[Ringkasan]
SST dan PPT memberikan hasil yang berbeda dalam stabilitas glukosa serum. SST lebih stabil dibanding PPT karena memiliki barrier mekanis yang mencegah kontak antara serum dan sel darah, sehingga glikolisis dan penurunan glukosa terhambat. Penelitian ini menguji stabilitas glukosa serum SST dan PPT pada berbagai waktu untuk memberikan gambaran yang lebih akurat.
Pengambilan darah vena adalah proses pengambilan sampel darah dari pembuluh darah vena menggunakan jarum suntik atau tabung vakum. Prosesnya melibatkan identifikasi vena, pembersihan kulit, penusukan jarum ke dalam vena, dan pengumpulan darah di dalam tabung sampai selesai. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan adalah pemasangan turniket, posisi jarum, dan penanganan setelah pengambilan untuk m
1. Dokumen tersebut membahas tentang komposisi darah dan jenis-jenis pemeriksaan hematologi seperti darah rutin, darah lengkap, dan pemeriksaan khusus.
2. Secara khusus membahas tentang eritrosit yang merupakan 45% dari sel darah dan berfungsi mengangkut oksigen dan karbon dioksida, serta beberapa parameter eritrosit seperti jumlah, bentuk, ukuran, dan warna eritrosit.
3. Ringkasan parameter
Dokumen tersebut memberikan panduan mengenai persiapan pasien dan pengambilan spesimen untuk pemeriksaan mikroba, termasuk sputum, darah, feses, dan urine. Langkah-langkah pentingnya adalah membersihkan area pengambilan, mengambil jumlah spesimen yang cukup, dan menyimpan/mengirim spesimen dengan benar menggunakan media transport untuk menjaga kualitas spesimen.
Sel darah merah membawa oksigen dan karbon dioksida ke seluruh tubuh. Hematologi mempelajari darah dan penyakitnya. Darah terdiri dari sel-sel dan plasma yang mengangkut zat gizi, hasil metabolisme, dan antibodi. Sel darah putih melindungi tubuh dari infeksi. Pembekuan darah menghentikan perdarahan akibat cedera pembuluh darah.
Laboratorium patologi anatomi adalah laboratorium klinik khusus yang melakukan pemeriksaan spesimen jaringan dan sel untuk mendukung diagnosis penyakit. Laboratorium ini dibantu oleh tenaga analis kesehatan yang memiliki kompetensi khusus dalam mempersiapkan dan memeriksa spesimen.
1) Pemeriksaan feses berguna untuk mendiagnosis penyakit saluran pencernaan. 2) Pemeriksaan meliputi makroskopis dan mikroskopis untuk menilai jumlah, warna, bau, konsistensi, darah, lendir, parasit, dan sel-sel dalam feses. 3) Hasil pemeriksaan dapat menunjukkan kondisi seperti diare, konstipasi, perdarahan, infeksi parasit, dan gangguan pencernaan.
Ascaris Lumbricoides Dan Trichuris Trichiurarika ferlianti
Dokumen ini membahas tentang dua jenis cacing parasit yaitu Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura. Ascaris lumbricoides adalah cacing bulat panjang dengan panjang 15-35 cm, sedangkan Trichuris trichiura memiliki kepala halus dan ekor gemuk dengan panjang 4-5 cm. Kedua cacing ini menghasilkan telur dengan karakteristik morfologi yang berbeda.
Pengambilan darah vena adalah proses pengambilan sampel darah dari pembuluh darah vena menggunakan jarum suntik atau tabung vakum. Prosesnya melibatkan identifikasi vena, pembersihan kulit, penusukan jarum ke dalam vena, dan pengumpulan darah di dalam tabung sampai selesai. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan adalah pemasangan turniket, posisi jarum, dan penanganan setelah pengambilan untuk m
1. Dokumen tersebut membahas tentang komposisi darah dan jenis-jenis pemeriksaan hematologi seperti darah rutin, darah lengkap, dan pemeriksaan khusus.
2. Secara khusus membahas tentang eritrosit yang merupakan 45% dari sel darah dan berfungsi mengangkut oksigen dan karbon dioksida, serta beberapa parameter eritrosit seperti jumlah, bentuk, ukuran, dan warna eritrosit.
3. Ringkasan parameter
Dokumen tersebut memberikan panduan mengenai persiapan pasien dan pengambilan spesimen untuk pemeriksaan mikroba, termasuk sputum, darah, feses, dan urine. Langkah-langkah pentingnya adalah membersihkan area pengambilan, mengambil jumlah spesimen yang cukup, dan menyimpan/mengirim spesimen dengan benar menggunakan media transport untuk menjaga kualitas spesimen.
Sel darah merah membawa oksigen dan karbon dioksida ke seluruh tubuh. Hematologi mempelajari darah dan penyakitnya. Darah terdiri dari sel-sel dan plasma yang mengangkut zat gizi, hasil metabolisme, dan antibodi. Sel darah putih melindungi tubuh dari infeksi. Pembekuan darah menghentikan perdarahan akibat cedera pembuluh darah.
Laboratorium patologi anatomi adalah laboratorium klinik khusus yang melakukan pemeriksaan spesimen jaringan dan sel untuk mendukung diagnosis penyakit. Laboratorium ini dibantu oleh tenaga analis kesehatan yang memiliki kompetensi khusus dalam mempersiapkan dan memeriksa spesimen.
1) Pemeriksaan feses berguna untuk mendiagnosis penyakit saluran pencernaan. 2) Pemeriksaan meliputi makroskopis dan mikroskopis untuk menilai jumlah, warna, bau, konsistensi, darah, lendir, parasit, dan sel-sel dalam feses. 3) Hasil pemeriksaan dapat menunjukkan kondisi seperti diare, konstipasi, perdarahan, infeksi parasit, dan gangguan pencernaan.
Ascaris Lumbricoides Dan Trichuris Trichiurarika ferlianti
Dokumen ini membahas tentang dua jenis cacing parasit yaitu Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura. Ascaris lumbricoides adalah cacing bulat panjang dengan panjang 15-35 cm, sedangkan Trichuris trichiura memiliki kepala halus dan ekor gemuk dengan panjang 4-5 cm. Kedua cacing ini menghasilkan telur dengan karakteristik morfologi yang berbeda.
Darah terdiri dari sel darah dan plasma. Darah berfungsi mengangkut oksigen, nutrisi, dan membuang limbah. Terdapat empat golongan darah berdasarkan antigen dan antibodi di permukaan sel darah merah. Kelainan darah meliputi anemia dan ikterus neonatorum.
Dokumen tersebut membahas tentang penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel mikrobiologi. Prinsip-prinsip pengambilan spesimen dan pengiriman spesimen dijelaskan secara rinci demikian juga pedoman untuk beberapa jenis spesimen seperti darah, urin, feses, dan sputum."
Dokumen tersebut membahas tentang pendahuluan parasitologi. Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara parasit dengan inangnya. Parasit hidup menumpang pada inang untuk mendapatkan makanan dan perlindungan. Dokumen ini juga menjelaskan istilah-istilah terkait hubungan parasit-inang, contohnya zoonosis yang menunjukkan kemampuan parasit untuk menginfeksi berbagai jenis inang termasuk man
Dokumen tersebut membahas tentang penghitungan jumlah trombosit dalam darah dengan metode manual menggunakan pipet Thoma dan kamar hitung, serta metode otomatis menggunakan alat Cell-dyn Ruby. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa kelainan jumlah trombosit seperti trombositopenia dan trombositosis, serta cara membaca hasil print out dari Cell-dyn Ruby.
Dokumen tersebut membahas tentang urinalisis atau analisis urine untuk tujuan diagnosis penyakit. Urinalisis meliputi pemeriksaan fisik, kimiawi, dan mikroskopik urine untuk mendeteksi berbagai kondisi kesehatan seperti infeksi saluran kemih, diabetes, dan kehamilan. Pemeriksaan urine merupakan uji penyaring yang bermanfaat untuk skrining awal berbagai penyakit.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai lokasi-lokasi yang umumnya digunakan untuk mengambil sampel darah, yaitu vena di lengan seperti fossa cubiti, pergelangan tangan, dan punggung tangan; arteri seperti arteri radialis di pergelangan tangan dan arteri femoralis di paha; serta kapiler di ujung jari atau tumit kaki untuk bayi. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa pertimbangan dalam memilih vena dan arteri, sepert
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malariahersu12345
Buku pedoman ini memberikan panduan lengkap tentang pemeriksaan parasit malaria secara mikroskopis dan menggunakan Rapid Diagnostic Test (RDT). Termasuk siklus hidup parasit, gejala klinis, alat dan prosedur pemeriksaan, interpretasi hasil, serta pengelolaan laboratorium malaria. Pedoman ini bertujuan meningkatkan mutu diagnosis malaria di seluruh fasilitas kesehatan.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai tujuan dan kegiatan praktikum pemeriksaan tinja untuk parasit cacing, meliputi pengelolaan spesimen tinja, pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis tinja, serta beberapa metode pemeriksaan seperti pengecatan langsung, konsentrasi, dan pengenceran.
Dokumen ini membahas tentang kelompok 2 pada mata kuliah Hematologi II dan metode pengukuran clotting time (waktu pembekuan darah) menggunakan metode slide, tabung, dan tabung kapiler. Metode-metode tersebut digunakan untuk mengetahui aktivitas faktor-faktor pembekuan darah.
Pemeriksaan serum iron (SI) dan total iron binding capacity (TIBC) digunakan untuk menilai status besi dalam tubuh. SI mengukur kadar besi bebas sedangkan TIBC mengukur kapasitas protein pengikat besi. Hasil kedua pemeriksaan ini dapat menunjukkan kondisi seperti defisiensi besi, kelebihan besi, atau gangguan absorpsi dan distribusi besi.
Kasus pria berusia 55 tahun dengan keluhan sulit buang air kecil. Pemeriksaan fisik menunjukkan prostat membesar. Diagnosis beninga hiperplasia prostat. Pasien diobati dengan open prostatektomi.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang mekanisme hemostasis sekunder melalui jalur ekstrinsik. Secara singkat, dokumen menjelaskan tiga komponen utama dalam mekanisme ini yaitu pembuluh darah, trombosit, dan sistem pembekuan darah. Ketiga komponen tersebut bekerja sama untuk mencegah dan menghentikan perdarahan melalui vasokonstriksi, aktivasi trombosit, dan pembentukan fibrin.
Darah terdiri dari sel darah dan plasma. Darah berfungsi mengangkut oksigen, nutrisi, dan membuang limbah. Terdapat empat golongan darah berdasarkan antigen dan antibodi di permukaan sel darah merah. Kelainan darah meliputi anemia dan ikterus neonatorum.
Dokumen tersebut membahas tentang penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel mikrobiologi. Prinsip-prinsip pengambilan spesimen dan pengiriman spesimen dijelaskan secara rinci demikian juga pedoman untuk beberapa jenis spesimen seperti darah, urin, feses, dan sputum."
Dokumen tersebut membahas tentang pendahuluan parasitologi. Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara parasit dengan inangnya. Parasit hidup menumpang pada inang untuk mendapatkan makanan dan perlindungan. Dokumen ini juga menjelaskan istilah-istilah terkait hubungan parasit-inang, contohnya zoonosis yang menunjukkan kemampuan parasit untuk menginfeksi berbagai jenis inang termasuk man
Dokumen tersebut membahas tentang penghitungan jumlah trombosit dalam darah dengan metode manual menggunakan pipet Thoma dan kamar hitung, serta metode otomatis menggunakan alat Cell-dyn Ruby. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa kelainan jumlah trombosit seperti trombositopenia dan trombositosis, serta cara membaca hasil print out dari Cell-dyn Ruby.
Dokumen tersebut membahas tentang urinalisis atau analisis urine untuk tujuan diagnosis penyakit. Urinalisis meliputi pemeriksaan fisik, kimiawi, dan mikroskopik urine untuk mendeteksi berbagai kondisi kesehatan seperti infeksi saluran kemih, diabetes, dan kehamilan. Pemeriksaan urine merupakan uji penyaring yang bermanfaat untuk skrining awal berbagai penyakit.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai lokasi-lokasi yang umumnya digunakan untuk mengambil sampel darah, yaitu vena di lengan seperti fossa cubiti, pergelangan tangan, dan punggung tangan; arteri seperti arteri radialis di pergelangan tangan dan arteri femoralis di paha; serta kapiler di ujung jari atau tumit kaki untuk bayi. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa pertimbangan dalam memilih vena dan arteri, sepert
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malariahersu12345
Buku pedoman ini memberikan panduan lengkap tentang pemeriksaan parasit malaria secara mikroskopis dan menggunakan Rapid Diagnostic Test (RDT). Termasuk siklus hidup parasit, gejala klinis, alat dan prosedur pemeriksaan, interpretasi hasil, serta pengelolaan laboratorium malaria. Pedoman ini bertujuan meningkatkan mutu diagnosis malaria di seluruh fasilitas kesehatan.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai tujuan dan kegiatan praktikum pemeriksaan tinja untuk parasit cacing, meliputi pengelolaan spesimen tinja, pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis tinja, serta beberapa metode pemeriksaan seperti pengecatan langsung, konsentrasi, dan pengenceran.
Dokumen ini membahas tentang kelompok 2 pada mata kuliah Hematologi II dan metode pengukuran clotting time (waktu pembekuan darah) menggunakan metode slide, tabung, dan tabung kapiler. Metode-metode tersebut digunakan untuk mengetahui aktivitas faktor-faktor pembekuan darah.
Pemeriksaan serum iron (SI) dan total iron binding capacity (TIBC) digunakan untuk menilai status besi dalam tubuh. SI mengukur kadar besi bebas sedangkan TIBC mengukur kapasitas protein pengikat besi. Hasil kedua pemeriksaan ini dapat menunjukkan kondisi seperti defisiensi besi, kelebihan besi, atau gangguan absorpsi dan distribusi besi.
Kasus pria berusia 55 tahun dengan keluhan sulit buang air kecil. Pemeriksaan fisik menunjukkan prostat membesar. Diagnosis beninga hiperplasia prostat. Pasien diobati dengan open prostatektomi.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang mekanisme hemostasis sekunder melalui jalur ekstrinsik. Secara singkat, dokumen menjelaskan tiga komponen utama dalam mekanisme ini yaitu pembuluh darah, trombosit, dan sistem pembekuan darah. Ketiga komponen tersebut bekerja sama untuk mencegah dan menghentikan perdarahan melalui vasokonstriksi, aktivasi trombosit, dan pembentukan fibrin.
Pengumpulan Darah laboratorium klinik jugaIkaYasmaYanti1
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai teknik pengumpulan darah, antikoagulan, tabung vacum, warna tutup tabung yang menunjukkan jenis antikoagulan, urutan pengambilan sampel darah, dan peraturan keselamatan dalam pengambilan darah.
Dokumen tersebut membahas tentang penanganan, pengiriman, dan penyimpanan spesimen laboratorium. Terdapat informasi mengenai jenis spesimen, volume darah yang dibutuhkan, antikoagulan yang digunakan, stabilitas parameter, dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil laboratorium.
Spesimen darah harus diambil dengan benar agar mewakili kondisi sebenarnya. Peralatan pengambilan harus bersih dan tidak mengubah zat yang akan diperiksa. Identitas pasien dan spesimen harus dilengkapi dengan jelas. Spesimen darah kemudian diolah dengan memisahkan serum atau menggunakan antikoagulan sesuai jenis pemeriksaan.
Terdapat perbedaan ekspresi protein pada platelet pasien stroke akut dibandingkan kelompok normal. Penelitian menemukan 83 protein yang berbeda ekspresi, termasuk 16 protein yang signifikan mengalami over atau down regulasi. Protein-protein tersebut terkait dengan aktivasi platelet, inflamasi, dan interaksi antarsel yang dapat berperan sebagai biomarker untuk deteksi dini stroke.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai beberapa tes laboratorium klinik, seperti tes deteksi HIV (Western Blot), tes anti-Thyroid Peroxidase (ELISA), tes hCG (immunokromatografi), tes Widal (aglutinasi), dan Direct Coomb's Test (aglutinasi). Dokumen tersebut menjelaskan prinsip, prosedur, dan interpretasi hasil dari masing-masing tes tersebut.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan singkat tentang pemeriksaan Prothrombin Time (PTT) dan Activated Partial Thromboplastin Time (APTT) secara otomatis. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi koagulasi melalui jalur ekstrinsik, intrinsik, dan bersama dengan mengukur waktu pembekuan plasma menggunakan metode cahaya tersebar.
Pemberian kromium (III) klorida pada mencit putih selama 42 hari menyebabkan peningkatan kadar kreatinin serum darah secara signifikan. Kromium (III) klorida diberikan dalam 3 dosis yaitu 5,2; 6,37 dan 7,8 ug/20g BB, baik dengan maupun tanpa vitamin C. Hasil menunjukkan bahwa semua perlakuan meningkatkan kadar kreatinin serum darah.
REVISI 4 - Stabilitas Dari Waktu ke Waktu pada Fraksi Trombosit Muda dan Perb...YoanRahmah
1. Penelitian ini membandingkan stabilitas parameter immature platelet fraction (IPF) antara sampel darah yang dikumpulkan dengan ethylenediamine tetraacetic acid (EDTA) dan sodium citrate dari waktu ke waktu.
2. Hasil menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara nilai IPF pada sampel EDTA dan citrate. IPF juga stabil hingga 24 jam pada sampel EDTA dan 6 jam pada sampel citrate.
3. Penelitian ini menunjukkan potensi peng
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama pencelupan tes strip terhadap hasil pemeriksaan kadar glukosa urin dengan metode dipstic dengan membatasi pelakukan pencelupan strip selama 2 detik, 4 detik, 6 detik, dan 8 detik pada sampel urin dengan kadar glukosa yang ditambahkan secara terkontrol. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi tenaga labor
Teks ini membahas tentang pengujian antibodi antinuklir (ANA) pada penyakit sistemik lupus eritematosus (SLE). Metode pengujian ANA meliputi pemeriksaan imunofluoresensi pada sel Hep-2, tes ELISA, dan tes strip Euroline. Pemeriksaan ini digunakan untuk mendiagnosis dan memantau SLE karena keberadaan ANA dapat menunjukkan aktivitas penyakit.
The document discusses flow cytometry and its clinical application in monitoring CD4 T lymphocyte counts. Flow cytometry works by passing fluorescent-labeled cells in a fluid stream through a laser which causes fluorescence. Detectors then measure the cells' light scattering and fluorescence properties to characterize the cells and identify subsets. The document provides details on using the BD FACSCalibur flow cytometer to measure CD4 counts via two-color staining and gating on T lymphocyte populations. Normal CD4 values in adults and children are listed.
The document discusses viral load testing using NASBA (Nucleic Acid Sequence-Based Amplification) technology. It describes the NASBA process which uses 3 enzymes to amplify viral RNA or DNA in one temperature. The document provides examples of using NASBA to test viral load in HIV samples and discusses the benefits of NASBA including its high throughput, minimal hands-on time, and ability to detect down to 10-10^7 copies/ml.
This document summarizes methods for quantitatively determining serum immunoglobulin A (IgA) concentration, including radial immunodiffusion (RID), nephelometry, and enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). RID involves measuring the diameter of precipitation rings formed between serum IgA and antibody-containing agar. Nephelometry measures light scatter from immune complexes formed between serum IgA and anti-IgA antiserum. ELISA uses a capture antibody to bind serum IgA and a labeled secondary antibody for detection. ELISA provides the best sensitivity while nephelometry is most commonly used in clinical labs due to its rapid automation capabilities. Normal IgA levels, deficiencies, and causes of high values are also
Teks ini membahas tentang elektroforesis kapiler menggunakan alat Minicap untuk memisahkan molekul seperti protein, lipoprotein, isoenzim, dan hemoglobin. Metode ini bekerja dengan memisahkan molekul berdasarkan kecepatan elektroforesisnya dalam tabung kapiler dengan diameter 100 μm yang dipengaruhi pH elektrolit dan aliran elektroosmosis. Teks ini juga menjelaskan prosedur dan komponen elektroforesis protein, hemoglobin, dan immunotyping
This document discusses thyroid hormone tests (T3, T4, TSH, fT4) and their principles, procedures, and clinical significance. It describes the hormones T3 and T4, how they are regulated by the hypothalamus-pituitary-thyroid axis, and common thyroid disorders like hypothyroidism and hyperthyroidism. It provides details on specific assays for the hormones, including radioimmunoassay, immunoradiometric assay, enzyme immunoassay, and electrochemiluminescent assay. Reference ranges and clinical implications of test results are also covered.
1. Western Blot dan RIBA merupakan tes konfirmasi untuk infeksi HIV yang mendeteksi antibodi terhadap protein inti, polimerase, dan envelope virus HIV.
2. Terdapat perbedaan antara Western Blot dan RIBA dalam hal protein yang digunakan sebagai antigen.
3. Hasil tes dapat negatif palsu, indeterminate, atau positif tergantung pola protein HIV yang terdeteksi.
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan kadar antigen CA 125 dengan metode ELISA untuk skrining, diagnosis, pemantauan terapi, dan prognosis kanker ovarium. Metode ELISA digunakan karena ekonomis dan sensitivitas yang tinggi. Kadar CA 125 yang meningkat dapat menandakan adanya kanker ovarium.
Tinjauan pustaka mengenai trombositopenia pada demam berdarah dengue membahas mekanisme penyebabnya yaitu supresi sumsum tulang, aktivasi dan destruksi trombosit oleh virus, serta disfungsi trombosit. Pemeriksaan jumlah trombosit penting untuk diagnosis dan pemantauan, dapat dilakukan secara manual maupun otomatis. Terapi trombositopenia meliputi transfusi trombosit dalam kondisi tertentu.
Thrombelastography (TEG) adalah tes koagulasi yang dilakukan di samping pasien untuk mengukur berbagai parameter koagulasi dalam 30 menit. TEG dapat digunakan untuk memantau koagulasi pada operasi jantung dan transplantasi hati serta mendeteksi gangguan koagulasi pada pasien trauma.
Tinjauan pustaka ini membahas patogenesis, diagnosis, dan klasifikasi paroxysmal nocturnal hemoglobinuria (PNH). PNH disebabkan oleh mutasi gen PIG-A yang mengakibatkan defisiensi protein yang terikat pada permukaan sel seperti DAF dan CD59. Ini menyebabkan aktivasi komplemen yang berlebihan dan hemolisis. Diagnosis didasarkan pada tes komplemen seperti sucrose lysis test dan flow sitometri untuk mengukur defisiensi CD55 dan CD59. PNH dik
Dokumen tersebut membahas sindrom mielodisplastik yang merupakan kelompok penyakit neoplastik pada sel induk hemopoietik yang ditandai oleh kegagalan sumsum tulang dan kelainan sel darah. Dibahas pula patogenesis, diagnosis, klasifikasi, dan prognosis sindrom mielodisplastik menurut WHO dan terapi yang diberikan.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai prosedur hitung jenis lekosit secara manual dan otomatis. Secara manual melibatkan pembuatan hapusan darah, pewarnaan, dan perhitungan secara visual di bawah mikroskop. Secara otomatis menggunakan berbagai metode seperti impedansi, scatter cahaya, dan fluoresensi untuk menghitung dan membedakan jenis lekosit dengan lebih cepat dan akurat. Kedua metode memiliki kelebi
Dokumen tersebut memberikan penjelasan singkat tentang penggunaan alat otomatis Sysmex XE-2100 untuk pemeriksaan darah lengkap (CBC). Alat ini menggunakan teknologi kombinasi impedansi listrik dan aliran sitometri untuk menghitung parameter darah seperti eritrosit, leukosit, trombosit, hemoglobin, dan lainnya. Dokumen juga menjelaskan prinsip kerja, komponen utama, dan interferensi sampel yang dapat mempengaruhi
1. Uji banding Penggunaan Serum Separator
Tube (SST) dan Plus Plastic Tube (PPT)
terhadap Stabilitas Glukosa Serum
(Penelitian Pendahuluan)
Oleh: I Nyoman Wande, dr
Pembimbing:
Dr. Sidarti Soehita SFHS, dr,MS.,SpPK(K)
1
2. I. Pendahuluan
Latar Belakang
Pemeriksaan Glukosa merupakan
pemeriksaan yang sering di lakukan.
Bisa diperiksa pada darah utuh, serum atau
plasma.
World Health Organization (WHO)
pemakaian sampel plasma untuk diagnosis
diabetes melitus
2
3. Penurunan glukosa serum 5-7%/jam (5-10
mg/dl) jika didiamkan membeku tanpa di
sentrifuse pada suhu kamar.
Penurunan glukosa serum 2 mg/dl/jam jika
didiamkan pada suhu 4 C.
Boyanton BL dan Blick: serum/ plasma
yang lama kontak dengan sel pada suhu
kamar konsentrasi glukosa menurun
cepat sampai jam ke 24.
3
4. Serum yang tidak hemolisis dan bebas dari
kontaminasi bakteri glukosa stabil
sampai 8 jam (suhu kamar) dan 72 jam
(suhu 4 C).
Leukositosis atau kontaminasi bakteri
Glikolisis invitro lebih tinggi
Pemisahan serum dari sel dilakukan
dalam 30 menit sesudah pengambilan darah.
4
5. Di RSU Dr. Soetomo: transpor spesimen
berkisar antara 2-4 jam setelah sampling
dari ruangan.
Lamanya pemisahan serum dengan sel
setelah di sentrifuse (rata-rata 60 menit).
Serum yang diperiksa masuk alat
pemeriksaan akan tertunda ( 1,5 jam
setelah disentrifus).
5
6. Serum Separator Tube (SST) terdiri dari:
Aktivator bekuan
Gel separator (gel polimer) dengan BJ: 1,04
SST diperkirakan dapat mengurangi
perubahan metabolik akibat kontak dengan
sel darah.
Tabung ini belum lazim digunakan di
Laboratorium Klinik.
6
7. Plus Plastic Tube (PPT): tabung yang
sering digunakan pada laboratorium
klinik
Mengandung aktivator pembekuan.
Masih ada kontak antara sel darah
dengan serum.
Serum perlu dilakukan pemindahan ke
tabung lain.
7
8. Rumusan Masalah
Apakah kadar glukosa serum dalam tabung
SST lebih stabil dibandingkan dalam tabung
PPT?
8
9. Tujuan Penelitian
Umum: mengetahui stabilitas glukosa serum
dalam tabung SST dan tabung PPT.
Khusus.
a. Stabilitas glukosa serum dalam tabung SST
dan PPT pada jam ke-1,2,3, dan ke-4 yang
disentrifus 30 menit setelah pengambilan
darah.
b. Stabilitas glukosa serum pada tabung SST
dan PPT yang disentrifus 3 jam setelah
pengambilan darah.
9
10. Manfaat Penelitian
Dapat memberi asupan mengenai stabilitas
glukosa serum dalam SST dan PPT,
sehubungan dengan usaha mengatasi
masalah penurunan kadar glukosa darah
dalam sampel yang mengalami penundaan
pemeriksaan pasca pengambilan darah.
10
11. II. TINJAUAN PUSTAKA
Glukosa dan Metabolisme Glukosa
Glukosa merupakan sumber energi primer
untuk tubuh.
Glukosa berasal dari asupan karbohidrat dan
konversi glikogen menjadi glukosa oleh hati.
Hormon yang meningkatkan glukosa
darah:Insulin
Hormon yang menurunkan glukosa darah:
Glukagon, ACTH, cortisol, epinefrin, dan
tiroksin.
11
12. Jenispemeriksaan glukosa darah
waktu pemeriksaan:
Glukosa darah puasa (fasting blood
glucose)
Glukosa darah acak (random blood
glucose)
Glukosa darah 2 jam setelah makan (2
hour postprandial blood glucose)
12
13. Lokasi pengambilan sampel darah:
vena mediana cubiti, kapiler jari tangan.
Jenis sampel:
Plasma, serum dan whole blood (darah
utuh).
13
14. Pengolahan sampel
Proses sebelum sampel dianalisis
Plasma/ serum segera dipisahkan sebelum
1 jam (30 menit)
Jika sampel tidak segera dapat diperiksa
disimpan pada suhu 4 C.
Penggunaan sodium fluoride (NaF) sampel
darah dapat mencegah glikolisis dan
bersifat antikoagulan lemah.
14
15. Penambahan NaF pada sampel darah
glukosa bisa stabil selama 3 hari pada suhu
kamar.
2 mg potasium oxalate (K2C2O4) + 2 mg
NaF per ml darah antiglikolisis dan
antikoagulan.
NaF antikoagulan: dosis 3-4 kali lebih
besar.
15
16. Whole blood: penuruna glukosa 5-10% (
0,6 mmol/L; 10 mg/dl)
Glukosa serum yang dipisahkan dari sel
stabil:
suhu kamar (8 jam)
suhu 2-4 C (48 jam)
Setelah 48 jam sebaiknya serum ditaruh
pada suhu -20 C dalam tabung aliquot.
16
17. Cara lain untuk menjaga stabilitas glukosa/
mencegah glikolisis mencegah kontak
antara serum dengan sel darah.
Hal ini dapat dilakukan:
Segera memisahkan serum dengan sel darah.
Menggunakan tabung Serum Separator Tube
(SST)
17
18. SST mengandung gel separator dan aktivator
pembekuan (partikel silika).
Tabung plastik (PPT) hanya mengandung
aktivator pembekuan (micronized silica
particles).
Kedua tabung terbuat dari PET (polyethylene
terephthalate)
18
19. Jenis tabung untuk memperoleh serum
No. Jenis tabung Warna tutup Kandungan Kegunaan
tabung
1 Serum Gold Gel Chemistry, serologi
Separator Tube separator, (HIV, hepatitis,
(SST) aktivator antibody testing)
pembekuan
2 Plain Plastic Red Aktivator Hepatitis, HIV, blood
tube = pembekuan drug screens,
Plus Plastic therapeutic drug
Tube (PPT) monitoring
3 Plain Glass Red Tanpa Jika penggunaan SST
Tube (PGT) aditive tidak memungkinkan
atau sering digunakan
untuk blood banking.
19
20. III. KERANGKA KONSEPTUAL DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
Kerangka konseptual
Penggunaan PPT Penggunaan SST
Barier mekanis (-) Barier mekanis (+)
Kontak antara sel darah
Serum terpisah dari
dengan serum seiring
sel darah
dengan lamanya kontak
Konsumsi glukosa
Glikolisis dan pemakaian
oleh sel dihambat
glukosa serum
Penurunan kadar Glukosa serum stabil
glukosa serum
20
21. Hipotesis Penelitian
1. Terdapat penurunan stabilitas glukosa
pada PPT yang serumnya tidak
dipindahkan diamati pada jam ke 1,2,3
dan ke 4 setelah disentrifus.
2. Tidak terdapat penurunan stabilitas
glukosa pada SST yang serumnya tidak
dipindahkan diamati pada jam ke 1,2,3
dan ke 4 setelah disentrifus.
21
22. 3. Terdapat penurunan kadar glukosa pada
SST yang disentrifus setelah 3 jam
pengambilan darah.
4. Terdapat penurunan kadar glukosa pada
PPT yang disentrifus setelah 3 jam
pengambilan darah.
22
23. Bahan dan alat:
BD vacutainer®SSTTM dan BD vacutainer®
Plus Plastic Tube (PPT)
Multi sampling needle dan standart tube holder
Sentrifus, rak tabung, waterbath
Photometer 5010 Robert Riele KG
Reagen Human® Glucose Liquicolor. Catalog
no. 10260.
Glukosa standar 100 mg/dl. Catalog no. 10123.
Pipet otomatik 10µl dan 1000 µl beserta tips
Tabung reaksi ukuran 75x12 mm
23
24. Penelitiandilaksanakan di Laboratorium
Patologi Klinik RSU Dr. Soetomo
Surabaya.
Dilaksanakan selama bulan November
sampai Desember 2006.
24
25. Prosedur pengambilan dan pengolahan sampel:
1. Sukarelawan diberikan penjelasan darah diambil pada
vena mediana cubiti,
2. Darah dimasukkan 2 tabung SST dan 2 tabung PPT
bolak balik 5x,
3. Biarkan selama 30 menit ( SST1 dan PPT1) dan 3 jam
(SST2 dan PPT2),
4. Disentrifus dengan kecepatan maksimal (1100 RCF) 15
menit,
5. Biarkan serum pada masing-masing tabung,
6. Diperiksa sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
25
26. Prosedur pemeriksaan glukosa dengan
metode GOD- PAP tanpa deproteinisasi
(Reagen Human®)
10µl serum sampel + 1000µl reagen Glucose
liquicolor
Masukkan kedalam tabung reaksi
Campur dengan menggoyang tabung reaksi,
Inkubasi pada waterbath selama 5 menit (suhu 370C)
Baca absorbance dengan alat photometer 5010
Hasil dalam bentuk print out dengan satuan mg/dl
26
27. Kerangka alur penelitian
20 sampel darah
SST2 SST1 PPT1 PPT2
(disentrifus 3 (disentrifus 30 (disentrifus 30 (disentrifus 3
jam pasca menit pasca menit pasca jam pasca
pengambilan) pengambilan) pengambilan) pengambilan)
Glukosa 0 Glukosa 0 Glukosa 0 Glukosa 0
jam setelah jam, 1 jam, 2 jam, 1 jam, 2 jam setelah
disentrifus jam, 3 jam jam, 3 jam disentrifus
dan 4 jam dan 4 jam
setelah setelah
disentrifus disentrifus
27
28. IV. METODE PENELITIAN
Penelitian observasional longitudinal.
Populasi PPDS, karyawan, pasien yang datang
ke Laboratorium PK RSU. Dr. Soetomo.
Sukarelawan yang mengkonsumsi antikoagulan
dikeluarkan dari penelitian
Sampel: spesimen darah dari 20 orang yang
bersedia mengikuti penelitian.
Sampel ditolak Bila:
Hemolisis.
Gel tidak dapat memisahkan serum dengan
sel darah (pada tabung SST).
28
29. Presisi dan Akurasi pemeriksaan glukosa
dengan alat photometer 5010
Presisi: memeriksa secara duplikat 20
sampel serum pasien.
Akurasi: memeriksa secara replikat
assayed sera dari Precinorm U
sebanyak 10 kali.
29
30. Analisis data
Data dianalisis dengan uji normalitas
tes non parametrik Kolmoskov-
Smirnov (KS)
Dilanjutkan dengan uji Anova diikuti
LSD (Least Square Different)
Tingkat kemaknaan P<0,05
Dikerjakan dengan SPSS versi 10
30
31. V. HASIL
Presisi pemeriksaan glukosa dengan alat fotometer
5010 Robert Riele KG:
Mean: 113 mg/dl; SD= 2,34 mg/dl; CV= 2,07%
Akurasi pemeriksaan glukosa dengan alat
fotometer 5010 Robert Riele KG :
Range precinorm U : 77,3-104,9 mg/dl
Mean precinorm U : 91,1 mg/dl
Mean hasil Pemeriksaan: 93.9 mg/dl
Inakurasi : 3,07%
Presisi dan akurasi alat: baik
31
32. Hasil Penelitian
Dua sampel darah tidak memenuhi syarat:
Hemolisis (2 PPT)
Serum tidak dapat dipisahkan oleh gel (2
SST)
20 sampel darah diperiksa kadar glukosa
serum:
SST1 dan PPT1 jam ke-0,1,2,3 dan
jam ke-4
SST2 dan PPT2 jam ke-0
32
33. Tabel 3. Distribusi hasil penelitian stabilitas glukosa
pada tabung SST dan tabung PPT
Kelompok N Mean Standar Standart
(mg/dl) deviasi error
(SD)
SST2, jam ke 0 20 80,60 21,93 4,90
SST1, jam ke 0 20 95,70 24,05 5,38
SST1, jam ke 1 20 93,95 23,97 5,36
SST1, jam ke 2 20 93,05 25,22 5,64
SST1, jam ke 3 20 93,70 25,70 5,75
SST1, jam ke 4 20 94,05 24,61 5,50
PPT2, jam ke 0 20 79,60 22,26 4,98
PPT1, jam ke 0 20 94,60 24,25 5,42
PPT1, jam ke 1 20 88,60 24,85 5,56
PPT1, jam ke 2 20 86,25 22,55 5,04
PPT1, jam ke 3 20 83,65 21,90 4,89
PPT1, jam ke 4 20 78,95 20,47 4,58
33
34. Ujinormalitas dengan tes non parametrik
KS semua kelompok tes berdistribusi
normal.
Kadar glukosa pada SST1: tidak ada
perbedaan bermakna dengan nilai
baseline jam ke-4 pemeriksaan (P>0,05).
Kadar glukosa pada SST2 menurun
bermakna terhadap SST1 jam ke-0
(P=0,044).
34
35. Kadar glukosa pada PPT1 penurunan
yang tidak bermakna:
Jam ke-1 (P=0,421)
Jam ke-2 (P=0,263)
Jam ke 3 (P=0,143)
Pada jam ke-4 menurun secara bermakna
(P=0,037).
Kadar glukosa pada PPT2 menurun
bermakna terhadap PPT1 jam ke-0
(P=0,045).
35
36. Kadar glukosa pada PPT2 dan SST2
perbedaan tidak bermakna (P=0,893).
Kadar glukosa pada PPT1 dan SST1 jam
ke-0 perbedaan tidak bermakna
(P=0,883).
36
37. Tabel 4. Perbandingan stabilitas glukosa serum
antar kelompok penelitian.
Kelompok A Kelompok B Mean of Difference P
(A-B)
SST1, jam ke 0 SST2, jam ke 0 15,10 0,044
SST1, jam ke 0 SST1, jam ke 1 1,75 0,814
SST1, jam ke 0 SST1, jam ke 2 2,65 0,722
SST1, jam ke 0 SST1, jam ke 3 2,00 0,788
SST1, jam ke 0 SST1, jam ke 4 1,65 0,825
PPT1, jam ke 0 PPT2, jam ke 0 15,00 0,045
PPT1, jam ke 0 PPT1, jam ke 1 6,00 0,421
PPT1, jam ke 0 PPT1, jam ke 2 8,35 0,263
PPT1, jam ke 0 PPT1, jam ke 3 10,95 0,143
PPT1, jam ke 0 PPT1, jam ke 4 15,65 0,037
PPT2, jam ke 0 SST2, jam ke 0 -1,00 0,893
PPT1, jam ke 0 SST1, jam ke 0 -1,10 0,883
* Mean of Difference bermakna jika P<0,05 37
38. 100
90
Mean of glukosa
80
70
Kelompok pemeriksaan
Grafik 1. Mean plots pemeriksaan glukosa serum
38
39. VI. PEMBAHASAN
Masalah umum tertundanya setrifugasi
sampel pemeriksaan.
Plasma/ serum lama kontak dengan sel
darah
Terjadinya konsumsi/glikolisis oleh sel
darah.
Glukosa dalam serum/plasma
stabilitasnya menurun.
39
40. Serum Separator Tube (SST):
Gel polimer (berat jenis 1,04),
Berfungsi sebagai barier mekanis antara
serum dengan sel darah,
Glikolisis oleh sel darah dihambat.
Dilapisi dengan partikel silika berfungsi
sebagai aktivator pembekuan.
40
41. Plus Plastic Tube (PPT):
Sering digunakan di laboratorium
klinik,
Mengandung aktivator pembekuan,
Masih ada kontak antara serum dengan
sel darah.
41
42. Boyanton BL dan Blick KE, 2002:
Serum dibiarkan kontak lama dengan sel
darah pada suhu kamar, kadar glukosa
menurun cepat jam ke-24,
Kemudian penurunan lebih lambat sampai
jam ke-56.
Selama 56 jam, total penurunan 3,6
mmol/l (serum) dan 5,6 mmol/l (plasma).
Lamanya kontak terjadinya peningkatan
glikolisis oleh sel darah tersebut.
42
43. Miles RR dkk, 2004:
Pemisahan komponen serum/plasma dengan
sel sebaiknya dalam waktu 60 menit,
Stabilitas analit khususnya glukosa dapat
dijaga.
Kadar glukosa pada plasma lebih rendah
daripada serum,
Disebabkan adanya perpindahan cairan dari
eritrosit ke cairan plasma yang diakibatkan
oleh antikoagulan.
43
44. Graham P dkk, 2003:
Kadar glukosa SST stabilitasnya lebih
baik dibandingkan dengan tabung tanpa gel
separator.
Kadar glukosa stabil selama 3 hari pada SST
yang disimpan pada suhu kamar.
Plasma separator tube: kadar glukosa stabil
hanya 1 hari.
Penggunaan tabung dengan gel separator
tidak diperbolehkan disentrifus ulang.
44
45. Magee LS, 2005:
Sentrifus dilakukan segera setelah
darah membeku
Pemisahan serum maksimal 2 jam
setelah darah diambil
Glukosa serum stabil:
8 jam (suhu kamar)
48 jam (suhu 2-4 C)
45
46. Hasil penelitian ini:
Setrifuse 30 menit setelah pengambilan darah:
Kadar glukosa pada SST stabil jam ke-4
pemeriksaan (P>0,05).
Kadar glukosa pada PPT penurunan tidak
bermakna sampai jam ke-3 (P>0,05),
Penurunan bermakna pada jam ke-4
pemeriksaan (P=0,037).
46
47. Sentrifus 3 jam setelah pengambilan darah:
Kadar glukosa pada SST maupun PPT
menunjukkan penurunan yang bermakna
terhadap nilai baseline SST (P=0,044)
dan PPT (P=0,045)
Semakin lama kontak antara serum
dengan sel darah glikolisis akan
semakin meningkat.
47
48. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan:
1. Kadar glukosa pada SST yang disentrifus
setelah 30 menit stabilitas baik sampai
jam ke-4.
2. Kadar glukosa pada PPT yang disentifus
setelah 30 menit penurunan tidak
bermakna sampai jam ke-3 dan menurun
bermakna pada jam ke 4 pemeriksaan.
48
49. 3. SST maupun PPT yang disentrifus setelah 3
jam penurunan kadar glukosa yang
bermakna.
4. SST dapat direkomendasikan untuk
mengatasi pemeriksaan glukosa di RSU Dr.
Soetomo sentrifugasi 30 menit setelah
pengambilan darah.
49
50. Saran:
1. Dilakukan penelitian lanjutan stabilitas
glukosa pada SST maupun PPT
disentrifus setelah 1 jam dan 2 jam
pengambilan darah.
50
52. Faktor yang dapat meningkatkan atau
menurunkan kadar glukosa darah:
a. Peningkatan glukosa darah:
Steroid dan diuretik
Kehamilan
Tindakan pembedahan dan anestesi
Obesitas
Mendapatkan glukosa parenteral
Perokok berat
b. Penurunan Glukosa darah:
Hematokrit >55%
latihan berat
Dosis toksik aspirin dan acetaminofen
obat: etanol, quinine dan haloperidol 52
53. Tahap pemeriksaan glukosa darah
Ada 3 tahap:
1. Tahap preanalitik
2. Tahap analitik
3. Tahap pasca analitik
53
54. 1. Tahap Pre analitik
Persiapan pasien faktor fisiologik dan
patofisiologik yang mempengaruhi:
makanan keadaan klinis demam
kopi puasa
merokok kerja/ latihan jasmani
alkohol stress mental
obat-obatan ketaatan pasien
54
55. 2. Tahap Analitik
Metode yang digunakan dalam mengukur
konsentrasi glukosa dalam darah:
Benedict’s (copper reduction)
Glucose Oxidase (oxigen consumption)
Glucose oxidase coupled with enzymatic reaction
(“Trinder”)
Hexokinase coupled with enzymatic reaction
Glucose dehydrogenase
3. Tahap pasca analitik
mencakup pencatatan dan pelaporan suatu hasil
pemeriksaan laboratorium.
55
56. Cara memperoleh serum dengan menggunakan
tabung SST
1.Darah dimasukkan kedalam tabung bolak-
balik tabung 5x
2.Biarkan membeku minimal 30 menit dalam
posisi vertikal
3.Sentrifus pada kecepatan maksimal (antara
1100 dan 1300 RCF) 10 menit (swing
head) atau 15 menit (fixed angle) dengan
tabung balance dalam sentrifus.
4.Transport tabung yang sudah disentrifus ke
laboratorium.
56
57. Cara memperoleh serum dengan menggunakan
tabung PPT
1.Darah dimasukkan kedalam tabung bolak-
balik tabung 5x
2.Biarkan membeku minimal 30 menit dalam
posisi vertikal
3.Sentrifuse pada kecepatan maksimal (1000 RCF)
10 menit (swing head) atau 15 menit (fixed
angle) dengan tabung balance dalam sentrifus.
4.Serum harus segera dipindahkan kedalam tabung
yang lain.
57