SlideShare a Scribd company logo
PENINGKATAN KAPASITAS LEGISLASI
ANGGOTA DPRD
Disampaikan dalam Diklat Peningkatan Kapasitas
Anggota DPRD Kabupaten Sukabumi
Jakarta, 16 Nopember 2010
Tri Widodo W. Utomo
Sistematika Materi
 Kondisi Kapasitas Legislasi
 Fenomena Empirik
 Faktor Penyebab Rendahnya Kapasitas Legislasi
 Pemahaman Umum Peraturan Per-UU-an
 Reformasi Per-UU-an di Daerah
 PERDA dan Pemerintahan Daerah (Otonomi Daerah)
 Jenis & Bentuk Produk Hukum Daerah (Permendagri No.
15/2006)
 Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah (Permendagri No.
16/2006)
 Pengujian Peraturan Per-UU-an & Evaluasi Perda
 Partisipasi Masyarakat
Bgmn Kapasitas Legislasi Parlemen?
 1945- 1949  rata2
37,6 UU /thn.
 1959 - 1965  rata2
19,1 /thn.
 1966 - 1977  rata2
12,4 /thn.
 1982 - 1992  rata2
11,5 /thn.
 1993 - 1998  rata2
14,3 /thn.
 1999 - 2009  rata2
39 /thn.
Apakah kinerja legislasi 1999-2009 sudah dikatakan baik/optimal?  kaitkan
dengan variabel jumlah anggota DPR, tuntutan masyarakat yg makin tinggi,
kompleksitas masalah yg dihadapi, fasilitas & anggaran yg tersedia, dll.
Bgmn Kapasitas Legislasi Parlemen?
 2010: 5 UU, s/d Agustus
2010, target 70.
 2009 (52 UU, s/d Okt)
 2008 (62 UU, s/d Des)
 2007 (48 UU, s/d Des)
 2006 (23 UU, s/d Des)
 2005 (14 UU, s/d Des)
 2004 (41 UU, s/d Okt)
 2003 (41 UU, s/d Des)
 2002 (32 UU, s/d Des)
 2001 (22 UU, s/d Nov)
 2000 (38 UU, s/d Des)
 1999 (56 UU, s/d Okt)
 1998 (13 UU, s/d Nov)
 1997 (32 UU, s/d Mei)
 1996 (9 UU, s/d Des)
 1995 (13 UU, s/d Des)
 1994 (12 UU, s/d Nov)
 1993 (6 UU, s/d Ags)
Sumber: www.hukumonline.com (diolah)
Bgmn Kapasitas Legislasi Parlemen?
 Periode 2003-2009, MK telah menerima 247
permohonan Uji Materi thd UU, dan 58
diantaranya dinyatakan bertentangan dg UUD.
 2009: 78 permohonan, 14 dikabulkan.
 Mahfud MD: “Banyaknya ketentuan
perundangan yang dinyatakan inkonstitusional
menunjukkan kemampuan legislasi anggota
DPR rendah”.
Sumber: Refleksi Kinerja MK, 29/12/2009
Bgmn Kapasitas Legislasi DPRD?
Banyaknya PERDA bermasalah:
 Diskoneksi Tujuan dan Isi (Konsistensi Pasal): 3,1%.
 Ketidakjelasan Obyek dan Subyek: 7,9%.
 Ketidakjelasan Hak dan Kewajiban Wajib Pungut: 7,9%.
 Ketidakjelasan Standar Waktu, Biaya, Prosedur & Struktur
Tarif: 22,7%.
 Kelengkapan Yuridis: 5,6%.
 Relevansi Yuridis: 2,9%.
 Acuan Yuridis tidak uptodate: 15,7%
 Ketidaktepatan Filosofi dan Prinsip Pungutan: 4,5%
 Menimbulkan Dampak Ekonomi Negatif: 9,2%.
Sumber: PKKOD (2003)
Fenomena Empirik
 2001-2008, Kementerian Keuangan telah mengevaluasi 1.121
Raperda, dan 67% di antaranya dibatalkan (Kompas,
12/12/2008).
 Perda yg dibatalkan sebagian besar soal pungutan. Dari 11.401
perda, 15% di antaranya di sektor perhubungan, 13% pertanian,
13% industri & perdagangan, dan 11% kehutanan (Kompas,
12/12/2008).
 Di salah satu Kabupaten di Kalsel: Perda No. 12 Tahun 2003
tentang Pajak Kendaraan di Atas Air, namun isinya mengatur
tentang Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor di Atas Air.
 Dalam aspek atau materi yang sama, dibentuk / dikeluarkan dua
peraturan daerah.
Misal : pembentukan Dinas Pariwisata Jabar (Perda No. 5 tahun
1983) dan SOTK Dinas Pariwisata Jabar (Perda No. 5 tahun
1981).
 SOTK dinas / lembaga tertentu diatur lebih dahulu dibanding
Perda pembentukan dinas / lembaga yang bersangkutan.
Contoh : SOTK dan Pembentukan Dinas Pariwisata Jabar.
 Tata penomoran Perda tidak konsisten / tidak konsekuen.
Contoh : Perda Nomor 4 tahun 1974, dengan Perda Nomor 5
Dp.040/PD/ 1978.
Fenomena Empirik
Survei Persepsi thd DPRD
Sumber: Kompas, 29 Januari 2007
Survei Persepsi thd DPRD
Sumber: Kompas, 29 Januari 2007
 Mahfud MD: 1) pemahaman thd legal drafting dan
aturan ketatanegaraan rendah; 2) UU/Perda yg
disusun adalah produk permainan politik; 3)
UU/Perda tdk mampu mengikuti perkembangan
masyarakat.
 Kurangnya pengetahuan dan minat anggota legislatif
dalam tugasnya (Jan Michiel Otto dkk, Using
Legislative Theory to Improve Law and Development
Projects, 2004).
Mengapa Kapasitas Legislasi Rendah?
 Kualitas rata-rata anggota DPR belum bisa diharapkan
menghasilkan UU yang baik;
 DPR belum sepenuhnya memiliki sistem yang baik
dalam menyerap aspirasi masyarakat dan belum
memberikan informasi thd perkembangan
pembahasan sebuah RUU;
 DPR tidak mendapatkan dukungan teknis yang
memadai, terutama dukungan tim ahli, akses data
dan informasi serta dukungan teknis lainnya;
(Lukman Hakim Saifuddin, 2007)
Mengapa Kapasitas Legislasi Rendah?
Pemahaman Umum:
Teori Stufenbau Hans Kelsen
 Grundnorm adalah dasar berlaku dari semua kaedah yg berasal dari
sistem tata hukum.
 Psl 3 UU 10/2004: UUD 1945 merupakan hukum dasar dalam Peraturan
Perundang-undangan.
Grundnorm
Individual Norm
Norma
Individu
Norma
Umum
Norma Dasar
Peraturan Perundang-Undangan
Lex Superiori derogat legi Inferiori
Lex Posteriori derogat legi Anteriori
Lex Specialis derogat legi Generalis
Inferior
Superior
Lama Baru
Generalis Specialis
Pemahaman Umum:
Prinsip Umum Peraturan Per-UU-an
LAMA BARU
UU 5/1974  Sebagai unsur Pemda, DPRD
memegang kekuasaan mengatur
(reglementaire pouvoir) dan kekuasaan
melaksanakan (executive pouvoir)
UU 22/1999 dan UU 32/2004  DPRD
hanya memiliki kekuasaan pengaturan
(regulatory / reglementaire pouvoir)
Perda dibentuk untuk menerjemahkan amanat
peraturan yang lebih tinggi (lex inferiori), atau
membuat hukum yang telah ada
pengaturannya secara umum (lex specialis)
Perda tidak hanya berfungsi sebagai
penerjemah peraturan yang lebih tinggi atau
sebagai lex specialis, tetapi juga untuk
menciptakan hukum baru (law making)
Perda tidak masuk dalam Tata Urutan
Peraturan Per-UU-an (Tap MPRS XX/1966)
Perda diakui sebagai salah satu Tata Urutan
Peraturan Per-UU-an (Tap MPR III/2000
dan UU No. 10/2004)
Daerah hanya memiliki 2 bentuk peraturan
perundangan di tingkat top managerial (Perda
dan Keputusan Kepala Daerah)
Selain Perda dan Keputusan KDH, Daerah
juga memiliki produk hukum berupa
Peraturan KDH, shg Beschikking dan
Regeling dapat dipisahkan secara tegas.
Belum adanya kriteria baku dan konkrit dalam
penyusunan peraturan perundangan di daerah
Telah lahir Permendagri No. 15 dan 16
Tahun 2006.
PERDA & Otonomi Daerah
 PERDA adalah Peraturan Per-UU-an yang dibentuk oleh
DPRD dengan persetujuan Kepala Daerah.
 UU No. 32/2004 Pasal 136 menyebutkan:
(1) PERDA ditetapkan oleh Kepala Daerah setelah mendapat
persetujuan bersama DPRD.
(2) PERDA dibentuk dalam rangka penyelenggaraan otonomi
daerah provinsi/kabupaten/kota.
(3) PERDA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
penjabaran lebih lanjut dari peraturan per-UU-an yang lebih
tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing-masing daerah.
(4) PERDA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang
bertentangan dengan kepentingan umum dan /atau peraturan
per-UU-an yang lebih tinggi.
Kapan materi tertentu diatur dlm
Perda, Per. KDH, atau Kep. KDH?
 Mengikat masyarakat umum, membebankan kewajiban
tertentu kepada penduduk, mengurangi kebebasan warga
negara, atau memuat keharusan & larangan tertentu.
 Ada penyebutan secara limitatif dari peraturan perundangan
yg lebih tinggi (UU, PP, Kepres) bahwa suatu aspek tertentu
harus / dapat diatur dengan Perda.
 Untuk melaksanakan pasal-pasal atau ketentuan dalam
peraturan perundangan yg lebih tinggi yg tidak disebutkan
secara limitatif, namun dipandang memiliki bobot kepentingan
yg luas untuk daerah ybs dan masyarakatnya.
 Melaksanakan peraturan perundangan dalam bidang legislatif
(UU Kepartaian, UU Pemilu, UU Susduk MPR/DPR/DPRD, dsb).
 Melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam Perda yg disebutkan
secara limitatif-enunsiatif.
 Melaksanakan pasal-pasal atau ketentuan dalam Perda yg tidak
disebutkan secara limitatif, namun dipandang memiliki bobot
kepentingan yg umum dan luas untuk daerah ybs.
 Melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam Perda yg disebutkan
secara limitatif.
 Melaksanakan pasal-pasal atau ketentuan dalam Perda yg tidak
disebutkan secara limitatif, namun dipandang memiliki bobot
kepentingan yg konkrit dan spesifik untuk daerah ybs.
 Menjalankan fungsi sebagai kepala pemerintahan di daerah
(executive pouvoir).
 Menjalankan tugas-tugas pembantuan yg dibebankan oleh
pemerintah tingkat atasnya.
 Kejelasan tujuan;
 Kelembagaan atau organ pembentuk yg tepat;
 Kesesuaian antara jenis & materi muatan;
 Dapat dilaksanakan;
 Kedayagunaan dan kehasilgunaan;
 Kejelasan rumusan; dan
 Keterbukaan (Ps. 137 UU No. 32/2004).
 Perda dapat memuat ketentuan tentang pembebanan
biaya paksaan penegakan hukum, seluruhnya atau
sebagian kepada pelanggar sesuai dengan peraturan
perundangan.
 Perda dapat memuat ancaman pidana kurungan paling
lama 6 bulan atau denda paling banyak Rp 50 juta.
 Perda dapat memuat ancaman pidana atau denda
selain yg dimaksud pada ayat (2), sesuai dengan yg
diatur dalam peraturan perundangan lainnya.
(Pasal 143)
Pengesahan PERDA (Pasal 144)
 Rancangan Perda yg telah disetujui bersama oleh DPRD dan
KDH disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada KDH untuk
ditetapkan sebagai Perda.
 Penyampaian rancangan Perda tsb dilakukan dalam jangka
waktu paling lama 7 hari terhitung sejak tanggal persetujuan
bersama.
 Rancangan Perda ditetapkan oleh KDH paling lama 30 hari sejak
rancangan tersebut disetujui bersama.
 Dalam hal rancangan Perda tidak ditetapkan KDH dalam waktu
yg ditentukan, rancangan Perda tersebut sah menjadi Perda
dan wajib diundangkan dengan memuatnya dalam LD.
 Rumusan kalimat pengesahannya berbunyi, “Perda ini
dinyatakan sah,” dengan mencantumkan tanggal sahnya.
 Kalimat pengesahan tsb harus dibubuhkan pada halaman
terakhir Perda sebelum pengundangan naskah Perda ke dalam
LD.
Legal Problem
 Ancaman Judicial Review;
 Political will KDH untuk melaksanakan
amanat Perda tersebut menjadi rendah;
 Persfektif HAN tidak dibenarkan, karena
disini akan muncul Kop KEPALA DAERAH
(Gubernur / Bupati / Walikota).
Penyampaian & Pembatalan PERDA
(Pasal 145)
 Perda disampaikan kepada Pemerintah paling lama 7 hari setelah
ditetapkan.
 Perda yg bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau
peraturan perundang-undangan yg lebih tinggi dapat dibatalkan
oleh Pemerintah.
 Keputusan pembatalan tsb ditetapkan dengan Peraturan
Presiden paling lama 60 hari sejak diterimanya Perda.
 Paling lama 7 hari setelah keputusan pembatalan, KDH harus
memberhentikan pelaksanaan Perda dan selanjutnya DPRD
bersama KDH mencabut Perda dimaksud.
 Apabila provinsi/kabupaten/kota tidak dapat menerima
keputusan pembatalan dengan alasan yg dapat dibenarkan, KDH
dapat mengajukan keberatan kepada MA.
 Apabila keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, putusan
MA tsb menyatakan Perpres menjadi batal dan tidak mempunyai
kekuatan hukum.
Evaluasi Raperda APBD (Ps 185)
 Raperda APBD Prov. yg telah disetujui bersama, sebelum
ditetapkan oleh Gubernur, paling lambat 3 hari disampaikan kpd
Mendagri untuk dievaluasi.
 Hasil evaluasi disampaikan Mendagri kpd Gubernur paling
lambat 15 hari terhitung sejak diterimanya rancangan tsb.
 Apabila Mendagri menyatakan hasil evaluasi Raperda APBD
sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan
perundangan yg lebih tinggi, Gubernur menetapkan menjadi
Perda.
 Apabila sebaliknya, Gubernur bersama DPRD melakukan
penyempurnaan paling lama 7 hari terhitung sejak diterimanya
hasil evaluasi.
 Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Gubernur dan
DPRD, dan Gubernur tetap menetapkan Raperda APBD menjadi
Perda, Mendagri membatalkan Perda dimaksud sekaligus
menyatakan berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya.
Proses penetapan Raperda yg
berkaitan dengan pajak daerah,
retribusi daerah, dan tata ruang
daerah menjadi Perda, berlaku Pasal
185 & Pasal 186, BUKAN pasal 145 !!
Pasal 189
Siapa yg berwenang membatalkan
PERDA?
 Pasal 145 UU No. 32/2004  Peraturan Presiden.
 Pasal 185 UU No. 32/2004  Kepmendagri untuk
Perda APBD, PDRD dan Tata Ruang Prov.
 Pasal 186 UU No. 32/2004  Kep. Gubernur
untuk Perda APBD, PDRD dan Tata Ruang
Kab/Kota.
 PP No. 79/2005  Peraturan Presiden atau
Peraturan Menteri.
 Potensi konflik Daerah (KDH + DPRD) dengan
Pemerintah  Pembatalan oleh Pemerintah atau
Depdagri (APBD, PDRD).
 Potensi konflik di Daerah (antara KDH dengan DPRD)
 Peraturan KDH tentang APBD (ps 187).  apakah
tdk bertentangan dg prinsip “representasi”?
 Apakah Mendagri dianggap memiliki “kewenangan
atribusi (delegasi legislatif)“ untuk membatalkan
Perda?
Permendagri No. 15/2006 ttg
Jenis & Bentuk Produk Hukum Daerah
Jenis Produk Hukum Daerah terdiri atas:
Peraturan Daerah;
Peraturan Kepala Daerah;
Peraturan Bersama Kepala Daerah;
Keputusan Kepala Daerah; dan
Instruksi Kepala Daerah.
1-3 bersifat Pengaturan; 4-5 bersifat Penetapan.
Permendagri No. 16/2006 ttg
Dur Sun Produk Hukum Daerah
 Penyusunan produk hukum daerah yg bersifat pengaturan
dilakukan berdasarkan Prolegda, yakni instrumen perencanaan
pembentukan produk hukum daerah yg disusun secara
terencana, terpadu & sistematis.
 Penyusunan rancangan produk hukum daerah dilakukan oleh
SKPD, dan dapat didelegasikan kpd Biro / Bagian Hukum.
 Dibentuk Tim Antar SKPD diketuai oleh Pimpinan SKPD
pemrakarsa atau pejabat yg ditunjuk oleh KDH dan Kepala Biro /
Bagian Hukum sbg sekretaris.
 Pembahasan rancangan produk hukum daerah dititik-beratkan
pada permasalahan yg bersifat prinsip mengenai: objek yg
diatur, jangkauan, dan arah pengaturan.
Pasal 8 -13
 Rancangan produk hukum daerah yg telah dibahas harus
mendapatkan paraf koordinasi Kepala Biro / Bagian Hukum dan
pimpinan SKPD ybs. Selanjutnya rancangan tsb diajukan kpd
KDH via Sekda.
 Sekda dapat melakukan perubahan / penyempurnaan thd
rancangan tsb & mengembalikan kpd pimpinan SKPD terkait.
Hasil penyempurnaannya, diajukan kembali kpd Sekda dengan
memberikan paraf koordinasi.
 Produk hukum daerah yg berupa rancangan Perda atas
prakarsa KDH disampaikan kepada DPRD untuk dilakukan
pembahasan. Untuk itu dibentuk Tim Asistensi yg diketuai oleh
Sekda atau pejabat yang ditunjuk oleh KDH. Sekretariat Tim ini
adalah Biro / Bagian Hukum.
 Pembahasan rancangan Perda atas inisiatif DPRD
dikoordinasikan oleh Sekda atau Pimpinan SKPD terkait.
Pasal 14 -16
 Penyusunan produk hukum daerah yg bersifat penetapan
dilakukan oleh Pimpinan SKPD berdasarkan Tupoksinya.
 Produk hukum tsb diajukan kpd Sekda setelah mendapat
paraf koordinasi dari Kepala Biro / Bagian Hukum.
 Produk hukum daerah yg bersifat penetapan
ditandatangani oleh KDH, atau dapat didelegasikan kepada
Sekda.
 Penomoran produk hukum daerah yg bersifat pengaturan
menggunakan nomor bulat.
 Penomoran produk hukum daerah yg bersifat penetapan
mengggunakan nomor kode klasifikasi.
Pengujian Peraturan Per-UU-an
 Sejak lama kita menganut prinsip hukum sipil Romawi
(Roman civil law) bahwa “undang-undang tidak dapat
diganggu-gugat” (onschendbaarheid van de wet).
 Baru thn 2003 dibentuk Mahkamah Konstitusi yg
memiliki tugas / wewenang untuk menguji UU thd UUD
1945 (UU No. 24/2003).
 Ada 2 tingkatan Judicial review:
 Tingkat UU  kompetensi MK
 Tingkatan dibawah UU  kompetensi MA
 Bagaimana dengan Executive Review dan Legislative
Review?
Kategori Mahkamah Agung Pemerintah
Jenis Review Judicial review Executive Review
Bentuk Review Permohonan Keberatan 1. Pengawasan preventif terhadap
Raperda bermuatan APBD,
pajak dan retribusi daerah serta
tata ruang
2. Pengawasan represif terhadap
semua Perda yang dihasilkan
daerah
Lembaga yang
melakukan review
Mahkamah Agung Depdagri dibantu dengan:
 Departemen Keuangan
 Departemen PU
 Depkumham
Sifat kewenangan
lembaga yg mereview
Pasif, menunggu datangnya
permohonan
Aktif melakukan pengawasan,
evaluasi terhadap seluruh Perda
Kapasitas Lembaga Menyelesaikan sengketa peraturan
perundangan yg timbul dibawah
undang-undang terhadap undang-
undang (konflik norma)
Dalam rangka pengawasan dan
pembinaan terhadap pemerintah
daerah
Standar pengujian 1. Bertentangan dengan peraturan
perundangan yang lebih tinggi
2. Pembentukannya tidak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
1.Bertentangan dengan peraturan
perundangan yang lebih tinggi
2.Bertentangan dengan kepentingan
umum
Evaluasi PERDA
 Dimensi Formal (bentuk dan jenis Per-UU-an  lih.
Permendagri 15/2006). Penyimpangan thd dimensi
formal akan berdampak pada status “nietig”.  jo.
“wetmatigheid”
 Dimensi Material (substansi / isi, dampak  content
analysis). Penyimpangan thd dimensi material akan
berdampak pada status “vernietig baar”.  jo.
“rechtmatigheid”
 Dimensi Keterkaitan / Harmonisasi  duplikasi?,
bertentangan?
Mekanisme Evaluasi PERDA
 Top-down
o Pemerintah thd Daerah
o Mendagri thd Provinsi (cq. APBN, PDRD, TR)
o Gubernur thd Kab/Kota
 Self-Assessment
o Perlu obyektivitas ttg kriteria, indikator, dan
pembobotan.
o Perlu pedoman teknis ttg prosedur, akibat hukum
jika ya/tidak, dll.
PERDA dan
Perbuatan Melawan Hukum
 Perbuatan melanggar hukum (onrechmatige
overheidsdaad),
 Perbuatan menyalahgunakan / melampaui
wewenang (detournement de pouvoir),
 Perbuatan sewenang-wenang (abus de
droit).
Partisipasi Masyarakat
 Pembentukan Perda harus mengikutsertakan stakeholders melalui
mekanisme partisipasi masyarakat  Psl 53 UU 10/2004 & Psl 139
UU 32/2004 menyatakan: “Masyarakat berhak memberikan
masukan secara lisan atau tertulis, baik dalam tahap penyiapan
maupun pembahasan RUU dan Ranperda”.
 Partisipasi dapat dibangun melalui “Forum Warga” dan “Jaring
Asmara” antara Perguruan Tinggi-Ormas-Profesi-LSM; Konsultasi
Publik, dsb.
 Bentuk2
partisipasi masyarakat dapat diekspresikan melalui:
o Prakarsa untuk mengatur sesuatu.
o Prakarsa dalam proses penyusunan.
o Prakarsa dalam memberikan pendapat.
o Prakarsa dalam memberikan penilaian.
o Prakarsa dalam memberikan kontrol.
Partisipasi Publik di Afrika Selatan
 Working draft pertama 5 juta , 11 bahasa.
 Working draft kedua 7 juta , 11 bahasa.
 Rekaman kaset & Braille buat tuna netra.
 1 juta komik HAM + Guidance untuk guru.
 National Constitution Week.
 Hasilnya:
o 73%, 18,5 juta terjaring proses kampanye
Constitutional Assembly.
o 84% perduli & ingin membaca konstitusi.
Semoga Bermanfaat …

More Related Content

What's hot

Materi regulasi di desa 2018
Materi regulasi di desa 2018Materi regulasi di desa 2018
Materi regulasi di desa 2018
Ardi Susanto
 
Hierarki peraturan perundang undangan
Hierarki peraturan perundang undanganHierarki peraturan perundang undangan
Hierarki peraturan perundang undanganNailuredha Hermanto
 
keterbukaan informasi publik
keterbukaan informasi publikketerbukaan informasi publik
keterbukaan informasi publik
Dory Sari
 
Sistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahSistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan Daerah
Dadang Solihin
 
Pengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power pointPengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power pointPuspa Bunga
 
Sistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidanaSistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidana
yudikrismen1
 
Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia
Sistem Administrasi Negara Republik IndonesiaSistem Administrasi Negara Republik Indonesia
Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia
StRahmawatiAPabittei
 
22313676 pengantar-ilmu-hukum-slide
22313676 pengantar-ilmu-hukum-slide22313676 pengantar-ilmu-hukum-slide
22313676 pengantar-ilmu-hukum-slideMael Aja
 
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan NasionalSistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Dadang Solihin
 
Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang Undangan
Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang UndanganPengantar Ilmu Pengetahuan Perundang Undangan
Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang Undangan
Imbang Jaya Trenggana
 
Pokok-pokok Pikiran Anggota DPRD dalam Perencanaan Pembangunan Daerah
Pokok-pokok Pikiran Anggota DPRD dalam Perencanaan Pembangunan DaerahPokok-pokok Pikiran Anggota DPRD dalam Perencanaan Pembangunan Daerah
Pokok-pokok Pikiran Anggota DPRD dalam Perencanaan Pembangunan Daerah
Dadang Solihin
 
Penguatan kelembagaan bumdes
Penguatan kelembagaan bumdesPenguatan kelembagaan bumdes
Penguatan kelembagaan bumdes
ibnu istiawan
 
Hukum lingkungan materi kuliah
Hukum lingkungan materi kuliahHukum lingkungan materi kuliah
Hukum lingkungan materi kuliahhukum_lingkungan
 
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantarPolitik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Uiversitas Muhammadiyah Maluku Utara
 
Kapabilitas sistem politik
Kapabilitas sistem politikKapabilitas sistem politik
Kapabilitas sistem politikputra yogi
 
Hukum pajak slide
Hukum pajak slideHukum pajak slide
Hukum pajak slide
Iko Matussuniah
 
Hukum administrasi negara
Hukum administrasi negaraHukum administrasi negara
Hukum administrasi negara
Bayu Rizky Aditya
 
Produk Hukum Daerah
Produk Hukum DaerahProduk Hukum Daerah
Produk Hukum Daerah
Ardi Susanto
 
Perbandingan Administrasi Negara Perancis vs. indonesia
Perbandingan Administrasi Negara Perancis vs. indonesiaPerbandingan Administrasi Negara Perancis vs. indonesia
Perbandingan Administrasi Negara Perancis vs. indonesia
Siti Sahati
 

What's hot (20)

Materi regulasi di desa 2018
Materi regulasi di desa 2018Materi regulasi di desa 2018
Materi regulasi di desa 2018
 
Hierarki peraturan perundang undangan
Hierarki peraturan perundang undanganHierarki peraturan perundang undangan
Hierarki peraturan perundang undangan
 
keterbukaan informasi publik
keterbukaan informasi publikketerbukaan informasi publik
keterbukaan informasi publik
 
Sistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahSistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan Daerah
 
Pengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power pointPengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power point
 
Sistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidanaSistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidana
 
Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia
Sistem Administrasi Negara Republik IndonesiaSistem Administrasi Negara Republik Indonesia
Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia
 
22313676 pengantar-ilmu-hukum-slide
22313676 pengantar-ilmu-hukum-slide22313676 pengantar-ilmu-hukum-slide
22313676 pengantar-ilmu-hukum-slide
 
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan NasionalSistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
 
Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang Undangan
Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang UndanganPengantar Ilmu Pengetahuan Perundang Undangan
Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang Undangan
 
Pokok-pokok Pikiran Anggota DPRD dalam Perencanaan Pembangunan Daerah
Pokok-pokok Pikiran Anggota DPRD dalam Perencanaan Pembangunan DaerahPokok-pokok Pikiran Anggota DPRD dalam Perencanaan Pembangunan Daerah
Pokok-pokok Pikiran Anggota DPRD dalam Perencanaan Pembangunan Daerah
 
Penguatan kelembagaan bumdes
Penguatan kelembagaan bumdesPenguatan kelembagaan bumdes
Penguatan kelembagaan bumdes
 
Hukum lingkungan materi kuliah
Hukum lingkungan materi kuliahHukum lingkungan materi kuliah
Hukum lingkungan materi kuliah
 
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantarPolitik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
 
Legal drafting
Legal draftingLegal drafting
Legal drafting
 
Kapabilitas sistem politik
Kapabilitas sistem politikKapabilitas sistem politik
Kapabilitas sistem politik
 
Hukum pajak slide
Hukum pajak slideHukum pajak slide
Hukum pajak slide
 
Hukum administrasi negara
Hukum administrasi negaraHukum administrasi negara
Hukum administrasi negara
 
Produk Hukum Daerah
Produk Hukum DaerahProduk Hukum Daerah
Produk Hukum Daerah
 
Perbandingan Administrasi Negara Perancis vs. indonesia
Perbandingan Administrasi Negara Perancis vs. indonesiaPerbandingan Administrasi Negara Perancis vs. indonesia
Perbandingan Administrasi Negara Perancis vs. indonesia
 

Viewers also liked

Perda Inisiatif dan Legal Drafting
Perda Inisiatif dan Legal DraftingPerda Inisiatif dan Legal Drafting
Perda Inisiatif dan Legal Drafting
Tri Widodo W. UTOMO
 
PROSES PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH
PROSES PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI DAERAHPROSES PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH
PROSES PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI DAERAHAde Suerani
 
Program legislasi daerah
Program legislasi daerahProgram legislasi daerah
Program legislasi daerah
jiwamulyapoegoeh9
 
Inovasi dan Inisiatif Program Legislasi
Inovasi dan Inisiatif Program LegislasiInovasi dan Inisiatif Program Legislasi
Inovasi dan Inisiatif Program Legislasi
Tri Widodo W. UTOMO
 
Kesetaraan DPRD dan Kepala Daerah dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Kesetaraan DPRD dan Kepala Daerah dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kesetaraan DPRD dan Kepala Daerah dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Kesetaraan DPRD dan Kepala Daerah dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Dadang Solihin
 
Penguatan Tupoksi dan Mekanisme Kerja DPRD dalam Penetapan Perda yang Konteks...
Penguatan Tupoksi dan Mekanisme Kerja DPRD dalam Penetapan Perda yang Konteks...Penguatan Tupoksi dan Mekanisme Kerja DPRD dalam Penetapan Perda yang Konteks...
Penguatan Tupoksi dan Mekanisme Kerja DPRD dalam Penetapan Perda yang Konteks...
Dadang Solihin
 
Tata Cara Pembahasan Raperda di DPRD
Tata Cara Pembahasan Raperda di DPRDTata Cara Pembahasan Raperda di DPRD
Tata Cara Pembahasan Raperda di DPRDAde Suerani
 
TEHNIK PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DAERAH YANG BERSIFAT PENETAPAN (KEPUTUSAN)
TEHNIK PENYUSUNAN  PRODUK HUKUM DAERAH YANG BERSIFAT PENETAPAN (KEPUTUSAN)TEHNIK PENYUSUNAN  PRODUK HUKUM DAERAH YANG BERSIFAT PENETAPAN (KEPUTUSAN)
TEHNIK PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DAERAH YANG BERSIFAT PENETAPAN (KEPUTUSAN)
Ahmad Medapri
 
Presentase UU No. 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik
Presentase UU No. 2  Tahun 2011 tentang Partai PolitikPresentase UU No. 2  Tahun 2011 tentang Partai Politik
Presentase UU No. 2 Tahun 2011 tentang Partai PolitikM Ungang
 
Penjelasan Raperda ttg Pembentukan Perda
Penjelasan Raperda ttg Pembentukan PerdaPenjelasan Raperda ttg Pembentukan Perda
Penjelasan Raperda ttg Pembentukan PerdaAde Suerani
 
Raperda ttg Pembentukan Perda
Raperda ttg Pembentukan Perda Raperda ttg Pembentukan Perda
Raperda ttg Pembentukan Perda Ade Suerani
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARA...
 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARA... PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARA...
iniPurwokerto
 
Pemetaan sosial eyas-2 desember 2015
Pemetaan sosial eyas-2 desember 2015Pemetaan sosial eyas-2 desember 2015
Pemetaan sosial eyas-2 desember 2015
Muki Trenggono Wicaksono
 
Memahami produk hukum daerah sebagai medium resolusi konflik di kawasan kehut...
Memahami produk hukum daerah sebagai medium resolusi konflik di kawasan kehut...Memahami produk hukum daerah sebagai medium resolusi konflik di kawasan kehut...
Memahami produk hukum daerah sebagai medium resolusi konflik di kawasan kehut...
Muki Trenggono Wicaksono
 
Perda 5_th_2015_ttg_produk_hukum_daerah
Perda  5_th_2015_ttg_produk_hukum_daerahPerda  5_th_2015_ttg_produk_hukum_daerah
Perda 5_th_2015_ttg_produk_hukum_daerah
Kantor Desa Junwangi
 
Laporan Balegda atas Prolegda Sultra
Laporan Balegda atas Prolegda SultraLaporan Balegda atas Prolegda Sultra
Laporan Balegda atas Prolegda SultraAde Suerani
 

Viewers also liked (20)

Perda Inisiatif dan Legal Drafting
Perda Inisiatif dan Legal DraftingPerda Inisiatif dan Legal Drafting
Perda Inisiatif dan Legal Drafting
 
PROSES PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH
PROSES PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI DAERAHPROSES PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH
PROSES PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH
 
Program legislasi daerah
Program legislasi daerahProgram legislasi daerah
Program legislasi daerah
 
Inovasi dan Inisiatif Program Legislasi
Inovasi dan Inisiatif Program LegislasiInovasi dan Inisiatif Program Legislasi
Inovasi dan Inisiatif Program Legislasi
 
Uu parpol 2011
Uu parpol 2011Uu parpol 2011
Uu parpol 2011
 
Kesetaraan DPRD dan Kepala Daerah dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Kesetaraan DPRD dan Kepala Daerah dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kesetaraan DPRD dan Kepala Daerah dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Kesetaraan DPRD dan Kepala Daerah dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
 
Penguatan Tupoksi dan Mekanisme Kerja DPRD dalam Penetapan Perda yang Konteks...
Penguatan Tupoksi dan Mekanisme Kerja DPRD dalam Penetapan Perda yang Konteks...Penguatan Tupoksi dan Mekanisme Kerja DPRD dalam Penetapan Perda yang Konteks...
Penguatan Tupoksi dan Mekanisme Kerja DPRD dalam Penetapan Perda yang Konteks...
 
Tata Cara Pembahasan Raperda di DPRD
Tata Cara Pembahasan Raperda di DPRDTata Cara Pembahasan Raperda di DPRD
Tata Cara Pembahasan Raperda di DPRD
 
TEHNIK PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DAERAH YANG BERSIFAT PENETAPAN (KEPUTUSAN)
TEHNIK PENYUSUNAN  PRODUK HUKUM DAERAH YANG BERSIFAT PENETAPAN (KEPUTUSAN)TEHNIK PENYUSUNAN  PRODUK HUKUM DAERAH YANG BERSIFAT PENETAPAN (KEPUTUSAN)
TEHNIK PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DAERAH YANG BERSIFAT PENETAPAN (KEPUTUSAN)
 
Pemecahan masalah
Pemecahan masalahPemecahan masalah
Pemecahan masalah
 
Presentase UU No. 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik
Presentase UU No. 2  Tahun 2011 tentang Partai PolitikPresentase UU No. 2  Tahun 2011 tentang Partai Politik
Presentase UU No. 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik
 
Penjelasan Raperda ttg Pembentukan Perda
Penjelasan Raperda ttg Pembentukan PerdaPenjelasan Raperda ttg Pembentukan Perda
Penjelasan Raperda ttg Pembentukan Perda
 
Raperda ttg Pembentukan Perda
Raperda ttg Pembentukan Perda Raperda ttg Pembentukan Perda
Raperda ttg Pembentukan Perda
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARA...
 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARA... PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARA...
 
Presentasi Artikulasi Identitas Keadatan
Presentasi Artikulasi Identitas KeadatanPresentasi Artikulasi Identitas Keadatan
Presentasi Artikulasi Identitas Keadatan
 
Pemetaan sosial eyas-2 desember 2015
Pemetaan sosial eyas-2 desember 2015Pemetaan sosial eyas-2 desember 2015
Pemetaan sosial eyas-2 desember 2015
 
Hutan Adat Kab.Kerinci_2015
Hutan Adat Kab.Kerinci_2015Hutan Adat Kab.Kerinci_2015
Hutan Adat Kab.Kerinci_2015
 
Memahami produk hukum daerah sebagai medium resolusi konflik di kawasan kehut...
Memahami produk hukum daerah sebagai medium resolusi konflik di kawasan kehut...Memahami produk hukum daerah sebagai medium resolusi konflik di kawasan kehut...
Memahami produk hukum daerah sebagai medium resolusi konflik di kawasan kehut...
 
Perda 5_th_2015_ttg_produk_hukum_daerah
Perda  5_th_2015_ttg_produk_hukum_daerahPerda  5_th_2015_ttg_produk_hukum_daerah
Perda 5_th_2015_ttg_produk_hukum_daerah
 
Laporan Balegda atas Prolegda Sultra
Laporan Balegda atas Prolegda SultraLaporan Balegda atas Prolegda Sultra
Laporan Balegda atas Prolegda Sultra
 

Similar to Penguatan Kapasitas Legislasi Anggota DPRD

Konstitusi Dalam Optik Legisprudensi
Konstitusi Dalam Optik LegisprudensiKonstitusi Dalam Optik Legisprudensi
Konstitusi Dalam Optik Legisprudensi
Universitas Trisakti
 
Slide Hasil Tesis.pptx
Slide Hasil Tesis.pptxSlide Hasil Tesis.pptx
Slide Hasil Tesis.pptx
dedybachrie
 
Ali R-Sumber HTN indonesia
Ali R-Sumber HTN indonesiaAli R-Sumber HTN indonesia
Ali R-Sumber HTN indonesia
Universitas Trisakti
 
KULIAH-HUKUM-TATA-NEGARA2-M.-Yusrizal.pptx
KULIAH-HUKUM-TATA-NEGARA2-M.-Yusrizal.pptxKULIAH-HUKUM-TATA-NEGARA2-M.-Yusrizal.pptx
KULIAH-HUKUM-TATA-NEGARA2-M.-Yusrizal.pptx
Husnul9
 
KULIAH-HUKUM-TATA-NEGARA2-M.-Yusrizal.pptx
KULIAH-HUKUM-TATA-NEGARA2-M.-Yusrizal.pptxKULIAH-HUKUM-TATA-NEGARA2-M.-Yusrizal.pptx
KULIAH-HUKUM-TATA-NEGARA2-M.-Yusrizal.pptx
primakarya2
 
MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...
MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...
MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...
ArsipDatunNTT
 
Proses Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.pptx
Proses Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.pptxProses Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.pptx
Proses Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.pptx
Egi Fahroji
 
Tugas politik hukum
Tugas politik hukumTugas politik hukum
Tugas politik hukum
FaizalAndiIchal
 
Independensi Anggaran Dan Personel Ri
Independensi Anggaran Dan Personel RiIndependensi Anggaran Dan Personel Ri
Independensi Anggaran Dan Personel Ri
fritz Siregar
 
Kelas Legislatif GmnI FISIP Undip: Studi Parlemen, Peran Lembaga Perwakilan D...
Kelas Legislatif GmnI FISIP Undip: Studi Parlemen, Peran Lembaga Perwakilan D...Kelas Legislatif GmnI FISIP Undip: Studi Parlemen, Peran Lembaga Perwakilan D...
Kelas Legislatif GmnI FISIP Undip: Studi Parlemen, Peran Lembaga Perwakilan D...
DPK GmnI FISIP Undip
 
MATERI UNTIRTA 26 JANUARI 2023.pptx
MATERI UNTIRTA 26 JANUARI 2023.pptxMATERI UNTIRTA 26 JANUARI 2023.pptx
MATERI UNTIRTA 26 JANUARI 2023.pptx
Ubaidillah69
 
PERTEMUAN 7.pptx
PERTEMUAN 7.pptxPERTEMUAN 7.pptx
PERTEMUAN 7.pptx
BeatDragon
 
Ketika Hukum di negeriku dikali NOL
Ketika Hukum di negeriku dikali NOLKetika Hukum di negeriku dikali NOL
Ketika Hukum di negeriku dikali NOLatuulll
 
Ketika Hukum di Negeriku dikali NOL
Ketika Hukum di Negeriku dikali NOLKetika Hukum di Negeriku dikali NOL
Ketika Hukum di Negeriku dikali NOLatuulll
 
Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014
Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014
Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014Ahmad Solihin
 
PPKN (Negara & konstitusi)
PPKN (Negara & konstitusi)PPKN (Negara & konstitusi)
PPKN (Negara & konstitusi)Eko Budi
 
Negara & konstitusi
Negara & konstitusiNegara & konstitusi
Negara & konstitusi
Eko Budi
 

Similar to Penguatan Kapasitas Legislasi Anggota DPRD (20)

Konstitusi Dalam Optik Legisprudensi
Konstitusi Dalam Optik LegisprudensiKonstitusi Dalam Optik Legisprudensi
Konstitusi Dalam Optik Legisprudensi
 
Ipu
IpuIpu
Ipu
 
Slide Hasil Tesis.pptx
Slide Hasil Tesis.pptxSlide Hasil Tesis.pptx
Slide Hasil Tesis.pptx
 
Ali R-Sumber HTN indonesia
Ali R-Sumber HTN indonesiaAli R-Sumber HTN indonesia
Ali R-Sumber HTN indonesia
 
KULIAH-HUKUM-TATA-NEGARA2-M.-Yusrizal.pptx
KULIAH-HUKUM-TATA-NEGARA2-M.-Yusrizal.pptxKULIAH-HUKUM-TATA-NEGARA2-M.-Yusrizal.pptx
KULIAH-HUKUM-TATA-NEGARA2-M.-Yusrizal.pptx
 
KULIAH-HUKUM-TATA-NEGARA2-M.-Yusrizal.pptx
KULIAH-HUKUM-TATA-NEGARA2-M.-Yusrizal.pptxKULIAH-HUKUM-TATA-NEGARA2-M.-Yusrizal.pptx
KULIAH-HUKUM-TATA-NEGARA2-M.-Yusrizal.pptx
 
MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...
MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...
MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...
 
Proses Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.pptx
Proses Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.pptxProses Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.pptx
Proses Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.pptx
 
Tugas politik hukum
Tugas politik hukumTugas politik hukum
Tugas politik hukum
 
Materi Bagian Hukum
Materi Bagian HukumMateri Bagian Hukum
Materi Bagian Hukum
 
Legislasi dprd
Legislasi dprdLegislasi dprd
Legislasi dprd
 
Independensi Anggaran Dan Personel Ri
Independensi Anggaran Dan Personel RiIndependensi Anggaran Dan Personel Ri
Independensi Anggaran Dan Personel Ri
 
Kelas Legislatif GmnI FISIP Undip: Studi Parlemen, Peran Lembaga Perwakilan D...
Kelas Legislatif GmnI FISIP Undip: Studi Parlemen, Peran Lembaga Perwakilan D...Kelas Legislatif GmnI FISIP Undip: Studi Parlemen, Peran Lembaga Perwakilan D...
Kelas Legislatif GmnI FISIP Undip: Studi Parlemen, Peran Lembaga Perwakilan D...
 
MATERI UNTIRTA 26 JANUARI 2023.pptx
MATERI UNTIRTA 26 JANUARI 2023.pptxMATERI UNTIRTA 26 JANUARI 2023.pptx
MATERI UNTIRTA 26 JANUARI 2023.pptx
 
PERTEMUAN 7.pptx
PERTEMUAN 7.pptxPERTEMUAN 7.pptx
PERTEMUAN 7.pptx
 
Ketika Hukum di negeriku dikali NOL
Ketika Hukum di negeriku dikali NOLKetika Hukum di negeriku dikali NOL
Ketika Hukum di negeriku dikali NOL
 
Ketika Hukum di Negeriku dikali NOL
Ketika Hukum di Negeriku dikali NOLKetika Hukum di Negeriku dikali NOL
Ketika Hukum di Negeriku dikali NOL
 
Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014
Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014
Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014
 
PPKN (Negara & konstitusi)
PPKN (Negara & konstitusi)PPKN (Negara & konstitusi)
PPKN (Negara & konstitusi)
 
Negara & konstitusi
Negara & konstitusiNegara & konstitusi
Negara & konstitusi
 

More from Tri Widodo W. UTOMO

Pembangunan IKN sbg Strategi Penggerak Pemerataan
Pembangunan IKN sbg Strategi Penggerak PemerataanPembangunan IKN sbg Strategi Penggerak Pemerataan
Pembangunan IKN sbg Strategi Penggerak Pemerataan
Tri Widodo W. UTOMO
 
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat IIVisitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Tri Widodo W. UTOMO
 
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui InovasiNANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
Tri Widodo W. UTOMO
 
Inovasi Kebijakan dalam Administrasi Publik
Inovasi Kebijakan dalam Administrasi PublikInovasi Kebijakan dalam Administrasi Publik
Inovasi Kebijakan dalam Administrasi Publik
Tri Widodo W. UTOMO
 
Beyond IKK: Kualitas Kebijakan Kementerian Kesehatan
Beyond IKK: Kualitas Kebijakan Kementerian KesehatanBeyond IKK: Kualitas Kebijakan Kementerian Kesehatan
Beyond IKK: Kualitas Kebijakan Kementerian Kesehatan
Tri Widodo W. UTOMO
 
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi BerkelanjutanStrategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
Tri Widodo W. UTOMO
 
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi InformasiInovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
Tri Widodo W. UTOMO
 
Transformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
Transformasi untuk LAN Semakin BerprestasiTransformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
Transformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
Tri Widodo W. UTOMO
 
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus KebijakanTata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
Tri Widodo W. UTOMO
 
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam PemiluStrategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
Tri Widodo W. UTOMO
 
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASNPengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
Tri Widodo W. UTOMO
 
Tranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor BerkelanjutanTranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tri Widodo W. UTOMO
 
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor PublikManajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Tri Widodo W. UTOMO
 
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan PijarProspek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Tri Widodo W. UTOMO
 
Gamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral InsightGamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Tri Widodo W. UTOMO
 
Signifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di DaerahSignifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Tri Widodo W. UTOMO
 
Peta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di IndonesiaPeta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Tri Widodo W. UTOMO
 
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui InovasiKab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Tri Widodo W. UTOMO
 
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus KebijakanPerumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Tri Widodo W. UTOMO
 
Recharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang PanjangRecharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang Panjang
Tri Widodo W. UTOMO
 

More from Tri Widodo W. UTOMO (20)

Pembangunan IKN sbg Strategi Penggerak Pemerataan
Pembangunan IKN sbg Strategi Penggerak PemerataanPembangunan IKN sbg Strategi Penggerak Pemerataan
Pembangunan IKN sbg Strategi Penggerak Pemerataan
 
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat IIVisitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
 
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui InovasiNANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
 
Inovasi Kebijakan dalam Administrasi Publik
Inovasi Kebijakan dalam Administrasi PublikInovasi Kebijakan dalam Administrasi Publik
Inovasi Kebijakan dalam Administrasi Publik
 
Beyond IKK: Kualitas Kebijakan Kementerian Kesehatan
Beyond IKK: Kualitas Kebijakan Kementerian KesehatanBeyond IKK: Kualitas Kebijakan Kementerian Kesehatan
Beyond IKK: Kualitas Kebijakan Kementerian Kesehatan
 
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi BerkelanjutanStrategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
 
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi InformasiInovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
 
Transformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
Transformasi untuk LAN Semakin BerprestasiTransformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
Transformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
 
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus KebijakanTata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
 
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam PemiluStrategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
 
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASNPengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
 
Tranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor BerkelanjutanTranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
 
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor PublikManajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
 
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan PijarProspek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
 
Gamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral InsightGamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral Insight
 
Signifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di DaerahSignifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
 
Peta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di IndonesiaPeta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
 
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui InovasiKab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
 
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus KebijakanPerumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
 
Recharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang PanjangRecharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang Panjang
 

Penguatan Kapasitas Legislasi Anggota DPRD

  • 1. PENINGKATAN KAPASITAS LEGISLASI ANGGOTA DPRD Disampaikan dalam Diklat Peningkatan Kapasitas Anggota DPRD Kabupaten Sukabumi Jakarta, 16 Nopember 2010 Tri Widodo W. Utomo
  • 2. Sistematika Materi  Kondisi Kapasitas Legislasi  Fenomena Empirik  Faktor Penyebab Rendahnya Kapasitas Legislasi  Pemahaman Umum Peraturan Per-UU-an  Reformasi Per-UU-an di Daerah  PERDA dan Pemerintahan Daerah (Otonomi Daerah)  Jenis & Bentuk Produk Hukum Daerah (Permendagri No. 15/2006)  Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah (Permendagri No. 16/2006)  Pengujian Peraturan Per-UU-an & Evaluasi Perda  Partisipasi Masyarakat
  • 3. Bgmn Kapasitas Legislasi Parlemen?  1945- 1949  rata2 37,6 UU /thn.  1959 - 1965  rata2 19,1 /thn.  1966 - 1977  rata2 12,4 /thn.  1982 - 1992  rata2 11,5 /thn.  1993 - 1998  rata2 14,3 /thn.  1999 - 2009  rata2 39 /thn. Apakah kinerja legislasi 1999-2009 sudah dikatakan baik/optimal?  kaitkan dengan variabel jumlah anggota DPR, tuntutan masyarakat yg makin tinggi, kompleksitas masalah yg dihadapi, fasilitas & anggaran yg tersedia, dll.
  • 4. Bgmn Kapasitas Legislasi Parlemen?  2010: 5 UU, s/d Agustus 2010, target 70.  2009 (52 UU, s/d Okt)  2008 (62 UU, s/d Des)  2007 (48 UU, s/d Des)  2006 (23 UU, s/d Des)  2005 (14 UU, s/d Des)  2004 (41 UU, s/d Okt)  2003 (41 UU, s/d Des)  2002 (32 UU, s/d Des)  2001 (22 UU, s/d Nov)  2000 (38 UU, s/d Des)  1999 (56 UU, s/d Okt)  1998 (13 UU, s/d Nov)  1997 (32 UU, s/d Mei)  1996 (9 UU, s/d Des)  1995 (13 UU, s/d Des)  1994 (12 UU, s/d Nov)  1993 (6 UU, s/d Ags) Sumber: www.hukumonline.com (diolah)
  • 5. Bgmn Kapasitas Legislasi Parlemen?  Periode 2003-2009, MK telah menerima 247 permohonan Uji Materi thd UU, dan 58 diantaranya dinyatakan bertentangan dg UUD.  2009: 78 permohonan, 14 dikabulkan.  Mahfud MD: “Banyaknya ketentuan perundangan yang dinyatakan inkonstitusional menunjukkan kemampuan legislasi anggota DPR rendah”. Sumber: Refleksi Kinerja MK, 29/12/2009
  • 6. Bgmn Kapasitas Legislasi DPRD? Banyaknya PERDA bermasalah:  Diskoneksi Tujuan dan Isi (Konsistensi Pasal): 3,1%.  Ketidakjelasan Obyek dan Subyek: 7,9%.  Ketidakjelasan Hak dan Kewajiban Wajib Pungut: 7,9%.  Ketidakjelasan Standar Waktu, Biaya, Prosedur & Struktur Tarif: 22,7%.  Kelengkapan Yuridis: 5,6%.  Relevansi Yuridis: 2,9%.  Acuan Yuridis tidak uptodate: 15,7%  Ketidaktepatan Filosofi dan Prinsip Pungutan: 4,5%  Menimbulkan Dampak Ekonomi Negatif: 9,2%. Sumber: PKKOD (2003)
  • 7. Fenomena Empirik  2001-2008, Kementerian Keuangan telah mengevaluasi 1.121 Raperda, dan 67% di antaranya dibatalkan (Kompas, 12/12/2008).  Perda yg dibatalkan sebagian besar soal pungutan. Dari 11.401 perda, 15% di antaranya di sektor perhubungan, 13% pertanian, 13% industri & perdagangan, dan 11% kehutanan (Kompas, 12/12/2008).  Di salah satu Kabupaten di Kalsel: Perda No. 12 Tahun 2003 tentang Pajak Kendaraan di Atas Air, namun isinya mengatur tentang Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor di Atas Air.
  • 8.  Dalam aspek atau materi yang sama, dibentuk / dikeluarkan dua peraturan daerah. Misal : pembentukan Dinas Pariwisata Jabar (Perda No. 5 tahun 1983) dan SOTK Dinas Pariwisata Jabar (Perda No. 5 tahun 1981).  SOTK dinas / lembaga tertentu diatur lebih dahulu dibanding Perda pembentukan dinas / lembaga yang bersangkutan. Contoh : SOTK dan Pembentukan Dinas Pariwisata Jabar.  Tata penomoran Perda tidak konsisten / tidak konsekuen. Contoh : Perda Nomor 4 tahun 1974, dengan Perda Nomor 5 Dp.040/PD/ 1978. Fenomena Empirik
  • 9. Survei Persepsi thd DPRD Sumber: Kompas, 29 Januari 2007
  • 10. Survei Persepsi thd DPRD Sumber: Kompas, 29 Januari 2007
  • 11.  Mahfud MD: 1) pemahaman thd legal drafting dan aturan ketatanegaraan rendah; 2) UU/Perda yg disusun adalah produk permainan politik; 3) UU/Perda tdk mampu mengikuti perkembangan masyarakat.  Kurangnya pengetahuan dan minat anggota legislatif dalam tugasnya (Jan Michiel Otto dkk, Using Legislative Theory to Improve Law and Development Projects, 2004). Mengapa Kapasitas Legislasi Rendah?
  • 12.  Kualitas rata-rata anggota DPR belum bisa diharapkan menghasilkan UU yang baik;  DPR belum sepenuhnya memiliki sistem yang baik dalam menyerap aspirasi masyarakat dan belum memberikan informasi thd perkembangan pembahasan sebuah RUU;  DPR tidak mendapatkan dukungan teknis yang memadai, terutama dukungan tim ahli, akses data dan informasi serta dukungan teknis lainnya; (Lukman Hakim Saifuddin, 2007) Mengapa Kapasitas Legislasi Rendah?
  • 13. Pemahaman Umum: Teori Stufenbau Hans Kelsen  Grundnorm adalah dasar berlaku dari semua kaedah yg berasal dari sistem tata hukum.  Psl 3 UU 10/2004: UUD 1945 merupakan hukum dasar dalam Peraturan Perundang-undangan. Grundnorm Individual Norm Norma Individu Norma Umum Norma Dasar Peraturan Perundang-Undangan
  • 14. Lex Superiori derogat legi Inferiori Lex Posteriori derogat legi Anteriori Lex Specialis derogat legi Generalis Inferior Superior Lama Baru Generalis Specialis Pemahaman Umum: Prinsip Umum Peraturan Per-UU-an
  • 15. LAMA BARU UU 5/1974  Sebagai unsur Pemda, DPRD memegang kekuasaan mengatur (reglementaire pouvoir) dan kekuasaan melaksanakan (executive pouvoir) UU 22/1999 dan UU 32/2004  DPRD hanya memiliki kekuasaan pengaturan (regulatory / reglementaire pouvoir) Perda dibentuk untuk menerjemahkan amanat peraturan yang lebih tinggi (lex inferiori), atau membuat hukum yang telah ada pengaturannya secara umum (lex specialis) Perda tidak hanya berfungsi sebagai penerjemah peraturan yang lebih tinggi atau sebagai lex specialis, tetapi juga untuk menciptakan hukum baru (law making) Perda tidak masuk dalam Tata Urutan Peraturan Per-UU-an (Tap MPRS XX/1966) Perda diakui sebagai salah satu Tata Urutan Peraturan Per-UU-an (Tap MPR III/2000 dan UU No. 10/2004) Daerah hanya memiliki 2 bentuk peraturan perundangan di tingkat top managerial (Perda dan Keputusan Kepala Daerah) Selain Perda dan Keputusan KDH, Daerah juga memiliki produk hukum berupa Peraturan KDH, shg Beschikking dan Regeling dapat dipisahkan secara tegas. Belum adanya kriteria baku dan konkrit dalam penyusunan peraturan perundangan di daerah Telah lahir Permendagri No. 15 dan 16 Tahun 2006.
  • 16. PERDA & Otonomi Daerah  PERDA adalah Peraturan Per-UU-an yang dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan Kepala Daerah.  UU No. 32/2004 Pasal 136 menyebutkan: (1) PERDA ditetapkan oleh Kepala Daerah setelah mendapat persetujuan bersama DPRD. (2) PERDA dibentuk dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah provinsi/kabupaten/kota. (3) PERDA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan per-UU-an yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing-masing daerah. (4) PERDA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang bertentangan dengan kepentingan umum dan /atau peraturan per-UU-an yang lebih tinggi.
  • 17. Kapan materi tertentu diatur dlm Perda, Per. KDH, atau Kep. KDH?  Mengikat masyarakat umum, membebankan kewajiban tertentu kepada penduduk, mengurangi kebebasan warga negara, atau memuat keharusan & larangan tertentu.  Ada penyebutan secara limitatif dari peraturan perundangan yg lebih tinggi (UU, PP, Kepres) bahwa suatu aspek tertentu harus / dapat diatur dengan Perda.  Untuk melaksanakan pasal-pasal atau ketentuan dalam peraturan perundangan yg lebih tinggi yg tidak disebutkan secara limitatif, namun dipandang memiliki bobot kepentingan yg luas untuk daerah ybs dan masyarakatnya.  Melaksanakan peraturan perundangan dalam bidang legislatif (UU Kepartaian, UU Pemilu, UU Susduk MPR/DPR/DPRD, dsb).
  • 18.  Melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam Perda yg disebutkan secara limitatif-enunsiatif.  Melaksanakan pasal-pasal atau ketentuan dalam Perda yg tidak disebutkan secara limitatif, namun dipandang memiliki bobot kepentingan yg umum dan luas untuk daerah ybs.  Melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam Perda yg disebutkan secara limitatif.  Melaksanakan pasal-pasal atau ketentuan dalam Perda yg tidak disebutkan secara limitatif, namun dipandang memiliki bobot kepentingan yg konkrit dan spesifik untuk daerah ybs.  Menjalankan fungsi sebagai kepala pemerintahan di daerah (executive pouvoir).  Menjalankan tugas-tugas pembantuan yg dibebankan oleh pemerintah tingkat atasnya.
  • 19.  Kejelasan tujuan;  Kelembagaan atau organ pembentuk yg tepat;  Kesesuaian antara jenis & materi muatan;  Dapat dilaksanakan;  Kedayagunaan dan kehasilgunaan;  Kejelasan rumusan; dan  Keterbukaan (Ps. 137 UU No. 32/2004).
  • 20.  Perda dapat memuat ketentuan tentang pembebanan biaya paksaan penegakan hukum, seluruhnya atau sebagian kepada pelanggar sesuai dengan peraturan perundangan.  Perda dapat memuat ancaman pidana kurungan paling lama 6 bulan atau denda paling banyak Rp 50 juta.  Perda dapat memuat ancaman pidana atau denda selain yg dimaksud pada ayat (2), sesuai dengan yg diatur dalam peraturan perundangan lainnya. (Pasal 143)
  • 21. Pengesahan PERDA (Pasal 144)  Rancangan Perda yg telah disetujui bersama oleh DPRD dan KDH disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada KDH untuk ditetapkan sebagai Perda.  Penyampaian rancangan Perda tsb dilakukan dalam jangka waktu paling lama 7 hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama.  Rancangan Perda ditetapkan oleh KDH paling lama 30 hari sejak rancangan tersebut disetujui bersama.  Dalam hal rancangan Perda tidak ditetapkan KDH dalam waktu yg ditentukan, rancangan Perda tersebut sah menjadi Perda dan wajib diundangkan dengan memuatnya dalam LD.  Rumusan kalimat pengesahannya berbunyi, “Perda ini dinyatakan sah,” dengan mencantumkan tanggal sahnya.  Kalimat pengesahan tsb harus dibubuhkan pada halaman terakhir Perda sebelum pengundangan naskah Perda ke dalam LD.
  • 22. Legal Problem  Ancaman Judicial Review;  Political will KDH untuk melaksanakan amanat Perda tersebut menjadi rendah;  Persfektif HAN tidak dibenarkan, karena disini akan muncul Kop KEPALA DAERAH (Gubernur / Bupati / Walikota).
  • 23. Penyampaian & Pembatalan PERDA (Pasal 145)  Perda disampaikan kepada Pemerintah paling lama 7 hari setelah ditetapkan.  Perda yg bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yg lebih tinggi dapat dibatalkan oleh Pemerintah.  Keputusan pembatalan tsb ditetapkan dengan Peraturan Presiden paling lama 60 hari sejak diterimanya Perda.  Paling lama 7 hari setelah keputusan pembatalan, KDH harus memberhentikan pelaksanaan Perda dan selanjutnya DPRD bersama KDH mencabut Perda dimaksud.  Apabila provinsi/kabupaten/kota tidak dapat menerima keputusan pembatalan dengan alasan yg dapat dibenarkan, KDH dapat mengajukan keberatan kepada MA.  Apabila keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, putusan MA tsb menyatakan Perpres menjadi batal dan tidak mempunyai kekuatan hukum.
  • 24. Evaluasi Raperda APBD (Ps 185)  Raperda APBD Prov. yg telah disetujui bersama, sebelum ditetapkan oleh Gubernur, paling lambat 3 hari disampaikan kpd Mendagri untuk dievaluasi.  Hasil evaluasi disampaikan Mendagri kpd Gubernur paling lambat 15 hari terhitung sejak diterimanya rancangan tsb.  Apabila Mendagri menyatakan hasil evaluasi Raperda APBD sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundangan yg lebih tinggi, Gubernur menetapkan menjadi Perda.  Apabila sebaliknya, Gubernur bersama DPRD melakukan penyempurnaan paling lama 7 hari terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.  Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Gubernur dan DPRD, dan Gubernur tetap menetapkan Raperda APBD menjadi Perda, Mendagri membatalkan Perda dimaksud sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya.
  • 25. Proses penetapan Raperda yg berkaitan dengan pajak daerah, retribusi daerah, dan tata ruang daerah menjadi Perda, berlaku Pasal 185 & Pasal 186, BUKAN pasal 145 !! Pasal 189
  • 26. Siapa yg berwenang membatalkan PERDA?  Pasal 145 UU No. 32/2004  Peraturan Presiden.  Pasal 185 UU No. 32/2004  Kepmendagri untuk Perda APBD, PDRD dan Tata Ruang Prov.  Pasal 186 UU No. 32/2004  Kep. Gubernur untuk Perda APBD, PDRD dan Tata Ruang Kab/Kota.  PP No. 79/2005  Peraturan Presiden atau Peraturan Menteri.
  • 27.  Potensi konflik Daerah (KDH + DPRD) dengan Pemerintah  Pembatalan oleh Pemerintah atau Depdagri (APBD, PDRD).  Potensi konflik di Daerah (antara KDH dengan DPRD)  Peraturan KDH tentang APBD (ps 187).  apakah tdk bertentangan dg prinsip “representasi”?  Apakah Mendagri dianggap memiliki “kewenangan atribusi (delegasi legislatif)“ untuk membatalkan Perda?
  • 28. Permendagri No. 15/2006 ttg Jenis & Bentuk Produk Hukum Daerah Jenis Produk Hukum Daerah terdiri atas: Peraturan Daerah; Peraturan Kepala Daerah; Peraturan Bersama Kepala Daerah; Keputusan Kepala Daerah; dan Instruksi Kepala Daerah. 1-3 bersifat Pengaturan; 4-5 bersifat Penetapan.
  • 29. Permendagri No. 16/2006 ttg Dur Sun Produk Hukum Daerah  Penyusunan produk hukum daerah yg bersifat pengaturan dilakukan berdasarkan Prolegda, yakni instrumen perencanaan pembentukan produk hukum daerah yg disusun secara terencana, terpadu & sistematis.  Penyusunan rancangan produk hukum daerah dilakukan oleh SKPD, dan dapat didelegasikan kpd Biro / Bagian Hukum.  Dibentuk Tim Antar SKPD diketuai oleh Pimpinan SKPD pemrakarsa atau pejabat yg ditunjuk oleh KDH dan Kepala Biro / Bagian Hukum sbg sekretaris.  Pembahasan rancangan produk hukum daerah dititik-beratkan pada permasalahan yg bersifat prinsip mengenai: objek yg diatur, jangkauan, dan arah pengaturan.
  • 30. Pasal 8 -13  Rancangan produk hukum daerah yg telah dibahas harus mendapatkan paraf koordinasi Kepala Biro / Bagian Hukum dan pimpinan SKPD ybs. Selanjutnya rancangan tsb diajukan kpd KDH via Sekda.  Sekda dapat melakukan perubahan / penyempurnaan thd rancangan tsb & mengembalikan kpd pimpinan SKPD terkait. Hasil penyempurnaannya, diajukan kembali kpd Sekda dengan memberikan paraf koordinasi.  Produk hukum daerah yg berupa rancangan Perda atas prakarsa KDH disampaikan kepada DPRD untuk dilakukan pembahasan. Untuk itu dibentuk Tim Asistensi yg diketuai oleh Sekda atau pejabat yang ditunjuk oleh KDH. Sekretariat Tim ini adalah Biro / Bagian Hukum.  Pembahasan rancangan Perda atas inisiatif DPRD dikoordinasikan oleh Sekda atau Pimpinan SKPD terkait.
  • 31. Pasal 14 -16  Penyusunan produk hukum daerah yg bersifat penetapan dilakukan oleh Pimpinan SKPD berdasarkan Tupoksinya.  Produk hukum tsb diajukan kpd Sekda setelah mendapat paraf koordinasi dari Kepala Biro / Bagian Hukum.  Produk hukum daerah yg bersifat penetapan ditandatangani oleh KDH, atau dapat didelegasikan kepada Sekda.  Penomoran produk hukum daerah yg bersifat pengaturan menggunakan nomor bulat.  Penomoran produk hukum daerah yg bersifat penetapan mengggunakan nomor kode klasifikasi.
  • 32. Pengujian Peraturan Per-UU-an  Sejak lama kita menganut prinsip hukum sipil Romawi (Roman civil law) bahwa “undang-undang tidak dapat diganggu-gugat” (onschendbaarheid van de wet).  Baru thn 2003 dibentuk Mahkamah Konstitusi yg memiliki tugas / wewenang untuk menguji UU thd UUD 1945 (UU No. 24/2003).  Ada 2 tingkatan Judicial review:  Tingkat UU  kompetensi MK  Tingkatan dibawah UU  kompetensi MA  Bagaimana dengan Executive Review dan Legislative Review?
  • 33. Kategori Mahkamah Agung Pemerintah Jenis Review Judicial review Executive Review Bentuk Review Permohonan Keberatan 1. Pengawasan preventif terhadap Raperda bermuatan APBD, pajak dan retribusi daerah serta tata ruang 2. Pengawasan represif terhadap semua Perda yang dihasilkan daerah Lembaga yang melakukan review Mahkamah Agung Depdagri dibantu dengan:  Departemen Keuangan  Departemen PU  Depkumham Sifat kewenangan lembaga yg mereview Pasif, menunggu datangnya permohonan Aktif melakukan pengawasan, evaluasi terhadap seluruh Perda Kapasitas Lembaga Menyelesaikan sengketa peraturan perundangan yg timbul dibawah undang-undang terhadap undang- undang (konflik norma) Dalam rangka pengawasan dan pembinaan terhadap pemerintah daerah Standar pengujian 1. Bertentangan dengan peraturan perundangan yang lebih tinggi 2. Pembentukannya tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku 1.Bertentangan dengan peraturan perundangan yang lebih tinggi 2.Bertentangan dengan kepentingan umum
  • 34. Evaluasi PERDA  Dimensi Formal (bentuk dan jenis Per-UU-an  lih. Permendagri 15/2006). Penyimpangan thd dimensi formal akan berdampak pada status “nietig”.  jo. “wetmatigheid”  Dimensi Material (substansi / isi, dampak  content analysis). Penyimpangan thd dimensi material akan berdampak pada status “vernietig baar”.  jo. “rechtmatigheid”  Dimensi Keterkaitan / Harmonisasi  duplikasi?, bertentangan?
  • 35. Mekanisme Evaluasi PERDA  Top-down o Pemerintah thd Daerah o Mendagri thd Provinsi (cq. APBN, PDRD, TR) o Gubernur thd Kab/Kota  Self-Assessment o Perlu obyektivitas ttg kriteria, indikator, dan pembobotan. o Perlu pedoman teknis ttg prosedur, akibat hukum jika ya/tidak, dll.
  • 36. PERDA dan Perbuatan Melawan Hukum  Perbuatan melanggar hukum (onrechmatige overheidsdaad),  Perbuatan menyalahgunakan / melampaui wewenang (detournement de pouvoir),  Perbuatan sewenang-wenang (abus de droit).
  • 37. Partisipasi Masyarakat  Pembentukan Perda harus mengikutsertakan stakeholders melalui mekanisme partisipasi masyarakat  Psl 53 UU 10/2004 & Psl 139 UU 32/2004 menyatakan: “Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tertulis, baik dalam tahap penyiapan maupun pembahasan RUU dan Ranperda”.  Partisipasi dapat dibangun melalui “Forum Warga” dan “Jaring Asmara” antara Perguruan Tinggi-Ormas-Profesi-LSM; Konsultasi Publik, dsb.  Bentuk2 partisipasi masyarakat dapat diekspresikan melalui: o Prakarsa untuk mengatur sesuatu. o Prakarsa dalam proses penyusunan. o Prakarsa dalam memberikan pendapat. o Prakarsa dalam memberikan penilaian. o Prakarsa dalam memberikan kontrol.
  • 38. Partisipasi Publik di Afrika Selatan  Working draft pertama 5 juta , 11 bahasa.  Working draft kedua 7 juta , 11 bahasa.  Rekaman kaset & Braille buat tuna netra.  1 juta komik HAM + Guidance untuk guru.  National Constitution Week.  Hasilnya: o 73%, 18,5 juta terjaring proses kampanye Constitutional Assembly. o 84% perduli & ingin membaca konstitusi.