1. Makalah Darah
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Darah merupakan salah satu cairan yang sangat penting yang juga sebagai cairan terbesar yang
dalam tubuh. Darah yang diedarkan melalui pembuluh darah, yang banyknya padsa orang dewasa
kurang lebih 5 liter ini, dapat mengalir karena kinerja pompa jantung. Darah dialirkan keseleuruh
tubuh karena fungsinya yang khusu yaitu sebagai sistem transportasi. Darahlah yang berjasa
membawa oksigen nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Selain fungsi utamanya sebagai
pembawa dan pengendar oksigen dan nutrisi tubuh, darah juga berperan penting dalam menjaga
keseimbangan cairan didalam tubuh dengan menjaga PH tetap seimbang dan sebagai sebagaian
sistem perlindungan tubuh karena didalam darah juga terdapat leukosit atau sel darah putih yang
berperan dalam sistem imun tubuh,
Darah agak sedikit kental dan lengket dibandingkan air. Suhu darah normal adalah 30 derajat
celcius atau 1 derajat lebih tinggi dari suhu pengukuruan oral, maupun rektal, dan untuk menjaga
keseimbangan PH dalam tubuh darah memiliki PH sebesar 7,35 – 7,45. Walaupun darah berupa
caiaran plasma, didalamnya terkandung pula sel-sel darah dan trombosit. Darah yang berbentuk
cair ini diakibatkan karena kandungan plasma darah yang banyaknya 55% dari total volume darah
yang ada ditubuh, sedangkan 45% sisanya berupa sel darah yang terdiri dari eritrotsit(sel darah
merah),leukosit(sel darah putih), trombosit(kemping darah). Masing-masing komponen di dalam
darah ini memiliki tugas dan peran masing-masing yang spesifik. Misalnya Eritrosit berperan
dalam transport oksigen ke seluruh tubuh, kemudian leukosit berperan dalam sistem pertahanan
tubuh dalam melawan agen-agen yang masuk ke tubuh, sedangkan trombosit berperan dalam
pembekuan darah.
Tuhan menciptakan manusia dengan segala keistimewaannya, terkadang dengan melakukan
pemeriksaan darah di dalam tubuh, dapat dicari suatu jenis kelainan yang selanjutnya sangat
berguna bagi penegakan diagnosis dan pengobatan selanjutnya.
2. Melalui makalah ini akan mempelajari tentang pemeriksaan darah yaitu pemeriksaan waktu
pembekuan darah (cloting time), pemeriksaan masa pendarahan (bleeding time), pemeriksaan
hitung trombosit, dan rumple leed test.
B. Rumusan Masalah
1) Apa itu pemeriksaan waktu pembekuan darah ?
2) Apa saja prinsip dan prosedur pemeriksaan waktu pembekuan darah ?
3) Apa itu pemeriksaan masa perdarahan ?
4) Apa saja prinsip dan prosedur pemeriksaan masa perdarahan ?
5) Apa itu pemeriksaan hitung trombosit ?
6) Apa saja prinsip dan prosedur pemeriksaan hitung trombosit ?
7) Apa itu rumple leed test ?
C. Tujuan Penulisan
Diharapkan pembaca mampu mengerti dan memahami penjabaran yang terdapat di makalah ini.
BAB II
Pembahasan
A. BLEEDING TIME (Masa Perdarahan)
Terjadinya perdarahan berkepanjangan setelah trauma superfisial yang terkontrol,
merupakan petunjuk bahwa ada defisiensi trombosit. Masa perdarahan memanjang pada kedaan
trombositopenia (<100.000/mm3 ada yang mengatakan < 75.000 mm3), penyakit Von Willbrand,
sebagian besar kelainan fungsi trombosit dan setelah minum obat aspirin.
Pembuluh kapiler yang tertusuk akan mengeluarkan darah sampai luka itu tersumbat oleh
trombosit yang menggumpal. Bila darah keluar dan menutupi luka , terjadilah pembekuan dan
fibrin yang terbentuk akan mencegah perdarahan yang lebih lanjut . Pada tes ini darah yang keluar
harus dihapus secara perlahan-lahan sedemikian rupa sehingga tidak merusak trombosit. Setelah
trombosit menumpuk pada luka , perdarahan berkurang dan tetesan darah makin lama makin kecil.
3. Tes masa perdarahan ada 2 cara yaitu
1. Metode Duke dengan nilai rujukan 1 – 3 menit.
2. Metode Ivy, kepekaan metode Ivy lebih baik, dengan nilai rujukan I - 7 menit
1. METODE DUKE.
Percobaan ini terutama untuk menilai factor hemostatis yang letaknya eksravaskuler (di luar
dinding pembuluh darah). Apabila terjadi trombositpeni, waktu perdarahan akan memanjang yang
apabila terjadi kerusakan pada dinding pembuluh darah.
I. Pra Analitik.
1) Persiapan Pasien : tidak memerlukan persiapan khusus
2) Persiapan sample : darah kapiler
3) Prinsip : Dibuat luka standar pada daun telinga , lamanya perdarahan
sampai berhenti dicatat.
4) Alat dan bahan :
Disposable Lanset steril,
Kertas saring bulat
Stop Watch
Kapas Alkohol
II. Analitik Cara kerja :
1) Desinfeksi daun telinga dengan kapas alkohol , biarkan mengering.
2) Buat luka dengan disposable lanset steril panjang 2 mm dalam 3 mm. sebagai pegangan pakailah
kaca objek dibalik daun telinga dan tepat pada saat darah keluar jalankan stop watch.
3) Setiap 30 detik darah yang keluar diisap dengan kertas saring bulat tetapi jangan sampai
menyentuh luka
4) Bila perdarahan berhenti, hentikan stop watch dan catatlah waktu perdarahan
Catatan :
a) Bila perdarahan 10 menit, hentikan perdarahan dengan menekan luka dengan kapas alkohol .
Dianjurkan untuk diulang dengan cara yang sama atau dengan metode Ivy.
b) Digunakan untuk bayi dan anak – anak.
c) Kepekaannya kurang.
III.Pasca Analitik.
4. 1) Nilai rujukan : 1 – 3 menit.
2. METODE IVY.
A. Pra Analitik.
1) Persiapan pasien : tidak memerlukan persiapan khusus.
2) Persiapan sample: darah kapiler.
3) Prinsip:
Dibuat perlukaan standar pada permukaan volar lengan bawah , lamanya perdarahan diukur.
4) Alat dan bahan :
Tensimeter Disposable
lanset steril dengan ukuran lebar 2 mm dan 3 mm,
Stop watch,
Kertas saring bulat,
Kapas alkohol.
B. Analitik Cara kerja:
1) Pasang manset tensimeter pada lengan atas dan pompakan tensi meter sampai 40 mm Hg selama
pemeriksaan .
2) Desinfeksi permukaan volar lengan bawah dengan kapas alkohol 70 % .
3) Pilih daerah kulit yang tidak ada vena superfisial, kira - kira 3 jari dari lipatan siku.
4) Rentangkan kulit dan lukailah dengan lebar 2 mm dalam 3mm.
5) Tepat pada saat terjadi perdarahan stop watch dijalankan.
6) Setiap 30 detik hapuslah bintik darah yang keluar dari luka hindari jangan sampai menutup luka.
7) Bila perdarahan berhenti (diameter <1 mm) hentikan stop watch dan lepaskan manset tensimeter.
8) Catat waktu perdarahan dengan pembulatan 0,5 menit.
Catatan :
a) Bila perdarahan sampai 15 menit belum berhenti tekanlah lukanya . Tes diulangi lagi terhadap
lengan lainnya . Bila hasilnya sama , hasil dilaporkan bahwa masa perdarahan > 15 menit.
b) Kesulitan dalam membuat luka yang standar . Jika hasil < 2 menit tes diulang.
C. Pasca Analitik.
1) Nilai rujuk : 1 – 7 menit.
B. CLOTING TIME (Masa Pembekuan)
5. Dasar Teori Test waktu pembekuan digunakan untuk menentukan lamanya waktu yang
diperlukan darah untuk membeku. Adanya gangguan pada factor koagulasi terutama yang
membentuk tromboplastin, maka waktu pembekuan akan memanjang.
1. Metode : Lee dan White modifikasi.
Bahan dan Alat.
Bahan : Darah
Alat :
o Spuit 0,5 cc,
o Stopwatch.
Cara kerja:
1) Lakukan pengisian vena dengan spuit 0,5 cc.
2) Darah diletakan pada kaca obyek dan hidupkan stopwatch.
3) Tiap 30 detik darah diangkat dengan lidi sampai terjadi pembekuan yang ditandai dengan adanya
benang fibrin.
4) Catat waktu terjadinya pembekuan, hasilnya dinyatakan dalam menit nilai normal 2 – 6 menit.
Tes masa masa pembekuan menurut Lee - White merupakan tes yang paling tua dan kurang
ketelitiannya. Tes ini mengukur waktu yang diperlukan oleh darah lengkap untuk membeku di
dalam tabung.
Metode Lee - White menggunakan 4 tabung masing - masing terisi 1 ml darah lengkap, diinkubasi
dalam suhu 370C. Tabung perlahan - lahan dimiringkan setiap 30 detik supaya darah bersentuhan
dengan dinding tabung sekaligus melihat sudah terjadinya pembekuan.
Darah normal membeku4 - 10 menit dalam suhu 370C. Uji ini menentukan lamanya waktu
yang dibutuhkan darah untuk membeku. Hasilnya menjadi ukuran aktivitas faktor-faktor
koagulasi, terutama faktor-faktor yang membentuk tromboplastin dan faktor-faktor yang berasal
dari trombosit, juga kadar fibrinogen
Defisiensi faktor pembekuan dari ringan sampai sedang belum dapat dideteksi dengan
metode ini, baru dapat mendeteksi defisiensi faktor pembekuan yang berat.
6. .
I. Pra Analitik
1) Persiapan pasien : tidak memerlukan persiapan khusus
2) Persiapan sample : darah vena
3) Prinsip : Diambil darah vena dan dimasukkan kedalam tabung kemudian dibiarkan
membeku. Selang waktu dari saat pengambilan darah sampai saat darah membeku dicatat sebagai
masa pembekuan
4) Alat dan bahan :
Tabung reaksi 10 X 100 mm = 4 buah
Stop watch
Water bath
II. Analitik
a. Metode Tabung
Cara kerja :
1) Tempatkan ke 4 tabung reaksi ke dalam water bath (370C)
2) Ambil darah vena 4 ml, segera jalankan stop watch pada saat darah tampak di dalam jarum .
Tuangkan 1 ml kedalam setiap tabung.
3) Setelah 3 menit mulailah mengamati tabung 1.
4) Angkat tabung keluar dari water bath dalam posisi tegak lurus, lalu miringkan perhatikan apakah
darah masih bergerak atau tidak (membeku).
5) Lakukan hal ini pada semua tabung setiap selang waktu 30 detik sampai terlihat darah dalam
tabung sudah tidak bergerak (darah sudah membeku).
6) Catat selang waktu dari saat pengambilan darah sampai darah membeku sebagal masa pembekuan.
Rumus : Rata - rata dari tabung 2,3,dan 4, hasil dibulatkan 0,5 menit.
Catatan :
a) Nilai rujukan 4-10 menit (370C).
b) Tes dapat dilakukan tanpa menggunakan water bath , masa pembekuan pada suhu kamar lebih
panjang.
c) Disarankan tiap laboratorium untuk membuat nilai rujukan masing - masing.
7. b. Metode kapiler
Alat
o Kapas
o Alkohol 70%
o Lanset
o Objek glass
o Stopwatch
Cara kerja:
1) Basahi kapas dengan alcohol 70%
2) Desinfeksi ujung jari dengan dengan kapas alkohol dan biarkan kering
3) Ujung jari ditusuk dengan lanset sedalam 3 mm hingga keluar darah
4) Darah diteteskan sebanyak 2 tetes pada objek glass dan stopwatch dijalankan
5) Darah tadi diangkat dengan jarum tiap 30 detik sampai terlihat adanya benang fibrin
6) Waktunya dicatat
III.Pasca Analitik
Nilai rujukan :
1) 4 – 10 menit (37oC)
2) 2 – 6 menit
C. PEMERIKSAAN HITUNG TROMBOSIT
Metode : Rees Echer
Prinsip : Darah diencerkan dan dicat dengan larutan Rees Echer → lalu dihitung jumlah trombosit dalam
volume tertentu
Tujuan : Menghitung jumlah trombosit dalam darah
Nilai Normal :150.000 – 400.000 / mm3
Alat :
8. 1. Pipet eritrosit
2. Kamar hitung (Improved Neubauer)
3. Mikroskop
4. Counter tally
5. Reagen: Larutan Rees Ecker.
Cara pemeriksaan:
1) Hisap darah EDTA dng pipet lekosit → sampai tanda 0,5
2) Hapus kelebihan darah dng kertas tisu
3) Hisap lar. Rees Echer sampai tanda 101
4) Kocok darah dan larutan ± 2 – 3 menit
5) Buang lar 3 – 4 tetes → masukan kedalam kamar hitung
6) Hitung trombosit dengan mikroskop → lap 1,3,7,9 → hasil x 500
Trombosit adalah fragmen atau kepingan-kepingan tidak berinti dari sitoplasma megakariosit
yang berukuran 1-4 mikron dan beredar dalam sirkulasi darah selama 10 hari. Gambaran
mikroskopik dengan pewarnaan Wright – Giemsa, trombosit tampak sebagai sel kecil, tak berinti,
bulat dengan sitoplasma berwarna biru-keabu-abuan pucat yang berisi granula merah-ungu yang
tersebar merata.
Trombosit memiliki peran dalam sistem hemostasis, suatu mekanisme faali tubuh untuk
melindungi diri terhadap kemungkinan perdarahan atau kehilangan darah.
Fungsi utama trombosit adalah
1) Melindungi pembuluh darah terhadap kerusakan endotel akibat trauma-trauma kecil yang terjadi
sehari-hari.
2) Mengawali penyembuhan luka pada dinding pembuluh darah.
Mereka membentuk sumbatan dengan jalan
1) Adhesi (perlekatan trombosit pada jaringan sub-endotel pada pembuluh darah yang luka).
2) Agregasi (perlekatan antar sel trombosit).
9. Orang-orang dengan kelainan trombosit, baik kualitatif maupun kuantitatif, sering mengalami
perdarahan-perdarahan kecil di kulit dan permukaan mukosa yang disebut ptechiae, dan tidak
dapat mengehentikan perdarahan akibat luka yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Agar dapat berfungsi dengan baik, trombosit harus memadai dalam kuantitas (jumlah) dan
kualitasnya. Pembentukan sumbat hemostatik akan berlangsung dengan normal jika jumlah
trombosit memadai dan kemampuan trombosit untuk beradhesi dan beragregasi juga bagus.
Beberapa uji laboratorium yang digunakan untuk menilai kualitas trombosit adalah agregasi
trombosit, retensi trombosit, retraksi bekuan, dan antibody anti trombosit. Sedangkan uji
laboratorium untuk menilai kuantitas trombosit adalah masa perdarahan (bleeding time) dan hitung
trombosit.
Jumlah trombosit normal adalah 150.000 – 450.000 per mmk darah. Dikatakan
trombositopenia ringan apabila jumlah trombosit antara 100.000 – 150.000 per mmk darah.
Apabila jumlah trombosit kurang dari 60.000 per mmk darah maka akan cenderung terjadi
perdarahan. Jika jumlah trombosit di atas 40.000 per mmk darah biasanya tidak terjadi perdarahan
spontan, tetapi dapat terjadi perdarahan setelah trauma. Jika terjadi perdarahan spontan
kemungkinan fungsi trombosit terganggu atau ada gangguan pembekuan darah. Bila jumlah
trombosit kurang dari 40.000 per mmk darah, biasanya terjadi perdarahan spontan dan bila
jumlahnya kurang dari 10.000 per mmk darah perdarahan akan lebih berat. Dilihat dari segi klinik,
penurunan jumlah trombosit lebih memerlukan perhatian daripada kenaikannya (trombositosis)
karena adanya resiko perdarahan.
Metode untuk menghitung trombombosit telah banyak dibuat dan jumlahnya jelas tergantung
dari kenyataan bahwa sukar untuk menghitung sel-sel trombosit yang merupakan partikel kecil,
mudah aglutinasi dan mudah pecah. Sukar membedakan trombosit dengan kotoran.
Hitung trombosit dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Metode secara langsung
dengan menggunakan kamar hitung yaitu dengan mikroskop fase kontras dan mikroskop cahaya
(Rees-Ecker) maupun secara otomatis. Metode yang dianjurkan adalah penghitungan dengan
mikroskop fase kontras dan otomatis. Metode otomatis akhir-akhir ini banyak dilakukan karena
bisa mengurangi subyektifitas pemeriksaan dan penampilan diagnostik alat ini cukup baik.
Hitung trombosit secara tidak langsung yaitu dengan menghitung jumlah trombosit pada
sediaan apus darah yang telah diwarnai. Cara ini cukup sederhana, mudah dikerjakan, murah dan
praktis. Keunggulan cara ini adalah dalam mengungkapkan ukuran dan morfologi trombosit, tetapi
10. kekurangannya adalah bahwa perlekatan ke kaca obyek atau distribusi yang tidak merata di dalam
apusan dapat menyebabkan perbedaan yang mencolok dalam perhitungan konsentrasi trombosit.
Sebagai petunjuk praktis adalah bahwa hitung trombosit adekuat apabila apusan mengandung satu
trombosit per duapuluh eritrosit, atau dua sampai tiga trombosit per lapang pandang besar (minyak
imersi). Pemeriksaan apusan harus selalu dilakukan apabila hitung trombosit rendah karena
penggumpalan trombosit dapat menyebabkan hitung trombosit rendah palsu.
Bahan pemeriksaan yang dianjurkan untuk pemeriksaan hitung trombosit adalah darah EDTA.
Antikoagulan ini mencegah pembekuan darah dengan cara mengikat kalsium dan juga dapat
menghambat agregasi trombosit.
a. Metode langsung (Rees Ecker)
Hitung trombosit secara langsung menggunakan kamar hitung yaitu dengan mikroskop cahaya.
Pada hitung trombosit cara Rees-Ecker, darah diencerkan ke dalam larutan yang mengandung
Brilliant Cresyl Blue sehingga trombosit tercat biru muda. Sel trombosit dihitung dengan
menggunakan kamar hitung standar dan mikroskop. Secara mikroskopik trombosit tampak
refraktil dan mengkilat berwarna biru muda/lila lebih kecil dari eritrosit serta berbentuk bulat,
lonjong atau koma tersebar atau bergerombol. Cara ini memiliki kesalahan sebesar 16-25%,
penyebabnya karena faktor teknik pengambilan sampel yang menyebabkan trombosit bergerombol
sehingga sulit dihitung, pengenceran tidak akurat dan penyebaran trombosit yang tidak merata.
b. Metode fase-kontras
Pada hitung trombosit metode fase kontras, darah diencerkan ke dalam larutan ammonium
oksalat 1% sehingga semua eritrosit dihemolisis. Sel trombosit dihitung dengan menggunakan
kamar hitung standar dan mikroskop fase kontras. Sel-sel lekosit dan trombosit tampak bersinar
dengan latar belakang gelap. Trombosit tampat bulat atau bulat telur dan berwarna biru muda/lila
terang. Bila fokus dinaik-turunkan tampak perubahan yang bagus/kontras, mudah dibedakan
dengan kotoran karena sifat refraktilnya. Kesalahan dengan metode ini sebesar 8 – 10%.
Metode fase kontras adalah pengitungan secara manual yang paling baik. Penyebab kesalahan
yang utama pada cara ini, selain faktor teknis atau pengenceran yang tidak akurat, adalah
pencampuran yang belum merata dan adanya perlekatan trombosit atau agregasi.
11. c. Modifikasi metode fase-kontras dengan plasma darah
Metodenya sama seperti fase-kontras tetapi sebagai pengganti pengenceran dipakai plasma.
Darah dibiarkan pada suhu kamar sampai tampak beberapa mm plasma. Selanjutnya plasma
diencerkan dengan larutan pengencer dan dihitung trombosit dengan kamar hitung seperti pada
metode fase-kontras.
d. Metode tidak langsung
Cara ini menggunakan sediaan apus darah yang diwarnai dengan pewarna Wright, Giemsa atau
May Grunwald. Sel trombosit dihitung pada bagian sediaan dimana eritrosit tersebar secara merata
dan tidak saling tumpang tindih.
Metode hitung trombosit tak langsung adalah metode Fonio yaitu jumlah trombosit
dibandingkan dengan jumlah eritrosit, sedangkan jumlah eritrosit itulah yang sebenarnya dihitung.
Cara ini sekarang tidak digunakan lagi karena tidak praktis, dimana selain menghitung jumlah
trombosit, juga harus dilakukan hitung eritrosit.
Penghitungan trombosit secara tidak langsung yang menggunakan sediaan apus dilakukan
dalam 10 lpmi x 2000 atau 20 lpmi x 1000 memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang baik untuk
populasi trombosit normal dan tinggi (trombositosis). Korelasinya dengan metode otomatis dan
bilik hitung cukup erat. Sedangkan untuk populasi trombosit rendah (trombositopenia) di bawah
100.000 per mmk, penghitungan trombosit dianjurkan dalam 10 lpmi x 2000 karena memiliki
sensitifitas dan spesifisitas yang baik. Korelasi dengan metode lain cukup erat.
e. Hitung Trombosit Otomatis
Penghitung sel otomatis mampu mengukur secara langsung hitung trombosit selain hitung
lekosit dan hitung eritrosit. Sebagian besar alat menghitung trombosit dan eritrosit bersama-sama,
namun keduanya dibedakan berdasarkan ukuran. Partikel yang lebih kecil dihitung sebagai
trombosit dan partikel yang lebih besar dihitung sebagai eritrosit. Dengan alat ini, penghitungan
dapat dilakukan terhadap lebih banyak trombosit. Teknik ini dapat mengalami kesalahan apabila
jumlah lekosit lebih dari 100.000/mmk, apabila terjadi fragmentasi eritrosit yang berat, apabila
cairan pengencer berisi partikel-partikel eksogen, apabila sampel sudah terlalu lama didiamkan
sewaktu pemrosesan atau apabila trombosit saling melekat.
12. Masalah Klinis
PENURUNAN JUMLAH : ITP, myeloma multiple, kanker (tulang, saluran
gastrointestinal, otak), leukemia (limfositik, mielositik, monositik), anemia aplastik,
penyakit hati (sirosis, hepatitis aktif kronis), SLE, DIC, eklampsia, penyakit ginjal, demam
rematik akut.
Pengaruh obat : antibiotik (kloromisetin, streptomisin), sulfonamide, aspirin (salisilat), quinidin,
quinine, asetazolamid (Diamox), amidopirin, diuretik tiazid, meprobamat (Equanil), fenilbutazon
(Butazolidin), tolbutamid (Orinase), injeksi vaksin, agen kemoterapeutik.
PENINGKATAN JUMLAH : Polisitemia vera, trauma (fraktur, pembedahan),
paskasplenektomi, karsinoma metastatic, embolisme pulmonary, dataran tinggi,
tuberculosis, retikulositosis, latihan fisik berat. Pengaruh obat : epinefrin (adrenalin)
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
Kemoterapi dan sinar X dapat menurunkan hitung trombosit.
Pengaruh obat (lihat pengaruh obat).
Penggunaan darah kapiler menyebabkan hitung trombosit cenderung lebih rendah.
Pengambilan sampel darah yang lamban menyebabkan trombosit saling melekat (agregasi)
sehingga jumlahnya menurun palsu.
Tidak segera mencampur darah dengan antikoagulan atau pencampuran yang kurang
adekuat juga dapat menyebabkan agregasi trombosit, bahkan dapat terjadi bekuan.
Perbandingan volume darah dengan antikoagulan tidak sesuai dapat menyebabkan
kesalahan pada hasil :
o Jika volume terlalu sedikit (= EDTA terlalu berlebihan), sel-sel eritrosit mengalami
krenasi, sedangkan trombosit membesar dan mengalami disintegrasi.
o Jika volume terlalu banyak (=EDTA terlalu sedikit) dapat menyebabkan
terbentuknya jendalan yang berakibat menurunnya jumlah trombosit.
Penundaan pemeriksaan lebih dari 1 jam menyebabkan perubahan jumlah trombosit.
13. Rumple leed test adalah salah satu cara yang paling mudah dan cepat untuk menentukan apakah
terkena demam berdarah atau tidak. Rumple leed adalah pemeriksaan bidang hematologi dengan
melakukan pembendungan pada bagian lengan atas selama 10 menit untuk uji diagnostik
kerapuhan vaskuler dan fungsi trombosit.
Prosedur pemeriksaan Rumple leed tes yaitu:
1) Pasang ikatan sfigmomanometer pada lengan atas dan pump sampai tekanan 100 mmHg (jika
tekanan sistolik pesakit < 100 mmHg, pump sampai tekanan ditengah-tengah nilai sistolik dan
diastolik).
2) Biarkan tekanan itu selama 10 menit (jika test ini dilakukan sebagai lanjutan dari test IVY, 5 menit
sudah mencukupi).
3) Lepas ikatan dan tunggu sampai tanda-tanda statis darah hilang kembali. Statis darah telah
berhenti jika warna kulit pada lengan yang telah diberi tekanan tadi kembali lagi seperti warna
kulit sebelum diikat atau menyerupai warna kulit pada lengan yang satu lagi (yang tidak diikat).
4) Cari dan hitung jumlah petechiae yang timbul dalam lingkaran bergaris tengah 5 cm kira-kira 4
cm distal dari fossa cubiti.
Catatan:
Jika ada > 10 petechiae dalam lingkaran bergaris tengah 5 cm kira-kira 4 cm distal dari fossa
cubiti test Rumple Leede dikatakan positif. Seandainya dalam lingkaran tersebut tidak ada
petechiae, tetapi terdapat petechiae pada distal yang lebih jauh daripada itu, test Rumple Leede
juga dikatakan positif.
warna merah didekat bekas ikatan tensi mungkin bekas jepitan, tidak ikut diikut sebagai petechiae.
Pasien yg “tek” darahnya tdk diketahui, tensimeter dapat dipakai pada “tek” 80 mmHg
Pasien tidak boleh diulang pada lengan yang sama dalam waktu 1 minggu
Derajat laporan :
(-) = tidak didapatkan petechiae
(+1) = timbul beberapa petechiae dipermukaan pangkal lengan
(+2) = timbul banyak petechiae dipermukaan pangkal lengan
(+3) = timbul banyak petechiae diseluruh permukaan pangkal lengan & telapak tangan muka &
belakang
14. (+4) = banyak sekali petechiae diseluruh permukaan lengan, telapak tangan & jari, muka & belakang
Ukuran normal: negative atau jumlah petechiae tidak lebih dari 10.
TUJUAN :
Untuk menguji keadaan/kerapuhan dinding pembuluh darah dan trombosit (jumlah dan
fungsi).
PRINSIP :
Mengenakan pembendungan kepada vena, sehingga tekanan darah di dalam kapiler
meningkat. Dinding kapiler yang kurang kuat akan menyebabkan darah keluar dan merembes ke
dalam jaringan sekitarnya sehingga nampak titik merah kecil pada permukaan kulit, titik tersebut
dikenal dengan petechia.
ALAT DAN BAHAN :
1. Sfigmomanometer
2. Stopwatch
3. Spidol (untuk membuat lingkaran untuk penilaian.
CARA KERJA :
1. Bendung lengan atas dengan sfigmomanometer samapai tekanan 100 mmHg
2. Jika tekanan sistolik kurang dari 100 mmHg, bendung lengan atas pada pertengahan
tekanan sistolik dan diastolik.
3. Pertahankan tekanan sampai sistolik dan diastolik
4. Jika percobaan dilakukan setelah percobaan masa perdarahan cara Ivy, lama bendungan 5 menit.
5. Lepaskan ikatan bendungan, tunggu sampai tanda-tanda stasis darah tidak ada lagi.
6. Hitung banyaknya petechiae yang timbul dalam lingkaran bergaris tengah 5 cm kira-kira 4
cm distal dari fossa kubiti
PENILAIAN :
1. Hasil negatif bila dalam lingkaran bergaris tengah 5 cm kira-kira 4 cm distal dari fossa
kubiti terdapat < 10 petechiae.
2. Hasil positif bila dalam lingkaran bergaris tengah 5 cm kira-kira 4 cm distal dari fossa
kubiti terdapat >10 petechiae.
3. Jika pada waktu melakukan masa perdarahan dengan metode Ivy telah terjadi petechiae,
maka hasil percobaan pembendungan ( Rumpel Leede) dinyatakan positif juga.
15. D. Rumple Leed Test
Pada infeksi virus dengue apalagi pada bentuk klinis DBD selalu disertai dengan tanda
perdarahan. Hanya saja tanda ini tidak selalu di dapat secara spontan oleh penderita, bahkan pada
sebagian besar penderita tanda perdarahan ini muncul setelah dilakukan test tourniquet. Bentuk-
bentuk perdarahan spontan yang dapat terjadi pada penderita demam dengue dapat berupa
perdarahan kecil-kecil di kulit (peteki), perdarahan agak besar (ekimosis), perdarahan gusi,
perdarahan hidung dan bahkan dapat terjadi perdarahan masif yang berakhir dengan kematian.
Pada hari-hari pertama demam biasanya dapat dilakukan test Rumpel Leed untuk
mengetahui adanya peteki sebagai tes adanya infeksi dengue pada pasien demam.
Rumpel Leede Test (Uji Rumpel Leede)
Uji Tourniquet (S.tourniquet test) S. Hess Test Test Pembendungan Pemeriksaan
Resistensi Kapiler Prinsip :
Diberikan pembebanan pada kapiler selama waktu tertentu sehingga terhadap kapiler diciptakan
suasana anoksia dengan adanya bendungan aliran darah vena. Terhadap anoksia dan penambahan
tekanan internal akan terlihat sejauh mana kemampuan kapiler dapat bertahan . Jika ketahanan
kapiler turun akan timbul “Petechiae” di kulit.
Jika ketahanan kapiler luntur (dinding kapiler kurang kuat), pembendungan vena menyebabkan
darah menekan dinding kapiler. Dinding kapiler yang oleh suatu sebab kurang kuat atau adanya
trombositopenia, akan rusak oleh pembendungan tersebut. Darah dari dalam kapiler akan keluar
dan merembes ke dalam jaringan sekitarnya sehingga tampak sebagai bercak /titik merah kecil
pada permukaan kulit yang dikenal sebagai peteki.
Fungsi bendungan :
Untuk menimbulkan hambatan terhadap aliran darah balik di lengan dan juga sehingga vena
mengembang di permukaan kulit dan menjadi lebih jelah terlihat.
Hal yang perlu diperhatikan ialah :
Bahwa bendungan tidak boleh terlalu ketat dan tidak boleh berlangsung lama.
Pembendungan yang ketat dan berlangsung lama dapat menimbulkan hemokonsentrasi.
Alat :
1. Tensimeter
2. Stetoskop
16. 3. Timer/Stop
4. Watch
5. Spidol
Cara Kerja :
1. Terangkan pada pasien tentang tujuan tes RL dan prosedurnya.
2. Buatlah lingkaran (pakai spidol), pada lengan volar lengan bawah. Radius 3 cmTitik pusat terletak
2 cm di bawah garis lipatan siku.
3. Pasang manset tensimeter pada lengan atas.
4. Carilah Tekanan Sistole (TS) dan Tekanan Diastole (TD) padan lengan volar lengan bawah.
5. Pompa sfigmomanometer sampai tekanan antara sistolik dan diastolik (100 mmHg) yaitu di atas
tekanan vena tapi kurang dari tekanan arteri sehingga darah dari jantung ke perifer tetap jalan.
6. Pertahankan selama 10 menit (jika test ini dilakukan sebagai lanjutan dari test IVY, 5 menit sudah
mencukupi).Jika tekanan Sistolik < 100 mmHg, buatlah tekanan sebesar ½ (TS+TD) pertahankan
tekanan ini selama 5 menit.(3-5-10 menit).
7. Lepaskan ikatan sfigmomanometer dan tunggu sampai tanda stasis darah lenyap. Stasis darah telah
berhenti jika warna kulit pada lengan yang dibendung sama dengan warna kulit lengan yang
disebelahnya. Perhatikan timbulnya peteki(bintik-bintik merah) pada lengan bawah di daerah kulit
lipatan siku di bawah bebatan.(pada lengan bawah sepertiga bagian proksimal medial)
8. Setelah tes, buka-tutup tangan beberapa saat sampai sirkulasi lengan kembali normal.
Peteki : ialah manifestasi perdarahan yang sering ditemukan, biasanya muncul pada hari pertama
demam dan berlangsung selama 3-6 hari.
Nilai Rujuk :
< 10 peteki dinyatakan negative atau normal.
20 dinyatakan abnormal.
10-20 dinyatakan dubia Atau :
Scale for reporting number of petechiae:
0 to 10 = 1+
10 to 20 = 2+
20 to 50 = 3+
50 or more = 4+
17. Tes ini cara awal paling sederhana bila suatu demam dicurigai sebagai infeksi dengue.
Dikenal sebagai cara Tes Rumpel Leed. Meskipun uji tourniquet positif dapat juga ditemukan pada
berbagai macam penyakit, namun uji itu sebagai manifestasi perdarahan teringan dan dapat dinilai
sebagai “presumptive test”(test skrining) karena pada dijumpai pada sebagian besar penderita
DBD hari-hari pertama demam. Dengan melakukan tes RL maka dengan demikian kasus cepat
diketahui dan masyarakat dalam keadaan siap siaga menghadapi ancaman DBD.
Uji Tourniquet dapat negative selama masa renjatan, juga kadang-kadang pada DBD tanpa
renjatan.
RL positif antara lain :
Infeksi dengue
Defisiensi Vitamin C
ITP
Schonlein
Henoch
Tes RL tidak perlu dilakukan:
1. Jika sudah terdapat purpura
2. Diketahui mempunyai riwayat perdarahan.
Tanpa tensimeter, kita dapat melakukannya sendiri dengan membebat lengan atas dengan
sapu tangan/karet elastis dengan tekanan secukupnya. Setelah 5 menit, perhatikan apakah keluar
bintik-bintik merah pada kulit lengan bawah. Jika ada, langsung ke dokter.
Membedakan Peteki dengan bintik gigitan nyamuk jika mencurigai infeksi dengue.
Jika pasien demam memperlihatkan bintik merah mirip bekas gigitan nyamuk, lakukan
peregangan kulit di area sekitarnya dengan jari. Jika kemudian bintik merah yang dicurigai bintik
perdarahan tampak menjadi lebih pudar merahnya kemungkinan bukan bintik perdarahan.
Sebaliknya , jika pada saat kulit ditekan bintiknya tidak pudar, kemungkinan benar peteki tanda
perdarahan DBD. Namun, tanda perdarahan kulit dapat juga berupa lebam. Peteki spontan juga
dapat ditemui.
18. BAB III
Kesimpulan
Dari makalah di atas dapat diketahui bahwa pada pengukuran waktu pembekuan darah normal
4 - 10 menit dalam suhu 370C. Hasil pemeriksaan bleding time normal dalam waktu Probadus 1 :
3 menit 21 detik dan Probandus II : 2 menit; pemeriksaan Plasma Protombin Time (PTT) ; 15, 37
detik Activated Partial Thromboplastine Time :32, 47 detik berarti keadaan tromosit dan faktor-
faktor koagulan dalam keadaan normal.