2. Penuaan Sel
• Sel cedera: perubahan morfologis sublethal yang bersifat reversibel (= jika rangsang
dihentikan, sel kembali sehat seperti semula). Perubahan sublethal terhadap sel disebut
degenerasi atau perubahan degeneratif. Sel yang terlibat perubahan ini adalah sel-sel yang
aktif secara metabolik ( sel ginjal, hati dan jantung). Perubahan degeneratif melibatkan
sitoplasma sel, sedangkan nukleus mempertahankan integritasnya selama sel tidak mati.
• Bentuk perubahan degeneratif sel: timbunan air di dalam sel tersebut. Cedera menyebabkan
hilangnya pengaturan volume pada bagian-bagian sel. Untuk menjaga kestabilan lingkungan
internal, sel harus mengeluarkan energi metabolik untuk memompa ion natrium keluar dari
sel pada tingkat membran sel. Akibat osmosis dari kenaikan kadar natrium di dalam sel pada
cedera ringan adalah masuknya air ke dalam sel sehingga terjadi pembengkakan sel. Secara
mikroskopis terlihat sitoplasmanya granular.
• Jika terdapat aliran masuk air yang hebat, retikulum endoplasma berisi air yang secara
mikroskopik terlihat sitoplasma bervakuola, disebut sebagai perubahan hidropik atau
perubahan vakuolar yang identik dengan pembengkakan sel. Perubahan terpenting
pembengkakan sel adalah timbunan lipid intra sel di dalam vakuola sitoplasma yang sering
terdapat pada ginjal, otot jantung dan hati. Banyaknya lipid yang tertimbun dalam sel hati
menyebabkan inti sel terdesak, secara makroskopis terlihat jaringan yang membengkak
berwarna kekuningan karena mengandung lipid, perubahan ini disebut degenerasi lemak
atau infiltrasi lemak
3. Penuaan Sel-2
Hepatosit terlibat dalam metabolisme aktif lipid. Lipid terus menerus dimobilisasi dari
jaringan adiposa ke dalam aliran darah lalu diabsorpsi oleh sel-sel hati. Kemudian lipid
tersebut dioksidasi, ada juga yang diikat oleh protein yang disintesa oleh sel menjadi
lipoprotein masuk ke dalam sirkulasi darah.
Timbunan lemak dalam sel bersifat reversibel, terjadi karena :
• Gangguan proses pertukaran lipid; jika jumlah lipid yang diabsorpsi sel hati
berlebihan melebihi kemampuan metabolisme dan sintesa sel hati sehingga lipid
akan berkumpul di dalam sel. Sebaliknya bila jumlah lipid yang mencapai sel
normal tetapi terjadi gangguan oksidasi akibat kelainan sel maka lipid akan
tertimbun. Lipid juga tertimbun jika proses sintesa lipoprotein dan pengeluarannya
terganggu.
• Perlemakan hati dapat terjadi pada malnutrisi yang menghalangi sintesa protein
dan pada kebanyakan makan yang mengakibatkan hati dibanjiri lemak.
• Hipoksia mengganggu metabolisme sel lemak.
• Efek zat racun seperti alkohol yang mempermudah timbunan lemak dan
menimbulkan malnutrisi.
Jika organela sitoplasma rusak, organela tersebut akan dicerna oleh enzim. Sisa proses
pencernaan yang tidak larut tertimbun dalam sel sebagai hasil heterofagositosis
(pengambilan zat oleh sel di luar sel). Ketika sel menua, sel tersebut mengumpulkan
pigmen intrasitoplasma lipofusin, pigmen ketuaan atau pigmen keausan. Pada sel yang
atrofi, lipofusin menjadi lebih pekat karena peningkatan kegiatan otofagosit. Pada
proses atrofi coklat, jaringan atrofi berpigmen lebih kasar.
4. Penuaan Sel-3
Penuaan diakibatkan oleh kemampuan replikatif sel yang terbatas
secara genetik disertai timbunan progresif luka-luka kecil dalam sel yang
tidak lagi berproliferasi.
Pada proses penuaan yang normal: sel kehilangan struktur dan
fungsinya. Atrofi= penurunan ukuran atau pelisutan, menunjukkan
kehilangan struktur sel. Hipertrofi atau hiperplasia merupakan ciri khas
kehilangan sel. Tanda penuaan terjadi pada semua sistem tubuh, misal
penurunan elastisitas pembuluh darah, motilitas usus, massa otot dan
jaringan lemak subkutan. Penuaan sel dapat berjalan lambat atau cepat
menurut jumlah dan luas cedera, keausan serta kerusakan sel. Proses
penuaan sel membatasi usia manusia.
Faktor yang mempengaruhi penuaan sel
• Faktor instrinsik: kongenital, degeneratif, imunologik, keturunan,
metabolik, neoplastik, nutrisi, psikogenik.
• Faktor ekstrinsik
– Agen fisik: zat kimia, listrik, kekuatan/gaya mekanis, kelembapan, radiasi, suhu
– Agen infeksius: fungus, insekta, protozoa, virus , cacing
Teori biologis menerangkan penuaan fisik sebagai proses yang
membawa perubahan kumulatif pada sel, jaringan, cairan.
5. Penuaan Sel-Tabel 1
Teori Sumber Penghambat
Cross link theory (teori kaitan silang)
Ikatan kimia yang kuat antara molekul
organik dalam tubuh meningkatkan
kekakuan, ketidakstabilan kimiawi,
ketidaklarutan jairngan ikat serta DNA
Lipid, protein, hidrat arang, asam nukleat Membatasi kalori dan sumber iatrogenik
(agen antilink)
Free radical theory (teori radikal bebas)
Peningkatan jumlah radikal bebas yang
tidak stabil menimbulkan efek yang
berbahaya: perubahan kromosom,
akumulasi pigmen, dan perubahan kolagen
Polutan, oksidasi lemak, protein, hidrat
arang, unsur berbahaya
Meningkatkan pemasukan antioksidan,
seperti vitamin A, C, E
Immunologic theory (teori imunologik)
Sistem kekebalan yang menua tidak
mampu membedakan sel tubuh dari sel
asing. Jadi, sistem imun mulai menyerang
dan menghancurkan sel tubuh seolah sel
tubuh asing. Mekanisme sel yang salah
sehingga memicu serangan pada jaringan
normal melalui autoagresi atau
imunodefisiensi
Perubahan sel T dan B pada sistem
kekebalan humoral dan selular
Rekayasa kekebalan, melakukan perubahan
dan peremajaan sistem secara selektif.
Wear and tear theory (teori pakai dan aus)
Sel, struktur dan faal tubuh akan menjadi
aus atau digunakan berlebihan akibat
stressor dari dalam dan luar. Efek
kerusakan bertumpuk sehingga tubuh
tidak lagi mampu bertahan terhadap stress
Cedera berulang atau penggunaan tubuh
yang berlebihan, stress internal dan
eksternal: trauma, zat kimia, penumpukan
limbah metabolisme yang terbentuk alami
dalam tubuh.
6. KELAINAN SIRKULASI, CAIRAN TUBUH
DAN ASAM-BASA
KELAINAN SIRKULASI
• Kelainan sirkulasi berupa kongesti (hiperemia) dan
edema.
KONGESTI (HIPEREMIA)
• Kongesti adalah keadaan di mana terdapat darah secara
berlebihan dalam pembuluh darah pada daerah
tertentu. Jaringan atau organ yang mengalami kongesti
berwarna lebih merah (ungu) karena bertambahnya
darah di dalam jaringan. Mikroskopis, kapiler-kapiler
dalam jaringan hyperemia melebar penuh berisi darah.
Ada 2 mekanisme yang menimbulkan kongesti yakni : 1)
kenaikan jumlah darah yang mengalir atau 2)
penurunan jumlah darah yang mengalir dari daerah.
7. Ada 2 macam kongesti yaitu kongesti aktif dan kongesti pasif.
Kongesti Aktif
• Kongesti aktif = aliran darah ke suatu daerah bertambah, menimbulkan kongesti. Kenaikan aliran darah
lokal disebabkan dilatasi arteriol yang bekerja sebagai katup pengatur aliran. Contoh kongesti aktif
adalah hyperemia yang menyertai radang akut, warna merah padam pada wajah, pengiriman darah
meningkat sesuai dengan peningkatan kebutuhan jaringan yang sedang bekerja seperti otot yang
berkontraksi aktif, ini disebut sebagai hyperemia fungsional. Kongesti aktif bersifat alami sehingga sering
terjadi dalam waktu singkat. Bila rangsang dilatasi arteriol berhenti, aliran darah ke daerah tersebut
berkurang dan keadaan menjadi normal kembali.
Kongesti Pasif
• Kongesti pasif = gangguan aliran darah akibat penekanan pada venula dan vena (pemasangan torniket,
tumor), tumor yang menekan aliran vena local, kegagalan pompa jantung yang mengakibatkan gangguan
aliran darah balik ke jantung dari paru-paru. Darah yang terbendung dalam paru menyebabkan kongesti
pasif pembuluh darah paru-paru. Kegagalan jantung kanan mengakibatkan kongesti jaringan. Kongesti
pasif kronis menimbulkan kerusakan permanen jaringan ( terjadi hipoksia jaringan menyebabkan
jaringan mengecil atau sel jaringan menghilang), peningkatan jumlah jaringan ikat fibrosa, pemecahan
eritrosit lokal yang menyebabkan pengendapan pigmen hemosiderin (= hasil pemecahan hemoglobin
eritrosit). Akibat kongesti pasif kronis pada paru-paru dan hati: dinding paru menebal, peningkatan
jumlah makrofag yang mengandung pigmen hemosiderin, vasodilatasi pembuluh darah sentral lobulus
hati disertai penyusutan sel-sel hati.. Dinding vena yang melebar secara kronis, fibrotik dan cenderung
memanjang berkelok-kelok disebut vena varikosa atau varises. Varises terdapat pada tungkai, pada anus
disebut hemoroid, varises vena bagian bawah esophagus pada penyakit hati kronis. Varises yang pecah
akan menimbulkan perdarahan yang mematikan.
8. KELAINAN SIRKULASI, CAIRAN TUBUH DAN ASAM-BASA-3
Edema
Edema adalah timbunan cairan yang berlebihan di antara sel-sel tubuh atau dalam sel
rongga tubuh. Edema dalam rongga tubuh dinamakan efusi, timbunan cairan dalam
rongga peritoneum disebut asites. Edema umum yang masif seluruh tubuh disebut
anasarka.
Etiologi dan Patogenesis
Gaya yang mengatur pertukaran cairan melalui dinding pembuluh darah yakni tekanan
hidrostatik dalam mikrosirkulasi dan permeabilitas dinding pembuluh darah.
• Kenaikan tekanan hidrostatik memaksa cairan masuk ke ruang interstitial tubuh.
Kongesti dan edema cenderung terjadi bersama-sama.
• Obstruksi saluran limfe mengakibatkan timbunan cairan yang dikenal limfedema.
Normal, saluran limfe bertanggung jawab atas pengaliran cairan interstitial.
Limfedema terjadi pada radang pembuluh limfe setelah eksisi atau iradiasi
pembuluh limfe lokal pada terapi kanker, contoh pembengkakan extremitas atas
setelah mastektomi radikal.
• Penurunan konsentrasi protein dalam plasma darah. Kenaikan lokal permeabilitas
dinding pembuluh darah terhadap protein menyebabkan protein lolos dari
pembuluh darah sehingga tekanan osmotik cairan meningkat. Pada sindrom
nefrotik, protein tubuh hilang melalui urin, penderita mengalami hipoproteinemia
dan edema. Hipoproteinemia penyakit hati lanjut mempermudah terbentuk
edema. Dalam keadaan kelaparan, edema massif menyertai hipoproteinemia
nutrisional.
9. KELAINAN SIRKULASI, CAIRAN TUBUH DAN ASAM-BASA-4
Transudat dan Eksudat
• Eksudat = timbunan cairan dalam jaringan atau ruangan akibat peningkatan
permeabilitas pembuluh terhadap protein, contoh edema peradangan. Transudat =
timbunan cairan dalam jaringan atau ruangan bukan akibat perubahan
permeabilitas pembuluh, contoh pada kegagalan jantung. Eksudat mengandung
lebih banyak protein daripada transudat sehingga berat jenisnya lebih besar.
Protein eksudat terutama terdiri dari fibrinogen yang akan mengendap sebagai
fibrin, menyebabkan pembekuan cairan eksudat. Transudat tidak membeku.
Eksudat mengandung leukosit (bagian proses peradangan), sedangkan transudat
tidak banyak mengandung sel.
Morfologi Edema
• Edema adalah pembengkakan bagian yang terkena trauma karena terlalu banyak
cairan dalam ruang interstitial, bengkak bersifat lunak, dapat digerakkan kecuali jika
sebagian besar cairan berada intraseluler. Edema ringan dapat diketahui dengan
tekanan ringan ibu jari pada sisi mata kaki yang akan memindahkan sedikit cairan
edema untuk sementara; jika ibu jari dilepaskan akan terlihat lekukan pada jaringan
yang berlangsung beberapa saat, ini disebut pitting edema. Mobilitas cairan edema
dalam jaringan interstitial bertanggung jawab atas efek postural tertentu. Penderita
edema mata kaki dapat dilihat pada posisi berjalan/berdiri sebab dalam posisi ini
edema akan bergerak terkumpul pada extremitas bawah akibat pengaruh gravitasi.
Namun dalam posisi berbaring beberapa lama edema mata kaki akan mengecil,
sebagai gantinya terlihat edema sekitar sacrum.
10. KELAINAN SIRKULASI, CAIRAN TUBUH DAN ASAM-BASA-5
Akibat Edema
Edema: petunjuk untuk mengetahui ada sesuatu yang salah; sebagai indikator
adanya kehilangan protein pada payah jantung kongestif. Edema paru pada payah
jantung kiri merupakan keadaan darurat medis yang akut. JIka cukup luas ruang udara
di dalam paru terisi cairan edema, penderita akan meninggal. Edema paru yang masif
dapat mematikan dalam waktu beberapa menit. Edema paru ringan dapat
membahayakan penderita dalam posisi tidur terlentang, pada posisi ini cairan
terkumpul di posterior basis paru-paru, berperan sebagai fokus timbulnya pneumonia
bakteri (disebut juga pneumonia hipostatik). Edema otak berbahaya karena otak yang
bengkak tertekan tulang tengkorak, menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial
yang berbahaya bagi aliran darah dalam otak sehingga mengakibatkan kematian.
KELAINAN CAIRAN TUBUH
Tiga kategori umum dari perubahan yang menjelaskan abnormalitas cairan tubuh
adalah volume, osmolalitas dan komposisi.
Ketidakseimbangan volume mempengaruhi cairan ekstraselular (ECF), menyangkut
penurunan atau bertambahnya natrium dan air, berakibat kekurangan atau kelebihan
volume ECF. Kehilangan cairan ECF isotonik pada diare, diikuti dengan penurunan
volume ECF, sedikit penurunan pada volume cairan intraselular (ICF). Cairan tidak
pindah dari ICF ke ECF selama osmolalitas pada kedua kompartemen tetap sama.
11. KELAINAN SIRKULASI, CAIRAN TUBUH DAN ASAM-BASA-6
• Ketidakseimbangan osmotik mempengaruhi ICF, menyangkut kehilangan atau
bertambahnya natrium dan air dalam jumlah tidak seimbang. Jika hanya air saja
yang hilang atau bertambahnya air dari ECF, maka konsentrasi partikel aktif secara
osmotik akan berubah. Ion natrium 90% dari partikel yang aktif secara osmotik
pada ECF mencerminkan osmolalitas dari kompartemen cairan tubuh. Jika
konsentrasi natrium pada ECF menurun, maka air pindah dari ECF ke ICF
(menyebabkan sel bengkak) sampai tercapai keseimbangan osmolalitas. Jika
konsentrasi natrium pada ECF naik, maka air pindah dari ICF ke ECF (menyebabkan
pengkerutan sel). Gangguan osmotik berkaitan dengan hiponatremia dan
hipernatremia.
• Kadar ion lain dalam kompartemen ECF dapat berubah tanpa disertai perubahan
yang jelas dari jumlah total partikel aktif secara osmotik, sehingga mengakibatkan
perubahan komposisi. Contohnya: kenaikan kadar kalium serum dari normal 4-8
mEq/l mengakibatkan efek bermakna terhadap fungsi miokardium, tapi tidak
berubah bagi osmolalitas ECF. Jika ginjal berfungsi normal, gangguan cairan dan
elektrolit akan minimal. Terkumpulnya cairan isotonik pada luka bakar, asites atau
trauma otot.
Kekurangan Volume Cairan Ekstraselular (ECF)
• Kekurangan volume ECF atau hipovolemia = kehilangan cairan isotonik disertai
kehilangan natrium dan air. Sedangkan dehidrasi = kehilangan air murni relatif yang
mengakibatkan hipernatremia.
12. KELAINAN SIRKULASI, CAIRAN TUBUH DAN ASAM-BASA-7
Patogenesis
• Kekurangan volume cairan berkaitan dengan kehilangan cairan tubuh melalui ginjal
atau diluar ginjal. Penurunan volume cairan lebih cepat terjadi jika kehilangan
cairan tubuh yang abnormal disertai penurunan asupan. Penyebab tersering
kekurangan volume cairan lebih cepat terjadi pada muntah berkepanjangan,
penyedotan nasogastrik, diare berat, fistula atau pendarahan. Kehilangan cairan ini
gabungan dari kekurangan natrium dan air. Sekresi lambung mengandung ion
kalium dan hidrogen dalam jumlah besar, maka kekurangan volume disertai
alkalosis dan hipokalemia. Kehilangan sekresi saluran cerna bagian bawah yang
mengandung banyak bikarbonat selain natrium dan kalium mengakibatkan
kekurangan volume cairan yang disertai asidosis metabolik dan hipokalemia.
• Penyebab kekurangan volume cairan lainnya adalah tersimpannya cairan pada
cedera jaringan lunak, luka bakar, peritonitis atau obstruksi saluran cerna; disini
distribusi cairan yang hilang masuk ke ruang tertentu (ruang 3), tidak terjadi
pertukaran dengan ECF. Cairan yang terperangkap berasal dari ECF, tidak dapat
dipakai oleh tubuh, sehingga mengurangi volume sirkulasi darah efektif. Contoh:
dalam keadaan obstruksi usus (ruang 3) terjadi penimbunan 5-10 L cairan; pada
peritonitis akut 4-6 L cairan tertimbun pada rongga peritoneal (ruang 3) dan cairan
tertimbun pada ruang interstisial (ruang 3) selama 48-72 jam pertama setelah
terjadi luka bakar berat.
13. KELAINAN SIRKULASI, CAIRAN TUBUH DAN ASAM-BASA-8
Keringat adalah cairan hipotonik terdiri dari air, natrium (30-70 mEq/l) dan
klorida. Selama latihan berat pada lingkungan yang panas terjadi kehilangan 1 L
keringat / jam sehingga menyebabkan kekurangan volume cairan jika asupan
tidak mencukupi. Cairan hilang selama sakit disertai demam, berkeringat dan
pergantian cairan tidak mencukupi. Cairan dapat hilang melalui kulit karena
penguapan jika luka bakar dirawat dengan metode terbuka. Kehilangan
abnormal dari natrium dan air melalui kemih terjadi dengan beberapa cara.
Masa Penyembuhan (fase diuresis) gagal ginjal akut atau penyakit ginjal kronik
yang terutama melibatkan tubulus (nefritis) boros garam; natrium dan air
dapat hilang melalui kemih.
Kehilangan natrium melalui ginjal tanpa adanya penyakit ginjal terjadi pada
keadaan:
• Pemakaian diuretik yang berlebihan terutama tiazid atau furosemid.
• Diuresis selama glikosuria pada diabetes melitus yang tak terkontrol atau
koma.
• Pemberian makanan tinggi protein secara enteral atau parenteral terbentuk
urea sebagai agen osmotik.
• Pemakaian manitol untuk mengatasi edema serebri atau azotemia prerenal.
• Penyakit Addison dan hiperaldosteronisme karena kekurangan aldosteron.
14. KELAINAN SIRKULASI, CAIRAN TUBUH DAN ASAM-BASA-9
Respon hemodinamik terhadap kekurangan volume cairan
• Hipovolemia mengurangi alir balik vena ke jantung dan menurunkan curah jantung
sehingga mengaktivasi mekanisme homeostatik sebagai kompensasi penurunan
curah jantung. Tekanan arteri rata-rata= curah jantung x tahanan perifer total
(MAP=COxTPR); penurunan curah jantung berakibat menurunnya tekanan darah.
Dideteksi oleh baroreseptor pada jantung dan arteria karotis yang diteruskan ke
pusat vasomotor batang otak menginduksi repon simpatik berupa vasokonstriksi
perifer, peningkatan denyut dan kontraktilitas jantung untuk mengembalikan curah
jantung dan perfusi jaringan yang normal. Vasokonstriksi ginjal mengakibatkan
teraktivasinya sistem saraf simpatik. Penurunan perfusi ginjal merangsang
mekanisme renin-angiotensin-aldosteron. Angiotensin II merangsang vasokonstriksi
sistematik, aldosteron meningkatkan reabsorpsi natrium dan air oleh ginjal serta
meningkatkan curah jantung dengan memulihkan volume sirkulasi efektif dan
tekanan darah. Jika kekurangan volume cairan sedikit (500 ml) aktivasi respon
simpatik memadai untuk memulihkan curah jantung dan tekanan darah hampir
mendekati normal meskiput denyut jantung lebih cepat.
• Hipovolemia berat (1000 ml atau lebih): vasokonstriksi simpatik dan vasokonstriksi
yang diperantarai Angiotensin II juga meningkat. Penahanan aliran darah yang
menuju ginjal, saluran cerna, otot dan kulit. Sedangkan, aliran yang menuju koroner
dan otak relatif dipertahankan. Vasokonstriksi yang kuat memadai dalam
mempertahankan tekanan darah sistemik pada keadaan berbaring tapi pada posisi
duduk atau berdiri dapat menimbulkan hipotensi ortostatik dan pusing.
15. KELAINAN SIRKULASI, CAIRAN TUBUH DAN ASAM-BASA-10
Gambaran klinis
• Tidak ada pemeriksaan elektrolit khusus yang menunjukan adanya kekurangan cairan. Kehilangan
volume yang banyak dan cepat seperti pendarahan, diare berat atau tersimpannya cairan di ruang
ketiga, gejalanya mirip dengan kolaps dan syok sirkulasi. Kebanyakan kasus, proses perubahan volume
cairan terjadi perlahan.
Gejala kekurangan volume ECF:
• Lesu, lemah dan lemas (awal)
• Anoreksia
• Haus
• Hipotensi ortostatik (penurunan tekanan darah sirkulasi > 10 mmHg): tanda awal kekurangan volume
plasma.
• Takikardia
• Pusing, Sinkop (denyut nadi kecil dan lemah)
• Tingkat kesadaran yang berubah.
• Penurunan suhu tubuh kecuali jika ada infeksi
• Ekstremitas dingin (vena perifer kolaps)
• Mukosa mulut kering,
• Lidah kering, terbelah-belah (normal hanya ada 1 alur longitudinal di garis tengah)
• Turgor kulit buruk (volume interstatial menurun)
• Oliguria (<30 ml/jam): volume cairan menurun dan efek aldosteron
• Penurunan berat badan yang cepat: 2% (ringan), 5% (sedang) dan 8% (berat).
16. KELAINAN SIRKULASI, CAIRAN TUBUH DAN ASAM-BASA-11
• Pada kehilangan volume cairan isotonik, konsentrasi natrium serum normal karena
kehilangan natrium dan air dalam proporsi yang seimbang. Penyimpangan
konsentrasi natrium menunjukkan adanya kehilangan atau pertambahan yang tidak
seimbang dari natrium dan air serta gangguan dalam osmolalitas.
Ketidakseimbangan volume dapat disertai dengan gangguan osmolalitas.
• Respons ginjal terhadap kekurangan volume: menahan natrium dan air. Akibatnya,
terbentuk kemih yang pekat dalam jumlah sedikit (osmolalitas atau berat jenisnya
tinggi) dengan kadar natrium yang sedikit ( konsentrasi natrium yang rendah
merupakan petunjuk penurunan perfusi jaringan). Kemih yang mengandung
natrium konsentrasi rendah tidak selalu berarti ada kekurangan volume cairan
karena dapat terjadi pada edema gagal jantung kongestif yang disertai penurunan
volume sirkulasi efektif. Cara untuk membedakan edem dan kekurangan volume
cairan adalah dari penilaian keadaan fisik. Pengukuran kadar natrium serum perlu
untuk cari penyebab kekurangan volume cairan yang sebenarnya. Kehilangan
natrium di luar ginjal (ekstra renal), konsentrasi natrium kurang dari 10 mEq/l dan
dapat mencapai 20 mEq/l pada gangguan ginjal atau adrenal.
• Karakteristik kekurangan volume cairan yang berat adalah peningkatan nitrogen
urea darah (BUN) dan kreatinin plasma akibat penurunan perfusi ginjal dan laju
filtrasi glomerulus (GFR). BUN cenderung meningkat proporsional daripada
kreatinin serum dikenal dengan azotemia prarenal. Peningkatan BUN yang tidak
proporsional mencerminkan adanya peningkatan reabsorpsi natrium dan air.
Hipoperfusi ginjal dan azotemia berkepanjangan dapat berlanjut menjadi gagal
ginjal akut dimana keadaan ini harus diperbaiki.
17. KELAINAN SIRKULASI, CAIRAN TUBUH DAN ASAM-BASA-12
Penanganan kekurangan volume ECF
• Tujuan penanganan kekurangan volume cairan isotonik adalah memulihkan
keadaan akibat ketidakseimbangan asam-basa dan elektrolit. Jika kekurangan
volume cairan ringan dan tidak ada gangguan saluran cerna, maka pemberian air
minum yang mengandung natrium sudah cukup. Pada kekurangan ECF berat,
diberikan cairan intravena. Larutan garam isotonik (0,9%) adalah cairan yang
terpilih untuk kasus kadar natrium yang mendekati normal karena akan menambah
volume plasma. Setelah pasien mencapai normotensi, separuh dari larutan garam
normal (0,45%) diberikan untuk menyediakan air bagi sel dan membantu
pembuangan produk sisa metabolisme.
• Pada pasien kekurangan volume cairan berat: mengalami oliguria, perlu ditentukan
apakah penekanan fungsi ginjal diakibatkan oleh penurunan aliran darah ginjal dan
kekurangan volume cairan atau akibat nekrosis tubular akut (gagal ginjal akut)
akibat iskemia ginjal berkepanjangan. Pada keadaan ini, diberikan bolus cairan IV
dalam suatu uji beban cairan untuk mengetahui apakah aliran kemihnya meningkat
yang menunjukan fungsi ginjal normal. Dari riwayat penyakit, catatan asupan dan
pengeluaran cairan serta catatan berat badan setiap hari dapat diperkirakan
besarnya kehilangan cairan. Jika kekurangan volume disertai gangguan elektrolit,
maka dapat diubah cairan infusnya. Misalnya: kalium ditambahkan pada infus jika
terjadi penurunan kalium. Larutan ringer laktat yang mengandung natrium laktat
diberikan pada pasien asidosis metabolik dan kekurangan volume cairan, larutan
tersebut akan dimetabolisme menjadi natrium bikarbonat sehingga membantu
memperbaiki asidosis. Hindari kelebihan cairan serta edema paru.
18. KELAINAN SIRKULASI, CAIRAN TUBUH DAN ASAM-BASA-13
Kelebihan volume ECF
Kelebihan volume cairan ekstraselular terjadi jika natrium dan air tertahan
dengan proporsi yang sama; dengan terkumpulnya cairan isotonik pada ECF
(hipervolemia), maka carian pindah ke kompartemen cairan intrasel
sehingga menyebabkan edema. Kelebihan volume cairan selalu terjadi
akibat peningkatan natrium tubuh total yang menyebabtkan retensi air.
Gambaran Klinis
Penambahan berat badan adalah petunjuk terbaik adanya kelebihan volume
ECF, beberapa liter cairan dapat saja tertimbun sedangkan edema belum
nyata terlihat. Penyebaran edema generalisata terutama diatur oleh gaya
gravitasi yang mempengaruhi tekanan hidrostatik kapiler. Edema biasanya
terjadi pada daerah yang tekanan hidrostatik kapilernya paling tinggi
(daerah-daerah yang rendah, misal: tungkai atau sakral saat berbaring) atau
pada daerah yang tekanan interstisialnya paling rendah (periorbital, muka,
skrotal). Jika edema ditekan dengan jari, timbul lekukan yang menetap
sebentar karena cairan terdorong ke daerah lain disebut pitting edema.
19. KELAINAN SIRKULASI, CAIRAN TUBUH DAN ASAM-BASA-14
• Edema paru ditandai adanya ronki basah dan tanda-tanda
penekanan pernafasan lainnya. Edema paru sering terjadi
pada pasien gagal ventrikel kiri, keadaan ini ditandai dengan
peningkatan tekanan hidrostatik kapiler paru; edema
disebabkan penurunan tekanan osmotik koloid (seperti pada
sirosis, sindrom nefrotik). Jika terjadi edema paru biasanya
ada penyakit jantung yang mendasarinya.
• Penimbunan cairan dalam rongga tubuh. Khususnya pada
pasien sirosis: cairan tertimbun pada rongga peritoneal
(asites) akibat tekanan hidrostatik pembuluh darah portal
meningkat. Edema juga disebabkan oleh peningkatan tekanan
darah, denyut yang kuat dan waktu pengosongan vena tangan
yang lambat, distensi (penggembungan) vena jugularis dan
meningkatnya tekanan vena sentral. Hematokrit menurun
akibat hemodilusi dimana eksresi natrium dalam kemih
biasanya rendah (< 10 mEq/hari) karena pasien edema
biasanya mempertahankan natrium secara maksimal.
20. KELAINAN SIRKULASI, CAIRAN TUBUH DAN ASAM-BASA-15
Prinsip-prinsip umum dalam penanganan
• Timbulnya edema paru akut dengan hipoksemia adalah keadaan yang
mengancam nyawa dan membutuhkan penanganan segera yaitu
mengurangi pre load (beban yang masuk ke jantung) dan
memulihkan pertukaran gas. Usaha yang dilakukan meliputi
meletakkan pasien pada posisi Fowler tinggi dan oksigen. Pada
edema paru akut berat, pasang torniket yang berpindah-pindah
untuk menahan cairan pada ekstremitas. Pantau kecepatan
pemberian cairan intravena dan respon pasien. Pada pasien usia tua,
pasien dengan riwayat gagal jantung atau paru, mudah terjadi edema
paru akut, sehingga pengurangan cairan edema harus dilakukan
secara perlahan.
• Gagal jantung kongestif diatasi dengan digitalis, diuretik dan
pembatasan asupan natrium. Sirosis hati ditangani dengan diet
rendah garam dan diuretik. Edema disebabkan malnutrisi berespon
baik terhadap pemberian diet yang adekuat terutama penambahan
protein makanan. Perawatan konservatif seperti tirah baring dan
pemakaian stocking dapat membantu mobilisasi cairan.
21. KELAINAN SIRKULASI, CAIRAN TUBUH DAN ASAM-BASA-16
Ketidakseimbangan Osmolalitas
• Ketidakseimbangan osmolalitas melibatkan kadar zat terlarut dalam cairan tubuh.
Natrium merupakan zat terlarut utama yang aktif secara osmotik dalam ECF,
kebanyakan kasus hipoosmolalitas adalah hiponatremia dan hiperosmolalitas
adalah hipernatremia. Kekecualian kasus adalah hiperglikemia akibat diabetes
mellitus yang tidak terkontrol.
• Ketidakseimbangan Osmolalitas mempengaruhi distribusi air antara kompartemen
ECF dan ICF karena air pindah dari daerah dengan konsentrasi zat terlarut yang
lebih tinggi (osmolalitas lebih tinggi) ke daerah dengan konsentrasi zat terlarut yang
lebih rendah (osmolalitas lebih rendah) sampai tercapainya keseimbangan osmotik.
Ketidakseimbangan hipoosmolalitas disebabkan oleh adanya kelebihan air atau
kekurangan natrium. Ketidakseimbangan hiperosmolalitas disebabkan oleh
kelebihan dan kekurangan air. Ketidakseimbangan hipoosmolalitas mengakibatkan
kelebihan air dalam ICF (pembengkakan sel). Ketidakseimbangan hiperosmolalitas
mengakibatkan berkurangnya air dalam ICF (pengkerutan sel).
• Ketidakseimbangan osmolalitas diketahui terutama dari konsentrasi natrium
serum. Penanganan ketidakseimbangan hipoosmolalitas meliputi pembuangan
kelebihan air atau penambahan natrium. Hiperosmolalitas meliputi penambahan
air atau larutan intravena hipotonik, pembuangan kelebihan natrium atau glukosa.
22. KELAINAN SIRKULASI, CAIRAN TUBUH DAN ASAM-BASA-17
KELAINAN ASAM BASA
• Asupan dan pengeluaran air & elektrolit diatur lewat hubungan timbal balik
hormon dan saraf yang mendasari perilaku dan kebiasaan makan. Proses
metabolik di tubuh menghasilkan pembentukan asam demi tercapainya
keseimbangan asam-basa. Asam ini harus dikeluarkan. Paru melakukan
pembuangan karbon dioksida. Ginjal melakukan pembuangan asam-asam lain,
asam-asam yang tidak mudah menguap (bukan gas). Paru dan ginjal bersama
sistem penyangga tubuh lainnya memelihara konsentrasi asam plasma
Konsep Patofisiologis
• Defisit volume cairan (penurunan volume cairan ekstrasel) terjadi setelah
pendarahan akut, diare, muntah lama atau berkeringat berlebihan, disebabkan
oleh perpindahan cairan dari kompartemen ekstrasel ke intrasel. Penurunan garam
& air atau penurunan air saja menyebabkan defisit volume cairan menimbulkan
defisit isotonik. Defisiensi air ditandai dengan hipernatremia (natrium yang
berlebihan) dalam darah. Penurunan berat badan akut mengisyaratkan adanya
defisit volume cairan. Kalibrasi penurunan berat badan hingga 2% = defisit ringan,
2-5% defisit medium dan lebih dari 8% defisit berat.
• Bayi dan anak-anak berisiko tinggi mengalami defisit volume cairan bila menderita
diare atau muntah lama. Penyebab utama kematian bayi adalah diare infeksius
yang menyebabkan kolaps sirkulasi. Perlu vaksinasi terhadap rotavirus, penyebab
utama diare pada bayi dan masa kanak-kanak awal.
23. KELAINAN SIRKULASI, CAIRAN TUBUH DAN ASAM-BASA-18
Hiponatermia
• Bila konsentrasi natrium plasma kurang dari 135 mEq/l dengan osmolalitas
plasma kurang dari 280 mOsm/kg. Kelebihan volume cairan bersifat
isotonik, ditandai peningkatan timbunan garam dan air. Penyebab utama
yaitu disfungsi ginjal. Penyebab lainnya: gagal jantung, penyakit hati dan
kortikosteroid berlebihan. Penambahan berat badan akut ( lebih dari 5%),
tanda adanya kelebihan cairan.
• Kehilangan natrium akibat muntah, diare atau keringat yang berlebihan. Jika
kehilangan cairan diganti dengan air murni tanpa elektrolit maka akan
muncul hiponatremia. Penyakit ginjal akibat pemakaian berlebihan sodium-
losing diuretics, ditandai oleh reabsorpsi air berlebihan yang menyebabkan
hiponatremi. Hiponatremi ditandai adanya gangguan susunan saraf pusat
yaitu: konfusi, depresi, sakit kepala, stupor dan koma. Keluhan pencernaan
berupa kram , diare dan muntah. Edema perifer dapat muncul. Pengobatan
dilakukan berdasarkan penyebabnya, meliputi pembatasan asupan air,
penghentian atau penggantian diuretik, pemberian obat yang menghambat
fungsi ADH dan pemberian larutan salin.
24. KELAINAN SIRKULASI, CAIRAN TUBUH DAN ASAM-BASA-19
Hipernatremia
Konsentrasi natrium plasma lebih dari 148 mEq/l dengan osmolalitas
plasma lebih dari 295 mEq/kg. Ketidakseimbangan kehilangan air
terhadap natrium (misal: diare encer atau berkeringat) menimbulkan
hipernatremia. Ketidakmampuan ginjal untuk mereabsorpsi air
(diabetes insipidus) atau tenggelam dalam air laut merupakan
penyebab hipernatremia.
Gambaran klinis hipernatremia:
• Peningkatan rasa haus;
• Urine sedikit namun pekat;
• Gangguan fungsi susunan saraf meliputi: penurunan refleks,
kejang dan koma pada kasus ekstrem;
• Efek kardiovaskular: penurunan tekanan darah disertai
peningkatan kecepatan jantung.
• Pengobatan hipernatremia adalah rehidrasi oral. Osmolalitas
serum harus dipantau cermat agar tidak mengganggu fungsi
susunan saraf.
25. KELAINAN SIRKULASI, CAIRAN TUBUH DAN ASAM-BASA-20
Hipokalemia
= konsentrasi kalium plasma kurang dari 3,5 mEq/l. Terjadi
akibat penurunan asupan kalium dalam diet, peningkatan
pengeluaran kalium dari ginjal, usus atau lewat keringat,
perpindahan kalium dari kompartemen ekstrasel ke intrasel.
Hipokalemia ringan (kalium serum 3,0 sampai 3,5 mEq/l)
tidak menimbulkan gejala pada individu yang sehat.
Hipokalemia parah: gejala lemah, letih, mual, muntah dan
konstipasi. Kadar kalium kurang dari 2,5 mEq/l: nekrosis otot
dan paralisis yang menyebabkan gagal pernapasan, konfusi
atau stupor yang merupakan tanda-tanda disfungsi susunan
saraf pusat, disritmia jantung terutama pada penderita
penyakit jantung. Hipokalemia menghambat pelepasan
aldosteron sebagai akibat ginjal tidak dapat memekatkan
urine sehingga terjadi poliuria. Pengobatan ditujukan
meningkatkan asupan kalium dalam diet.
26. KELAINAN SIRKULASI, CAIRAN TUBUH DAN ASAM-BASA-21
Hiperkalemia
• = Konsentrasi kalium plasma lebih dari 5,0 mEq/l
disertai dengan gagal ginjal bila ginjal tidak dapat
mensekresi kalium. Hiperkalemia terjadi pada trauma
atau luka bakar luas, sel-sel yang rusak mengeluarkan
simpanan kalium intraselnya. Hiperkalemia terdapat
pada pemberian intravena larutan kalium yang sangat
pekat atau pemberian intravena kalium pada pasien
yang pengeluaran urinenya rendah.
• Gambaran klinis hiperkalemia: gangguan fungsi otot (
kram dan lemah). Disfungsi jantung menyebabkan
jantung berhenti dan kematian. Dialisis dibutuhkan
pada individu gagal ginjal. Pengeluaran cepat kalium
dari cairan ekstrasel dilakukan dengan pemberian
insulin untuk meningkatkan transpor intrasel kalium.
27. KELAINAN SIRKULASI, CAIRAN TUBUH DAN ASAM-BASA-22
Hipokalsemia
= konsentrasi kalsium kurang dari 8,5 mg/dl, tidak dapat
mengakses simpanan kalsium tulang akibat disfungsi / supresi
atau pengangkatan kelenjar paratiroid, defisiensi vitamin D,
sehingga menyebabkan penurunan absorpsi kalsium dalam diet.
Peningkatan ikatan protein kalsium serum akibat penurunan
atom Hidrogen dapat menimbulkan hipokalsemia karena gagal
ginjal dapat menyebabkan kenaikan kadar fosfat. Hipokalsemia
menyebabkan gangguan fungsi neuromuskuler (spasme, kram
otot, kebas dan kesemutan di ekstremitas), hipotensi dan
penurunan curah jantung merupakan tanda terkenanya sistem
kardiovaskular, disertai nyeri tulang, deformitas dan fraktur.
Osteomalasia dan riketsia pada masa kanak-kanak dapat terjadi.
Pengobatan hipokalsemia akut berupa infus, intravena senyawa
kalsium. Untuk gangguan jangka panjang, dianjurkan
meningkatkan kalsium dan vitamin D dalam diet.
28. KELAINAN SIRKULASI, CAIRAN TUBUH DAN ASAM-BASA-23
Hiperkalsemia
• = konsentrasi kalsium lebih dari 10,5 mg/dl, diakibatkan
oleh pelepasan berlebihan kalsium tulang pada
penderita hiperparatiroidisme atau neoplasma tulang.
Selain itu imobilisasi lama, asupan vitamin D berlebihan
disertai asupan kalsium dari makanan dan terapi litium
pada gangguan manik-depresif dapat menyebabkan
hiperkalsemia.
• Akibat klinis hiperkalsemia: gangguan fungsi ginjal,
(peningkatan risiko batu ginjal dan poliuri, ginjal
tidakmampu memekatkan urine), gangguan
neuromuskular ( lemah otot, hilangnya tonus dan atrofi
otot), gangguan sistem kardiovaskular ( peningkatan
tekanan darah dan perubahan EKG), disfungsi susunan
saraf pusat (letargi, stupor dan koma).
29. KELAINAN SIRKULASI, CAIRAN TUBUH DAN ASAM-BASA-24
Hipofosfatemia
= Konsentrasi fosfat serum kurang dari 2,5 mg/dl akibat kurang
gizi, mengonsumsi alkohol berlebihan, terapi insulin dosis tinggi
pada diabetes, perpindahan fosfat dari kompartemen ekstrasel
ke intrasel. Transpor intrasel fosfat dirangsang oleh insulin,
pemberian glukosa lama atau perbaikan gizi berlebihan
menyebabkan deplesi fosfat ekstrasel. Penurunan absorpsi
fosfat di usus terdapat pada diare lama atau pemberian
alumunium / antasid yang mengandung kalsium karena zat-zat
ini mengikat fosfat dan meningkatkan eksresinya dalam tinja.
Manifestasi hipofosfatemia: disfungsi neuromuskular yang
ditandai oleh tremor, kelemahan otot, kejang dan koma hingga
kematian. Semua simpanan energi terganggu karena fosfat
adalah komponen penting dalam ATP. Sel darah merah, sel
darah putih dan fungsi trombosit juga berkurang.
30. KELAINAN SIRKULASI, CAIRAN TUBUH DAN ASAM-BASA-25
Hiperfosfatemia
• = Konsentrasi fosfat serum lebih dari 4,5 mg/dl akibat penurunan
fungsi ginjal, redistribusi fosfat intrasel akibat trauma besar,
kehancuran sel kanker pada kemoterapi, terapi laksatif yang
mengandung fosfat atau enemia. Akibat dari hiperfosfatemia:
gangguan neuromuskular (tetani, lemah) dan kardiovaskular
(disritmia, hipotensi). Dibutuhkan koreksi penyebab gangguan dan
dialisis untuk pengobatan.
• Penyebabnya: tekanan parsial karbon dioksida meningkat, > 45
mmHg. Asidosis respiratorik >24 jam, kadar bikarbonat plasma > 28
miliekuivalen per liter, dimana ginjal mengekskresikan banyak ion
hidrogen dan menyerap banyak basa. Bila kompensasi ginjal berhasil,
maka pH plasma turun dalam rentang yang wajar. Bila kompensasi
gagal atau asidosis respiratorik lebih akut > 24 jam, kadar ion
hidrogen bertambah (pH plasma <7,35). PH urine menjadi asam
karena ginjal mengekskresikan ion hidrogen dan mengembalikan pH
menjadi normal.
Penatalaksanaan
• Perbaikan ventilasi penting dilakukan (ventilasi mekanis)
31. KELAINAN SIRKULASI, CAIRAN TUBUH DAN ASAM-BASA-26
Asidemia
= penurunan pH arteri < 7,35. Penyebabnya: pernapasan, ginjal atau
metabolik.
Asidosis
= kadar ion hidrogen meningkat karena kegagalan paru mengeluarkan
karbon dioksida, produksi asam yang mudah dan tidak mudah menguap
bertambah, pengeluaran basa bikarbonat karena diare persisten, ginjal
gagal menyerap kembali bikarbonat atau mensekresi ion hidrogen.
Alkalemia
= peningkatan pH darah >7,45. Penyebabnya: pernapasan, ginjal atau
metabolik.
Alkalosis
= penurunan sistemik konsentrasi ion hidrogen akibat pengeluaran
karbon dioksida yang berlebihan selama hiperventilasi, muntah atau
asupan basa yang berlebihan.
32. KELAINAN SIRKULASI, CAIRAN TUBUH DAN ASAM-BASA-27
Kompensasi
Paru dan ginjal bekerja sama mempertahankan pH plasma 7,35-7,45. Bila timbul asidosis /
alkalosis karena penyakit paru, ginjal berespons: mengubah penanganan terhadap ion hidrogen
dan basa bikarbonat agar pH normal. Kerja ginjal melawan asidosis atau alkalosis karena
penyakit paru disebut kompensasi ginjal yang berefek sekitar 24 jam setelah perubahan pH
karena gangguan respirasi. Bila timbul asidosis / alkalosis akibat gangguan metabolik / ginjal,
maka sistem pernapasan berespons dengan meningkatkan / menurunkan kecepatan
pernapasan, untuk mengembalikan ph normal yang disebut kompensasi respirasi. Kompensasi
respirasi berlangsung segera jika ada perubahan ion hidrogen karena ion hidrogen faktor
penentu pengontrol pusat pernapasan di otak.
Hiperaldosteronisme primer
Hiperaldosteronisme primer = pembentukan dan pelepasan aldosteron yang berlebihan dari
kelenjar adrenal disebabkan tumor yang mensekresi aldosteron atau penyakit yang tidak
diketahui penyebabnya (idiopatik, penyakit Cushing terkait dengan peningkatan ACTH atau
hipoplasia adrenal dapat menyebabkan aldosteronisme. Aldosteron meningkatkan reabsorpsi
natrium di ginjal , meningkatkan ekskresi kalium dan muncul gangguan elektrolit.
Gambaran klinis
Gejala hipernatremia dan hipokalemia.
Penatalaksanaan
Diet rendah garam atau diuretik hemat kalium (potasium-spacing diuretics).
33. KELAINAN SIRKULASI, CAIRAN TUBUH DAN ASAM-BASA-28
Asidosis respiratorik
=penurunan pH arteri akibat gangguan respirasi primer. Paru bertugas mengeliminasi asam
mudah menguap dalam bentuk karbon dioksida yang merupakan hasil metabolisme. Bila
pernapasan terganggu, kadar karbon dioksida meningkat, terjadi peningkatan konsentrasi ion
hidrogen dan pH turun. CO2 + H2O H2CO3 H + + HCO-
3
Penyebab Asidosis Respiratorik
Ggn paru obstruktif (peny. paru obstruktif kronis, asma), hipoventilasi, overdosis obat atau
obstruksi jalan napas. Kongesti paru menyebabkan penurunan difusi karbon dioksida dari darah
ke dalam paru sehingga eliminasinya berkurang. Sindrom distres pernapasan pada bayi atau
dewasa, berkaitan dengan penurunan aliran darah paru serta gangguan pertukaran karbon
dioksida dan oksigen antara paru dan darah sehingga terjadi penimbunan karbon dioksida.
Kompensasi untuk Asidosis Respiratorik
Bila asidosis disebabkan masalah pernapasan, timbul kompensasi ginjal. Kompensasi ginjal
menyebabkan peningkatan sekresi dan ekskresi asam, peningkatan reabsorpsi basa. Sedikit
bikarbonat yang disekresikan dalam urine. Kompensasi ginjal memerlukan waktu minimal 24
jam. Kompensasi hanya terjadi pada kasus asidosis respirasi yang berlangsung dalam waktu
tersebut dan pH plasma akan normal.
Gambaran klinis
• Gejala neurologis: nyeri kepala, perubahan perilaku dan tremor. Depresi pernapasan akibat
peningkatan karbon dioksida
Penatalaksanaan : perbaikan ventilasi penting dilakukan (ventilasi mekanis)
34. KELAINAN SIRKULASI, CAIRAN TUBUH DAN ASAM-BASA-29
Alkalosis respiratorik
= peningkatan pH arteri akibat gangguan pernapasan. Alkalosis respiratorik terjadi
bila kadar karbon dioksida turun < 38 mmHg, penurunan konsentrasi ion hidrogen
bebas dan peningkatan pH.
Penyebab Alkalosis respiratorik yaitu
Hiperventilasi disebabkan demam, cemas dan hipoksemia (tekanan parsial oksigen
darah arteri turun < 50 mmHg (normal: 100 mmHg). Toksisitas salisilat dan infeksi
otak merangsang pusat pernapasan di otak untuk meningkatkan kecepatan
pernapasan yang menyebabkan alkalosis respiratorik.
Kompensasi Alkalosis respiratorik
Alkalosis disebabkan gangguan pernapasan yang merangsang kompensasi ginjal
untuk menormalkan pH dengan cara menurunkan sekresi ion hidrogen dan secara
aktif mensekresikan ion bikarbonat ke dalam urine. Kompensasi ginjal memerlukan
waktu 24 jam agar efektif.
Gambaran Klinis
Pernapasan cepat, gangguan susunan saraf pusat ( pusing, kontraksi otot dan
perubahan kesadaran).
Penatalaksanaan
Atasi penyebab hiperventilasi. tingkatkan tekanan parsial karbon dioksida dengan
cara bernapas melalui kantong dan hirup kembali udara yang telah dikeluarkan.
35. KELAINAN SIRKULASI, CAIRAN TUBUH DAN ASAM-BASA-30
Asidosis metabolik
= penurunan pH arteri akibat nonrespirasi. Asidosis metabolik ditandai dengan
timbunan asam tidak mudah menguap.
Penyebab Asidosis metabolik karena:
1. Peningkatan produksi asam yang tidak mudah menguap a.l. asam laktat yang
terbentuk selama hipoksia lama, keton ( produk sampingan metabolisme lemak
pada diabetes), asam berasal dari over dosis obat (salisilat = metabolisme aspirin); ,
metabolisme protein yang berlebihan selama kelaparan atau malnutrisi protein
menyebabkan peningkatan produksi asam.
2. Penurunan klirens ginjal atas asam-asam yang tidak mudah menguap, ion hidrogen
( penyakit gagal ginjal, gangguan aliran darah ginjal). Akibat gangguan ginjal, terjadi
timbunan ion hidrogen. Normal ginjal mengabsorpsi bikarbonat yang difiltrasi dan
secara aktif mensekresikan ion hidrogen ke dalam urine. Timbunan sisa nitrogen
(urea) pada gagal ginjal atau hipoksia ginjal akan mengasamkan darah.
3. Bikarbonat hilang pada penyakit fungsi ginjal yang turun ( ginjal gagal mengabsorpsi
basa bikarbonat sehingga terjadi asidosis), pada diare kronis (bikarbonat banyak
dalam sekresi usus). Kadar klorida ekstrasel yang tinggi (hiperkloremia)
menyebabkan ion bikarbonat masuk ke dalam sel mengakibatkan asidosis
hiperkloremik
36. KELAINAN SIRKULASI, CAIRAN TUBUH DAN ASAM-BASA-31
Kompensasi Asidosis Metabolik
Asidosis disebabkan gangguan metabolik sehingga terjadi kompensasi respirasi
(ekspirasi lebih banyak karbon dioksida oleh paru melalui peningkatan kecepatan
dan kedalaman pernapasan). pH plasma normal kembali. Respirasi selama asidosis
metabolik akibat ketoasidosis diabetes disebut pernapasan Kussmaul. Keberhasilan
kompensasi respirasi bergantung pada keparahan asidosis. Asidosis metabolik yang
disebabkan penyakit ginjal, ginjal juga melakukan kompensasi dan mengeksresikan
lebih banyak asam.
Gambaran klinis
• Lemah dan letih akibat gangguan fungsi otot
• Anoreksia, muntah dan mual
• Kulit hangat memerah akibat penurunan kepekaan pH sebagai respons vaskular
terhadap rangsangan simpatis.
Penatalaksanaan
• Pada pasien penyakit ginjal diberikan basa berlebih dalam makanan.
• Pemberian natrium bikarbonat untuk meningkatkan pH secara cepat bila pasien
berisiko meninggal. Prosedur ini harus hati-hati karena infus natrium bikarbonat
dapat menyebabkan pembengkakan otak.
• Anak-anak penderita gagal ginjal yang menjalani dialisis peritoneum akan
menormalkan kadar bikarbonatnya sehingga terjadi perbaikan pertumbuhan. Hasil
dialisis peritoneum lebih baik dalam menormalkan bikarbonat dibanding
hemodialisis sehingga memperbaiki hasil akhir pertumbuhan pada anak-anak.
37. KELAINAN SIRKULASI, CAIRAN TUBUH DAN ASAM-BASA-32
Alkalosis metabolik
= peningkatan pH arteri akibat gangguan non respirasi.
Penyebab Alkalosis metabolik
1.Hilangnya asam akibat muntah berlebihan (isi lambung bersifat asam ) menyebabkan
alkalosis, secara tidak langsung klorida keluar melalui muntahan.
2. Peningkatan kadar basa bikarbonat: asupan bikarbonat dalam bentuk antasid ( obat
indigesti atau nyeri ulu hati) dan larutan bikarbonat dalam resusitasi kardiopulmonal
menyebabkan alkalosis metabolik.
3. Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan peningkatan kadar bikarbonat
plasma (jumlah bikarbonat yang difiltrasi glomerulus berkurang), terjadi alkalosis
metabolik. Bila kecepatan aliran darah berkurang terjadi peningkatan bikarbonat
yang direabsorpsi ke kapiler peritubulus.
4. Perubahan kadar elektrolit ekstrasel akibat pergeseran ion hidrogen ke dalam sel.
Penurunan klorida extrasel ( klorida difusi kedalam sel) menyebabkan alkalosis
metabolik dan ion hidrogen ke intrasel yang disebut alkalosis hipokloremik.
Hipokalemia (penurunan kalium plasma) juga menyebabkan alkalosis metabolik
akibat peningkatan ekskresi hidrogen oleh ginjal.
38. KELAINAN SIRKULASI, CAIRAN TUBUH DAN ASAM-BASA-33
Kompensasi Alkalosis metabolik
Kompensasi respirasi pada alkalosis disebabkan oleh masalah
metabolik. Penurunan kecepatan dan kedalaman pernapasan
adalah kompensasi respirasi untuk mengembalikan pH ke rentang
normal. Ginjal juga berperan dalam kompensasi.
Gambaran klinis
Kelainan neurologis muncul secara lambat berupa konfusi, refleks
hiperaktif, spasme dan tetani (kontraksi otot yang menetap).
Komplikasi
Pada pH lebih dari 7,55 terjadi disritmia dan koma akibat
perubahan depolarisasi neuron dan sel otot jantung.
Penatalaksanaan
• Apabila penyebabnya adalah defisiensi klorida atau kalium, maka
ion-ion tersebut harus diganti.
• Apabila penyebabnya penurunan volume cairan ekstrasel maka
diperlukan sulih dengan larutan salin (larutan NaCl).
39. PERADANGAN
• Bila sel atau jaringan tubuh cedera atau mati, maka
respons terhadap cedera disebut peradangan.
Peradangan adalah reaksi vaskular yang hasilnya adalah
pengiriman cairan + zat yang terlarut + sel dari sirkulasi
darah ke jaringan interstitial daerah cedera atau
nekrosis. Peradangan adalah gejala yang
menguntungkan, hasilnya adalah netralisasi dan
pembuangan agen penyerang, penghancuran jaringan
nekrosis , perbaikan dan pemulihan.
• Untuk menimbulkan reaksi peradangan, jaringan harus
hidup dan memiliki mikrosirkulasi fungsional. Bila
jaringan nekrose luas, reaksi peradangan ditemukan di
antara jaringan mati dan jaringan hidup dengan
sirkulasi yang utuh. Infeksi adalah salah satu penyebab
peradangan.
40. PERADANGAN-2
Gambaran Makroskopis Peradangan Akut
Peradangan akut = respons langsung dari tubuh terhadap cedera atau kematian sel.
Tanda2 pokok : merah, panas, nyeri, bengkak dan perubahan fungsi.
• Rubor (kemerahan)
Ketika timbul reaksi radang, arteriol melebar sehingga lebih banyak darah yang
mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal yang dinamakan hiperemia atau kongesti
menimbulkan warna merah lokal. Timbulnya hiperemia diatur oleh tubuh secara
neurogenik dan kimia melalui pengeluaran zat seperti histamin.
• Kalor (panas)
Panas terjadi bersamaan dengan kemerahan. Panas hanya terjadi di permukaan tubuh.
Daerah radang menjadi lebih panas dari sekelilingnya sebab darah yang disalurkan ke
permukaan daerah yang terkena lebih banyak.
• Dolor (sakit)
Perubahan pH lokal dan konsentrasi lokal ion merangsang ujung saraf dan pengeluaran
zat kimia histamin atau zat kimia bioaktif yang merangsang saraf, serta pembengkakan
mengakibatkan peningkatan tekanan lokal.
• Tumor (bengkak)
Pembengkakan lokal ditimbulkan oleh adanya kiriman cairan dan sel dari sirkulasi
darah ke jaringan interstitital. Campuran sel + timbunan cairan di daerah radang
disebut eksudat yang sebagian besar tdd cairan. Kemudian leukosit meninggalkan
aliran darah dan tertimbun dalam eksudat.
41. PERADANGAN-3
Aspek Cairan pada Peradangan
Eksudasi
Dinding saluran pembuluh darah kecil (kapiler dan venula)
memungkinkan molekul kecil lewat dan menahan molekul
besar (protein) dalam lumen pembuluh. Pembuluh darah
yang semipermeabel menyebabkan gaya osmotik menahan
cairan tetap dalam pembuluh, diimbangi oleh dorongan ke
luar tekanan hidrostatik pembuluh darah. Fungsi pembuluh
limfa untuk mengisap cairan yang mencapai jaringan
interstitial. Eksudat radang mengandung protein plasma. Pada
radang akut, perubahan permeabilitas pembuluh darah kecil
mengakibatkan kebocoran protein dan diikuti pergeseran
keseimbangan osmotik dan air keluar bersama protein
sehingga menimbulkan pembengkakan jaringan. Dilatasi
arteriol menimbulkan hiperemia lokal dan kemerahan juga
mengakibatkan peningkatan tekanan intravaskular karena
pembuluh darah penuh. Molekul protein keluar dari lumen
pembuluh darah jika terjadi peradangan lokal.
42. Sistem Limfatik dan Aliran Limfe
Sistem Limfatik dan Aliran Limfe
• Terjadi perembesan lambat cairan interstitial dalam saluran limfe
jaringan dan limfe yang terbentuk dibawa ke sentral dan
bergabung kembali ke vena. Pada radang akut, lapisan sel
pembatas pembuluh limfe yang terkecil meregang seperti venula
dan memungkinkan banyak bahan yang masuk ke jaringan
interstitial. Pembuluh limfe dipertahankan dalam posisi terbuka
karena jaringan membengkak akibat serabut jaringan ikat
tertambat dan kandungan protein dan sel juga bertambah di
pembuluh limfe.
• Bertambahnya aliran bahan melalui pembuluh limfe mengurangi
pembengkakan jaringan yang meradang dengan menggosokkan
sebagian dari eksudat. Agen dapat menimbulkan cedera yang
dibawa pembuluh limfe dari tempat radang ke tempat yang jauh.
Penyebaran dibatasi oleh penyaringan kelenjar limfe regional yang
dilalui cairan limfe. Bahan yang terbawa melewati kelenjar dapat
mencapai aliran darah. Seseorang harus waspada akan
kemungkinan terserangnya sistem limfatik. Bila pembuluh limfe
terkena radang disebut limfangitis dan jika kelenjar limfe terkena
radang disebut limfadenitis (limfadenopati).
43. Sistem Limfatik dan Aliran Limfe-2
Aspek Selular Peradangan
Migrasi dan Emigrasi
• Pada awal peradangan akut, arteriol berdilatasi, aliran darah ke daerah
radang bertambah. Cairan bocor keluar dari mikrosirkulasi yang
permeabilitasnya bertambah, sel darah merah dan putih dan trombosit
ditinggalkan dan viskositas bertambah. Sirkulasi di daerah yang terkena
menjadi lambat. Normalnya, aliran darah adalah streamline dan bahan
didalamnya tidak menabrak dinding pembuluh. Kerika viskositas naik dan
aliran melambat, leukosit mengalami marginasi yaitu bergerak ke bagian
arus perifer. Leukosit yang marginasi mulai melekat ke endotelium, disebut
pengerasan yang merupakan awal dari emigrasi leukosit. Leukosit bergerak
seperti amoeba, mengulurkan pseudopodi. Banyak leukosit yang
dikeluarkan dari aliran darah dan masuk ke daerah peradangan.
Kemotaksis
• Pergerakan leukosit pada interstitial dari jaringan yang meradang akibat
adanya sinyal kimia, disebut kemotaksis. Faktor yang memberi sinyal
kemotaktik berupa agen menular, jaringan rusak, zat yang diaktifkan melalui
fraksi protein plasma yang bocor dari aliran darah. Gabungan peningkatan
pengiriman leukositke daerah, perubahan dalam aliran darah yang
mengakbatkan pengerasan dan marginasi, orientasi kemotaktik gerakan
leukosit mengakibatkan akumulasi cepat dari leukosit dalam eksudat.
44. Sistem Limfatik dan Aliran Limfe-3
Mediator Peradangan
• Cedera langsung merusak endotelium
pembuluh darah dan menimbulkan
kebocoran protein serta cairan di daerah
cedera, cedera merangsang
pembentukan dan pengeluaran zat kimia
dalam tubuh untuk menimbulkan
peradangan. Mediatornya digolongkan
dalam amino vasoaktis, substansi yang
dihasilkan sistem enzim plasma,
metabolit asam arakhidonat, berbagai
macam produk sel.
45. Histamin
Histamin
= Amina vasoaktif yang mampu
menghasilkan vasodilatasi dan
peningkatan permeabilitas membran.
Histamin disimpan dalam granula sel
mast , sel basofil dan trombosit. Cedera
dan reaksi imunologis merangsang
pengaktifan sistem komplemen serum
yang menyebabkan pelepasan histamin.
Histamin berperan pada awal proses
peradangan dan mediator alergi
47. Faktor Plasma
Faktor Plasma
• Plasma darah adalah sumber yang kaya akan sejumlah mediator
penting. Kenyataan ini dibentuk oleh kerja enzim proteolitik yang
membangiun sistem pertahanan. Agen utama yang mengatur
adalah faktor Hageman (faktor XII) yang berada dalam plasma
dalam bentuk tidak aktif dan diaktifkan oleh cedera. Faktor
Hageman yang aktif merangsang pembekuan dan pembentukan
fibrin. Fibrin dapat berperan sebagai mediator vasoaktif pada
radang. Faktor Hageman juga mengaktifkan sistem plasminogen,
membebaskan plasmin atau fibrinolisin. Protease memisahkan
fibrin dan mengaktifkan sistem komplemen yang komponennya
berfungsi sebagai mediator radang, misalnya anafilatoksin
melepaskan histamin dan mempengaruhi permeabilitas vaskular
dan yang lainnya sebagai agen kemotaktik yang kuat. Penyatuan
antigen dan antibodi merupakan agen terpenting dalam sistem
komplemen. Faktor Hagemen mengubah prekalikrein menjadi
kalikrein (enzim proteolitik) dan bekerja pada kininogen plasma
untuk membebaskan bradikinin, peptida yang melebarkan
pembuluh darah dan meningkatkan permeabitilitas.
48. Faktor Plasma-2
Metabolit asam arahidonat
• Asam arahidonat sebagai mediator radang yang penting, berasal
dari fosfolipid membran sel ketika diaktifkan oleh cedera. Asam
arahidonat dimetabolisasikan dalam 2 jalur: siklooksigenase dan
lipoksingenase yang menghasilkan prostaglandin, tromboksan dan
leukotrin. Aspirin dan obat anti radang non steroid menghambat
jalur siklooksigenase. Terdapat metabolit oksigen yang dihasilkan
neutrofil dan makrofag, kandungan lisosom, limfokin oleh limfosit
yang diaktifkan.
JENIS DAN FUNGSI LEUKOSIT
• Leukosit bersirkulasi dalam aliran darah dan migrasi ke dalam
eksudat radang sumsum tulang, sel darah merah dan trombosit
dihasilkan terus menerus. Dalam sumsum tulang ditemukan
banyak leukosit yang belum matang dari berbagai jenis dan pool
leukosit matang yang ditahan sebagai cadangan untuk dilepaskan
ke sirkulasi darah. Dengan rangsangan respons peradangan, sinyal
umpan balik sumsum tulang mengubah laju produksi dan
pengeluaran satu jenis leukosit ke dalam aliran darah.
49. GRANULOSIT
GRANULOSIT
= golongan leukosit yang terdiri atas neutrofil, eosinofil, basofil dan mempunyai
granula dalam sitoplasma. Monosit dan limfosit tidak mengandung granula dalam
sitoplasma. Adanya leukosit dalam eksudat akibat sinyal kemotaktik dalam proses
radang. Sel pertama yang timbul dalam eksudat adalah neutrofil, waktu paruhnya
adalah 6 jam dan tertahan dalam sumsum tulang sebagai bentuk matang yang siap
untuk dikeluarkan bila ada sinyal. Granula dalam sitoplasma neutrofil adalah
lisosom yang dihasilkan selama pematangan sel, terdiri atas hidrolase,protease,
lipase, fosfatase. Neutrofil polimorfonuklear adalah kantong yang mengandung
banyak enzim dan partikel antimikroba. Neutrofil PMN bergerak aktif seperti
amoeba dan menelan berbagai zat asing yang disebut fagositosis. Neutrofil
mendekati bakteri yang akan difagositosis, mengalirkan sitoplasma dan mengambil
bakteri ke dalam bungkus sitoplasma pada vesikel yang terikat membran yang
menonjol keluar dari membran sel neutrofil. Fagositosis dibantu oleh opsonin yang
mencakup imunoglobulin dan komponen sistem komplemen. Setelah mencerna
baketri dan memasukkannya ke vakuola fagositosis atau fagosom, lalu mematikan
bakteri atau mencernanya. Mematikan bakteri dengan merubah pH setelah
fagositosis, melepas antibakteri ke dalam vakuola atau membentuk zat antibakteri
seperti hidrogen peroksida. Pencernaan bakteri dalam vakuola selesai dengan
penyatuan lisosom dan fagosom dan enzim pencernaaan yang diaktifkan dalam
fagolisosom.
50. GRANULOSIT-2
• Enzim pencernaan dan metabolit oksigen dari neutrofil dilepaskan ke
dalam jaringan host sebagai agen yang potent. Pelepasan ke luar sel
terjadi pada kematian dan disintegrasi neutrofil, terjadi setelah
fagositosis kristal seperti urat neutrofil yang disusul oleh pecahnya
fagolisosom dan jika neutrofil mencoba menelan kompleks imun.
• Neutrofil berumur pendek dalam jaringan, tidak dapat membelah
dan tidak dapat mensintesis enzim intraselular.
• Eosionofil adalah granulosit lain dalam eksudat peradangan, biasanya
dalam jumlah sedikit, memiliki inti tidak teratur, granula berwarna
merah cerah dengan zat warna eosin. Eosinofil berfungsi untuk
memberi respons terhadap kemotaktik, mencernakan partikel
fagositosis, mematikan organisme. Reaksi alergi dan zat toksik
terhadap parasit tertentu dan zat yang memperantarai reaksi
peradangan bisa merangsang eosinofil. Eosinofil cenderung
berkumpul dalam tempat infestasi parasit dan alergi.
• Basofil adalah granulosit yang sitoplasmanya dipengaruhi granula
besar warna biru tua. Sel ini berasal dari sumsum tulang dan disebut
sel mast atau basofil jaringan. Granulanya mengandung enzim
heparin dan histamin. Basofil memberi respons terhadap sinyal
kemotaktik dan terdapat sangat sedikit dalam eksudat. Sel mast
adalah sumber histamin dalam radang akut.
51. Monosit
Monosit
• = leukosit yang inti dan sitoplasmanya agranular. Monosit berasal dari sumsum tulang, umur
sirkulasinya lebih panjang daripada granulosit. Pada reaksi radang akut, monosit emigrasi
dalam jumlah sedikit dan lambat. Dalam alirah darah, saat dalam eksudat monosit berubah
menjadi makrofag. Makrofag terdapat dalam jaringan penyambung histiosit.
• Makrofag mempunyai fungsi yang sama dengan PMN, bergerak aktif dan respons terhadap
sinyal kemotaktik, fagosit aktif, mematikan serta mencernakan agen. Makrofag tahan
berbulan-bulan dalam jaringan, membelah, mensintesis enzim intrasel, saat masuk ke
jaringan belum matang sempurna. Makrofag meningkatkan aktivitas metabolik, lebih efektif
dalam fagositosis dan efisien mematikan dan mencerna mikroorganisme, dapat merubah
bentuk menjadi sel epiteloid atau bergabung bersama membentuk sel raksasa berinti banyak
().
• Makrofag tersebar dalam tubuh luas dalam keadaan basal yang normal dan disebut sistem
retikuloendotelial, istilah untuk sel berinti satu dan bisa fagositosis yang sekarang disebut
sistem monosut makrofag, mencakup monosit darah, histiosit jaringan, makrofag dan sel
fagosit mononuklear. Sel kuffler adalah populasi sel yang kurang mobil, sel pembatas saluran
darah sepanjang limpa, hati dan sumsum tulang. Makrofag terdapat dalam saluran dan
kelenjar limfe, rongga serosa tubuh, paru-paru, sistem saraf pusat. Fungsinya adalah
fagositosis utnuk membersihkan darah, limfe, ruang interstitial dari benda asing yang
merupakan langkah pertama yang penting dalam respons imun. Fungsi ini melibatkan proses
hemoglobin sel darah merah yang mencapai akhir masa hidupnya. Makrofag menangkap
dan menggunakan kembali unsur penting dengan memecah hemoglobin menjadi besi yang
52. Limfosit
• Limfosit terdapat dalam jumlah yang kecil dan waktu yang lama dalam
eksudat sampai reaksi menjadi radang kronik. Vasodilatasi pada awal radang
akut, membawa bahan baku reaksi ke daerah itu. Jika pelebaran arteriol dan
penambahan darah dicegah oleh keadaan lokal atau obat. Peradangan akan
terhambat. Permeabilitas vaskuler bertambah mengakibatkan cairan yang
dapat mengencerkan agen berbahaya dan mengangkut protein seperti
fibrinogen yang dirubah menjadi fibrin sebagai penutup luka. Fibrin dapat
bertindak sebagai sarana migrasi leukosit. Leukosit yang dimobilisasi
menangkap mikroba dan menghancurkan sisa jaringan hingga proses
perbaikan dimulai.
NASIB REAKSI PERADANGAN
• Jika terjadi kerusakan dan agen penyerang sudah dinetralkan atau
dihilangkan, rangsang untuk eksudasi cairan dan sel menghilang. Pembuluh
darah mengecil dan kembali semipermeabel, aliran cairan berhenti,
emigrasi leukosit berhenti. Cairan eksudat diserap pembuluh limfe. Sel
eksudat mengalami disintegrasi dan keluar melalui pembuluh limfe. Hasil
akhir penyembuhan jaringan yag disebut resolusi.
• Bila jumlah jaringan yang dihancurkan banyak, maka tidak resolusi. Jaringan
yang rusak diperbaiki oleh proliferasi sel tetangga. Perbaikan melibatkan 2
komponen: (1) regenerasi yang melibatkan unsur parenkim dan hasilnya
penggantian unsur yang hilang dengan jenis sel yang sama, (2) proliferasi
unsur jaringan penyambung mengakibatkan pembentukan jaringan parut.
53. Limfosit-2
• Jaringan epitel tdd kulit yang melapisi mulut, faring, saluran cerna mengalami
regenerasi dengan mudah. Sel epitel parenkim hati, tubulus ginjal, kelenjar
melakukan regenerasi dengan baik jika bentuk jaringan dipertahankan tanpa
kerusakan. Regenerasi otot lurik dan polos sangat terbatas, otot jantung tidak
mengalami regenerasi. Sel saraf juga mengalami regenerasi.
• Pembentukan jaringan parut akibat proliferasi jaringan ikat di daerah yang
berbatasan dengan daerah nekrosis meluas ke dalam daerah yang dihancurkan
oleh reaksi radang. Pertumbuhan ke arah dalam proliferasi jaringan ikat (jaringan
granulasi) memasuki daerah bekas radang yang disebut organisasi. Komponen
jaringan granulasi: fibroblas yang berproliferasi, leukosit, cairan eksudat, zat dasar
jaringan ikat. Organisasi terjadi bila banyak jaringan yang nekrose, eksudat radang
menetap dan tidak terserap, hematoma atau bekuan darah tidak mengalami
penyerapan. Fibroblas dan kapiler sekitar serta perpindahannya terarah sehingga
terjadi perluasan ke daerah yang tepat.
• Organisasi terjadi beberapa hari setelah reaksi radang. Menjelang akhir minggu,
jaringan granulasi longgar dan seluler. Fibroblas dari jaringan granulasi
mengeluarkan kolagen larut yang mengendap sebagai fibrin dalam interstitial
jaringan granulasi, berkembang menjadi jaringan ikat kolagen atau parut. Di akhir
minggu ke-2 proses remodelling berlanjut, densitas dan kekuatan jaringan parut
bertambah. Jaringan granulasi yang awalnya selular dan vaskular (lunak dan merah)
menjadi kolagen yang lebih padat dan pucat karena pembuluh darahnya regresi,
54. Limfosit-3
PENYEMBUHAN LUKA
• Penyembuhan yang paling sederhana pada penanganan luka, yaitu pada insisi
pembedahan dimana pinggir luka saling didekatkan agar penyembuhan terjadi,
disebut penyembuhan primer (healing by first intention). Setelah terjadi luka, tepi
luka dihubungkan oleh bekuan darah, fibrin seperti lem. Lalu, terjadi reaksi
peradangan akut pada tepi luka dan sel radang, terutama makrofag, memasuki
bekuan darah dan mulai menghancurkannya. Dekat reaksi eksudatif, terjadi
pertumbuhan ke dalam oleh jaringan granulasi ke dalam daerah bekas bekuan
darah. Luka dijembatani oleh jaringan granulasi yang disiapkan agar matang
menjadi parut. Epitel permukaan di tepi mulai regenerasi dan lapisan epitel
bermigrasi di atas permukaan luka. Saat jaringan parut dibawahnya matang, epitel
menebal dan matang sehingga menyerupai kulit dan terbentuk kembali permukaan
kulit dan dasaar jaringan parut yang tidak nyata. Pada luka lain, diperlukan kahitan
untuk mendekatkan kedua tepi luka sampai terjadi penyembuhan. Jahitan dapat
dilepas jika terjadi organisasi dan regenerasi epitel saat tepi luka tidak akan
membuka lagi, jika benang dilepas.
• Penyembuhan kedua terjadi jika tepi luka tidak dapat direkatkan selama proses
penyembuhan yang disebut healing by second intention atau penyembuhan
dengan granulasi. Jaringan granulasi yang terbentuk lebih banyak, jaringan parut
lebih besar dan membutuhkan waktu yang lebih lama. Pada luka besar yang
terbuka terlihat jaringan granulasi yang menutupi dasar luka seperti karpet dan
mudah berdarah bila disentuh. Jaringan granulasi tumbuh dibawah keropeng dan
terjadi regenerasi di bawahnya, lalu keropeng dibuang setelah penyembuhan
sempurna. Pelepasan keropeng menimbulkan perdarahan kecil pada jaringan
granulasi dimana regenerasi epitel belum sempurna.
55. Limfosit-4
Faktor peradangan dan penyembuhan
• Seluruh proses peradangan bergantung pada sirkulasi yang utuh ke
daerah yang terkena. Jika ada defisiensi suplai darah, hasilnya berupa
proses radang yang lambat, infeksi yang menetap dan proses
penyembuhan jelek. Agar peradangan eksudat efisien maka suplai
leukosit yang bebas dalam darah yang beredar. Penderita yang
sumsum tulangnya rusak atau tertekan tidak mampu menghasilkan
eksudat selular dengan fungsi normal walaupun jumlahnya normal,
mudah terkena infeksi berat, misal kemotaksis abnormal, fagositosis
abnormal. Sistem peradangan kurang efektif pada penderita yang
mengalami imunodefisiensi,.
• Proses penyembuhan bergantung pada proliferasi sel dan aktivitas
sintetik, sensitif terhadap suplai darah lokal dan gizi penderita. Pada
penderita kekurangan gizi, luka tidak sembuh secara optimal, dan
dihambat oleh benda asing atau jaringan nekrotik dalam luka.
56. Limfosit-5
Komplikasi penyembuhan luka
• Jaringan parut memiliki sifat untuk memendek dan lebih padat dan kompak.
Akibatnya adalah kontraktur, daerah menjadi cacat, pembatasan gerak pada
persendian. Jika jaringan parut melingkari struktur tubulus, maka struktur
akan menyempit. Jika permukaan serosa terkena radang dan eksudat tidak
mengalami resolusi, maka jaringan parut dan granulasi dapat merekatkan
permukaan mukosa. Pada pleura, perikardium pelekatan kecil. Dalam
rongga peritoneum, pelekatan antara lengkung usus atau visera abdomen
dapat menyempitkan saluran cerna lalu menjerat dan membentuk hernia
internal yang menjadi strangulasi dan gangrene.
• Komplikasi lain, (1) hernia insisional dimana jaringan granulasi dan jaringan
parut menjembatani defek pembedahan pada dinding tubuhh yang
menimbulkan tekanan intraperitoneum sambil membentuk kantong mirip
insisi, (2) keloid atau granuloma piogenik, dimana menonjolnya sebagian
kecil jaringan granulasi di atas permukaan luka, (3) amputasi atau neuroma
traumatik, dimana proliferasi regeneratif serabut saraf ke dalam daerah
penyembuhan dan terjerat pada jaringan parut yang padat menjadi
gumpalan.
57. Limfosit-6
ASPEK SISTEM PERADANGAN
• Reaksi sistemik yang menyertai reaksi lokal ialah demam.
Penyebab demam banyak, tetapi jalan terakhir dalam
perantaraannya adalah pelepasan pirogen endogen dari
neutrofil dan makrofag. Zat ini mempengaruhi pengatur
suhu dalam hipotalamus dan pengatur termostat tubuh
dan menimbulkan demam. Rangsangan yang berasal dari
pusat radang mempengaruhi maturasi dan pengeluaran
leukosit dari sumsum tulang yang mengakibatkan
leukositosis. Perubahan protein darah bersamaan dengan
perubahan laju endap darah. Pada cedera hebat, terjadi
perubahan metabolisme dan endokrin yang mencolok.
Gejala lain: malaise, anoreksia.
58. KANKER ( NEOPLASMA)
KANKER ( NEOPLASMA)
• Kanker, dinamakan juga neoplasia malignan adalah kelompok
yang terdiri dari lebih dari 100 jenis pennyakit yang berbeda
yang ditandai dengan kerusakan DNA sehingga tumbuh
kembang sel tidak berlangsung normal. Sel malignan memiliki
dua ciri khas: sel malignan tidak mampu membelah serta
melakukan diferensiasi dengan cara yang normal serta sel
malignan dapat menginvasi jaringan sekitarnya serta
bermetastasis ke tempat yang jauh.
• Jenis malignansi yang paling sering adalah kanker kulit,
leukemia, limfoma, kanker payudara, tulang, saluran cerna,
kelenjar tiroid, paru-paru, saluran perkemihan dan sistem
reproduksi. Kanker seperti germ cell ovarium dan
retinoblastoma muda banyak ditemukan pada pasien usia
muda dan di atas 65 tahun.
59. KANKER (NEOPLASMA)-2
Bagaimana kanker terjadi?
• Teori tentang karsinogenesis mengemukan proses terjadinya kanker melalui 3
tahap: permulaan (inisiasi), penggalakan (promosi), progresivitas.
Permulaan
• Tahap permulaan adalah tahap kerusakan atau mutasi DNA, ketika sel terpajan
substansi atau kerjadian yang memulai munculnya kanker (zat kimia, virus, radiasi)
saat replikasi DNA. Ada enzim-enzim yang mendeteksi kekeliruan dalam proses
transkripsi dan menghapus atau memperbaiki kekeliruan, tetapi kadang kekeliruan
terlewati. Jika protein pengatur dapat mengenalinya dan menghalangi pembelahan
sel lebih lanjut maka kekeliruan dapat diperbaiki atau sel tersebut dapat
memusnahkan diri sendiri. Jika protein pengatur tidak mengenali kekeliruan, maka
sel akan mengalami mutasi permanen yang diturunkan pada generasi sel
berikutnya.
Penggalakan/ Promosi
• Tahap promosi meliputi keterpajanan sel dengan faktor promoter yang
meningkatkan pertumbuhan. Pajanan ini terjadi segera setelah tahap pemulaan
atau beberapa tahun kemudian.
• Promoter berupa hormon (estrogen), bahan aditif pangan (nitrat), obat (nikotin).
Promoter mempengaruhi sel yang sudah mutasi dengan mengubah fungsi gen yang
mengontrol pertumbuhan dan duplikasi sel, respons sel terhadap stimulator atau
inhibitor pertumbuhan dan komunikasi antar sel.
60. KANKER (NEOPLASMA)-3
Progresivitas
• Progresivitas adalah fase penggalakan lebih lanjut, ketika tumor invasi, bermetastasis dan
resisten terhadap obat.
Penyebab
• Kanker muncul hanya saat sistem imun dan pertahanan lain gagal serta interaksi kompleks
antara pajanan karsinogen dan mutasi yang menumpuk dalam beberapa gen. Sudah
ditemukan 100 gen kanker yang dinamakan onkogen, berfungsi untuk mengaktifkan
pembelahan sel dan mempengaruhi perkembangan embriogenik. Gen kanker lain, gen
supresor tumor menghentikan pembelahan sel. Sel manusia yang normal mempunyai
protoonkogen (prekursor onkogen) dan gen supresor tumor yang berada dalam keadaan
tidak aktif atau dormant, kecuali jika gen ditransformasikan oleh mutasi yang bersifat genetik
atau didapat. Penyebab umum kerusakan gen yang didapat adalah virus, radiasi, karsinogen
lingkungan, makanan dan hormon. Faktor yang berinteraksi untuk meningkatkan
kecenderungan seseorang menderita kanker ialah usai status gizi, keseimbangan hormonal,
respons terhadap stress.
Genetik
• Kanker dan lesi pra kanker terjadi karena predisposisi genetik langsung atau tidak langsung.
Penyebab langsung terjadi ketika gen tunggal menjadi penyebab kanker, seperti tumor wilm
dan retinoblastoma. Karsinogen tak langsung berkaitan dengan keadaan yang diturunkan,
seperti Down Syndrome atau penyakit imunodefisiensi. Karakter pada kanker dengan
predisposisi genetik meliputi onset penyakit malignan yang dini, peningkatan insidensi
kanker bilateral pada organ yag berpasangan (payudara, kelenjar adrenal, ginjal dan nervus
kranialis VIII, peningkatan insidensi kanker primer yang multipel pada organ yang tidak
berpasangan, komplemenkromosom yang abnormal pada sel tumor.
61. KANKER (NEOPLASMA)-4
Virus
• Protoonkogen virus mengandung DNA yang identik dengan DNA onkogen manusia. Virus yang
menginfeksi manusia menyebabkan kanker, antara lain: virus Epstein Barr menyebabkan mononukelosis
infeksiosa, emmiliki kaitan dengan limfoma Burkitt dan karsinoma nasofaring.
Kegagalan Imunosurveilen
• Sel kanker tumbuh dan berkembang terus menerus meskipun sistem imun mengenal sel-sel ini dan
menghancurkannya. Mekanisme pertahanan yang dinamakan imunosurveilens ini memiliki 2 komponen
utama: respons imun selular dan humoral yang berinteraksi untuk meningkatkan produksi antibodi,
imunitas selular dan memori imunologik. Sistem imun yang utuh menjadi penyebab regresi spontan sel
tumor.
• Respons imun yang diantarai sel. Sel kanker membawa antigen permukaan sel yang dinamakan tumor-
associated antigen (TAA) dan tumor specific antigen (TSA). Respons imun selular dimulai ketika limfosit T
bertemu dengan TAA dan TSA dan mengalami sensitisasi oleh kedua antigen. Setelah terjadi kontak
sering, sel t yan tersensitisasi melepas faktor kimia limfokin yang mulai menghancurkan antigen. Reaksi
ini memicu transformasi populasi limfosit T yang berbeda menjadi limfosit T pembunuh (T killer) yang
mempunyai sasaran pada sel yang membawa antigen spesifik (sel kanker).
• Respons imun humoral. Imun bereaksi dengan TAA dengan memicu pelepasan antibodi dari sel plasma
dan mengaktifkan sistem serum komplemen untuk menghancurkan sel pembawa antigen. Faktor imun
lawan yang merupakan antibodi penghalang dapat meningkatkan pertumbuhan tumor dengan
melindungi sel malignan terhadap penghancuran sistem imun humoral.
62. KANKER (NEOPLASMA)-5
Kerusakan respons imun
Jika sistem imun tidak berhasil mengenai sel tumor sebagai sel asing, respons imun tidak akan bekerja aktif. Sel tumor dapat
menekan pertahan tubuh yang dihasilkan oleh sistem imun. Antigen tumor dapat bergabung dengan antibodi humoral
untuk membentuk kompleks yang menyembunyikan antign dari imun. Kompleks ini juga mengubah oenampilan antigen dan
menghasilkan substansi pertumbuhan tumor serta menggalakkan pertumbuhan tumor dan meningkatkaan resiko terhadap
infeksi. Pajanan yang lama dengan antigen tumor dapat menghabiskan limfosit pasien dan mengganggu kemampuan untuk
menghasilkan respons yang tepat.
Populasi limfosit T supresor tidak memadai untuk mempertahankan tubuh terhadap tumor malignan, hanya membantu
mengatur produksi antibodi, memberi sinyal kepada sistem imun kalaui respons imun sudah tidak dibutuhkan. Karsinogen
tertentu melemahkan sistem imun dengan menghancurkan sel T supresor atau prekursornya dan membiarkan
pertumbuhan tumor.
Kanker tumbuh dan berkembang ketika faktor berikut merusak sistem imun:
• Sel tubuh bertambah tua. Kekeliruan dalam mengopi materi genetik selama pembelahan sel dapat mengakibatkan
mutasi. Jika sistem imun yang menua tidak dapat mengenalimutassi sebagai hal asing, maka sel yang bermutasi dan
memperbanyak diri membentuk tumor.
• Obat sitotoksik atau steroid. Obat ini menurunkan produksi antibodi dan menghancurkan limfosit yang beredar.
• Stress yang ekstrem atau infeksi virus tertentu dengan menekan respons imun dan membiarkan proliferasi sel kanker.
• Supresi sisrem imun. Radiasi, terapi dengan obat sitotoksik dan penyakit limfoproliferatif serta mieloproliferatif
(leukemia limfatik dan mielositik) menekan produksi sumsum tulang dan mengganggu fungsi leukosit.
• AIDS melemahkan respons imun.
• Kanker bersifat imunosupresif yang melemahkan sistem imun sehingga timbul anergi (keadaan tidak adanya
kemampuan kekebalan tubuh untukberaksi).
63. KANKER (NEOPLASMA)-6
Faktor Resiko
• Faktor lingkungan dan gaya hidup menjadi faktor predisposisi kanker yang memulai karsinogenesis, sebagian faktor
lainnya bertindak sebagai promoter, dan yang lain memulai dan menggalakkan proses pennyakit tersebut.
Polusi Udara
• Polusi berhubungan dengan perkembangan kanker, khususnya kanker paru. Zat mimia beracun, polutan udara seperti
arsen, benzena, senyawa hidrokarbon , polivinil klorida dan emisis industri dan gas buangan kendaraan bermotor.
Polusi udara dalam rumah, asap rokok dan radon juga berpotensi meningkatkan.
Tembakau
• Asap rokok mengandung nitrosakmon polisklik dan senyawa menyebabkan mutasi. Asap rokok jug aberkaitan dengan
kanker kandung kemih, pankreas, ginjal dan serviks. Asap dari pipa dan verutu lebih alkalis ayng menurunkan absorpsi
nikotin dalam paru-paru lebih mengiritasi sehingga perokok tidak mengisapnya dalam-dalam. Perokok pasif juga
menghadapi peningkatan resiko terkena kanker.
Alkohol
• Konsumsi alkohol disertai kebiasaan merokok berkaitan dengan sirosis hati merupakan prekursor kanker hepatoseluler.
Resiko kanker payudara dan kolorektal juga meningkat. Mekanisme timbulnya kanker payudara ialah gangguan
pengeluaran karsinogen oleh hati gangguan respons imun dan gangguan permeabilitas membrane sel dalam jaringan
payudara. Alkohol menstimulasi proliferasi sel rektim lalu kanker kolorektal. Minuman keras dan merokok
menyebabkan kanker mulut, faring, esofagus, laring. Alkohol sebagai oelarut untuk substansi karsinogenik dalam asap
rokok sehingga meningkatkan absorbsi substansi.
Perilaku seksual dan reproduksi
• Kanker serviks disebabkan oleh HPV tipe 6 dan 11 berkaitan dengan kondiloma akuminata. HPV menyebabkan hasil pap
smear abnormal dan displasia serviks menjadi prekursor langsung karsinoma sel skuamos pada serviks.
64. KANKER (NEOPLASMA)-7
Pekerjaan
• Orang yang terpajan asbes, pekerja pemasangan listrik dan tambang berisiko kanker paru yang disebut
mesotelioma, asbes juga sebagai promoter karsinogen lain untuk kanker kandung kemih.
Radiasi ultraviolet
• Pajanan sinar ultraviolet menyebabkan mutasi genetik pada Gen kontrol P53. Sinar matahari juga
melepas TNF alfa pada kulit terpajan sehingg amenurunkan respon simun. Sinar ultraviolet matahari
penyebab langsung kanker basal sel dan sel skuamosa kulit. Derajat pajanan radiasi ultraviolet
berhubungan dengan tipe kanker, pajanan kumulatif sinar UV berkaitan dengan kanker basal sel dan sel
skuamosa kulit dan kejadian luka bakar dan lepuh yang berat pda usia muda berkaitan dengan
melanoma.
Radiasi Ionisasi
• Radiasi ion seperti sinar X berhubungan dengan leukemia akut, kanker tiroid, payudara, paru-paru,
lambung, kolon, traktus urinarius, mieloma multipel. Radiasi dosis rendah menyebabkan mutasi DNA
serta kelainan kromosom dan dosis besar dapat menghambat pembelahan sel. Kerusakan ini
mempengaruhi karbohidrat, protein, asam nukleat, lipid, dan air intrasel untuk menghasilkan
makromolekul tersebut, serta meningkatkan efek kelainan genetik, meningkatkan risiko kanker pada
penderita kelainan genetik yang mengganggu perbaikan DNA. Hal yang memperberat adalah bagian
tubuh yang terpajan, usia penderita, keseimbangan hormonal, obat, keadaan yang ada sebeblumnya
atau terjadi bersamaan.
65. KANKER (NEOPLASMA)-8
Hormon
• Khususnya hormon steroid, estrogen, progesteron, dan testosteron sebagai promotor yang
menggalakkan pertumbuhan kanker payudara, ovarium, endometrium, prostat. Estrogen
menstimulasi proliferasi sel payudara dan endometrium. Pajanan estrogen yang lama seperti
pada wanita dengan menarke dini dan menopause terlambat memperbesar risiko kanker
payudara. Penggunaan terapi sulih estrogen yang lama tanpa suplementasi progesterin
untuk mengatasi gejala menopause memperbesar risiko kanker endometrium. Progesteron
berperan sebagai pelindung ynag mengimbangi efek stimulasi yang dimiliki estrogen.
Diet
• Obesitas berhubungan dengan produksi estrogen oleh jaringan lemak berkaitan dengan
peningkatan risiko kanker endometrium.
• Konsumsi lemak yang tinggi berkaitan dengan kanker payudara, prostat, ovarium, rektum.
• Konsumsi makanan produk pengasapan, ikan, daging yang diasinkan dan makanan
mengandung senyawa nitrit berkaitan dengan kanker lambung.
• Karsinogen alami dalam makanan (hidrazin dan aflatoksin) berkaitan dengan kanker hati.
• Karsinogen diproduksi mikroorganisme dalam makanan berkaitan dengan kanker lambung.
• Diet rendah serat yang memperlambat transportasi makanan melalui usus yang berkaitan
dengan kanker kolorektal.
66. KANKER (NEOPLASMA)-9
Perubahan Patofisiologi
• Ciri penyakit kanker adalah proliferasi sel cepat dan tak terkendali dan pada
penyebaran independen dari lokasi primer (tempat asal kanker) ke jaringan lain ke
tempat sel kanker untuk membentuk fokus sekunder (metastasis). Penyebaran ini
melalui sirkulasi darah, cairan limfatik, transplantasi pada saat pembedahan,
peluasan setempat. Sel kanker juga dapat bermigrasi ke jaringan dan sistem organ
yang jauh letaknya.
• Pertumbuhan sel normal terjadi dengan proporsi yang berbanding langsung dengan
kematian sel dan dihasilkan mekanisme untuk mengendalikan pertumbuhan serta
differensiasi sel. Akibatnya, sel kanker memasuki sel dengan frekuensi lebih sering
dan kecepatan yang berbeda. Sel kanker paling sering ditemukan pada fase sintesis
serta mitosis dan menghabiskan waktu sedikit di fase istirahat.
• Sel normal bereproduksi dengan kecepatan yang dikendalikan oleh aktivitas gen
pengendali atau pengatur (protoonkogen). Sel yang berbeda hanya bereaksi
terhadap gen pengendali khusus. P53 dan c-myc adalah gen pengendali,P53 dapat
menghentikan replikasi DNA jika DnA sel mengalami kerusakan, c-myc membantu
memulai replikasi DNA dan merasakan adanya kekeliruan dalam replikasi DNA< gen
c-myc dapat membuat sel menghancurkan diri sendiri.
67. KANKER (NEOPLASMA)-10
Hormon, faktor pertumbuhan, zat kimia yang dilepaskan oleh sel tetangga atau sel imun atau sel inflamasi dapat
mempengaruhiaktivitas gen pengendali. Sebstansi ini berikatan dengan reseptor khusus pada membran sel dan
mengirimkan sinyal yang membuat gen pengendali menstimulasi atau mensupresi reproduksi sel. Hormon dan
faktor pertumbuhan adalah:
• Eritropoietin menstimulasi proliferasi sel darah merah.
• Faktor pertumbuhan epidermis (epidermal growth factor) menstimulasi proliferasi sel epidermis
• Insulin like growth factor menstimulasi proliferasi jaringan lemak dan ikat
• Platelet derived growth factor yang menstimulasi proliferasi jaringan ikat
Substansi yang dilepas oleh sel di dekatnya yang cedera atau terinfeksi atau yang dilepas oleh sel sistem imun
dapat mempengaruhi reproduksi sel. IL yang dilepas dapat menstimulasi proliferasi sel dan differensiasi sel.
Interferon dilepas oleh sel terinfeksi virus dan sel imun mempengaruhi kecepatan reproduksi sel.
Sel yang berdekatan dapat berkomunikasi satu sama lain melalui gap junction. Komunikasi ini menghasilkan
informasi tentang tipe sel tetangganya dan jumlah ruang yang tersedia. Sel yang ada di dekatnya akan mengirim
sinyal fisik dan kimia yang mengendalikan kecepatan reproduksi. Jika daerah itu penuh sel si sekatnya akan
memberi tahu tipe sel yang sama untuk memperlambat atau menghentikan reproduksi. Jadi, hanya ada satu
lapisan sel yang dibentuk, bernama hambatan pertumbuhan yang bergantung pada kepadatan.
Pada sel kanker, gen pengendali tidak dapat berfungsi dengan normal. Gangguan keseimbangan faktor
pertumbuhan terjadi, sel tidak dapat berespons terhadap aktivitas supresi faktor pertumbuhan.
Karakter sel kanker adalah ketidakmampuannya untuk mengenali sinyal yang dipancarkan oleh sel di dekatnya
tentang ruang yang tersedia. Kehilangan kendali atas pertumbuhan normal disebit otonomi. Sifat yang
independen ini dibuktikan dengan kemampuan sel kanker untuk melepaskan diri dan migrasi ke tempat lain.
68. KANKER (NEOPLASMA)-11
Differensiasi sel
• Sel akan menjadi sel dengan spesialisasi tertentu selama perkembangannya yaitu
sel akan mengembangkan karakteristik individual yang tinggi yang mencerminkan
struktur dan fungsinya yang sangat spesifik dalam jaringan yang saling
berhubungan. Semua sel darah berasal dari stem cell tunggal yang sama yang
berdiferensiasi menjadi sel darah merah, sel darah putih, trombosit, monosit,
limfosit. Ketika sel menjadi lebih spesialism reproduksi dan perkembangannya akan
melambat. Sel yang sangat berdiferensiasi tidak dapat bereproduksi dan diprogram
untuk mati dan digantikan.
• Sel kanker kehilangan kemampuan untuk berdiferensiasi atau memasuki fase
anaplasia yakni sel kanker tidak berfungsi seperti sel asalnya.
• Anaplasia terjadi pada derajat yang bervariasi. Semakin anaplastik, semakin sedikit
sel tersebut yang menyerupai sel asalnya dan sel kehilangan sifat khas sel asalnya.
Sebagian sel anaplastik bekerja seperti tipe sel lain dan menadi tempat untuk
produksi hormon. Sel kanker paru oat cell memproduksi hormon ADH yang
dihasilkan hipotalamus dan disekresi oleh kelenjar hipofisis posterior.
• Ketika anaplasia terjadi, sel dengan tipe yang sama memperlihatkan benyak bentuk
dan ukuran yang berbeda. Mitosis berlangsung secara abnormal dan cacat
kromosom sering ditemukan.
69. KANKER (NEOPLASMA)-12
Perubahan Intrasel
• Membran sel. Pada sel kanker, fibronektin yang bertanggung jawab untuk menahan sel di tempat dan
memelihara susunan reseptor, cacat atau pecah saat diproduksi sehingga mempengaruhi
pengorganisasian, struktur, adhesi dan migrasi sel. Sebagian protein juga tidak ada atau mengalami
perubahan yang mempengaruhi kerapatan reseptor pda membran sel dan bentuk sel. Komunikasi
antar sel terganggu, respons terhadap faktor pertumbuhan bertambah dan kemampuan mengenali
sel lain berkurang sehingga pertumbuhan menjadi tak terkendali.
• Permeabilitas membran sel kanker juga berubah. Selama proliferasi sel yang cepat dan tidak
terkendali, sel kanker memiliki kebutuhan metabolik ayng lebih besar untuk memperoleh nutrisi
untuk pertumbuhannya.
• Pada perkembangan sel yang normal, pembelahan sel terjadi hanya ketika sel tersebut terkait dengan
sel dekatnya atau dengan molekul ekstrasel melalui anchoring junction. Pada sel kanker anchoring
junction tidak ada dan gap junction mengalami disrupsi atau terhalang sehingga mengganggu
komunikasi antar sel sehingga sel kanker membelah diri terus menerus dan bermetastasis.
• Sitoskeleton. Pada sel kanker, filamen aktin dan mikrotubulus fungsinya berubah dan jumlah
komponen dalam sitoplasma lebih sedikit dan bentuknya menjadi abnormal, penurunan jumlah RE
dan mitokondria.
• Nukleus. Nukleus tampak pleomorfik yaitu berukuran besar dan berbentuk dan berukuran
bermacam-macam, berpigmen dan memiliki nukleolus lebih besar dan lebih banyak. Membran
nukleus tidak teratur dan memiliki tonjolan, kantung vesikel besar dan pori pori sedikit. Kromosom
abnormal (penghapusan, pemutusan, translokasi dan kariotipe abnormal) berasal dari peningkatan
kecepatan mitosis.
70. KANKER (NEOPLASMA)-13
Perkembangan dan pertumbuhan tumor
• Terdapat periode waktu yang lama antara kejadian yang mengawali dan awitan penyakit. Sel kankerterus tumbuh dan
berkembang dan memperbanyak diri dan menjalani perubahan yang berurut dan mutasi. Kecepatan tumbuh tumor
bergantung pada karakter tumor dan host.
• Kebutuhan pertumbuhan tumor
• Tumor terus tumbuh jika tersedia nutrien, oksigen, pasokan darah yang cukup, sistem imun tidak berhasil mengenali
dan bereaksi terhadap kehadiran tumor.
Efek karakteristik tumor
• Karakter tumor yang mempengaruhi oertumbuhannya adalah lokasi dan pasokan darah. Lokasi menentukan tipe sel
yang menjadi asal sel kanker dan menentukna waktu siklus sel. Sel epitel memiliki siklus sel yang lebih pendek daripada
jaringan ikat sehingga lebih cepat tumbuh.
• Tumor memerlukan pasokan darah untuk memberi nutrien dan oksigen dan mengeluarkan limbah metaboliknya. Tumor
yang berukuran lebih besar daripada 1-2 mm sudah melampaui pasokan darah yang tersedia. Tumor akan
mensekresikan daktor angiogenesis untuk menstimulasi pembentukan pembuluh darah baru untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.
• Derajat anaplasia mempengaruhi pertumbuah tumor semakin anaplastik, semakin cepat membelah diri. Sel kanker juga
memproduksi faktor pertumbuhan sendiri dan reseptornya terdpat pda membran sel kanker yang tumbuh. Peningkatan
jumlah reseptor dan perubahan membran sel meningkatkan proliferasi sel kanker.
• Efek karakteristik host. Usia, seks, status kesehatan, jenis kelamin dan hormon berpengaruh pada pertumbuhan kanker.
Sedikit kanker yang ditemukan pada anak-anak. Setelah mendapat nutrien untuk pertumbuhan dari host, sel tumor
dapat merubah proses metabolik tubuh yang normal dan menyebabkan cachexia. Jika pasien mengalami penurunan
dgizi, pertumbuhan tumor melambat. Trauma jaringan yang kronis berkaitan dengan kecepatan pertumbuhan tumor
karena kesembuhan memerlukan pertumbuhan sel yang cepat. Semakin cepat membelah, kemungkinan mutasi
meningkat
71. KANKER (NEOPLASMA)-14
Penyebaran kanker
• Antara kejadian yang mengawali dan kemunculan tumor yang terdeteksi, sel yang
mengalami mutasi mungkin mati. Jika hidup, sel yang bermutasi melakukan
reproduksisampai tumor berdiameter 1-2 mm dan angiogenesis. Pembuluh daruh baru
terbentuk untuk mendukung pertumbuhan dan proliferasi. Setelah mutasi dan membelah
lebih cepat, sel tumor tidak berdiferensiasi. Jumlah sel yang menjadi kanker melebihi jumlah
sel normal. Massa tumor meluas dan menyebar dan menginvasi jaringan sekitar, berupa
darah dan cairan. Setelah masuk dan mendapat akses ke dalam sirkulasi, sel tumor melepas
diri untuk bermigrasi ke tempat yang jauh dan hidup untuk membentuk tumor baru. Proses
ini dinamakan metastasis.
Displasia
• Displasia adalah perubahan ukuran, bentuk, organisasi sel yang diakibatkan paparan zat
kimia, virus, radiasi. Jika stimulasi tidak hilang, lesi pre kanker atau lesi displastik berlanjut
dan menimbulkan kanker. Misal, keratinosis aktinika, yaitu bercak-bercak tebal pada kulit
muka dan tangan pada orang yang terkena sinar matahari bisa menjadi kanker kulit.
Pengangkatan lesi dan penggunaan tabir surya dapat mengurangi resiko kanker kulit.
Tumor Terlokalisasi
• Awalnya, tumor akan tertap terlokalisasi. Sel kanker terus tumbuh dan membesar
membentuk massa atau gmpalan sel. Massa menekan sel sekitarnya, menyumbat pasokan
darah dan mengakibatkan kematian sel.
72. KANKER (NEOPLASMA)-15
Tumor Invasif
• Invasi adalah pertumbuhan tumor ke dalam jaringan sekitarnya dan merupakan
tahap pertama metastasis. Lima mekanisme di dalamnya yaitu: multiplikasi seluler,
tekanan mekanis, lisis sel dekat, penurunan adhesi sel dan peningkatan motilitas.
• Sel kanker akan memperbanyak diri dengan cepat (multiplikasi seluler) yang
menekan sel dan jaringan sekitarnya yang akan mati karena pasokan darahnya
terpotong (tekanan mekanis). Hilangnya tekanan mekanis memberi jalan pda sel
kanker untuk menyebar di sepanjang lintasan yang tahanannya paling rendahdan
menempati ruang yang diisi sel tersebut.
• Vesikel pada permukaan sel kanker mengandung reseptor untuk laminin yang
merupakan komponen utama membran basal. Reseptor ini membanu sel kanker
melekat pada membran basal dan membuat hubungan seperti jembatan. Sel
kanker memproduksi dan mensekresi enzim proteolitik kuat. Sel kanker
menginduksi host yang normal untuk memproduksi enzim tersebut. Enzim seperti
protease dan kolagenase menghancurkan sel normal dan menerobos melalui
membran basal. Penurunan adhesi sel juga terlihat. Sel kanker juga mensekresi
faktor kemotaksis yang menstimulasi motilitas. Sel kanker dapat bergerak bebas
dalam jaringan dan sirkulasi lalu bermigrasi. Pada sel kanker, tumbuh tonjolan yang
disebut pseudopodia yang berfungsi untuk memfasilitasi gerakan sel kanker.
Tonjolan ini akan membunuh sel tetangga dan melekat pada dinding pembuluh
darah untuk masuknya kanker.
73. KANKER (NEOPLASMA)-16
Tumor metastatik
• Tumor dengan sel kanker yang sudah bermigrasi dari tempat asalnya, paling sering terjadi
lewat pembuluh darah atau sistem limfatik atau dengan bantuan eksternal, terbawa sarung
tangan saat pembedahan.
• Penyebaran hematogen. Sel tumor invasif memecah membran basal dan dinding pembuluh
darah dan melepaskan sel malignan ke dalam sirkulasi. Beberapa sel dapat terhindar dari
sistem imun dan turbulemsi arus aliran darah. Emboli sel tumor bermigrasi dan tersangkut
dalam capillary bed, paling sering di kapiler paru-paru. Lalu, sel tumor membentuk selubung
pelindung agar tidak terdeteksi sistem imun. Sel tumor melekat pada epitel dan menginvasi
organ sasarannya. Tumor yang baru terbentuk dan mengembangkan pembuluh darah sendiri
dan menyebar kembali.
• Penyebaran limfatik. Sistem limfatik sering digunakan untuk metastasis. Sel utumor masuk
melalui membran basal yang rusak dan terbawa ke nodus limfa regional dan terperangkap
serta menyebabkan pembesaran nodus limfa karena reaksi imun yang terlokalisasi. Nodus
limfa menyaring sel tmor sehingga penyebaran terbatas. Sel tumor yang lolos masuk ke
dalam darah, lalu ke organ yang dituju.
• Tempat metastasis. Pembuluh darah yang pertama ditemukan sel tumor yang beredar
menentukan lokasi metastasis. Paru-paru, organ metastasis yang paling sering karena
menerima semua darah vena yang kembali dari peredaran darah sistemik. Pada kanker
payudara, nodus limfa aksilla adalah tempat metastasis yang tersering. Kanker memiliki
kecenderungan organ metastasis yang spesifik karena faktor pertumbuhan atau hormon
yang disekresikan organ sasaran atau faktor kemotaktik yang menarik tumor.
74. KANKER (NEOPLASMA)-17
Tanda Gejala
Keletihan
• Lemah, mudah lelah, kehilangan tenaga dan kemampuan berkonsentrasi karena sle tumor
akan menghabiskan pasokan darah dan oksigen jaringan sekitarnya, mengganggu pertukaran
gas dan pasokan oksigen ke jantung dan jaringan perifer, akumulasi produk limbah metabolik
dan penurunan massa otot karena pelepasan produk metabolik yang toksik. Nyeri dapat
menguraas kemampuan fisik dan emosional beserta stress, anxiety dan faktor emosional
lain. Malnutrisi dan anemia jug abisa menyebabkan letih.
Cachexia
• Cachexia adalah hilangnya lemak dan protein. Pasien tampak kurus dan lisut serta
penurunan status fisik yang ditandai anorexia, perubahan persepsi indera pengecap, satiety,
penurunan berat badan, anemia, kelemahan, perubahan metabolisme protein, karbohidrat
dan lipid. Anorexia dapat menyertai nyeri akobat kemoterapi atau terapi radiasi dan
ditimbulkan oleh hilangnya persepsi indra pengecap.
• Malnutrisi protein kalori dapat menyebabkan hipoalbuminemia, edema sehingga
memungkinkan cairan berpindah ke dalam jaringan, pelisutan otot dan imunodefisiensi.
• Aktivitas metabolik tinggi pada sel tumor malignan menyebabkan tubuh kelaparan sehingg
adeplesi dan pelisutan terjadi. Tubuh akan bergantung pada karbohidrat dan lemak dari
jaringan lemak untuk produksi energi. Tetapi, sel kanker memetabolisasi protein dan asam
lemak untukenergi. Pasien merasa cepat kenyang karena produk metabolik yangdihasilkan
sel tumor.
75. KANKER (NEOPLASMA)-18
Nyeri
• Pada stadium dini kanker, nyeri ringan terjadi karena: penekanan, obstruksi, invasi pada
jaringan yang sensitif, peregangan permukaan viseral, kerusakan jaringan, inflamasi.
Penekanan dan obstruksi saraf, pembuluh darah atau jaringan menimbulkan hipoksia,
penimbunan asam laktat dan kematian sel. Tempat pertumbuhan tulang yang terbatas
seperti otak atau tulamng, kompresi penyebab nyeri. Visera yang berongga teregang oleh
tumor seperti kanker GI. Sel kanker melepas enzim proteolitik ysng menghancurkan sel
tetangga yang dapat menyebabkna respons inflamasi yang terasa nyeri.
Anemia
• Kanker pada sel pembentuk darah, sel darah putih atau merah menyebabkan anemia. Pada
pasien metastatik, anemia terjadi karena pendarahan kronis, malnutrisi berat, kemoterapi
atau radiasi.
Leukopenia dan trombositopenia
• Gejala ini terjadi karena kanker menginvasi sumsum tulang. Kemoterapi dan terapi radiasi
tulang juga menyebabkan leukopenia. Leukopenia memperbesar risiko infeksi dan
trombositopenia meningkatkan risiko pendarahan.
Infeksi
• Infeksi sering terjadi, terutama pasien mielosupresi karena terapi kanker, invasi langsung ke
sel kanker ke dalam sumsum tulang, pembentukan fistula atau imunosupresi akibat
pelepasan hormon sebagai respons sel kronis. Malnutrisi dan anemia menambah untuk
terkena infeksi. Obstruksi dan efusi dan ulserasi memudahkan pertumbuhan mikroba.
76. KANKER (NEOPLASMA)-19
Diagnosis
• Uji diagnostik bertujuan untuk: menetapkan keberadaan penyakit dan luasnya.
• Uji screening sebagai alat pencegahan dan deteksi dini kanker. X Ray bisa digantikan
CT scan.
• Isotop radioaktif untuk melihat daerah yang tak terlihat di X Ray.
• CT Scan untuk mengevaluasi lapisan jaringan secara berurutan.
• USG untuk mendeteksi gelombang bunyi dengan frekuensi tinggi untuk mendeteksi
perubahan densitas jaringan yang sulit dan membedakan kista dengan tumor
padat.
• Endoskopi memberi gambar langsung rongga tubuh atau lintasan dalam tubuh
untuk mendeteksi kelainan.
• Biopsi yaitu pengangkatan jaringan.
Penanda Sel Tumor
• Sel kanker melepas substansi yang disebut penanda tumor, diproduksi oleh materi
genetik sel kanker selama pertumbuhannya atau oleh sel lain sebagai respons
terhadap kanker. Penanda tumor berfungsi untuk: screening.
• Tidak ada penanda tumor tidak berarti tidak menderita kanker, seperti kanker
ovarium ridak mengekspresikan penanda tumor.
77. KANKER (NEOPLASMA)-20
Klasifikasi Tumor
• Tumor benign memiliki diferensiasi yang baik, selnya menyerupai
sel jaringan asalnya dan terbungkus dalam kapsul dengan batas
yang jelas, tumbuh lambat dan tidak menginfiltrasi jaringan
sekitarnya, jadi hanya menimbulkan sedikit kerusakan dan tidak
metastasis. Tumor malignan berlaku sebaliknya
Stadium
• Tumor malignan diklasifikasikan berdasarkan luas penyebaran
penyakit.
Penanganan
• Penanganan dengan pembedahan, terapi radiasi, imunoterapi,
kemoterapi, terapi hormon, dapat digunakan tunggal atau
kombinasi.