weight, presentation time, respiratory distress scores, duration of bubble CPAP, treatment failure, recurrent apnea, and survival rates were collected. The aim was to study the effectiveness of bubble CPAP for respiratory distress syndrome in preterm newborns.
Laki-laki 59 tahun dirawat dengan diagnosis sepsis akibat pneumonia nosokomial yang didukung oleh riwayat demam, penurunan nafsu makan, dan penurunan kesadaran sebelum masuk rumah sakit. Pasien memiliki riwayat diabetes mellitus selama 15 tahun dan hipertensi. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan procalcitonin dan kultur sputum menemukan Acinetobacter baumannii. Pasien diberikan terapi resusitasi cairan dan antibiotik berdasark
Teks tersebut membahas tentang pemeriksaan TUBEX-TF untuk mendeteksi antibodi IgM terhadap antigen LPS-09 Salmonella Typhi. TUBEX-TF mengukur kemampuan serum untuk menghambat reaksi antara partikel magnetik yang dilabeli antigen LPS-09 dan antibodi monoklonal yang dilabel warna. Hasilnya menunjukkan tingkat inhibisi yang menentukan status infeksi Salmonella Typhi pasien.
Pemeriksaan Lab sebagia indikator sepsis dan syok septikMuhamadFandi
Dokumen tersebut membahas mengenai berbagai pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan sebagai biomarker untuk sepsis dan syok septik. Beberapa biomarker yang dijelaskan meliputi produk bakteri seperti hasil kultur darah dan deteksi patogen dengan metode PCR atau MALDI-TOF MS, protein fase akut seperti CRP dan prokalsitonin, serta hipoperfusi jaringan, mediator koagulasi, permukaan sel, dan sitokin. Dokumen ini menjel
Bioteknologi kedokteran merupakan teknologi yang memanfaatkan organisme atau bagian organisme untuk diagnosa, preventif, dan terapi penyakit. Beberapa bioteknologi kedokteran meliputi rekayasa genetika, transplantasi inti, fusi sel, teknologi plasmid, rekombinasi DNA, pembuatan antibodi monoklonal, pembuatan vaksin, pembuatan antibiotika, dan pembuatan hormon.
Dokumen tersebut membahas tentang imunofarmokologi yang mencakup pengertian sistem imun, respons imun normal dan abnormal, serta penggunaan obat yang mempengaruhi sistem imun seperti imunosupresan, imunostimulan, dan vaksin.
Imunitas terhadap parasit kompleks dan bervariasi bergantung pada jenis parasitnya. Imunitas bawaan melibatkan fagositosis namun parasit dapat resisten. Imunitas dapatan melibatkan respons Th1 dan Th2 serta antibodi tetapi seringkali tidak mampu mengeliminasi parasit secara utuh sehingga menyebabkan infeksi kronis.
Dokumen tersebut membahas tentang imunofarmokologi yang mencakup pengertian sistem imun, respons imun normal dan abnormal seperti hipersensitivitas dan autoimun, serta pengaturan sistem imun melalui imunosupresan dan imunostimulan.
Modul ini membahas tentang mikrobiologi dan parasitologi. Beberapa poin utama yang dijelaskan meliputi definisi patogenisitas dan virulensi mikroorganisme, flora normal pada tubuh manusia, jenis-jenis infeksi, dan cara pencegahan serta pengendalian infeksi termasuk peran antibiotik dan sterilisasi.
Sistem imun merupakan sistem pertahanan tubuh yang terdiri dari sel darah putih, sistem makrofag jaringan, dan jaringan limfoid untuk mencegah infeksi dengan menghancurkan agen penyerang dan membentuk antibodi. Sistem ini terdiri dari respon imun spesifik dan non-spesifik yang melibatkan berbagai sel seperti sel B, T, makrofag, dan sel NK beserta sitokin sebagai mediator.
Dokumen tersebut membahas tentang antigen, antibodi, dan sitokin dalam sistem kekebalan tubuh. Ia menjelaskan bahwa antigen adalah zat asing yang memicu produksi antibodi, antibodi bereaksi secara spesifik dengan antigen, dan sitokin adalah protein yang mengatur komunikasi antarsel untuk merespons infeksi.
1. Anak laki-laki berusia empat tahun diduga terinfeksi virus flu burung dan diisolasi di rumah sakit setelah petugas mengamati berbagai hewan dan tumbuhan di sekitar tempat tinggalnya, serta laporan banyak ayam mati mendadak.
Dokumen tersebut membahas tentang imunologi darah yang mencakup definisi, komponen darah dan fungsinya, jenis-jenis sel darah, penyakit yang berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh, dan hubungannya dengan sistem limfatik.
A 71-year-old woman presented with fever, cough, and altered mental status. She was diagnosed with sepsis and acute kidney injury. She received empiric antibiotics and underwent hemodialysis to manage her organ dysfunction. Her condition improved over several days of treatment, though cultures did not identify a definite microbe.
Cardiac Manifestation in Dengue InfectionSoroy Lardo
Dengue Infection and Cardiac Manifestations How Important? Certainly greatly affect the clinical course of dengue patients with viremia phase - critical phase and recovery phase. Cardiac Manifestations, as an important organ that determines stable hemodynamics. What if our heart is disturbed? of course there is influence in management and prognosis. Please refer to this power point.
Fungal infections can occur due to the increasing use of broad-spectrum antibiotics and patients with immunodeficiency. Some pathogens, such as Cryptococcus, Candida,and Fusarium, rarely cause serious diseases in the normal host, while other endemic fungi, such as Histoplasmosis, Coccidiodes,and Paracoccidiodes can cause disease in a normal host, but has a tendency to be aggressive on immunocompromise.
Candida species are normal flora that may be an apportunistic pathogen. Candidiasis occurs in some diseases such as gastrointestinal mucosal esophagitis, a fungal disease associated with the use of catheters and in - patients who have mucosal damage or obtain broad – spectrum antibiotics. Other candidiasis consist of skin candidiasis, funguria candidiasis, disseminated candidiasis and endocarditis candidiasis. Candidemia is the fourth most common cause of nosocomial bloodstream infections in the United States and in many of the developed country. Invasive candidiasis has a significant impact on patient outcomes, and it has been estimated that the mortality of invasive candidiasis is as high as 47%. The mortality rates are 15%-25% for adults and 10%-15% for neonates and children. Diagnostic approach to fungal infection is a priority. The knowledge of the changes in epidemiology and risk factors for fungal infections, has become the main reference to measure optimal treatment of fungal infections.
Rabies : approach diagnostic and prophylaxisSoroy Lardo
Dokumen tersebut membahas tentang rabies dan profilaksis pasca paparan. Rabies adalah penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi yang menyebabkan kematian 99.9% tanpa perawatan. Profilaksis pasca paparan meliputi pembersihan luka, vaksinasi, dan imunoglobulin berdasarkan kategori paparan.
Co Infection Dengue and HIV are simultanously infection. Dengue is viral infection with short term and clearence viremia. HIV is viral persistence infection with thrombocytopenia is caused by molecular mimicry
1. The patient, a 60-year-old man, presented with pale skin and fatigue for two days and was diagnosed with aplastic anemia four months ago requiring twice weekly platelet transfusions.
2. Physical examination found anemic conjunctiva, pale nails, and purpura on the arms and legs. Laboratory tests showed decreased red blood cell counts and pancytopenia.
3. The patient was diagnosed with aplastic anemia based on his history of frequent transfusions, physical findings, and low blood cell counts on laboratory tests. He received platelet transfusions and IV fluids and was advised to follow up every two weeks.
Manifestasi atipikal pada infeksi virus dengue dapat berupa demam tak terdiferensiasi, demam dengue atau DHF. Dokumen ini membahas kasus seorang wanita 32 tahun dengan keluhan nyeri perut kanan dan demam selama 11 hari yang diduga mengalami infeksi virus dengue bermanifestasi atipikal berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium.
MERS-CoV infection causes severe respiratory and substantial nonpulmonary organ dysfunctions and has a high mortality rate. Community acquired and health care–associated MERS-CoV infection occurs in patients with chronic comorbid conditions
The approach to sepsis certainly needs to be based on organ involement. The mysteri of the role of the heart associated with myocardial dysfunction, becomes a growing scientific challenge
Dokumen tersebut membahas tentang infeksi oleh Mycobacterium selain M. tuberculosis (NTM) yang dapat menginfeksi berbagai bagian tubuh termasuk paru. NTM lebih sering menginfeksi paru, kelenjar limfe, dan jaringan lunak. Faktor host dan karakteristik organisme berpengaruh terhadap kerentanan terhadap infeksi NTM. Kulturing dan identifikasi spesies NTM diperlukan untuk diagnosis dan penentuan pengobatan.
Case Presentation : Severe Dengue With Menstruation and Plasma Leakage Soroy Lardo
Laporan kasus ini membahas kasus seorang wanita usia 31 tahun dengan diagnosis Demam Berdarah Dengue (DHF) tingkat I yang dirawat selama 3 hari. Pasien mengeluh demam, nyeri sendi, nyeri kepala, dan muntah sejak 3 hari sebelumnya. Pemeriksaan fisik menunjukkan nyeri di daerah epigastrik dan hasil laboratorium menunjukkan leukopenia, trombositopenia, serta tes Dengue NS1 Ag positif. Diagnosis yang
Case Presentation Co infection Miliary Tuberculosis and HIV/AIIDS Soroy Lardo
1. Dokumen tersebut membahas tentang ko-infeksi HIV dan TB, dimana kedua penyakit saling mempengaruhi dan memperburuk prognosis satu sama lain. 2. HIV menurunkan kekebalan tubuh sehingga meningkatkan risiko infeksi TB aktif, sementara replikasi HIV lebih tinggi pada lokasi infeksi TB. 3. Ko-infeksi meningkatkan replikasi kedua agen patogen dan merupitkan masalah kesehatan masyarakat yang serius.
Dokumen tersebut merupakan presentasi PowerPoint tentang demam kuning. Demam kuning adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus yellow fever dan ditandai dengan gejala ikterus, perdarahan, dan albuminuria berat. Penyakit ini tersebar di hutan tropis Afrika dan Amerika Selatan serta daerah subtropis Amerika Utara. Virus penyebabnya termasuk ke dalam famili Togaviridae genus Flavivirus. Penularan terjadi melalui gigitan nyam
- The patient, a 48-year-old housewife, presented with nausea, vomiting, loss of appetite, and 7 kg weight loss in the past month with a history of similar symptoms one month ago.
- She was diagnosed with dyspepsia and is being treated with soft food, IV fluids, and omeprazole to eliminate her symptoms while undergoing endoscopy to determine the cause of her dyspepsia.
- The goals are to relieve her current symptoms, identify the cause of her dyspepsia, and prevent future recurrent symptoms and complications through treatment and lifestyle changes.
Dokumen tersebut membahas rekomendasi kesehatan untuk wisatawan internasional dengan fokus pada traveller's diarrhea dan Zika virus. Dokumen menjelaskan bahwa 30% wisatawan mengalami traveller's diarrhea dan jumlah kasus Zika virus pada wisatawan yang mengunjungi Amerika meningkat, sehingga edukasi risiko penyakit dan pencegahannya penting. Dokumen ini juga memberikan panduan mengenai gejala, penyebab, diagnosis, pencegahan, dan penanganan dari
Demam berdarah virus adalah penyakit parah yang disebabkan oleh beberapa jenis virus dan ditandai dengan gejala perdarahan. Termasuk dalam keluarga virus Arenaviridae, Bunyaviridae, Filoviridae, dan Flaviviridae. Penularannya melalui hewan reservoir seperti tikus dan vektor seperti nyamuk dan kutu. Gejalanya bervariasi dari ringan seperti demam hingga berat seperti perdarahan parah. Diagnosis didasarkan pada pemerik
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
1. N I S WA H Z A K I YA H V I V I A N A
11 0 2 0 1 2 1 9 8 – F K YA R S I
P E M B I M B I N G : D r. d r S O R O Y L A R D O , S p P D
D I V I S I P E N YA K I T T R O P I K D A N I N F E K S I
D E PA RT E M E N P E N YA K I T D A L A M
R S PA D G AT O T S O E B R O T O
REFERAT
ASPEK MIKROBIOLOGI DARI
INFEKSI DAN SEPSIS
2. PENDAHULUAN
Sepsis yang diteorikan disebabkan oleh toksin bakteri, berkembang
menjadi teori yang didasarkan reaktivitas respons tubuh melalui sel-sel
imun dan sel tubuh yang lain. Selama dekade lalu, teori dan paradigma
infeksi dan sepsis telah bergeser dari sekedar peran respons sel-sel
tubuh menjadi peran mediator-mediator yang secara bersama
mengarah ke pada proses terjadinya sepsis. Bakteri mengeluarkan
bahan yang merangsang sel tubuh untuk bereaksi sehingga
menghasilkan mediator yang bereaksi satu terhadap yang lain di dalam
jaringan sitokin, merangsang reaksi inflamasi untuk melawan penyebab
infeksi. Namun satu hal yg diperlukan oleh dokter adalah apakah pada
penderita sepsis tersebut bisa ditemukan bakteri atau mikroba lain
untuk memutuskan kebijakan terapi.
3. TINJAUAN PUSTAKA
• Struktur dan Sifat Endotoksin Bakteriil
Endotoksin (lipopolisakarida = LPS) mempunyai peran yang sangat
penting pada terjadinya sepsis.
LPS yang hampir selalu ada pada bakteri gram-negatif, ternyata tidak
ditemukan pada bakteri gram positif.
Perbedaan struktur dinding sel:
Bakteri gram positif
Dinding sel 2 lapis
Bakteri gram
negatif
Dinding sel 3 lapis
5. • Secara kimiawi, endotoksin terdiri atas tiga region, yakni:
a. Antigen O yang merupakan bagian luar dari LPS, terdiri atas 3-8
oligosakarida yang bersifat strain specific dan bermanfaat pada
penentuan strain secara imunologis.
b. Oligosakarida inti yang ada beberapa perbedaan di antara
berbagai bakteri.
c. Lipid A yang merupakan bagian interior LPS yang merupakan
bagian konservatif dari endotoksin. Mempunyai kemiripan di
antara berbagai genus bakteri yang berbeda. Lipid A yang bersifat
hidrofobik dan merupakan bagian yang rigid dibanding bagian lain.
6. • Aspek Klinis Endotoksin
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lipid A merupakan bagian
toksik dari endotoksin. Endotoksin atau lipid A tidak langsung
menyerang sel-sel tubuh atau organ, namun melalui aktivasi sistem
imun, khususnya monosit dan makrofag.
Sel-sel melepaskan mediator seperti tumor necrosis factor (TNF),
beberapa interleukin dan prostaglandin, colony stimulating factor
(CSF), platelets activating factor (PAF), dan radikal bebas.
Pengenalan produk bakteril oleh sel tubuh akan berakibat aktivitas sel
tubuh yang menyebabkan produksi mediator yang dibutuhkan untuk
menggerakkan proses inflamasi guna melawan produk bakteri termasuk
endotoksin.
7. • Beberapa produk bakteri yang bisa memberikan respons inflamasi
adalah:
Mikroba Komponen Inflamator
- Bakteri gram-negatif
- Bakteri gram positif
- Mikrobakteria
Lipopolysaccharide
Peptidoglycan
Porins
Lipoproteins, lipopeptides
Lipid-A-associated proteins
Pili
Exotoxins
Peptidoglycan
Lipoteichoic and teichoic acids
Lipoarabinomannan
Lipomannan
Mycolyarabinogalactan
Peptidoglycan
- Fungi Mannoproteins
b-glucan
8. • Pengaruh LPS secara imunologis adalah sebagai
berikut.
1. Aktivasi poliklonal sel B dan mengeluarkan
immunoglobulin.
2. Merangsang sel Mast dan basophil untuk menghasilkan
histamine, serotonin, dan chemotactic factor.
3. Platelet mengeluarkan growth factor dan coagulation
factor.
4. Neutrophil granulosit menghasilkan oksigen aktif
5. Sel monosit, makrofag, dan endotel menghasilkan
TNF-alpha, IL-1β, dan IL-6.
10. • Aspek Molekuler Respons Host Terhadap
Endotoksin
• Induksi LPS pada aktivasi monosit adalah melalui
reseptor CD14 pada membran monosit tersebut, serta
dibantu oleh satu senyawa yang disebut LPS binding
protein (LBP).
• LBP yang merupakan protein fase akut dan mengkatalis
pergerakan fosfolipid pada LPS monomer ke lipoprotein
kompleks atau ke reseptor CD14
• LBP berperan penting dan utama dalam induksi sepsis
oleh endotoksin, dan mengakibatkan LPS lebih mudah
bergerak ke reseptor CD14 daripada bergabung dengan
HDL.
11. • Peran Terapi Antimikroba Pada Terjadinya
Endotoksemia
LPS dari bakteri gram-negatif, bisa dilepaskan ke sekitar baik
secara langsung saat pertumbuhan bakteri maupun saat bakteri
hancur atau mati. Berbagai antimikroba golongan beta-laktam
dan beberapa antimikroba non-beta-laktam diduga
menyebabkan lepasnya endotoksin ke lingkungan atau plasma.
Antibiotika jenis beta-laktam, berimplikasi hambatan
pembentukan septum dinding sel bakteri dan berakibat
pemanjangan sel bakteri tanpa pemisahan sel. Hal ini
menyebabkan terbentuknya bentukan filament pada bakteri
gram-negatif atau sel multi septa pada bakteri gram positif yang
berakibat penumpukan massa dinding sel.
12. • Sel berbentuk filament mampu melepas sangat banyak
endotoksin dibanding sel yang berbentuk speroplas.
Dengan meningkatkan kadar antimikroba, sel-sel yang
berbentuk filament menjadi bentuk tidak teratur dan
mudah lisis.
• Lisisnya sel bakteri dengan cepat, merupakan harapan
terbaik dalam terapi antimikroba. Namun jika bakteri
dalam tubuh berada dalam jumlah yang sangat besar,
maka akan terjadi pembentukan sel filament atau pun
speroplas, dan hal ini sangat tergantung kadar
antimikroba yang terpapar bakteri dan spesifisitas ikatan
antibiotika beta-laktam pada dinding sel bakteri.
13. • Pengikatan dua dari tiga PBP (Penicillin Binding Protein) esensial bernilai
sangat tinggi dalam membunuh bakteri. Hal ini seperti seftriakson, sefepim,
dan karbapenem yang secara simultan mengikat PBP-1 dan PBP-2.
• Sementara itu seftasidim dan sefuroksim terutama berakibat terjadinya
filament. Karbapenem (imipenem dan meropenem) menunjukan afinitas
yang besar terhadap PBP-2 dan afinitas kecil terhadap PBP-3, yang hanya
mengakibatkan terjadinya speroplas dan bukan filament.
14. • Penelitian terbaru terutama dipusatkan pada antimikroba
beta-laktam seftasidim dan karbapenem. Seftasidim
pada kadar rendah sampai intermediate terutama
berikatan dengan PBP-3 dan justru mengakibatkan
pembentukan filament yang sangat merugikan karena
mengakibatkan meningkatnya massa endotoksin. Pada
konsentrasi tinggi seftasidim mengikat juga PBP-1a dan
1b yang cenderung mengakibatkan
• pembentukan speroplas dan mudah mengalami lisis.
Pada imipenem yang mempunyai afinitas tinggi terhadap
PBP-3 dan PBP-1a berakibat pembentukan speroplast
dan berakibat efek bakterisidal.
15. • Untuk mencegah pembentukan filament bakteri dianjurkan menggunakan
antimikroba kadar tinggi (lebih 100X MIC untuk golongan penisilin) atau
kombinasi beta-laktam-beta-laktamase-inhibitor yang merangsang
penggembungan bakteri yang berbentuk filament atau sel multisepta.
• Hal ini karena efek speroplasting beta-laktamase-inhibitor yang terutama
mengikat PBP-2. Antimikroba yang berefek bakterisidal dengan cepat untuk
efek speroplasting atau mengakibatkan bentuk fragil adalah karbapenem,
seftriakson, sefepim, kombinasi beta-laktam-beta-laktamase inhibitor,
glikopeptida teikoplasmin dan vankomisin, juga aminoglikosida dan
kuinolon.
16. • Peran Laboratorium Mikrobiologi Pada
Penanganan Sepsis
• Pada kebanyakan laboratorium mikrobiologi, metode uji
kepekaan hampir selalu menggunakan cara difusi yakni
cara kualitatif untuk menentukan apakah kebal atau
peka. Pada penderita sepsis, dianjurkan menggunakan
metode dilusi untuk menentukan berapa MIC
antimikroba terhadap bakteri isolate. Hasil MIC ini
memberi manfaat lebih pada penanganan sepsis. Hal ini
karena penentuan dosis antimikroba pada sepsis adalah
sangat kritis. Dosis antimikroba yang kurang, berakibat
terbentuknya filament yang berakibat jelek pada
penderita sepsis karena meningkatnya produksi
endotoksin.
17. DAFTAR PUSTAKA
1. Davis BD, Dulbecco R, Eisen HN, dan Ginsberg HS. Microbiology, Fourth Ed.
Harper & Row Publisher Singapore. 1990.
2. Finch RG. Design of Clinical Trials in Sepsis: Problems and Pitfalls. J Antimicrob
Chemther; 1998; 41: 95-102.
3. Rietschel ET, Kirikae T, Schade FU, Mamat U, Schmidt G, Lippnow H, Ulmer AJ,
Zahringer U, Seydel U, di Padova F, Schreier M, Brade H. Bacterial endotoxin:
molecular relationship of structure to function. FASEB J. 1994; 8: 217-25.
4. Jackson JJ, Kroop H. Lactam antibiotic induced release of free endotoxin. In vitro
comparation of penicillin binding protein (PBP)-2 specific imipenem and PBP-3
specific Ceftazidime. J Infect Dis. 1992; 165: 1033-41.
5. Hanberger H, Nilsson LE, Kihlstrom E, Malles R. Post-antibiotic effect of beta-
lactam antibiotics on Escherichia coli. Antimicrob Agents Chemther; 1990; 34(1):
102-6.
6. Miller JM. A Guide to Specimen Management in Clinical Microbiology. Second Ed.
ASM Press Washington DC. 1999.