SlideShare a Scribd company logo
1 of 50
Penginderaan Jauh untuk
Tata Guna Lahan dan
Transportasi
Nama : Nesha Mutiara
Kelas : XI MIPA 2
• Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Prof.
Thomas Djamaluddin mengatakan, Indonesia memerlukan
kemandirian kepemilikan satelit guna kepentingan dan
keamanan.
• Deputi Bidang Penginderaan Jauh LAPAN, Taufik Maulana,
menjelaskan India dan Korea Selatan adalah negara – negara
yang mulai membangun kemandirian dalam teknologi satelit.
• Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh LAPAN, Dedi
Irawadi, menambahkan bahwa data satelit penginderaan jauh
dpaat digunakan untuk deteksi dini mengatasi kebakaran
hutan.
• Data satelit penginderaan jauh digunakan sebagai dasar untuk
emmbangun Fire Danger Rating System / FDRS ( Sistem
Pemeringkatan Bahaya Kebakaran ).
A. Ruang Lingkup Penginderaan Jauh
• Menurut Sutanto Ilmu dan seni untuk memperoleh informasi
objek, daerah, atau gejala geosfer dengan menggunakan jalan
menganalisis data tanpa kontak langsung dengan objek.
• Menurut Lingren Teknik yang dikembangkan untuk memperoleh
dan menganalisis informasi tentang Bumi.
• Menurut Lillesand dan Kiefer Ilmu dan teknik untuk
memperoleh informasi tentang Bumi.
• Menurut Lueder Suatu ilmu dan teknik.
• Menurut Prof. Dr. kardono Darmojuwono Teknik berkembang
menjadi ilmu.
• Untuk memperoleh informasi mengenai objek yang
dikaji, penginderaan jauh memerlukan alat
pengindera atau sensor – yang dipasang pada
berbagai wahana. Misalnya : pesawat terbang,
pesawat ulang – alik, dan satelit.
• Untuk memperoleh informasi yang dapat direkam
oleh sensor, diperlukan tekanaga yang dapat
memantulkan ke sensor. Hasil pantulan tersebut
direkam oleh sensor dan disebut data penginderaan
jauh.
• Data penginderaan jauh harus diterjemahkan
terlebih dahulu sebelum dapat digunakan untuk
mengetahui fenomena, objek, dan gejala geosfer
lainnya. Proses penerjemahan tersebut disebut
interpretasi citra / analisis data.
• Perekaman objek penginderaan jauh berdasarkan
ketinggiannya diklasifikasi menjadi :
• 1. Pesawat terbang rendah/balon udara
• Ketinggian : 1.000 – 9.000 m
• Citra yang dihasilkan : citra foto/foto udara
• 2. Pesawat terbang tinggi
• Ketinggian : + 18.000 m
• Citra yang dihasilkan : foto udara dan
• multispektral
• 3. Satelit
• Ketinggian : 400 – 900 km
• Citra yang dihasilkan : citra satelit
• Sistem Serangkaian komponen yang saling bekerja
secara berkoordinasi untuk dapat mencapai tujuan
tertentu.
• Menurut Sutanto, komponen penginderaan jauh
meliputi sumber tenaga, atmosfer, interaksi dengan
objek, sensor, perolehan data, dan pengguna data.
• 1. Sumber Tenaga
• Berkaitan dengan obejka yang memantulkan tenaga
yang berfungsi agar sensor dapat merekam objek dari
cahaya yang dipantulkan oleh objek.
• Jumlah tenaga yang diterima objek pada siang hari
lebih besar daripada pagi atau sore hari.
• Terbagi menjadi :
• - Alami, disebut sistem pasif.
• contoh : matahari.
• - Buatan, disebut sistem aktif.
• contoh : lampu.
• Jumlah tenaga matahari yang sampai ke permukaan Bumi
dipengaruhi oleh waktu jam, cuaca, dan musim ) dan lokasi
objek.
• Tempat – tempat yang berada di khatulistiwa jumlah tenaga
yang diterima lebih besar daripada tempat – tempat di lintang
tinggi.
• 2. Atmosfer
• Membatasi spektrum elektromagnetik yang dapat digunakan
untuk penginderaan jauh.
• Mempengaruhi panjang gelombang yang dipancarkan oleh
sumber tenaga.
• Jendela atmosfer Spektrum elektromagnetik yang dapat
mencapai objek di permukaan Bumi.
• 3. Interaksi dengan Objek
• Perekaman objek oleh satelit dilakukan dengan cara melacak atau
tracing karakteristik gelombang yang tergambar pada citra.
• Objek yang banyak memantulkan atau memancarkan gelombang
pada citra akan terlihat lebih gelap dan objek yang sedikit
memantulkan gelombang akan terlihat lebih terang.
• Contoh : air yang jernih lebih banyak memantulkan cahaya dan
sedikit menyerap cahaya.
• Interaksi antara tenaga atau radiasi dengan objek yang terdapat di
permukaan Bumi dapat dikelompokkan menjadi bentuk :
• - Absorption, yaitu proses diserapnya tenaga oleh objek.
• - Transmission, yaitu proses diteruskannya tenaga oleh objek.
• - Reflection, yaitu proses dipantulkannya tenaga oleh objek.
• 4. Sensor
• Setiap sensor memiliki kepekaan yang berbeda – ebeda
terhadap bagian spektruk elektromagnetik.
• Resolusi spasial Kemampuan sensor untuk merekam
objek terkecil yang ada di permukaan Bumi.
• Berdasarkan proses perekamannya, sensor dibedakan
menjadi :
• - Sensor fotografik, yaitu proses yang perekamannya
berlangsung secara kimiawi. Gelombang
elektromagnetik diterima dan direkam pada film, dan
bila diolah lebih lanjut akan menghasilkan foto. Film
pada sensor fotografik berfungsi sebagai alat penerima
gelombang sekaligus sebagai penerima perekam objek.
• -Sensor elektromagnetik, yaitu menggunakan tenaga elektrik
dalam bentuk gelombang elektrik. Sedangkan alat penerima
gelombang dan perekamnya berupa pita magnetik.
Gelombang elektrik yang direkam pada pita magnetik dapat
diolah dan menghasilkan data visual atau data digital yang
dapat diolah dengan komputer. Foto yang dihasilkan oleh
sensor elektrik ini disebut sebagai citra penginderaan jauh.
• 5. Perolehan Data
• Untuk memperoleh data, dapat dilakukan dengan :
• - Cara manual, yaitu menginterpretasi foto udara atau citra
atau dengan cara digital dengan bantuan komputer.
• - Sistem komputer ( untuk data citra penginderaan jauh ),
dikarenakan objek yang direkam pada citra sulit dibedakan
dan untuk memperkecil kesalahan perolehan data dengan
bantuan komputer.
• 6. Pengguna Data
• Ketepatan pengguna data bergantung pada kemampuan
dalam mengolah data yang berkaitan dengan kerincian data,
kemampuan menganalisis, dan kesesuaian terhadap
kebutuhan data.
• Tujuan interpretasi untuk mengenali dan menganalisis objek
yang terdapat pada foto udara atau citra.
• Prinsip dasar interpretasi citra didasarkan pada karakteristik
atau atribut pada citra.
• Karakteristik objek yang terekam pada citra dan digunakan
untuk mengenali objek disebut unsur – unsur interpretasi
citra.
• Unsur – unsur interpretasi citra terdiri dari :
• 1. Rona atau Warna
• Rona Tingkat kecerahan atau kegelapan suatu objek
pada citra.
• Warna Wujud yang tampak oleh mata dengan
menggunakan spektrum sempit, dan lebih dari
spektrum tampak.
• Rona dipengaruhi oleh proses perekaman, cuaca, dan
letak objek.
• 2. Bentuk
• Menurut Lo variabel kualitatif yang memberikan
konfigurasi atau kerangka suatu objek.
• 3. Ukuran
• Menggambarkan objek berdasarkan jarak, luas, tinggi, lereng,
dan volume.
• 4. Tekstur / Tingkat Kekasaran Suatu Objek
• Biasanya ditandai dengan garis berwarna pada citra.
• 5. Pola
• Susunan keruangan objek yang ada di permukaan Bumi.
• Berfungsi untuk mengetahui gambaran objek melalui ciri – ciri
objek tersebut.
• 6. Bayangan
• Objek yang dilihat dari bayangannya dapat diidentifikasi
bahwa objek tersebut tinggi atau rendah.
• Dipengaruhi oleh waktu perekaman. Pada pagi hari
misalnya, matahari datang dari timur dan bayangan
objek yang terekam berada di barat.
• 7. Situs
• Letak suatu objek terhadap objek lainnya di
lingkungan sekitarnya.
• Letak geografi suatu wilayah terhadap wilayah
sekitarnya.
• 8. Asosiasi
• Keterkaitan antara objek yang satu dengan objek
yang lainnya.
• 9. Konvergensi Bukti
• Berfungsi untuk memperoleh informasi secara rinci
dengan menggunakan unsur – unsur interpretasi
sebanyak mungkin untuk memperoleh data yang tepat.
• Semakin banyak unsur interpretasi yang digunakan,
semakin akurat data yang diperoleh.
• Teknik interpretasi citra :
• 1. Deteksi
• Usaha untuk mengenali objek yang terdapat di citra dengan
menggunakan alat pengindera atau sensor.
• Alat pengindera berfungsi sebagai perekam objek yang ada di permukaan
Bumi.
• 2. Identifikasi
• Objek yang terdapat pada citra dapat dikenali berdasarkan karakteristiknya.
• Ciri yang terdapat pada citra :
• - ciri spektral, yaitu dihasilkan oleh interaksi antara gelombang
elektromagnetik dengan objek. Dinyatakan dengan rona atau warna.
• - ciri spasial, yaitu ciri objek terhadap ruang muka Bumi. Meliputi : tekstur,
bentuk, ukuran, pola, bayangan, situs, dan asosiasi.
• - ciri temporal, yaitu berkaitan dengan waktu perekaman.
• 3. Analisis
• Bertujuan untuk mengelompokkan karakteristik objek yang sama
dengan objek lainnya.
• 4. Klasifikasi
• Mendeskripsikan objek yang diinterpretasi.
• Merujuk pada kesimpulan dan hipotesis.
• Pemanfaatan penginderaan jauh :
• 1. Bidang kelautan ( seasat dan MOSS )
• - inventaris kekayaan laut
• - pemantauan abrasi dan sedimentasi
• - mengamati pasang surut air laut
• - pengamatan perubahan garis pantai
• 2. Bidang hidrologi ( landsat dan SPOT )
• - pengamatan terhadap sumber air bersih
• - pengamatan perkembangan DAS
• - pemetaan saluran irigasi, drainase, sungai
• - pengamatan pengelolaan DAS
• 3. Bidang klimatologi ( NOAA dan GMS )
• - pengamatan perubahan iklim
• - pengamatan cuaca
• - pemetaan cuaca dan iklim
• 4. Bidang sumber daya alam ( landsat, ASTER, soyus, dan SPOT )
• - penentuan arahan penggunaan lahan
• - pemetaan penggunaan lahan
• - inventaris perubahan penggunaa lahan
• - pemantauan kerusakan lingkungan
• - perencanaan pengembangan wilayah
• 5. Bidang antariksa ( Ranger, Viking, Luna, dan Venera )
• - penyelidikan tentang luar angkasa
• - pengamatan benda – benda angkasa
• - pemetaan benda – benda angkasa
• Keunggulan penginderaan jauh :
• - menggambarkan objek kajian sesuai dengan aslinya
• - dapat diamati secara 3D dengan bantuan alat
• - objek yang sulit dijangkau dapat diamati
• - waktu yang dibutuhkan singkat
• Kelemahan penginderaan jauh :
• - tidak semua orang dapat menggunakan karena harus
memiliki keahlian khusus
• - alat yang digunakan mahal
• - proses dari awal hingga akhir rumit
B. Jenis Citra
• 1. Citra Foto
• Dapat dibedakan berdasarkan beberapa aspek :
• a. Spektrum elektromagnetik yang digunakan
• - Citra foto : foto ultraviolet
• Spektrum : ultraviolet
• Panjang gelombang : 0,29
•
• - Citra foto : foto ortokromatik
• Spektrum : tampak dari saluran biru
• dan hijau
• Panjang gelombang : 0,4 – 0,56
• - Citra foto : foto pankromatik
• Spektrum : seluruh spektrum
• tampak
• Panjang gelombang : 0,4 – 0,7
• - Citra foto : foto inframerah asli
• Spektrum : spektrum IM dekat
• Panjang gelombang : 0,9 – 1,2
• - Citra foto : foto inframerah
• modifikasi
• Spektrum : spektrum tampak pada
• saluran merah dan
• sebagai saluran hijau
• b. Sumbu Kamera
• Foto udara dapat dibedakan berdasarkan pada arah
sumbu kamera ke permukaan Bumi.
• Terbagi menjadi :
• - foto vertikal, yaitu foto yang dibuat dengan sumbu
kamara tegak lurus dengan permukaan Bumi.
• - foto condong, yaitu foto yang dibuat dengan sumbu
kamera menyudut terhadap tegak lurus garis
permukaan Bumi. Dibedakan pada beberapa hal
sebagai berikut :
• * foto sangat condong ( high oblique photograph ),
yaitu bila pada foto terlihat cakrawalanya.
• * foto agak condong ( low oblique photograph ), yaitu
bila pada foto tidak terlihat cakrawalanya.
• c. Sudut Liputan Kamera
Jenis Kamera Panjang Fokus ( mm ) Sudut Lipatan Jenis Foto
Sudut kecil 304,8 <60o Sudut kecil
Sudut normal 209,5 60o – 75o Sudut normal
Sudut lebar 152,4 75o – 100o Sudut lebar
Sudut sangat lebar 88,9 >100o Sudut sangat lebar
• d. Jenis Kamera
• - Foto tunggal, yaitu foto yang dibuat dengan
menggunakan kamera tunggal, setiap daerah
tergambarkan oleh satu lembar foto.
• - Foto jamak, yaitu beberapa foto yang direkam pada
waktu bersamaan dan daerah liputan yang sama.
• e. Warna yang Digunakan
• - Foto berwarna semu/false color/inframerah berwarna
• - Foto warna asli/true color, yaitu foto pankromatik
berwarna, objek yang digambarkan tampak seperti
aslinya.
• f. Sistem Wahana
• - Foto udara, yaitu foto yang perekamannya melalui
pesawat udara atau balon udara.
• - Foto satelit/foto orbital, yaitu foto yang
perekamannya melalui satelit.
• 2. Citra Nonfoto
• Dibedakan berdasarkan :
• a. Spektrum Elektromagnetik
• Dibedakan menjadi :
• - citra inframerah termal, yaitu citra yang dibuat
dengan spektrum inframerah termal. Didasarkan
atas suhu objek dan pantulannya sehingga
menghasilkan rona dan warna yang berbeda.
• - citra radar, yaitu hasil perekaman objek dengan
sistem aktif dan pasif.
• citra gelombang mikro, yaitu dibuat dengan
spektrum gelombang mikro.
• b. Sensor yang Digunakan
• Dibedakan menjadi :
• - citra tunggal, yaitu citra yang dibuat dengan
menggunakan citra tunggal.
• - citra multispektral, yaitu citra yang dibuat dengan
menggunakan saluran jamak. Bila citra tunggal dibuat
dengan saluran lebar, citra multispektral dibuat dengan
saluran sempit.
• c. Wahana yang Digunakan
• Dibedakan menjadi :
• - citra dirgantara, yaitu dibuat dengan wahana udara.
• - citra satelit, yaitu dibuat dengan satelit.
C. Penginderaan Jauh untuk Tata
Guna Lahan
• Penentuan penggunaan lahan bertujuan untuk menentukan
lahan yang sesuai dengan peruntukkannya. Dapat membantu
perencanaan dan hasilnya dapat digunakan sebagai
pertimbangan pembangunan.
• Penginderaan jauh dapat membantu dalam memetakan
daerah yang sesuai dengan kriteria – kriteria yang telah
ditentukan.
• 1. Kajian Lahan Pertanian
• Tujuan pemodelan lahan pertanian untuk menjaga kelestarian
lahan pertanian, menjaga keseimbangan lingkungan, dan
menghindari degradasi lahan.
• Penginderaan jauh untuk kajian lahan pertanian
harus memperhatikan kemiringan lereng, kondisi
tanah, air, kondisi sosial, dan iklim.
• Kemiringan lereng pada penginderaan jauh dapat
diketahui dengan melihat topografi lahannya.
• Data iklim untuk kajian pertanian dapat diperoleh
dari satelit NOAA.
• Faktor terpenting : ketersediaan data penginderaan
jauh.
• 2. Kajian Lahan Hutan
• Berkaitan dengan pengelolaan hutan, pengolahan
hasil kayu, pemantauan reboisasi hutan,
perlindungan flora fauna, inventaris kekayaan
sumber daya alam, ekowisata, dan pengendalian
kerusakan hutan.
• Untuk memantau kekayaan alam dapat
menggunakan citra landsat.
• Keunggulan citra landsat adalah warna penyusun
objek pada citra terdiri atas : Red, Green, Blue
(RGB).
• Manfaat penggunaan citra landsat untuk kajian
kehutanan : memonitor kerusakan hutan, visualisasi
citra hutan yang belum terganggu dan sudah
terganggu.
• Manfaat data citra satelit penginderaan jauh
kebakaran hutan oleh satelit SPOT 6 dan PLEIADES
via LAPAN :
• - memudahkan dalam membuat rekapitulasi jumlah
titik anak
• - melakukan mitigasi bencana alam sebelum terjadi
bencana alam
• - bahan kajian untuk pemulihan lingkungan
pascabencana
• 3. Kajian Lahan Permukiman
• Kajian permukiman kenampakan objek di permukaan
Bumi yang rumit dengan berbagai karakteristik sendiri –
dikarenakan pertumbuhan, perkembangan, dan
kebutuhan akan permukiman yang cenderung terus
meningkat tanpa terkendali sementara jumlah lahan
yang tersedia tetap.
• Menggunakan citra :
• - Ikonos, resolusi spasial 3,2 m ( tinggi ). Memungkinkan
memperoleh data yang detail.
• - Pankromatik, peka terhadap oanjang gelombang 0,36
– 0,2 mikrometer dan memiliki kepekaan yang hampir
sama dengan kepekaan mata manusia – sehingga kesan
ronanya sama dengan kesan mata yang melihat objek
aslinya.
• Dapat diketahui informasi distribusi permukiman, kepadatan permukiman,
permukiman kumuh, permukiman di desa atau di kota.
• Teknik interpretasi secara visual dapat dilakukan dengan pengenalan objek
yang berdasarkan pada karakteristik spektral dan spasialnya.
• Karakteristik spektral objek berdasarkan pada pantulan tenaga
elektromagnetik dari objek sehingga menimbulkan rona dan warna yang
beragam.
• Karakteristik spasial objek tercermin pada pola, bayangan, tekstur, bentuk,
ukuran, situs, dan asosiasi.
• Penginderaan jauh untuk penentuan lokasi permukiman baru, variabel yang
perlu diperhatikan : ketersediaan air, kondisi tanah, kondisi batuan,
kemiringan lereng, dan aksesbilitas.
• Kajian distribusi permukiman variabel yang perlu diperhatikan adalah letak,
pola sebaran, dsb.
• Hasil kerja seorang geograf adalah peta, maka dalam kajian permukiman
juga harus menghasilkan peta.
• 4. Kajian Lahan Industri
• Mempertimbangkan aspek : bahan baku, sumber daya alam,
sumber daya manusia, konsumen, aksesbilitas, dsb.
• Kawasan berikat Suatu kawasan yang terdapat berbagai
industri.
• Berguna untuk penentuan lokasi industri, pengawasan
pencemaran limbah, pengawasan pengolahan lombah,
pemantauan dampak kegiatan industri, alih fungsi lahan
karena kegiatan industri, pemantauan kegiatan ekonomi, dsb.
• Penentuan lokasi industri harus memperhatikan variabel –
variabel : aksesbilitas, ketersediaan bahan baku, sumber daya
manusia, fasilitas, dsb.
• Citra yang sesuai adalah Ikonos dan Pankromatik.
D. Penginderaan Jauh untuk
Pengembangan Jaringan Transportasi
• Perencanaan pembangunan wilayah dipengaruhi oleh
pola kegiatan, penggunaan lahan, dan penataan
ruangnya.
• 1. Sistem Transportasi
• Terdiri dari 2 istilah :
• - sistem, yaitu keterkaitan dan keterikatan antara satu
komponen dengan komponen lainnya.
• - transportasi, yaitu suatu usaha untuk memindahkan,
menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan orang
ataupun barang dari suatu tempat ke tempat lain – di
mana di tempat lain objek tersebut lebih berguna.
• Suatu keterkaitan dan keterikatan antara berbagai
komponen dalam usaha untuk memindahkan, menggerakkan,
mengangkut, atau mengalihkan orang atau barang dari suatu
tempat ke tempat lain untuk tujuan tertentu.
• Transportasi sebagai penunjang kegiatan dan kehidupan
ekonomi, politik, sosial, budaya, dan ekonomi berfungsi
menyediakan sarana transportasi yang efektif dan efisien
dalam emndukung pembangunan wilayah, serta penghubung
antara satu wilayah dan wilayah yang lainnya dalam upaya
mendorong pertumbuhan wilayah yang tertinggal.
• Sistem transportasi dapat berkembang dengan baik bila
didukung oleh beberapa hal berikut :
• - ruang untuk bergerak ( jalan )
• - tempat akhir dan awal pergerakan ( terminal )
• - yang bergerak ( alat angkut )
• - pengelolaan ( yang mengoordinasi ketiga unsur di atas )
• 2. Penginderaan Jauh untuk Pengembangan Berbagai Jaringan
Transportasi
• Interpretasi pengembangan jaringan transportasi pada teknik
penginderaan jauh diarahkan untuk mengetahui kemampuan
lahan terhadap jaringan jalan, mengetahui jalur alternatif,
baik darat, laut, maupun udara, pemantauan kondisi jalan,
mengetahui perkembangan jalan, pengawasan lalu lintas,
manajemen transportasi, dan pemantauan volume lalu lintas
kendaraan.
• Manfaat transportasi darat :
• - penentuan lokasi halte, terminal
• - pembangunan jembatan
• - jalur alternatif
• - pemantauan kondisi jalan
• - pemantauan fungsi jalan
• - penentuan jalur alternatif atau evakuasi
• Manfaat transportasi laut :
• - penentuan jalur penyeberangan
• - prakiraan cuaca untuk pelayaran
• - penentuan jalur pelayaran
• - pemantauan ombak
• Manfaat transportasi udara :
• - penentuan jalur penerbangan
• - pemantauan cuaca untuk penerbangan
• - penentuan lokasi bandara strategis
E. Lembaga Penginderaan Jauh
Indonesia
• Kronologi Pembentukan LAPAN
Pada tanggal 31 Mei 1962, dibentuk Panitia
Astronautika oleh Menteri Pertama RI, Ir. Juanda
(selaku Ketua Dewan Penerbangan RI) dan R.J. Salatun
(selaku Sekretaris Dewan Penerbangan RI).
Tanggal 22 September 1962, terbentuknya Proyek
Roket Ilmiah dan Militer Awal (PRIMA) afiliasi AURI dan
ITB. Berhasil membuat dan meluncurkan dua roket seri
Kartika berikut telemetrinya.
Tanggal 27 November 1963, Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional (LAPAN) dibentuk dengan Keputusan
Presiden Nomor 236 Tahun 1963 tentang LAPAN.
•
Penyempurnaan organisasi LAPAN melalui :
• Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 18 Tahun 1974,
• Keppres Nomor 33 Tahun 1988,
• Keppres Nomor 33 Tahun 1988 jo Keppres Nomor 24 Tahun 1994,
• Keppres Nomor 132 Tahun 1998,
• Keppres Nomor 166 Tahun 2000 sebagaimana diubah beberapa
kali yang terakhir dengan Keppres Nomor 62 Tahun 2001,
• Keppres Nomor 178 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah
beberapa kali yang terakhir dengan Keppres 60 Tahun 2001,
• Keppres Nomor 103 Tahun 2001.
•
Lingkup Kegiatan
• Pengembangan teknologi dan pemanfaatan penginderaan jauh.
• Pemanfaatan sains atmosfer, iklim dan antariksa.
• Pengembangan teknologi dirgantara.
• Pengembangan kebijakan kedirgantaraan nasional.
• V I S I
“Meningkatkan Peran Iptek Kedirgantaraan Dalam
Mewujudkan Kesejahteraan Berkelanjutan“
M I S I
Meningkatkan Penguasaan Teknologi Wahana Dirgantara dan
Sistem Antariksa untuk Mencapai Kemandirian dalam Rangka
Mendukung Kesinambungan Pemanfaatan dan
Pendayagunaannya, serta Menjaga Keutuhan NKRI
• Meningkatkan Partisipasi dalam Pembangunan Ekonomi
melalui Upaya Pemanfaatan Teknologi Dirgantara dalam
Mendukung Pembangunan Nasional Berkelanjutan
• Meningkatkan Penguasaan Sains Atmosfer dan Antariksa
dalam Rangka Menguasai Pengetahuan tentang Sistem Bumi
dan Sistem Matahari-Bumi untuk Pemanfaatannya di
Indonesia dan Kontribusinya pada Perkembangan Ilmu
Pengetahuan
• Meningkatkan Pengkajian Kebijakan dan
Perundang-Undangan dalam Bidang Kedirgantaraan
untuk Keperluan Pembangunan Kedirgantaraan
Nasional dan Perlindungan Kepentingan Indonesia
dalam Pendayagaunaan Dirgantara, serta
Komunikasi Informasi Kedirgantaraan
• Meningkatkan Manajemen, Sumber Daya, dan
Kinerja Pelaksanaan Program LAPAN
• Meningkatkan Kerjasama Penelitian, Hubungan
antar Lembaga, Promosi Hasillitbang LAPAN serta
Kerjasama Internasional
• Kedudukan
LAPAN adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden
Republik Indonesia. Dalam pelaksanaan tugasnya dikoordinasikan
oleh menteri yang bertanggung-jawab di bidang riset dan
teknologi.
Tugas Pokok
Melaksanakan tugas pemerintah di bidang penelitian dan
pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku.
• Melaksanakan tugas Sekretariat Dewan Penerbangan dan
Antariksa Nasional Republik Indonesia (DEPANRI), sesuai Keppres
No. 99 Tahun 1993 tentang DEPANRI sebagaimana telah diubah
dengan Keppres No. 132 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Keppres No.99 Tahun 1993. DEPANRI adalah suatu badan nasional
yang mengkoordinasikan program-program kedirgantaraan antar
instansi dan mengarahkan kebijakan-kebijakan yang berkaitan
dengan masalah-masalah kedirgantaraan.
• Fungsi
Dalam mengemban tugas pokok di atas LAPAN
menyelenggarakan fungsi-fungsi :
Pengkajian dan penyusunan kebijaksanaan nasional
di bidang penelitian dan Pengembangan
kedirgantaraan dan pemanfaatannya.
• Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan
tugas LAPAN.
• Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan
terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang
kedirgantaraan dan pemanfaatannya.
• Kerjasama dengan instansi terkait di tingkat
nasional dan internasional.
• Penelitian, pengembangan dan pemanfaatan sain
atmosfer, iklim antariksa dan lingkungan antariksa,
pengkajian perkembangan kedirgantaraan,
pengembangan informasi kedirgantaraan serta
pelayanannya.
• Penelitian, pengembangan teknologi dirgantara
terapan, elektronika dirgantara, wahana dirgantara
serta pemanfaatan dan pelayanannya.
• Pemasyarakatan dan pemasaran dalam bidang
kedirgantaraan.
• Pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan
tugas semua unsur di lingkungan LAPAN.
• Penyelenggaraan, pembinaan pelayanan administrasi
umum.
• Kewenangan
Penyusunan rencana nasional secara makro di
bidangnya;
• Perumusan kebijakan dibidangnya untuk
mendukung pembangunan secara makro;
• Penetapan sistem informasi di bidangnya;
• Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu:
•
Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di
bidang penelitian dan pengembangan
kedirgantaraan dan pemanfaatannya.
Penginderaan/pemotretan jarak jauh dan
pemberian rekomendasi perizinan orbit satelit.

More Related Content

What's hot

Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")Nurul Afdal Haris
 
GEOGRAFI: TEORI INTERAKSI
GEOGRAFI: TEORI INTERAKSIGEOGRAFI: TEORI INTERAKSI
GEOGRAFI: TEORI INTERAKSIAulia Safitri
 
Download PPT Langkah Penelitian Geografi
Download PPT Langkah Penelitian Geografi Download PPT Langkah Penelitian Geografi
Download PPT Langkah Penelitian Geografi Agnas Setiawan
 
Asal usul nenek moyang Bangsa
Asal usul nenek moyang Bangsa Asal usul nenek moyang Bangsa
Asal usul nenek moyang Bangsa Tonny Basuki
 
PPT benua dan Samudra
PPT benua dan SamudraPPT benua dan Samudra
PPT benua dan SamudraHariyo Hariyo
 
Modul Ajar IPS Kelas 8 SMP Fase D
Modul Ajar IPS Kelas 8 SMP Fase DModul Ajar IPS Kelas 8 SMP Fase D
Modul Ajar IPS Kelas 8 SMP Fase DModul Guruku
 
Penginderaan Jauh
Penginderaan JauhPenginderaan Jauh
Penginderaan Jauhjasa16
 
Ppt kd 3.2 interaksi keruangan desa dan kota
Ppt kd 3.2 interaksi keruangan desa dan kotaPpt kd 3.2 interaksi keruangan desa dan kota
Ppt kd 3.2 interaksi keruangan desa dan kotajopiwildani
 
Power point IPS Kelas VIIII
Power point IPS Kelas VIIIIPower point IPS Kelas VIIII
Power point IPS Kelas VIIIIJhonBalok1
 
IPS SMP Kelas VII - Bab 2 Keberagaman Lingkungan Sekitar.pptx
IPS SMP Kelas VII - Bab 2 Keberagaman Lingkungan Sekitar.pptxIPS SMP Kelas VII - Bab 2 Keberagaman Lingkungan Sekitar.pptx
IPS SMP Kelas VII - Bab 2 Keberagaman Lingkungan Sekitar.pptxdexallsonmully
 
Powerpoint keberagamanbdypnyyuni
Powerpoint keberagamanbdypnyyuniPowerpoint keberagamanbdypnyyuni
Powerpoint keberagamanbdypnyyunindriehs
 
Download PPT Konsep, Prinisip, Pendekatan dan Ruang Lingkup Geografi
Download PPT Konsep, Prinisip, Pendekatan dan Ruang Lingkup GeografiDownload PPT Konsep, Prinisip, Pendekatan dan Ruang Lingkup Geografi
Download PPT Konsep, Prinisip, Pendekatan dan Ruang Lingkup GeografiAgnas Setiawan
 

What's hot (20)

Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
 
Bab 2 pengetahuan dasar pemetaan
Bab 2 pengetahuan dasar pemetaanBab 2 pengetahuan dasar pemetaan
Bab 2 pengetahuan dasar pemetaan
 
Penginderaan jauh
Penginderaan jauhPenginderaan jauh
Penginderaan jauh
 
Peta
PetaPeta
Peta
 
GEOGRAFI: TEORI INTERAKSI
GEOGRAFI: TEORI INTERAKSIGEOGRAFI: TEORI INTERAKSI
GEOGRAFI: TEORI INTERAKSI
 
Download PPT Langkah Penelitian Geografi
Download PPT Langkah Penelitian Geografi Download PPT Langkah Penelitian Geografi
Download PPT Langkah Penelitian Geografi
 
PPT WILAYAH DAN PEWILAYAHAN.ppt
PPT WILAYAH DAN PEWILAYAHAN.pptPPT WILAYAH DAN PEWILAYAHAN.ppt
PPT WILAYAH DAN PEWILAYAHAN.ppt
 
Asal usul nenek moyang Bangsa
Asal usul nenek moyang Bangsa Asal usul nenek moyang Bangsa
Asal usul nenek moyang Bangsa
 
PPT benua dan Samudra
PPT benua dan SamudraPPT benua dan Samudra
PPT benua dan Samudra
 
Modul Ajar IPS Kelas 8 SMP Fase D
Modul Ajar IPS Kelas 8 SMP Fase DModul Ajar IPS Kelas 8 SMP Fase D
Modul Ajar IPS Kelas 8 SMP Fase D
 
Sistem informasi geografi
Sistem informasi geografiSistem informasi geografi
Sistem informasi geografi
 
Penginderaan Jauh
Penginderaan JauhPenginderaan Jauh
Penginderaan Jauh
 
Ppt kd 3.2 interaksi keruangan desa dan kota
Ppt kd 3.2 interaksi keruangan desa dan kotaPpt kd 3.2 interaksi keruangan desa dan kota
Ppt kd 3.2 interaksi keruangan desa dan kota
 
Power point IPS Kelas VIIII
Power point IPS Kelas VIIIIPower point IPS Kelas VIIII
Power point IPS Kelas VIIII
 
IPS SMP Kelas VII - Bab 2 Keberagaman Lingkungan Sekitar.pptx
IPS SMP Kelas VII - Bab 2 Keberagaman Lingkungan Sekitar.pptxIPS SMP Kelas VII - Bab 2 Keberagaman Lingkungan Sekitar.pptx
IPS SMP Kelas VII - Bab 2 Keberagaman Lingkungan Sekitar.pptx
 
Konsep Geografi
Konsep GeografiKonsep Geografi
Konsep Geografi
 
Materi IPS Kelas VIII
Materi IPS Kelas VIIIMateri IPS Kelas VIII
Materi IPS Kelas VIII
 
Power point lapisan atmosfer
Power point lapisan atmosferPower point lapisan atmosfer
Power point lapisan atmosfer
 
Powerpoint keberagamanbdypnyyuni
Powerpoint keberagamanbdypnyyuniPowerpoint keberagamanbdypnyyuni
Powerpoint keberagamanbdypnyyuni
 
Download PPT Konsep, Prinisip, Pendekatan dan Ruang Lingkup Geografi
Download PPT Konsep, Prinisip, Pendekatan dan Ruang Lingkup GeografiDownload PPT Konsep, Prinisip, Pendekatan dan Ruang Lingkup Geografi
Download PPT Konsep, Prinisip, Pendekatan dan Ruang Lingkup Geografi
 

Similar to PENGINDERAAN JAUH UNTUK TATA GUNA LAHAN DAN TRANSPORTASI

12396798.ppt
12396798.ppt12396798.ppt
12396798.pptbaya13
 
Makalah penginderaan jauh samsia
Makalah penginderaan jauh samsiaMakalah penginderaan jauh samsia
Makalah penginderaan jauh samsiaWarnet Raha
 
BAB 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan, Pengindraan Jauh dan SIG.pptx
BAB 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan, Pengindraan Jauh dan SIG.pptxBAB 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan, Pengindraan Jauh dan SIG.pptx
BAB 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan, Pengindraan Jauh dan SIG.pptxELLYAMUTHIARAMADHANI
 
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamria
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamriaPeran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamria
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamriaOperator Warnet Vast Raha
 
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Ivam...
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Ivam...Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Ivam...
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Ivam...Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh, Oke !!!!-converted.pdf
Penginderaan Jauh, Oke !!!!-converted.pdfPenginderaan Jauh, Oke !!!!-converted.pdf
Penginderaan Jauh, Oke !!!!-converted.pdfMukarobinspdMukarobi
 
iv-penginderaan-jauh.pptx
iv-penginderaan-jauh.pptxiv-penginderaan-jauh.pptx
iv-penginderaan-jauh.pptxrioprayogo2
 
Penginderaan_Jauh_pptx.pptx
Penginderaan_Jauh_pptx.pptxPenginderaan_Jauh_pptx.pptx
Penginderaan_Jauh_pptx.pptxMelisaRonaFitri
 
Penginderaan_Jauh_pptx.pptx
Penginderaan_Jauh_pptx.pptxPenginderaan_Jauh_pptx.pptx
Penginderaan_Jauh_pptx.pptxSyamsulAmrie1
 
Aplikasi dan satelit penginderaan...pptx
Aplikasi dan satelit penginderaan...pptxAplikasi dan satelit penginderaan...pptx
Aplikasi dan satelit penginderaan...pptxDitasariNabila1
 

Similar to PENGINDERAAN JAUH UNTUK TATA GUNA LAHAN DAN TRANSPORTASI (20)

12396798.ppt
12396798.ppt12396798.ppt
12396798.ppt
 
Makalah penginderaan jauh samsia
Makalah penginderaan jauh samsiaMakalah penginderaan jauh samsia
Makalah penginderaan jauh samsia
 
Makalah penginderaan jauh samsia
Makalah penginderaan jauh samsiaMakalah penginderaan jauh samsia
Makalah penginderaan jauh samsia
 
Makalah penginderaan jauh samsia
Makalah penginderaan jauh samsiaMakalah penginderaan jauh samsia
Makalah penginderaan jauh samsia
 
BAB 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan, Pengindraan Jauh dan SIG.pptx
BAB 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan, Pengindraan Jauh dan SIG.pptxBAB 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan, Pengindraan Jauh dan SIG.pptx
BAB 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan, Pengindraan Jauh dan SIG.pptx
 
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamria
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamriaPeran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamria
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamria
 
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Ivam...
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Ivam...Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Ivam...
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Ivam...
 
Penginderaan Jauh 1-2.ppt
Penginderaan Jauh 1-2.pptPenginderaan Jauh 1-2.ppt
Penginderaan Jauh 1-2.ppt
 
Pengindraan Jauh
Pengindraan JauhPengindraan Jauh
Pengindraan Jauh
 
Penginderaan Jauh, Oke !!!!-converted.pdf
Penginderaan Jauh, Oke !!!!-converted.pdfPenginderaan Jauh, Oke !!!!-converted.pdf
Penginderaan Jauh, Oke !!!!-converted.pdf
 
Penginderaan Jauh 2.ppt
Penginderaan Jauh 2.pptPenginderaan Jauh 2.ppt
Penginderaan Jauh 2.ppt
 
1 pengindraan jauh.ppt
1 pengindraan jauh.ppt1 pengindraan jauh.ppt
1 pengindraan jauh.ppt
 
SISTEM INDERAJA.pptx
SISTEM INDERAJA.pptxSISTEM INDERAJA.pptx
SISTEM INDERAJA.pptx
 
iv-penginderaan-jauh.pptx
iv-penginderaan-jauh.pptxiv-penginderaan-jauh.pptx
iv-penginderaan-jauh.pptx
 
Penginderaan_Jauh_pptx.pptx
Penginderaan_Jauh_pptx.pptxPenginderaan_Jauh_pptx.pptx
Penginderaan_Jauh_pptx.pptx
 
Penginderaan_Jauh_pptx.pptx
Penginderaan_Jauh_pptx.pptxPenginderaan_Jauh_pptx.pptx
Penginderaan_Jauh_pptx.pptx
 
INDRAJA NEW .ppt
INDRAJA NEW .pptINDRAJA NEW .ppt
INDRAJA NEW .ppt
 
Pengindraan Jauh..pptx
Pengindraan Jauh..pptxPengindraan Jauh..pptx
Pengindraan Jauh..pptx
 
Aplikasi dan satelit penginderaan...pptx
Aplikasi dan satelit penginderaan...pptxAplikasi dan satelit penginderaan...pptx
Aplikasi dan satelit penginderaan...pptx
 
Jl
JlJl
Jl
 

More from Nesha Mutiara

Pemantauan Terapi Obat Pasien Diabetes, Hipertensi, dan Hipoalbuminemia
Pemantauan Terapi Obat Pasien Diabetes, Hipertensi, dan HipoalbuminemiaPemantauan Terapi Obat Pasien Diabetes, Hipertensi, dan Hipoalbuminemia
Pemantauan Terapi Obat Pasien Diabetes, Hipertensi, dan HipoalbuminemiaNesha Mutiara
 
Farmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana Malaria
Farmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana MalariaFarmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana Malaria
Farmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana MalariaNesha Mutiara
 
Farmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana TBC Kategori 1
Farmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana TBC Kategori 1Farmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana TBC Kategori 1
Farmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana TBC Kategori 1Nesha Mutiara
 
Farmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana TBC MDR
Farmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana TBC MDRFarmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana TBC MDR
Farmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana TBC MDRNesha Mutiara
 
Farmasi Klinik - Medication Error di Bidang Onkologi
Farmasi Klinik - Medication Error di Bidang OnkologiFarmasi Klinik - Medication Error di Bidang Onkologi
Farmasi Klinik - Medication Error di Bidang OnkologiNesha Mutiara
 
Farmakoterapi Renal : Studi Kasus CKD (Chronic Kidney Disease)
Farmakoterapi Renal : Studi Kasus CKD (Chronic Kidney Disease)Farmakoterapi Renal : Studi Kasus CKD (Chronic Kidney Disease)
Farmakoterapi Renal : Studi Kasus CKD (Chronic Kidney Disease)Nesha Mutiara
 
Farmakoterapi Syaraf : Studi Kasus Stroke
Farmakoterapi Syaraf : Studi Kasus StrokeFarmakoterapi Syaraf : Studi Kasus Stroke
Farmakoterapi Syaraf : Studi Kasus StrokeNesha Mutiara
 
Pharmaceutical Care : Evaluasi Literatur Uji Klinik
Pharmaceutical Care : Evaluasi Literatur Uji KlinikPharmaceutical Care : Evaluasi Literatur Uji Klinik
Pharmaceutical Care : Evaluasi Literatur Uji KlinikNesha Mutiara
 
Farmasi Klinik : Studi Kasus Diabetes Ketoasidosis
Farmasi Klinik : Studi Kasus Diabetes KetoasidosisFarmasi Klinik : Studi Kasus Diabetes Ketoasidosis
Farmasi Klinik : Studi Kasus Diabetes KetoasidosisNesha Mutiara
 
Bioanalisis - Penentuan Bioekivalensi Obat Sulfametoksazol
Bioanalisis - Penentuan Bioekivalensi Obat SulfametoksazolBioanalisis - Penentuan Bioekivalensi Obat Sulfametoksazol
Bioanalisis - Penentuan Bioekivalensi Obat SulfametoksazolNesha Mutiara
 
Bioanalisis - Uji Sensitivitas Metode Spektrofotometri Visible Berdasarkan Pe...
Bioanalisis - Uji Sensitivitas Metode Spektrofotometri Visible Berdasarkan Pe...Bioanalisis - Uji Sensitivitas Metode Spektrofotometri Visible Berdasarkan Pe...
Bioanalisis - Uji Sensitivitas Metode Spektrofotometri Visible Berdasarkan Pe...Nesha Mutiara
 
Farmasi Rumah Sakit - Evaluasi Penggunaan Antibiotika dengan Metode Gyssens
Farmasi Rumah Sakit - Evaluasi Penggunaan Antibiotika dengan Metode GyssensFarmasi Rumah Sakit - Evaluasi Penggunaan Antibiotika dengan Metode Gyssens
Farmasi Rumah Sakit - Evaluasi Penggunaan Antibiotika dengan Metode GyssensNesha Mutiara
 
Kapita Selekta Apoteker - Cara Penyimpanan yang Baik pada Produk Vaksin Coron...
Kapita Selekta Apoteker - Cara Penyimpanan yang Baik pada Produk Vaksin Coron...Kapita Selekta Apoteker - Cara Penyimpanan yang Baik pada Produk Vaksin Coron...
Kapita Selekta Apoteker - Cara Penyimpanan yang Baik pada Produk Vaksin Coron...Nesha Mutiara
 
Kapita Selekta Apoteker - Implementasi Home Care Telepharmacy dalam Monitorin...
Kapita Selekta Apoteker - Implementasi Home Care Telepharmacy dalam Monitorin...Kapita Selekta Apoteker - Implementasi Home Care Telepharmacy dalam Monitorin...
Kapita Selekta Apoteker - Implementasi Home Care Telepharmacy dalam Monitorin...Nesha Mutiara
 
Kapita Selekta Apoteker - Kompetensi Apoteker Sebagai Pendukung Kemajuan Indu...
Kapita Selekta Apoteker - Kompetensi Apoteker Sebagai Pendukung Kemajuan Indu...Kapita Selekta Apoteker - Kompetensi Apoteker Sebagai Pendukung Kemajuan Indu...
Kapita Selekta Apoteker - Kompetensi Apoteker Sebagai Pendukung Kemajuan Indu...Nesha Mutiara
 
Farmasi Rumah Sakit - Sistem Distribusi Obat di Rumah Sakit
Farmasi Rumah Sakit - Sistem Distribusi Obat di Rumah SakitFarmasi Rumah Sakit - Sistem Distribusi Obat di Rumah Sakit
Farmasi Rumah Sakit - Sistem Distribusi Obat di Rumah SakitNesha Mutiara
 
Rangkuman Obat Off Label
Rangkuman Obat Off LabelRangkuman Obat Off Label
Rangkuman Obat Off LabelNesha Mutiara
 
Laporan Praktikum Bioanalisis - Uji Ekivalensi In Vitro
Laporan Praktikum Bioanalisis - Uji Ekivalensi In VitroLaporan Praktikum Bioanalisis - Uji Ekivalensi In Vitro
Laporan Praktikum Bioanalisis - Uji Ekivalensi In VitroNesha Mutiara
 
Farmasi Rumah Sakit - Tingkat Kelulusan Akreditasi dan Manajemen Organisasi RS
Farmasi Rumah Sakit - Tingkat Kelulusan Akreditasi dan Manajemen Organisasi RS Farmasi Rumah Sakit - Tingkat Kelulusan Akreditasi dan Manajemen Organisasi RS
Farmasi Rumah Sakit - Tingkat Kelulusan Akreditasi dan Manajemen Organisasi RS Nesha Mutiara
 
Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)
Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)
Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)Nesha Mutiara
 

More from Nesha Mutiara (20)

Pemantauan Terapi Obat Pasien Diabetes, Hipertensi, dan Hipoalbuminemia
Pemantauan Terapi Obat Pasien Diabetes, Hipertensi, dan HipoalbuminemiaPemantauan Terapi Obat Pasien Diabetes, Hipertensi, dan Hipoalbuminemia
Pemantauan Terapi Obat Pasien Diabetes, Hipertensi, dan Hipoalbuminemia
 
Farmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana Malaria
Farmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana MalariaFarmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana Malaria
Farmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana Malaria
 
Farmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana TBC Kategori 1
Farmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana TBC Kategori 1Farmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana TBC Kategori 1
Farmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana TBC Kategori 1
 
Farmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana TBC MDR
Farmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana TBC MDRFarmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana TBC MDR
Farmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana TBC MDR
 
Farmasi Klinik - Medication Error di Bidang Onkologi
Farmasi Klinik - Medication Error di Bidang OnkologiFarmasi Klinik - Medication Error di Bidang Onkologi
Farmasi Klinik - Medication Error di Bidang Onkologi
 
Farmakoterapi Renal : Studi Kasus CKD (Chronic Kidney Disease)
Farmakoterapi Renal : Studi Kasus CKD (Chronic Kidney Disease)Farmakoterapi Renal : Studi Kasus CKD (Chronic Kidney Disease)
Farmakoterapi Renal : Studi Kasus CKD (Chronic Kidney Disease)
 
Farmakoterapi Syaraf : Studi Kasus Stroke
Farmakoterapi Syaraf : Studi Kasus StrokeFarmakoterapi Syaraf : Studi Kasus Stroke
Farmakoterapi Syaraf : Studi Kasus Stroke
 
Pharmaceutical Care : Evaluasi Literatur Uji Klinik
Pharmaceutical Care : Evaluasi Literatur Uji KlinikPharmaceutical Care : Evaluasi Literatur Uji Klinik
Pharmaceutical Care : Evaluasi Literatur Uji Klinik
 
Farmasi Klinik : Studi Kasus Diabetes Ketoasidosis
Farmasi Klinik : Studi Kasus Diabetes KetoasidosisFarmasi Klinik : Studi Kasus Diabetes Ketoasidosis
Farmasi Klinik : Studi Kasus Diabetes Ketoasidosis
 
Bioanalisis - Penentuan Bioekivalensi Obat Sulfametoksazol
Bioanalisis - Penentuan Bioekivalensi Obat SulfametoksazolBioanalisis - Penentuan Bioekivalensi Obat Sulfametoksazol
Bioanalisis - Penentuan Bioekivalensi Obat Sulfametoksazol
 
Bioanalisis - Uji Sensitivitas Metode Spektrofotometri Visible Berdasarkan Pe...
Bioanalisis - Uji Sensitivitas Metode Spektrofotometri Visible Berdasarkan Pe...Bioanalisis - Uji Sensitivitas Metode Spektrofotometri Visible Berdasarkan Pe...
Bioanalisis - Uji Sensitivitas Metode Spektrofotometri Visible Berdasarkan Pe...
 
Farmasi Rumah Sakit - Evaluasi Penggunaan Antibiotika dengan Metode Gyssens
Farmasi Rumah Sakit - Evaluasi Penggunaan Antibiotika dengan Metode GyssensFarmasi Rumah Sakit - Evaluasi Penggunaan Antibiotika dengan Metode Gyssens
Farmasi Rumah Sakit - Evaluasi Penggunaan Antibiotika dengan Metode Gyssens
 
Kapita Selekta Apoteker - Cara Penyimpanan yang Baik pada Produk Vaksin Coron...
Kapita Selekta Apoteker - Cara Penyimpanan yang Baik pada Produk Vaksin Coron...Kapita Selekta Apoteker - Cara Penyimpanan yang Baik pada Produk Vaksin Coron...
Kapita Selekta Apoteker - Cara Penyimpanan yang Baik pada Produk Vaksin Coron...
 
Kapita Selekta Apoteker - Implementasi Home Care Telepharmacy dalam Monitorin...
Kapita Selekta Apoteker - Implementasi Home Care Telepharmacy dalam Monitorin...Kapita Selekta Apoteker - Implementasi Home Care Telepharmacy dalam Monitorin...
Kapita Selekta Apoteker - Implementasi Home Care Telepharmacy dalam Monitorin...
 
Kapita Selekta Apoteker - Kompetensi Apoteker Sebagai Pendukung Kemajuan Indu...
Kapita Selekta Apoteker - Kompetensi Apoteker Sebagai Pendukung Kemajuan Indu...Kapita Selekta Apoteker - Kompetensi Apoteker Sebagai Pendukung Kemajuan Indu...
Kapita Selekta Apoteker - Kompetensi Apoteker Sebagai Pendukung Kemajuan Indu...
 
Farmasi Rumah Sakit - Sistem Distribusi Obat di Rumah Sakit
Farmasi Rumah Sakit - Sistem Distribusi Obat di Rumah SakitFarmasi Rumah Sakit - Sistem Distribusi Obat di Rumah Sakit
Farmasi Rumah Sakit - Sistem Distribusi Obat di Rumah Sakit
 
Rangkuman Obat Off Label
Rangkuman Obat Off LabelRangkuman Obat Off Label
Rangkuman Obat Off Label
 
Laporan Praktikum Bioanalisis - Uji Ekivalensi In Vitro
Laporan Praktikum Bioanalisis - Uji Ekivalensi In VitroLaporan Praktikum Bioanalisis - Uji Ekivalensi In Vitro
Laporan Praktikum Bioanalisis - Uji Ekivalensi In Vitro
 
Farmasi Rumah Sakit - Tingkat Kelulusan Akreditasi dan Manajemen Organisasi RS
Farmasi Rumah Sakit - Tingkat Kelulusan Akreditasi dan Manajemen Organisasi RS Farmasi Rumah Sakit - Tingkat Kelulusan Akreditasi dan Manajemen Organisasi RS
Farmasi Rumah Sakit - Tingkat Kelulusan Akreditasi dan Manajemen Organisasi RS
 
Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)
Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)
Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)
 

Recently uploaded

Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 

Recently uploaded (20)

Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 

PENGINDERAAN JAUH UNTUK TATA GUNA LAHAN DAN TRANSPORTASI

  • 1. Penginderaan Jauh untuk Tata Guna Lahan dan Transportasi Nama : Nesha Mutiara Kelas : XI MIPA 2
  • 2. • Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Prof. Thomas Djamaluddin mengatakan, Indonesia memerlukan kemandirian kepemilikan satelit guna kepentingan dan keamanan. • Deputi Bidang Penginderaan Jauh LAPAN, Taufik Maulana, menjelaskan India dan Korea Selatan adalah negara – negara yang mulai membangun kemandirian dalam teknologi satelit. • Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh LAPAN, Dedi Irawadi, menambahkan bahwa data satelit penginderaan jauh dpaat digunakan untuk deteksi dini mengatasi kebakaran hutan. • Data satelit penginderaan jauh digunakan sebagai dasar untuk emmbangun Fire Danger Rating System / FDRS ( Sistem Pemeringkatan Bahaya Kebakaran ).
  • 3. A. Ruang Lingkup Penginderaan Jauh • Menurut Sutanto Ilmu dan seni untuk memperoleh informasi objek, daerah, atau gejala geosfer dengan menggunakan jalan menganalisis data tanpa kontak langsung dengan objek. • Menurut Lingren Teknik yang dikembangkan untuk memperoleh dan menganalisis informasi tentang Bumi. • Menurut Lillesand dan Kiefer Ilmu dan teknik untuk memperoleh informasi tentang Bumi. • Menurut Lueder Suatu ilmu dan teknik. • Menurut Prof. Dr. kardono Darmojuwono Teknik berkembang menjadi ilmu.
  • 4. • Untuk memperoleh informasi mengenai objek yang dikaji, penginderaan jauh memerlukan alat pengindera atau sensor – yang dipasang pada berbagai wahana. Misalnya : pesawat terbang, pesawat ulang – alik, dan satelit.
  • 5. • Untuk memperoleh informasi yang dapat direkam oleh sensor, diperlukan tekanaga yang dapat memantulkan ke sensor. Hasil pantulan tersebut direkam oleh sensor dan disebut data penginderaan jauh. • Data penginderaan jauh harus diterjemahkan terlebih dahulu sebelum dapat digunakan untuk mengetahui fenomena, objek, dan gejala geosfer lainnya. Proses penerjemahan tersebut disebut interpretasi citra / analisis data.
  • 6. • Perekaman objek penginderaan jauh berdasarkan ketinggiannya diklasifikasi menjadi : • 1. Pesawat terbang rendah/balon udara • Ketinggian : 1.000 – 9.000 m • Citra yang dihasilkan : citra foto/foto udara • 2. Pesawat terbang tinggi • Ketinggian : + 18.000 m • Citra yang dihasilkan : foto udara dan • multispektral • 3. Satelit • Ketinggian : 400 – 900 km • Citra yang dihasilkan : citra satelit
  • 7. • Sistem Serangkaian komponen yang saling bekerja secara berkoordinasi untuk dapat mencapai tujuan tertentu. • Menurut Sutanto, komponen penginderaan jauh meliputi sumber tenaga, atmosfer, interaksi dengan objek, sensor, perolehan data, dan pengguna data. • 1. Sumber Tenaga • Berkaitan dengan obejka yang memantulkan tenaga yang berfungsi agar sensor dapat merekam objek dari cahaya yang dipantulkan oleh objek. • Jumlah tenaga yang diterima objek pada siang hari lebih besar daripada pagi atau sore hari.
  • 8. • Terbagi menjadi : • - Alami, disebut sistem pasif. • contoh : matahari. • - Buatan, disebut sistem aktif. • contoh : lampu.
  • 9. • Jumlah tenaga matahari yang sampai ke permukaan Bumi dipengaruhi oleh waktu jam, cuaca, dan musim ) dan lokasi objek. • Tempat – tempat yang berada di khatulistiwa jumlah tenaga yang diterima lebih besar daripada tempat – tempat di lintang tinggi. • 2. Atmosfer • Membatasi spektrum elektromagnetik yang dapat digunakan untuk penginderaan jauh. • Mempengaruhi panjang gelombang yang dipancarkan oleh sumber tenaga. • Jendela atmosfer Spektrum elektromagnetik yang dapat mencapai objek di permukaan Bumi.
  • 10. • 3. Interaksi dengan Objek • Perekaman objek oleh satelit dilakukan dengan cara melacak atau tracing karakteristik gelombang yang tergambar pada citra. • Objek yang banyak memantulkan atau memancarkan gelombang pada citra akan terlihat lebih gelap dan objek yang sedikit memantulkan gelombang akan terlihat lebih terang. • Contoh : air yang jernih lebih banyak memantulkan cahaya dan sedikit menyerap cahaya. • Interaksi antara tenaga atau radiasi dengan objek yang terdapat di permukaan Bumi dapat dikelompokkan menjadi bentuk : • - Absorption, yaitu proses diserapnya tenaga oleh objek. • - Transmission, yaitu proses diteruskannya tenaga oleh objek. • - Reflection, yaitu proses dipantulkannya tenaga oleh objek.
  • 11. • 4. Sensor • Setiap sensor memiliki kepekaan yang berbeda – ebeda terhadap bagian spektruk elektromagnetik. • Resolusi spasial Kemampuan sensor untuk merekam objek terkecil yang ada di permukaan Bumi. • Berdasarkan proses perekamannya, sensor dibedakan menjadi : • - Sensor fotografik, yaitu proses yang perekamannya berlangsung secara kimiawi. Gelombang elektromagnetik diterima dan direkam pada film, dan bila diolah lebih lanjut akan menghasilkan foto. Film pada sensor fotografik berfungsi sebagai alat penerima gelombang sekaligus sebagai penerima perekam objek.
  • 12. • -Sensor elektromagnetik, yaitu menggunakan tenaga elektrik dalam bentuk gelombang elektrik. Sedangkan alat penerima gelombang dan perekamnya berupa pita magnetik. Gelombang elektrik yang direkam pada pita magnetik dapat diolah dan menghasilkan data visual atau data digital yang dapat diolah dengan komputer. Foto yang dihasilkan oleh sensor elektrik ini disebut sebagai citra penginderaan jauh. • 5. Perolehan Data • Untuk memperoleh data, dapat dilakukan dengan : • - Cara manual, yaitu menginterpretasi foto udara atau citra atau dengan cara digital dengan bantuan komputer. • - Sistem komputer ( untuk data citra penginderaan jauh ), dikarenakan objek yang direkam pada citra sulit dibedakan dan untuk memperkecil kesalahan perolehan data dengan bantuan komputer.
  • 13. • 6. Pengguna Data • Ketepatan pengguna data bergantung pada kemampuan dalam mengolah data yang berkaitan dengan kerincian data, kemampuan menganalisis, dan kesesuaian terhadap kebutuhan data. • Tujuan interpretasi untuk mengenali dan menganalisis objek yang terdapat pada foto udara atau citra. • Prinsip dasar interpretasi citra didasarkan pada karakteristik atau atribut pada citra. • Karakteristik objek yang terekam pada citra dan digunakan untuk mengenali objek disebut unsur – unsur interpretasi citra. • Unsur – unsur interpretasi citra terdiri dari :
  • 14. • 1. Rona atau Warna • Rona Tingkat kecerahan atau kegelapan suatu objek pada citra. • Warna Wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit, dan lebih dari spektrum tampak. • Rona dipengaruhi oleh proses perekaman, cuaca, dan letak objek. • 2. Bentuk • Menurut Lo variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka suatu objek.
  • 15. • 3. Ukuran • Menggambarkan objek berdasarkan jarak, luas, tinggi, lereng, dan volume. • 4. Tekstur / Tingkat Kekasaran Suatu Objek • Biasanya ditandai dengan garis berwarna pada citra. • 5. Pola • Susunan keruangan objek yang ada di permukaan Bumi. • Berfungsi untuk mengetahui gambaran objek melalui ciri – ciri objek tersebut.
  • 16. • 6. Bayangan • Objek yang dilihat dari bayangannya dapat diidentifikasi bahwa objek tersebut tinggi atau rendah. • Dipengaruhi oleh waktu perekaman. Pada pagi hari misalnya, matahari datang dari timur dan bayangan objek yang terekam berada di barat. • 7. Situs • Letak suatu objek terhadap objek lainnya di lingkungan sekitarnya. • Letak geografi suatu wilayah terhadap wilayah sekitarnya.
  • 17. • 8. Asosiasi • Keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang lainnya. • 9. Konvergensi Bukti • Berfungsi untuk memperoleh informasi secara rinci dengan menggunakan unsur – unsur interpretasi sebanyak mungkin untuk memperoleh data yang tepat. • Semakin banyak unsur interpretasi yang digunakan, semakin akurat data yang diperoleh. • Teknik interpretasi citra :
  • 18. • 1. Deteksi • Usaha untuk mengenali objek yang terdapat di citra dengan menggunakan alat pengindera atau sensor. • Alat pengindera berfungsi sebagai perekam objek yang ada di permukaan Bumi. • 2. Identifikasi • Objek yang terdapat pada citra dapat dikenali berdasarkan karakteristiknya. • Ciri yang terdapat pada citra : • - ciri spektral, yaitu dihasilkan oleh interaksi antara gelombang elektromagnetik dengan objek. Dinyatakan dengan rona atau warna. • - ciri spasial, yaitu ciri objek terhadap ruang muka Bumi. Meliputi : tekstur, bentuk, ukuran, pola, bayangan, situs, dan asosiasi. • - ciri temporal, yaitu berkaitan dengan waktu perekaman.
  • 19. • 3. Analisis • Bertujuan untuk mengelompokkan karakteristik objek yang sama dengan objek lainnya. • 4. Klasifikasi • Mendeskripsikan objek yang diinterpretasi. • Merujuk pada kesimpulan dan hipotesis. • Pemanfaatan penginderaan jauh : • 1. Bidang kelautan ( seasat dan MOSS ) • - inventaris kekayaan laut • - pemantauan abrasi dan sedimentasi • - mengamati pasang surut air laut • - pengamatan perubahan garis pantai
  • 20. • 2. Bidang hidrologi ( landsat dan SPOT ) • - pengamatan terhadap sumber air bersih • - pengamatan perkembangan DAS • - pemetaan saluran irigasi, drainase, sungai • - pengamatan pengelolaan DAS • 3. Bidang klimatologi ( NOAA dan GMS ) • - pengamatan perubahan iklim • - pengamatan cuaca • - pemetaan cuaca dan iklim • 4. Bidang sumber daya alam ( landsat, ASTER, soyus, dan SPOT ) • - penentuan arahan penggunaan lahan • - pemetaan penggunaan lahan • - inventaris perubahan penggunaa lahan • - pemantauan kerusakan lingkungan • - perencanaan pengembangan wilayah
  • 21. • 5. Bidang antariksa ( Ranger, Viking, Luna, dan Venera ) • - penyelidikan tentang luar angkasa • - pengamatan benda – benda angkasa • - pemetaan benda – benda angkasa • Keunggulan penginderaan jauh : • - menggambarkan objek kajian sesuai dengan aslinya • - dapat diamati secara 3D dengan bantuan alat • - objek yang sulit dijangkau dapat diamati • - waktu yang dibutuhkan singkat • Kelemahan penginderaan jauh : • - tidak semua orang dapat menggunakan karena harus memiliki keahlian khusus • - alat yang digunakan mahal • - proses dari awal hingga akhir rumit
  • 22. B. Jenis Citra • 1. Citra Foto • Dapat dibedakan berdasarkan beberapa aspek : • a. Spektrum elektromagnetik yang digunakan • - Citra foto : foto ultraviolet • Spektrum : ultraviolet • Panjang gelombang : 0,29 •
  • 23. • - Citra foto : foto ortokromatik • Spektrum : tampak dari saluran biru • dan hijau • Panjang gelombang : 0,4 – 0,56 • - Citra foto : foto pankromatik • Spektrum : seluruh spektrum • tampak • Panjang gelombang : 0,4 – 0,7
  • 24. • - Citra foto : foto inframerah asli • Spektrum : spektrum IM dekat • Panjang gelombang : 0,9 – 1,2 • - Citra foto : foto inframerah • modifikasi • Spektrum : spektrum tampak pada • saluran merah dan • sebagai saluran hijau
  • 25. • b. Sumbu Kamera • Foto udara dapat dibedakan berdasarkan pada arah sumbu kamera ke permukaan Bumi. • Terbagi menjadi : • - foto vertikal, yaitu foto yang dibuat dengan sumbu kamara tegak lurus dengan permukaan Bumi. • - foto condong, yaitu foto yang dibuat dengan sumbu kamera menyudut terhadap tegak lurus garis permukaan Bumi. Dibedakan pada beberapa hal sebagai berikut : • * foto sangat condong ( high oblique photograph ), yaitu bila pada foto terlihat cakrawalanya. • * foto agak condong ( low oblique photograph ), yaitu bila pada foto tidak terlihat cakrawalanya.
  • 26. • c. Sudut Liputan Kamera Jenis Kamera Panjang Fokus ( mm ) Sudut Lipatan Jenis Foto Sudut kecil 304,8 <60o Sudut kecil Sudut normal 209,5 60o – 75o Sudut normal Sudut lebar 152,4 75o – 100o Sudut lebar Sudut sangat lebar 88,9 >100o Sudut sangat lebar
  • 27. • d. Jenis Kamera • - Foto tunggal, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan kamera tunggal, setiap daerah tergambarkan oleh satu lembar foto. • - Foto jamak, yaitu beberapa foto yang direkam pada waktu bersamaan dan daerah liputan yang sama. • e. Warna yang Digunakan • - Foto berwarna semu/false color/inframerah berwarna • - Foto warna asli/true color, yaitu foto pankromatik berwarna, objek yang digambarkan tampak seperti aslinya.
  • 28. • f. Sistem Wahana • - Foto udara, yaitu foto yang perekamannya melalui pesawat udara atau balon udara. • - Foto satelit/foto orbital, yaitu foto yang perekamannya melalui satelit. • 2. Citra Nonfoto • Dibedakan berdasarkan :
  • 29. • a. Spektrum Elektromagnetik • Dibedakan menjadi : • - citra inframerah termal, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum inframerah termal. Didasarkan atas suhu objek dan pantulannya sehingga menghasilkan rona dan warna yang berbeda. • - citra radar, yaitu hasil perekaman objek dengan sistem aktif dan pasif. • citra gelombang mikro, yaitu dibuat dengan spektrum gelombang mikro.
  • 30. • b. Sensor yang Digunakan • Dibedakan menjadi : • - citra tunggal, yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan citra tunggal. • - citra multispektral, yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan saluran jamak. Bila citra tunggal dibuat dengan saluran lebar, citra multispektral dibuat dengan saluran sempit. • c. Wahana yang Digunakan • Dibedakan menjadi : • - citra dirgantara, yaitu dibuat dengan wahana udara. • - citra satelit, yaitu dibuat dengan satelit.
  • 31. C. Penginderaan Jauh untuk Tata Guna Lahan • Penentuan penggunaan lahan bertujuan untuk menentukan lahan yang sesuai dengan peruntukkannya. Dapat membantu perencanaan dan hasilnya dapat digunakan sebagai pertimbangan pembangunan. • Penginderaan jauh dapat membantu dalam memetakan daerah yang sesuai dengan kriteria – kriteria yang telah ditentukan. • 1. Kajian Lahan Pertanian • Tujuan pemodelan lahan pertanian untuk menjaga kelestarian lahan pertanian, menjaga keseimbangan lingkungan, dan menghindari degradasi lahan.
  • 32. • Penginderaan jauh untuk kajian lahan pertanian harus memperhatikan kemiringan lereng, kondisi tanah, air, kondisi sosial, dan iklim. • Kemiringan lereng pada penginderaan jauh dapat diketahui dengan melihat topografi lahannya. • Data iklim untuk kajian pertanian dapat diperoleh dari satelit NOAA. • Faktor terpenting : ketersediaan data penginderaan jauh.
  • 33. • 2. Kajian Lahan Hutan • Berkaitan dengan pengelolaan hutan, pengolahan hasil kayu, pemantauan reboisasi hutan, perlindungan flora fauna, inventaris kekayaan sumber daya alam, ekowisata, dan pengendalian kerusakan hutan. • Untuk memantau kekayaan alam dapat menggunakan citra landsat. • Keunggulan citra landsat adalah warna penyusun objek pada citra terdiri atas : Red, Green, Blue (RGB).
  • 34. • Manfaat penggunaan citra landsat untuk kajian kehutanan : memonitor kerusakan hutan, visualisasi citra hutan yang belum terganggu dan sudah terganggu. • Manfaat data citra satelit penginderaan jauh kebakaran hutan oleh satelit SPOT 6 dan PLEIADES via LAPAN : • - memudahkan dalam membuat rekapitulasi jumlah titik anak • - melakukan mitigasi bencana alam sebelum terjadi bencana alam • - bahan kajian untuk pemulihan lingkungan pascabencana
  • 35. • 3. Kajian Lahan Permukiman • Kajian permukiman kenampakan objek di permukaan Bumi yang rumit dengan berbagai karakteristik sendiri – dikarenakan pertumbuhan, perkembangan, dan kebutuhan akan permukiman yang cenderung terus meningkat tanpa terkendali sementara jumlah lahan yang tersedia tetap. • Menggunakan citra : • - Ikonos, resolusi spasial 3,2 m ( tinggi ). Memungkinkan memperoleh data yang detail. • - Pankromatik, peka terhadap oanjang gelombang 0,36 – 0,2 mikrometer dan memiliki kepekaan yang hampir sama dengan kepekaan mata manusia – sehingga kesan ronanya sama dengan kesan mata yang melihat objek aslinya.
  • 36. • Dapat diketahui informasi distribusi permukiman, kepadatan permukiman, permukiman kumuh, permukiman di desa atau di kota. • Teknik interpretasi secara visual dapat dilakukan dengan pengenalan objek yang berdasarkan pada karakteristik spektral dan spasialnya. • Karakteristik spektral objek berdasarkan pada pantulan tenaga elektromagnetik dari objek sehingga menimbulkan rona dan warna yang beragam. • Karakteristik spasial objek tercermin pada pola, bayangan, tekstur, bentuk, ukuran, situs, dan asosiasi. • Penginderaan jauh untuk penentuan lokasi permukiman baru, variabel yang perlu diperhatikan : ketersediaan air, kondisi tanah, kondisi batuan, kemiringan lereng, dan aksesbilitas. • Kajian distribusi permukiman variabel yang perlu diperhatikan adalah letak, pola sebaran, dsb. • Hasil kerja seorang geograf adalah peta, maka dalam kajian permukiman juga harus menghasilkan peta.
  • 37. • 4. Kajian Lahan Industri • Mempertimbangkan aspek : bahan baku, sumber daya alam, sumber daya manusia, konsumen, aksesbilitas, dsb. • Kawasan berikat Suatu kawasan yang terdapat berbagai industri. • Berguna untuk penentuan lokasi industri, pengawasan pencemaran limbah, pengawasan pengolahan lombah, pemantauan dampak kegiatan industri, alih fungsi lahan karena kegiatan industri, pemantauan kegiatan ekonomi, dsb. • Penentuan lokasi industri harus memperhatikan variabel – variabel : aksesbilitas, ketersediaan bahan baku, sumber daya manusia, fasilitas, dsb. • Citra yang sesuai adalah Ikonos dan Pankromatik.
  • 38. D. Penginderaan Jauh untuk Pengembangan Jaringan Transportasi • Perencanaan pembangunan wilayah dipengaruhi oleh pola kegiatan, penggunaan lahan, dan penataan ruangnya. • 1. Sistem Transportasi • Terdiri dari 2 istilah : • - sistem, yaitu keterkaitan dan keterikatan antara satu komponen dengan komponen lainnya. • - transportasi, yaitu suatu usaha untuk memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan orang ataupun barang dari suatu tempat ke tempat lain – di mana di tempat lain objek tersebut lebih berguna.
  • 39. • Suatu keterkaitan dan keterikatan antara berbagai komponen dalam usaha untuk memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain untuk tujuan tertentu. • Transportasi sebagai penunjang kegiatan dan kehidupan ekonomi, politik, sosial, budaya, dan ekonomi berfungsi menyediakan sarana transportasi yang efektif dan efisien dalam emndukung pembangunan wilayah, serta penghubung antara satu wilayah dan wilayah yang lainnya dalam upaya mendorong pertumbuhan wilayah yang tertinggal. • Sistem transportasi dapat berkembang dengan baik bila didukung oleh beberapa hal berikut : • - ruang untuk bergerak ( jalan ) • - tempat akhir dan awal pergerakan ( terminal ) • - yang bergerak ( alat angkut ) • - pengelolaan ( yang mengoordinasi ketiga unsur di atas )
  • 40. • 2. Penginderaan Jauh untuk Pengembangan Berbagai Jaringan Transportasi • Interpretasi pengembangan jaringan transportasi pada teknik penginderaan jauh diarahkan untuk mengetahui kemampuan lahan terhadap jaringan jalan, mengetahui jalur alternatif, baik darat, laut, maupun udara, pemantauan kondisi jalan, mengetahui perkembangan jalan, pengawasan lalu lintas, manajemen transportasi, dan pemantauan volume lalu lintas kendaraan. • Manfaat transportasi darat : • - penentuan lokasi halte, terminal • - pembangunan jembatan • - jalur alternatif • - pemantauan kondisi jalan • - pemantauan fungsi jalan • - penentuan jalur alternatif atau evakuasi
  • 41. • Manfaat transportasi laut : • - penentuan jalur penyeberangan • - prakiraan cuaca untuk pelayaran • - penentuan jalur pelayaran • - pemantauan ombak • Manfaat transportasi udara : • - penentuan jalur penerbangan • - pemantauan cuaca untuk penerbangan • - penentuan lokasi bandara strategis
  • 42. E. Lembaga Penginderaan Jauh Indonesia
  • 43. • Kronologi Pembentukan LAPAN Pada tanggal 31 Mei 1962, dibentuk Panitia Astronautika oleh Menteri Pertama RI, Ir. Juanda (selaku Ketua Dewan Penerbangan RI) dan R.J. Salatun (selaku Sekretaris Dewan Penerbangan RI). Tanggal 22 September 1962, terbentuknya Proyek Roket Ilmiah dan Militer Awal (PRIMA) afiliasi AURI dan ITB. Berhasil membuat dan meluncurkan dua roket seri Kartika berikut telemetrinya. Tanggal 27 November 1963, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 236 Tahun 1963 tentang LAPAN.
  • 44. • Penyempurnaan organisasi LAPAN melalui : • Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 18 Tahun 1974, • Keppres Nomor 33 Tahun 1988, • Keppres Nomor 33 Tahun 1988 jo Keppres Nomor 24 Tahun 1994, • Keppres Nomor 132 Tahun 1998, • Keppres Nomor 166 Tahun 2000 sebagaimana diubah beberapa kali yang terakhir dengan Keppres Nomor 62 Tahun 2001, • Keppres Nomor 178 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah beberapa kali yang terakhir dengan Keppres 60 Tahun 2001, • Keppres Nomor 103 Tahun 2001. • Lingkup Kegiatan • Pengembangan teknologi dan pemanfaatan penginderaan jauh. • Pemanfaatan sains atmosfer, iklim dan antariksa. • Pengembangan teknologi dirgantara. • Pengembangan kebijakan kedirgantaraan nasional.
  • 45. • V I S I “Meningkatkan Peran Iptek Kedirgantaraan Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Berkelanjutan“ M I S I Meningkatkan Penguasaan Teknologi Wahana Dirgantara dan Sistem Antariksa untuk Mencapai Kemandirian dalam Rangka Mendukung Kesinambungan Pemanfaatan dan Pendayagunaannya, serta Menjaga Keutuhan NKRI • Meningkatkan Partisipasi dalam Pembangunan Ekonomi melalui Upaya Pemanfaatan Teknologi Dirgantara dalam Mendukung Pembangunan Nasional Berkelanjutan • Meningkatkan Penguasaan Sains Atmosfer dan Antariksa dalam Rangka Menguasai Pengetahuan tentang Sistem Bumi dan Sistem Matahari-Bumi untuk Pemanfaatannya di Indonesia dan Kontribusinya pada Perkembangan Ilmu Pengetahuan
  • 46. • Meningkatkan Pengkajian Kebijakan dan Perundang-Undangan dalam Bidang Kedirgantaraan untuk Keperluan Pembangunan Kedirgantaraan Nasional dan Perlindungan Kepentingan Indonesia dalam Pendayagaunaan Dirgantara, serta Komunikasi Informasi Kedirgantaraan • Meningkatkan Manajemen, Sumber Daya, dan Kinerja Pelaksanaan Program LAPAN • Meningkatkan Kerjasama Penelitian, Hubungan antar Lembaga, Promosi Hasillitbang LAPAN serta Kerjasama Internasional
  • 47. • Kedudukan LAPAN adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden Republik Indonesia. Dalam pelaksanaan tugasnya dikoordinasikan oleh menteri yang bertanggung-jawab di bidang riset dan teknologi. Tugas Pokok Melaksanakan tugas pemerintah di bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. • Melaksanakan tugas Sekretariat Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional Republik Indonesia (DEPANRI), sesuai Keppres No. 99 Tahun 1993 tentang DEPANRI sebagaimana telah diubah dengan Keppres No. 132 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Keppres No.99 Tahun 1993. DEPANRI adalah suatu badan nasional yang mengkoordinasikan program-program kedirgantaraan antar instansi dan mengarahkan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan masalah-masalah kedirgantaraan.
  • 48. • Fungsi Dalam mengemban tugas pokok di atas LAPAN menyelenggarakan fungsi-fungsi : Pengkajian dan penyusunan kebijaksanaan nasional di bidang penelitian dan Pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya. • Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas LAPAN. • Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang kedirgantaraan dan pemanfaatannya. • Kerjasama dengan instansi terkait di tingkat nasional dan internasional.
  • 49. • Penelitian, pengembangan dan pemanfaatan sain atmosfer, iklim antariksa dan lingkungan antariksa, pengkajian perkembangan kedirgantaraan, pengembangan informasi kedirgantaraan serta pelayanannya. • Penelitian, pengembangan teknologi dirgantara terapan, elektronika dirgantara, wahana dirgantara serta pemanfaatan dan pelayanannya. • Pemasyarakatan dan pemasaran dalam bidang kedirgantaraan. • Pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas semua unsur di lingkungan LAPAN. • Penyelenggaraan, pembinaan pelayanan administrasi umum.
  • 50. • Kewenangan Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya; • Perumusan kebijakan dibidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro; • Penetapan sistem informasi di bidangnya; • Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu: • Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya. Penginderaan/pemotretan jarak jauh dan pemberian rekomendasi perizinan orbit satelit.