2. Anatomi dan Fisiologi
• Cairan tubuh didistribusikan
kompartemen Intraseluler (Total
cairan tubuh) dan Ekstraseluler
(Interstisial, intravascular, trans
selular)
• Predominan elektrolit cairan tubuh
Sodium (dominan extraseluler) &
Potasium (dominan cairan
intraseluler)
• Sodium dan magnesium minor
kation intraseluler
• Kalsium magnesium minor
kation cairan ekstraseluler
3. Komposisi normal cairan tubuh
• Total Body water
Laki – laki 60% dari berat badan
Perempuan 50 % dari berat badan
• Komponen
Intraseluler – 2/3 dari cairan tubuh – 40%
dari berat badan
Ekstraseluler – 1/3 dari cairan tubuh – 20%
dari berat badan
• Total volume darah – 7% dari berat
badan
(Schwartz’s principles of surgery, 9 th ed.2010)
4. Tujuan cairan resusitasi
• 1. Mengontrol perdarahan
• 2. Mengembalikan kembali cairan yang hilang
• 3. Mencapai kembali perfusi dan fungsi organ (Hemodinamik )
• 4. Substate (Oksigen, elektrolit) delivery melalui administrasi
cairan dan elektrolit
• Ketika administrasi per oral tidak bisa Mengganti kehilangan
cairan Intervena (IV)
6. Jenis Cairan Resusitasi
• Cairan Intravena, dibagi menjadi 2 kelas :
1. Kristaloid
Cairan elektrolit dalam air yang dapat bergerak bebas dari area
vascular ke dalam interstitum (Mengandung konsentrasi sodium
dan chloride
2. Koloid
Suspensi molekul yang lebih besar, relatif tidak dapat berpenetrasi
pada semi permeable membrane kapiler yang sehat (Karena berat
molekul) Wallace, 2022
7. Jenis Cairan
Koloid Kristaloid
Natural Albumin NaCl 0,9%
Syntesis Dextran Ringer Solution
Gelatin Ringer Lactate
HES. (Hydroxyethyl
starch)
Ringer Acetate
Glucose
Kristakoloid :
Merupakan larutan
yang terdiri dari
elektrolit
Koloid : Cairan yang
terdiri dari elektrolit &
makromolekul
8. Koloid
• Cairan yang mengandung molekul yang tidak larut :
Protein, kompleks polisakarida, albumin dalam
plasma
• Koloid secara spesifik menyebar ke volume
intravascular terdistribusi secara cepat ke
kompartemen interstisial
• Menetap dalam intravaskuler cukup lama (3-6 jam)
Untuk pasien deficit cairan berat (hipoalbumin &
kehilangan protein jumlah besar)
• Koloid pilihan ketika administrasi kristaloid tidak
memberikan hasil yang baik
• Contoh larutan : Koloid alami Albumin
Koloid sintetik Dextran, Hydroxylethyl Starch
(Hetastarch), Gelatin
9. Kristaloid
• Inexpensive, tersedia secara luas, paling
sering digunakan ”First-line” cairan
resusitasi
• Mekanisme : Intravaskular Interstisial
Distribusi ke kompartemen ekstravaskular
• Hanya 25 % cairan di pemberian awal yang
berada di intravascular Butuh volume 3-
4 x dari volume plasma yang hilang
• Terbagi menjadi : Cairan Hipotonis, Cairan
Isotonik, Cairan Hipertonik
10. Hipotonis
• Cairan yang mengandung lebih sedikit
partikel / elektrolit dari yang ditemukan di
normal sel dan darah.
• Tekanan osmotic lebih rendah dari cairan
tubuh.
• Cairan berpindah dari intravascular ke
interstisial intrasel
• Contoh larutan : Dextrose 5%, Half normal
saline
11. Cairan Isotonis
• Cairan yang memiliki konsentrasi elektrolit yang
sama dengan elektrolit plasma
• Bertahan di intravascular interstisial dan intrasel
secara seimbang
• Tekanan osmotic hampir sama dengan plasma
• Contoh larutan :
1. Saline (0,9% sodium chloride)
2. Balanced Crystalloids (ec Ringer lactat,
Hartmann’s solution, Plasma – Lyte, Normosol,
Isolyte)
12. Cairan hipertonis
• Cairan yang berisi lebih banyak elektrolit dari
plasma tubuh
• Tekanan osmotic > cairan normal tubuh
• Cairan-elektrolit dari intrasel & interstitial
tertarik ke dalam kompartemen intravaskuler
• Contoh larutan : Dextrose 5% dalam half
saline, D5 dalam normal saline
14. Balance Cairan
• Keseimbangan cairan keseimbangan input dan
output cairan pada tubuh Proses metabolic dan
fungsi
• Regulasi dari water input:
1. Mekanisme pertama : Rasa Haus
Dari tekanan osmotic cairan extraselular oleh
hipotalamus
2. Water output : Rata – rata kehilangan cairan/ hari :
2500 ml (1500ml urin, 400 ml dievaporasi saluran
pernafasan, 400 ml di evaporasi kulit, 100 ml
dikeringat dan 100 ml di feses)
(Welch, 2010).
15. Dehidrasi
• Dehidrasi Kehilangan 1% atau lebih massa tubuh Akibat kehilangan cairan
• Gejala Gangguan fungsi kognitif, sakit kepala, fatigue dan kulit kering
• Dehidrasi berat Shock hypovolaemic, kegagalan dan kematian fungsi organ
• Pada kondisi dehidrasi osmoreseptor merangsang minum dan pelepasan
hormon antidiuretik (ADH) ↓ kehilangan air ↓ volume urin urin yang lebih
pekat (Thornton, 2010).
• Selama masa kekurangan cairan kelenjar adrenal aldosteron, reabsorpsi
natrium dari tubulus ginjal distal dan saluran pengumpul (collecting duct)
diserap kembali, mempertahankan homeostasis.
16. Pemeriksaan Keseimbangan Cairan & Hidrasi
1. Pemeriksaan Klinis
• Observasi :
• 1. Vital sign
• 2. Capillary Refill time (CRT)
• 3. Elastisitas Kulit (Turgor)
• 4. Berat Badan
• 5. Output urine
(Scales and Pilsworth (2008)
2. Pemeriksaan kimia
darah dan status Hidrasi
• Sodium
• Potasium
• Bikarbonat
• Blood urea nitrogen
(BUN)
18. PASIEN SEHAT NORMAL
• 10 kg pertama : dikali 100 ml/kgBB
• 10 kg kedua : Dikali 50 ml/kgBB
• Sisanya : Dikali 20 ml/kgBB
RUMATAN CAIRAN MENURUT HOLLYDAY-SEGAR
Contoh: Pasien dengan BB
50 kg, berapa kebutuhan
cairan selama 24 jam?
Jawab:
10 x 100 = 1000
10 x 50 = 500
30 x 20 = 600
Jadi kebutuhan cairan
pasien 1000+500+6000 =
2100 ml/hari
19. PASIEN DENGAN CHF
Pada pasien dengan CHF, kebutuhan cairan menurun, oleh karena itu jumlah cairan
dikurangi menjadi 70-80% dari kebutuhan rumatan normal.
Contoh:
Pasien dengan CHF BB 50 kg, berapa kebutuhan cairan selama 24 jam?
• 10 x 100 = 1000
• 10 x 50 = 500
• 30 x 20 = 600
• 1000+500+6000 = 2100 ml
• 70% x 2100 = 1470 ml
• 80% x 2100 = 1680 ml
Jadi kebutuhan cairan pasien 1470-1680 ml/hari
20. PASIEN DENGAN CKD
Pada pasien ginjal, intake cairan yang direkomendasikan bergantung
pada jumlah urin 24 jam, yaitu jumlah urin 24 jam sebelumnya
ditambahkan IWL.
Contoh:
BB pasien = 50 kg
Urin output 24 jam terakhir = 300 ml
IWL : 15x50(BB) = 750 ml
Kebutuhan cairan pasien dalam 24 jam = 300 ml + 750 ml = 1050 ml
21. KOMPLIKASI TERAPI CAIRAN
• Komplikasi yang paling sering terjadi adalah cairan yang masuk ke dalam tubuh terlalu
banyak.
• Ketika hal ini terjadi, jantung gagal memompa volume sirkulasi yang terekspansi
secara efektif.
• Distensi berlebih pada ventrikel kiri dapat menyebabkan gagal jantung, dengan
konsekuensi berupa edema paru.
• Pasien dengan edema paru akan memendekkan pernapasan dan menyebabkan
batuk, terdengar crackles pada auskultasi dan penurunan saturasi oksigen.
• Manifestasi klinis ini seringkali diikuti oleh meningkatnya denyut jantung.
• Gagal ginjal dan kerusakan ventrikel yang sudah ada dapat memperburuk kondisi.
• Sindrom kompartemen abdomen dan sindrom distres resprasi akut adalah
konsekuensi dari kelebihan resusitasi cairan dan kelebihan cairan.
23. Trauma
• Kehilangan darah akut Mekanisme kompensasi
Mengembalikan volume deficit Menjaga
perfusi organ vital yang adekuat
• Kehilangan darah kompensasi hemodinamik
mengembalikan volume.
• Kehilangan darah akut lebih dari 5% - 10%
• Kehilangan darah > 20 % Cairan resusitasi O2
ke organ vital
• Indikasi dari resusitasi --> Tekanan darah sistolik
< 80 – 85 mm Hg / terjadi penurunan yang cepat,
penurunan mental status tanpa bukti cedera kepala