Mata kuliah ini membahas tentang sistem administrasi negara di Indonesia dengan pendekatan sistemik. Materi pembelajaran mencakup konsep dasar sistem administrasi negara, organisasi negara, kebijakan publik, anggaran negara, aparatur sipil negara, tata kelola pemerintahan, dan layanan publik."
Tujuan dari Aministrasi publik adalah untuk memecahkan masalah-masalah publik melalui perbaikan-perbaikan terutama di bidang organisasi, sumberdaya manusia dan keuangan. Pandangan melalui 6 dimensi inilah diharapkan pejabat publik dapat mempercepat dalam pengambilan setiap kebijakan publik secara tepat dan akurat sesuai dengan kebutuhan publik.
Tujuan dari Aministrasi publik adalah untuk memecahkan masalah-masalah publik melalui perbaikan-perbaikan terutama di bidang organisasi, sumberdaya manusia dan keuangan. Pandangan melalui 6 dimensi inilah diharapkan pejabat publik dapat mempercepat dalam pengambilan setiap kebijakan publik secara tepat dan akurat sesuai dengan kebutuhan publik.
Ilmu Pemerintahan merupakan Jurusan klasik di Indonesia dan ini sangat jarang ditemukan di dunia bahkan. Meskipun begitu perdebatan tentang ranah ilmu di ilmu pemerintahan merupakan sesuatu yang menarik dibahas. Metodologi ilmu pemerintahan hadir untuk mengupas bagaimana ilmu pemerintahan dan fokus penelitian-penelitiannya.
Etika pemerintahan adalah nilai-nilai etik pemerintahan yang menjadi landasan moral bagi penyelenggara pemerintahan.Etika pemerintahan lahir dari cabang sosial dimana didalamna terdapat etika pers, etika politik, etika pemerintahan, dst.
Ilmu Pemerintahan merupakan Jurusan klasik di Indonesia dan ini sangat jarang ditemukan di dunia bahkan. Meskipun begitu perdebatan tentang ranah ilmu di ilmu pemerintahan merupakan sesuatu yang menarik dibahas. Metodologi ilmu pemerintahan hadir untuk mengupas bagaimana ilmu pemerintahan dan fokus penelitian-penelitiannya.
Etika pemerintahan adalah nilai-nilai etik pemerintahan yang menjadi landasan moral bagi penyelenggara pemerintahan.Etika pemerintahan lahir dari cabang sosial dimana didalamna terdapat etika pers, etika politik, etika pemerintahan, dst.
Disampaikan dalam Drum-up Laboratorium Inovasi Kabupaten Sorong, 27 Mei 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, S.H., MA.
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Muh Saleh
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 merupakan survei yang mengintegrasikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI). SKI 2023 dikerjakan untuk menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia, dan juga untuk mengukur tren status gizi balita setiap tahun (2019-2024). Data yang dihasilkan dapat merepresentasikan status kesehatan tingkat Nasional sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Ketersediaan data dan informasi terkait capaian hasil pembangunan kesehatan penting bagi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran berbasis bukti termasuk pengembangan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2024-2029) oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam upaya penyediaan data yang valid dan akurat tersebut, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyusunan metode dan kerangka sampel SKI 2023, serta bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO) dan World Bank dalam pengembangan instrumen, pedoman hingga pelaporan survei.
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Kementerian Kesehatan menggulirkan transformasi sistem kesehatan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan
Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi
pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan;
4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui edukasi
penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan
kapasitas serta kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Pilar prioritas
pertama ini bertujuan menata kembali pelayanan kesehatan primer yang ada,
sehingga mampu melayani seluruh penduduk Indonesia dengan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Penataan struktur layanan kesehatan primer tersebut membutuhkan
pendekatan baru yang berorientasi pada kebutuhan layanan di setiap
siklus kehidupan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi
antar tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan baru ini disebut
sebagai Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, melibatkan Puskesmas, unit
pelayanan kesehatan di desa/kelurahan yang disebut juga sebagai Puskesmas
Pembantu dan Posyandu. Selanjutnya juga akan melibatkan seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan IV-2024 BPSDM Provinsi Jawa Tengah dengan Tema “Transformasi Tata Kelola Pelayanan Publik untuk Mewujudkan Perekonomian Tangguh, Berdayasaing, dan Berkelanjutan”
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, S.H., MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
1. SISTEM ADMINISTRASI NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
Oleh :
Sitti Rahmawati Arfah, S.Sos., M.Si
Prodi Ilmu Administrasi Negara
Universitas Muhammadiyah Makassar
2. Deskripsi Mata Kuliah
Dengan mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa
mampu memahami secara umum sistem administrasi negara,
khususnya di indonesia, pendekatan sistemik, konstruksi nilai,
landasan sistem penyelenggaraan negara, serta mapu
memahami konsep organisasi negara, kebijakan public, public
budgeting, public personel administration, good governance,
public enterprise dan public service
3. MATERI PEMBELAJARAN
Sistem dalam Administrasi Negara
1.Konstruksi Ide dan Tujuan Bernegara
1.Peran Administrasi Negara
Unsur-Unsur Sistem Administrasi Negara
1.Organisasi Negara
KebijakanPubliK
1.Keuangan Negara
Sistem Aparatur Sipil Negara
1.Public Governance
1.Public Service
1.Perencanaan Pembangunan
1.Sistem Pengawasan dan Akuntabilitas Kinerja
Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah
6. Pengertian Sistem
“Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluru
han yang kompleks atau terorganisir, suatu hi
mpunan atau perpaduan hal-hal atau
bagian-bagian yang membentuk suatu kebulat
an atau keseluruhan yang kompleks atau utuh”
(Pamudji, 1981)
“Sistem adalah suatu jaringan dari prosedur-pr
osedur yang
berhubungan satu sama lain menurut skema a
tau pola yang bulat
untuk menggerakkan suatu fungsi yang utama
dari suatu usaha
atau urusan” (Prajudi, 1973)
7.
8. Pengertian Administrasi
• Administration can be defined as the activiti
es of groups cooperating ti accomplish com
mon goals (Herbert A. Simon, 1959)
• Administration can be defined as the activiti
es of group efforts, public or private, civil or
military (Leonard B. White, 1955)
9. Pengertian Negara
George Jellinek
• Negara ialah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah berkediaman di wilayah tertentu
Kranenburg
• Negara adalah suatu organisasi yang timbul karena kehendak dari golongan atau bangsanya sendiri
R Djoko Soetono
• Negara ialah suatu organisasi manusia atau kumpulan manusia yang berada di bawah suatu pemerintahan yang
sama
Kansil
• Negara adalah suatu organisasi kekuasaan masyarakat dan merupakan alat yang akan dipergunakan untuk
mencapai tujuan bersama itu
Herman Finer
•Negara adalahorganisasi kewilayahan yang bergerak dibidang kemasyarakatan dan kepentingan perseorangan
dari segenap kehidupan yang multidimensional untuk pengawasan pemerintahan dengan legalitas kekuasaan
tertinggi
13. Definisi Administrasi Negara
John M. Pffifner dan Robert V. Presthus :
1. Administrasi negara meliputi implementasi kebijaksanaan
pemerintah yang telah ditetapkan oleh badan-badan perwakilan
politik
2. Administrasi negara dapat didefinisikan sebagai koordinasi
usaha-usaha perorangan dan kelompok untuk melaksanakan
kebijaksanaan pemerintah. Hal ini meliputi pekerjaan sehari-hari
pemerintah
3. Secara ringkas, administrasi negara adalah suatu proses yang
bersangkutan dengan pelaksanaan kebijaksanaan-
kebijaksanaan pemerintah, pengarahan, kecakapan dan teknik-
teknik yang tidak terhingga jumlahnya, memberikan arah dan
maksud terhadap usaha sejumlah orang.
14. Definisi Administrasi Negara
Edward H. Litchfield :
Administrasi negara adalah suatu studi mengenai
bagaimana bermacam-macam badan pemerintah
diorganisir, diperlengkapi dengan tenaga-
tenaganya, dibiayai, digerakkan, dan dipimpin.
Dwight Waldo :
Administrasi negara adalah manajemen dan
organisasi dari manusia dan peralatannya guna
mencapai tujuan pemerintah
15. Definisi Administrasi Negara
Marshall E. Dimock, Gladys O. Dimock, dan Louis W
Koening :
Administras negara adalah kegiatan pemerintah didalam
melaksanakan kekuasaan politiknya.
George J. Gordon :
Administrasi negra dapat dirumuskan sebagai seluruh proses
baik yang dilakukan organisasi maupun perseorangan yang
berkaitan dengan penerapan atau pelaksanaan hukum dan
peraturan yang dikeluarkan oleh badan legislatif, eksekutif,
serta peradilan.
17. PENGERTIAN PENYELENGGARAAN NEGARA
Dalam TAP MPR
No.
XI/MPR/1998,
bagian
konsideran a
menyebutkan
1.“bahwa UUD 1945, pelaksanaan penyelenggaraan negara dilakukan
oleh lembaga-lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif”
1.UU RI No. 28
Tahun 1999
tentang
Penyelenggara
Negara yang
bersih dan bebas
dari korupsi, kolusi
dan nepotisme
UU RI No. 28 Tahun 1999 Pasal 1 : “Penyelenggara Negara
adalah Pejabat Negara yang menjalankan fungsi eksekutif,
legislatif, atau yudikatif dan pejabat lain yang fungsi dan tugas
pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai
dengan ketentuan per-UU-an yang berlaku”
18. UU RI NO 28 TAHUN 1999 PASAL 2
Penyelenggaraan
Negara, meliputi :
Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara
1.Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara
1.Menteri
1.Gubernur
1.Hakim
1.Pejabat negara yang lain sesuai dengan ketentuan peraturan per-UU-an
yang berlaku, dan
1.Pejabat lain yang memiliki fungsi startegis dalam kaitannya dengan
Penyelenggaraan negara sesuai dgn ketentuan per-UU-an yang berlaku
19. Pengertian
Penyelenggaraan Pemerintahan Negara
Sistem bekerjanya Pemerintah sebagai fungsi yang ada pada Presiden
Mekanisme pekerjaan eksekutif yang dipimpin oleh Presiden selaku kepala
Pemerintahan
Presiden selaku Kepala Pemerintahan Negara, menjalankan
penyelenggaraan pemerintahan negara
20. Penyelenggaraan Kekuasaan Pemerintahan Negara
Dalam penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai Kepala Negara, Presiden:
Memegang Kekuasaan Tertinggi
atas Angakatan Darat, Angkatan
Udara dan Angkalan Laut.
Menyatakan perang, membuat
perdamaian dan perjanjian dengan
negara lain dengan persetujuan
DPR
Dalam membuat perjanjian lainnya yang
menimbulkan akibat luas dan mendasar
bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan
beban keuangan negara, dan/atau
mengharuskan perubahan atau
pembentukan UU harus dengan persetujuan
DPR
Menyatakan keadaan bahaya.
Syarat-syarat dan akibat keadaan
bahaya ditetapkan dengan UU
Mengangkat duta dan konsul. Dalam
mengangkat duta, memperhatikan
pertimbangan DPR
Menerima penempatan duta negara
lain dengan memperhatikan
pertimbangan DPR
01
02
03
04
05
06
21. 7. Memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung (MA);
8. Memberi abolisi dan amnesti dengan memperhatikan pertimbangan DPR;
9. Memberi gelar, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan Undang-undang;
10. Membentuk dewan pertimbangan yang bertugas memberi nasehat dan pertimbangan kepada Presiden, yang
selanjutnya diatur dengan Undang-undang;
11. Membahas rancangan undang-undang untuk mendapatkan persetujuan bersama DPR;
12. Mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama DPR untuk menjadi Undang-Undang;
13. Dalam hal ikhwal kegentingan memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti
Undang-Undang;
14. Mengajukan rancangan Undang-Undang APBN untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan
pertimbangan DPD (Dewan Perwakilan Daerah);
22. Asas-Asas Penyelenggaraan Negara
a.Asas Kepastian Hukum
•Mengutamakan landasan aturan perundangan, keputusan, keadilan, kebijakan.
Asas Tertib Penyelenggaraan Negara
•Asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian penyelenggaraan negara.
Asas Kepentingan Umum
•Asas yang mendahulukan kesejahteraan umum
Asas Keterbukaan
•Asas untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, memberi perlindungan pada HAM, golongan dan rahasia negara.
Asas Proporsionalitas
•Asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban
Asas Profesionalitas
•Asas yang mengutamakan keahlian berdasarkan kode etik dan aturan yang berlaku
Asas Akuntabilitas
•Pertanggungjawaban atas setiap kegiatan
25. • PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA 17 AGUSTUS 1945 AD/ SUMBER
HUKUM BAGI PEMBENTUKAN NKRI.
• PROKLAMASI KEMERDEKAAN ITU TELAH MEWUJUDKAN NKRI DARI SABA
NG – MERAUKE.
• NAMUN, NEGARA YG DIPROKLAMASIKAN KEMERDEKAANNYA BUKAN MER
UPAKAN TUJUAN SEMATA2, MELAINKAN SARANA U/ MENCAPAI CITA2 BAN
GSA & TUJUAN NASIONAL.
• SANKRI AD/ ADM SBG SISTEM YG DI PRAKTEKKAN U/ MENDUKUNG PENYE
LENGGARAAN NKRI AGAR UPAYA BANGSA INDONESIA DLM MEWUJUDKAN
CITA2 & TUJUAN NKRI DPT TERLAKSANA SCRA BERDAYA GUNA & BERHAS
IL GUNA.
• SANKRI ADA SEJAK BERDIRINYA NKRI, BERDASRKAN KONSTITUSI SBG LA
NDASAN BESERTA PERKEMBANGAN LINGKUNGANNYA.
26. LANDASAN IIDIL : PANCASILA
• Pada tanggal 1 Juni 1945 dalam siding BPUPKI,
Pancasila diusulkan sebagai dasar negara, falsaf
ah negara, philosofische grounslag atau weltansc
hauung bagi berdirinya negara Indonesia.
• Pancasila ditetapkan sebagai dasar negara RI da
n dimuat dalam pembukaan UUD 1945 yang ditet
apkan pada tanggal 18 Agustus 1945
27. Pembukaan UUD 1945 dirumuskan sbb:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yg Adil & Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan d
alam Permusyawarahan perwakilan.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
28. • Pancasila ditetapkan sbg dasar negara & temuat dalam Pembu
kaan UUD 1945, dan menjadi idiologi negara, maka sejak 18 A
gustus 1945 “Pancasila merupakan etika sosial, yaitu seperang
kat nilai scra terpadu harus terwujud dlm kehidupan berbangsa
& bernegara”.
• Maka berdasarkan Tap MPR No. VI/MPR/2001 tentang etika ke
hidupan berbangsa, berssama ajaran agama khususnya yang b
ersifat universal, nilai-nilai luhur budaya bangsa sebagaimana t
ercermin dalam Pancasila tersebut menjadi “acuan dasar dalam
berpikir, bersikap, dan bertingkah laku dalam kehidupan berban
gsa”
29.
30. Landasan Konstitusional :
Undang-undang Dasar 1945
• UUD atau Konstitusi merupakan hukum dasar tertulis & sumber huk
um tertinggi dalam hirarki peraturan perundang-undangan.
• UUD 1945 & Perubahannya, setelah amandemen terakhir tahun 200
2, merupakan konstitusi yang berlaku bagi NKRI saat ini.
• UUD 1945 = landasan konstitusi bagi SANKRI.
• Artinya : SANKRI harus mengacu pd ketentuan2 yg telah tertuang dl
m UUD 1945, krn ketentuan2 tsb merupakan kebijakan publik terting
gi & mendasar bagi negara Indonesia
31. Landasan Konstitusional
• UUD atau Konstitusi merupakan hukum dasar tertulis & sumber hukum t
ertinggi dalam hirarki peraturan perundang-undangan.
• UUD 1945 & Perubahannya, setelah amandemen terakhir tahun 2002,
merupakan konstitusi yang berlaku bagi NKRI saat ini.
• UUD 1945 = landasan konstitusi bagi SANKRI.
• Artinya : SANKRI harus mengacu pd ketentuan2 yg telah tertuang dlm U
UD 1945, krn ketentuan2 tsb merupakan kebijakan publik tertinggi & me
ndasar bagi negara Indonesia
41. SANKRI
Mengandung
unsur-unsur
1. Unsur nilai
: pancasila,
cita2negara,
tujuan
negara,
2. Unsur struktur: lembaga
negara,organisasi dlm
masy.
3. Unsur
proses :
kegiatan
manajerial
lembaga
42. 1. UNSUR NILAI
PANCASILA
• sebagai landasan/dasar negara
Cita-cita Negara (Nasional) :
• Negara Indonesia yg merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur
(alinea ke tiga)
• Visi Ideal Indonesia
Tujuan Negara (Nasional)
• Melindungi segenap bangsa Indonesia & seluruh tumpah darah Indonesi,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut
melaksanakan ketertiban dunia yg berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi & keadilan sosial (alinea ke empat).
• Misi ideal Indonesia
43. 2. Unsur struktur
Struktur Penyelenggaraan Negara
• Meliputi seluruh Aparatur Negara, baik Aparatur
Kenegaraan maupun Aparatur Pemerintahan serta
seluruh organisasi politik, kemasyarakatan, dan dunia
usaha yang berkembang sesuai dgn kehidupan &
kemajuan bangsa.
44. Struktur Penyelenggaraan Pemerintahan Negara
• Mencakup Presiden beserta keseluruhan aparatur pemerintahan, baik
ditingkat pusat maupun daerah. Aparatur negara sbg lembaga di luar
presiden yg mendukung penyelenggaraan pemerintahan. Lembaga
tsb ad/:
• MPR, melaksanakan fungsi konstitutif
• DPR dan DPD, melaksanakan fungsi legislatif, anggaran &
pengawasan
• MA dan MK, melaksanakan fungsi yudisial
• BPK, melaksanakan fungsi auditif
• BI, sbg bank sentral pemegang otoritas moneter
45. 3. UNSUR PROSES
PROSES PENYELENGGARAAN NEGARA
• Penyelenggaraan pemilu : Presiden, Wakil Presiden, DPR,
DPD, DPRD Prov, DPRD Kota
• MPR sbg lembaga negara, terdiri dr anggota DPR dan DPD
mengadakan siding minimal sekali dalam 5 tahun, melantik
Presiden dan WP.
• Presiden dan DPR menyusun Propenas yg kemudian di rinci
dlm Rencana Pembangunan Tahunan yg memuat APBN yg
ditetapkan o/DPR dan pemerintah
• Lembaga negara, departemen dan LPDN menyusun rencana
startegis sedangkan pemda menyusun program pembangunan
daerah
46. PROSES PENYELENGARAAN PEMERINTAHAN NEGARA
• Presiden secara formal dan tdk formal, memberikan
arahan kpd menteri sbg pembantu2nya
• Penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dgn
arahan presiden serta berbagai peraturan per-uu-an yg
berlaku
• DPR, DPD, BPK, dan MA melalukan pengawasan
sesuai dgn bidang tugasnya masing2 berdasarkan
peraturan per-uu-an
• Presiden dalm menyelenggarakan kekeusaan
pemerintahn mempunyai hub kerja dgn lembaga
negara lainnya.
48. KEBIJAKAN PUBLIK
Kebijakan publik (KP) adalah suatu proses keputusan/seperangkat
keputusan untuk menghadapi situasi atau permasalahan yang mengandung
nilai tertentu, memuat ketentuan tentang tujuan, cara, dan sarana serta
kegiatan untuk mencapaianya.
Kebijakan publik dilaksanakan oleh berbagai lembaga negara yang
berwenang menyelenggarakan negara dan pembangunan bangsa
50. PROSES KEBIJAKAN PUBLIK
Pembuatan atau Perumusan Kebijakan
a. Penyusunan agenda kebijakan
b. Perumusan agenda kebijakan
Pelaksanaan atau implementasi kebijakan
*Tantangan monitoring
Evaluasi kinerja
*Tantangan evaluasi dampak (impact)
51. Proses Kebijakan Publik merupakan keseluruhan proses mulai dari pengaartikulasi
ann dan perumusan masalah, alternatif pemecahan masalah dalam sistem politik,
penentuan sanksi dan legitimasi upaya-upaya kegiatan, pengesahan kebijakan dan
penilaian kinerja kebijakan dalam rangka pengawasan dan pengendalian sampai d
engan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kebijakan publik.
53. KRITERIA KELAYAKAN MASALAH MEN
JADI KP
Issue yg setiap tahun mengemuka
• Ex; APBN/APBD
Issue yg tidak regular muncul tp tetap ada siklus
• Ex; UMP, Pajak, Subsidi dll
Issue baru, dengan syarat :
• Kritis
• Kekhususan
• Wide Impact
59. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
• Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban
negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala
sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang ya
ng dapat dijadikan milik negara berhubung dengan p
elaksanaan hak dan kewajiban tersebut
• Pendapatan Negara adalah semua penerimaan yan
g berasal dari penerimaan perpajakan, penerimaan n
egara bukan pajak serta penerimaan hibah dari dala
m dan luar negeri.
Gambaran Umum
Keuangan Negara
60. Pendapatan negara merupakan
semua penerimaan yang berasal
dari penerimaan pajak, penerimaan
negara bukan pajak serta hibah dari
dalam dan luar negeri
Penerimaan Pajak
Pajak Dalam Negeri
• Pajak Penghasilan (PPh)
• Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
barang dan jasa
• Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM)
• Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
• Bea Perolehan hak atas tanah
dan bangunan (BPHTB)
Pajak Perdangan Internasional
• Pajak Ekspor
• Bea Masuk dan Cukai
Hibah
• Semua penerimaan negara yang
berasal dari sumbangan swasta
dalam negeri serta sumbangan
lembaga swasta dan pemerintah luar
negeri yang menjadi hak pemerintah
SUMBER PENERIMAAN NEGARA
62. Belanja negara diarahkan mencapai tujuan
pembangunan nasional antara lain infrastruktur,
pengurangan kemiskinan dan pengangguran, dalam
rangka pemerataan pembangunan dan perbaikan
konektivitas dengan tetap menjaga efisiensi
BELANJA NEGARA
Efisiensi & Kualitas Belanja
Melalui evaluasi kebijakan
penghematan belanja barang
non-operasional dan penajaman
belanja barang. Peningkatan
kualitas belanja modal kpd
belanja produktif dan tetap
memperhatikan efisiensi belanja
Aparatur
Mempertahankan tingkat
kesejahteraan aparatur negara
antara lain melalui gaji13 dan
pemenuhan kewajiban
pembayaran manfaat pensiun
Mendukungn Program Prioritas
• Sinergi program
perlindungan social dan
mempertajam bantuan social
• Refocusing anggaran
prioritas
• Sinergi pembangunan antar
Pusat dan Daerah
• Dukungan pemerintah
Gambaran Umum Pengeluaran
Negara
Belanja
K/L
Belanja
Non-K/L
Transfer ke
Daerah dan
Dana Desa
63. Mendukung
Program
Pembangunan
Mendukung pelaksanaan berbagai
program dan sasarn pembangunan sesuai
RKP
Penyelenggara
an Pemerintah
Menjaga kesehatan aparatur pemerintah
dan efektivitas birokrasi
Antisipasi
Risiko
Mengantisipasi ketidakpastian
perekonomian melalui dukungan
cadangan risiko fiscal dan mitigasi
bencana
Kebijakan Umum diarahkan untuk mendukung penyelenggaraan
pemerintahan, pencapaian sasaran pembangunan, dan antisipasi risiko
Belanja Pemerintah Pusat
• Belanja Pemerintah Pusat
• Belanja Pegawai
• Belanja barang
• Belanja modal
• Belanja Utang
• Belanja Subsidi (BBM dan Non
BBM)
• Belanja hibah
• Bantuan sosial
• Belanja lainnya
64. Kompensasi terhadap
pegawai dalam bentuk uang
maupun dalam bentuk barang, yang
harus dibayarkan kepada pegawai
pemerintah dalam dan luar negeri,
baik kepada Pejabat Negara, ASN,
dan pegawai yang dipekerjakan
oleh pemerintah yang belum
berstatus ASN maupun kepada
non-ASN sebagai imbalan atas
pekerjaan yang telah dilaksanakan
dalam rangka mendukung tugas
fungsi unit organisasi pemerintah,
kecuali pekerjaan yang berkaitan
dengan pembentukan modal
dan/atau kegiatan yang mempunyai
keluaran (input) dalam kategori
Belanja pegawai terdiri atas :
• Belanja gaji dan tunjangan
• Belanja
honorarium/vakasi/lembur/tunjan
gan khusus
• Belanja kontribusi social
• Belanja pegawai transito
BELANJA PEGAWAI
65. • Pengeluaran untuk pembelian
barang dan/atau jasa yang habis
pakai untuk memproduksi barang
dan/atau jasa yang dipasarkan
maupun yang tidak dipasarkan
dan pengadaan barang yang
dimaksudkan untuk diserahkan
atau dijual kepada
masyarakat/Pemerintah Daerah
(Pemda) dan belanja perjalanan.
• Dalam pengertian belanja
tersebut termasuk honorarium
dan vakasi yang diberikan dalam
rangka pelaksanaan kegiatan
untuk menghasilkan barang
dan/atau jasa
Belanja barang terdiri atas :
• Belanja Barang (Operasional dan
Non-Operasional)
• Belanja Jasa
• Belanja Pemeliharaan
• Belanja Perjalanan
• Belanja Badan Layanan Umum
• Belanja Barang untuk diserahkan
kepada masyarakat/Pemda
BELANJA BARANG
66. Pengeluaran untuk
pembayaran perolehan aset tetap
dan/atau aset lainnya atau
menambah nilai aset tetap dan/atau
aset lainnya yang memberi manfaat
lebih dari satu periode akuntansi
dan melebihi batas minimal
kapitalisasi aset tetap/aset lainnya
yang ditetapkan pemerintah.
Belanja modal terdiri atas :
• Belanja Modal Tanah
• Belanja Modal Peralatan dan Mesin
• Belanja Modal Gedung dan
Bangunan
• Belanja Modal Jalan
• Irigasi dan Jaringan
• Belanja modal lainnya
• Belanja Penambahan Nilai Aset
Tetap/Aset Lainnya
• Belanja Modal BLU
BELANJA MODAL
67. Belanja Pembayaran
Kewajiban Utang ad/
pembayaran yang dilakukan
atas kewajiban penggunaan
pokok utang (principal
outstanding), baik utang
dalam negeri maupun utang
luar negeri yang dihitung
berdasarkan posisi pinjaman
jangka pendek atau jangka
panjang,
Termasuk
pembayaran denda/biaya
lain terkait pinjaman dan
hibah dalam maupun luar
negeri, serta imbalan bunga.
Jenis belanja tersebut
khusus digunakan dalam
kegiatan dari BA BUN.
BELANJA UTANG
68. Pengeluaran atau alokasi
anggaran yang diberikan pemerintah
kepada perusahaan Negara, lembaga
pemerintah atau pihak ketiga lainnya
yang memproduksi, menjual,
mengekspor, atau mengimpor barang
dan/atau jasa untuk memenuhi hajat
hidup orang banyak sedemikian rupa
sehingga harga jualnya dapat dijangkau
oleh masyarakat.
• Belanja subsidi antara lain digunakan
untuk penyaluran subsidi kepada
masyarakat melalui perusahaan
Negara dan/atau perusahaan swasta
• Jenis belanja tersebut khusus
digunakan dalam kegiatan dari BA
BUN
BELANJA SUBSIDI
69. SUBSIDI
Kebijakan :
• Subsidi yang lebih tepat sasaran
untuk membantu masyarakat
yang kurang mampu
• Mendukung pengendalian inflasi
• Mempertahankan daya beli
masyarakat
• Meningkatkan produksi pangan
• Kebijakan
• Diarahkan untuk masyarakat miskin
• Pengedalian Inflasi
Subsidi BBM dan LG
Perbaikan penyauran untuk memperbaiki ketepatan sasaran
Subsisti tertutup untuk LPG tabung 3kg
Subsidi Listrik
Subsidi tepat sasaran u/pelangganyg kurang mampu (450
VA dan 900 VA)
• Kebijakan
• Sinergi dgn bantuan sosial dan transfer ke daerah
• Pengedalian kebutuhan pokok
• Peningkatan produktivitas pangan
Subsidi Pupuk
Subsidi Pajak
Subsidi Bunga Kredit program
Subsidi PSO
Subsidi Energi :
Subsidi Non Energi :
70. Pengeluaran pemerintah
berupa transfer dalam bentuk
uang/barang/jasa yang dapat diberikan
kepada pemerintah Negara lain,
organisasi internasional, Pemda, atau
kepada perusahaan negara/daerah
yang secara spesifik telah ditetapkan
peruntukkannya, bersifat sukarela, tidak
wajib, tidak mengikat, tidak perlu
dibayar kembali dan tidak terus
menerus, yang dilakukan dengan
naskah perjanjian antara pemberi hibah
dan penerima hibah kepada pemerintah
Negara lain, organisasi internasional,
dan Pemda dengan pengalihan hak
dalam bentuk uang, barang, atau jasa.
Termasuk dalam belanja hibah adalah
pinjaman dan/atau hibah luar negeri
yang
diterus hibahkan ke daerah.
BELANJA HIBAH
71. • Pengeluaran berupa transfer
uang, barang atau jasa yang
diberikan oleh Pemerintah
kepada masyarakat guna
melindungi masyarakat dari
kemungkinan terjadinya risiko
sosial, meningkatkan
kemampuan ekonomi dan/atau
kesejahteraan masyarakat
• Memperkuat program-program
Perlindungan Sosial
Penanggulangan Kemiskinan
sebagai dukungan pada
Masyarakat Berpendapatan
Rendah
• Bantuan sosial yang tepat sasaran,
Sasaran
• Program Keluarga Harapan
• Bantuan Pangan
• Penerima Bantuan Iuran (PBI)
dalam rangka JKN
• Penyediaan Bantuan Kelompok
Usahan Ekonomi Produktif
• Program Indoneisa Pintar
• Bidik Misi
• Dana Desa
BELANJA BANTUAN SOSIAL
72. Pengeluaran Negara untuk
pembayaran atas kewajiban
pemerintah yang tidak masuk dalam
kategori belanja pegawai, belanja
barang, belanja modal, belanja
pembayaran kewajiban utang, belanja
subsidi, belanja hibah, dan belanja
bantuan sosial, serta bersifat mendesak
dan tidak dapat diprediksi sebelumnya.
Belanja Lain-Lain
dipergunakan antara lain untuk :
• Belanja lain-lain dana
cadagan dan risiko fiscal
• Belanja lain-lain lembaga
non kementerian
• Belanja lain-lain
bendahara umum negara
• Belanja lain-lain tanggap
darurat
BELANJA LAIN-LAIN
73. Kebijakan
• Mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintah antara Pusat dan Daerah dan mengurangi
kesenjangan pendanaan pemerintahan antardaerah
• Meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi kesenjangan
pelayanan publik antardaerah
• Memprioritaskan penyediaan pelaynan dasar di daerah tertinggal, terluar, terpencil, terdepan, dan
pasca bencana
• Mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pembangunan infrastruktur dasar
• Mendorong peningkatan kualitas pengelolaan keuangan daerah yang lebih efisien, efektif, transparan
dan akuntabel
• Meningkatkan kualitas pengalokasian Transfer ke daerah dan Dana Desa dengan tetap
memperhatikan akuntabilitas dan transparansi
• Memperbaiki mekanisme penyaluran Transfer ke Daerah dan Dana Desa berdasarkan pada kinerja
pelaksanaan untuk setiap tahapannya di daerah
TRANSFER KE DAERAH & DANA DESA
79. Sebagai perencana, pelaksana,
dan pengawas:
1.
2.
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan
pelaksana pembangunan nasional melalui Yanlik
yang profesional,
bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme).
3.
4.
1.pelaksana kebijakan publik;
2. pelayan publik; dan
3. perekat dan pemersatu bangsa
FUNGSI PEGAWAI ASN
PERAN PEGAWAI ASN
80. 15 BAB
364 PASAL
HAK
a. a. Gaji, tunjangan, dan fasilitas;
b. Cuti;
c. Jaminan pensiun dan jaminan hari
tua;
d. Perlindungan; dan
e. Pengembangan kompetensi
KEWAJIBAN
1. Melaksanakan Kode Etik Dan Kode Perilaku
2. Melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan sebagaimana diatur dalam PP.
53 Tahun 2010, tentang Disiplin PNS.
HAK DAN KEWAJIBAN APARATUR NEGERI SIPIL
82. BAB
BAB
BAB
BAB
BAB
I
II
III
IV
V
KETENTUAN UMUM
PENYUSUNAN DAN PENETAPAN KEBUTUHAN
PENGADAAN
PANGKAT DAN JABATAN
PENGEMBANGAN KARIER, PENGEMBANGAN
KOMPETENSI, DAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
PENILAIAN KINERJA DAN DISIPLIN
PENGHARGAAN
PEMBERHENTIAN
PENGGAJIAN, TUNJANGAN DAN FASILITAS
KARIER
BAB
BAB
BAB
BAB
BAB
BAB
BAB
BAB
BAB
BAB
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
JAMINAN PENSIUN DAN
PERLINDUNGAN
CUTI
JAMINAN HARI TUA
15 BAB
364 PASAL
KETENTUAN
KETENTUAN
KETENTUAN
LAIN-LAIN
PERALIHAN
PENUTUP
SISTEMATIKA PP MANAJEMEN PNS
83. PENYUSUNAN KEBUTUHAN
Setiap Instansi Pemerintah menyusun kebut
uhan jenis jabatan dan jumlah PNS berdasa
rkan Anjab dan ABK, peta jabatan, dan kete
rsediaan pegawai
ANALISIS
JABATAN
Permenpan
No. 33/2011
Jam Kerja Efektif
Pegawai:
1250 Jam/tahun
PETA
JABATAN
ya
ANALISIS BEB
AN KERJA
Mendukung
keberhasilan
pencapaian indikator
sasaran strategis (yg
sbg Permenpan
No. 26/2011
tertuang dlm Renstra Instansi
turunan RPJPN dan RPJMN)
Menggunakan aplikasi bersifat 5 Tahun Dirinci
per tahun
elektronik (e-formasi)
FORMASI
PNS
KEKURANGAN
KEBUTUHAN
ASN
84. PENETAPAN KEBUTUHAN
Penetapan
ditetapkan
kebutuhan PNS secara nasional setiap tahun anggaran
oleh Menteri, setelah memperhatikan pendapat Menteri
Keuangan dan pertimbangan teknis Kepala BKN
Pertimbangan
Teknis Kepala
BKN
Paling lambat akhir
Pendapat
Menteri
Keuangan
Penetapan
Kebutuhan oleh
Menteri PANRB
Paling lambat bulan
Mei tahun berjalan.
Pendapat disusun
Tahun
bulan Juli tahun Bulan April
sebelumnya (T-1) Berikutnya,
Disampiakan
MenPANRB
ke
paling
Mei
lambat akhir
Tahun Berikutnya
85. PENGADAAN
Dilakukan secara nasional untuk menjamin kualitas hasil
Panitia Seleksi Nasional Pengadaan Calon PNS. Untuk JA
Pelaksana, JF Ahli Pertama, JF Ahli Muda, JF Pemula, JF
Terampil
1 PERENCANAAN
Diumumkan secara terbuka paling lambat 15 hari kalender
sblm tgl penerimaan lamaran
PENGUMUMAN
LOWONGAN
2
3
4
Harus memenuhi persyaratan administrasi
PELAMARAN
SELEKSI DAN
PENGUMUMAN
HASIL SELEKSI
• Seleksi administrasi, seleksi kompetensi dasar dan seleksi
kompetensi bidang
Pengumuman hasil seleksi secara terbuka
•
• Pengangkatan Calon PNS oleh PPK setelah mendapat
persetujuan teknis dari Kepala BKN
Calon PNS wajib menjalani masa percobaan selama 1
tahun
PENGANGKATAN
DAN MASA
PERCOBAAN CPNS
5 •
86. PENGEMBANGAN KARIER, PENGEMBANGAN KOMPETENSI,
POLA KARIER, PROMOSI DAN MUTASI
• Dilakukan dengan menerapkan prinsip sistem merit untuk meningkatkan kompetensi, kinerja dan profesi
onalitas PNS.
• Setiap instansi wajib memiliki Sistem Informasi Manajemen Karier yg merupakan bagian terintegrasi dari
Sistem Informasi ASN
87. 1
2
3
KOMPETENSI JABATAN ASN
kompetensi sosial kultural yang diukur dari pengalaman
kerja berkaitan dengan masyarakat majemuk dalam hal
agama, suku, dan budaya sehingga memiliki wawasan
kebangsaan.
kompetensi manajerial yang diukur dari tingkat
pendidikan, pelatihan struktural atau manajemen, dan
pengalaman kepemimpinan
kompetensi teknis yang diukur dari tingkat dan
spesialisasi pendidikan, pelatihan teknis fungsional, dan
pengalaman bekerja secara teknis;
88.
89.
90. PENILAIAN KINERJA DAN DISIPLIN
Menjamin objektivitas pembinaan PNS yang
didasarkan pada sistem prestasi dan sistem karier
Berdasarkan perencanaan kinerja pada tingkat
individu dan tingkat unit atau organisasi, dengan
Memperhatikan target, capaian, hasil, manfaat
yang dicapai, dan perilaku PNS
Dilakukan secara obyektif, terukur, akuntabel,
partisipatif, dan transparan
Menjamin terpeliharanya tata tertib dalam
kelancaran pelaksanaan tugas
Pelanggaran disiplin dijatuhin hukuman disiplin
DISIPLIN
PENILAIAN
KINERJA
101. Pengadaan Barang/Jasa adalah
kegiatan untuk memperoleh
Barang/Jasa oleh
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja
Perangkat Daerah/Institusi lainnya
yang prosesnya dimulai dari
perencanaan kebutuhan sampai
diselesaikannya seluruh kegiatan
untuk memperoleh Barang/Jasa.
Pengertian Pengadaan Barang/Jasa
102. Tujuan dalam Sistem Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah
Menghasilkan barang/jasa yang te
pat dari setiap uang yang dibelanja
kan, diukur dari aspek kualitas, jum
lah, waktu, biaya, lokasi, dan peny
edia.
Meningkatkan penggunaan produk
si dalam negeri.
Meningkatkan peran serta usah
a mikro, usaha kecil, dan usaha
menengah.
Meningkatkan peran pelaku usaha nasional.
Mendukung pelaksanaan penelitian dan peman
faatan barang/jasa hasil penelitian.
Meningkatkan keikutsertaan industri kreatif.
Mendorong pemerataan ekonomi.
Mendorong pengadaan berkelanjutan.
103. Jenis-Jenis Kebutuhan Barang/Jasa
Barang
yaitu kebutuhan akan benda baik berwuj
ud maupun tidak berwujud, bergerak mau
pun tidak bergerak, yang dapat diperdaga
ngkan, dipakai, dipergunakan atau diman
faatkan oleh K/L/PD.
Pekerjaan Konstruksi
yaitu keseluruhan atau sebagian kegiatan
konstruksi yang meliputi pembangunan, p
engoperasian, pemeliharaan, pembongka
ran, dan pembangunan kembali suatu ban
gunan.
Jasa Konsultansi
yaitu jasa layanan profesional yang membutuhkan
keahlian tertentu di berbagai bidang keilmuan yang
mengutamakan adanya olah pikir (brainware).
Jasa Lainnya
yaitu jasa non-konsultansi atau jasa yang membutuh
kan peralatan, metodologi khusus, dan/ atau keteram
pilan dalam suatu sistem tata kelola yang telah diken
al luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu pe
kerjaan.
104. Prinsip Dasar Pengadaan Barang/Jasa
1st
2st
5st
6st
Efisien
Efisiensi pengadaan diukur terhadap seberapa besar
upaya yang dilakukan untuk memperoleh Barang/Jasa
dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan. Upaya yan
g dimaksud mencakup dana dan daya yang dikeluark
an untuk memperoleh Barang/Jasa. Semakin kecil up
aya yang diperlukan maka dapat dikatakan bahwa pro
ses pengadaan semakin efisien.
Efektifitas pengadaan diukur terhadap seberapa jauh
Barang/Jasa yang diperoleh dari proses pengadaan d
apat mencapai spesifikasi yang sudah ditetapkan.
Efektif
Terbuka
Berarti Pengadaan Barang/Jasa dapat diikuti oleh semua P
enyedia Barang/Jasa yang memenuhi persyaratan/kriteria y
ang ditetapkan sesuai ketentuan yang berlaku.
Bersaing
Proses pengadaan barang dapat menciptakan iklim atau
suasana persaingan yang sehat di antara para penyedia
barang/jasa, tidak ada intervensi yang dapat menggangg
u mekanisme pasar, sehingga dapat menarik minat seban
yak mungkin penyedia barang/jasa untuk mengikuti lelang
/seleksi yang pada gilirannya dapat diharapkan untuk dap
at memperoleh barang/jasa dengan kualitas yang maksim
al.
3st Transparan
Bagaimana proses pengadaan Barang/Jasa dilakuk
an dapat diketahui secara luas. 7st Adil/tidak diskriminatif
Berarti proses pengadaan dapat memberikan perlakuan yan
g sama bagi semua calon Penyedia Barang/Jasa dan tidak
mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertent
u, kecuali diatur dalam peraturan ini.
4st Akuntabel
Berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yan
g terkait dengan Pengadaan Barang/Jasa sehingga da
pat dipertanggungjawabkan.
105. 1. Perencanaan pengadaan meliputi identifikasi kebutuhan, penetapan barang/jasa, cara,
jadwal, dan anggaran Pengadaan Barang/Jasa.
2. Perencanaan pengadaan yang dananya bersumber dari APBN dilakukan bersamaan
dengan proses penyusunan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L) setelah
penetapan Pagu Indikatif.
3. Perencanaan Pengadaan yang dananya bersumber dari APBD dilakukan bersamaan
dengan proses penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perangkat Daerah (RKA
Perangkat Daerah) setelah nota kesepakatan Kebijakan Umum APBD serta Prioritas
dan Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS).
4. Perencanaan Pengadaan terdiri atas:
• Perencanaan Pengadaan melalui Swakelola; dan/atau
• Perencanaan Pengadaan melalui Penyedia.
Perencanaan Pengadaan
106. 5. Perencanaan pengadaan melalui Swakelola meliputi:
• penetapan tipe Swakelola;
• penyusunan spesifikasi teknis/KAK; dan
• penyusunan perkiraan biaya/Rencana Anggaran Biaya (RAB).
6. Tipe Swakelola terdiri atas:
• Tipe I yaitu Swakelola yang direncanakan, dilaksanakan,dan diawasi oleh Kementerian/Lembaga/Per
angkat Daerah penanggung jawab anggaran;
• Tipe II yaitu Swakelola yang direncanakan dan diawasi oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daera
h penanggung jawab anggaran dan dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah lain
pelaksana Swakelola;
• Tipe III yaitu Swakelola yang direncanakan dan diawasi oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daera
h penanggung jawab anggaran dan dilaksanakan oleh Ormas pelaksana Swakelola;
• Tipe IV yaitu Swakelola yang direncanakan oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah penanggu
ng jawab anggaran dan/atau berdasarkan usulan Kelompok Masyarakat, dan dilaksanakan serta dia
wasi oleh Kelompok Masyarakat pelaksana Swakelola.
7. Perencanaan pengadaan melalui Penyedia meliputi:
• Penyusunan Spesifikasi Teknis/KAK;
• Penyusunan Perkiraan Biaya/RAB;
• Pemaketan Pengadaan Barang/Jasa;
• Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa;
• Penyusunan Biaya Pendukung.
8. Hasil Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa dimuat dalam RUP.
Perencanaan Pengadaan
107. Pelaku Pengadaan Barang/Jasa
• Pengguna Anggaran (PA)
• Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
• Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
• Pejabat Pengadaan
• Kelompok Kerja Pemilihan
• Agen Pengadaan
• Pejabat/Panitia Penerima Hasil Pekerjaan
• Penyelenggara Swakelola
• Penyedia
108. Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
meningkatkan kualitas perencanaan Pengadaan Barang/Jasa
melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang lebih transparan, terbuka, dan kompetiti
memperkuat kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia Pengadaan Barang/Jasa
mengembangkan E-marketplace Pengadaan Barang/Jasa
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, serta transaksi elektronik
mendorong penggunaan barang/jasa dalam negeri dan Standar Nasional Indonesia (SNI)
memberikan kesempatan kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah
mendorong pelaksanaan penelitian dan industri kreatif
melaksanakan Pengadaan Berkelanjutan
Assalamualaikum Wr Wb
Nama ibu
Selaku dosen penanggungjawab..
Pancasila diusulkan sbg dasar negara, falsafah negara, philosofische gorundslag bagi berdirinya negara Indonesia, pd tgl 1 Juni 1945 dlm siding BPUPKI. Pancasila diterima dan kemudian dikukuhkan sbg dasar negara RI dan dimuat dlm pembukaan uud 1945 beriisi sila 1-5. karena Pancasila ad/dasar negara, bbrt Pancasila merupakan sumber hukum dasar nasional, artinya sumber hukum bagi uud 45. itu berarti pula bahwa Pancasila merupakan landasan idiologi bg semua kebijakan dan tindakan negara
Pancasila diusulkan sbg dasar negara, falsafah negara, philosofische gorundslag bagi berdirinya negara Indonesia, pd tgl 1 Juni 1945 dlm siding BPUPKI. Pancasila diterima dan kemudian dikukuhkan sbg dasar negara RI dan dimuat dlm pembukaan uud 1945 beriisi sila 1-5. karena Pancasila ad/dasar negara, bbrt Pancasila merupakan sumber hukum dasar nasional, artinya sumber hukum bagi uud 45. itu berarti pula bahwa Pancasila merupakan landasan idiologi bg semua kebijakan dan tindakan negara
karena posisi Pancasila sbg dasar negara sbg diuraikan maka berdasarkan ketetapan MPR mengenai etika social budata, etika kehidupan berbangsa, etika politik dan pemerintaham, etika ekonimi dan bisnis, etika penergakan hukum yag berkeadilan : dimana penergakan hukum secara adil, perlakuan yg sama, tidak diskriminatif terhdp setiap bangsa dan menghidarkan penggunakaan hukum secara salah sbg alat kekuasaan dan bentuk2 manipulasi hukum lainnya. Etika Lingkungan, menegaskan pentingnya kesadaran mengahargai dan melestarikan lingkungan
Sanri sebagai sistem penyelenggaran negara dan atau sebagai sistem penyelenggaraan pemerintahan negara, sebagaimana halnya suatu sistem terdiri dari subsistem2 atau unsur-unsurnya. Seperti sistem lainnya, adm negara sebagai sistem, pd pokoknya terdiri dr unsur nilai, struktur, dan proses. Perbedaan sankri sebg sistem penyelenggaraan negara dan dan sanri sbg sistem penyelenggaraan pemerintahan negara ialah dalm hal unsur struktur dan prosesnya, sedangkan unsur nilainya adalah sama.
Unsur nilai dpt pula disebut sistem nilai, meliputi landasan atau dasar negara yaitu Pancasila, cita2 negara, dan tujuan negara, tentu semuanya telah dirumuskan dalm pembukaan uud 1945.
Pancasila : sbg landasan/dasar negara tentu mengandung 5 prinsip ketuhanan yg maha esa, kemanusian yg adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yg dipimpin o/hikmat kebijaksanaan dlm permusyawaratan perwakilan, dan keadilan social bg seluruh rakyat indoneisa (alinea 4 pembukaan uud 1945). Pancasila juga merupakan falsafah hidup atau pandangan hidup yg mempersatukan bangsa dan memberi petunjuk dlm upaya mencapai kesejahteraan dan kebahagian lahir batin dalam masy indoseia yg beragam.
Unsur nilai, yang meliputi landasan atau dasar negara, yaitu Pancasila, cita-cita dan tujuan negara (nasional), serta nilai dan prinsip yang terkandung dalam bentuk negara dan sistem penyelenggaraan pemerintah negara sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan Undang-undang 1945. Nilai adalah konsep mengenai apa yang sebaiknya diadakan, diusahakan atau dituju.
Unsurt stuktur merupakan satuan kelembagaan yg diperlukan dlam kehidupan negra Ri yg demokratis dan konstruktusional bberupa tatanan kelembagaan penyelengaarn negara dan pemerintahan negara dlm rangka mengemban misi dan mweujudkan visi bangsa, yg mereflesikan peran dan posisi. Aturan hukum, kewajiban, kerenangan dan tanggjg jawab masing2.
Unsur struktur, merupakan tatanan kelembagaan yang terbentuk dalam kehidupan Negara Republik Indonesia yang demokratis dan konstitusional berupa tatanan organisasi pemerintahan negara dan organisasi yang berkembang dalam dinamika kehidupan masyarakat bangsa yang merefleksikan posisi dan peran atau pun hak, kewajiban, kewenangan, dan tanggung jawab masing-masing dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan bangsa, dalam mengemban misi perjuangan bangsa mewujudkan cita-cita dan tujuan bernegara; meliputi berikut ini.
a. Lembaga Negara
1) Majelis Permusyawaratan Rakyat, terdiri atas anggota DPR dan DPD.
2) Presiden Republik Indonesia.
3) Dewan Perwakilan Rakyat.
4) Dewan Perwakilan Daerah.
5) Badan Pemeriksa Keuangan.
6) Bank Sentral.
7) Mahkamah Agung.
8) Mahkamah Konstitusi.
9) Komisi Yudisial.
Organisasi yang berkembang dalam masyarakat, meliputi organisasi sosial, politik, profesi, lembaga swadaya masyarakat, media massa, dan organisasi bisnis, yang berkembang sesuai hak, kewajiban, dan tanggung jawab warga negara dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan bangsa.
Unsur proses, yang tercermin dalam berbagai kegiatan manajerial dan lembaga negara, kementerian negara dan lembaga pemerintahan lainnya serta saling hubungan antar lembaga tersebut dan antara berbagai lembaga pemerintahan itu dengan organisasi yang berkembang dalam masyarakat, sesuai posisi dan peran serta tanggung jawab masing-masing dalam proses kebijakan dan penyelenggaraan pemerintah negara dan pembangunan bangsa di tingkat Pusat dan Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota). Keberhasilan berbagai kegiatan tersebut, di samping dipengaruhi oleh ketepatan sistem dan proses manajemen pemerintahan negara, pada akhirnya tergantung pada kompetensi sumber daya manusia yang terdapat dalam berbagai lembaga tersebut di atas dalam mengembangkan visi dan mengelola proses kebijakan, dalam rangka mengemban misi perjuangan bangsa mewujudkan cita-cita dan tujuan NKRI.
Unsur proses, yang tercermin dalam berbagai kegiatan manajerial dan lembaga negara, kementerian negara dan lembaga pemerintahan lainnya serta saling hubungan antar lembaga tersebut dan antara berbagai lembaga pemerintahan itu dengan organisasi yang berkembang dalam masyarakat, sesuai posisi dan peran serta tanggung jawab masing-masing dalam proses kebijakan dan penyelenggaraan pemerintah negara dan pembangunan bangsa di tingkat Pusat dan Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota). Keberhasilan berbagai kegiatan tersebut, di samping dipengaruhi oleh ketepatan sistem dan proses manajemen pemerintahan negara, pada akhirnya tergantung pada kompetensi sumber daya manusia yang terdapat dalam berbagai lembaga tersebut di atas dalam mengembangkan visi dan mengelola proses kebijakan, dalam rangka mengemban misi perjuangan bangsa mewujudkan cita-cita dan tujuan NKRI.
Perkembangan adm negara baik sebagai ilmu maupun sebagai sistem yang diparaktekkan di berbagai negara menunjukkan bhw proses KP di negara tsb merupalan core business dari setiap sistem pemerintahan yg demokratis dan konstitusional oleh karena itu SANRI sebagai tatanan kelembagaan dan manajemen NKRIdgn dimensi2nilainya yg menjd landasan falsafah negara, cita2 dan tujuan bernegara dan sistem penyelenggaraan pemerintaha negara juga berperan sebagai sistem pengelolaan Kebijakan negara/publik NKRI artinya kegiatan pengelolaan pd dimensi2 nilai yg dianut dalam SANRI
Nilai2 dasar atau prinsip kepemerintahan yg baik yg dianut dalam SANRI, seharusnya menjadi rujukan dalam sistem KP. Nilai2 dasar yg sekaligus jg merupakan prinsip dimaksud ad/prinsip demokratis, desentralistik, transparan, partisipasi, rasioanl, berkepastian hukm, dan akuntabilitas.
Dengan anutan nilai2 dan prinsip2 tsb diatas, sistemKP diharapkanmampu mengahrkan dan mengendalika KP yg dihasilkan. Kebijakan utamanya bercirikan pada kepentingan publik, penciptaan kehidupan masy yg berkualita yaitu kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluurh rakyat Indonesia.
Penekanan pd kepentingan publik pperlu mencdapat perhatian utama dalam sistem dan proses KP, karena hal tersebut telah diamantkan secara eksplisit pada alinea terakhir pembukaan UUD 1945 yg menekankan terweujudnya keadilan sosial pd seluruh rakyat Indonesia. Implikasi logisnya, KP perlu secarakonsistem dan berkesinambungan melakukan upaya pembentukan dan komitmen individu maupun institusi negara dan masy bangsa yg terlibat dalam proses KP.
PROSES KEBIJAKAN PUBLIK Dapat dipahami sebagai serangkaian tahap atau fase kegiatan untuk membuat kebijakan publik. Penentuan Agenda Perumusan Alternatif Penetapan Kebijkan Implementasi KebijakanEvaluasi Kebijakan
Kebijakan publik memiliki tahapan tertentu, dimulai dari proses merumuskan permasalahan publik hingga mengevaluasi kebijakan publik. Mengidentifikasi dan merumuskan permasalahan publik bukan pekerjaan mudah. Dimensi paling inti dari kebijakan publik adalah proses kebijakan. Di sini kebijakan publik dilihat sebagai sebuah proses kegiatan atau sebagai satu kesatuan sistem yang bergerak dari satu bagian ke bagian lain secara sinambung, saling menentukan dan saling membentuk.
Proses kebijakan publik merupakan proses yg amat rumit dan kompleks. Oleh karenanya untuk mengkajinya para ahli kemudian membagi proses kebijakan publik ke dalam beberapa tahapan. Tujuannya untuk mempermudah pemahaman terhadap proses tersebut (Charles Lindblom, 1986: 3).
Pembagian tersebut amat bervariasi antara ahli yang satu dengan ahli lainnya, sehingga dimungkinkan adanya perbedaan. Misalnya : ada yang menambahkan perubahan atau penghentian kebijakan setelah evaluasi kebijakan.
Berbentuk proses kebijakan linear, cycle, desician tree, centralist
Isu apa yang menarik perhatian pemerintah merupakan hasil dari proses dinamis dan sangat kompleks yang dikenal sebagai agenda setting (pengenalan masalah).
Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan para perumus kabijakan.
Pada tahap ini mungkin suatu masalah tidak disentuh sama sekali, sementara masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus pembahasan, atau ada pula masalah karena alasan- alasan tertentu ditunda untuk waktu yang lama.
Tahap Penyusunan AgendaTahap Penyusunan Agenda
Dalam penyusunan agenda ini policy makers membahas masalah-masalah yang masuk dari masyarakat dan diteruskan apakah masalah- masalah tersebut perlu atau tidak untuk ditangani. Meskipun banyak masalah yang masuk dlm agenda pemerintah, namun tdk semuanya dpt mencapai “ status agenda”.
Misalnya isu : kualitas pelayanan kesehatan dasar, Defisit kesehatanBPJS kemudian adanya adanya Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan, dampaknya saat ini sudah mulai terlihat dengan banyaknya warga memindahkan kelas perawatan bpjs dari kelas I, II menjadi III
Pada tahap ini mungkin suatu masalah tidak disentuh sama sekali, sementara masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus pembahasan, atau ada pula masalah karena alasan- alasan tertentu ditunda untuk waktu yang lama.
Ahli kebijakan publik mengakui bhw penyusunan agenda mrpk suatu tahapan yg amat sulit dlm kebijakan publik. Ini disebabkan banyaknya aktor yg terlibat dan bervariasinya kepentingan yg mereka wakili.
Agenda setting adalah “proses pembuatan prioritas atas informasi untuk membuat tindakan, dan perhatian dialokasikan kepada sekelompok masalah tertentu ketimbang kepada sekelompok masalah yang lain”. Seringkali diasumsikan bahwa proses ini logis dan rasional; dalam realitanya, proses tersebut lebih bersifat politis ketimbang logis, dan beberapa ahli menyatakan bahwa proses tersebut adalah dirasionalkan ketimbang benar-benar rasional. Tahap agenda setting berkaitan dengan pertimbangan oleh beberapa aktor kunci dari sistem administrasi-politik atas berbagai permohonan bagi diambilnya tindakan yang dibuat oleh kelompok sosial atau bahkan pegawai pemerintah itu sendiri. Agenda setting dapat dipandang sebagai suatu mekanisme bagi penyaringan masalah oleh aktor publik.
Suatu isu telah mencapai titik kritis. Isu dengan kondisi demikian tentu tidak dapat diabaikan begitu saja, bahkan isu tersebut sudah dianggap sebagai sebuah ancaman yang sangat serius jika tidak segera diatasi, bahkan jika tidak diatasi justru akan menimbulkan masalah kritis baru yang lebih hebat di masa yang akan datang.
2. Sebuah isu telah mencapai tingkat partikularitas tertentu yang dapat menimbulkan dampak tang bersifat dramatis.
3. Sebuah isu berkaitan dengan emosi tertentu dilihat dari sudut kepentingan orang banyak, bahkan umat manusia pada umumnya, dan memperoleh liputan media massa yang luas.
. Sebuah isu yang memiliki tingkat jangkauan dampak sangat luas.
5. Sebuah isu mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan dalam masyarakat.
6. Sebuah isu menyangkut suatu persoalan yang fasionable, di mana posisinya sulit untuk dijelaskan tetapi mudah dirasakan kehadirannya.
Bagian dari KP yg krusial adalah perumusan masalah kebijakan
Pada tahap formulasi dan legitimasi kebijakan, analisis kebijakan perlu mengumpulkan dan menganalisis informasi yang berhubungan dengan masalah yang bersangkutan, kemudian berusaha mengembangkan alternatif-alternatif kebijakan, membangun dukungan dan melakukan negosiasi, sehingga sampai pada sebuah kebijakan yang dipilih.
Maslaah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan (policy alternatives/policy options) yang ada.
Dalam perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini masing-masing actor akan bersaing dan berusaha untuk mengusulkan pemecahan masalah terbaik.
Tahap selanjutnya adalah implementasi kebijakan. Pada tahap ini perlu dukungan sumberdaya, dan penyusunan organisasi pelaksana kebijakan. Dalam proses implementasi sering ada mekanisme insentif dan sanksi agar implementasi suatu kebijakan berjalan dengan baik.
Berbagai program yang telah dipilih sebagai alternative pemecahan masalah dan diformasikan dalam bentu Kp yah tentu wajib diimplementasikan, atau dlaksanakan oleh badan2 administrasu maupun unit2 organisasi pemerintah di tingkat bawah, melalui mobilisasi sumber daya finansial dan manusia.
Pada tahap implementasi dalam prakteknya tentu masih dijumai persolana yng membuat tidak mulusnya implementasi. Keterkaitan yg proporsional, seratasi anatara kebijakan makro dankebijakan mikro, antara kebijakan umum dgn kebijakan pelaksanaan dan kebijakan teknis dakan mempengaruhi implementasi, demikian juga kondisikelompk sasaran dan lingkunganstrategis yang dihadapi.
Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit jika program tersebut tidak diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasikan yang memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia.
Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana (implementors), namun beberapa yang lain munkin akan ditentang oleh para pelaksana.
Dalam tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi, unuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan, yaitu memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu ditentukan ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yamh menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik yang telah dilaksanakan sudah mencapai dampak atau tujuan yang diinginkan atau belum.
KebijakanTahap Evaluasi Kebijakan
Kebijakan yg telah diimplementasikan kemudian dinilai utk melihat sejauh mana atau tingkat keberhasilan kebijakan yg dibuat telah mampu memecahkan masalah utk meraih dampak yg diinginkan.
Perlu ditentukan ukuran-ukuran atau kriteria- kriteria yg menjadi dasar utk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yg diinginkan.
Informasi mengenai kinerja atau hasil dari kebijakan
Esensi dari evaluasi adalah menyediakan umpan balik (feedback) yang mengarah pada hasil yang baik menurut ukutan nyata dan obyektif. Tujuan evaluasi adalah untuk perbaikan bujkan dalam rangka pembuktian. Yaitu apa yg dihasilkan dengan adanya perumusan kebijakan dan hasil dan dampak kebijakan yang ditimbulkan dgn diimplementasikannya suatu kebijakan .
Dalam SANRI trdapat mekanisme kenergaraan u/mengevaluasi kinerja kebijakan dr masing2 lembaga negara setiap tahun dr 5 tahun. Evaluasi ini perlu diarahkan baik pada :
Sejauhmana kebijakan pemerintah dan lembaga2 negara lainnta telahsejalan atau sesuaidgn ketentuan hukum dan peraturan per-UU-an serta pada
Sejaumana kinerja dari kebijakan yg diambl o/lembaga negate itu berlangsung efisien dan efektif termasuk mengenai tingkat capaian kinerja beruppa output, outcomes, atau impact .
Evaluasi Kebijakan Menyangkut pembahasan kembali terhadap implementasi kebijakan. Tahap ini berfokus pada identifikasi hasil hasil dan akibat akibat dari implementasi kebijakan. Dengan fokus tersebut, evaluasi kebijakan akan menyediakan feedback bagi penentuan kepetusun
valuasi kebijakan (hasil pemantauan). Akhirnya, tahap evaluasi, yang dianggap sebagai elemen penyusun kebijakan, bertujuan untuk mengetahui hasil dan dampak kebijakan dalam hal perubahan perilaku kelompok sasaran (dampak) dan penyelesaian masalah (outcome). Evaluasi kebijakan melibatkan pengujian empiris validitas dari model kausalitas yang kebijakan didasarkan. Dengan demikian, analisis menyangkut baik relevansi ini ‘teori tindakan ’dan ruang lingkup aplikasi praktis. Evaluasi kebijakan dimaksudkan untuk mempersiapkan fondasi keputusan masa depan dan / atau tindakan melegitimasi sudah diadopsi. Tujuan atau konsekuensi dari evaluasi kebijakan dapat melibatkan reformulasi atau modifikasi kebijakan yang ada, perbaikan implementasi atau pertimbangan mereka
Dari tindakan kebijakan akan dihasilkan kinerja dan dampak kebijakan, dan proses selajutnya adalah evaluasi terhadap implementasi, kinerja, dan dampak kebijakan. Hasil evaluasi ini bermanfaat bagi penentuan kebijakan baru di masa yang akan datang, agar kebijakan yang akan datang lebih baik dan lebih berhasil
ahap Evaluasi
Sumber daya manusia (SDM) pada organisasi merupakan hal yang selalu menarik untuk dibahas. Hal ini karena SDM memiliki peran yang sangat
strategis dalam menentukan keberhasilan organisasi mencapai tujuannya. SDM dalam konteks administrasi negara di Indonesia adalah SDM aparatur
penyelenggara negara atau Pegawai Negeri Sipil (PNS). PNS akan sangat mempengaruhi keberhasilan proses pemerintahan di Indonesia.
Manajemen PNS di Indonesia telah mengalami perjalanan yang panjang dengan banyaknya dinamika yang menyertai. Seiring dengan berkembangnya
kebutuhan dan tantangan pemerintahan Indonesia, serta semakin meningkatnya tuntutan untuk menjadikan PNS yang berkualitas, sistem manajemen PNS juga turut mengalami perubahan yang disesuaikan dengan kebutuhan. Selain itu, perubahan kebijakan manajemen SDM aparatur dari waktu ke waktu juga merupakan dampak dari perubahan paradigma yang muncul seiring dengan adanya perkembangan zaman yang semakin dinamis
Dalam Thoha (2014) disebutkan bahwa perubahan paradigma itu cenderung untuk mengganti cara-cara pengaturan lembaga birokrasi
pemerintah yang sentralistis ke desentralistis, dari otoritarian ke egalitarian dan demokratis, dari kedaulatan negara menjadi kedaulatan rakyat, dari
bentuk organisasi yang besar menjadi ramping. Dengan adanya perubahan paradigma, lembaga birokrasi pemerintah termasuk penataan atau manajemen sumber
daya aparatur harus turut melakukan perubahan agar sesuai dengan perkembangan zaman.
Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, bahwa saat ini sistem manajemen PNS di Indonesia mengacu pada UU ASN. UU ASN itu sendiri membawa banyak perubahan di berbagai aspek manajemen PNS secara keseluruhan. Pada bagian ini akan dijelaskan bagaimana sistem manajemen PNS berdasar UU ASN dijalankan yang terbagi ke dalam beberapa aspek, yaitu: Rekrutmen dan Seleksi; Pengembangan Karir (Mutasi dan Promosi); Penggajian dan Tunjangan; Manajemen Kinerja; Pengembangan Kompetensi; dan Lembaga Pengelola PNS.
Namun demikian, pembahasan tentang kondisi PNS saat ini akan memberikan gambaran bagaimana profil dan karakteristik PNS di Indonesia saat ini. Dalam menggambarkan bagaimana profil PNS Indonesia, setidaknya ada beberapa aspek yang akan dibahas; mulai dari jumlah PNS, tingkat pendidikan, jenis jabatan, rasio PNS dengan jumlah penduduk, dan distribusi PNS.
Berdasarkan data BPS tahun 2016, jumlah PNS Indonesia saat ini berjumlah 4.374.349. Apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia, rasio jumlah PNS terhadap jumlah penduduk adalah sekitar 1,7%. Hal ini berarti pada setiap 100 warga terdapat 1,7 PNS, atau setiap satu sampai dua orang PNS melayani 100 orang warga
Rekrutmen dapat dikatakan sebuah proses penting dalam menentukan kualitas SDM dalam sebuah organisasi, karena rekrutmen akan menentukan bagaimana input SDM organisasi. Hal tersebut tak terkecuali dengan organisasi pemerintah. Rekrutmen secara sederhana dapat dipahami sebagai proses untuk mengidentifikasi potensi calon pegawai dan mendorong para calon pegawai untuk mengajukan lamaran pekerjaan.
Saat ini, proses rekrutmen PNS mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (PP Manajemen PNS) sebagai turunan dari UU ASN. Sistem rekrutmen berdasarkan PP Manajemen PNS harus berlandaskan pada sistem merit yang menjunjung
kompetensi dan profesionalitas. Berbicara tentang rekrutmen PNS di Indonesia, maka terbagi dalam dua bagian, yaitu rekrutmen untuk Jabatan
Administrasi Pelaksana atau Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan rekrutmen untuk Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) di mana saat ini menggunakan sistem
seleksi terbuka JPT.
Tren dalam rekrutmen PNS saat ini menunjukkan sangat menitikberatkan transparansi. Hal ini ditunjukkan dengan digunakannya rekrutmen yang berbasis Teknologi Informasi. Untuk rekrutmen CPNS sendiri, sejak tahun 2014 pemerintah telah menerapkan rekrutmen CPNS dengan
menggunakan sistem Computer Assisted Test (CAT).
Menurut Dwiyanto (2015), adanya penerapan CAT tersebut merupakan sebuah capaian yang patut untuk dihargai karena proses penerimaan PNS menjadi lebih transparan serta menghindari praktik KKN.
Pengembangan karir PNS secara sederhana merupakan upaya meningkatkan karir PNS pada jabatan tertentu baik secara vertical, horizontal,
dan diagonal. Manajemen pengembangan karir PNS menurut PP Manajemen PNS dilakukan melalui mutasi dan promosi. Selain mutasi dan promosi,
pengembangan karir juga dapat dilakukan melalui penugasan khusus. Namun demikian, saat ini yang baru dilakukan adalah mutasi dan promosi, mengingat
penugasan khusus baru diatur dalam PP Manajemen PNS.
Adapun pengembangan karir terdiri menurut PP Manajemen PNS terdiri dari: rencana pengembangan karir, melaksanakan pengembangan karir, dan
melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pengembangan karir.
Rencana Pengembangan Karir disusun untuk jangka waktu 5 (lima tahun), yang meliputi rencana: (1) PNS yang akan dikembangkan karirnya; (2)
penempatan PNS sesuai dengan pola karir; (3) bentuk pengembangan karir; (4)
waktu pelaksanaan; dan (5) prosedur dan mekanisme pengisian jabatan. Dalam
merencanakan pengembangan karir harus memperhatikan kualifikasi,
kompetensi, penilaian kinerja, dan kebutuhan instansi.
Selanjutnya, Pelaksanaan Pengembangan Karir harus dilakukan sesuai
dengan rencana pengembangan karir yang sudah disusun sebelumnya.
Sedangkan Pemantauan dan Evaluasi Pengembangan Karir dilakukan untuk
menjamin ketepatan pengisian dan penempatan PNS dalam jabatan di tingkat
instansi dan tingkat nasional. Pemantauan dan evaluasi dimaksud meliputi
evaluasi terhadap: (1) perencanaan pengembangan karir; (2) proses
pelaksanaan pengembangan karir; dan (3) hasil pengembangan karir. Hasil
pemantauan dan evaluasi ini selanjutnya digunakan untuk penyempurnaan
dan perbaikan pengembangan karir pada instansi pemerintah
Terkait mutasi, Pasal 73 UU ASN menyebutkan bahwa setiap PNS dapat
dimutasi tugas dan/atau lokasi dalam 1 (satu) instansi pusat, antar-instansi
pusat, 1 (satu) instansi daerah, antar-intansi daerah, antar-instansi pusat dan
instansi daerah, dan ke perwakilan Negara Kesatuan Republik Indonesia di luar
negeri. Dalam UU ASN di pasal yang sama diamanatkan bahwa mutasi PNS
dilakukan dengan memperhatikan larangan konflik kepentingan.
Sedangkan terkait promosi, Pasal 73 UU ASN menyebutkan bahwa setiap
PNS yang memenuhi syarat mempunyai hak yang sama untuk dipromosikan ke
jenjang jabatan yang lebih tinggi. Adapun promosi merupakan penempatan
pegawai pada jabatan yang lebih tinggi dengan wewenang dan tanggung jawab
yang lebih tinggi dan penghasilan yang lebih tinggi pula (Thoha, 2014)
Pengembangan kompetensi PNS menjadi hal yang penting untuk
dilakukan. PNS perlu disiapkan untuk menjawab berbagai tantangan dalam
menjalankan perannya sebagai pelayan publik, perekat kesatuan bangsa dan
pelaksana kebijakan publik. maka dari itu, setiap PNS berhak mendapatkan
pengembangan kompetensi. Lebih lanjut kompetensi menurut UU ASN
meliputi:
a. Kompetensi teknis adalah yang diukur dari tingkat dan spesialisasi
pendidikan, pelatihan teknis fungsional dan pengalaman bekerja secara
teknis;
b. Kompetensi manajerial adalah yang diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan
struktural atau manajemen, dan pengalaman kepemimpinan; dan
c. Kompetensi sosial kultural adalah yang diukur dari pengalaman kerja
berkaitan dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya
sehingga memiliki wawasan kebangsaan.
Memiliki manajemen kinerja yang baik menjadi sebuah keharusan bagi
setiap organisasi yang menginginkan kualitas pegawainya menjadi sangat baik,
yang selanjutnya akan berimplikasi pada tercapainya tujuan organisasi. Hal ini
tidak terkecuali dengan instansi pemerintah. Instansi pemerintah perlu
menyusun sistem manajemen kinerja yang baik
Manajemen kinerja diperlukan karena manajemen kinerja dapat
memberikan pertimbangan pada aspek manajemen SDM lainnya; seperti
pengembangan kompetensi, sistem reward and punishment, pemberian
tunjangan, serta mutasi dan promosi. Selain itu, dengan manajemen kinerja
yang tepat dapat meningkatkan motivasi pegawai dalam melaksanakan tugas
dan tanggungjawabnya.
Manajemen kinerja dalam organisasi setidaknya memiliki tiga tahapan,
yaitu: perencanaan kinerja, pelaksanaan kinerja, dan penilaian kinerja. Di mana
ketiga tahapan tersebut berkaitan satu dengan yang lain.
Dalam perjalanannya yang paling menjadi sorotan adalah penilaian
kinerja. Penilaian kinerja menjadi sorotan karena berkaitan dengan pemberian
tunjangan kinerja. Dalam Pasal 228 PP Manajemen PNS, penilaian kinerja PNS
bertujuan untuk menjamin objektivitas pembinaan PNS yang didasarkan sistem
prestasi dan sistem karir. Penilaian kinerja PNS dilakukan berdasarkan
perencanaan kinerja pada tingkat individu dan tingkat unit atau organisasi,
dengan memperhatikan target, capaian, hasil, dan manfaat yang dicapai, serta
perilaku PNS. Selanjutnya di Pasal yang sama disebutkan bahwa penilaian
kinerja PNS dilakukan secara objektif, terukur, akuntabel, partisipatif, dan
transparan.
Saat ini terdapat lima lembaga pengelola PNS, yaitu: (1) Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi/ KemenPANRB; (2)
Badan Kepegawaian Negara/ BKN; (3) Lembaga Administrasi Negara/ LAN; (4)
Badan Kepegawaian Daerah/ BKD; dan (5) Komisi Aparatur Sipil Negara/ KASN.
Lahirnya KASN tidak bisa dilepaskan dari upaya
penerapan sistem merit dalam manajamen PNS di Indonesia sebagaimana
yang diamanatkan dalam UU ASN. KASN dibentuk sebagai wujud keseriusan
pemerintah dalam mengawal efektifitas penerapan sistem merit.
Pasal 27 UU ASN mengemukakan bahwa KASN merupakan lembaga
nonstruktural yang mandiri dan bebas dari intervensi politik untuk
menciptakan Pegawai ASN yang profesional dan berkinerja, memberikan
pelayanan secara adil dan netral, serta menjadi perekat dan pemersatu
bangsa. Lebih lanjut, dalam pasal 32 UU 5/2014 dikemukakan bahwa KASN
memiliki wewenang untuk:
a. mengawasi setiap tahapan proses pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi mulai
dari pembentukan panitia seleksi instansi, pengumuman lowongan,
pelaksanaan seleksi, pengusulan nama calon, penetapan, dan pelantikan
Pejabat Pimpinan Tinggi;
b. mengawasi dan mengevaluasi penerapan asas, nilai dasar serta kode etik
dan kode perilaku Pegawai ASN;
c. meminta informasi dari pegawai ASN dan masyarakat mengenai laporan
pelanggaran norma dasar serta kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN;
d. memeriksa dokumen terkait pelanggaran norma dasar serta kode etik dan
kode perilaku Pegawai ASN; dan
e. meminta klarifikasi dan/atau dokumen yang diperlukan dari Instansi
Pemerintah untuk pemeriksaan laporan atas pelanggaran norma dasar
serta kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN.
Kehadiran KASN tentu saja menjadi harapan dalam upaya pembenahan
sistem manajemen kepegawaian, utamanya jika dikaitkan dengan pelaksanaan
seleksi terbuka bagi JPT. KASN memiliki peran penting dalam mengawal
pelaksanaan seleksi terbuka, agar tujuan mendapatkan pimpinan birokrasi
yang kompeten, berintegritas, dan profesional dapat terwujud.