Runtuhnya Kerajaan Granada, Kerajaan Islam Terakhir di Spanyol terjadi pada tahun 1492 setelah lebih dari 250 tahun memerintah. Granada mengalami kelemahan akibat perpecahan internal dan dimanfaatkan oleh Raja Ferdinand dari Aragon dan Ratu Isabella dari Kastilia untuk menaklukkannya. Sultan Muhammad terpaksa menyerahkan Granada kepada pasukan sekutu Kristen pada November 1491, menandai berakhirnya keku
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
Runtuhnya kerajaan granada
1. Runtuhnya Kerajaan Granada, Kerajaan
Islam Terakhir di Spanyol
Pada tahun 711, umat Islam mulai memasuki semenanjung Iberia. Dengan misi mengakhiri
kekuasaan tiran, Raja Roderick. Umat Islam di bawak kepemimpinan Thariq bin Ziyad
menyeberangi lautan yang memisahkan Maroko dan daratan Spanyol. Tujuh tahun kemudian,
sebagian besar wilayah semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal sekarang) berhasil diduduki
oleh umat Islam. Dan kekuasaan tersebut berlanjut selama lebih dari 700 tahun.
Pada tahun 900-an M, Islam mencapai puncak kejayaannya di tanah Andalusia. Lebih dari 5 juta
muslim tinggal di daerah tersebut, dengan prosentase mencapai 80% penduduk. Kerajaan yang
kuat kala itu, Dinasti Umayah II menjadi penguasa tunggal di daerah tersebut dan menjadi
kerajaan yang paling maju dan palign stabil kondisi sosialnya di daratan Eropa. Namun, masa
keemasan sosial dan politik ini tidaklah abadi. Pada tahun 1000-an M, kerjaan ini runtuh dan
terpecah-pecah menjadi beberapa negara kecil yang disebut tha-ifah.
Thaifah-thaifah muslim ini adalah wilayah yang memiliki otonomi masing-masing sehingga
sangat rentan diserang oleh kerajaan-kerajaan Kristen Eropa yang berada di wilayah Utara.
Sepanjang dua ratus tahun berjalan, satu per satu thaifah berhasil ditaklukkan oleh kerajaan-
kerajaan Kristen Eropa (Reconquista). Dan akhirnya pada tahun 1240-an M, hanya tersisa satu
kerajaan Islam saja di benua biru tersebut, di ujung Selatan tanah Andalusia, itulah Kerajaan
Granada.
Tulisan yang singkat ini akan memaparkan bagaimana kerajaan Islam terakhir di Eropa ini
runtuh.
Emirat Granada
2. Selama terjadinya reconquista, kerajaan Islam satu per satu jatuh ke wilayah kekuasaan kerajaan
Kristen yang melakukan penyerangan dari Utara. Dimulai dari tahun 1000-an hingga 1200-an,
kota-kota utama semisal Cordoba, Sevilla, Toledo bergiliran dikuasai. Gerakan al-Murabitun dan
Muwahidun (yang kemudian menjadi sebuah daulah pen.) di Afrika Utara, turut memiliki andil
membantu Kristen Eropa, meskipun perpecahan umat Islam adalah faktor utama yang
menyebabkan keruntuhan Islam di Eropa.
Pegunungan Sierra
Nevada yang menjadi benteng alami Kerajaan Granada
Pada era tersebut, tahun 1200-an, Granada sempat berhasil menghindarkan diri dari penaklukkan
kerajaan-kerajaan Eropa. Setelah jatuhnya Kota Cordoba, Granada menyepakati perjanjian
dengan Kerajaan Castile, salah satu kerajaan Kristen yang terkuat di Eropa. Perjanjian tersebut
berisikan kesediaan dan ketundukan Granada dengan membayar upeti berupa emas kepada
Kerajaan Castile setiap tahunnya. Timbal baliknya, Castile menjamin independensi Granada
dalam urusan dalam negeri mereka dan lepas dari ancaman invasi Castile.
Selain membayar upeti, faktor lain yang membantu Granada terhindar dari penklukkaan adalah
letak geografisnya. Kerajaan ini terletak di kaki pegunungan Sierra Nevada yang menjadi
benteng alami melindungi kerajaan dari invasi pihak-pihak luar.
Peperangan Kerajaan Granada
Selama lebih dari 250 tahun, Granada tetap tunduk kepada Castile dengan membayar upeti.
Namun dikelilingi oleh kerajaan-kerajaan Kristen yang tidak bersahabat tetap saja membuat
Granada dalam keadaan terancam. Mereka tidak pernah aman dari ancaman penaklukkan.
3. Peninggalan-peninggalan Islam di Spanyol
Suratan takdir tentang keruntuhan Granada pun dimulai, ketika Raja Ferdinand dari Aragon
menikah dengan Putri Isabella dari Castile. Pernikahan ini menyatukan dua kerajaan terkuat di
semenanjung Iberia yang merajut cita-cita yang satu, menaklukkan Granada dan menghapus
jejak-jejak Islam di benua biru.
Tahun 1482 pertempuran antara Kerajaan Kristen Spanyol dan emirat Granada pun dimulai.
Meskipun secara jumlah dan kekuatan materi Granada kalah jauh, namun semangat juang
masyarakat muslim Granada sangatlah besar, mereka berperang dengan penuh keberanian.
Sejarawan Spanyol mengatakan, “Orang-orang muslim mencurahkan seluruh jiwa raga mereka
dalam peperangan, mereka layaknya seseorang pemberani dengan tekad yang kuat
mempertahankan diri mereka, istri, dan anak-anak mereka.” Demikian juga masyarakat sipil
Granada, mereka turut serta dalam peperangan dengan gagah berani, mempertahankan tanah air
mereka dan mempertahankan eksistensi Islam di tanah Eropa.
4. Saat itu, orang-orang Kristen bersatu padu, tidak lagi berpecah belah sebagaimana keadaan
mereka di masa lalu. Beda halnya dengan Granada yang malah menghadapi pergolakan politik.
Para pemimpin muslim dan para gubernur cenderung saling sikut, memiliki ambisi yang
berbeda-beda, dan berusaha saling melengserkan satu sama lain. Di antara mereka ada yang
berperan sebagai mata-mata Kristen dengan iming-iming imbalan kekayaan, tanah, dan
kekuasaan. Lebih parah dari itu, pada tahun 1483, Sultan Muhammad, anak dari Sultan Granada,
mengadakan pemberontakan terhadap ayahnya sehingga memicu terjadinya perang sipil.
Raja Ferdinand benar-benar memanfaatkan situasi ini untuk membuat Granada kian lemah, ia
mendukung pemberontakan Sultan Muhammad melawan ayah dan anggota keluarganya.
Pasukan-pasukan Kristen dikerahkan oleh Ferdinand turut berperang bersama Sultan Muhammad
menghadapi anggota keluarganya. Akhirnya Sultan Muhammad berhasil menaklukkan anggota
kerajaan dan menguasai Granada. Namun kekuasaannya ini hanya terbatas di wilayah Kota
Granada saja, karena pasukan Kristen menekan dan mengambil wilayah-wilayah pedesaannya.
Akhir dari Granada
Tidak lama setelah menguasai Granada, Sultan Muhammad mendapat surat dari Raja Ferdinand
untuk menyerahkan Granada ke wilayah kekuasaannya. Sang sultan pun terkejut dengan
permintaan Raja Ferdinand, karena ia menyangka Raja Ferdinand akan memberikan wilayah
Granada kepadanya dan membiarkannya menjadi raja di wilayah tersebut.
Akhirnya Sultan Muhammad sadar bahwa ia hanya dimanfaatkan sebagai pion oleh Ferdinand
untuk melemahkan dan mempermudah jalan pasukan Kristen menaklukkan Granada.
Muhammad berusaha untuk menggalang kekuatan dengan bersekutu bersama prajurit Islam di
Afrika Utara dan Timur Tengah untuk memerangi kekuatan Kristen Eropa. Namun bantuan yang
diharapkan Muhammad tidaklah sesuai dengan harapannya. Turki Utsmani hanya mengirimkan
sekelompok kecil angkatan laut yang tidak berpengaruh banyak terhadap kekuatan Kristen
Eropa.
Pada tahun 1491, Granada dikepung oleh pasukan-pasukan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella.
Dari menara istananya, Muhammad melihat pasukan Kristen dalam jumlah yang besar telah
mengepung dan bersiap menyerang Granada. Muhammad pun dipaksa untuk menandatangani
surat penyerahan Granada kepada pasukan sekutu Kristen. Peristiwa ini terjadi pada November
1491.
5. Pada tanggal 2 Januari 1492, pasukan Kristen memasuki Kota Granada. Pasukan-pasukan ini
memasuki istana Alhambra, mereka memasang bendera-bendera dan simbol-simbol kerajaan
Kristen Eropa di dinding-dinding istana sebagai tanda kemenangan, dan di menara tertinggi
istana Alhambra mereka pancangkan bendera salib agar rakyat Granada mengetahui siapa
penguasa mereka sekarang. Keadaan saat itu benar-benar mencekam, rakyat muslim Granada
tidak berani keluar dari rumah-rumah mereka dan jalanan pun lengang dari hiruk pikuk manusia.
Setelah itu, Sultan Muhammad diasingkan. Beberapa saat perjalanan, di puncak gunung, ia
menoleh kepada bekas wilayahnya sambil menitikkan air mata. Ibunya yang melihat keadaan itu
tidak simpatik kepada putranya, bahkan ia memarahinya dengan mengatakan, “Jangan engkau
menangis seperti perempuan, karena engkau tidak mampu mempertahankan Granada layaknya
seorang laki-laki”.
Orang-orang Kristen menjanjikan toleransi dan kedamaian terhadap masyarakat Islam Granada,
walaupun kemudian perjanjian itu mereka batalkan sendiri. Ribuan umat Islam terbunuh dan
yang lainnya mengungsi menyeberang lautan menuju wilayah Afrika Utara.
Itulah akhir dari peradaban Islam di Spanyol yang telah berlangsung lebih dari tujuh abad
lamanya. Cahaya Islam menghilang dari daratan tersebut dengan terusir dan tewasnya umat
Islam di sana, kemudian diganti dengan pendatang-pendatang Kristen yang menempati wilayah
tersebut.
Sumber: lostislamichistory.com
Faktor-faktor penyebab runtuhnya Runtuhnya Kerajaan Islam di Indonesia
1. Terjadinya pertentangan diantara keluarga bangsawan
2. Tidak ada pemimpin yang berwibawa
3. Munculnya kekuatan baru ( masuknya bangsa-bangsa Barat ke Indonesia).