Menurut UU Nomor 6/2004 tentang Desa, pada ketentuan Umum, pasal 1:
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan atau hak tradisional yang diakui dihormati dalam sistem pem erintahan NKRI.
2. Pengertian Desa
• Menurut UU Nomor 6/2004 tentang Desa, pada
ketentuan Umum, pasal 1:
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut
dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul dan atau hak tradisional
yang diakui dihormati dalam sistem pem erintahan
NKRI.
4. WHAT OTHER COUNTRYMAN
THINK ABOUT HIS COUNTRY
• Prime Minister Keating has stressed that
Australia must go beyond being a lucky
country and become a clever one, as well. The
essential message is that Australia has relied
too heavily on its bountiful endowment of
natural resources and too little on properly
nurturing the creative talents, innovative
capacity, and entrepreneurial spirit of its
citizens.
5. • This message has a special poignancy for rural
people. They are the ones who have been, and
remain, most reliant upon Australia's vast natural
endowment. And so, it appears to be their proud
history and their great accomplishments that are
being sold short. After all, it wasn't merely luck that
enabled rural Australians to transform the often
bleak and daunting countryside into a horn of plenty
for the whole nation. It also took large amounts of
courage, perseverance, faith, hard work-and, yes,
cleverness.
6. • Still, there is no denying the truth in this
message. The future will belong to those best
able to grasp the new opportunities presented
by a world in flux. Rural development can be a
powerful tool for this purpose. In fact, by
adding value not just to a product but to an
entire society and economy, genuine rural
development may be the ultimate "value-
adding" activity.
7. • Only a clever nation can design and
implement rural development properly.
Australia can be that clever nation. But to do
so, it must move beyond the conventional
wisdom and embrace a vision of rural
development in which the wellbeing of rural
people and communities really do matter
most.
8. Tipologi Desa-Village Type
• Based on its progress as indicated by income
levels, community involvement in the
development, health status, and education we
have three type of village:
• Swadaya - underdeveloped
• Swakarsa – semi developed
• Swasembada – developed and self reliant
(mandiri)
9. 1, Desa Swadaya
Desa swadaya adalah desa yang memiliki potensi
tertentu tetapi tidak dikelola dengan sebaik-baiknya,
dengan ciri:
• Daerahnya terisolir dengan daerah lainnya.
• Penduduknya jarang.
• Mata pencaharian homogen yang bersifat agraris.
• Bersifat tertutup.
• Masyarakat memegang teguh adat.
• Teknologi masih rendah.
• Sarana dan prasarana sangat kurang.
• Hubungan antarmanusia sangat erat.
• Pengawasan sosial dilakukan oleh keluarga.
10. 2. Desa Swakarya
Desa swakarya adalah peralihan atau transisi dari desa
swadaya menuju desa swasembada. Ciri-ciri desa
swakarya adalah:
• Kebiasaan atau adat istiadat sudah tidak mengikat
penuh.
• Sudah mulai menpergunakan alat-alat dan teknologi
• Desa swakarya sudah tidak terisolasi lagi walau
letaknya jauh dari pusat perekonomian.
• Telah memiliki tingkat perekonomian, pendidikan,
jalur lalu lintas dan prasarana lain.
• Jalur lalu lintas antara desa dan kota sudah agak
lancar.
11. 3. Desa Swasembada
• Desa swasembada adalah desa yang masyarakatnya
telah mampu memanfaatkan dan mengembangkan
sumber daya alam dan potensinya sesuai dengan
kegiatan pembangunan regional. Ciri-ciri desa
swasembada
• kebanyakan berlokasi di ibukota kecamatan.
• penduduknya padat-padat.
• tidak terikat dengan adat istiadat
• telah memiliki fasilitas-fasilitas yang memadai dan
labih maju dari desa lain.
• partisipasi masyarakatnya sudah lebih efektif.
12. Tipologi Desa Menurut aktivitasnya
• Desa agraris, adalah desa yang mata
pencaharian utama penduduknya adalah di
bidang pertanian dan perkebunanan.
• Desa industri, adalah desa yang mata
pencaharian utama penduduknya adalah di
bidang industri kecil rumah tangga.
• Desa nelayan, adalah desa yang mata
pencaharian utama penduduknya adalah di
bidang perikanan dan pertambakan.
13. Based on its dominant resources available
locally, village can be categorized as:
•Fishery village
•Padi or rice village
•Handicraft village
•Industrial village etc
Based on its locations we may have:
•Isolated village
•Island village
•Urban village
14. To better formulate the development policy,
village can be grouped into 3 category (Rustiadi
dan Pranoto, 2007):
•Desa cepat berkembang (Fast growing Village)
near urban, good accessibiity, more market oriented
economy, changing culture
•Desa Potensial Berkembang (Potentially growing
Village )---Primary sector economy (farm-agriculture),
limited diversification
•Desa Tertinggal (Underdeveloped Village)– limited
resource, limited accesibility to the urban or center
15. Faktor faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
• Ada dua kelompok faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, yaitu
faktor ekonomi dan faktor nonekonomi.
• Faktor ekonomi , diantaranya adalah sumber
daya alam, sumber daya manusia, sumber daya
modal, dan keahlian atau kewirausahaan.
• Faktor nonekonomi mencakup kondisi
sosial kultur yang ada di masyarakat, politik,
kelembagaan, dan sistem yang berkembang dan
berlaku.
16. Masalah dan Hambatan Pembangunan
Ekonomi
• Identifikasi masalah - masalah pembangunan
dimaksudkan untuk mempercepat upaya
pembangunan di negara-negara berkembang.
• Masalah-masalah yang teridentifikasi adalah
faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi:
• ketimpangan distribusi pendapatan,
• kemiskinan,
• pengangguran,
• keterbelakangan dan beban ketergantungan.
17. Secara socio ekonomi ada dua bentuk
kemiskinan
• 1. Kemiskinan absolut adalah suatu kemiskinan di mana
orang-orang miskin memiliki tingkat pendapatan dibawah
garis kemiskinan, atau jumlah pendapatannya tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum, kebutuhan
hidup minimum antara lain diukur dengan kebutuhan pangan,
sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan, kalori, GNP
per kapita, pengeluaran konsumsi dan lain-lain.
• 2. Kemiskinan relatif adalah kemiskinan yang dilihat
berdasarkan perbandingan antara suatu tingkat pendapatan
dengan tingkat pendapatan lainnya. Contohnya, seseorang
yang tergolong kaya (mampu) pada masyarakat desa tertentu
bisa jadi yang termiskin pada masyarakat desa yang lain.
18. • Bentuk-bentuk kemiskinan yang sekaligus menjadi
faktor penyebab kemiskinan (asal mula kemiskinan).
Ia terdiri dari:
• 1. Kemiskinan natural adalah keadaan miskin karena
dari awalnya memang miskin. Menurut Baswir (1997:
kemiskinan natural adalah kemiskinan yang
disebabkan oleh faktor-faktor alamiah seperti karena
cacat, sakit, usia lanjut atau karena bencana alam.
• 2. Kemiskinan kultural mengacu pada sikap hidup
seseorang atau kelompok masyarakat yang
disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan
budaya di mana mereka merasa hidup berkecukupan
dan tidak merasa kekurangan.
19. • 3. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang
disebabkan oleh faktor-faktor buatan manusia
seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil, distribusi
aset produksi yang tidak merata, korupsi dan kolusi
serta tatanan ekonomi dunia yang cenderung
menguntungkan kelompok masyarakat tertentu.
• Selanjutnya Sumodiningrat (1998: 27) mengatakan
bahwa munculnya kemiskinan struktural disebabkan
karena berupaya menanggulangi kemiskinan natural,
yaitu dengan direncanakan bermacam-macam
program dan kebijakan.
20. • Pembangunan pedesaan bukan hanya
sebagai obyek tetapi juga sebagai subyek
pembangunan.
• Pembangunan pedesaan adalah upaya untuk:
(1) upaya mempercepat pembangunan
pedesaan melalui penyediaan prasarana dan
saran untuk memberdayakan masyarakat, dan
(2) upaya mempercepat pembangunan
ekonomi daerah yang efektif dan kokoh.
21. TUJUAN PEMBANGUNAN DESA
• jangka panjang adalah peningkatan kesejahteraan
masyarakat pedesaan secara langsung melalui peningkatan
kesempatan kerja, kesempatan berusaha dan pendapatan
berdasarkan pendekatan bina lingkungan, bina usaha dan
bina manusia, dan secara tidak langsung adalah meletakkan
dasar-dasar yang kokoh bagi pembangunan nasional.
• Jangka pendek adalah untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi dalam kegiatan ekonomi dan pemanfaatan
sumberdaya manusia dan sumberdaya alam.
• Secara spasial adalah terciptanya kawasan pedesaan yang
mandiri, berwawasan lingkungan, selaras, serasi, dan
bersinergi dengan kawasan-kawasan lain melalui
pembangunan holistik dan berkelanjutan untuk
mewujudkan masyarakat yang damai, demokratis,
berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera.
22. Sasaran Bang Des
• Sasaran pembangunan pedesaan adalah
terciptanya:
– Peningkatan produksi dan produktivitas
– Percepatan pertumbuhan desa
– Peningkatan keterampilan dalam berproduksi dan
pengembangan lapangan kerja dan lapangan usaha
produktif.
– Peningkatan prakarsa dan partisipasi masyarakat.
– Perkuatan kelembagaan.
• Pembangunan pedesaan yang dilaksanakan harus
sesuai dengan masalah yang dihadapi, potensi
yang dimiliki, serta aspirasi dan prioritas
masyarakat pedesaan.
23. Ruang Lingkup Pengembangan Pedesaan
• Pengembangan pedesaan mempunyai ruang lingkup,
yakni:
– Pembangunan sarana dan prasarana pedesaan (meliputi
pengairan, jaringan jalan, lingkungan permukiman dan
lainnya).
– Pemberdayaan masyarakat.
– Pengelolaan sumberdaya alam (SDA) dan sumberdaya
manusia (SDM).
– Penciptaan lapangan kerja, kesempatan berusaha,
peningkatan pendapatan (khususnya terhadap kawasan-
kawasan miskin).
– Penataan keterkaitan antar kawasan pedesaan dengan
kawasan perkotaan (inter rural-urban relationship).
24. Trilogi Pembangunan
• (a) pemerataan pembangunan dan hasil-
hasilnya,
• (b) pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi,
dan
• (c) stabilitas yang sehat dan dinamis,
diterapkan di setiap sektor, temasuk desa dan
kota, di setiap wilayah dan antar wilayah
secara saling terkait, serta dikembangkan
secara selaras dan terpadu.
25. Tiga Prinsip Pembangunan Desa
• Pertama, Kebijaksaan dan langkah-langkah pembangunan
di setiap desa mengacu kepada pencapaian sasaran
pembangunan berdasarkan Trilogi Pembangunan.
• Kedua, Pembangunan desa dilaksanakan dengan prinsip-
prinsip pembangunan yang berkelanjutan. Penerapan
prinsip pembangunan berkelanjutan mensyaratkan setiap
daerah lebih mengandalkan sumber-sumber alam yang
terbaharui sebagai sumber pertumbuhan. Disamping itu
setiap desa perlu memanfaatkan SDM secara luas,
memanfaatkan modal fisik, prasarana mesin-mesin, dan
peralatan seefisien mungkinan.
• Ketiga, Meningkatkan efisiensi masyarakat melalui
kebijaksanaan deregulasi, debirokratisasi dan desentralisasi
dengan sebaik-baiknya.
26. Empat Strategi
• Seperti dalam pembangunan ekonomi pada
umumnya, maka dalam mewujudkan tujuan
pembangunan pedesaan, terdapat paling sedikit
empat jenis strategi, yaitu
• (1) Strategi pertumbuhan,
• (2) Strategi kesejahteraan,
• (3) Strategi yang responsif terhadap kebutuhan
masyarakat,
• (4) Strategi terpadu atau strategi yang
menyeluruh.
27. Strategi Pertumbuhan
Strategi pertumbuhan umumnya
dimaksudkan untuk mencapai peningkatan
secara cepat dalam nilai ekonomis melalui
• peningkatan pendapatan perkapita,
• produksi dan produktivitas sektor pertanian,
• permodalan,
• kesempatan kerja dan
• peningkatan kemampuan partisipasi
masyarakat pedesaan.
28. Strategi Kesejahteraan
Strategi kesejahteraan pada dasarya
dimaksudkan untuk memperbaiki tanaf hidup
atau kesejahteraan penduduk pedesaan melalui
pelayanan dan peningkatan program-program
pembangunan sosial yang berskala besar atau
nasional, seperti:
• peningkatan pendidikan,
• perbaikan kesehatan dan gizi,
• penanggulangan urbanisasi,
• perbaikan permukiman penduduk,
• pembangunan fasilitas transportasi,
• penyediaan prasarana dan sarana sosial lainnya.
29. Strategi Responsif terhadap Kebutuhan
Masyarakat
• Strategi mi merupakan reaksi terhadap strategi kesejahteraan yang
dimaksudkan untuk menanggapi kebutuhan-kebutuhan masyarakat
dan pembangunan yang dirumuskan oleh masyarakat sendini
mungkin saja dengan bantuan pihak luar (self need and assistance)
untuk memperlancar usaha mandiri melalui pengadaan teknologi
dan tersedianya sumber-sumber daya yang sesuai kebutuhan di
pedesaan.
Ketiga strategi pertumbuhan di atas memiliki kelemahannya masing-
masing.
• Strategi pertumbuhan mempunyai kelemahan yaitu semakin
lebamya ketimpangan anggota masyarakat yang kaya dan yang
miskin.
• Kelemahan strategi kesejahteraan yaitu menciptakan
ketergantungan masyarakat yang sangat kuat kepada pemerintah.
• Strategi yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat sangat sulit
untuk direalisasikan, diadaptasikan dan ditransformasikan secara
luas karena terlalu idealis, sehingga sukar dilaksanakan secara
efektif.
30. Strategi Terpadu dan Menyeluruh
• Strategi terpadu dan menyeluruh ini ingin mencapai tujuan-tujuan yang
menyangkut kelangsungan pertumbuhan, persamaan, kesejahteraan dan
partisipasi aktif masyarakat secara simultan dalam proses pembangunan
pedesaan. Secara konsepsional terdapat tiga prinsip yang
membedakannya dengan strategi lain, yaitu:
• Pertama, Persamaan, keadilan, pemerataan dan partisipasi masyarakat
merupakan tujuan yang eksplisit dan strategi terpadu ini. Oleh karena itu
pemerintahan desa yang berwenang harus: (a) memahami dinamika sosial
masyarakat setempat, (b) memecahkan masalah yang dihadapinya, dan
(c) memperkuat kemampuan aparatur pemerintahan desa dalam
melakukan intervensi sosial.
• Kedua, Perlunya perubahan-perubahan yang mendasar, baik dalam
kesepakatan maupun dalam gaya dan cara kerja, karena itu pemerintahan
desa harus memiliki komitmen yang kuat untuk: (a) menentukan arah,
strategi, dan proses menuju terwujudnya tujuan dan sasaran
pembangunan, (b) memelihara integritas masyarakat pedesaan yang
didukung oleh local leadership (kepemimpinan lokal).
• Ketiga, Perlunya keterlibatan pemerintahan desa dan organisasi sosial
secara terpadu, untuk meningkatkan keterkaitan antara organisasi formal
dan organisasi informal.
31. Indikator Pembangunan Ekonomi
Perdesaan
• Pendapatan Desa Perkapita. Salah satu konsep
penting dalam pembangunan ekonomi pedesaan
adalah nilai seluruh produksi (PDRB) dalam suatu
desa.
• Ketimpangan Pendapatan. Analisis ketimpangan
dimulai dengan pertanyaan tentang berapa
persen dan total pendapatan yang diterima oleh
20 persen populasi yang berpendapatan
terendah, 50 persen terendah dan seterusnya.
Pada masyarakat pedesaan tingkat ketimpangan
pendapatannya tidak terlalu tajam, karena
sebagian besar penduduknya relatif masih miskin
dan masih relatif homogen.
32. • Perubahan Struktur Perekonomian
Mendasarkan hipotesis Clark-Fisher yang
mengemukakan bahwa suatu peningkatan
dalam pendapatan per kapita akan diikuti oleh
suatu penurunan dalam proporsi sumberdaya
yang dimanfaatkan dalam sektor pertanian
(sektor primer), dan suatu peningkatan dalam
industri manufaktur (sektor sekunder), dan
kemudian dalam industri jasa (sektor tersier).
33. • Pertumbuhan Kesempatan Kerja .
Masalah ketenagakerjaan dan
kesempatan kerja merupakan suatu
masalah mendesak dalam
pembangunan pedesaan.Perluasan
lapangan kerja dapat menyerap
pertambahan angkatan kerja baru
dan mengurangi pengangguran.
.
34. Tingkat Ketersediaan dan Penyebaran
“Kemudahan”
“Kemudahan” yang dimaksud adalah kemudahan
bagi masyarakat dalam memenuhi:
• kebutuhan hidup sehari-hari (misalnya: pangan,
sandang, papan, pelayanan pendidikan,
kesehatan, kesempatan melakukan ibadah,
rekreasi dan sebagainya),
• kesempatan untuk berusaha (misalnya
memperoleh bahan baku, bahan penolong,
pemasaran dan perbankan).
35. Prospek pembangunan daerah pedesaan cukup
menggembirakan pada masa depan. Orientasi
pembangunan daerah pedesaan diarahkan
pada sasaran:
– penguatan ketahanan pangan
– menunjang pengembangan kegiatan sektor
industri dan mendorong ekspor
– memperluas lapangan kerja di daerah pedesaan
yang diharapkan dapat mengurangi arus
penduduk pedesaan berurbanisasi ke kota-kota
besar
– pedesaan).
36. • mengembangkan kerjasama (keterkaitan)
antar daerah pedesaan untuk memperkokoh
struktur perekonomian pedesaan (penguatan
sektor industri yang makin berkembang
ditopang oleh sektor pertanian yang
bertambah mantap dalam rangka mengurangi
ketimpangan di dalam dan antar
37. • Kriteria yang lebih tepat untuk menyatakan tingkat
pertumbuhan suatu daerah (wilayah) adalah tingkat
kemudahan. (Purnomosidi, ....)
• Kriteria pendapatan daerah (per kapita) tidak tepat
karena:
• tidak mudah untuk mencari kaitannya dengan
mekanisme pengembangan wilayah,
• Tidak atau belum memberikan gambaran yang
memadai tentang kebutuhan sebenarnya dari
masyarakat.
• Pendapatan yang tinggi belum berarti suatu
kemudahan bagi masyarakat dalam memperoleh
kebutuhannya. Contoh, Kalimantan Timur merupakan
daerah yang memiliki tingkat PDRB perkapita tertinggi
di Indonesia, tetapi kebutuhan memperoleh jasa
dokter bedah otak terpaksa harus ke Jakarta atau
Surabaya
38. Tricle down effect vs Back wash effect
• Konsep dampak tetesan ke bawah (trickling
down effect) yang diintroduksikan oleh
Hirschman memberikan harapan bahwa dengan
perkembangan kota akan mendorong
pembangunan daerah perkotaan dan pedesaan
itu sangat penting
• Tetapi dibantah oleh konsep Myrdal yaitu back-
wash effect, akan terjadi pengurasan daerah
pedesaan, sebagian penduduknya akan
meninggalkan desanya, pergi ke kota untuk
mencari lapangan kerja (suplai tenaga kerja).
Berbagai kegiatan sektor produktif di daerah
perkotaan meningkat dan meluas, merupakan
permintaan tenaga kerja yang potensial.