Dokumen tersebut membahas konsep materialitas, risiko audit, dan strategi audit pendahuluan. Materialitas didefinisikan sebagai besarnya pengabaian informasi yang dapat mempengaruhi pertimbangan pengguna laporan keuangan. Risiko audit adalah risiko gagal memodifikasi pendapat audit akibat salah saji material. Strategi audit mempertimbangkan risiko bawaan, pengendalian, dan deteksi untuk menentukan tingkat bukti audit."
Konsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses auditDian Rahmah
1. Konsep Materialitas dan Penerapan Materialitas Terhadap Proses Audit
2. Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.
3. Konsep materialitas berkaitan dengan seberapa salah saji yang terdapat dalam asersi dapat diterima oleh audiotr agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh besarnya salah saji tersebut.
Konsep risiko audit berkaitan dengan risiko kegagalan auditor dalam mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
4. MENGAPA KONSEP MATERIALITAS PENTING dalam AUDIT atas LAPORAN KEUANGAN ??
5. Dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan berikut ini : (1) Bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diingkas, digolongkan, dan dikompilasi. (2) Bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. (3) Dalam bentuk pendapat atau memberikan informasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan kecurangan.
6. Dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor: (1) Konsep materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yangdapat diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut. (2) Konsep risiko audit menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
7. Pertimbangan Awal tentang Materialitas
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif.
- Pertimbangan Kuantitatif : Berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan.
- Pertimbangan Kualitatif : Berkaitan dengan penyebab salah saji.
8. Materialitas dibagi menjadi 2 golongan : (1) Materialitas pada tingkat laporan keuangan. (2) Materialitas pada tingkat saldo akun.
9. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas :
Pertama, auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit.
10. Kedua, pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanan audit.
11. Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material.
12. Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun
13. Hubungan Antara Materialitas Dengan Bukti Audit
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja SubsidiMuhammad Rafi Kambara
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja Subsidi
Disusun oleh: Muhammad Rafi Kambara
Pengujian pengendalian merupakan pengujian terhadap kebijakan atau prosedur pengendalian internal instansi atas belanja subsidi untuk mendeteksi dan mencegah salah saji materil dalam suatu asersi laporan keuangan.
Konsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses auditDian Rahmah
1. Konsep Materialitas dan Penerapan Materialitas Terhadap Proses Audit
2. Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.
3. Konsep materialitas berkaitan dengan seberapa salah saji yang terdapat dalam asersi dapat diterima oleh audiotr agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh besarnya salah saji tersebut.
Konsep risiko audit berkaitan dengan risiko kegagalan auditor dalam mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
4. MENGAPA KONSEP MATERIALITAS PENTING dalam AUDIT atas LAPORAN KEUANGAN ??
5. Dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan berikut ini : (1) Bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diingkas, digolongkan, dan dikompilasi. (2) Bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. (3) Dalam bentuk pendapat atau memberikan informasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan kecurangan.
6. Dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor: (1) Konsep materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yangdapat diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut. (2) Konsep risiko audit menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
7. Pertimbangan Awal tentang Materialitas
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif.
- Pertimbangan Kuantitatif : Berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan.
- Pertimbangan Kualitatif : Berkaitan dengan penyebab salah saji.
8. Materialitas dibagi menjadi 2 golongan : (1) Materialitas pada tingkat laporan keuangan. (2) Materialitas pada tingkat saldo akun.
9. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas :
Pertama, auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit.
10. Kedua, pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanan audit.
11. Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material.
12. Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun
13. Hubungan Antara Materialitas Dengan Bukti Audit
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja SubsidiMuhammad Rafi Kambara
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja Subsidi
Disusun oleh: Muhammad Rafi Kambara
Pengujian pengendalian merupakan pengujian terhadap kebijakan atau prosedur pengendalian internal instansi atas belanja subsidi untuk mendeteksi dan mencegah salah saji materil dalam suatu asersi laporan keuangan.
Teknik audit adalah cara-cara yang dipakai dalam mengaudit kewajaran laporan keuangan. Hasil dari penerapan teknik audit adalah bukti audit . Oleh karena itu ada penulis yang menggunakan istilah teknik audit dan jenis bukti audit dalam makna yang sama. Cakupan dari berbagai teknik audit dalam berbagai audit investigatif, seperti teknik-teknik yang diterapkan dalam kejahatan perpajakan dan kejahatan terorganisasi (organized crime), Follow the Money dalam fraud dan tindak pidana pencucian uang, teknik pembuktian hukum, computer forensics, dan lain sebagainya.
Ada tujuh teknik yang di rinci dalam bentuk kata kerja bahasa indonesia, dengan jenis bukti auditnya dalam kurung (kata benda bahasa inggris) yakni:
1.Memeriksa fisik (physical examination)
2.Meminta konfirmasi (confirmation)
3.Memeriksa dokumen (documentation)
4.Reviw analitikal (analytic review atau analitycal review)
5. Meminta informasi lisan atau dari audit (inquiries of the auditee)
6. Menghitung kembali (reperformance)
7. Mengamati (observation)
(Pert 1) bab 6 tujuan dan tanggung jawab auditIlham Sousuke
Ini adalah sebuah resume dari buku Auditing and Assurance Services An Integrated Approach oleh Alvin Aren. I do not own the copyrights, it's only for educational purposes.
Modul Akuntansi Akrual untuk Pemerintah DaerahDeddi Nordiawan
Modul tentang Pedoman bagi Pemerintah Daerah untuk melaksanakan SAP berbasis akrual. Modul ini disusun berdasarkan Permendagri 64 tahun 2013 tentang Penerapan SAP Akrual di Pemerintah Daerah
Teknik audit adalah cara-cara yang dipakai dalam mengaudit kewajaran laporan keuangan. Hasil dari penerapan teknik audit adalah bukti audit . Oleh karena itu ada penulis yang menggunakan istilah teknik audit dan jenis bukti audit dalam makna yang sama. Cakupan dari berbagai teknik audit dalam berbagai audit investigatif, seperti teknik-teknik yang diterapkan dalam kejahatan perpajakan dan kejahatan terorganisasi (organized crime), Follow the Money dalam fraud dan tindak pidana pencucian uang, teknik pembuktian hukum, computer forensics, dan lain sebagainya.
Ada tujuh teknik yang di rinci dalam bentuk kata kerja bahasa indonesia, dengan jenis bukti auditnya dalam kurung (kata benda bahasa inggris) yakni:
1.Memeriksa fisik (physical examination)
2.Meminta konfirmasi (confirmation)
3.Memeriksa dokumen (documentation)
4.Reviw analitikal (analytic review atau analitycal review)
5. Meminta informasi lisan atau dari audit (inquiries of the auditee)
6. Menghitung kembali (reperformance)
7. Mengamati (observation)
(Pert 1) bab 6 tujuan dan tanggung jawab auditIlham Sousuke
Ini adalah sebuah resume dari buku Auditing and Assurance Services An Integrated Approach oleh Alvin Aren. I do not own the copyrights, it's only for educational purposes.
Modul Akuntansi Akrual untuk Pemerintah DaerahDeddi Nordiawan
Modul tentang Pedoman bagi Pemerintah Daerah untuk melaksanakan SAP berbasis akrual. Modul ini disusun berdasarkan Permendagri 64 tahun 2013 tentang Penerapan SAP Akrual di Pemerintah Daerah
Siklus investasi suatu entitas atau perusahaan beriso kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengann kepemilikan surat berharga yang dikeluarkan perusahaan lain.
(Pert 2) bab 9 materialitas dan risiko auditIlham Sousuke
Ini adalah sebuah resume dari buku Auditing and Assurance Services An Integrated Approach oleh Alvin Aren. I do not own the copyrights, it's only for educational purposes.
Akuntansi Manajemen Edisi 8 oleh Hansen & Mowen Bab 5Dwi Wahyu
Materi Bab 5 Activity Based Management, Akuntansi Manajemen buku Hansen & Mowen Edisi 8. Presentasi powerpoint oleh Gail B. Wright, Professor Emeritus of Accounting, Bryant University
Akuntansi Manajemen Edisi 8 oleh Hansen & Mowen Bab 4Dwi Wahyu
Materi Bab 4 Activity Based Product Costing, Akuntansi Manajemen buku Hansen & Mowen Edisi 8. Presentasi powerpoint oleh Gail B. Wright, Professor Emeritus of Accounting, Bryant University
Akuntansi Manajemen Edisi 8 oleh Hansen & Mowen Bab 3Dwi Wahyu
Materi Bab 3 Activity Cost and Behavior, Akuntansi Manajemen buku Hansen & Mowen Edisi 8. Presentasi powerpoint oleh Gail B. Wright, Professor Emeritus of Accounting, Bryant University
Akuntansi Manajemen Edisi 8 oleh Hansen & Mowen Bab 2Dwi Wahyu
Materi Bab 2 Basic Management Accounting Concepts, Akuntansi Manajemen buku Hansen & Mowen Edisi 8. Presentasi powerpoint oleh Gail B. Wright, Professor Emeritus of Accounting, Bryant University
Akuntansi Manajemen Edisi 8 oleh Hansen & Mowen Bab 1Dwi Wahyu
Materi Bab 1 Introduction: The Role, History, And
Direction Of Management Accounting, Akuntansi Manajemen buku Hansen & Mowen Edisi 8. Presentasi powerpoint oleh Gail B. Wright, Professor Emeritus of Accounting, Bryant University
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
2. Dwi&Hanna
• Konsep Materialitas
Financial Accounting Standards Board mendefinisikan materialitas sebagai :
“Besarnya suatu pengabaian atau salah saji informasi akuntansi yang diluar keadaan
disekitarnya, memungkinkan bahwa pertimbangan seseorang yang bergantung pada
informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh pengabaian atau salah saji
tersebut.”
Definisi tersebut mensyaratkan auditor untuk mempertimbangkan baik:
situasi yang berkenaan dengan entitas, dan informasi yang dibutuhkan oleh mereka
yang akan bergantung pada laporan keuangan yang diaudit. Oleh karena itu, auditor
dapat menyimpulkan bahwa tingkat materialitas untuk akun modal kerja seharusnya
lebih rendah untuk suatu perusahaan yang berada diambang kebangkrutan daripada
pada suatu perusahaan yang memiliki rasio lancar.
Materialitas
3. Dwi&Hanna
Pertimbangan Pendahuluan Mengenai Materialitas
Penilaian ini, seringkali disebut materialitas perencanaan (planning materiality) mungkin
berbeda dari tingkat materialitas yang digunakan pada penyelesaiaan audit dalam mengevaluasi
temuan audit karena : situsi yang ada disekitarnya mungkin akan berubah, dan informasi tambahan
mengenai klien akan diperoleh selama pelaksanaan audit.
Dalam merencanakan suatu audit, auditor harus menilai materialitas pada dua tingkat berikut :
1. Tingkat laporan keuangan
2. Tingkat saldo akun
Materialitas Pada Tingkat Laporan Keuangan
Adalah salah saji agregat minimum dalam suatu laporan keuangan yang cukup penting
untuk mencegah laporan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip – prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Untuk tujuan perencanaan, auditor harus menggunakan “tingkat agregat
terkecil dari salah saji yang dipertimbangkan sebagai material untuk setiap laporan
keuangan.” peratutan keputusan ini tepat karena : laporan keuangan saling berkaitan, dan
banyak prosedur audit berkaitan dengan lebih dari satu laporan keuangan. Pertimbangan
materialitas melibatkan pertimbangan kuantitatif dan kualitatif.
4. Dwi&Hanna
• Materialitas Pada Tingkat Saldo Akun
Adalah salah saji minimum yang dapat muncul dalam suatu saldo akun
hingga dianggap mengandung salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat
saldo akun tidak boleh dikacaukan dengan istila saldo akun material. Saldo yang
tercatat dari suatu akun secara umum menyajikan batas atas jumlah dimana suatu
akun dapat disajikan lebih. Oleh karena itu, akun dengan saldo yang lebih rendah
dari materialitas kadangkala disebut tidak material berkenaan dengan risiko salah
saji.
Dalam membuat pertimbangan mengenai materialitas pada tingkat saldo
akun, auditor harus mempertimbangkan hubungan antara materialitas pada tingkat
saldo akun dan materialitas pada tingkat laporan keuangan.
5. Dwi&Hanna
Hubungan Antara Materialitas dan Bukti
Audit
Secara umum adalah benar
mengatakan bahwa
semakin rendah tingkat
materialitas, semakin besar
jumlah bukti yang
diperlukan (hubungan
terbalik). Secara umum
juga benar untuk
mengatakan bahwa
semakin besar atau
semakin signifikan suatu
saldu akun, maka semakin
besar jumlah bukti yang
diperlukan (hubungan
langsung).
Mengalokasikan Materialitas Laporan
Keuangan Pada Akun – akun
Ketika pertimbangan
pendahuluan auditor mengenai
materialitas laporan keuangan
dikuantifikasi, suatu estimasi
pendahuluan mengenai
materialitas setiap akun dapat
diperoleh dengan
mengalokasikan materialitas
laporan keuangan pada akun –
akun individual.
Dalam membuat alokasi, auditor
harus mempertimbangkan:
kemungkinan salah saji dalam
akun , dan biaya yang mungkin
untuk menguji akun.
2
1
6. Risiko Audit
Risiko audit adalah risiko bahwa auditor
mungkin tanpa sengaja telah gagal untuk
memodifikasi pendapat secara tepat
mengenai laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Konsep
risiko audit, penting sebagai dasar untuk
mengekspresikan konsep keyakinan yang
memedai. Mengenai keseluruhan pada
konsep risiko audit merupakan kebalikan
dari konsep keyakinan yang memadai.
Semakin tinggi kepastian yang ingin
diperoleh auditor dalam menyatakan
pendapat yang benar, semakin rendah
risiko audit yang akan ia terima.
Dwi&Hanna
7. Model Risiko Audit
Tiga komponen risiko audit sebagai:
risiko bawaan, pengendalian, dan deteksi. Untuk
tingkat risiko audit tertentu, terdapat hubungan
terbalik antara tingkat risiko bawaan dan
pengendalian yang dinilai atas suatu asersi dan
tingkat risiko deteksi yang dapat diterima oleh
auditor untuk asersi tersebut. Oleh karena
itu, semakin rendah penilaian risiko bawaan dan
risiko pengendalian, semakin tinggi tingkat yang
dapat diterima untuk risiko deteksi. Dengan
menghubungkan komponen – komponen risiko
audit, auditor dapat mengekspresikan setiap
komponen dalam istilah kuantitatif, atau dalam
istilah non – kuantitatif. Mengenai hubungan yang
diekspresikan dalam model risiko audit adl
penting ketika menentukan tingkat risiko deteksi
yang direncanakan dapat diterima.
Dwi&Hanna
8. Dwi&Hanna
Mengilustrasikan Model Risiko Audit
AR = IR x CR x DR
AR = IR x CR x AP x TD
Dimana:
AR = risiko audit
IR = risiko bawaan
CR = risiko pengendalian
AP = risiko prosedur analitis
DR = risiko deteksi
TD = risiko pengujian terinci
9. Dwi&Hanna
Studi mengenai matriks ini menunjukkan bahwa hal tersebut konsisten
dengan model risiko audit, yaitu bahwa tingkat risiko deteksi yang dapat diterima
berhubungan secara terbalik dengan penilaian risiko bawaan, pengendalian, dan
prosedur analitis. Matriks tersebut mengasumsikan bahwa risiko audit dibatasi pada
suatu tingkat yang rendah. Jika risiko bawaan dinilai berada pada tingkat
maksimum, risiko pengendalian pada tingkat sedang, dan risiko prosedur analitis
pada tingkat sedang, maka tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk
pengujian terinci adalah rendah. Jika risiko bawaan dinilai pada tingkat yang
tinggi, risiko pengendalian pada tingkat rendah, dan risiko prosedur analitis pada
tingkat rendah, maka pengujian substantif yang lain mungkin tidak diperlukan.
Matriks Komponen Risiko
10. Dwi&Hanna
Auditor secara normal mampu untuk mengevaluasi faktor – faktor risiko
bawaan dengan memahami siklus bisnis klien, termasuk :
a. Manajemen, tujuan manajemen, dan sumberdaya – sumberdaya perusahaan.
b. Produk, jasa, pasar, pelanggan, dan persaingan entitas.
c. Proses inti dan siklus operasi.
d. Hasil dari proses inti.
e. Keputusan pembiayaan dan investasi.
Auditor tidak dapat mengubah tingkat aktual dari risiko
pengendalian untuk suatu asersi. Akan tetapi, auditor dapat memvariasikan
tingkat risiko pengendalian yang dinilainya dengan memodifikasi:
Prosedur – prosedur untuk memperoleh suatu pemahaman tentang struktur
pengendalian, dan prosedur untuk melaksanakan pengujian pengendalian.
Risiko bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji material yang ada dalam suatu
asersi. Merupakan kombinasi dari risiko prosedur analitis dan risiko pengujian terinci
dimana tingkat aktualnya dapat dirubah dengan memvariasi sifat, waktu, efektifitas
pengujian atau penempatan staf audit. Dalam tahap perencanaan audit, tingkat risiko
deteksi yang direncanakan dapat diterima untuk prosedur analitis dan pengujian terinci
ditentukan untuk setiap asersi yang signifikan menggunakan model risiko audit.
Menilai Komponen Risiko Audit
. Risiko Bawaan.
Risiko Deteksi.
Risiko
Pengendalian.
11. Dwi&Hanna
• Auditor disyaratkan untuk menilai risiko salah saji material akibat kecurangan tanpa peduli
apakah auditor akan merencanakan untuk menilai risiko bawaan/ risiko pengendalian pada
tingkat maksimum.
Dua jenis salah saji
• Pelaporan laporan keuangan yang curang, seperti:
Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi/ dokumen - dokumen
pendukung yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan
Interpretasi yang salah dalam, atau penghilangan yang disengaja dari kejadian –
kejadian, transaksi, atau informasi signifikan lainnya dalam laporan keuangan.
Penerapan yang salah secara sengaja dari prinsip – prinsip akuntansi yang berkaitan
dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.
• Penyalahgunaan aktiva termasuk pencurian aktiva entitas yang menyebabkan laporan
keuangan tidak disajikan sesuai dengan PABU.
Risiko Bawaan, Risiko
Pengendalian, dan Risiko Kecurangan
12. Dwi&Hanna
Risiko Audit pada Tingkat Laporan Keuangan dan Tingkat Saldo Akun
Auditor menentukan tingkat risiko audit secara keseluruhan yang akan dicapai untuk laporan
keuangan secara keseluruhan. Tingkat yag sama diterapkan pada setiap saldo akun dan semua asersi yang
berkaitan.
Hubungan Antara Risiko Audit dan Bukti Audit
Semakin rendah tingkat risiko audit yang ingin dicapai, semakin besar jumlah bukti yang
diperlukan. Semakin rendah tingkat yang dapat diterima dari risiko prosedur analitis atau risiko pengujian
terinci yang ditentukan oleh auditor, maka semakin besar kecukupan dan kompetensi pengujian substansial
yang diperlukan untuk membatasi risiko deteksi keseluruhan pada tingkat tersebut.
Hubungan Timbal Balik antara Materialitas, Risiko Audit, dan Bukti Audit
1. Menaikan tingkat materialitas sementara menahan bukti audit konstan
2. Menaikan bukti audit sementara menahan tingkat materialitas konstan
3. Membuat kenaikan yang lebih kecil untuk jumlah bukti audit dan tingkat materialitas.
Peringatan akan adanya Risiko Audit
Tujuan peringatan akan adanya risiko audit adalah memberikan suatu tinjauan mengenai
perkembangan ekonomi baru ini kepada auditor, perkembangan profesional dan perkembangan peraturan
yang mungkin akan mempengaruhi audit untuk klien dalam banyak industri
13. Dwi&Hanna
• Komponen Strategi Audit Pendahuluan
• Tingkat risiko bawaan yang dinilai
• Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai dg
mempertimbangkan:
Luas pemahaman mengenai pengendalian intern yg diperoleh.
Pengujian pengendalian yg dilaksanakan dalam mengukur risiko pengendalian.
• Tingkat risiko prosedur analitis yang direncanakan untuk dinilai dg
mempertimbangkan:
Luas pemahaman tentang bisnis dan industri yg diperoleh.
Prosedur analitis yg akan dilaksanakan yg menyediakan bukti mengenai
penyajian wajar dari suatu asersi.
• Tingkat pengujian rincian yg dirancanakan, apabila dikombinasikan dg prosedur
lain, mengurangi risiko audit hingga tingkat rendah yg sesuai.
Standar Audit Pendahuluan
14. • Empat Strategi Audit Pendahuluan Umum
Strategi
untuk
memperoleh
keyakinan
Risiko audit
residual
Dwi&Hanna
15. Hubungan antara Strategi dan Siklus
Transaksi
Golongan Transaksi UtamaSiklus
Pendapatan
Pengeluaran
Jasa personel
Produksi
Investasi
Pembiayaan
Penjualan, penerimaan kas,
penyesuaian penjualan
Pembelian, pengeluaran kas
Penggajian
Memproses persediaan
Investasi dalam jangka panjang/ investasi
moneter dari kelebihan kas
Pembiayaan dari hutang lancar dan
hutang jangka panjang, serta modal
saham
Dwi&Hanna