3. Bahasa berfungsi sebagai :
Alat untuk
berkomunikasi
Bekerja sama
Mengidentidikasi
jati diri suatu
bangsa
4. Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu sekaligus sebagai
jati diri kita sebagai bangsa Indonesia yang digunakan baik secara
formal maupun informal.
Oleh karena itu, diharapkan agar para pengguna bahasa itu
mengetahui dan dapat menerapkan penggunaan bahasa Indonesia
sesuai dengan pihak-pihak yang terlibat dalam berbicara, situasi dan
kondisi pembicaraan.
5. Namun, pada prakteknya terutama di sekolah-sekolah bahasa indonesia belum sesuai yang
diharapkan, terutama pada proses pengajaran dan pembelajaran bahasa indonesia.
a. Pengajaran bahasa
Indonesia terlalu
menekankan teori,
kurnng pada praktek;
b. Pengajaran terlalu
banyak tentang bahasa
kurang pada penguasaan
bahasa itu sendiri;
c. Pengajaran banyak
membicarakan unsur
bahasa, seperti fonologi,
morfologi dan sintaksis,
kurang dilatih
menggunakan unsur-
unsur itu;
d. Pengajaran banyak
membicarakan struktur
bahasa secara
terlepaslepas, kurnng
menekankan
kebermaknaan;
e. Pengajaran kurang
menekankan
kemampuan
menggunakan bahasa
sesuai dengan situasi
(pragmatik);
f. Terpilah-pilahnya
kurikulum sedemikian
rupa sehingga memberi
peluang untuk
disalahtafsirkan;
g. Sistem penilaian
berupa ujian akhir,
Ebtanas atau sejenisnya
cenderung menekankan
aspek kognitif, kurang
menekankan
keterampilan berbahasa..
Menurut Sudaryanto :
6. Adanya kondisi pengajaran bahasa Indonesia seperti yang telah
dijelaskan tadi, akhirnya menjadikan unsur pragmatik dirasa perlu
dimasukkan ke dalam sebuah kurikulum yang tujuannya tidak lain
dan tidak bukan agar siswa diharapkan mampu menggunakan bahasa
Indonesia secara komunikatif, dan dapat memahami tuturan
seseorang dalam situasi tertentu.
7. Dalam (Rahardi, 2003:12)
Mey mendefinisikan bahwa pragmatik adalah studi mengenai kondisi
kondisi penggunaan bahasa manusia yang ditentukan oleh konteks
masyarakat.
Sedangkan Levinson menjelaskan bahwa pragmatik sebagai studi
perihal ilmu bahasa yang mempelajari relasi-relasi antara bahasa
dengan konteks tuturannya. Konteks tuturan yang dimaksud telah
tergramatisasi dan terkodifikasikan sedemikian rupa, sehingga sama
sekali tidak dapat dilepaskan.
8. Pragmatik diartikan sebagai ilmu bahasa yang mempelajari
pemakaian bahasa yang dikaitkan dengan konteks pemakaiannya.
Makna bahasa tersebut dapat dimengerti bila diketahui
konteksnya. Batasan pragmatik adalah aturan-aturan pemakaian
bahasa mengenai bentuk dan makna yang dikaitkan dengan maksud
pembicara, konteks, dan keadaan.
Menurut Tarigan (1985:34) pragmatik merupakan telaah umum
mengenai bagaimana caranya konteks mempengaruhi cara seseorang
menafsirkan kalimat.
9. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud pragmatik adalah suatu
ilmu yang mempelajari (telaah) mengenai kemampuan pemakai
bahasa yang menghubungkan serta menyerasikan kalimat dan
konteks sehingga kita mampu mengetahui makna apa yang
sebenarnya dimaksudkan oleh si penutur dalam konteks tersebut.
Sederhananya, pragmatik adalah ilmu yang mempelajari makna dalam
konteks (bukan makna sebenarnya). Sedangkan keterampilan
pragmatik ialah kemampuan menggunakan bahasa yang disesuaikan
dengan konteks, kondisi dan situasi pemakaiannnya.
10. KONTEKS ialah segala hal yang berkaitan dengan proses berbahasa.
Konteks Berupa orang Siapa saja yang berbicara dan
dengan siapa ia berbicara.
Berupa tempat Di mana ujaran tersebut diucapkan,
bagaimana kondisi masyarakat
serta norma yang ada pada
masyarakat tersebut.
Berupa waktu Menunjukkan kapan ujaran tersebut
diucapkan dan dalam situasi seperti
apa diucapka
Berupa bahasa Bahasa yang mendahului peristiwa
tutur tersebut,
Berupa tindakan Seluruh perbuatan yang berupa
unsur di luar bahasa.
11. MENURUT (KBBI), DEIKSIS:
Diartikan sebagai hal atau fungsi yang menunjuk sesuatu di luar
bahasa; kata tunjuk pronomina, ketakrifan, dan sebagainya.
Deiksis disebut juga sebagai informasi kontekstual secara leksikal
maupun gramatikal yang menunjuk pada hal tertentu baik benda,
tempat, ataupun waktu, misalnya he, here, now.
Ketiga ungkapan itu memberi perintah untuk menunjuk konteks
tertentu agar makna ujaran dapat dipahami dengan tegas.
12. deiksis orang
deiksis tempat
deiksis waktu
deiksis wacana
deiksis sosial.
Deiksis merupakan salah satu bagian dari ilmu pragmatik yang mem-bahas
tentang ungkapan atau konteks yang ada dalam sebuah kalimat.
Deiksis ada 5 macam:
Makna dari kata atau kalimat yang bersifat deiksis disesuaikan dengan konteks
artinya makna tersebut berubah bila konteksnya berubah.
13. Deiksis merupakan kata yang memiliki referen atau acuan yang
dapat berubah-ubah atau berganti-ganti bergantung dari pembicara
saat menyampaikan ujaran tertentu yang dipengaruhi oleh konteks dan
situasi yang terjadi saat tuturan tersebut berlangsung.
Dengan kata lain, sebuah kata dapat ditafsirkan acuannya dengan
memperhitungkan situasi pembicaraan.
14. (DAVIES, NO. 1:1)
dalam berbahasa terdapat tiga aspek komunikasi yang perlu
diperhatikan dan sangat penting dalam kajian pragmatik atau dalam
tuturan yang sebenarnya, yaitu:
1. Struktur yang betul
(accuracy);
2. Ragam yang sesuai
dengan situasi komunikasi
(appropriateness);
3. Ekspresi yang lancar
(fluency).
yakni sebuah
kecermatan dalam
berbahasa. Ujaran
yang baik biasanya
tercermin dalam
kalimat-kalimat
yang gramatikal.
aspek ragam yang
mana menunjukan
kesesuaian dengan
situasi komunikasi
konteks (kapan,
dengan siapa, dengan
jalur apa, apa
tujuannya ia bertutur
kata dsb).
Bahasa digunakan
salah satunya
sebagai alat
komunikasi, jadi
kita harus berusaha
menguasai dan
memiliki
keterampilan dalam
berbahasa.
15. Pragmatik menempati kedudukan yang sangat menentukan dalam kegiatan
berbahasa. Sehingga akan lebih mempermudah sesorang yang kita ajak
bicara dalam menangkap, memahami, menafsirkan sebuah maksud yang kita
sampaikan di dalam konteks tertentu