Metode penyusutan dalam ketentuan perpajakan di Indonesia terdiri dari metode garis lurus dan metode saldo menurun untuk aset non-bangunan, serta hanya metode garis lurus untuk bangunan. Penyusutan dimulai pada bulan pengeluaran aset atau selesainya proyek, dan dihitung secara proporsional untuk tahun pertama.
1. METODE PENYUSUTAN DALAM
KETENTUAN PERPAJAKAN
Seiring berjalannya waktu, aset tetap kecuali tanah akan semakin berkurang
kemampuannya untuk memberikan jasa. Berkurangnya kapasitas otomatis akan
membuat nilai aset tetap berkurang. Sebagai unsur pengakuan atas penurunan aset
tetap berwujud tersebut dialokasikan kedalam penyusutan (depreciation).
Penyusutan adalah ketentuan akuntansi bagaimana kita melakukan pencatatan atas
biaya perolehan aset tetap berwujud menjadi beban secara sistematis dan rasional
dalam periode-periode dimana perusahaan mengharapkan manfaat dari
penggunaan aset tersebut dan diterapkan secara konsisten dan taat asas.
Metode penyusutan dalam ketentuan undang-undang perpajakan di Indonesia
terdapat pada Pasal 11 UU PPh. Metode penyusutan berdasarkan ketentuan ini
dilakukan dengan:
1. Metode garis lurus (straight-line method) untuk Aset berwujud berupa
bangunan.
2. Metode garis lurus (straight-line method) atau Metode saldo menurun
(declining balance method) untuk Aset berwujud selain bangunan.
2. Dalam hal Wajib Pajak memilih menggunakan metode saldo menurun, nilai sisa
buku pada akhir masa manfaat harus disusutkan sekaligus.
Sesuai dengan pembukuan Wajib Pajak, alat-alat kecil (small tools) yang sama atau
sejenis dapat disusutkan dalam satu golongan.
Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang
masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan selesainya
pengerjaan harta tersebut.
Untuk menghitung penyusutan, masa manfaat dan tarif penyusutan harta berwujud
ditetapkan sebagai berikut :
Kelompok Harta Berwujud
Masa
Manfaat
Tarif Penyusutan
Metode garis
lurus
Metode saldo
menurun
1 BUKAN BANGUNAN
Kelompok 1 4 Tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 Tahun 12,50% 25%
Kelompok 3 16 Tahun 6,25% 12,50%
Kelompok 4 20 Tahun 5% 10%
2 BANGUNAN
Permanen 20 Tahun 5%
Non Permanen 10 Tahun 10%
Perihal ketentuan lebih lanjut mengenai pengelompokan jenis-jenis aset tetap
berwujud bukan bangunan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
96/PMK.03/2009.
Bangunan Metode garis lurus
Metode garis lurus
Non Bangunan
Metode saldo menurun
3. Yang dimaksudkan dengan bangunan tidak permanen adalah bangunan yang
bersifat sementara dan terbuat dari bahan yang tidak tahan lama atau bangunan
yang dapat dipindah-pindahkan yang masa manfaatnya tidak lebih dari 10 tahun.
Contohnya bangunan berupa gedung dari kayu.
CONTOH PENGGUNAAN METODE GARIS LURUS:
Sebuah gedung yang harga perolehannya Rp1.000.000.000,- dan masa
manfaatnya 20 tahun, penyusutannya setiap tahun adalah sebesar Rp50.000.000,00
(Rp1.000.000.000,00 : 20).
CONTOH PENGGUNAAN METODE SALDO MENURUN:
Sebuah mesin yang dibeli dan ditempatkan pada bulan Januari 2015 dengan harga
perolehan sebesar Rp150.000.000. Masa manfaat dari mesin tersebut adalah 4
tahun. Kalau tarif penyusutan misalnya ditetapkan 40%. Penghitungan
penyusutannya adalah sebagai berikut:
Tahun
Tarif
Penyusutan
Nilai Buku
Awal Tahun
Biaya Penyusutan
Akm.
Penyusutan
Nilai Buku Akhir
Tahun
2015 40% 150.000.000 60.000.000 60.000.000 90.000.000
2016 40% 90.000.000 36.000.000 96.000.000 54.000.000
2017 40% 54.000.000 21.600.000 117.600.000 32.400.000
2018 40% 32.400.000 Disusutkan sekaligus 150.000.000 0
4. Dalam hal Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran atau pada
bulan selesainya pengerjaan suatu harta sehingga penyusutan pada tahun pertama
dihitung secara Proporsi.
Contoh 1 :
Pengeluaran untuk pembangunan sebuah gedung adalah sebesar
Rp1.000.000.000,00. Pembangunan dimulai pada bulan Oktober 2019 dan selesai
untuk digunakan pada bulan Maret 2020. Penyusutan atas harga perolehan
bangunan gedung tersebut dimulai pada bulan Maret tahun pajak 2020.
Contoh 2 :
Sebuah mesin yang dibeli dan ditempatkan pada bulan Juli 2018 dengan harga
perolehan sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Masa manfaat dari
mesin tersebut adalah 4 (empat) tahun. Kalau tarif penyusutan misalnya ditetapkan
40% (empat puluh persen), maka penghitungan penyusutannya adalah sebagai
berikut:
Tahun
Tarif
Penyusutan
Nilai Buku
Awal Tahun
Biaya Penyusutan
Akm.
Penyusutan
Nilai Buku
Akhir Tahun
2018 6/12 x 40% 100.000.000 20.000.000 20.000.000 80.000.000
2019 40% 80.000.000 32.000.000 52.000.000 48.000.000
2020 40% 48.000.000 19.200.000 71.200.000 28.800.000
2020 40% 28.800.000 11.520.000 82.720.000 17.280.000
2021 40% 17.280.000 Disusutkan sekaligus 100.000.000 0