SlideShare a Scribd company logo
Konsep-konsep instrument pemerintahan:
Peraturan perundangan,K-TUN,Peraturan
kebijaksanaan,rencana-rencana,perizinan
dan instrument keperdataan;
PERTEMUAN 7
A. Instrumen Pemerintahan
 Pengertian
ALat2 / sarana yg menunjang yg digunakan oleh pem/A.N dlm menjalankan
tugas2nya.
Insturmen / alat termasuk didalamnya alat eklengkapan kantor : alat tulis,
sarana transportasi dan komunikasi , gedung2, (PUBLIK DOMAIN/KEPUNYAAN
PUBLIK).
Alat juga termasuk INSTRUMEN YURIDIS : Peraturan PerUUan, Keputusan2,
Peraturan Kebijakan, Perizinan DLL
POKOK BAHASAN : INSTRUMEN HUKUM YG DIJADIKAN DASAR DAN
DIGUNAKAN OLEH PEMERINTAH DLM MENJALANKAN TUGAS DAN
WEWENANGNYA.
STRUKTUR NORMA
INDROHARTO :
1. Keseluruhan Norma TUN (TAP MPR, UU dan seterusnya sampai norma yg
INDIVIDUAL-KONKRET /BESCHIKKING).
2. Pembentukan norma2 hukum TUN tidak hanya dilakukan oleh pembuat
UU/tataran Leg/ badan2 peradilan saja tapi oleh APARAT PEM / JABATAN
TUN.
UMUM 1 ABSTRAK
 3 4
INDIVIDUAL 2 KONKRIT
UTK SIAPA APA&BAGAIMANA
 Segi empat diatas menghasilkan empat macam sifat norma hukum, yaitu:
1. norma umum abstrak misalnya undang-undang;
2. norma individual konkrit misalnya keputusan tata usaha negara;
3. norma hukum konkrit misalnya rambu-rambu lalu lintas yang dipasang di
suatu tempat tertentu (rambu itu berlaku bagi semua pemakai jalan namun hanya
berlaku untuk tempat itu);
4. norma individual abstrak misalnya izin gangguan.
Dalam praktek pemerintahan di Indoenesia bentuk keputusan tata usaha negara
sangat beraneka ragam. Contoh SK Pengangkatan pegawai, Izin Usaha Insustri,
Surat Keterangan Kelakuan Baik, Akte Kelahiran, Surat Izin Mengemudi (SIM),
Sertifikat Hak atas Tanah dll.
a. PerUUan
Sifat :
1. Umum dan komprehensif
2. Universal
3. Memiliki kekuatan utk mengoreksi diri sendiri/ada klausul Peninjauan
Kembali
KONSEP WELFARE STATE
 Neg diberikan kew membuat dan menjalan kan (bidang legislasi)
 Sesuai perkembangan zaman pembuat uu tidak hanya leg, namun
eks..karena dalam hal2 tertentu leg tidak ada instrumen pelaksana,
waktus erta SDM memadai.
 DALAM KONSEP HAN PENGATURAN YG UMUM –ABSTRAK SUATU
PERATURAN DIBUTUHKAN INSTRUMEN YG LEBIH INDIVIDUAL-
KONKRIT
b. KTUN
1 angka 3 UU No 5 Tahun 1986, keputusan didefinisikan sebagai, “Suatu
penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
yang bersifat konkret, individual, dan final yang menimbulkan akibat
hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata. Berdasarkan definisi ini
tampak bahwa KTUN memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
a. Penetapan tertulis.
b. Dikeluarkan oleh Badan / pejabat TUN.
c. Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d. Bersifat konkret, individual dan final.
e. Menimbulkan akibat hukum.
f. Seseorang atau badan hukum perdata.
Macam – Macam Keputusan.
1. Keputusan Deklaratoir dan Keputusan Konstitutif.
2. Keputusan yang Menguntungkan dan yang Memberi Beban.
3. Keputusan Enmalig dan Keputusan yang Permanen.
4. Keputusan yang Bebas dan Terikat
5. Keputusan Positif dan Negatif.
6. Keputusan Perorangan dan Kebendaan.
c. Diskresi
Dasar hukum pelaksanaan diskresi di Indoneisia diatur dalam
Undang - Undang No. 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi
Pemerintahan.
Berdasarkan pasal 1 angka 9 UU No. 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan, diskresi adalah
Keputusan/Tindakan yang ditetapkan dan/atau dilakukan
oleh Pejabat Pemerintahan untuk mengisi persoalan konkret
yang dihadapi dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam
hal peraturan perundang-undangan yang memberikan
pilihan, tidak mengatur, tidak lengkap atau tidak jelas,
dan/atau adanya stagnasi pemerintahan.
 Dasar teori dari diskresi adalah pertimbangan mengenai perkembangan situasi dan kondisi.
Perubahan situasi dan kondisi adalah keniscayaan.
 Situasi kondisi kemasyarakatan tidaklah konstan, dan perubahan situasi kondisi
kemasyarakatan tidak selalu mampu diantisipasi oleh asas legalitas, oleh keberlakuan
peraturan perundang- undangan. Sehingga, kekuasaan diskresi pemerintah untuk
mengantisipasi situasi - kondisi demikian sifatnya niscaya (sine qua non).
 Hukum sebagai sistem terbuka yang dikaitan dengan kesempatan untuk melakukan
interpretasi, di antaranya adalah mengisi kekosongan hukum. Paul Scholten.13 berpendapat
bahwa kekosongan hukum hendaknya membedakan antara 2 (dua) konsep kekosongan, yaitu:
(http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/75142/ABINTORO%20PRAKOSO_PE
NEMUAN%20HUKUM_%28F.H%29.pdf?sequence=1,hlm 7)
 1. Kekosongan dalam hukum, yaitu yang terjadi manakala hakim mengatakan bahwa memiliki
sesuatu kekosongan karena tidak tahu bagaimana harus memutuskannya;
 2. Kekosongan dalam perundang - undangan, yaitu yang terjadi manakala dengan konstruksi
dan penalaran analogi pun problemnya tidak terpecahkan sehingga hakim harus mengisi
kekosongan itu seperti berada pada kedudukan pembuat undang - undang dan memutuskan
sebagaimana kiranya pembuat undang - undang itu akan memberikan keputusannya dalam
menghadapi kasus seperti itu.
d. Peraturan Kebijakan
 Pengertian
 Fungsi : bagian dari operasional penyelenggaraan tugas2 pem, tdk dapat
mengubah maupun menyimpannngi peraturan perUUan.
 Bentuk peraturan kebijakan ; pedoman-pedoman, peraturan-peraturan,
petunjuk-petunjuk, surat edaran, nota kebijakan, pengumuman-
pengumuman.
 Bagir Manan menyebutkan ciri-ciri peraturan kebijakan sebagai berikut : (Bagir Manan
dalam Ridwan HR 2016 :179)
1. Peraturan kebijakan bukan merupakan peraturan perundang-undangan.
2. Asas-asas pembatasan dan pengujian terhadap peraturan perundang-undangan tidak
dapat diberlakukan pada peraturan kebijakan.
3. Peraturan kebijakan tidak dapat diuji secara wetmategheid, karena memang tidak ada
dasar peraturan perundang-undangan untuk membuat suatu keputusan peraturan
kebijakan tersebut.
4. Peraturan kebijakan dibuat berdasarkan freies ermessen dan ketiadaan wewenang
administrasi bersangkutan membuat peraturan perundang-undangan.
5. Pengujian terhadap peraturan kebijakan lebih diserahkan pada doelmatigheid dan
karena itu batu ujinya adalah asas-asas umum pemerintahan yang baik
6. Dalam praktik diberi format dalam berbagai bentuk dan jenis aturan, yakni keputusan,
instruksi, surat edaran, pengumuman dan lain-lain, bahkan dapat dijumpai dalam bentuk
peraturan.
 Menurut Hamid Attamimi, Persamaan dan Perbedaan antara
peraturan perundang-undangan dengan peraturan kebijakan.
(Ridwan HR 2016 179-181)
1. Persamaan.
1) Aturan yang berlaku umum dan abstrak
2) Peraturan perundang-undangan dan kebijakan sama-sama
berlaku “keluar” dan ditujukan kepada masyarakat umum yang
bersangkutan.
3) Peraturan perundang-undangan dan kebijakan ditetapkan oleh
lembaga/pejabat yang mempunyai kewenangan bersifat
umum/publik.
 Perbedaan.
1) Pembentukan perundang-undangan merupakan fungsi negara (dilakukan
oleh lembaga legislatif).
2) Pembentukan peraturan kebijakan pada lembaga legislatif.
3) Materi peraturan kebijakan (membentuk keputusan/beschikkingen, bertindak
dalam hukum privat, membuat rencana-rencana /planen pada lembaga
pemerintahan). Sedangkan materi muatan perundang-undangan (mengatur tata
hidup masyarakat lebih mendasar/ suruhan/larangan untuk berbuat atau tidak
berbuat disertai sanksi pidana dan pemaksa).
4) Sanksi pada peraturan perundang-undangan (tingkat tinggi yaitu sanksi
pidana dan pemaksa, dan tingkat yang lebih rendah mencantumkan sanksi
pidana saja apabila secara tegas diatribusikan undang-undang). Peraturan
kebijakan berupa sanksi administratif
e.Rencana
 Bagian tak terelakkan dalam suatu orrganisasi sebagai tahap awal
mencapai tujuan,
 TUJUAN NASIONAL DALAM ALINEA KE 4 PEMBUKAAN UUD 1945.
 Dalam rangka mencapai tujuan negara, menjadikan HAN sebagai aturan
kegiatan pemerintahan dan memfungsikannya sbg pengarah pencapaian
tujuan, yg sebelumnya dituangkan dalam RENCANA-RENCANA.
 Rencana dalam PERSPEKTIF HAN ->RENCANA dibuat oleh AN sbg
salah satu instrument pemerintahan.
Kategori Rencana
1. PERENCANAAN INFORMATIF : RANC estimasi mengenai
perkembangan masy yg dituangkan dalam alternarif2 kebijakan
tertentu.
2. PERENCANAAN INDIKATIF : renc2 yg memuat kebijakan2 yg
akan ditempuh &mengindikasikan bhw kebijaksanaan itu akan
dilaksanakan.
3. PERENCANAAN OPERASIONAL/NORMATIF : renc2 yg terdiri dr
persiapan2, perj2 & keputusan2.
Ex rencana tata ruang, rencana pengembangan perkotaan,
rencana pemberian subsidi.. Dll.
Unsur rencana
1. TERTULIS
2. KEPUTUSAN/TINDAKAN
3. DITUJUKAN UTK WAKTU YG AKAN DATANG
4. UNSUR2 RENCANA (SERINGKALI BENTUK TINDAKAN2 & KEPUTUSAN)
5. MEMILIKI SIFAT YG TIDAK SEJENIS, BERAGAM
6. KETERKAITAN,SERINGKALI SECARA PRAGMATIS
7. UNTUK JANGKA WAKTU TERTENTU.
e. Perizinan
1. DISPENSASI TINDK PEM YG MENYEBABKAN SUATU
PERATURAN PERUUAN MJD TDK EBRLAKU LAGI SESUATU YG
ISTIMEWA
2. LISENSI : SUATU IZIN UTK MENYELENGGARAKAN HAK UTK
MENYELENGGARAKAN SUATU PERUSAHAAN DG IZIN
KHUSUS /ISTIMEWA
3. KONSESI : IZIN BERHUB DGPEKERJAAN BESAR , KEPENT
UMUM ERAT SEKALI. SEBENARNYA ITU TUGAS PEM NAMUN
OLEH PEM DIBERIKAN HAK PENYELENGGARAANNYA KPD
KONSESIONARIS (PEMEGANG IZIN ) YG BUKAN PEJ PEM
PENGERTIAN IZIN
 Sjachran Basah : adl perbuatan HAN segi 1 yg
mengaplikasikan peraturan dalam hal konreto berdasarkan
persyaratan&procedural sebagaimana ditetapkan oleh
ketentuan peraturan per uu an.
 E. Utrecht : bilamana pembuat peraturan umumnya tdk
melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga
memperkenannkannya asal saja diadakan acara yg .ditentukan
utk msg2 hal konkret, maka keputusan adm neg yg
memperkenankan perb tsb bersifat suatu izin.
 Bagir Manan : izin dalam arti LUAS suatu persetujuan dari
penguasa berdasarkan peraturan per uu an utk
memperbolehkan melakukan tindakan/perb tertentu yg scr
umum dilarang.
Unsur perizinan
1. Instrumen yuridis
2. Peraturan per uu an
3. Organ pem
4. Peristiwa konkret
5. Prosedur & persyaratan
FUNGSI& TUJ PERIZINAN
 FUNGSI UJUNG TOMBAK INSTRUMEN HK SBG PENGARAH,
PEREKAYASA, PERANCANG MASY ADIL MAKMUR YG IA
JELMAKAN
 TUJ :
1. Keinginan mengarahkan (mengendalikan ) aktivitas2 tertentu.
2. Mencegah bahaya bagi lingkungan.
3. Keinginan melindungi objek2 tertentu
4. Hendak membagi benda2 yg sedikit
5. Pengarahan, dengan menyeleksi org2 & aktivitas2
Bentuk dan isi izin
 Bentuk TERTULIS, ISI :
1. Organ yg berwenang
2. Yg dialamatkan
3. Diktum‘
4. Ketentuan2, pembatasan2, syarat2
5. Pemberian alasan
6. Pemberitahun2 tambahan
f. Instrumen Hukum Keperdataan
1. PENGGUNAAN ISNTRUMEN HK KEPERDATAAN
 SBG WAKIL DR BADAN HUKUM MELAKUKAN KEGIATAN BERSIFAT PERDATA
 TINDK HK KEPERDATAAN DILAKUKAN (BUKAN OLEH ORGAN) NAMUNLEH
BADAN HUKUMNYA, PEM
 PEM MEALKUKAN HUB PRIVAT
EX PEM MELAKUKAN KEGIATA JUAL BELI , SEWA MENYEWA, MEMBUAT
PERJANJIAN, DAN MEMP HAK MILIK.
HUB HK BERSIFAT 2 PIHAK, BEDA DG HUKUM PUBLIK
DIA SATU PIHAK/SEGI 1
Keuntungan penggunaan instrument
keperdataan
a. Warga masy sejak dahulu terbiasa berkecimpung dlm suasana kehidupan
hk perdata
b. Lwmbaga2 keperdataan, ternyata sudah terbukti kemanfataannya& sudah
biasa merupakan bentuk2 yg dugunakan dlm pengaturan per uu an yg
luas maupun yurisprudensi
c. Lembaga2 keperdataan itu hampir selalu dapat diterapkan utk segaala
keperluan&kebutuhan krn sufatnya sgt fleksibel&jls sbg isntrumen
d. Lembaga2 keperdataan demikian itu juga selalu dpt diterapkan krn
pihak2 yg bersangkutan memiliki kebebasan utk menentukan diri sendiri
isi dr perj yg hendak mereka buat.
e. Seringkali dimana jalur hk public menemui jalan buntu, tp jalur yuridis
menurut hk perdata malah dapat memberi jln keluar
f. Ketegangan hyg disebabkan oleh tindakan yg selalu bersifat sepihak dr pem
dpt dikurangi
g. Berbeda dr tindakan2 yg bersifat sepihak dr pem . Mk tind2 mnrt hk
perdata ini hampir selalu dpt memberikan jaminan2 kebendaan, ex ganti rugi
Instrumen hk keperdataan yg dpt
digunakan pem
a. Perj perdata biasa
b. Perj perdata dg syarat2 standar
c. Perj mengenai kew publik
d. Perj mengenai kebijakan pem
PERTEMUAN 7.pptx

More Related Content

Similar to PERTEMUAN 7.pptx

Sumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negaraSumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negara
Nakano
 
Hukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi NegaraHukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi Negaraaishkhuw fillah
 
KONSEP HUKUM KEPUTUSAN TUN DAN KOPETENSI PTUN
KONSEP HUKUM KEPUTUSAN TUN DAN KOPETENSI PTUNKONSEP HUKUM KEPUTUSAN TUN DAN KOPETENSI PTUN
KONSEP HUKUM KEPUTUSAN TUN DAN KOPETENSI PTUN
sherlcoklekipiouw
 
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docx
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docxInstrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docx
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docx
Zukét Printing
 
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdf
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdfInstrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdf
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdf
Zukét Printing
 
Korupsi Dalam Perspektif Kebijakan Publik dan HAN
Korupsi Dalam Perspektif Kebijakan Publik dan HANKorupsi Dalam Perspektif Kebijakan Publik dan HAN
Korupsi Dalam Perspektif Kebijakan Publik dan HAN
Tri Widodo W. UTOMO
 
10. sanksi administrasi
10. sanksi administrasi10. sanksi administrasi
10. sanksi administrasi
nurul khaiva
 
Workshop peraturan kebijakan di kementerian ppn bappenas
Workshop peraturan kebijakan di kementerian ppn  bappenasWorkshop peraturan kebijakan di kementerian ppn  bappenas
Workshop peraturan kebijakan di kementerian ppn bappenasBekti Eka Sari
 
Mengenal Hukum
Mengenal Hukum Mengenal Hukum
Mengenal Hukum
Muhamad Arifudin
 
Pengantar ilmu hukum
Pengantar ilmu hukumPengantar ilmu hukum
Pengantar ilmu hukum
Muhammad Subhan
 
Pengantar hukum bisnis
Pengantar hukum bisnisPengantar hukum bisnis
Pengantar hukum bisnis
wafa khairani
 
Pengantar ilmu hukum sumber sumber hukum
Pengantar ilmu hukum sumber   sumber hukumPengantar ilmu hukum sumber   sumber hukum
Pengantar ilmu hukum sumber sumber hukum
Septiani Dwi Rahayu
 
Hukum dan perkembangannya
Hukum dan perkembangannyaHukum dan perkembangannya
Hukum dan perkembangannyazumira zamiati
 
Penguatan Kapasitas Legislasi Anggota DPRD
Penguatan Kapasitas Legislasi Anggota DPRDPenguatan Kapasitas Legislasi Anggota DPRD
Penguatan Kapasitas Legislasi Anggota DPRD
Tri Widodo W. UTOMO
 
Materi hukum-bisnis-1-130923195814-phpapp01
Materi hukum-bisnis-1-130923195814-phpapp01Materi hukum-bisnis-1-130923195814-phpapp01
Materi hukum-bisnis-1-130923195814-phpapp01Ra Harja
 
Materi hukum-bisnis-1
Materi hukum-bisnis-1Materi hukum-bisnis-1
Materi hukum-bisnis-1Zsazsa Dhysha
 
Sistem hukum
Sistem hukumSistem hukum
Sistem hukumdimahana
 

Similar to PERTEMUAN 7.pptx (20)

Konsekuensi yuridis dengan dikecualikannya keputusan tata usaha negara yang b...
Konsekuensi yuridis dengan dikecualikannya keputusan tata usaha negara yang b...Konsekuensi yuridis dengan dikecualikannya keputusan tata usaha negara yang b...
Konsekuensi yuridis dengan dikecualikannya keputusan tata usaha negara yang b...
 
Sumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negaraSumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negara
 
Hukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi NegaraHukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi Negara
 
KONSEP HUKUM KEPUTUSAN TUN DAN KOPETENSI PTUN
KONSEP HUKUM KEPUTUSAN TUN DAN KOPETENSI PTUNKONSEP HUKUM KEPUTUSAN TUN DAN KOPETENSI PTUN
KONSEP HUKUM KEPUTUSAN TUN DAN KOPETENSI PTUN
 
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docx
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docxInstrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docx
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docx
 
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdf
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdfInstrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdf
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdf
 
Korupsi Dalam Perspektif Kebijakan Publik dan HAN
Korupsi Dalam Perspektif Kebijakan Publik dan HANKorupsi Dalam Perspektif Kebijakan Publik dan HAN
Korupsi Dalam Perspektif Kebijakan Publik dan HAN
 
10. sanksi administrasi
10. sanksi administrasi10. sanksi administrasi
10. sanksi administrasi
 
Workshop peraturan kebijakan di kementerian ppn bappenas
Workshop peraturan kebijakan di kementerian ppn  bappenasWorkshop peraturan kebijakan di kementerian ppn  bappenas
Workshop peraturan kebijakan di kementerian ppn bappenas
 
Mengenal Hukum
Mengenal Hukum Mengenal Hukum
Mengenal Hukum
 
Pengantar ilmu hukum
Pengantar ilmu hukumPengantar ilmu hukum
Pengantar ilmu hukum
 
Htn
HtnHtn
Htn
 
Pengantar hukum bisnis
Pengantar hukum bisnisPengantar hukum bisnis
Pengantar hukum bisnis
 
Pengantar ilmu hukum sumber sumber hukum
Pengantar ilmu hukum sumber   sumber hukumPengantar ilmu hukum sumber   sumber hukum
Pengantar ilmu hukum sumber sumber hukum
 
Hukum dan perkembangannya
Hukum dan perkembangannyaHukum dan perkembangannya
Hukum dan perkembangannya
 
Penguatan Kapasitas Legislasi Anggota DPRD
Penguatan Kapasitas Legislasi Anggota DPRDPenguatan Kapasitas Legislasi Anggota DPRD
Penguatan Kapasitas Legislasi Anggota DPRD
 
Ketidakabsahan suatu produk hukum karena mengalami kekurangan yuridis
Ketidakabsahan suatu produk hukum karena mengalami kekurangan yuridisKetidakabsahan suatu produk hukum karena mengalami kekurangan yuridis
Ketidakabsahan suatu produk hukum karena mengalami kekurangan yuridis
 
Materi hukum-bisnis-1-130923195814-phpapp01
Materi hukum-bisnis-1-130923195814-phpapp01Materi hukum-bisnis-1-130923195814-phpapp01
Materi hukum-bisnis-1-130923195814-phpapp01
 
Materi hukum-bisnis-1
Materi hukum-bisnis-1Materi hukum-bisnis-1
Materi hukum-bisnis-1
 
Sistem hukum
Sistem hukumSistem hukum
Sistem hukum
 

Recently uploaded

6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf
6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf
6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf
Adhi Setyowibowo
 
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRIPengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
JabalArfah
 
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdfppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
thegoddescorp
 
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
intelkejarimimika07
 
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri DrafDOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
CIkumparan
 
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASICONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
SharonPriscilla3
 
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASIPPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
MunirMisbah1
 
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum PidanaHukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Pelita9
 
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).pptGratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
SardiPasaribu
 
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
HansWijaya13
 
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdfRUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
CI kumparan
 
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdfPerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
asmazn0001
 
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.comSalinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
CI kumparan
 
Peran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdf
Peran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdfPeran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdf
Peran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdf
intelkejarimimika07
 
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdfppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
thegoddescorp
 
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
adbangplk
 

Recently uploaded (16)

6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf
6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf
6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf
 
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRIPengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
 
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdfppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
 
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
 
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri DrafDOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
 
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASICONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
 
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASIPPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
 
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum PidanaHukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
 
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).pptGratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
 
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
 
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdfRUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
 
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdfPerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
 
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.comSalinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
 
Peran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdf
Peran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdfPeran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdf
Peran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdf
 
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdfppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
 
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
 

PERTEMUAN 7.pptx

  • 1. Konsep-konsep instrument pemerintahan: Peraturan perundangan,K-TUN,Peraturan kebijaksanaan,rencana-rencana,perizinan dan instrument keperdataan; PERTEMUAN 7
  • 2. A. Instrumen Pemerintahan  Pengertian ALat2 / sarana yg menunjang yg digunakan oleh pem/A.N dlm menjalankan tugas2nya. Insturmen / alat termasuk didalamnya alat eklengkapan kantor : alat tulis, sarana transportasi dan komunikasi , gedung2, (PUBLIK DOMAIN/KEPUNYAAN PUBLIK). Alat juga termasuk INSTRUMEN YURIDIS : Peraturan PerUUan, Keputusan2, Peraturan Kebijakan, Perizinan DLL POKOK BAHASAN : INSTRUMEN HUKUM YG DIJADIKAN DASAR DAN DIGUNAKAN OLEH PEMERINTAH DLM MENJALANKAN TUGAS DAN WEWENANGNYA.
  • 3. STRUKTUR NORMA INDROHARTO : 1. Keseluruhan Norma TUN (TAP MPR, UU dan seterusnya sampai norma yg INDIVIDUAL-KONKRET /BESCHIKKING). 2. Pembentukan norma2 hukum TUN tidak hanya dilakukan oleh pembuat UU/tataran Leg/ badan2 peradilan saja tapi oleh APARAT PEM / JABATAN TUN.
  • 4. UMUM 1 ABSTRAK  3 4 INDIVIDUAL 2 KONKRIT UTK SIAPA APA&BAGAIMANA
  • 5.  Segi empat diatas menghasilkan empat macam sifat norma hukum, yaitu: 1. norma umum abstrak misalnya undang-undang; 2. norma individual konkrit misalnya keputusan tata usaha negara; 3. norma hukum konkrit misalnya rambu-rambu lalu lintas yang dipasang di suatu tempat tertentu (rambu itu berlaku bagi semua pemakai jalan namun hanya berlaku untuk tempat itu); 4. norma individual abstrak misalnya izin gangguan. Dalam praktek pemerintahan di Indoenesia bentuk keputusan tata usaha negara sangat beraneka ragam. Contoh SK Pengangkatan pegawai, Izin Usaha Insustri, Surat Keterangan Kelakuan Baik, Akte Kelahiran, Surat Izin Mengemudi (SIM), Sertifikat Hak atas Tanah dll.
  • 6. a. PerUUan Sifat : 1. Umum dan komprehensif 2. Universal 3. Memiliki kekuatan utk mengoreksi diri sendiri/ada klausul Peninjauan Kembali
  • 7. KONSEP WELFARE STATE  Neg diberikan kew membuat dan menjalan kan (bidang legislasi)  Sesuai perkembangan zaman pembuat uu tidak hanya leg, namun eks..karena dalam hal2 tertentu leg tidak ada instrumen pelaksana, waktus erta SDM memadai.  DALAM KONSEP HAN PENGATURAN YG UMUM –ABSTRAK SUATU PERATURAN DIBUTUHKAN INSTRUMEN YG LEBIH INDIVIDUAL- KONKRIT
  • 8. b. KTUN 1 angka 3 UU No 5 Tahun 1986, keputusan didefinisikan sebagai, “Suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata. Berdasarkan definisi ini tampak bahwa KTUN memiliki unsur-unsur sebagai berikut : a. Penetapan tertulis. b. Dikeluarkan oleh Badan / pejabat TUN. c. Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. d. Bersifat konkret, individual dan final. e. Menimbulkan akibat hukum. f. Seseorang atau badan hukum perdata.
  • 9. Macam – Macam Keputusan. 1. Keputusan Deklaratoir dan Keputusan Konstitutif. 2. Keputusan yang Menguntungkan dan yang Memberi Beban. 3. Keputusan Enmalig dan Keputusan yang Permanen. 4. Keputusan yang Bebas dan Terikat 5. Keputusan Positif dan Negatif. 6. Keputusan Perorangan dan Kebendaan.
  • 10. c. Diskresi Dasar hukum pelaksanaan diskresi di Indoneisia diatur dalam Undang - Undang No. 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan. Berdasarkan pasal 1 angka 9 UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, diskresi adalah Keputusan/Tindakan yang ditetapkan dan/atau dilakukan oleh Pejabat Pemerintahan untuk mengisi persoalan konkret yang dihadapi dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam hal peraturan perundang-undangan yang memberikan pilihan, tidak mengatur, tidak lengkap atau tidak jelas, dan/atau adanya stagnasi pemerintahan.
  • 11.  Dasar teori dari diskresi adalah pertimbangan mengenai perkembangan situasi dan kondisi. Perubahan situasi dan kondisi adalah keniscayaan.  Situasi kondisi kemasyarakatan tidaklah konstan, dan perubahan situasi kondisi kemasyarakatan tidak selalu mampu diantisipasi oleh asas legalitas, oleh keberlakuan peraturan perundang- undangan. Sehingga, kekuasaan diskresi pemerintah untuk mengantisipasi situasi - kondisi demikian sifatnya niscaya (sine qua non).  Hukum sebagai sistem terbuka yang dikaitan dengan kesempatan untuk melakukan interpretasi, di antaranya adalah mengisi kekosongan hukum. Paul Scholten.13 berpendapat bahwa kekosongan hukum hendaknya membedakan antara 2 (dua) konsep kekosongan, yaitu: (http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/75142/ABINTORO%20PRAKOSO_PE NEMUAN%20HUKUM_%28F.H%29.pdf?sequence=1,hlm 7)  1. Kekosongan dalam hukum, yaitu yang terjadi manakala hakim mengatakan bahwa memiliki sesuatu kekosongan karena tidak tahu bagaimana harus memutuskannya;  2. Kekosongan dalam perundang - undangan, yaitu yang terjadi manakala dengan konstruksi dan penalaran analogi pun problemnya tidak terpecahkan sehingga hakim harus mengisi kekosongan itu seperti berada pada kedudukan pembuat undang - undang dan memutuskan sebagaimana kiranya pembuat undang - undang itu akan memberikan keputusannya dalam menghadapi kasus seperti itu.
  • 12. d. Peraturan Kebijakan  Pengertian  Fungsi : bagian dari operasional penyelenggaraan tugas2 pem, tdk dapat mengubah maupun menyimpannngi peraturan perUUan.  Bentuk peraturan kebijakan ; pedoman-pedoman, peraturan-peraturan, petunjuk-petunjuk, surat edaran, nota kebijakan, pengumuman- pengumuman.
  • 13.  Bagir Manan menyebutkan ciri-ciri peraturan kebijakan sebagai berikut : (Bagir Manan dalam Ridwan HR 2016 :179) 1. Peraturan kebijakan bukan merupakan peraturan perundang-undangan. 2. Asas-asas pembatasan dan pengujian terhadap peraturan perundang-undangan tidak dapat diberlakukan pada peraturan kebijakan. 3. Peraturan kebijakan tidak dapat diuji secara wetmategheid, karena memang tidak ada dasar peraturan perundang-undangan untuk membuat suatu keputusan peraturan kebijakan tersebut. 4. Peraturan kebijakan dibuat berdasarkan freies ermessen dan ketiadaan wewenang administrasi bersangkutan membuat peraturan perundang-undangan. 5. Pengujian terhadap peraturan kebijakan lebih diserahkan pada doelmatigheid dan karena itu batu ujinya adalah asas-asas umum pemerintahan yang baik 6. Dalam praktik diberi format dalam berbagai bentuk dan jenis aturan, yakni keputusan, instruksi, surat edaran, pengumuman dan lain-lain, bahkan dapat dijumpai dalam bentuk peraturan.
  • 14.  Menurut Hamid Attamimi, Persamaan dan Perbedaan antara peraturan perundang-undangan dengan peraturan kebijakan. (Ridwan HR 2016 179-181) 1. Persamaan. 1) Aturan yang berlaku umum dan abstrak 2) Peraturan perundang-undangan dan kebijakan sama-sama berlaku “keluar” dan ditujukan kepada masyarakat umum yang bersangkutan. 3) Peraturan perundang-undangan dan kebijakan ditetapkan oleh lembaga/pejabat yang mempunyai kewenangan bersifat umum/publik.
  • 15.  Perbedaan. 1) Pembentukan perundang-undangan merupakan fungsi negara (dilakukan oleh lembaga legislatif). 2) Pembentukan peraturan kebijakan pada lembaga legislatif. 3) Materi peraturan kebijakan (membentuk keputusan/beschikkingen, bertindak dalam hukum privat, membuat rencana-rencana /planen pada lembaga pemerintahan). Sedangkan materi muatan perundang-undangan (mengatur tata hidup masyarakat lebih mendasar/ suruhan/larangan untuk berbuat atau tidak berbuat disertai sanksi pidana dan pemaksa). 4) Sanksi pada peraturan perundang-undangan (tingkat tinggi yaitu sanksi pidana dan pemaksa, dan tingkat yang lebih rendah mencantumkan sanksi pidana saja apabila secara tegas diatribusikan undang-undang). Peraturan kebijakan berupa sanksi administratif
  • 16. e.Rencana  Bagian tak terelakkan dalam suatu orrganisasi sebagai tahap awal mencapai tujuan,  TUJUAN NASIONAL DALAM ALINEA KE 4 PEMBUKAAN UUD 1945.  Dalam rangka mencapai tujuan negara, menjadikan HAN sebagai aturan kegiatan pemerintahan dan memfungsikannya sbg pengarah pencapaian tujuan, yg sebelumnya dituangkan dalam RENCANA-RENCANA.  Rencana dalam PERSPEKTIF HAN ->RENCANA dibuat oleh AN sbg salah satu instrument pemerintahan.
  • 17. Kategori Rencana 1. PERENCANAAN INFORMATIF : RANC estimasi mengenai perkembangan masy yg dituangkan dalam alternarif2 kebijakan tertentu. 2. PERENCANAAN INDIKATIF : renc2 yg memuat kebijakan2 yg akan ditempuh &mengindikasikan bhw kebijaksanaan itu akan dilaksanakan. 3. PERENCANAAN OPERASIONAL/NORMATIF : renc2 yg terdiri dr persiapan2, perj2 & keputusan2. Ex rencana tata ruang, rencana pengembangan perkotaan, rencana pemberian subsidi.. Dll.
  • 18. Unsur rencana 1. TERTULIS 2. KEPUTUSAN/TINDAKAN 3. DITUJUKAN UTK WAKTU YG AKAN DATANG 4. UNSUR2 RENCANA (SERINGKALI BENTUK TINDAKAN2 & KEPUTUSAN) 5. MEMILIKI SIFAT YG TIDAK SEJENIS, BERAGAM 6. KETERKAITAN,SERINGKALI SECARA PRAGMATIS 7. UNTUK JANGKA WAKTU TERTENTU.
  • 19. e. Perizinan 1. DISPENSASI TINDK PEM YG MENYEBABKAN SUATU PERATURAN PERUUAN MJD TDK EBRLAKU LAGI SESUATU YG ISTIMEWA 2. LISENSI : SUATU IZIN UTK MENYELENGGARAKAN HAK UTK MENYELENGGARAKAN SUATU PERUSAHAAN DG IZIN KHUSUS /ISTIMEWA 3. KONSESI : IZIN BERHUB DGPEKERJAAN BESAR , KEPENT UMUM ERAT SEKALI. SEBENARNYA ITU TUGAS PEM NAMUN OLEH PEM DIBERIKAN HAK PENYELENGGARAANNYA KPD KONSESIONARIS (PEMEGANG IZIN ) YG BUKAN PEJ PEM
  • 20. PENGERTIAN IZIN  Sjachran Basah : adl perbuatan HAN segi 1 yg mengaplikasikan peraturan dalam hal konreto berdasarkan persyaratan&procedural sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan per uu an.  E. Utrecht : bilamana pembuat peraturan umumnya tdk melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga memperkenannkannya asal saja diadakan acara yg .ditentukan utk msg2 hal konkret, maka keputusan adm neg yg memperkenankan perb tsb bersifat suatu izin.  Bagir Manan : izin dalam arti LUAS suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan peraturan per uu an utk memperbolehkan melakukan tindakan/perb tertentu yg scr umum dilarang.
  • 21. Unsur perizinan 1. Instrumen yuridis 2. Peraturan per uu an 3. Organ pem 4. Peristiwa konkret 5. Prosedur & persyaratan
  • 22. FUNGSI& TUJ PERIZINAN  FUNGSI UJUNG TOMBAK INSTRUMEN HK SBG PENGARAH, PEREKAYASA, PERANCANG MASY ADIL MAKMUR YG IA JELMAKAN  TUJ : 1. Keinginan mengarahkan (mengendalikan ) aktivitas2 tertentu. 2. Mencegah bahaya bagi lingkungan. 3. Keinginan melindungi objek2 tertentu 4. Hendak membagi benda2 yg sedikit 5. Pengarahan, dengan menyeleksi org2 & aktivitas2
  • 23. Bentuk dan isi izin  Bentuk TERTULIS, ISI : 1. Organ yg berwenang 2. Yg dialamatkan 3. Diktum‘ 4. Ketentuan2, pembatasan2, syarat2 5. Pemberian alasan 6. Pemberitahun2 tambahan
  • 24. f. Instrumen Hukum Keperdataan 1. PENGGUNAAN ISNTRUMEN HK KEPERDATAAN  SBG WAKIL DR BADAN HUKUM MELAKUKAN KEGIATAN BERSIFAT PERDATA  TINDK HK KEPERDATAAN DILAKUKAN (BUKAN OLEH ORGAN) NAMUNLEH BADAN HUKUMNYA, PEM  PEM MEALKUKAN HUB PRIVAT EX PEM MELAKUKAN KEGIATA JUAL BELI , SEWA MENYEWA, MEMBUAT PERJANJIAN, DAN MEMP HAK MILIK. HUB HK BERSIFAT 2 PIHAK, BEDA DG HUKUM PUBLIK DIA SATU PIHAK/SEGI 1
  • 25. Keuntungan penggunaan instrument keperdataan a. Warga masy sejak dahulu terbiasa berkecimpung dlm suasana kehidupan hk perdata b. Lwmbaga2 keperdataan, ternyata sudah terbukti kemanfataannya& sudah biasa merupakan bentuk2 yg dugunakan dlm pengaturan per uu an yg luas maupun yurisprudensi c. Lembaga2 keperdataan itu hampir selalu dapat diterapkan utk segaala keperluan&kebutuhan krn sufatnya sgt fleksibel&jls sbg isntrumen d. Lembaga2 keperdataan demikian itu juga selalu dpt diterapkan krn pihak2 yg bersangkutan memiliki kebebasan utk menentukan diri sendiri isi dr perj yg hendak mereka buat.
  • 26. e. Seringkali dimana jalur hk public menemui jalan buntu, tp jalur yuridis menurut hk perdata malah dapat memberi jln keluar f. Ketegangan hyg disebabkan oleh tindakan yg selalu bersifat sepihak dr pem dpt dikurangi g. Berbeda dr tindakan2 yg bersifat sepihak dr pem . Mk tind2 mnrt hk perdata ini hampir selalu dpt memberikan jaminan2 kebendaan, ex ganti rugi
  • 27. Instrumen hk keperdataan yg dpt digunakan pem a. Perj perdata biasa b. Perj perdata dg syarat2 standar c. Perj mengenai kew publik d. Perj mengenai kebijakan pem