Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan kawasan industri di Indonesia sejak 1970-an, peraturan yang mengatur pembangunan dan pengelolaan kawasan industri, serta peran strategis sektor industri dalam perekonomian nasional.
Dokumen tersebut membahas tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) mulai dari sejarah, objek yang dikenakan PBB, proses pendaftaran dan pengukuran, siapa yang harus membayar, cara penghitungan PBB menggunakan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dan tarif PBB, serta rumus untuk menghitung besaran PBB.
Syarat dan ketentuan pembangunan & pengembanganLeks&Co
Dokumen tersebut membahas syarat dan ketentuan pembangunan berbagai jenis bangunan seperti gedung, perumahan, rumah susun, pusat perbelanjaan, kawasan industri, dan perkantoran. Terdapat beberapa tahapan seperti izin lokasi, rencana kota, izin penggunaan tanah, status hak atas tanah, serta perizinan seperti IMB yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan pembangunan.
Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan kawasan industri di Indonesia sejak 1970-an, peraturan yang mengatur pembangunan dan pengelolaan kawasan industri, serta peran strategis sektor industri dalam perekonomian nasional.
Dokumen tersebut membahas tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) mulai dari sejarah, objek yang dikenakan PBB, proses pendaftaran dan pengukuran, siapa yang harus membayar, cara penghitungan PBB menggunakan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dan tarif PBB, serta rumus untuk menghitung besaran PBB.
Syarat dan ketentuan pembangunan & pengembanganLeks&Co
Dokumen tersebut membahas syarat dan ketentuan pembangunan berbagai jenis bangunan seperti gedung, perumahan, rumah susun, pusat perbelanjaan, kawasan industri, dan perkantoran. Terdapat beberapa tahapan seperti izin lokasi, rencana kota, izin penggunaan tanah, status hak atas tanah, serta perizinan seperti IMB yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan pembangunan.
Dokumen tersebut membahas tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang mencakup:
1. Dasar hukum BPHTB berdasarkan undang-undang dan peraturan pemerintah terkait.
2. Pengertian BPHTB dan objek yang dikenakan pajak.
3. Prinsip pengenaan BPHTB seperti tarif 5% dari Nilai Perolehan Objek Pajak, pengecualian, dan sanksi.
4. Prosedur penghitungan
Reforma Agraria adalah penataan kembali struktur
penguasaan, pemilikian, penggunaan, dan
pemanfaatan tanah yang lebih berkeadilan melalui
Penataan Aset dan disertai dengan Penataan Akses
untuk kemakmuran rakyat Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang SPT Tahunan bagi WP Orang Pribadi, termasuk jenis-jenis WP OP berdasarkan kegiatan usahanya, formulir SPT yang harus digunakan, dan penjelasan singkat mengenai formulir tersebut. Formulir SPT Tahunan bagi WP OP terdiri atas Form 1770-SS, Form 1770-S, dan Form 1770, yang mana masing-masing formulir digunakan untuk kategori WP OP tertentu.
Konsepsi Hukum Agraria Nasional 2021 - DIAH TRIMURTI SALEH,S.E.,S.H., M.Kn. teresa irene
Dokumen tersebut merangkum tentang hukum agraria di Indonesia. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan bahwa hukum agraria adalah aturan yang mengatur tentang tanah. Hukum agraria Indonesia didasarkan pada UUD 1945 dan Undang-Undang Pokok Agraria 1960 yang menyatukan hukum tanah nasional berdasarkan hukum adat. Dokumen tersebut juga menjelaskan lembaga-lembaga hukum agraria seperti pendaft
Dokumen tersebut membahas tentang ketentuan umum bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) mencakup objek pajak, subjek pajak, tarif pajak, dasar pengenaan dan cara menghitung pajak, serta saat dan tempat pajak terutang. BPHTB dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan dengan tarif 5% dan dasar pengenaannya adalah nilai perolehan objek pajak. Pajak ter
Juknis Pengumpulan Data Fisik Terintegrasi PTSL 2023.pdfipbpnta
Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL), kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah yang dilaksanakan belum menyeluruh pada areal desa/kelurahan yang telah ditetapkan sebagai lokasi kegiatan, peningkatan kualitas data baik untuk bidang tanah terdaftar terpetakan (KW 1,2,3), maupun bidang tanah terdaftar yang belum terpetakan (KW 4,5,6) dan bidang tanah yang belum terdaftar yang dilaksanakan secara sistematik lengkap, mengelompok dalam satu wilayah desa/kelurahan lengkap. Dari hasil pelaksanaan pekerjaan masih di temukan hal-hal sebagai berikut:
- Hasil pengukuran dan pemetaan kegiatan PTSL masih sporadis.
- Data hasil pengukuran bidang tanah belum terdaftar masih ditemukan tumpang tindih (overlap) dengan data bidang tanah yang sudah terdaftar terpetakan.
- Antara bidang tanah terdaftar terpetakan (KW 1,2,3) masih terdapat tumpang tindih (overlap).
- Terdapat hambatan pada pelaksanaan plotting bidang tanah K4 (KW 4,5,6).
- Bidang tanah terdaftar terpetakan belum sesuai dengan kondisi sebenarnya di lapangan.
Berdasarkan temuan permasalahan tersebut di atas, diketahui bahwa penyebabnya antara lain adalah tidak tersedianya peta dasar pendaftaran yang komprehensif dan dilengkapi dengan Peta Foto ataupun Citra Satelit Resolusi Tinggi yang bergeoreferensi. Dengan perkembangan teknologi pemetaan fotogrametri menggunakan Pesawat Udara Nir Awak (PUNA/UAV) yang berkembang cukup pesat, teknologi terkininya saat ini telah dilengkapi dengan sistem penentuan posisi berupa Global Navigation Satellite System - Post Processing Kinematic (GNSS-PPK) – yang mana untuk mendapatkan orthophoto dapat mereduksi kebutuhan atas Ground Control Point (GCP) sebagai ikatan titiknya. Hasil uji coba yang dilakukan menunjukkan perbedaan koordinat yang diukur menggunakan GNSS Real Time Kinematic (RTK) dan koordinat dari orthophoto hasil pemetaan fotogrametri menggunakan PUNA/UAV dapat dilaksanakan relatif cepat serta dengan hasil yang akurat, sehingga Pesawat Udara Nir Awak (PUNA/UAV) dengan receiver GNSS PPK dapat digunakan untuk pembuatan Peta Foto sebagai referensi/acuan dalam pelaksanaan kegiatan Pengumpulan Data Fisik Terintegrasi.
Pada kegiatan PTSL 2023 kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah dilakukan secara menyeluruh pada areal yang desa/kelurahan yang telah ditetapkan sebagai lokasi kegiatan – baik untuk bidang tanah yang sudah terdaftar, peningkatan kualitas bidang tanah terdaftar yang belum terpetakan, dan bidang tanah yang belum terdaftar – yang dilaksanakan secara sistematik lengkap mengelompok dalam satu wilayah desa/kelurahan lengkap. Kegiatan ini diutamakan dilaksanakan pada lokasi desa/kelurahan yang belum pernah ditunjuk sebagai lokasi PTSL, dan dalam pengumpulan data fisiknya wajib dilaksanakan berdasarkan pada peta foto yang dibuat.
B. Dasar Hukum
a. Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria;
b. Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik;
c. Und
Hak milik atas tanah adalah hak turun temurun dan terkuat yang dapat dimiliki seseorang atas tanah. Hak milik dapat terjadi melalui hukum adat, penetapan pemerintah, atau ketentuan undang-undang dan harus didaftarkan. Hak milik dapat dihapuskan jika dicabut, diserahkan secara sukarela, ditinggalkan, atau subjeknya tidak memenuhi syarat.
Permasalahan Hukum di Sektor Perumahan/Properti di Indonesia dan Upaya Pengua...Leks&Co
Dokumen tersebut membahas berbagai topik terkait permasalahan hukum di sektor perumahan dan properti di Indonesia, termasuk dasar hukum pertanahan, implementasi peraturan, lembaga terkait, konsep otonomi daerah, profesi yang berhubungan, hal-hal yang perlu diperhatikan bank dan pengembang, serta upaya perlindungan konsumen."
Dokumen tersebut menjelaskan tentang definisi tanah terlantar menurut hukum positif dan hukum adat, kriteria penentuan tanah sebagai tanah terlantar, serta proses identifikasi dan penelitian tanah yang terindikasi terlantar.
Dokumen tersebut merangkum sejarah perkembangan perpajakan di Indonesia sejak zaman kerajaan hingga reformasi perpajakan pada tahun 2000-an. Secara garis besar, dokumen menjelaskan jenis pajak dan produk hukum perpajakan yang berlaku pada masing-masing masa penjajahan Belanda, Jepang, masa kemerdekaan, serta empat kali reformasi perpajakan besar pada tahun 1983, 1994, 1997, dan 2000
Dokumen tersebut membahas tentang pajak penghasilan pasal 23, termasuk dasar hukum, pemotong, objek pajak, tarif, dan pelaksanaan pemotongan pajak penghasilan pasal 23. Secara khusus membahas mengenai pemotong pajak, objek pajak seperti dividen, bunga, royalti, dan jasa tertentu, serta tarif pemotongan pajak penghasilan pasal 23.
Peranan teknologi geospasial dalam inventarisasi dan pengelolaan sumberdaya w...Instansi
Teknologi geospasial modern seperti satelit, sistem informasi geografis, dan sensor jauh memungkinkan inventarisasi dan pengelolaan sumber daya wilayah secara lebih akurat dan efisien. Informasi geospasial dapat digunakan sebagai alat bantu pengambilan keputusan untuk pengelolaan sumber daya dan pembangunan berkelanjutan."
Dokumen ini membahas pengantar buku tentang ekonomi regional dan perkotaan. Terdapat penjelasan singkat tentang tujuan penulisan buku ini untuk membantu mahasiswa dalam mempelajari ilmu ekonomi regional. Juga terdapat sambutan dari dekan fakultas ekonomi yang mendukung penerbitan buku ini.
Dokumen tersebut merangkum tentang pajak bumi dan bangunan (PBB) yang mencakup definisi, objek, subjek, dasar hukum, tarif, penghitungan, penagihan, dan pembagian hasil PBB."
Dokumen tersebut membahas tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang mencakup:
1. Dasar hukum BPHTB berdasarkan undang-undang dan peraturan pemerintah terkait.
2. Pengertian BPHTB dan objek yang dikenakan pajak.
3. Prinsip pengenaan BPHTB seperti tarif 5% dari Nilai Perolehan Objek Pajak, pengecualian, dan sanksi.
4. Prosedur penghitungan
Reforma Agraria adalah penataan kembali struktur
penguasaan, pemilikian, penggunaan, dan
pemanfaatan tanah yang lebih berkeadilan melalui
Penataan Aset dan disertai dengan Penataan Akses
untuk kemakmuran rakyat Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang SPT Tahunan bagi WP Orang Pribadi, termasuk jenis-jenis WP OP berdasarkan kegiatan usahanya, formulir SPT yang harus digunakan, dan penjelasan singkat mengenai formulir tersebut. Formulir SPT Tahunan bagi WP OP terdiri atas Form 1770-SS, Form 1770-S, dan Form 1770, yang mana masing-masing formulir digunakan untuk kategori WP OP tertentu.
Konsepsi Hukum Agraria Nasional 2021 - DIAH TRIMURTI SALEH,S.E.,S.H., M.Kn. teresa irene
Dokumen tersebut merangkum tentang hukum agraria di Indonesia. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan bahwa hukum agraria adalah aturan yang mengatur tentang tanah. Hukum agraria Indonesia didasarkan pada UUD 1945 dan Undang-Undang Pokok Agraria 1960 yang menyatukan hukum tanah nasional berdasarkan hukum adat. Dokumen tersebut juga menjelaskan lembaga-lembaga hukum agraria seperti pendaft
Dokumen tersebut membahas tentang ketentuan umum bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) mencakup objek pajak, subjek pajak, tarif pajak, dasar pengenaan dan cara menghitung pajak, serta saat dan tempat pajak terutang. BPHTB dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan dengan tarif 5% dan dasar pengenaannya adalah nilai perolehan objek pajak. Pajak ter
Juknis Pengumpulan Data Fisik Terintegrasi PTSL 2023.pdfipbpnta
Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL), kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah yang dilaksanakan belum menyeluruh pada areal desa/kelurahan yang telah ditetapkan sebagai lokasi kegiatan, peningkatan kualitas data baik untuk bidang tanah terdaftar terpetakan (KW 1,2,3), maupun bidang tanah terdaftar yang belum terpetakan (KW 4,5,6) dan bidang tanah yang belum terdaftar yang dilaksanakan secara sistematik lengkap, mengelompok dalam satu wilayah desa/kelurahan lengkap. Dari hasil pelaksanaan pekerjaan masih di temukan hal-hal sebagai berikut:
- Hasil pengukuran dan pemetaan kegiatan PTSL masih sporadis.
- Data hasil pengukuran bidang tanah belum terdaftar masih ditemukan tumpang tindih (overlap) dengan data bidang tanah yang sudah terdaftar terpetakan.
- Antara bidang tanah terdaftar terpetakan (KW 1,2,3) masih terdapat tumpang tindih (overlap).
- Terdapat hambatan pada pelaksanaan plotting bidang tanah K4 (KW 4,5,6).
- Bidang tanah terdaftar terpetakan belum sesuai dengan kondisi sebenarnya di lapangan.
Berdasarkan temuan permasalahan tersebut di atas, diketahui bahwa penyebabnya antara lain adalah tidak tersedianya peta dasar pendaftaran yang komprehensif dan dilengkapi dengan Peta Foto ataupun Citra Satelit Resolusi Tinggi yang bergeoreferensi. Dengan perkembangan teknologi pemetaan fotogrametri menggunakan Pesawat Udara Nir Awak (PUNA/UAV) yang berkembang cukup pesat, teknologi terkininya saat ini telah dilengkapi dengan sistem penentuan posisi berupa Global Navigation Satellite System - Post Processing Kinematic (GNSS-PPK) – yang mana untuk mendapatkan orthophoto dapat mereduksi kebutuhan atas Ground Control Point (GCP) sebagai ikatan titiknya. Hasil uji coba yang dilakukan menunjukkan perbedaan koordinat yang diukur menggunakan GNSS Real Time Kinematic (RTK) dan koordinat dari orthophoto hasil pemetaan fotogrametri menggunakan PUNA/UAV dapat dilaksanakan relatif cepat serta dengan hasil yang akurat, sehingga Pesawat Udara Nir Awak (PUNA/UAV) dengan receiver GNSS PPK dapat digunakan untuk pembuatan Peta Foto sebagai referensi/acuan dalam pelaksanaan kegiatan Pengumpulan Data Fisik Terintegrasi.
Pada kegiatan PTSL 2023 kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah dilakukan secara menyeluruh pada areal yang desa/kelurahan yang telah ditetapkan sebagai lokasi kegiatan – baik untuk bidang tanah yang sudah terdaftar, peningkatan kualitas bidang tanah terdaftar yang belum terpetakan, dan bidang tanah yang belum terdaftar – yang dilaksanakan secara sistematik lengkap mengelompok dalam satu wilayah desa/kelurahan lengkap. Kegiatan ini diutamakan dilaksanakan pada lokasi desa/kelurahan yang belum pernah ditunjuk sebagai lokasi PTSL, dan dalam pengumpulan data fisiknya wajib dilaksanakan berdasarkan pada peta foto yang dibuat.
B. Dasar Hukum
a. Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria;
b. Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik;
c. Und
Hak milik atas tanah adalah hak turun temurun dan terkuat yang dapat dimiliki seseorang atas tanah. Hak milik dapat terjadi melalui hukum adat, penetapan pemerintah, atau ketentuan undang-undang dan harus didaftarkan. Hak milik dapat dihapuskan jika dicabut, diserahkan secara sukarela, ditinggalkan, atau subjeknya tidak memenuhi syarat.
Permasalahan Hukum di Sektor Perumahan/Properti di Indonesia dan Upaya Pengua...Leks&Co
Dokumen tersebut membahas berbagai topik terkait permasalahan hukum di sektor perumahan dan properti di Indonesia, termasuk dasar hukum pertanahan, implementasi peraturan, lembaga terkait, konsep otonomi daerah, profesi yang berhubungan, hal-hal yang perlu diperhatikan bank dan pengembang, serta upaya perlindungan konsumen."
Dokumen tersebut menjelaskan tentang definisi tanah terlantar menurut hukum positif dan hukum adat, kriteria penentuan tanah sebagai tanah terlantar, serta proses identifikasi dan penelitian tanah yang terindikasi terlantar.
Dokumen tersebut merangkum sejarah perkembangan perpajakan di Indonesia sejak zaman kerajaan hingga reformasi perpajakan pada tahun 2000-an. Secara garis besar, dokumen menjelaskan jenis pajak dan produk hukum perpajakan yang berlaku pada masing-masing masa penjajahan Belanda, Jepang, masa kemerdekaan, serta empat kali reformasi perpajakan besar pada tahun 1983, 1994, 1997, dan 2000
Dokumen tersebut membahas tentang pajak penghasilan pasal 23, termasuk dasar hukum, pemotong, objek pajak, tarif, dan pelaksanaan pemotongan pajak penghasilan pasal 23. Secara khusus membahas mengenai pemotong pajak, objek pajak seperti dividen, bunga, royalti, dan jasa tertentu, serta tarif pemotongan pajak penghasilan pasal 23.
Peranan teknologi geospasial dalam inventarisasi dan pengelolaan sumberdaya w...Instansi
Teknologi geospasial modern seperti satelit, sistem informasi geografis, dan sensor jauh memungkinkan inventarisasi dan pengelolaan sumber daya wilayah secara lebih akurat dan efisien. Informasi geospasial dapat digunakan sebagai alat bantu pengambilan keputusan untuk pengelolaan sumber daya dan pembangunan berkelanjutan."
Dokumen ini membahas pengantar buku tentang ekonomi regional dan perkotaan. Terdapat penjelasan singkat tentang tujuan penulisan buku ini untuk membantu mahasiswa dalam mempelajari ilmu ekonomi regional. Juga terdapat sambutan dari dekan fakultas ekonomi yang mendukung penerbitan buku ini.
Dokumen tersebut merangkum tentang pajak bumi dan bangunan (PBB) yang mencakup definisi, objek, subjek, dasar hukum, tarif, penghitungan, penagihan, dan pembagian hasil PBB."
Dokumen tersebut membahas tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) mulai dari sejarah, objek yang dikenakan PBB, proses pendaftaran dan pengukurannya, serta cara penghitungan PBB berdasarkan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dan tarif tertentu.
Dokumen tersebut merangkum tentang Bea Perolehan Hak Tanah dan Bangunan (BPHTB) berdasarkan Undang-Undang No. 21 Tahun 1997 dan Peraturan Pemerintah terkait. BPHTB dikenakan kepada orang/badan yang memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan akibat peristiwa hukum tertentu seperti jual beli, hibah, waris, dan lainnya. Tarif BPHTB adalah 5% dari nilai transaksi dik
Tugas mata kuliah manajemen perpajakan daerah membahas bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) meliputi pengertian, dasar hukum, subjek, objek, tarif, dan cara penghitungan BPHTB menurut undang-undang dan peraturan terkait.
PER 47/PJ/2015 :::: Tentang Pengenaan PBB Sektor Pertambangan Mineral dan Ba...Roko Subagya
Peraturan ini mengatur tata cara pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan untuk sektor pertambangan mineral dan batubara. Subjek pajak wajib mendaftarkan atau memperbarui data objek pajaknya dengan mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak dan lampirannya serta melampirkan dokumen pendukung seperti rencana kerja dan anggaran. Objek pajaknya adalah bumi dan bangunan yang terletak di wilayah pertambangan dan digunakan unt
Bentuk / jenis pelayanan dan syarat pelayanan PBB P2 Eko Priyanto
Dokumen tersebut merupakan informasi mengenai bentuk/jenis pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2) di Kabupaten Trenggalek tahun 2016 serta persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan pelayanan tersebut, seperti surat permohonan, ktp, bukti kepemilikan tanah dan bangunan, serta sppt tahun sebelumnya.
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak yang dikenakan terhadap tanah dan bangunan berdasarkan nilai jual objek pajak. Dokumen ini menjelaskan pengertian PBB, objek yang dikenai dan tidak dikenai PBB, subjek dan wajib pajak, cara mendaftarkan objek PBB, dasar pengenaan dan penghitungan PBB, serta kewajiban wajib pajak terkait PBB."
Validasi Jumat Sehari (Dasi Jumari) BPHTB sebagai upaya optimalisasi penerimaan pajak daerah di Kabupaten Bantul melalui peningkatan pelayanan validasi pajak, peningkatan pemungutan pajak, dan optimalisasi sumber daya manusia. Tujuannya adalah meningkatkan pendapatan daerah dan kesadaran wajib pajak melalui layanan cepat validasi setiap hari Jumat dan sosialisasi program.
Presentasi kadishutbun rapat evaluasi semester ii 2013 - jan 2014Ariston Pamungkas
Dokumen tersebut memberikan ringkasan mengenai:
1) Komoditas perkebunan rakyat dan luas hutan di Kabupaten Buleleng tahun 2013.
2) Sumber daya manusia Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Buleleng.
3) Capaian target pembangunan kehutanan dan perkebunan tahun 2013.
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak atas tanah dan bangunan yang besarnya ditentukan oleh nilai jual objek pajak. Wajib pembayaran PBB adalah pemilik tanah atau bangunan. PBB dihitung berdasarkan nilai jual kena pajak yang ditetapkan pemerintah dengan tarif 0,5% dan dibayarkan ke bank atau kantor pos.
PER 45 PJ /2013 ::: TENTANG TATA CARA PENGENAAN PBB SEKTOR PERTAMBANGAN MINYA...Roko Subagya
Peraturan ini mengatur tata cara pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) untuk sektor pertambangan minyak bumi, gas bumi, dan panas bumi. PBB sektor pertambangan tersebut terdiri dari PBB Migas dan PBB Panas Bumi. Objek pajaknya adalah bumi dan/atau bangunan yang berada di dalam kawasan pertambangan terkait, meliputi wilayah kerja, wilayah sejenisnya, dan wilayah lain yang digunakan untuk
Penipuan dan teknik penyalahgunaan komputer Luthansa
Bab 6 membahas berbagai teknik penipuan dan penyalahgunaan komputer seperti serangan hacking, rekayasa sosial, dan berbagai jenis malware. Jenis serangan seperti spoofing, denial of service, dan berbagai teknik rekayasa sosial dijelaskan untuk memperoleh akses ke sistem atau informasi sensitif secara tidak sah. Berbagai jenis malware seperti virus, worm, spyware juga dibahas yang dapat merusak atau memantau komputer tanpa
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak properti yang dikenakan kepada pemilik tanah dan/atau bangunan berdasarkan nilai jual objek pajak. PBB awalnya merupakan pajak pusat namun kini menjadi pajak daerah berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009. PBB dikenakan setiap tahun kepada subjek pajak yaitu pemilik tanah dan/atau bangunan berdasarkan hasil pen
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah dua jenis pajak yang berkaitan dengan tanah dan bangunan. PBB dikenakan kepada pemilik tanah dan bangunan, dengan dasar pengenaan berupa nilai jual objek pajak. BPHTB dikenakan kepada pihak yang memperoleh hak atas tanah dan bangunan, dengan dasar pengenaan berupa nilai perolehan objek paj
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak objektif atas tanah dan bangunan yang berlaku di Indonesia sejak 1985. PBB merupakan penyederhanaan dari berbagai jenis pajak tanah yang dikenal sejak zaman kerajaan hingga masa penjajahan. Dasar pengenaan PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak yang menentukan besarnya tarif 0,5% dari nilai tanah dan bangunan setelah dikurangi batas nilai
Dokumen tersebut membahas tentang ketentuan umum Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Indonesia. PBB adalah pajak kebendaan yang dikenakan kepada tanah dan/atau bangunan berdasarkan nilai jualnya. Dokumen ini menjelaskan tentang objek, subjek, dasar perhitungan dan pengenaan, serta cara pembayaran PBB.
Rangkuman dokumen tersebut adalah:
(1) Dokumen tersebut merupakan rencana pelaksanaan pembelajaran tentang pajak bumi dan bangunan di SMK PGRI 2 Cimahi; (2) Materi pembelajaran meliputi pengertian, subyek, objek, dan cara perhitungan pajak bumi dan bangunan serta bea perolehan hak atas tanah dan bangunan; (3) Tujuan pembelajaran adalah agar siswa dapat memahami kon
Dokumen tersebut membahas tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang meliputi dasar hukum, pengertian, sifat pengenaan, latar belakang sejarah, objek pajak yang dikenakan dan dikecualikan, subjek pajak, pendaftaran objek pajak, penghitungan dasar pengenaan pajak berupa Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), pendekatan penilaian NJOP, dan dasar penghitungan besarnya pajak.
Dokumen tersebut membahas tentang dasar hukum dan istilah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Indonesia, termasuk objek, subjek, dan cara pengenaan serta pembayaran PBB."
Dokumen tersebut membahas tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dengan menjelaskan sejarah, objek, dan subjek PBB serta cara pendaftaran dan pendataannya. Sejarah PBB dimulai sejak zaman kerajaan Hindu hingga masa kemerdekaan dengan berbagai perubahan nama. Objek PBB adalah tanah dan bangunan, sedangkan subjek PBB adalah pemilik tanah dan bangunan. Pendaftaran dilakukan dengan mengisi SPOP
Dokumen tersebut membahas tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Indonesia. PBB dikenakan kepada orang atau badan yang memiliki, menguasai, atau memanfaatkan tanah dan/atau bangunan, kecuali untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Besarnya PBB ditentukan berdasarkan Nilai Jual Objek Kena Pajak yang dihitung dari Nilai Jual Objek Pajak dengan tarif maksimum
Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak negara yang dikenakan terhadap bumi dan/atau bangunan berdasarkan undang-undang, (2) Objek pajak PBB adalah bumi dan bangunan yang memberikan manfaat, kecuali untuk kepentingan umum non-profit, dan (3) Siapa yang berkewajiban membayar PBB ditentukan berdasarkan siapa yang memperoleh manfaat dari b
Dokumen tersebut membahas tentang konsep negara hukum, unsur-unsur pembentukan peraturan perundang-undangan, asas-asas pembuatan peraturan perundang-undangan, dan landasan penyusunan peraturan perundang-undangan. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan tentang konsep dasar dan prinsip-prinsip dalam pembentukan peraturan perundang-undangan di Indonesia.
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah pembuatan peraturan perundang-undangan yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasana, pengesahan atau penetapan dan pengundangan.
Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan
ILO (dalam ILO Convention 102, dalam Sulastomo) menyatakan bahwa:
social security is the protection which society provides for its members through a series of public measures: To offset the absence or substansial reduction of income from work resulting from various contingencies (notable sickness, maternity, employment injury, unployment, invalidity, old age and death of breadwinner); To provide people with healthcare; To provide benefit for families with children.
Guy Standing menyatakan bahwa: social security is a system for providing income to desal with the contingency risk of life, sickness and maternity, employment, invalidity, old age and death, the propision of medicalcare and the pprovision subsidies for family with children (Guy Standing, 2000);
Jaminan sosial adalah upaya mewujudkan kesejahteraan, memberikan rasa aman sepanjang hidup manusia melalui pendekatan sistem, yaitu harus beraturan, sistematis, dan terukur. Peran negara dan masyarakat tergantung pada filosofi buat apa negara negara itu didirikan.
Secara lebih plastis, jaminan sosial adalah serangkaian langkah wajib yang dilakukan negara dan atau masyarakat untuk melindungi mereka dan keluarga dari segala akibat yang timbul karena gangguan yang tidak terhindarkan atau karena berkurangnya penghasilan yang mereka butuhkan untuk mempertahankan taraf hidup yang layak.
Dokumen tersebut membahas tentang kebijakan jaminan sosial dan sistem jaminan sosial nasional di Indonesia. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa jaminan sosial bertujuan untuk menjamin keamanan ekonomi dan meminimalisasi ketidakpastian ekonomi, serta menjelaskan prinsip, program, dan dasar hukum pelaksanaan sistem jaminan sosial nasional di Indonesia."
1. Dokumen tersebut membahas tentang definisi pembangunan dan modal sosial berdasarkan berbagai pendapat ahli. 2. Terdapat berbagai pengertian pembangunan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan proses jangka panjang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 3. Modal sosial didefinisikan sebagai nilai dan norma sosial yang memungkinkan kerja sama antar anggota masyarakat dalam pembang
Belajar Sistem Usahatani
Informasi
1. Tujuan, sikap petani
2. Cara mengelola,tngkt penggunaan sumber dan teknolgi
3. Faktor-faktor biofisik, teknologi dan sosek kendala dlm pengambilan keputusan
Ciri-ciri pengelolaan usahatani :
1. “ way of life “
2. orientasi pasar relatif rendah
3. tradisi masih relatif kuat
4. pendapatan belum cukup
TOLAK UKUR KEBERHASILAN ?
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas konsep pemberdayaan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
2. Pemberdayaan masyarakat didefinisikan sebagai upaya meningkatkan martabat masyarakat dengan melibatkan mereka sebagai subjek pembangunan.
3. Partisipasi masyarakat penting dalam berbagai aspek pembangunan mulai dari perencanaan, pel
Davis (1974) mendefinisikan Nilai sebuah Informasi sebagai berikut:
In general, the value of informaton is the value of the change in decision behavior caused by the information less the cost of the information. In other words, give a set of possible decisions, a decision maker will select one on the basis of the information at hand.
If new information causes a different decision to be made, the value of the information is the difference in value between the outcome of the old decision and that of the new decision, less the cost of obtaining the information
Dokumen tersebut membahas berbagai pendekatan dalam mengelola usaha tani, mulai dari pendekatan proses manajemen, empiris, perilaku manusia, sistem sosial, teori pengambilan keputusan, matematis hingga sistem. Dokumen ini juga membahas sifat pengambilan keputusan dalam usaha tani serta faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi usaha tani.
Sistem Jaminan Sosial Nasional Indonesia menawarkan berbagai program untuk melindungi masyarakat dari risiko kesehatan, kecelakaan, pensiun, dan bencana, melalui asuransi sosial, bantuan sosial, dan layanan kesehatan umum. Namun, BPJS masih menghadapi tantangan dalam meningkatkan kepesertaan dan kualitas layanan serta menyelesaikan masalah pendanaan dan regulasi. Harapannya, negara dapat memainkan peran sebagai
Implementation a minimum wage to all sectors inNandya Guvita
A Minimum Wage is a minimum standards that used by the entrepreneurs or industry players to give a reward to the workers in the business environment or his work. The accomplishment of local need a proper in every area are different.
No. 1 According to candy Th. 1999 Article 1 paragraph 1, a Minimum Wage, a lowest monthly wages that consisted of goods, including an allotment. Wages this applies to those who remain unmarried and has a work experience 0-1 years, as the security net working, was appointed Governor through decisions based on the recommendation of the Council Pengupahan and applied for 1 year walk.
Why so important?
Farm activities – food productions
Concentration of population
Socio-economic status
Urban vs Rural ---- Rich vs Poor
Poverty trap --- Vicious circle of poverty
Government failure vs Institutional failure
Prosper Rural livelihood is
a National Objectives
The Great Escape: Health, Wealth and the Origin of Inequality (2013)
Fokus penelitiannya pada masalah kosumsi, kemiskinan dan kesejahteraan
Melihat resesi, kemiskinan dan kemakmuran dari sisi konsumsi
Memberikan instrumen kebijakan publik yang baik
Dokumen tersebut membahas tentang masalah-masalah petani di Indonesia yang meliputi kualitas SDM petani, kelemahan-kelemahan pertanian, dan stereotipe sikap mental petani. Kedelapan kelemahan utama pertanian di Indonesia adalah masalah pasca panen, sarana prasarana, kepemilikan tanah, akses modal, pendidikan, teknologi, ketrampilan, dan sikap mental.
Menurut UU Nomor 6/2004 tentang Desa, pada ketentuan Umum, pasal 1:
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan atau hak tradisional yang diakui dihormati dalam sistem pem erintahan NKRI.
Memahami faktor atau variable yang mempengaruhi permintaan dan penawaran
Mengetahui dan memahami pengecualian2 dlm permintaan dan penawaran
Memahami pasar dan keseimbangan pasar
Memahami konsep kegagalan pasar dan intervensi pemerintah
Pertemuan kedua membahas konsep-konsep ekonomi seperti kelangkaan, pilihan, dan biaya kesempatan. Dokumen ini juga menjelaskan definisi ilmu ekonomi, masalah fundamental ekonomi, jenis-jenis barang, permintaan dan penawaran, harga keseimbangan, serta intervensi pemerintah seperti kontrol harga dan pajak.
Dokumen tersebut membahas tentang penerapan etika dalam praktek pemerintahan dan faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja pegawai negeri. Secara khusus, dokumen tersebut menjelaskan bahwa etos kerja yang tinggi dari pegawai pemerintah diperlukan untuk mencapai pemerintahan yang bersih dan bermartabat, serta faktor-faktor seperti falsafah hidup, tujuan, rasa keadilan, dan teladan pemimp
Beberapa guru di Garut, Cilegon, dan Jakarta mengaku mendapat tekanan untuk membocorkan jawaban Ujian Nasional tahun 2006 agar sekolah mendapatkan peringkat standar nasional dan dana bantuan besar. Salah satu guru mengungkapkan bahwa praktik ini telah terjadi selama dua tahun terakhir untuk memenuhi target kinerja bupati dalam program peningkatan prestasi daerah. Guru-guru merasa malu dan kecewa karena integ
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1Arumdwikinasih
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang mengakomodasi dari semua perbedaan murid, terbuka untuk semua dan memberikan kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan oleh setiap individu.kelas 1 ........
Universitas Negeri Jakarta banyak melahirkan tokoh pendidikan yang memiliki pengaruh didunia pendidikan. Beberapa diantaranya ada didalam file presentasi
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Pbb pelatihan nindya praja smt 6
1. PAJAK BUMI DAN
BANGUNAN (PBB)
UU No 12 tahun 1985 j.o
UU No 12 tahun 1994
tentang Pajak Bumi dan
Bangunan
2. PENGERTIAN
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang
dikenakan terhadap bumi dan atau bangunan
Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi
yang ada dibawahnya. Permukaan bumi
meliputi tanah dan perairan pedalaman
(termasuk rawa, tambak perairan) serta laut
yang ada di wilayah Republik Indonesia.
Bangunan adalah konstruksi teknik yang
ditanam atau dilekatkan secara tetap pada
tanah dan atau perairan.
4. Contoh Bangunan Dalam UU PBB
Contoh bangunan menurut pengertian UU PBB
Jalan lingkungan dalam satu kesatuan dengan komplek : hotel,
pabrik dan emplasemennya.
Jalan Tol.
Kolam Renang.
Pagar mewah.
Tempat Olah Raga.
Galangan Kapal.
Taman mewah.
Tempat Penampungan/Kilang Minyak, air dan Gas Bumi dan
sebagainya.
5. LANDASAN FILOSOFI
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam
pembangunan nasional.
Bumi dan bangunan memberikan keuntungan dan/atau
kedudukan sosial ekonomi wajar apabila mereka
dipungut pajak.
Oleh karena itu perlu sistem perpajakan yang
sederhana, mudah, adil dan memberi kepastian hukum.
6. Pasal 1 angka 3, Pasal 6 ayat (1) dan (2)
UU No.12 Tahun 1985
NJOP adalah dasar dalam pengenaan PBB
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) adalah nilai/harga rata-
rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi
secara wajar, apabila tidak terjadi transaksi jual beli
maka NJOP ditentukan melalui perbandingan harga
dengan obyek lain yang sejenis, atau nilai perolehan
baru, atau NJOP pengganti.
7. PENGHITUNGAN PAJAK
NJOP adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli
yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual
beli, ditentukan melalui:
1. Perbandingan Harga
2. Nilai Perolehan Baru
3. Nilai Jual Pengganti
NJOP diperoleh dengan cara mengalikan luas bumi atau bangunan
dengan klasifikasi bumi dan bangunan. Contoh : NJOP Bumi = Luas
Bumi x NJOP / m2
4 unsur dalam penghitungan PBB :
1. Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP)
8. SPOP,LSPOP dan SPPT
Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) adalah
surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk
melaporkan data objek pajak menurut ketentuan
yang berlaku
Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT)
adalah surat yang digunakan DJP untuk
memberitahukan besarnya pajak terhutang
kepada Wajib Pajak. SPPT diterbitkan
berdasarkan pada SPOP yang telah diisi oleh
Wajib Pajak
9. NOMOR OBJEK PAJAK (NOP)
NOP: nomor identitas bagi setiap obyek PBB
Nomor Obyek Pajak bersifat:
1. Unik, satu obyek PBB memperoleh satu NOP dan berbeda dengan lainnya.
2. Tetap/Permanen, tidak berubah dalam jangka yang relatif lama.
3. Standar, berlaku secara nasional.
Maksud dan tujuan pemberian NOP:
a. Menciptakan identitas yang standar bagi semua obyek PBB.
b. Menertibkan dan menyederhanakan administrasi pembukuan PBB.
c. Kunci utama pada pembentukan Master File PBB yang saling berkaitan.
Manfaat dari penggunaan NOP:
1. Memudahkan mengetahui lokasi obyek pajak
2. Memudahkan dalam pemantauan, penyampaian dan pengambilan SPOP
3. Alat untuk mengintegrasikan data atributik dengan data grafis PBB.
4. Mengurangi adanya kemungkinan ketetapan ganda.
5. Memudahkan penyampaian SPPT
6. Wajib pajak mendapat identitas atas setiap obyek yang dimiliki atau
dikuasai.
13. SEKTOR PBB
Kep Dirjen Pajak Nomor: 16/PJ.6/1998 Tanggal 30 Desember 1998
Sektor Pedesaan dan Perkotaan (P2)
meliputi kawasan pertanian, perumahan, perkantoran, pertokoan, industri serta
objek khusus perkotaan. Termasuk objek yang diatur secara khusus yaitu:
1. Usaha bidang perikanan
2. Objek Pajak perairan
3. Objek Pajak khusus: jalan tol, pelabuhan, lap golf, dll
Sektor Perkebunan, Perhutanan, dan Pertambangan (P3)
Sektor Perkebunan: objek yang meliputi areal pengusahaan benih,
penanaman baru, perluasan, perubahan jenis tanaman, penganekaragaman
jenis tanaman termasuk sarana penunjangnya.
Sektor Perhutanan: objek yang meliputi pengusahaan hutan dan budidaya
hutan
Sektor Pertambangan: objek yang meliputi areal usaha penambangan
bahan-bahan galian dan semua golongan yaitu bahan galian strategis, bahan
galian vital dan bahan galian lainnya.
14. Klasifikasi Objek Pajak
Klasifikasi bumi/tanahdiperhatikanfaktorsebagaiberikut:
Letak
Peruntukan
Pemanfaatan
Kondisi lingkungan dan lain-lainnya
Klasifikasi bangunan, faktoryangmempengaruhiadalah:
Bahan yang digunakan
Rekayasa
Letak
Kondisi lingkungan dan lain-lainnya.
15. 2. Nilai Jual Obyek Pajak Tidak Kena Pajak
(NJOPTKP)
NJOPTKP : suatu batas nilai NJOP di mana wajib pajak tidak
terutang pajak.
Setiap wajib pajak diberikan NJOPTKP hanya salah satu pajak
yang nilainya terbesar.
Cara Perhitungan NJOP Bumi dan Bangunan :
NJOP Bumi = Luas Bumi x NJOP / m2
= A
NJOP Bangunan= Luang Bangunan x NJOP / m = B (+)
NJOP Bumi + Bangunan sebagai dasar pengenaan PBB = C
Dikurangi NJOPTKP = D (-)
NJOP Bumi + Bangunan sebagai dasar pengenaan PBB = E
Besarnya NJOPTKP ditetapkan secara regional setinggi-
tingginya RP.12.000.000,-
Pasal 3 ayat (3) dan (4) UU No.12 Tahun 1985 std UU No. 12 Tahun 1994
16. Obyek Pajak yang Tidak Dikenakan PBB
Obyek Pajak yang digunakan semata-mata untuk melayani
kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan,
pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan
untuk memperoleh keuntungan;
Obyek Pajak yang digunakan untuk kuburan, peninggalan
purbakala, atau yang sejenis dengan itu;
Obyek Pajak yang merupakan hutan lindung, hutan suaka alam,
hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang
dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu
hak;
Obyek Pajak yang digunakan oleh perwakilan diplomatik,
konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik;
Obyek Pajak yang digunakan oleh badan atau perwakilan
organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Keuangan. :
Pasal 3 UU No.12 Tahun 1985 std UU No. 12 tahun 1994
17. SUBJEK DAN WAJIB PAJAK
Subyek Pajak adalah orang atau badan yang secara nyata:
- mempunyai hak atas bumi / tanah dan atau;
- memperoleh manfaat atas bumi / tanah dan atau;
- memiliki, menguasai atas bangunan dan atau;
- memperoleh manfaat atas bangunan.
Wajib Pajak adalah subyek pajak yang dikenakan kewajiban
membayar pajak.
Dalam hal suatu obyek pajak belum jelas diketahui wajib
pajaknya, Direktorat Jenderal Pajak dapat menetapkan
subyek pajak sebagai wajib pajak.
Pasal 4 UU No.12 Tahun 1985
18. 3. Nilai Jual Kena Pajak (NJKP)
NJKP atau “assesment value” adalah nilai jual yang
dipergunakan sebagai dasar perhitungan pajak, yaitu suatu
persentase tertentu dari nilai jual sebenarnya.
Besarnya NJKP ditentukan sebagai berikut:
1. Sebesar 40% dari N JOP untuk :
a. Obyek Pajak Sektor P3 (Perkebunan, Perhutanan,
Pertambangan)
b. Obyek PBB lainnya apabila NJOP ≥ 1 Milyar rupiah
2. Sebesar 20% dari NJOP untuk Obyek PBB lainnya apabila
NJOP < 1 Milyar Rupiah
Cara perhitungan Besarnya Penetpan NJKP adalah sebagai
berikut:
Umum : NJKP = 20% x NJOP
Khusus: NJKP = 40% x NJOP
Pasal 6 ayat (3) dan (4) UU No.12 Tahun 1985
19. 4. Tarif Pajak
Tarif Pajak (Tax Rate) yang dikenakan atas obyek pajak
adalah tarif tunggal, yaitu 0,5%
Perhitungan Pajak untuk mengetahui Pajak Terutang diperoleh
dengan mengalikan tarif pajak (tax rate) dengan basis pajak
(tax base)
Yang menjadi basis pajak PBB adalah NJKP, yang diperoleh
dengan mengalikan persentase NJKP dengan NJOP sebagai
dasar perhitungan pajak
PBB Terutang = Tarif Pajak x Basis Pajak
= 0,5% x NJKP
= 0,5% x (20% x NJOP) = 0,001 x NJOP (umum)
= 0,5% x (40% x NJOP) = 0,002 x NJOP (khusus)
Pasal 5 UU No.12 Tahun 1985
20. TAHUN PAJAK, SAAT, dan TEMPAT
PAJAK TERUTANG
Tahun pajak adalah jangka waktu satu tahun takwim, yaitu
jangka waktu dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember
tahun berjalan.
Saat yang menentukan pajak yang terhutang adalah menurut
keadaan obyek pajak tanggal 1 Januari.
Tempat pajak yang terutang adalah:
a. untuk daerah Jakarta, di wilayah DKI;
b. untuk daerah lainnya, di wilayah Kabupaten atau Kota;
yang meliputi letak obyek pajak.
Pasal 8 UU No.12 Tahun 1985
21. KASUS
• Apabila pada awal bulan Januari tahun 2003 terdapat
sebidang tanah yang diatasnya ada rumah tinggal.
Kemudian pada akhir pekan pertama rumahnya terbakar
ludes, maka bagaimana pengenaan PBB terhadap obyek
tersebut ?
• Pada bulan Maret 2002 Haris membeli sebidang tanah
kosong dari Adi. Pada bulan April-Mei 2003 diatas
tanah tersebut dibangun sebuah ruko. Siapakah yang
menjadi Wajib Pajak dan obyek apa saja yang dikenakan
untuk tahun pajak 2002, 2003, 2004 ?
22. PENGUMPULAN DATA OBYEK PAJAK
Pendaftaran : Subyek pajak secara aktif mendaftarkan diri sebagai wajib pajak atas
obyek pajaknya dengan mengisi Surat Pemberitahuan Obyek Pajak (SPOP):
a. Data-data diri perorangan atau badan yang menjadi subyek pajak;
b. Semua tanah yang dimiliki dengan sutau hak dan atau dimanfaaatkan;
c. Semua bangunan yang dimiliki dengan suatu hak dan atau dimanfaaatkan.
Pendataan : DJP secara aktif melakukan pengumpulan data obyek pajak di lapangan
dan selalu diikuti kegiatan penilaian. Bentuk alternatif pendataan:
1. Pendataan dengan Penyampaian dan Pemantauan SPOP
2. Verifikasi Data Obyek Pajak dan Subyek Pajak PBB
3. Identifikasi Obyek dan Subyek PBB
4. Pengukuran Bidang Obyek Pajak
SPOP adalah adalah sarana untuk mendaftarkan subyek dan obyek pajak. diisi :
Jelas, Benar, Lengkap, Tepat Waktu
Bagaimanakah pelaksanaan sistem self assessment pada Pajak Bumi dan
Bangunan, dan jelaskan mengapa hal tersebut bisa terjadi ?
Pasal 9 UU No.12 Tahun 1985
23. SIKLUS PENENTUAN NJOP BUMI
Pengumpulan & up-dating
data transaksi
Reliable?
Analisis & Penilaian
NIR / ZNT
Klasifikasi NJOP Usulan
NJOP
Analisis
ASR
Ya
Tidak
Bank Data Nilai Pasar Properti
Persetujuan Elemen Masyarakat
Siklus
24. ADMINISTRASI
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
SISMIOP
(SISTEM MANAJEMEN INFORMASI OBYEK PAJAK)
PENDATAAN PENILAIAN PENGENAAN PENERIMAAN KEBERATAN
PENAGIHAN PENGURANGAN
Pengumpulan data Pendekatan: Unsur : Penerimaan : Keberatan :
1. Data Pasar 1. NJOP 1. Mekanisme 1. Alasan
Self declaration : 2. Biaya 2. NJOP TKP pembayaran PBB 2. Batas waktu pengajuan
1. Pendaftaran 3. Kapitalisasi 3. NJKP 2. Pembagian hasil 3. Bentuk Keputusan
(Wajib Pajak aktif) Pendapatan 4. Tarif penerimaan PBB 4. Batas waktu keputusan
2. Pendataan 5. Ketentuan Pembayaran
(Fiscus aktif) Cara Penilaian: Produk : Penagihan atas :
1. Massal 1. SPPT 1. SPPT
SPOP 2. Individual 2. STTS 2. SKP Pengurangan :
NOP 3. DHKP 3. STP 1. Alasan
2. Batas waktu pengajuan
3. Bentuk Keputusan
1. Daluwarsa 2. Daluwarsa 4. Batas waktu keputusan
Penetapan Penagihan
Daluwarsa PBB :
Official Assessment
26. COMPUTER ASSISTED VALUATION (CAV)
ZNT
DBKB
SPOP
Entry Program CAV
Obyek Pajak Umum Obyek Pajak Khusus
Obyek Pajak
Standar
Obyek Pajak
Non Standar
Seleksi
Nilai Obyek
Nilai diterima ?
Nilai CAV Nilai Absolut
NJOP
LKOK
Penilaian
Individual
Tidak Tidak
Ya
27. PENAGIHAN PBB
S
P
O
P
Sesuai
Ketentuan SPPT
Tidak
tepat
waktu
PBB >
SPOP
SKP
(denda 25%)
JT 6 bulan
JT 1 bulan
STP
(denda bunga
2% sebulan)
Setelah JT
Denda Administrasi belum lunas
Belum lunas
JT 1 bulan
ST 7 hari
SP 21 hari
SPMP
1 x 24 jam
Permintaan Lelang
10 hari
Pelaksanaan Lelang
Denda bunga 2% sebulan,
maximal 24 bulan
Penagihan Aktif
Dasar penagihan :
1. SPPT
2. SKP
3. STP
Pasal 10, 11, 12, dan 13 UU No.12 Tahun 1985
28. KEBERATAN dan BANDING
Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan pada DJP atas SPPT dan
SKP masing-masing dalam satu surat keberatan tersendiri untuk
setiap tahun pajak, ditulis dalam bahasa Indonesia, alasan yang
jelas, dan bukti-bukti resmi
Pengajuan keberatan dan banding tidak menunda kewajiban
pembayaran pajak.
SPPT & SKP :
a. Salah data:
- luas
- klasifikasi
- penetapan
b. Salah tafsir
3 bulan
Keputusan DJP:
diterima
(sebagian/
seluruhnya)
ditolak,
ditambah
12 bulan
3 bulan Pengadilan Pajak
Pasal 15, 16, dan 17 UU No.12 Tahun 1985
29. PENGURANGAN
Pengurangan diajukan dalam hal :
a. kondisi obyek pajak yang ada hubungannya dengan subyek pajak:
(1). Wajib Pajak Orang Pribadi:
1. Veteran pejuang (+pembela) kemerdekaan, duda + jandanya
2. Lahan yang hasilnya terbatas milik WP perorangan
3. WP yang berpenghasilan dari pensiunan
4. WP perorangan yang berpenghasilan rendah
5. Nilai jual naik dari WP perorangan penghasilan rendah
(2). WP badan yang mengalami kerugian/ kesulitan liquiditas sepanjang tahun
Besarnya pengurangan setinggi-tingginya 75%,
kecuali untuk angka 1 diberikan pengurangan 75%
b. obyek pajak terkena bencana alam seperti : gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Sebab lain yang luara biasa: kebakaran, wabah penyakit tanaman, wabah hawa tanaman
Besarnya pengurangan setinggi-tingginya 100%
Diajukan 3 bulan sejak diterimanya SPPT/SKP atau terjadinya yang luar biasa, ditulis dalam
bahasa Indonesia, mencantumkan besarnya prosentase pengurangan yang diminta, dan
melampiri bukti pendukung.
Pengurangan terhadap SKP, pemberian pengurangan PBB hanya diberikan atas pokok ketetapan
pajak terutang.
Keputusan pengurangan dapat berupa mengabulkan seluruh, sebagian atau menolak.
Keputusan pemberian pengurangan diterbitkan selambat-lambatnya 3 bulan (ketetapan s.d
Rp.500.000.000,-), 4 bulan (ketetapan 500.000.000,- s.d 1.500.000.000,-), dan 6 bulan (ketetapan
diatas 1.500.000.0000,-) sejak tanggal diterimanya permohonan pengurangan dari wajib pajak.
Pasal 19 UU No.12 Tahun 1985 jo PMK No. 110/PMK.03/2009
30. Sanksi dan Ketentuan Pidana
Barang siapa karena kealpaannya :
– tidak mengembalikan/menyampaikan Surat Pemberitahuan Obyek Pajak (SPOP) kepada Direktorat
Jenderal Pajak ;
– menyampaikan Surat Pemberitahuan Obyek Pajak, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan/atau
melampirkan keterangan yang tidak benar ;
sehingga menimbulkan kerugian pada Negara, dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam)
bulan atau denda setinggi-tingginya sebesar 2 (dua) kali pajak yang terutang.
Barang siapa dengan sengaja :
– tidak mengembalikan/menyampaikan Surat Pemberitahuan Obyek Pajak kepada Direktorat Jenderal
Pajak ;
– menyampaikan SPOP, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan/atau melampirkan keterangan yang
tidak benar ;
– memperlihatkan surat palsu atau dipalsukan atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah
benar ;
– tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan surat atau dokumen lainnya;
– tidak menunjukkan data atau tidak menyampaikan keterangan yang diperlukan:
sehingga menimbulkan kerugian pada Negara, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 2 (dua)
tahaun atau denda setinggi-tingginya sebesar 5 (lima) kali pajak terutang
Terhadap bukan wajib pajak yang bersangkutan yang melakukan tindakan sebagaimana dimaksud pada butir 2
huruf d dan huruf e, dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 (satu) tahun atau denda setinggi-
tingginya Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah).
Ancaman pidana sebagaimana dimaksud dalam butir 2 dilipatkan dua apabila seseorang melakukan lagi tindak
pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalani sebagian atau
seluruh pidana penjara yang dijatuhkan atau sejak dibayarnya denda.
31. PENGEMBALIAN KELEBIHAN
PEMBAYARAN PAJAK
Sebab Kelebihan Pembayaran :
PBB dibayar lebih besar dari yang
seharusnya
Dilakukan pembayaran PBB yang
seharusnya tidak terutang
Cara Pengajuan :
Mengajukan secara tertulis dalam
bahasa Indonesia kepada DJP
DJP dalam waktu 12 bulan
menerbitkan SKKP PBB atau SPb
atau SKP
Apabila melebihi 12 bulan, maka
dalam waktu 1 bulan DJP
menerbitkan SKKP PBB
Pengembalian :
Diperhitungkan dengan utang
pajak lainnya, baik pusat maupun
cabang
Atas persetujuan WP dapat
diperhitungkan dengan utang
pajak yang akan terutang atau
dengan utang pajak orang lain
Sisa atas perhitungan diatas
diterbitkan SPMKP PBB
PMK No. 29/PMK.03/2005
32. PEMBAGIAN HASIL PBB
Tempat
Pembayaran
Bank Persepsi
Wajib Pajak
Petugas
Pemungut
Bank Operasional
V
10 %
Pemerintah Pusat
9 %
Biaya
Pemungutan
64,8 %
Daerah Kab/Kota
16,2 %
Daerah Provinsi
3,5 %
Insentif
6,5 %
Dibagi rata
Pasal 18 UU No.12 Tahun 1985 jo PP No. 16 Tahun 2000
34. PBB SEKTOR P3
NJOP PBB Perkebunan
1. Areal Kebun: NJOP tanah sekitar ditambah dengan Standar Investasi Tanaman (SIT)
2. Areal Emplasemen dan areal lainnya: NJOP tanah sekitar (dengan seperlunya)
NJOP PBB Perhutanan SELAIN Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI)
1. Areal Produktif: sebesar 8,5 x Hasil bersih setahun sebelum tahun pajak berjalan
2. Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya: sebesar NJOP tanah sekitar
NJOP PBB Perhutanan atas HPHTI
1. Areal Hutan: NJOP tanah sekitar ditambah dengan Jumlah Biaya Pembangunan
Hutan Tanaman Industri
2. Areal Emplasemen dan areal lainnya: NJOP tanah sekitar (dengan seperlunya)
NJOP PBB Pertambangan Non Migas Galian C
1. Areal Produktif: kapitalisasi tertentu*) x hasil bersih galian tambang setahun sebelum
tahun pajak berjalan
2. Areal Emplasemen, belum/tidak produktif dan areal lainnya : NJOP tanah sekitar (dengan
seperlunya)
NJOP PBB Pertambangan MIGAS, Energi Panas Bumi, dan Non Migas selain Energi Panas
Bumi & Galian C
1. Areal Produktif: sebsar 9,5 x hasil pertambangan setahun sebelum tahun pajak berjalan
2. Areal Emplasemen, belum/tidak produktif dan areal lainnya : NJOP tanah sekitar (dengan
seperlunya)