Dokumen ini membahas tentang kelompok 2 pada mata kuliah Hematologi II dan metode pengukuran clotting time (waktu pembekuan darah) menggunakan metode slide, tabung, dan tabung kapiler. Metode-metode tersebut digunakan untuk mengetahui aktivitas faktor-faktor pembekuan darah.
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan jumlah trombosit dalam diagnosis laboratorium, termasuk bahan pemeriksaan, metode pemeriksaan secara langsung dan tidak langsung, serta estimasi jumlah trombosit pada sediaan apus darah tepi.
Tes substitusi merupakan tes lanjutan untuk mengetahui gangguan faktor koagulasi secara lebih terinci. Tes ini dilakukan dengan mencampur plasma penderita dengan plasma kontrol, plasma yang mengandung faktor defisiensi, atau plasma tua/terabsorpsi untuk mengetahui faktor mana yang mengalami defisiensi. Hasil tes substitusi dapat menunjukkan defisiensi faktor VIII, IX, XI, XII, dan lainnya.
Dokumen tersebut membahas dua metode untuk mengukur laju endap darah yaitu metode Westergreen dan Wintrobe. Kedua metode melibatkan pengambilan darah vena dan pencampurannya dengan antikoagulan sebelum dimasukkan ke dalam tabung untuk diukur kecepatan endapnya selama satu atau dua jam. Metode Westergreen menggunakan tabung dan rak Westergreen sementara metode Wintrobe menggunakan tabung dan rak Wintrobe
Dokumen tersebut membahas tentang penghitungan jumlah trombosit dalam darah dengan metode manual menggunakan pipet Thoma dan kamar hitung, serta metode otomatis menggunakan alat Cell-dyn Ruby. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa kelainan jumlah trombosit seperti trombositopenia dan trombositosis, serta cara membaca hasil print out dari Cell-dyn Ruby.
Dokumen ini membahas tentang kelompok 2 pada mata kuliah Hematologi II dan metode pengukuran clotting time (waktu pembekuan darah) menggunakan metode slide, tabung, dan tabung kapiler. Metode-metode tersebut digunakan untuk mengetahui aktivitas faktor-faktor pembekuan darah.
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan jumlah trombosit dalam diagnosis laboratorium, termasuk bahan pemeriksaan, metode pemeriksaan secara langsung dan tidak langsung, serta estimasi jumlah trombosit pada sediaan apus darah tepi.
Tes substitusi merupakan tes lanjutan untuk mengetahui gangguan faktor koagulasi secara lebih terinci. Tes ini dilakukan dengan mencampur plasma penderita dengan plasma kontrol, plasma yang mengandung faktor defisiensi, atau plasma tua/terabsorpsi untuk mengetahui faktor mana yang mengalami defisiensi. Hasil tes substitusi dapat menunjukkan defisiensi faktor VIII, IX, XI, XII, dan lainnya.
Dokumen tersebut membahas dua metode untuk mengukur laju endap darah yaitu metode Westergreen dan Wintrobe. Kedua metode melibatkan pengambilan darah vena dan pencampurannya dengan antikoagulan sebelum dimasukkan ke dalam tabung untuk diukur kecepatan endapnya selama satu atau dua jam. Metode Westergreen menggunakan tabung dan rak Westergreen sementara metode Wintrobe menggunakan tabung dan rak Wintrobe
Dokumen tersebut membahas tentang penghitungan jumlah trombosit dalam darah dengan metode manual menggunakan pipet Thoma dan kamar hitung, serta metode otomatis menggunakan alat Cell-dyn Ruby. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa kelainan jumlah trombosit seperti trombositopenia dan trombositosis, serta cara membaca hasil print out dari Cell-dyn Ruby.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai prosedur penentuan golongan darah ABO, yang meliputi tujuan pemeriksaan, metode forward dan reverse, pembuatan suspensi sel darah, dan interpretasi hasil reaksi untuk menentukan golongan darah pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang leukosit dan prosedur hitung jenis leukosit. Terdapat 6 jenis utama leukosit yaitu basofil, eosinofil, neutrofil batang, neutrofil segmen, limfosit, dan monosit. Prosedur hitung jenis leukosit meliputi pengambilan contoh darah, pemeriksaan di bawah mikroskop, dan pengelompokkan 100 sel leukosit berdasarkan jenisnya.
1. Dokumen tersebut membahas tentang komposisi darah dan jenis-jenis pemeriksaan hematologi seperti darah rutin, darah lengkap, dan pemeriksaan khusus.
2. Secara khusus membahas tentang eritrosit yang merupakan 45% dari sel darah dan berfungsi mengangkut oksigen dan karbon dioksida, serta beberapa parameter eritrosit seperti jumlah, bentuk, ukuran, dan warna eritrosit.
3. Ringkasan parameter
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode ImunokromatografiPatriciaGitaNaully
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang HIV dan penyakit sipilis, termasuk prevalensi, gejala, penularan, pemeriksaan laboratorium, dan interpretasi hasilnya.
2. HIV adalah virus penyebab AIDS yang menyerang sel T dan menurunkan kekebalan tubuh, sementara sipilis disebabkan bakteri Treponema pallidum yang ditularkan melalui kontak seksual.
3. Pemeriksaan laboratorium unt
Sitohistologi sangat menggantungkan diri pada penggunaan mikroskop dan teknik penyediaan contoh jaringan.
Cara pembuatan sediaan histologis disebut mikroteknik. Pembuatan sediaan dari suatu jaringan dimulai dengan operasi, biopsi, atau autopsi. Jaringan yang diambil kemudian diproses dengan fiksatif yang akan menjaga agar sediaan tidak akan rusak (bergeser posisinya, membusuk, atau rusak). Fiksatif yang paling umum digunakan untuk jaringan hewan (termasuk manusia) adalah formalin (10% formaldehida yang dilarutkan dalam air). Larutan Bouin juga dapat digunakan sebagai fiksatif alternatif meskipun hasilnya tidak akan sebaik formalin karena akan meninggalkan bekas warna kuning dan artefak. Artefak adalah benda yang tidak terdapat pada jaringan asli, namun tampak pada hasil akhir sediaan. Artefak ini terbentuk karena kurang sempurnanya pembuatan sediaan.
Sampel jaringan yang telah terfiksasi direndam dalam cairan etanol (alkohol) bertingkat untuk proses menghilangkan air dalam jaringan (dehidrasi). Selanjutnya sampel dipindahkan ke dalam toluena untuk menghilangkan alkohol (dealkoholisasi). Langkah terakhir yang dilakukan adalah memasukkan sampel jaringan ke dalam parafin panas yang menginfiltrasi jaringan. Selama proses yang berlangsung selama 12-16 jam ini, jaringan yang awalnya lembek akan menjadi keras sehingga lebih mudah dipotong menggunakan mikrotom. Pemotongan dengan mikrotom ini akan menghasilkan lapisan dengan ketebalan 5 mikrometer. Lapisan ini kemudian diletakkan di atas kaca objek untuk diwarnai.
Pewarnaan perlu dilakukan karena objek dengan ketebalan 5 mikrometer akan terlihat transparan meskipun di bawah mikroskop. Pewarna yang biasa digunakan adalah hematoxylin dan eosin. Hematoxylin akan memberi warna biru pada nukelus, sementara eosin memberi warna merah muda pada sitoplasma. Masih terdapat berbagai zat warna lain yang biasa digunakan dalam mikroteknik, tergantung pada jaringan yang ingin diamati. Ilmu yang mempelajari pewarnaan jaringan disebut histokimia.
3. laporan praktikum biologi perhitungan jumlah eritrosit darahSofyan Dwi Nugroho
Laporan ini mendeskripsikan prosedur perhitungan jumlah sel darah merah (eritrosit) dengan metode manual menggunakan hemacytometer. Mahasiswa menghitung jumlah eritrosit dalam sampel darah dan membandingkannya dengan nilai normal. Hasilnya sebagian besar sesuai dengan kisaran normal, kecuali satu kelompok yang mungkin terpengaruh koagulasi darah.
Dokumen tersebut membahas reaksi biokimia pada Staphylococcus aureus melalui serangkaian uji laboratorium seperti uji katalase, fermentasi karbohidrat, mannitol salt agar, koagulase, Voges-Proskauer, dan lainnya. Hasil uji tersebut dapat membedakan spesies Staphylococcus dan mengidentifikasi S. aureus sebagai patogen oportunistik utama.
Ada dua cara mengukur kadar hemoglobin yaitu cara fotoelektrik dan cara Sahli. Cara fotoelektrik menggunakan larutan Drabkin untuk mengubah hemoglobin menjadi methemoglobin sementara cara Sahli menggunakan asam klorida untuk mengubah hemoglobin menjadi hematin asam. Kedua metode tersebut dapat mengukur berbagai jenis hemoglobin.
Laboratorium histopatologi melakukan beberapa tahapan untuk mempelajari struktur dan fungsi sel pada jaringan, meliputi fiksasi spesimen, pemotongan jaringan, pematangan, embedding, sectioning, pewarnaan hematoksilin-eosin, dan pemeriksaan slide di bawah mikroskop untuk mendiagnosis sel dan jaringan.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang mekanisme hemostasis sekunder melalui jalur ekstrinsik. Secara singkat, dokumen menjelaskan tiga komponen utama dalam mekanisme ini yaitu pembuluh darah, trombosit, dan sistem pembekuan darah. Ketiga komponen tersebut bekerja sama untuk mencegah dan menghentikan perdarahan melalui vasokonstriksi, aktivasi trombosit, dan pembentukan fibrin.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai prosedur penentuan golongan darah ABO, yang meliputi tujuan pemeriksaan, metode forward dan reverse, pembuatan suspensi sel darah, dan interpretasi hasil reaksi untuk menentukan golongan darah pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang leukosit dan prosedur hitung jenis leukosit. Terdapat 6 jenis utama leukosit yaitu basofil, eosinofil, neutrofil batang, neutrofil segmen, limfosit, dan monosit. Prosedur hitung jenis leukosit meliputi pengambilan contoh darah, pemeriksaan di bawah mikroskop, dan pengelompokkan 100 sel leukosit berdasarkan jenisnya.
1. Dokumen tersebut membahas tentang komposisi darah dan jenis-jenis pemeriksaan hematologi seperti darah rutin, darah lengkap, dan pemeriksaan khusus.
2. Secara khusus membahas tentang eritrosit yang merupakan 45% dari sel darah dan berfungsi mengangkut oksigen dan karbon dioksida, serta beberapa parameter eritrosit seperti jumlah, bentuk, ukuran, dan warna eritrosit.
3. Ringkasan parameter
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode ImunokromatografiPatriciaGitaNaully
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang HIV dan penyakit sipilis, termasuk prevalensi, gejala, penularan, pemeriksaan laboratorium, dan interpretasi hasilnya.
2. HIV adalah virus penyebab AIDS yang menyerang sel T dan menurunkan kekebalan tubuh, sementara sipilis disebabkan bakteri Treponema pallidum yang ditularkan melalui kontak seksual.
3. Pemeriksaan laboratorium unt
Sitohistologi sangat menggantungkan diri pada penggunaan mikroskop dan teknik penyediaan contoh jaringan.
Cara pembuatan sediaan histologis disebut mikroteknik. Pembuatan sediaan dari suatu jaringan dimulai dengan operasi, biopsi, atau autopsi. Jaringan yang diambil kemudian diproses dengan fiksatif yang akan menjaga agar sediaan tidak akan rusak (bergeser posisinya, membusuk, atau rusak). Fiksatif yang paling umum digunakan untuk jaringan hewan (termasuk manusia) adalah formalin (10% formaldehida yang dilarutkan dalam air). Larutan Bouin juga dapat digunakan sebagai fiksatif alternatif meskipun hasilnya tidak akan sebaik formalin karena akan meninggalkan bekas warna kuning dan artefak. Artefak adalah benda yang tidak terdapat pada jaringan asli, namun tampak pada hasil akhir sediaan. Artefak ini terbentuk karena kurang sempurnanya pembuatan sediaan.
Sampel jaringan yang telah terfiksasi direndam dalam cairan etanol (alkohol) bertingkat untuk proses menghilangkan air dalam jaringan (dehidrasi). Selanjutnya sampel dipindahkan ke dalam toluena untuk menghilangkan alkohol (dealkoholisasi). Langkah terakhir yang dilakukan adalah memasukkan sampel jaringan ke dalam parafin panas yang menginfiltrasi jaringan. Selama proses yang berlangsung selama 12-16 jam ini, jaringan yang awalnya lembek akan menjadi keras sehingga lebih mudah dipotong menggunakan mikrotom. Pemotongan dengan mikrotom ini akan menghasilkan lapisan dengan ketebalan 5 mikrometer. Lapisan ini kemudian diletakkan di atas kaca objek untuk diwarnai.
Pewarnaan perlu dilakukan karena objek dengan ketebalan 5 mikrometer akan terlihat transparan meskipun di bawah mikroskop. Pewarna yang biasa digunakan adalah hematoxylin dan eosin. Hematoxylin akan memberi warna biru pada nukelus, sementara eosin memberi warna merah muda pada sitoplasma. Masih terdapat berbagai zat warna lain yang biasa digunakan dalam mikroteknik, tergantung pada jaringan yang ingin diamati. Ilmu yang mempelajari pewarnaan jaringan disebut histokimia.
3. laporan praktikum biologi perhitungan jumlah eritrosit darahSofyan Dwi Nugroho
Laporan ini mendeskripsikan prosedur perhitungan jumlah sel darah merah (eritrosit) dengan metode manual menggunakan hemacytometer. Mahasiswa menghitung jumlah eritrosit dalam sampel darah dan membandingkannya dengan nilai normal. Hasilnya sebagian besar sesuai dengan kisaran normal, kecuali satu kelompok yang mungkin terpengaruh koagulasi darah.
Dokumen tersebut membahas reaksi biokimia pada Staphylococcus aureus melalui serangkaian uji laboratorium seperti uji katalase, fermentasi karbohidrat, mannitol salt agar, koagulase, Voges-Proskauer, dan lainnya. Hasil uji tersebut dapat membedakan spesies Staphylococcus dan mengidentifikasi S. aureus sebagai patogen oportunistik utama.
Ada dua cara mengukur kadar hemoglobin yaitu cara fotoelektrik dan cara Sahli. Cara fotoelektrik menggunakan larutan Drabkin untuk mengubah hemoglobin menjadi methemoglobin sementara cara Sahli menggunakan asam klorida untuk mengubah hemoglobin menjadi hematin asam. Kedua metode tersebut dapat mengukur berbagai jenis hemoglobin.
Laboratorium histopatologi melakukan beberapa tahapan untuk mempelajari struktur dan fungsi sel pada jaringan, meliputi fiksasi spesimen, pemotongan jaringan, pematangan, embedding, sectioning, pewarnaan hematoksilin-eosin, dan pemeriksaan slide di bawah mikroskop untuk mendiagnosis sel dan jaringan.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang mekanisme hemostasis sekunder melalui jalur ekstrinsik. Secara singkat, dokumen menjelaskan tiga komponen utama dalam mekanisme ini yaitu pembuluh darah, trombosit, dan sistem pembekuan darah. Ketiga komponen tersebut bekerja sama untuk mencegah dan menghentikan perdarahan melalui vasokonstriksi, aktivasi trombosit, dan pembentukan fibrin.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan singkat tentang pemeriksaan Prothrombin Time (PTT) dan Activated Partial Thromboplastin Time (APTT) secara otomatis. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi koagulasi melalui jalur ekstrinsik, intrinsik, dan bersama dengan mengukur waktu pembekuan plasma menggunakan metode cahaya tersebar.
Terdapat perbedaan ekspresi protein pada platelet pasien stroke akut dibandingkan kelompok normal. Penelitian menemukan 83 protein yang berbeda ekspresi, termasuk 16 protein yang signifikan mengalami over atau down regulasi. Protein-protein tersebut terkait dengan aktivasi platelet, inflamasi, dan interaksi antarsel yang dapat berperan sebagai biomarker untuk deteksi dini stroke.
[Ringkasan]
SST dan PPT memberikan hasil yang berbeda dalam stabilitas glukosa serum. SST lebih stabil dibanding PPT karena memiliki barrier mekanis yang mencegah kontak antara serum dan sel darah, sehingga glikolisis dan penurunan glukosa terhambat. Penelitian ini menguji stabilitas glukosa serum SST dan PPT pada berbagai waktu untuk memberikan gambaran yang lebih akurat.
Dokumen tersebut membahas tentang pengolahan cryoprecipitate yang diperoleh dari fresh frozen plasma (FFP) dengan metode sentrifugasi. Prosesnya meliputi identifikasi donor darah, pengolahan FFP, dan pengolahan cryoprecipitate dengan melakukan pencairan dan sentrifugasi FFP untuk memisahkan cryoprecipitate. Cryoprecipitate kemudian disimpan pada suhu -30°C untuk menjaga kandungan faktor koagulasi.
Dokumen tersebut membahas tentang penanganan, pengiriman, dan penyimpanan spesimen laboratorium. Terdapat informasi mengenai jenis spesimen, volume darah yang dibutuhkan, antikoagulan yang digunakan, stabilitas parameter, dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil laboratorium.
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan kadar fibrinogen menggunakan metode Clauss, termasuk prinsip, prosedur, dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasilnya."
Pemberian kromium (III) klorida pada mencit putih selama 42 hari menyebabkan peningkatan kadar kreatinin serum darah secara signifikan. Kromium (III) klorida diberikan dalam 3 dosis yaitu 5,2; 6,37 dan 7,8 ug/20g BB, baik dengan maupun tanpa vitamin C. Hasil menunjukkan bahwa semua perlakuan meningkatkan kadar kreatinin serum darah.
pemeriksaan kimia klinik cairan tubuh cairan asites.pptdryuby
Tes dan interpretasi cairan asites meliputi tes makroskopis, kimia, dan mikroskopis. Tes makroskopis menilai volume, warna, kejernihan, berat jenis, dan bekuan cairan. Tes kimia meliputi tes protein, glukosa, LDH, dan tes-tes tambahan untuk mendiagnosis penyebab asites. Tes mikroskopis menghitung jumlah sel untuk membedakan transudat dan eksudat. Hasil tes digunakan untuk mendiagn
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian antibodi, struktur, fungsi, jenis-jenis, dan variabilitas antibodi. Juga disebutkan beberapa penyakit yang terkait dengan antibodi seperti diabetes melitus tipe 1, rheumatoid arthritis, psoriasis, graves disease, dan lupus.
Pengambilan darah vena adalah proses pengambilan sampel darah dari pembuluh darah vena menggunakan jarum suntik atau tabung vakum. Prosesnya melibatkan identifikasi vena, pembersihan kulit, penusukan jarum ke dalam vena, dan pengumpulan darah di dalam tabung sampai selesai. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan adalah pemasangan turniket, posisi jarum, dan penanganan setelah pengambilan untuk m
Upaya pencegahan korupsi meliputi pembentukan lembaga anti-korupsi seperti KPK, pencegahan korupsi di sektor publik dengan transparansi proses pengadaan barang dan jasa pemerintah, serta pemberdayaan masyarakat untuk memantau pemerintah dan memberikan akses informasi. Pendidikan karakter antikorupsi di sekolah juga penting untuk membangun generasi muda yang memiliki moral untuk menolak korupsi.
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen laboratorium, termasuk pengertian laboratorium dan biosafety, jenis-jenis biosafety level 1 hingga 3 beserta persyaratan rancang bangun dan fasilitas yang dibutuhkan. Dokumen ini juga menjelaskan perbedaan antara biosafety yang melindungi staf laboratorium dan biosecurity yang melindungi objek penelitian.
Dokumen tersebut membahas tentang analisis kadar garam dalam konsumsi. Terdapat beberapa metode untuk menganalisis kadar garam yaitu metode Mohr yang melibatkan pembentukan endapan berwarna, metode Volhard yang melibatkan pembentukan merah tiosianat, dan metode Fajans yang menggunakan indikator absorpsi. Metode Mohr dijelaskan secara lebih rinci prosedurnya yang melibatkan titrasi sampel dengan perak nitrat.
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran udara akibat pabrik aspal. Analisis ini akan fokus pada emisi udara yang dihasilkan oleh pabrik aspal, dampak kesehatan dan lingkungan dari emisi tersebut, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara
2. PT Protrombin disintesis oleh hati dan merupakan prekursor tidak aktif dalam proses pembekuan.
Protrombin (F II) dikonversi menjadi thrombin oleh tromboplastin untuk membentuk bekuan
darah.
Pemeriksaan PT digunakan untuk menilai kemampuan faktor koagulasi jalur ekstrinsik dan jalur
bersama, yaitu :
faktor I (fibrinogen),
faktor II (prothrombin),
faktor V (proakselerin),
faktor VII (prokonvertin),
faktor X (faktor Stuart).
Perubahan faktor V dan VII akan memperpanjang PT selama 2 detik atau 10% dari nilai
normal.
3. PT diukur dalam detik.
Dilakukan dengan cara menambahkan campuran kalsium dan tromboplastin pada
plasma.
Tromboplastin dapat dibuat dengan berbagai metoda sehingga menimbulkan variasi
kepekaan terhadap penurunan faktor pembekuan yang bergantung pada vitamin K
dan menyebabkan pengukuran waktu protrombin yang sama sering mencerminkan
ambang efek antikoagulan yang berbeda.
International Committee for Standardization in Hematology (ICSH) menganjurkan
tromboplastin jaringan yang digunakan harus distandardisasi dengan tromboplastin
rujukan dari WHO dimana tromboplastin yang digunakan dikalibrasi terhadap sediaan
baku atas dasar hubungan linier antara log rasio waktu protrombin dari sediaan baku
dengan dari tromboplastin lokal.
4. Bahan pemeriksaan PT adalah plasma sitrat yang diperoleh dari sampel darah
vena dengan antikoagulan trisodium sitrat 3.2% (0.109 M) dengan
9:1. Darah sitrat harus diperiksa dalam waktu selambat-lambatnya 2 jam
pengambilan.
Sampel disentrifus selama 10 menit dengan kecepatan 2.500 g. Penyimpanan
sampel plasma pada suhu 2-8 oC menyebabkan teraktivasinya F VII
(prokonvertin) oleh sistem kalikrein.
PT dapat diukur secara manual (visual), foto-optik atau elektromekanik. Teknik
manual memiliki bias individu yang sangat besar sehingga tidak dianjurkan
Tetapi pada keadaan dimana kadar fibrinogen sangat rendah dan tidak dapat
dideteksi dengan alat otomatis, metode ini masih dapat digunakan.
Metode otomatis dapat memeriksa sampel dalam jumlah besar dengan cepat
dan teliti.
5. Prinsip pengukuran PT adalah menilai terbentuknya bekuan bila ke dalam
plasma yang telah diinkubasi ditambahkan campuran tromboplastin jaringan
dan ion kalsium. Reagen yang digunakan adalah kalsium tromboplastin, yaitu
tromboplastin jaringan dalam larutan(CaCl2).
Beberapa jenis tromboplastin yang dapat dipergunakan misalnya :
Tromboplastin jaringan berasal dari emulsi ekstrak organ otak, paru atau otak
dan paru dari kelinci dalam larutan CaCl2 dengan pengawet sodium azida
(misalnya Neoplastine CI plus)
Tromboplastin jaringan dari plasenta manusia dalam larutan CaCl2 dan
pengawet (misalnyaThromborelS)
6. Faktor yang dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan PT
Faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan PT
adalah sampel darah membeku, membiarkan sampel darah
sitrat disimpan pada suhu kamar selama beberapa jam, diet
tinggi lemak (pemendekan PT) dan penggunaan alkohol
(pemanjangan PT)
7. Cara Pemeriksaan
Pemeriksaan PT dilakukan dengan memakai reagen Organon menurut
metode(one-step method) yang dianjurkan oleh Quick.
Prinsip:
Prinsip test ini merupakan rekalsifikasi plasma dengan
penambahan thromboplastin. Pemeriksaan in vitro
menunjukan kegunaan dari sistim pembekuandarah
jalur eksterinsik.
8. Alat dan bahan :
-Alat :
1) Sentrifuse
2) Tabung sentrifuse
3) Mikropipet (100 dan 200 mikron)
4) Waterbath
5) Thermometer
6) Tabung serologi 13 x 10mm
7) Stopwatch
8) Ose
-Bahan :
1) Kapas
2) Spuit
3) Alkohol
4) Tromboplastin
5) Darah + EDTA
9. Cara kerja :
- Membuat plasma
1) Dimasukkan kedalam tabung bergaris 0,5 ml darah, larutkan dalam natrium sitrat 3,8%
2) Lakukan fungsi vena dengan memasukkan 4,5 ml darah ke tabung tadi lewat dinding
tabung.
3) Disentrifugasi selama 20 menit dengan 3000 rpm, dan pisahkan plasma dan darah, jika
tidak langsung diperiksa simpan di suhu rendah, dan paling lambat diperiksa dalam waktu 2
jam.
-Penetapan Kadar Protrombin
1) Hangatkan sejumlah volume reagen thromboplastin pada 37 derajat celcius
2) Beri label tabung test (sampel dan kontrol), dan masukan 0.1 ml sampel ataukontrol
kedalam tabung yang sesuai.
3) Inkubasi masing-masing tabung ( sampel dan kontrol) pada 37 oC selama 2 menit
4) Tambahkan 0.2 larutan reagen thromboplastin hangat kedalam tabung yangberisi
diatas dan secara bersamaan jalankan stopwatch.
5) Tabung digoyang dan perhatikan terbentuknya bekuan, saat terbentuknya bekuan
fibrin) stopwatch dihentikan dan catat waktu ( dalam detik).
6) Lakukan pemeriksaan secara duplo( Px-2x)
10. Tujuan Pemeriksaan
Pemeriksaan ini dipakai untuk menguji faktor extrinsic Sebagai
tissuthromboplastin dipakai aceton dehydrated rabbit brain.Test ini digunakan untuk
menguji extrinsic pathway. Jadi diperlukan faktor VII, faktor V, faktor X, faktor II serta
faktor I yang normal, sedangkan tissue thromboplastin tidak perlu normal.
Nama Lain : PT (Prothrombin Time)
Definisi :
Pemeriksaan untuk melihat adanya
gangguan faktor pembekuan darah pada
jalur Ekstrinsik dan Bersama yaitu: faktor V,
VII, X, prothrombin dan fibrinogen
Sampel : Plasma darah sitrat
Pemeriksaan : Setiap Hari
Nilai
Rujukan
: Bervariasi tiap laboratorium.
Selisih 2 detik dari kontrol
Hasil Abnormal :
PPT yang memanjang, penyebab antara
lain,
Terapi dengan obat antikoagulan oral,
penyakit hati, defisiensi vitamin K, defisiensi
faktor VII, X, V, protrombin dan fibrinogen