Dokumen tersebut membahas tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang mencakup:
1. Dasar hukum BPHTB berdasarkan undang-undang dan peraturan pemerintah terkait.
2. Pengertian BPHTB dan objek yang dikenakan pajak.
3. Prinsip pengenaan BPHTB seperti tarif 5% dari Nilai Perolehan Objek Pajak, pengecualian, dan sanksi.
4. Prosedur penghitungan
Dokumen tersebut membahas tentang pajak penghasilan pasal 23, termasuk dasar hukum, pemotong, objek pajak, tarif, dan pelaksanaan pemotongan pajak penghasilan pasal 23. Secara khusus membahas mengenai pemotong pajak, objek pajak seperti dividen, bunga, royalti, dan jasa tertentu, serta tarif pemotongan pajak penghasilan pasal 23.
Disampaikan oleh perwakilan Ditjen Perimbangan Keuangan Kemenkeu pada Sosialisasi Hukum dan Perundangan terkait Kebijakan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Acara diselenggarakan oleh Pokja AMPL bersama Ditjen PMD Kemendagri, Bali 6-8 September 2007
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak yang dikenakan terhadap tanah dan bangunan berdasarkan nilai jual objek pajak. Dokumen ini menjelaskan pengertian PBB, objek yang dikenai dan tidak dikenai PBB, subjek dan wajib pajak, cara mendaftarkan objek PBB, dasar pengenaan dan penghitungan PBB, serta kewajiban wajib pajak terkait PBB."
1. Dokumen tersebut membahas berbagai permasalahan pengelolaan barang daerah dan solusi yang diajukan, termasuk perencanaan, pengadaan, penggunaan, penatausahaan, dan pelaporan barang daerah.
2. Beberapa permasalahan yang diidentifikasi adalah perencanaan kebutuhan yang kurang tepat, pengadaan yang tidak sesuai prosedur, serta penggunaan dan pemanfaatan barang daerah yang tidak sesuai tujuan
Dokumen tersebut membahas tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang mencakup:
1. Dasar hukum BPHTB berdasarkan undang-undang dan peraturan pemerintah terkait.
2. Pengertian BPHTB dan objek yang dikenakan pajak.
3. Prinsip pengenaan BPHTB seperti tarif 5% dari Nilai Perolehan Objek Pajak, pengecualian, dan sanksi.
4. Prosedur penghitungan
Dokumen tersebut membahas tentang pajak penghasilan pasal 23, termasuk dasar hukum, pemotong, objek pajak, tarif, dan pelaksanaan pemotongan pajak penghasilan pasal 23. Secara khusus membahas mengenai pemotong pajak, objek pajak seperti dividen, bunga, royalti, dan jasa tertentu, serta tarif pemotongan pajak penghasilan pasal 23.
Disampaikan oleh perwakilan Ditjen Perimbangan Keuangan Kemenkeu pada Sosialisasi Hukum dan Perundangan terkait Kebijakan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Acara diselenggarakan oleh Pokja AMPL bersama Ditjen PMD Kemendagri, Bali 6-8 September 2007
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak yang dikenakan terhadap tanah dan bangunan berdasarkan nilai jual objek pajak. Dokumen ini menjelaskan pengertian PBB, objek yang dikenai dan tidak dikenai PBB, subjek dan wajib pajak, cara mendaftarkan objek PBB, dasar pengenaan dan penghitungan PBB, serta kewajiban wajib pajak terkait PBB."
1. Dokumen tersebut membahas berbagai permasalahan pengelolaan barang daerah dan solusi yang diajukan, termasuk perencanaan, pengadaan, penggunaan, penatausahaan, dan pelaporan barang daerah.
2. Beberapa permasalahan yang diidentifikasi adalah perencanaan kebutuhan yang kurang tepat, pengadaan yang tidak sesuai prosedur, serta penggunaan dan pemanfaatan barang daerah yang tidak sesuai tujuan
Dokumen tersebut membahas pengelolaan dan penatausahaan barang milik negara hasil pelaksanaan tugas pembantuan, mencakup siklus pengelolaan yang terdiri dari perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan, penilaian, penghapusan, dan pemindahtanganan, serta penatausahaan yang meliputi pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan barang milik negara."
Disampaikan oleh perwakilan Ditjen Perimbangan Keuangan Kemenkeu pada Sosialisasi Hukum dan Perundangan terkait Kebijakan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Acara diselenggarakan oleh Pokja AMPL bersama Ditjen PMD Kemendagri, Bali 6-8 September 2007
Dokumen tersebut membahas tentang pajak penjualan barang mewah (PPnBM) yang dikenakan kepada barang-barang mewah seperti rumah mewah, kendaraan, barang elektronik, dan lainnya. Tarif PPnBM bervariasi antara 10%-75% tergantung jenis barangnya.
Pajak Penghasilan Pasal 22 merupakan pajak yang dipungut atas impor barang, pembelian barang oleh pemerintah dan BUMN, serta penjualan barang tertentu. PPh Pasal 22 dapat dipungut pada saat impor, pembelian, atau penjualan barang dengan tarif berbeda-beda sesuai jenis barang dan pelaku usaha. PPh Pasal 22 wajib disetor dan dilaporkan ke kantor pajak dalam jangka waktu tertentu.
Dokumen tersebut membahas tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) mulai dari sejarah, objek yang dikenakan PBB, proses pendaftaran dan pengukuran, siapa yang harus membayar, cara penghitungan PBB menggunakan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dan tarif PBB, serta rumus untuk menghitung besaran PBB.
1. Dokumen menjelaskan saat terutangnya pajak PPN menurut UU PPN dan peraturan terkait, termasuk pada saat penyerahan barang atau jasa, impor, ekspor, dan situasi khusus lainnya.
2. Prinsip dasar adalah pajak terutang pada saat penyerahan barang atau jasa, meskipun pembayaran belum diterima.
3. Terdapat pengecualian untuk situasi seperti pembayaran diterima dimuka,
Dokumen tersebut membahas tentang akuntansi aset tetap pemerintah daerah berbasis akrual. Menguraikan definisi, kriteria, klasifikasi, pengakuan, pengukuran, cara perolehan, dan pengeluaran setelah perolehan aset tetap. Juga memberikan contoh-contoh pencatatan transaksi aset tetap dengan berbagai cara perolehan seperti pembelian, swakelola, pertukaran, hibah, dan gabungan.
Modul Akuntansi Akrual untuk Pemerintah DaerahDeddi Nordiawan
Modul tentang Pedoman bagi Pemerintah Daerah untuk melaksanakan SAP berbasis akrual. Modul ini disusun berdasarkan Permendagri 64 tahun 2013 tentang Penerapan SAP Akrual di Pemerintah Daerah
Dokumen tersebut membahas tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) di Indonesia. Ia menjelaskan definisi, subjek, objek, tarif dan mekanisme pengenaan kedua jenis pajak tersebut. Dokumen ini juga memberikan contoh perhitungan PPN untuk beberapa kasus penjualan barang dan jasa oleh pengusaha kena pajak.
Dokumen tersebut membahas tentang akuntansi pemerintahan berbasis akrual di Indonesia. Poin utama yang disinggung adalah bahwa basis akuntansi akrual wajib diterapkan pemerintah pusat pada tahun 2015, manfaat penerapan basis akrual meliputi pengukuran kinerja yang lebih baik dan pelaporan hak serta kewajiban yang lebih tepat, serta Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat digunakan untuk menghasilkan Laporan
Dokumen tersebut membahas tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) mulai dari sejarah, objek yang dikenakan PBB, proses pendaftaran dan pengukurannya, serta cara penghitungan PBB berdasarkan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dan tarif tertentu.
Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak negara yang dikenakan terhadap bumi dan/atau bangunan berdasarkan undang-undang, (2) Objek pajak PBB adalah bumi dan bangunan yang memberikan manfaat, kecuali untuk kepentingan umum non-profit, dan (3) Siapa yang berkewajiban membayar PBB ditentukan berdasarkan siapa yang memperoleh manfaat dari b
Dokumen tersebut membahas pengelolaan dan penatausahaan barang milik negara hasil pelaksanaan tugas pembantuan, mencakup siklus pengelolaan yang terdiri dari perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan, penilaian, penghapusan, dan pemindahtanganan, serta penatausahaan yang meliputi pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan barang milik negara."
Disampaikan oleh perwakilan Ditjen Perimbangan Keuangan Kemenkeu pada Sosialisasi Hukum dan Perundangan terkait Kebijakan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Acara diselenggarakan oleh Pokja AMPL bersama Ditjen PMD Kemendagri, Bali 6-8 September 2007
Dokumen tersebut membahas tentang pajak penjualan barang mewah (PPnBM) yang dikenakan kepada barang-barang mewah seperti rumah mewah, kendaraan, barang elektronik, dan lainnya. Tarif PPnBM bervariasi antara 10%-75% tergantung jenis barangnya.
Pajak Penghasilan Pasal 22 merupakan pajak yang dipungut atas impor barang, pembelian barang oleh pemerintah dan BUMN, serta penjualan barang tertentu. PPh Pasal 22 dapat dipungut pada saat impor, pembelian, atau penjualan barang dengan tarif berbeda-beda sesuai jenis barang dan pelaku usaha. PPh Pasal 22 wajib disetor dan dilaporkan ke kantor pajak dalam jangka waktu tertentu.
Dokumen tersebut membahas tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) mulai dari sejarah, objek yang dikenakan PBB, proses pendaftaran dan pengukuran, siapa yang harus membayar, cara penghitungan PBB menggunakan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dan tarif PBB, serta rumus untuk menghitung besaran PBB.
1. Dokumen menjelaskan saat terutangnya pajak PPN menurut UU PPN dan peraturan terkait, termasuk pada saat penyerahan barang atau jasa, impor, ekspor, dan situasi khusus lainnya.
2. Prinsip dasar adalah pajak terutang pada saat penyerahan barang atau jasa, meskipun pembayaran belum diterima.
3. Terdapat pengecualian untuk situasi seperti pembayaran diterima dimuka,
Dokumen tersebut membahas tentang akuntansi aset tetap pemerintah daerah berbasis akrual. Menguraikan definisi, kriteria, klasifikasi, pengakuan, pengukuran, cara perolehan, dan pengeluaran setelah perolehan aset tetap. Juga memberikan contoh-contoh pencatatan transaksi aset tetap dengan berbagai cara perolehan seperti pembelian, swakelola, pertukaran, hibah, dan gabungan.
Modul Akuntansi Akrual untuk Pemerintah DaerahDeddi Nordiawan
Modul tentang Pedoman bagi Pemerintah Daerah untuk melaksanakan SAP berbasis akrual. Modul ini disusun berdasarkan Permendagri 64 tahun 2013 tentang Penerapan SAP Akrual di Pemerintah Daerah
Dokumen tersebut membahas tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) di Indonesia. Ia menjelaskan definisi, subjek, objek, tarif dan mekanisme pengenaan kedua jenis pajak tersebut. Dokumen ini juga memberikan contoh perhitungan PPN untuk beberapa kasus penjualan barang dan jasa oleh pengusaha kena pajak.
Dokumen tersebut membahas tentang akuntansi pemerintahan berbasis akrual di Indonesia. Poin utama yang disinggung adalah bahwa basis akuntansi akrual wajib diterapkan pemerintah pusat pada tahun 2015, manfaat penerapan basis akrual meliputi pengukuran kinerja yang lebih baik dan pelaporan hak serta kewajiban yang lebih tepat, serta Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat digunakan untuk menghasilkan Laporan
Dokumen tersebut membahas tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) mulai dari sejarah, objek yang dikenakan PBB, proses pendaftaran dan pengukurannya, serta cara penghitungan PBB berdasarkan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dan tarif tertentu.
Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak negara yang dikenakan terhadap bumi dan/atau bangunan berdasarkan undang-undang, (2) Objek pajak PBB adalah bumi dan bangunan yang memberikan manfaat, kecuali untuk kepentingan umum non-profit, dan (3) Siapa yang berkewajiban membayar PBB ditentukan berdasarkan siapa yang memperoleh manfaat dari b
Dokumen tersebut merangkum tentang pajak bumi dan bangunan (PBB) yang mencakup definisi, objek, subjek, dasar hukum, tarif, penghitungan, penagihan, dan pembagian hasil PBB."
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak atas tanah dan bangunan yang besarnya ditentukan oleh nilai jual objek pajak. Wajib pembayaran PBB adalah pemilik tanah atau bangunan. PBB dihitung berdasarkan nilai jual kena pajak yang ditetapkan pemerintah dengan tarif 0,5% dan dibayarkan ke bank atau kantor pos.
Dokumen tersebut membahas tentang ketentuan umum Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Indonesia. PBB adalah pajak kebendaan yang dikenakan kepada tanah dan/atau bangunan berdasarkan nilai jualnya. Dokumen ini menjelaskan tentang objek, subjek, dasar perhitungan dan pengenaan, serta cara pembayaran PBB.
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah dua jenis pajak yang berkaitan dengan tanah dan bangunan. PBB dikenakan kepada pemilik tanah dan bangunan, dengan dasar pengenaan berupa nilai jual objek pajak. BPHTB dikenakan kepada pihak yang memperoleh hak atas tanah dan bangunan, dengan dasar pengenaan berupa nilai perolehan objek paj
Rangkuman dokumen tersebut adalah:
(1) Dokumen tersebut merupakan rencana pelaksanaan pembelajaran tentang pajak bumi dan bangunan di SMK PGRI 2 Cimahi; (2) Materi pembelajaran meliputi pengertian, subyek, objek, dan cara perhitungan pajak bumi dan bangunan serta bea perolehan hak atas tanah dan bangunan; (3) Tujuan pembelajaran adalah agar siswa dapat memahami kon
Dokumen tersebut membahas tentang dasar hukum dan istilah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Indonesia, termasuk objek, subjek, dan cara pengenaan serta pembayaran PBB."
Dokumen tersebut membahas tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang meliputi dasar hukum, pengertian, sifat pengenaan, latar belakang sejarah, objek pajak yang dikenakan dan dikecualikan, subjek pajak, pendaftaran objek pajak, penghitungan dasar pengenaan pajak berupa Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), pendekatan penilaian NJOP, dan dasar penghitungan besarnya pajak.
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak objektif atas tanah dan bangunan yang berlaku di Indonesia sejak 1985. PBB merupakan penyederhanaan dari berbagai jenis pajak tanah yang dikenal sejak zaman kerajaan hingga masa penjajahan. Dasar pengenaan PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak yang menentukan besarnya tarif 0,5% dari nilai tanah dan bangunan setelah dikurangi batas nilai
Dokumen tersebut membahas tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Indonesia. PBB dikenakan kepada orang atau badan yang memiliki, menguasai, atau memanfaatkan tanah dan/atau bangunan, kecuali untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Besarnya PBB ditentukan berdasarkan Nilai Jual Objek Kena Pajak yang dihitung dari Nilai Jual Objek Pajak dengan tarif maksimum
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak properti yang dikenakan kepada pemilik tanah dan/atau bangunan berdasarkan nilai jual objek pajak. PBB awalnya merupakan pajak pusat namun kini menjadi pajak daerah berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009. PBB dikenakan setiap tahun kepada subjek pajak yaitu pemilik tanah dan/atau bangunan berdasarkan hasil pen
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai perhitungan pajak bumi dan bangunan (PBB) serta pajak penghasilan (PPh) berdasarkan undang-undang terkait. PBB dihitung berdasarkan nilai jual objek pajak sedangkan PPh dihitung dengan mengurangkan penghasilan kena pajak dari penghasilan bruto berdasarkan tarif yang berlaku. Dokumen ini juga menjelaskan subjek dan objek pajak untuk PBB dan P
Dokumen tersebut membahas tentang prosedur pembayaran, penetapan, penaglhan, keberatan, dan banding Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 beserta ketentuan pengurangan, pembagian penerimaan, dan sanksi terhadap pejabat yang melanggar ketentuan BPHTB.
Dokumen tersebut membahas tentang ketentuan umum bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) mencakup objek pajak, subjek pajak, tarif pajak, dasar pengenaan dan cara menghitung pajak, serta saat dan tempat pajak terutang. BPHTB dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan dengan tarif 5% dan dasar pengenaannya adalah nilai perolehan objek pajak. Pajak ter
Dokumen ini membahas ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan, meliputi fasilitas perpajakan untuk penanaman modal dan restrukturisasi utang, pembagian penerimaan negara dari PPh orang pribadi, ketentuan peralihan, dan penutup.
Perhitungan Pajak Pada Akhir Tahun BerjalanBbe Mee
Dokumen tersebut membahas tentang pajak penghasilan pasal 25 yang merupakan angsuran pajak penghasilan yang harus dibayar sendiri setiap bulan oleh wajib pajak. Dokumen ini juga menjelaskan cara penghitungan besaran angsuran pajak penghasilan pasal 25 berdasarkan data SPT tahun sebelumnya dengan memperhitungkan kredit pajak dalam dan luar negeri. Selisih antara pajak terutang dan kredit pajak akan men
Dokumen tersebut membahas tentang pelunasan pajak dalam tahun berjalan meliputi pemotongan PPh Pasal 21, pemungutan PPh Pasal 22, pemotongan PPh Pasal 23, kredit pajak luar negeri berdasarkan PPh Pasal 24, angsuran PPh Pasal 25, dan ketentuan pemotongan PPh Pasal 26 untuk Wajib Pajak Luar Negeri.
Dokumen tersebut membahas objek pajak penghasilan menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat 1 dan 2. Ia menjelaskan definisi penghasilan dan berbagai jenis penghasilan yang dikenakan pajak seperti penghasilan dari pekerjaan, usaha, bunga, dividen, sewa, dan lainnya. Dokumen ini juga menjelaskan pengecualian-pengecualian objek pajak penghasilan seperti hibah,
Dokumen tersebut membahas tentang bela negara, yang mencakup pengertian, tujuan, bentuk-bentuk pelaksanaannya, serta tanggung jawab setiap warga negara untuk ikut serta dalam upaya pembelaannya. Dibahas pula ancaman-ancaman terhadap kedaulatan negara dan cara-cara berpartisipasi dalam upaya bela negara di lingkungan masyarakat.
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan HAM.
The document discusses various theories of motivation and how firms can enhance employee job satisfaction and motivation. It covers the Hawthorne Studies which found that changes in working conditions increased productivity regardless of the change. Maslow's hierarchy of needs and Herzberg's job satisfaction theory propose that satisfying certain needs leads to motivation. McGregor's Theory X and Theory Y suggest managers' views of employees impact job satisfaction. Other motivation theories discussed include expectancy theory, equity theory, and reinforcement theory. The document also provides strategies firms can use to enhance job satisfaction, such as compensation plans, flexible schedules, and employee involvement programs.
Rizqi Setyo Saputra lahir di Sukoharjo, Jawa Tengah pada 1995. Ia tumbuh di Solo dan bersekolah di TK Angkasa dan SDN 15 Surakarta. Di TK, ia memenangkan beberapa lomba dan belajar tentang disiplin. Di SDN 15, prestasinya berfluktuasi namun ia aktif dalam organisasi sekolah dan berhasil lulus Ujian Nasional meskipun nilainya rendah.
Panduan untuk memilih mata pelajaran pilihan yang akan dilaksanakan di jenjang SMK, yang mana sebagian besar sudah melakasanakan kurikulum merdeka. mata pelajaran pilihan bisa dipilih dari konsentrasi yang ada di sekolah, atau bisa juga memilih matqa pelajaran diluar konsentrasi keahlian yang dimiliki, dengan catatan sarana dan prasarana tersedia untuk melaksanakan pembelajaran.
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024Kanaidi ken
Dlm wktu dekat, Pelatihan/WORKSHOP ”CSR/TJSL & Community Development (ISO 26000)” akn diselenggarakan di Swiss-BelHotel – BALI (26-28 Juni 2024)...
Dgn materi yg mupuni & Narasumber yg kompeten...akn banyak manfaat dan keuntungan yg didpt mengikuti Pelatihan menarik ini.
Boleh jga info ini👆 utk dishare_kan lgi kpda tmn2 lain/sanak keluarga yg sekiranya membutuhkan training tsb.
Smga Bermanfaat
Thanks Ken Kanaidi
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
1. Pajak Bumi dan Bangunan
Kelompok 7:
Diana Panggih F (12030113060023)
Dwiasri Nuraini (12030113060)
Luqman Yudhananto (12030113060)
Nurhidayati (12030113060)
2. Ketentuan Umum
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak
Negara yang dikenakan terhadap bumi dan atau
bangunan berdasarkan Undang-undang nomor 12
Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang
nomor 12 Tahun 1994.
PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam
arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan
objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan. Keadaan
subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan
besarnya pajak.
3. Objek Pajak
Objek PBB adalah “Bumi dan atau Bangunan”:
Bumi: Permukaan bumi (tanah dan perairan) dan
tubuh bumi yang ada di pedalaman serta laut wilayah
Indonesia. Contoh: sawah, ladang, kebun, tanah,
pekarangan, tambang.
Bangunan: Konstruksi teknik yang ditanam atau
dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan.
Contoh: rumah tempat tinggal, bangunan tempat
usaha, gedung bertingkat, pusat perbelanjaan,
emplasemen, pagar mewah, dermaga, taman mewah,
fasilitas lain yang memberi manfaat, jalan tol, kolam
renang, anjungan minyak lepas pantai.
4. Objek Pajak Yang Tidak Dikenakan PBB
Objek pajak yang tidak dikenakan PBB adalah objek yang :
1. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan
umum dibidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan
kebudayaan nasional yang tidak dimaksudkan untuk
memperoleh keuntungan, seperti mesjid, gereja, rumah
sakit pemerintah, sekolah, panti asuhan, candi.
2. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang
sejenis dengan itu.
3. Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman
nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa,
dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak.
4. Digunakan oleh perwakilan diplomatik berdasarkan asas
perlakuan timbal balik.
5. Digunakan oleh badan dan perwakilan organisasi
internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.
5. Subjek Pajak
Subjek Pajak dan Wajib Pajak
Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan
yang secara nyata:
• mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau;
• memperoleh manfaat atas bumi, dan atau;
• memiliki bangunan, dan atau;
• menguasai bangunan, dan atau;
• memperoleh manfaat atas bangunan
Wajib Pajak adalah Subjek Pajak yang dikenakan
kewajiban membayar pajak.
6. Cara Mendaftarkan Objek PBB
Orang atau Badan yang menjadi Subjek PBB
harus mendaftarkan Objek Pajaknya ke Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Pelayanan
Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan
(KP2KP) yang wilayah kerjanya meliputi letak
objek tersebut, dengan menggunakan formulir
Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang
tersedia gratis di KPP atau KP2KP setempat.
7. Dasar Pengenaan PBB
Dasar pengenaan PBB adalah “Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP)”. NJOP ditetapkan per wilayah
berdasarkan keputusan Menteri Keuangan
dengan mendengar pertimbangan
Bupati/Walikota serta memperhatikan :
1. harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual
beli yang terjadi secara wajar;
2. perbandingan harga dengan objek lain yang
sejenis yang letaknya berdekatan dan fungsinya
sama dan telah diketahui harga jualnya;
3. nilai perolehan baru;
4. penentuan Nilai Jual Objek Pajak pengganti.
8. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)
NJOPTKP adalah batas NJOP atas bumi dan/atau
bangunan yang tidak kena pajak. Besarnya NJOPTKP
untuk setiap daerah Kabupaten/Kota setinggi-tingginya
Rp 12.000.000,- dengan ketentuan sebagai berikut :
1. SetiapWajib Pajak memperoleh pengurangan NJOPTKP
sebanyak satu kali dalam satu Tahun Pajak.
2. ApabilaWajib Pajak mempunyai beberapa Objek Pajak,
maka yang mendapatkan pengurangan NJOPTKP hanya
satu Objek Pajak yang nilainya terbesar dan tidak bisa
digabungkan dengan Objek Pajak lainnya.
9. Dasar Penghitungan PBB
Dasar penghitungan PBB adalah Nilai Jual Kena
Pajak (NJKP).
Besarnya persentase NJKP adalah sebagai berikut
:
1. Objek pajak perkebunan adalah 40%
2. Objek pajak kehutanan adalah 40%
3. Objek pajak pertambangan adalah 40%
4. Objek pajak lainnya (pedesaan dan perkotaan):
– apabila NJOP-nya≥ Rp1.000.000.000,00adalah 40%
– apabila NJOP-nya < Rp1.000.000.000,00 adalah 20%
10. Tarif Pajak
Tarif PBB
Besarnya tarif PBB adalah 0,5%
Rumus Penghitungan PBB
Rumus penghitungan PBB = Tarif x NJKP
1. Jika NJKP = 40% x (NJOP - NJOPTKP) maka besarnya PBB
– = 0,5% x 40% x (NJOP-NJOPTKP)
– = 0,2% x (NJOP-NJOPTKP)
2. Jika NJKP = 20% x (NJOP - NJOPTKP) maka besarnya PBB
– = 0,5% x 20% x (NJOP-NJOPTKP)
– = 0,1% x (NJOP-NJOPTKP)