Dokumen tersebut membahas konsep materialitas dan risiko audit dalam audit serta pertimbangan pengendalian intern. Secara ringkas, materialitas merupakan dasar penerapan standar auditing, risiko audit adalah risiko auditor tidak memodifikasi pendapatnya atas laporan keuangan yang mengandung salah saji material, sedangkan pengendalian intern digunakan perusahaan untuk mengarahkan operasi dan mencegah penyalahgunaan sistem.
Konsep Materialitas dan Resiko Dalam Audit Serta Pertimbangan Pengendalian Intern (Kel.3)
1. “KONSEP MATERIALITAS DAN RESIKO DALAM
AUDIT SERTA PERTIMBANGAN PENGENDALIAN INTERN”
MATAKULIAH MATRIKULASI AUDITING
DOSEN PENGAMPU:
Dr. H. Yuskar, SE, MA, CA, ACPA
KELOMPOK 3
2320532009 Nada Salsabila Arsy
2320532010 Galant Victory
2320532011 Sundari Savitri
2320532012 Kevry Ramdany
3. Materialitas
Materialitas merupakan dasar
penerapan standar auditing, terutama
standar pekerjaan lapangan dan
standar pelaporan
Risiko audit
Risiko audit adalah risiko yang terjadi
dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana
mestinya atas suatu laporan keuangan
yang mengandung salah saji material.
Tujuan Auditor
Tujuan akhir auditor dalam
perencanaan dan pelakasanaan
proses audit adalah mengurangi risiko
audit ke tingkat yang cukup rendah
untuk mendukung pendapatnya
Pengendalian intern
Sebuah perusahaan menggunakan
sistem pengendalian intern umumnya
untuk mencegah penyalahgunaan
sistem dan untuk mengarahkan
operasi perusahaan.
Tujuan SPI
Tujuan sistem pengendalian intern
digolongkan menjadi dua, yaitu
pengendalian intern akuntansi dan
pengendalian intern administrasi
Tanggung jawab SPI
Tanggung jawab atas adanya sistem
pengendalian intern yang baik terletak
pada manajemen. Manajemen
mempunyai tugas atas perancangan
dan penetapan sistem pengendalian
intern,
3
5. MATERIALITAS
Langkah-Langkah Dalam Menerapkan Materialitas
Merencanakan luas pengujian
Langkah 1 : Menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang
materialitas
Langkah 2 : Mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang
materialitas segmen-segmen
Mengevaluasi hasil-hasil
Langkah 3 : Mengestimasi total salah saji dalam segmen
Langkah 4 : Memperkirakan salah saji gabungan
Langkah 5 : Membandingkan salah saji gabungan dengan
pertimbangan pendahuluan atau yang direvisi tetentang materialitas
The Power of PowerPoint | thepopp.com 5
Konsep Materialitas
Financial Accounting Standard Board (FASB) mendefinisikan
materialitas sebagai :“Besarnya suatu penghapusan atau salah
saji informasi keuangan yang, dengan memperhitungkan
situasinya, menyebabkan pertimbangan yang dilakukan oleh
orang yang mengandalkan pada informasi tersebut akan
berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau salah saji
tersebut.
Konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal, baik secara
individual atau keseluruha, adalah penting bagi kewajaran
penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Sedangkan
beberapa hal lainnya adalah tidak penting. Auditor mengikuti
lima langkah yang saling terkait erat dalam menerapkan
materialitas.
6. Pentingnya Konsep Materialitas Dalam Audit Atas
Laporan Keuangan
The Power of PowerPoint | thepopp.com 6
Dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan (assurance)
sebagai berikut:
1. Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan
keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan dikompilasi.
2. Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang
cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan.
3. Auditor dapat memberikan keyakinan, dalam bentuk pendapat (atau memberikan informasi, dalam
hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar
dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan ketidakberesan
7. Menetapkan Pertimbangan Awal Materialitas
The Power of PowerPoint | thepopp.com 7
SAS 107 (AU 312) mengharuskan auditor memutuskan
jumlah salah saji gabungan dalam laporan keuangan, yang akan
mereka anggap material pada awal audit ketika sedang
mengembangkan strategi audit secara keseluruhan. Keputusan
tersebut disebut sebagai pertimbangan pendahuluan tentang
materialitas. Karena, meskipun merupakan pendapat
professional , hal itu mungkin saja berubah selama penugasan.
Pertimbangan ini harus didokumentasikan dalam file audit.
Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus
menetapkan materialitas pada dua tingkat berikut ini :
a. Tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas
kewajaran mencakup laporan keuangan sebagai keseluruhan.
b. Tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun
dalam mencapai kesimpulan menyeluruh atas kewajaran
laporan keuangan
c. Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun
8. The Power of PowerPoint | thepopp.com 8
Alokasi Pertimbangan Pendahuluan
Tentang Materialitas Ke Segmen-Segmen
Alokasi pertimbangan pendahuluan tentang
materialitas ke segmen-segmen perlu dilakukan
karena auditor mengumpulkan bukti per
segmen dan bukan untuk laporan keuangan
secara keseluruhan. Berguna untuk membantu
auditor dalam memutuskan jumlah bahan bukti
yang cukup untuk dikumpulkan dalam segmen
tersebut, sehingga akan meminimalisasi biaya
audit. Sebagian besar alokasi materialitas pada
pos-pos neraca karena neraca memiliki lebih
sedikit komponen
Estimasi Salah Saji Dengan
Pertimbangan Awal
Ketika melaksanakan prosedur audit
untuk setiap segmen audit, auditor
membuat kertas kerja untuk mencatat
semua salah saji yang ditemukan. Salah saji
yang ditemukan dalam suatu akun dapat
dibedakan menjadi 2 jenis:
1. Salah Saji yang Diketahui adalah salah saji
dalam akun yang jumlahnya dapat
ditentukan oleh auditor.
2. Salah Saji yang Mungkin.
9. RESIKO AUDIT
The Power of PowerPoint | thepopp.com 9
Menurut SA Seksi 312 Risiko Audit dan
Materialitas dalam Pelaksanaan Audit, risiko audit
adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa
disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana
mestinya, atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor
dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko
audit yang auditor bersedia untuk menanggungnya.
SA SEKSI 312
10. Risiko Audit Pada Tingkat Laporan Keuangan Dan Tingkat Saldo Akun
Risiko Audit Individual
Risiko Audit Keseluruhan (Overall
Audit Risk)
Kenyataan bahwa auditor tidak dapat memberikan jaminan tentang ketepatan informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan mengharuskan auditor
mempertimbangkan baik materialitas maupun risiko audit, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atau suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material
Pada tahap perencanaan auditnya,
auditor pertama kali harus menentukan
risiko audit keseluruhan yang
direncanakan, yang merupakan besarnya
risiko yang dapat ditanggung oleh
auditor dalam menyatakan bahwa
laporan keuangan disajikan secara wajar,
padahal kenyataannya, laporan keuangan
tersebut berisi salah saji material.
Karena audit mencakup pemeriksaan
terhadap akun-akun secara individual,
risiko audit keseluruhan harus
dialokasikan kepaada akun-akun yang
berkaitan. Risiko audit individual perlu
ditentukan untuk setiap akun karena
akun tertentu seringkali sangat penting
karena besar saldonya atau frekuensi
transaksi perubahan
11. Model Resiko Audit
PDR = AAR/(IR*CR)
1 PDR = Risiko penemuan yang
direncanakan ( Planned Detection Risk
)
2 AAR = Risiko audit yang dapat diterima (
Acceptable Audit Risk )
3 IR = Risiko bawaan ( Inherent Risk )
4 CR = Risiko pengendalian ( Control Risk
)
The Power of PowerPoint | thepopp.com 11
12. Mengubah risiko audit yang dapat diterima untuk risiko
usaha
Tingkat
ketergantungan
pemakai pada
L/K
Kemungkinan
akan adanya
kesulitan
keuangan klien
yang timbul
setelah laporan
audit diterbitkan
Evaluasi auditor
atas integritas
manajemen
13. Menetapkan Risiko Audit Yang Dapat Diterima
- Menyelidiki kondisi klien, menilai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
ketergantungan pemakai ekstern terhadap laporan, kemungkinan kegagalan keuangan setelah
audit selesai, dan integritas manajemen.
- Auditor menetapkan tingkat risiko sementara yang bersifat subyektif bahwa L/K berisi salah saji
material setelah audit selesai.
- Kemungkinan memperoleh informasi tambahan mengenai klien dan memodifikasi AAR. 13
14. Risiko Bawaan
The Power of PowerPoint | thepopp.com 14
Faktor-faktor yang harus ditelaah dalam menetapkan risiko bawaan :
sifat bidang usaha klien Hubungan istimewa
Integritas manajemen Transaksi tidak rutin
Motivasi klien Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat
Hasil audit sebelumnya saldo akun dan transaksi secara benar
Penugasan pertama atau penugasan ulang Kerentanan terhadap kecurangan
Unsur-unsur populasi
15. Pertimbangan Materialitas
Dan Risiko Lainnya, Risiko
Audit Untuk Segmen
PDR dapat diturunkan
dengan mengkombinasikan
beberapa prosedur audit, dengan
jenis bahan bukti yang berbeda
untuk tujuan audit yang berbeda.
Keterbatasan Pengukuran
Tidak ada metode pengukuran
yang akurat untuk menentukan
pengukuran kuantitatif yang tepat
mengenai kombinasi bahan
bukti, tetapi secara subyektif
untuk mengevaluasi kecukupan
bahan bukti untuk memenuhi
PDR butuh pertimbangan
profesional.
Kertas kerja Perencanaan
Bahan Bukti Pengujian
Terinci Atas Saldo
Kertas kerja perencanaan bahan
bukti menunjukkan bahwa faktor-
faktor lain harus dipertimbangkan
sebelum membuat keputusan
bahan bukti aktiva
Merevisi Risiko dan
Bahan Bukti
Auditor harus berhati-hati dalam
memutuskan bahwa berdasarkan
bahan bukti yang telah
dikumpulkan penetapan CR atau
IR semula terlalu kecil atau AAR
terlalu besar.
15
16. Hubungan Antara Materialitas,
Risiko, Audit, Bukti Audit
1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan
tingkat meterialitas dikurangi, auditor harus menambah
jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
2. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan
dan mengurangi jumlah bukti audit yang dikumpulkan,
risiko audit menjadi meningkat.
3. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit,
auditor dapat menempuh salah satu dari tiga cara berikut ini
:
a. Menambah tingkat materialiras, sementara itu
mempertahankan jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
b. Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan,
sementara itu tingkat materialitas tetap dipertahankan.
c. Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan
dan tingkat materialitas secara bersama-sama.
The Power of PowerPoint | thepopp.com 16
17. 1
2
3
4
5
17
Lingkungan Pengendalian
Penaksiran Risiko
Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu
organisasi dan memengaruhi kesadaran pengendalian
orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar
untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan
disipIin dan struktur.
Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan mencakup
peristiwa dan keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi
dan secara negatif memengaruhi kemampuan entitas untuk
mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan data keuangan
konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan
Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur
yang membantu memastikan bahwa arahan manajemen
dilaksanakan. Aktivitas tersebut membantu memastikan
bahwa tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi
risiko dalam pencapaian tujuan entitas, sudah
dilaksanakan
Informasi dan
Komunikasi
Informasi dan Komunikasi yang relevan dengan tujuan pelaporan
keuangan, yang meliputi sistem akuntansi, terdiri atas metode dan
catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan
melaporkan transaksi entitas (baik peristiwa maupun kondisi) dan
untuk memelihara akuntabilitas bagi aset, utang, dan ekuitas yang
bersangkutan.
Pemantauan
Pemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja
pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan ini
mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat
waktu dan pengambilan tindakan koreksi
PENGENDALIAN
INTERN
18. Bagaimana Melakukan Pemahaman
Dan Evaluasi Atas Pengendalian
Intern
Auditor harus mendokumentasikan
pemahamannya tentang komponen
pengendalian intern entitas yang diperoleh
untuk merencanakan audit
Pengendalian Intern
The Power of PowerPoint | thepopp.com 18
Keterbatasan Pengendalian
Intern Entitas pengendalian intern hanya dapat
memberikan keyakinan memadai
bagi manajemen dan dewan
komisaris berkaitan dengan
pencapaian tujuan pengendalian
intern entitas.
Hubungan Pengendalian Intern Dengan
Ruang Lingkup (Scope) Pemeriksaan Jika Pengendalian intern suatu satuan usaha
lemah, maka kemungkinan teriadinya
kesalahan, ketidakakuratan ataupun
kecurangan dalam perusahaan sangat besar.
19. PENUTUP
Tujuan pengendalian intern bukan hanya merupakan prosedur
untuk memeriksa dan menganalisa ketelitian data akuntansi,
tetapi juga meliputi semua metode dan kebijakan yang
digunakan perusahaan dalam mengendalikan jalannya
operasional perusahaan agar dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan
Dilihat dari tujuan tersebut maka sistem pengendalian intern dapat
dibagi menjadi dua yaitu pengendalian Intern Akuntansi (Preventive
Controls) dan pengendalian intern administratif (Feedback Controls).
The Power of PowerPoint | thepopp.com 19