Terapi cairan merupakan tindakan penting untuk mengganti kekurangan cairan tubuh dengan memberikan cairan infus secara intravena dalam batas fisiologis. Terapi cairan bertujuan untuk resusitasi, rumatan, atau penggantian cairan dan elektrolit, dengan mempertimbangkan jenis cairan, jumlah, dan waktu pemberian. Pemilihan terapi cairan yang tepat bergantung pada kondisi medis pasien dan tujuan terapi unt
4. PENDAHULUAN
Cairan komponen penting dalam tubuh manusia (50-60% dari komposisi tubuh manusia)
Dibutuhkan oleh sel-sel tubuh menjaga dan mempertahankan fungsinya.
Terapi cairan Perhatikan: jenis cairan, jumlah cairan, dan waktu pemberian cairan.
Keterlambatan resusitasi cairan peningkatan mortalitas pasien
8. MEKANISME PERPINDAHAN CAIRAN DAN
ELEKTROLIT TUBUH
Proses perpindahan
air dari larutan
konsentrasi tinggi
konsentrasi rendah
sampai terjadi
kesetimbangan/homo
gen.
Difusi
Perpindahan molekul
melalui membran
semipermeabel dari
larutan konsentrasi
rendah
konsentrasi tinggi
hingga kadarnya
sama.
Osmosis
Adanya perbedaan
tekanan antara 2
ruang yang dibatasi
oleh membran.
Cairan keluar dari
daerah tekanan tinggi
bertekanan rendah
Filtrasi
Mengembalikan
partikel yang telah
berdifusi secara pasif
dari daerah
konsentrasi rendah
konsentrasi lebih
tinggi.
Memerlukan energi
(ATP) melawan
perbedaan
konsentrasi.
Transpor Aktif
9. DISTRIBUSI PEMASUKAN DAN PENGELUARAN
CAIRAN
Sumber pemasukan cairan pada keadaan normal:
Makan & minum, air yang diperoleh dari hasil
metabolisme
Pengeluaran cairan:
Urin, feses, dan insensible water loss (keringat dan
pernapasan)
Keseimbangan Cairan Tubuh = Keseimbangan jumlah
Cairan yang masuk = Cairan yang keluar
Kebutuhan cairan: UMUR, BERAT BADAN
0-1 thn : 120 ml/KgBB
1-3 thn : 100 ml/KgBB
3-6 thn : 90 ml/Kg/BB
7 thn : 70 ml/KgBB
Dewasa : 40-50 ml/KgBB
0 – 10 kg :100 ml/KgBB
10 – 20 kg : 1000 ml + 50 ml/KgBB (Jika > 10 kg)
Jika > 20kg : 1500 ML + 20 ml/KgBB (jika > 20 kg)
Dewasa : 40-50 ml/KgBB
Sumber:
Miller RD. (2015). Miller’s Anesthesia 8th Edition. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders
10. Feses
1500 ml/ hari di dalam
mukosa usus besar
IWL
Dewasa: 200-400 ml/hari
Urin
OU : 1400-1500 ml/ 24 jam
atau 30- 50 ml/jam
DISTRIBUSI PEMASUKAN DAN PENGELUARAN
CAIRAN
Pengeluaran cairan: IWL (Insensible Water Loss), feses, urin
Sumber:
Miller RD. (2015). Miller’s Anesthesia 8th Edition. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders
Stoelting RK, et al. (2015). Intravenous Fluids and Electrolytes. Handbook of Pharmacology and Physiology in Anesthetic Practice 3rd ed. Philadelphia: Wolters Kluwer Health.
11. TERAPI CAIRAN
• Tindakan untuk mengganti cairan tubuh dalam batas-batas fisiologis dengan cairan
infus kristaloid atau koloid secara intravena.
• Fungsi: mengganti defisit cairan saat puasa sebelum saat dan sesudah
pembedahan, perdarahan yang terjadi, dan mengganti cairan yang pindah ke
rongga ketiga.
• Pemberian cairan dimulai bila penderita mengalami hipovolemia.
13. TERAPI CAIRAN
•Untuk menggantikan kehilangan akut cairan tubuh atau
ekspansi cepat dari cairan intravaskuler untuk
memperbaiki perfusi jaringan. Misalnya syok dan luka
bakar.
•Pemberian infus NS, RA, atau RL sebanyak 20 ml/kg
selama 30-60 menit.
•Syok hemoragik 2-3 L dalam 10 menit.
Terapi Cairan Resusitasi
Terapi Cairan Rumatan
•Untuk memelihara keseimbangan cairan tubuh dan
nutrisi.
•Dewasa 30-35 ml/kgBB/hari dan elektrolit utama
Na+=1-2 mmol/kgBB/hari dan K+= 1mmol/kgBB/hari.
•Pemberian infus cairan elektrolit dengan kandungan
karbohidrat (KA-EN, dextran+salin, DGAA, ringer’s
15. • Kristaloid berisi elektrolit (kalium, natrium, kalsium,
klorida)
• Tidak mengandung partikel onkotik sehingga akan
berpindah dari intravaskular menuju ruang interstisial dan
hanya menyisakan 1/3 jumlah cairan di ruang intravaskular.
• Waktu paruh intravaskular: 20 – 30 menit, dengan
perbandingan 3:1
• Keuntungan: murah, mudah dibuat, tidak menimbulkan
reaksi imun
• Jenis hipertonik, hipotonik, isotonik
KRISTALOID
16. Gambar 3. Cairan Isotonis, Hipertonis, dan Hipotonis.
KRISTALOID
17. HIPERTONIK
• Dextrose 5% dalam ½ NS,
Dextrose 5% dalam NS,
Saline 3%, Saline 5%, dan
Dextrose 5% dalam RL
• Pengendalian TIK atau
kebutuhan resusitasi
intravaskuler cepat
• (+) : memperbaiki aliran
darah ke organ-organ vital
• (-): hipernatremia dan
HIPOTONIK
• Dextrose 5% dalam
air, ½ Normal Saline
• Ketika cairan
hipotonis diberikan,
cairan dengan cepat
akan berpindah dari
intravaskular ke sel.
ISOTONIK
• RL, NS (NaCl 0.9%),
dan Dextrose 5%
dalam ¼ NS.
• (+) : mudah didapat,
mudah penyimpanan,
bebas reaksi,
menurunkan
viskositas darah,
dapat segera
mengatasi defisit
volume sirkulasi
KRISTALOID
18. KOLOID
• Cairan koloid: mempunyai berat molekul tinggi dengan aktivitas
osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung bertahan lama
dalam ruang intravaskular.
• Kegunaan: defisit cairan berat, sebagai ‘plasma expander’, seperti
syok hipovolemik/hermorhagik, hipoalbuminemia berat, kehilangan
protein (contoh: luka bakar)
• Kerugian : mahal dan dapat menimbulkan reaksi anafilaktik (walau
jarang) dan dapat menyebabkan gangguan pada cross match
19. JENIS CAIRAN
KOLOID
Alami
• Fraksi protein plasma 5% dan
albumin manusia (5% dan 25%)
Sintetik
• Dextran
• Hydroxylethyl Starch (HES)
• Gelatin
20. JENIS CAIRAN
ALBUMIN
• Waktu paruh albumin dalam plasma
adalah sekitar 16 jam, dengan sekitar
90% tetap bertahan dalam
intravaskular 2 jam setelah pemberian
DEKSTRAN
KOLOID
• Berasal dari molekul polimer glukosa
dengan jumlah yang besar
• Sediaan: Dextran 40 (Rheomacrodex),
Dextran 70 (Macrodex)
• Jarang digunakan karena: efek samping
gagal ginjal, gangguan fungsi platelet,
koagulopati dan cross-matching darah
21. JENIS CAIRAN
HETASTARCH
• Hydroxylethyl Starch (Hetastarch)
merupakan golongan nonantigenik
• Indikasi: terapi dan profilaksis defisiensi
volume (hipovolemia) dan syok (terapi
penggantian volume)
• Kontraindikasi: gagal jantung kongestif
berat, gagal ginjal, gangguan koagulasi
berat (kecuali mengancam nyawa)
GELATIN
KOLOID
• biasanya berasal dari collagen bovine
• Indikasi: untuk penggantian volume
primer pada kasus hipovolemia, stabilisasi
sirkulasi perioperatif
• Kontraindikasi: gagal jantung kongestif,
syok normovolemik
• Pemberian gelatin yang berlebihan:
menimbulkan reaksi alergik (kemerahan
& pireksia sampai reaksi anafilaksis)
22. JENIS CAIRAN
Sifat Kristaloid Koloid
Berat molekul Lebih kecil Lebih besar
Distribusi Lebih cepat 20-30 menit Lebih lama dalam sirkulasi (3-6
jam)
Faal hemostasis Tidak ada pengaruh Mengganggu
Penggunaan Dehidrasi Perdarahan masif
Koreksi perdarahan Diberikan 2-3 kali jumlah
perdarahan
Sesuai jumlah perdarahan
Efek Volume
Intravaskuler
Ada Ada dan lebih baik (efisien, volume
lebih kecil dan menetap lebih lama)
D 02 sistemik - Lebih tinggi
Edema paru + +
Edema perifer Sering Jarang
Koagulopati - Dextran > hetastarch
Aliran urine Lebih besar GFR menurun
Reaksi imun Tidak ada Jarang
Harga Murah Albumin mahal, non albumin
sedang
25. 1) Assessment
• Nilai ABCDE. Apakah pasien
dalam keadaan hipovolemi dan
butuh resusitasi cairan?
• Indikator:
1. TD sistolik < 100 mmHg
2. Nadi > 90 bpm
3. CRT > 2 detik
4. RR > 20 x/m
5. NEWS ≥ 5
6. Respon dari passive leg
raising 45°
26. 1) Assessment
• Nilai kebutuhan cairan dan
elektrolit :
⮚ Anamnesis
⮚ Pemeriksaan Fisik
⮚ Monitoring
⮚ Pemeriksaan
Laboratorium
27. 2) Resuscitation
• Inisiasi:
1. Identifikasi respon tubuh pasien
2. Berikan bolus cairan kristaloid
500 ml dalam waktu < 15 menit
28. 2) Resuscitation
• Lakukan reassessment ABCDE
• Nilai:
1. Apakah pasien masih butuh
resusitasi cairan?
2. Apakah pada pasien ada tanda-
tanda syok?
29. 3) Routine
Maintenance
• Terapi rumatan diberikan:
1. Air 25-30 ml/kgBB/hari
2. Na/K/Cl 1 mmol/kgBB/hari
3. Glukosa 50-100 g/hari
• Reassessment dan monitoring
• Hentikan pemberian caira IV bila
sudah tidak diperlukan
30. 4) Replacement &
Redistribution
• Apakah pada pasien ada kehilangan
cairan atau elektrolit secara terus
menerus, gangguan distribusi atau
gangguan lain?
• Berikan tambahan kebutuhan
maintenance sesuai dengan
defisit/kelebihan cairan/elektrolit
yang dialami oleh pasien
31. TARGET TERAPI
Optimasi pengiriman oksigen
• Hb > 9 g/dl, cukup > 7 g/dl pada
pasca syok
• Saturasi > 92%
• MVO2 > 60%, sCVO2 > 70%
• Normalisasi serum laktat
(< 2,2 mM/L)
Hemodinamik
• MAP > 60 mmHg
• CVP 8-12 mmHg, PAOP 12-
15 mmHg
• CI > 2,1 L/min/m²
Reverse organ system dysfunction
• Reverse encephalopathy
• Produksi urin
> 0,5 ml/kgBB/jam
34. KESIMPULAN
● Terapi cairan yang ideal adalah dengan melakukan pemberian cairan adekuat dalam waktu
relatif cepat pada pasien gawat yang mengalami kekurangan cairan.
● Prinsip utama dari terapi cairan adalah menjaga keseimbangan masukan dan keluaran
cairan, dan mengantisipasi kemungkinan kehilangan cairan yang terus berlangsung.
● Pemilihan terapi cairan berbeda-beda disesuaikan dengan usia, kondisi medis pasien
dan tujuan terapi cairan, dan jenis cairan itu sendiri.
● Penggunaan cairan intravena dapat bertujuan untuk resusitasi, rumatan, maupun
penggantian dan redistribusi cairan.
36. ● Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Management of Patients with Fluid and Electrolyte Disturbances.
Dalam Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology 5thed. New York: Mc-GrawHill. 2018; 4 (49): h. 1107 –40.
● Leksana E. Dehidrasi dan Syok. Cermin Dunia Kedokt. 2015;42(5):391–4.
● urianto E, Arianti. Status Cairan Pada Pasien Pasca Pembedahan di RS PKU Muhammadiyah Gamping. Indones
J Nurs Pract. 2018;2(2):68–76.
● Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Guyton dan Hall. 13th ed. Jakarta: EGC; 2018. 285–300 p.
● Rehatta NM, Hanindito E, Tantri AR, Redjeki IS, Soenarto RF, Bisri DY, et al. Anestesiologi dan Terapi Intensif.
1st ed. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2019. 360–369 p.
● Mangku G, Senapathi TGA. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta: Indeks; 2017. 272–301 p.
● Soenarjo, Jatmiko HD. Anestesiologi. 2nd ed. Semarang: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas
Kedokteran UNDIP/RSUP dr. Kariadi; 2013. 256–291 p.
● Longnecker D, Newman MF, Zapol WM, Mackey SC, Sanberg WS. Anesthesiology. 3rd ed. New York: McGraw-
Hill Education; 2017.
● Henderson MA, Gillon S, Al-Haddad M. Organization and Composition of Body Fluids. Anaesth Intensive Care
Med. 2018;19(10):1–7.
37. ● Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Management of Patients with Fluid and Electrolyte Disturbances.
Flood P, Rathmell JP, Urman RD. Stoelting’s Pharmacology & Physiology in Anesthetic Practice. 6th ed.
Philadelphia: Wolters Kluwer Health; 2021. 824–960 p.
● Gropper MA, Eriksson L, Fleisher LA, Wiener-Kronish JP, Cohen NH, Leslie K. Miller’s Anesthesia. 9th ed.
Philadelphia: Elsevier; 2019.
● Pudjiadi AH. Resusitasi Cairan : dari Dasar Fisiologis hingga Aplikasi Klinis. Sari Pediatri. 2017;18(5):409–16
● MacDonald N dan Pearse RM. Are we close to the ideal intravenous fluid?. 2017:119(1);163-171
● Cathala X, Moorley CR. Selecting IV Fluids to Manage Fluid in Critically Ill Patients. Clin Pract Rev Fluid Ther.
2018;114(12):41–4.
● Tinawi M. New Trends in the Utilization of Intravenous Fluids. Cureus. 2021;13(4):1–9.
● Finfer S, Myburgh J, Bellomo R. Intravenous Fluid Therapy in Critically Ill Adults. Nat Rev Nephrol.
2018;14(1):541–57.
● Rini IS, Suharsono T, Ulya I, Suryanto, Ningsih DK, Fathoni M. Buku Ajar Keperawatan Pertolongan Pertama
Gawat Darurat (PPGD). 1st ed. Malang: Universitas Brawijaya Press; 2019. 55–76 p.
38. ● Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Reaminasi Indonesia. Panduan Tatalaksana Terapi Cairan
Perioperatif. Jakarta: IDSAI; 2010. p. 108–42.
● Wiryana M, Sinardja IK, Sujana IG, Subagiartha IM, Sidemen IGPS, Suranadi IW, et al. Buku Panduan Belajar
Koas Ilmu Anestesiologi dan Terapi Intensif. 1st ed. Bali: Udayana University Press; 2017. 17–26 p.
● Excellence NI for H and C. Guidelines NICE : Intravenous Fluid Therapy in Adults in Hospital. United States: NICE;
2017. p. 4–13.
● Surakarta IPR. Terapi Cairan. Denpasar: Bagian/SMF Ilmu Anestesi dan Terapi Intensif Universitas Udayana;
2017. 6–20 p.
● Abayadeera A, Pinto V. Fluid Therapy - Conceptual Changes. Sri Lankan J Anaesthesiol. 2015;1(1):1–4.
● Hansen B. Fluid Overload. Front Vet Sciene. 2021;8(1):1–7.
● Granado RC-D, Mehta RL. Fluid Overload in the ICU : Evaluation and Management. BMC Nephrol. 2016;17(109):1–
9.