SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
HUBUNGAN RINOSINUSITIS DENGAN
RINITIS ALERGI
Disusun oleh :
Lifia Virginia Windiyanti (406221028)
Althaf Putri Hidayatullah (406221039)
Pembimbing : dr. Nila Santia Dewi,Sp. THT-KL
KEPANITERAAN KLINIK ILMU THT
RUMAH SAKIT SUMBER WARAS
PERIODE 27 NOVEMBER – 30 DESEMBER 2023
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
Anatomi Hidung
Keith L. Dalley, Arthur F. Agur, Anne. Clinically Oriented Anatomy 6th Edition. US: Lippincott williams & Wilkins.2010 (p 955-956,
960,963)
Anatomi Hidung
Kavum nasi mempunyai 4 buah dinding, yaitu:
• Dinding medial hidung yang merupakan septum nasi, yang diketahui membagi kavum nasi
menjadi kavum nasi kiri dan kavum nasi kanan.
• Dinding superior terbagi menjadi tiga bagian yaitu frontonasal, ehmoidal dan sphenoidal.
• Dinding Inferior yang merupakan dasar rongga hidung dan dibentuk oleh os maksila dan os
palatum.
• Dinding lateral
Anatomi Sinus Paranasal dan KOM
Keith L. Dalley, Arthur F. Agur, Anne. Clinically Oriented Anatomy 6th Edition. US: Lippincott williams & Wilkins.2010 (p 955-956, 960,963)
Durand,Marlene. Deschler, Daniel G. Infections of theEars,Nose, Throat, andsinuses.USA: Spinger. 2018(p 139,146)
A N AT O M I S I N U S PA R A N A S A L
Fungsi :
1. Sebagai pengatur kondisi udara,
melembabkan dan menghangatkan udara
pernapasan
2. Membantu keseimbangan kepala, terutama
pada tengkorak bagian depan dan tulang
wajah
3. Membantu menguatkan resonansi suara
4. Peredam perubahan tekanan udara di dalam
rongga hidung
5. Membantu produksi mukus untuk
membersihkan rongga hidung
6. Membantu sistem pertahanan imunologis.
Faktor yang berperan dalam
memelihara fungsi sinus
paranasal :
• Patensi kompleks
ostiomeatal
• Fungsi transpor mukusilier
• Komposisi dari lapisan
mucus
Gangguan dari satu faktor tersebut akan
menyebabkan terganggunya keseimbangan atau
homeostatis sinonasal
Rinosinusitis
• Rinosinusitis  inflamasi yang terjadi pada mukosa hidung dan sinus paranasal.
• Rinosinusitis dibagi menjadi 4 klasifikasi:
• Rinosinusitis akut: gejala < 4 minggu
• Rinosinusitis subakut: gejala dalam 4-12 minggu
• Rinosinusitis kronis: gejala > 12 minggu
• Rinosinusitis recurrent: terjadinya 4 atau lebih episode rinosinusitis pertahun dengan
masing-masing berlangsung selama 7-10 hari atau lebih dengan resolusi yang baik diantara
tiap episodenya.
FAKTOR RESIKO
- Virus
- Meskipun jarang, infeksi jamur juga dapat menyebabkan rhinosinusitis akut.
- Peradangan pada mukosa hidung pada rinitis alergi
- Variasi anatomi dalam sinus paranasal dan rongga hidung seperti deviasi septum hidung dan
pembesaran turbinat tengah kistik (concha bulosa)
- Polutan lingkungan dan asap tembakau dapat menjadi iritan kronik
Lalwani, Anil. Current DiagnosisandTreatment Otolaryngology Head andNeckSurgery.US: Lange. 2011(p 293-294)
Tanda dan Gejala
DIAGNOSIS
Diagnosis dari RSA ditegakkan bila terdapat ciri-ciri berikut :
- Timbulnya dua gejala atau lebih secara tiba-tiba, yang salah satu gejalanya pasti berupa
hidung tersumbat/obstruksi/kongesti, atau keluarnya cairan dari hidung anterior/infus hidung
posterior
- + Nyeri/tekanan pada wajah
- + Pengurangan atau hilangnya penciuman kurang dari 12 minggu
Pembaruan European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps (EPOS) tahun 2012 mendefinisikan RSK
pada orang dewasa sebagai berikut :
- Peradangan pada hidung dan sinus paranasal ditandai dengan dua atau lebih gejala, salah satunya berupa hidung
tersumbat/obstruksi/kongesti atau keluarnya cairan dari hidung (nasal drop anterior/posterior)
- +/- Nyeri/tekanan pada wajah
- +/- Pengurangan atau hilangnya penciuman
• Dan dengan
- Tanda-tanda endoskopi
o Polip hidung, dan/atau
o Keluarnya cairan mukopurulen terutama dari meatus media dan/atau
o Edema/obstruksi mukosa terutama pada meatus media dan/atau
- Perubahan pada CT-scan
- Perubahan mukosa pada kompleks osteomeataldan/atau sinus
• Selama setidaknya 12 minggu tanpa resolusi.
PEMERIKSAAN
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan transiluminasi
• Endoskopi
• Foto polos dan CT-Scan
TATALAKSANA
• Terapi Medikamentosa
• Terapi Operatif
• Terapi Supportif
Tatalaksana dan Terapi
• Kortikosteroid (nasal spray atau nasal drops)
• Dekongestan dan agen mukolitik
• Antagonis leukotriene
• Antibiotik
• Irigasi cavum nasi menggunakan saline
• Manajemen alergi
• Tindakan bedah modern FESS (functional endoscopic sinus surgery).
https://entflorida.com/endoscopic-sinus-surgery/
Reaksi hipersensitivitas klinis mukosa hidung terhadap zat asing yang
diperantarai oleh antibodi IgE
Prevalensi
10-20%
mempengaruh
i 20 -40 juta
orang /thn
D E F I N I S I – R H I N I T I S A L E R G I
patofisiologi
M A N I F E S TA S I K L I N I S
Onset biasanya 12-16 tahun
Gejala :
- Seasonal : bersin paroksismal, 10-20 bersin sekaligus, hidung tersumbat, hidung berair dan
gatal di hidung/ langit-langit mulut/mata, bronkospasme
- Perennial : sering merasa flu, hidung tersumbat terus-menerus, kehilangan indra penciuman
karena edema mukosa, postnasal drip, batuk kronis dan gangguan pendengaran
Tanda :
- Nasal : transverse nasal crease , mukosa hidung pucat dan edema, discharge yang encer atau
mukoid.
- Mata : edema kelopak mata, kongesti dan konjungtiva tampak cobblestone appearance, dan
lingkaran hitam di bawah mata (allergic shinners).
- Otologlik : retraksi MT atau otitis media serosa akibat penyumbatan tuba eustachius.
- Faringeal : faringitis granular
- Laringeal : suara serak dan edema pita suara
D I A G N O S I S
Diagnosis  riwayat pasien,
pemeriksaan klinis, dan SPT atau
pemeriksaan IgE spesifik serum
PP
• Hitung jenis darah
• Nasal smear
• Skin prick test (SPT)
• Radioallergosorbent test (RAST)
• Tes provokasi nasal
PEMERIKSAAN FISIK
• Anak-anak : Allergic shiner, Allergic Salute, Allergic Crease, Allergic Facies
D I A G N O S I S
B A N D I N G
PEMERIKSAANPENUNJANG
• In vivo :
• Tes kulit :
• Tes cukit/tusuk (Prick test), Multi test
• Intradermal
• SET (skin end point titration)
• In vitro :
• IgE total : untuk skrining, bkn alat diagnostik
• IgE spesifik
• Nasal Smear : eosinophil meningkat
• DPL : eosinofil me↑
• Tes Provokasi : tdk sesuai klinis dan hsl tes cukit, tdk rutin, penelitian
• Radiologis (Foto SPN, CT-Scan, MRI) :
• Tidak untuk diagnosis rinitis alergi
• Indikasi : Untuk mencari komplikasi sinusitis/polip, tidak ada respon terhadap terapi,
direncanakan tindakan operatif
TATA L A K S A N A
Menghindari alergen
Imunoterapi
Farmakoterapi
Modalitas terapi yang paling berhasil paling berhasil dan penting.
 pemindahan hewan peliharaan dari rumah
 membungkus bantal atau kasur dengan lembaran plastic
 perubahan tempat kerja /pekerjaan
 menghindari makanan allergen tertentu
TATA L A K S A N A
Menghindari alergen
Imunoterapi
Farmakoterapi
- Antihistamin H1  generasi 1 dan 2
- Dekongestan simpatomimetik
- Oxymetazole, xylometazoline, pseudoephedrine, dll
- Hati-hati rebound rhinitis !
- Kortikosteroid  cadangkan untuk kasus dimana terapi lain tidak berefek
- Natrium kromoglikat
- Antikolingergik
- Antagonis reseptor leukotriene
- Anti IgE
Menghindari alergen
TATA L A K S A N A
Farmakoterapi
TATA L A K S A N A
Imunoterapi
- Digunakan ketika terapi farmakolgi gagal mengendalikan gejala atau
menyebabkan efek samping yang tidak dapat ditoleransi.
- Alergen diberikan dalam dosis yang ditingkatkan secara bertahap sampai
dosis pemeliharaan tercapai.
- Subkutan / sublingual
- Diberikan min 1 tahun sampai terlihat perbaikan, dan dihentikan bila tidak
ada perbaikan setelah 3 tahun
Farmakoterapi
Menghindari alergen
H U B U N G A N A N T A R A
R I N O S I N U S I T I S D E N G A N R I N I T I S A L E R G I
Alergi memicu respon inflamasi
Sel Th2 aktif
Melepaskan sejumlah sitokin (IL-
4,5,13)
Memicu produksi eosinophil, sel
mast, basophil
Peradangan mukosa
Paparan
berulang
Peradangan
kronis
Edema mukosa
Obstruksi sinus
Stasis sinus
Rhinosinusitis akut
Menjadi sembuh
Faktor predisposisi
rhinosinusitis kronis
Bila tidak ditangani, bisa
terjadi infeksi bakteri
sekunder

More Related Content

Similar to REFERAT THT.pptx mk kmlmlmlmm mlmlmlmlmlml

Similar to REFERAT THT.pptx mk kmlmlmlmm mlmlmlmlmlml (20)

Cbd rhinitis medikamatosa
Cbd   rhinitis medikamatosaCbd   rhinitis medikamatosa
Cbd rhinitis medikamatosa
 
ppt refrat 2 rsk1 epos.pptx
ppt refrat 2 rsk1 epos.pptxppt refrat 2 rsk1 epos.pptx
ppt refrat 2 rsk1 epos.pptx
 
Rose yang sering ingusan
Rose yang sering ingusanRose yang sering ingusan
Rose yang sering ingusan
 
Sinusitis dan Penanganan Fisioterapi
Sinusitis dan Penanganan FisioterapiSinusitis dan Penanganan Fisioterapi
Sinusitis dan Penanganan Fisioterapi
 
EPISTAKSIS.pptx
EPISTAKSIS.pptxEPISTAKSIS.pptx
EPISTAKSIS.pptx
 
Klp cerdas
Klp cerdasKlp cerdas
Klp cerdas
 
Epiglotitis, Trakeitis, Faringitis dan Laryngitis
Epiglotitis, Trakeitis, Faringitis dan LaryngitisEpiglotitis, Trakeitis, Faringitis dan Laryngitis
Epiglotitis, Trakeitis, Faringitis dan Laryngitis
 
ppt rhinitis alergi pada pasien dan kasusnya
ppt rhinitis alergi pada pasien dan kasusnyappt rhinitis alergi pada pasien dan kasusnya
ppt rhinitis alergi pada pasien dan kasusnya
 
Cbd Rhinosinusitis Kronis
Cbd Rhinosinusitis KronisCbd Rhinosinusitis Kronis
Cbd Rhinosinusitis Kronis
 
CBD OMSK Maligna
CBD OMSK MalignaCBD OMSK Maligna
CBD OMSK Maligna
 
Epiglotitis, Faringitis, Laringitis & Trakeitis
Epiglotitis, Faringitis, Laringitis & TrakeitisEpiglotitis, Faringitis, Laringitis & Trakeitis
Epiglotitis, Faringitis, Laringitis & Trakeitis
 
Infeksi Odontogenik
Infeksi OdontogenikInfeksi Odontogenik
Infeksi Odontogenik
 
Sinusitis
SinusitisSinusitis
Sinusitis
 
Pretest tht
Pretest thtPretest tht
Pretest tht
 
Polip nasal
Polip nasalPolip nasal
Polip nasal
 
Css rhinosinusitis jamur - Petrisia Luvina
Css rhinosinusitis jamur - Petrisia LuvinaCss rhinosinusitis jamur - Petrisia Luvina
Css rhinosinusitis jamur - Petrisia Luvina
 
CSS Rhinosinusitis Jamur (Gerasimos Hasiholan)
CSS Rhinosinusitis Jamur (Gerasimos Hasiholan)CSS Rhinosinusitis Jamur (Gerasimos Hasiholan)
CSS Rhinosinusitis Jamur (Gerasimos Hasiholan)
 
Css rhinosinusitis jamur
Css rhinosinusitis jamurCss rhinosinusitis jamur
Css rhinosinusitis jamur
 
CBD rhinosinusitis kronis
CBD rhinosinusitis kronisCBD rhinosinusitis kronis
CBD rhinosinusitis kronis
 
Cbd rhinitis alergi
Cbd   rhinitis alergiCbd   rhinitis alergi
Cbd rhinitis alergi
 

REFERAT THT.pptx mk kmlmlmlmm mlmlmlmlmlml

  • 1. HUBUNGAN RINOSINUSITIS DENGAN RINITIS ALERGI Disusun oleh : Lifia Virginia Windiyanti (406221028) Althaf Putri Hidayatullah (406221039) Pembimbing : dr. Nila Santia Dewi,Sp. THT-KL KEPANITERAAN KLINIK ILMU THT RUMAH SAKIT SUMBER WARAS PERIODE 27 NOVEMBER – 30 DESEMBER 2023 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA JAKARTA
  • 2. Anatomi Hidung Keith L. Dalley, Arthur F. Agur, Anne. Clinically Oriented Anatomy 6th Edition. US: Lippincott williams & Wilkins.2010 (p 955-956, 960,963)
  • 3. Anatomi Hidung Kavum nasi mempunyai 4 buah dinding, yaitu: • Dinding medial hidung yang merupakan septum nasi, yang diketahui membagi kavum nasi menjadi kavum nasi kiri dan kavum nasi kanan. • Dinding superior terbagi menjadi tiga bagian yaitu frontonasal, ehmoidal dan sphenoidal. • Dinding Inferior yang merupakan dasar rongga hidung dan dibentuk oleh os maksila dan os palatum. • Dinding lateral
  • 4. Anatomi Sinus Paranasal dan KOM Keith L. Dalley, Arthur F. Agur, Anne. Clinically Oriented Anatomy 6th Edition. US: Lippincott williams & Wilkins.2010 (p 955-956, 960,963) Durand,Marlene. Deschler, Daniel G. Infections of theEars,Nose, Throat, andsinuses.USA: Spinger. 2018(p 139,146)
  • 5. A N AT O M I S I N U S PA R A N A S A L Fungsi : 1. Sebagai pengatur kondisi udara, melembabkan dan menghangatkan udara pernapasan 2. Membantu keseimbangan kepala, terutama pada tengkorak bagian depan dan tulang wajah 3. Membantu menguatkan resonansi suara 4. Peredam perubahan tekanan udara di dalam rongga hidung 5. Membantu produksi mukus untuk membersihkan rongga hidung 6. Membantu sistem pertahanan imunologis. Faktor yang berperan dalam memelihara fungsi sinus paranasal : • Patensi kompleks ostiomeatal • Fungsi transpor mukusilier • Komposisi dari lapisan mucus Gangguan dari satu faktor tersebut akan menyebabkan terganggunya keseimbangan atau homeostatis sinonasal
  • 6. Rinosinusitis • Rinosinusitis  inflamasi yang terjadi pada mukosa hidung dan sinus paranasal. • Rinosinusitis dibagi menjadi 4 klasifikasi: • Rinosinusitis akut: gejala < 4 minggu • Rinosinusitis subakut: gejala dalam 4-12 minggu • Rinosinusitis kronis: gejala > 12 minggu • Rinosinusitis recurrent: terjadinya 4 atau lebih episode rinosinusitis pertahun dengan masing-masing berlangsung selama 7-10 hari atau lebih dengan resolusi yang baik diantara tiap episodenya.
  • 7. FAKTOR RESIKO - Virus - Meskipun jarang, infeksi jamur juga dapat menyebabkan rhinosinusitis akut. - Peradangan pada mukosa hidung pada rinitis alergi - Variasi anatomi dalam sinus paranasal dan rongga hidung seperti deviasi septum hidung dan pembesaran turbinat tengah kistik (concha bulosa) - Polutan lingkungan dan asap tembakau dapat menjadi iritan kronik
  • 8.
  • 9. Lalwani, Anil. Current DiagnosisandTreatment Otolaryngology Head andNeckSurgery.US: Lange. 2011(p 293-294)
  • 11. DIAGNOSIS Diagnosis dari RSA ditegakkan bila terdapat ciri-ciri berikut : - Timbulnya dua gejala atau lebih secara tiba-tiba, yang salah satu gejalanya pasti berupa hidung tersumbat/obstruksi/kongesti, atau keluarnya cairan dari hidung anterior/infus hidung posterior - + Nyeri/tekanan pada wajah - + Pengurangan atau hilangnya penciuman kurang dari 12 minggu
  • 12. Pembaruan European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps (EPOS) tahun 2012 mendefinisikan RSK pada orang dewasa sebagai berikut : - Peradangan pada hidung dan sinus paranasal ditandai dengan dua atau lebih gejala, salah satunya berupa hidung tersumbat/obstruksi/kongesti atau keluarnya cairan dari hidung (nasal drop anterior/posterior) - +/- Nyeri/tekanan pada wajah - +/- Pengurangan atau hilangnya penciuman • Dan dengan - Tanda-tanda endoskopi o Polip hidung, dan/atau o Keluarnya cairan mukopurulen terutama dari meatus media dan/atau o Edema/obstruksi mukosa terutama pada meatus media dan/atau - Perubahan pada CT-scan - Perubahan mukosa pada kompleks osteomeataldan/atau sinus • Selama setidaknya 12 minggu tanpa resolusi.
  • 13. PEMERIKSAAN • Pemeriksaan fisik • Pemeriksaan transiluminasi • Endoskopi • Foto polos dan CT-Scan
  • 14.
  • 15. TATALAKSANA • Terapi Medikamentosa • Terapi Operatif • Terapi Supportif
  • 16. Tatalaksana dan Terapi • Kortikosteroid (nasal spray atau nasal drops) • Dekongestan dan agen mukolitik • Antagonis leukotriene • Antibiotik • Irigasi cavum nasi menggunakan saline • Manajemen alergi • Tindakan bedah modern FESS (functional endoscopic sinus surgery). https://entflorida.com/endoscopic-sinus-surgery/
  • 17. Reaksi hipersensitivitas klinis mukosa hidung terhadap zat asing yang diperantarai oleh antibodi IgE Prevalensi 10-20% mempengaruh i 20 -40 juta orang /thn D E F I N I S I – R H I N I T I S A L E R G I
  • 19.
  • 20. M A N I F E S TA S I K L I N I S Onset biasanya 12-16 tahun Gejala : - Seasonal : bersin paroksismal, 10-20 bersin sekaligus, hidung tersumbat, hidung berair dan gatal di hidung/ langit-langit mulut/mata, bronkospasme - Perennial : sering merasa flu, hidung tersumbat terus-menerus, kehilangan indra penciuman karena edema mukosa, postnasal drip, batuk kronis dan gangguan pendengaran Tanda : - Nasal : transverse nasal crease , mukosa hidung pucat dan edema, discharge yang encer atau mukoid. - Mata : edema kelopak mata, kongesti dan konjungtiva tampak cobblestone appearance, dan lingkaran hitam di bawah mata (allergic shinners). - Otologlik : retraksi MT atau otitis media serosa akibat penyumbatan tuba eustachius. - Faringeal : faringitis granular - Laringeal : suara serak dan edema pita suara
  • 21. D I A G N O S I S Diagnosis  riwayat pasien, pemeriksaan klinis, dan SPT atau pemeriksaan IgE spesifik serum PP • Hitung jenis darah • Nasal smear • Skin prick test (SPT) • Radioallergosorbent test (RAST) • Tes provokasi nasal
  • 22. PEMERIKSAAN FISIK • Anak-anak : Allergic shiner, Allergic Salute, Allergic Crease, Allergic Facies
  • 23. D I A G N O S I S B A N D I N G
  • 24. PEMERIKSAANPENUNJANG • In vivo : • Tes kulit : • Tes cukit/tusuk (Prick test), Multi test • Intradermal • SET (skin end point titration) • In vitro : • IgE total : untuk skrining, bkn alat diagnostik • IgE spesifik • Nasal Smear : eosinophil meningkat • DPL : eosinofil me↑ • Tes Provokasi : tdk sesuai klinis dan hsl tes cukit, tdk rutin, penelitian • Radiologis (Foto SPN, CT-Scan, MRI) : • Tidak untuk diagnosis rinitis alergi • Indikasi : Untuk mencari komplikasi sinusitis/polip, tidak ada respon terhadap terapi, direncanakan tindakan operatif
  • 25. TATA L A K S A N A Menghindari alergen Imunoterapi Farmakoterapi Modalitas terapi yang paling berhasil paling berhasil dan penting.  pemindahan hewan peliharaan dari rumah  membungkus bantal atau kasur dengan lembaran plastic  perubahan tempat kerja /pekerjaan  menghindari makanan allergen tertentu
  • 26. TATA L A K S A N A Menghindari alergen Imunoterapi Farmakoterapi - Antihistamin H1  generasi 1 dan 2 - Dekongestan simpatomimetik - Oxymetazole, xylometazoline, pseudoephedrine, dll - Hati-hati rebound rhinitis ! - Kortikosteroid  cadangkan untuk kasus dimana terapi lain tidak berefek - Natrium kromoglikat - Antikolingergik - Antagonis reseptor leukotriene - Anti IgE Menghindari alergen
  • 27. TATA L A K S A N A Farmakoterapi
  • 28. TATA L A K S A N A Imunoterapi - Digunakan ketika terapi farmakolgi gagal mengendalikan gejala atau menyebabkan efek samping yang tidak dapat ditoleransi. - Alergen diberikan dalam dosis yang ditingkatkan secara bertahap sampai dosis pemeliharaan tercapai. - Subkutan / sublingual - Diberikan min 1 tahun sampai terlihat perbaikan, dan dihentikan bila tidak ada perbaikan setelah 3 tahun Farmakoterapi Menghindari alergen
  • 29. H U B U N G A N A N T A R A R I N O S I N U S I T I S D E N G A N R I N I T I S A L E R G I Alergi memicu respon inflamasi Sel Th2 aktif Melepaskan sejumlah sitokin (IL- 4,5,13) Memicu produksi eosinophil, sel mast, basophil Peradangan mukosa Paparan berulang Peradangan kronis Edema mukosa Obstruksi sinus Stasis sinus Rhinosinusitis akut Menjadi sembuh Faktor predisposisi rhinosinusitis kronis Bila tidak ditangani, bisa terjadi infeksi bakteri sekunder

Editor's Notes

  1. Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat, dan beberapa otot kecil yang berfungsi melebarkan atau menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari tulang hidung, prosesus frontalis os.maksila, prosesus os.nasalis, dan os.frontal. Kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang terletak di bagian bawah hidung, yaitu sepasang kartilago nasalis lateralis superior, kartilago lateralis inferior dan tepi anterior kartilago septum. Rongga hidung atau kavum nasi dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Lubang masuk kavum nasi bagian depan disebur nares anterior, sedangkan bagian belakang disebut nares posterior (koana) yang menghubungkan dengan nasofaring. Bagian kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi disebut vestibulum
  2. Kompleks Ostiomeatal (KOM) Merupakan celah pada dinding lateral hidung yang dibatasi oleh konka media dan lamina papirasea. Struktur anatomi penting yang membentuk KOM adalah prossesus unsinatus, infundibulum etmoid, hiatus semilunaris, bula etmoid, angger nasi, dan resesus frontal. KOM merupakan unit fungsional yang merupakan tempat ventilasi dan drainase dari sinus yang letaknya di anterior yaitu sinus maksilaris, etmoid anterior dan frontal. Jika terjadi obstruksi pada celah sempit ini maka akan terjadi perubahan patologis yang signifikan pada sinus yang terkait
  3. Etiologi dan Faktor Risiko : Etiologi RS bersifat multifaktorial. Proses penyakit bergantung pada interaksi kompleks antara epitel pernapasan sinus, mikroorganisme, alergi, dan faktor eksternal seperti polutan lingkungan dan asap tembakau. Penjelasannya adalah sebagai berikut : VIRUS adalah penyebab paling umum dari RSA. Patogen virus rhinosinusitis (RSV) termasuk rhinovirus, adenovirus, virus influenza, dan virus parainfluenza. Penyebab paling umum dari RSA bakterial adalah Streptococcus pneumoniae (38%), Haemophilus influenzae (36%), dan Moraxella catarrhalis (16%). biasanya hanya terjadi pada pasien dengan imunosupresi (diabetes melitus yang tidak terkontrol, HIV positif, pasien onkologi yang menjalani pengobatan aktif, dan pasien yang menggunakan imunosupresan untuk transplantasi organ atau kondisi rematologi). Spesies khasnya termasuk Mucor, Rhizopus, Rhizomucor, dan Aspergillus. merupakan predisposisi terjadinya CRS, dengan pembengkakan pada mukosa hidung menyebabkan obstruksi ventilasi sinus dan dengan demikian menyebabkan infeksi. dapat dikaitkan dengan RSK, dan diperkirakan bahwa variasi ini dapat menyebabkan penyumbatan ostia sinus yang menyebabkan gangguan fungsi epitel sinus dan edema berkelanjutan sehingga mengganggu fungsi kompleks osteomeatal.
  4. Tampak air fluid level pada sinus maxillaris dari CT-scan koronal Tampak air fluid level dan opasitas sinus maxillaris pada CT-scan koronal Pemeriksaan transiluminasi adalah pemeriksaan sederhana yang dapat dilakukan untuk menilai kondisi sinus maksila. Diduga terdapat kelainan apabila memiliki perbedaan transiluminasi sinus dekstra dan sinistra. Selain itu, endoskopi nasal juga bisa membandingkan kondisi pada rongga hidung, seperti sekret, patensi kompleks ostiomeatal, bentuk dan ukuran konka, edema di sekitar orifisium tuba, hipertrofi adenoid, dan penampakan mukosa sinus.
  5. Pemeriksaan endoskopi menunjukkan discharge post-nasal (kiri) dan di meatus media (kanan) bersifat mukopurulen pada RSK
  6. Modalitas terapi yang digunakan yaitu dengan dekongestan, kortikosteroid topikal, antihistamin dan antibiotik.   Jika kasus gagal diterapi secara farmakologis, disarankan untuk merujuk ke spesialis THT. Operasi functional endoscopic sinus surgery (FESS) adalah pengobatan pilihan dalam kasus tersebut. Secara tradisional, prosedur sinus terbuka digunakan untuk kasus kronis yang tidak memberikan respon terhadap terapi medis maksimal dan berpotensi menimbulkan komplikasi. Terapi suportif yang dapat diberikan pada keduanya berupa cuci hidung dan humidifikasi dengan garam saline. Irigasi hidung setiap hari dengan larutan garam hipertonik dianjurkan karena dapat mengurangi keparahan gejala dan membatasi penggunaan obat pada pasien dengan sinusitis berulang. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan pelembaban (moisturizing, humidification) untuk mengurangi/menghilangkan udem mukosa serta mengembalikan fungsi transpor mukosiliar.
  7. Alergen Inhalan; yang masuk bersama dengan udara pernafasan Alergen Ingestan; yang masuk ke saluran cerna Alergen Injektan; yang masuk melalui suntikan atau tusukan. Alergen Kontaktan; yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa
  8. Makrofag dan monosit akan memnagkap allergen pada mukosa hidung  MHC 2  dan akan di presentasikan ke t helper  dan akan melepaskan sitokin ( IL 1)  T helper ya akan berpoliferasi menjadi th1 2  menghasilkan il3 4 5 dan 13  di ikat di limfosit B sehinggan akan mengaktifkan igE  sensitasi yaitu menghasilkan sel mediator ( ex histamin)  RAFC  dan merangsang saraf vidianus sehingga bisa menimbulkan rasa bersin dan gatal mersg reseptor H1 pd saraf vidianus mersg serabut halus C tak bermielin gatal Mersg sel goblet , kelenjar, peningkatan permeabilitas kapiler hipersekresi ( rinore ) vasodilatasi hidung tersumbat ( RAFC ) Rinore : ACh, PGD2, LTC4, Subs.P, VIP Hidung tersumbat (RAFL ) : histamin, PGD2, LTC4, LTD4, bradikinin, Ach, Subs.P, Calcitonin Gene Related Factor   bersin