1. 1
RINITIS :
• Batasan Patologi : Keradangan mukosa
rongga hidung
• Batasan Klinik : Adanya satu atau lebih dari
gejala : bersin, rinore, buntu hidung
• Klasifikasi :
– alergi atau non alergi
– infeksi atau non infeksi
• Sering multi-faktor
7. 7
RIWAYAT PENYAKIT
Diagnosis banding
• Bersin, Rinore seperti air : Rinitis alergi
• Buntu hidung menetap unilateral : polip,
deviasi septum, tumor rongga hidung
• Ingus purulen berbau : sinusitis bakterial
• Ingus bercampur darah : keganasan
• Adanya febris, nyeri kepala : infeksi
• Pemakaian obat jangka panjang : rinitis
medikamentosa
8. 8
Akibat Keradangan Mukosa
Rongga Hidung ( Buntu Hidung )
• Pada mata
• Pada sinus paranasal
• Pada telinga
• Pada rongga mulut
• Pada kualitas hidup
9. 9
Akibat pada Mata
• Penyempitan ostium duktus nasolakrimalis
↓
• Penyaluran air mata ke rongga hidung
terganggu
↓
• Terjadi Epifora (mata berkaca-kaca)
16. 16
Rinitis Akut (Selesma)
(Common Cold, Coryza)
• Infeksi mukosa hidung
• Karena mukosa hidung dan sinus merupakan
kesatuan, keradangan dapat mengenai sinus
paranasal Rinosinusitis viral.
• Penyebab utama : Virus (adenovirus,
rinovirus, virus influenza dsb.)
• Gejala klinik : bersin, pilek(rinore), buntu,
panas badan
• Sembuh dalam 5-7 hari (self limited)
17. 17
PATOLOGI
• Virus masuk ke dalam epitel mukosa nasofaring
dan berkembang secara cepat.
• Virus masuk ke dalam sel karena berikatan
dengan ICAM-1 (intercellular adhesion
molecule).
• Masuknya virus ke dalam sel menyebabkan
dikeluarkannya mediator inflamasi seperti
histamin, kinin, interleukin, dan prostaglandin.
• Mediator inflamasi menyebabkan terjadinya
gejala klinik seperti bersin, rinore dan buntu
hidung.
19. 19
Rinitis Akut
• Predisposisi : kelelahan, kedinginan
• Terapi : istrahat, makanan/minuman hangat.
Tidak memerlukan terapi antibiotik. Terapi
simtomatik (analgesik/antipiretik, dekongestan
oral/topikal.
• Komplikasi : Bila tidak membaik setelah 5-7 hari
dapat terjadi infeksi sekunder oleh bakteri
patogen, terjadi rinosinusitis bakterial.(sering
disebut sinusitis)
Dapat terjadi juga komplikasi lain seperti otitis
media, faringitis, laringitis
20. 20
Rinitis Difteri (Difteri Hidung)
• Jarang dijumpai, biasanya pada anak
• Keluhan : pilek bercampur darah
• Kondisi anak baik, jarang ada komplikasi,
trmsk difteri ringan
• RA : mukosa hidung nekrosis, ditutupi
pseudomembran, sekret kental
sanguinus
• Diagnosis pasti dengan pemeriksaan
kuman
• Terapi : Isolasi, penisilin, ADS
22. 22
Ozaena
• Nama lain : Rinitis atrofikan foetida
• Penderita : Wanita muda pubertas
• Patologi : Keradangan kronik mukosa hidung
(diduga karena infeksi), atropi struktur di
rongga hidung, dapat mengenai regio
olfaktoria kerusakan reseptor penghidu
hiposmia/anosmia.
• Gejala : Hidung berbau ( orang lain yang
membau Px tidak bisa membau ) , anosmia,
rongga hidung luas, banyak krusta kehijauan.
Terapi : Simtomatik, dengan cuci hidung
(menggunakan larutan garam faali hangat).
Medikamentosa tgt faktor predisposisi
23. 23
Ozaena
• Simptomatis Cuci hidung
R/ Natrium Bicarbonas
Natrium Chlorida
Amonium Chlorida aaa5
Ag Ad 200
• Operasi : Menyempitkan kavum nasi :
Menebalkan septum
Membesarkan konka
32. 32
RSAB (SINUSITIS)
Bakteriologi :
• Kuman paling sering ditemukan adalah
S. pneumoniae, H. influenzae, dan
M. catarrhalis
• Kuman lainnya adalah (jarang):
S. aureus, S. pyogenes, dan kuman anaerob
• Di luar negeri 40% H. Influenzae menghasilkan
enzim betalaktamase
33. 33
Microbiologi RSA
Wald et al, 1984; Gwaltney et al, 1992; Suzuki et al, 1996
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
84 75-90 91 93
S. pne
H. inf
M. cat
34. 34
RSAB
• GEJALA &TANDA:
– Pilek > 7-10 hari. Gejala dapat berlangsung
sampai 4 minggu.
– Hidung buntu, ingus muko-purulen (kental
kekuningan)
– Nyeri di pipi/dahi/hidung (sesuai letak sinus
yang terinfeksi) tidak selalu ada.
– RA : mukosa udim, mukopus di meatus nasi
medius
– Trans-iluminasi (pada sinus maksila)
kesuraman pada sisi yang sakit
– X-Foto : Water’s / CT scanning (bukan
merupakan prosedur baku)
35. 35
Rinosinusitis
• Pedoman Diagnosis Task Force Adult Rhinosinusitis
2003
Kriteria Mayor Kriteria Minor
- nyeri wajah/rasa penuh - sakit kepala
- buntu hidung - batuk
- ingus purulen/post nasal - halitosis
drip
- hiposmia / anosmia - rasa lelah
- panas badan ( akut ) - nyeri gigi
- kavum nasi : sektret purulen - nyeri / rasa penuh
telinga.
Dx : 2 atau lebih kriteria mayor / 1 mayor dan 2 atau
lebih kriteria minor
36. 36
Rinosinusutis
• Klasifikasi :
- Akut : berlangsung smp 4 mgg
- Sub akut : 4 – 12 mgg
- Akut rekuren : 4 kali atau lebih
serangan dalam 1 tahun
- Kronis : > 12 mgg
37. 37
Rinosinusutis
• Sinus paranasal yang terinfeksi sesuai
urutan:
– Rinosinusitis maksila ( tersering )
• Sinus terbesar ( antrum Highmore )
• Letak ostium tinggi dan sempit
• Dasar sinus dekat akar gigi ( prosesus
alveolaris )
• Muara ostium di meatus medius ( KOM )
– Rinosinusitis etmoid
– Rinosinusitis frontal
– Rinosinusitis sfenoid
42. 42
RSAB
Antibiotik
• Lini Pertama :
Amoksisilin atau Kotrimoksazol/Makrolid
• Lini Kedua :
Amoksisilin+Klavulanat, Makrolid
• Lini Ketiga :
Sefalosporin III, Makrolid, Kuinolon
43. 43
RESUME UNTUK RSAB
• Pilek lebih 7 hari, dapat sampai 4 minggu.
• Hidung buntu, ingus muko-purulen
(kental kekuningan)
• Nyeri di pipi/dahi/hidung (sesuai letak
sinus yang terinfeksi).
• Terlihat sekret mukopurulen di rongga
hidung.(meatus medius)
• Pemeriksaan tambahan tidak baku.
44. 44
RINOSINUSITIS SUB AKUT
• Gejala klinis hampir sama dengan akut, tanda-
tanda radang akut ( demam, sakit kepala, nyeri
tekan ) sudah reda.
• RA : sekret di meatus medius atau superior
• RP : sekret di nasofaring
• Transiluminasi : sinus suram / gelap
• Tx : medikamentosa : AB 10 -14 hr, simtomatis
• Diatermi dgn sinar gelombang pendek 5 – 10
kali.
• Pungsi dan irigasi sinus maksila
45. 45
RINOSINUSITIS KRONIK
FAKTOR PENYEBAB:
Pengobatan RSA tidak adekuat
Kelainan di kompleks ostio-meatal (deviasi
septum, polip nasi, konka bulosa, dll.)
Latar belakang alergi
Pada sinusitis maksila dentogenik
kerusakan pada gigi (P1 – M3)
46. 46
RINOSINUSITIS KRONIK
• PILEK berlangsung > 3 bulan
• GEJALA AKUT TIDAK JELAS (Nyeri tidak
jelas, Febris tidak ada.
• Buntu hidung tidak menonjol.
• Ada sekret post-nasal (di nasofaring)
• RINORE DENGAN INGUS KENTAL
• SINUSITIS MAKSILA DENTOGENIK: gejala
utama ingus berbau busuk
47. 47
RINOSINUSITIS KRONIK
PENATALAKSANAAN:
• Medikamentosa tidak efektif
• Menghilangkan penyebab:
• Gangguan komplek ostio-meatal diperbaiki
• Untuk sin. maksila ----> obati kerusakan
gigi
• BSEF ( bedah sinus endoskopik
fungsionil )
• Untuk Sin. Maksila : irigasi sinus, operasi
Caldwell-Luc
48. 48
SINUSITIS MAKSILA
DENTOGENIK
• Infeksi mukosa sinus maksila yang berasal
dari penyakit gigi.
• Kerusakan pada gigi (P1 – M3) atas :
karies, abses periapikal, kista gigi yang
terinfeksi, gangren, pulpitis, pasca cabut
gigi, dsb.
• Infeksi mula-mula terjadi pada dasar sinus
yang berbatasan dengan gigi yang sakit.
49. 49
SINUSITIS MAKSILA DENTOGENIK
• Terjadi infeksi supuratif di dasar rongga
sinus maksila.
• Kuman berasal dari rongga mulut
(sebagian besar kuman anaerob).
• Pus di dasar sinus dialirkan ke ostium
sinus di meatus nasi medius. Terlihat pada
rinoskopi anterior
50. 50
SINUSITIS MAKSILA DENTOGENIK
• Keluhan utama penderita : hidung berbau
(fetor nasi).
• Pada tahap awal rinore, buntu hidung tidak
ada, tetapi pada fase lanjut (kronik) dapat
terjadi.
• Demam dan sakit kepala umumnya tidak
ada.
• Rinoskopi anterior pus di meatus medius.
• X-foto posisi Water cairan (sedikit/banyak)
51. 51
SINUSITIS MAKSILA DENTOGENIK
• Terapi : Pada yang akut (awal) terapi
antibiotik, terutama dengan antibiotik yang
efektif terhadap kuman anaerob. Mis :
Klindamisin. Berikan dalam 7 hari. Tidak
diperlukan dekongestan.
• Setelah itu gigi yang menjadi penyebab harus
dicabut.
• Pada fase lanjut(sekret banyak) perlu
dilakukan irigasi sinus maksila untuk
mempercepat penyembuhan. Irigasi dapat
diulang setiap minggu.