Materialitas, Risiko, dan Strategi Audit PendahuluanDwi Wahyu
Dokumen tersebut membahas konsep materialitas, risiko audit, dan strategi audit pendahuluan. Materialitas didefinisikan sebagai besarnya pengabaian informasi yang dapat mempengaruhi pertimbangan pengguna laporan keuangan. Risiko audit adalah risiko gagal memodifikasi pendapat audit akibat salah saji material. Strategi audit mempertimbangkan risiko bawaan, pengendalian, dan deteksi untuk menentukan tingkat bukti audit."
Makalah ini membahas tentang materialitas dalam pengauditan, yaitu besarnya kesalahan dalam laporan keuangan yang dapat mempengaruhi keputusan pengguna laporan. Materialitas ditentukan berdasarkan ukuran dan sifat kesalahan, serta pengaruhnya terhadap laba. Auditor menetapkan tingkat materialitas untuk menentukan cakupan audit dan mengevaluasi hasil audit. Tingkat materialitas ditentukan pada perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
Bab ini membahas strategi audit yang digunakan auditor untuk mengumpulkan bukti audit. Terdapat dua pendekatan strategi audit yaitu pendekatan terutama substantif yang mengandalkan pengujian substantif dan pendekatan tingkat resiko pengendalian taksiran rendah yang meletakkan kepercayaan pada pengendalian intern. Kedua pendekatan ini memiliki perbedaan dalam ruang lingkup prosedur, pengujian kontrol, dan pengujian substantif yang dilakukan.
(Pert 2) bab 9 materialitas dan risiko auditIlham Sousuke
Tiga langkah penting dalam menerapkan materialitas oleh auditor adalah:
1. Menetapkan materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan
2. Menentukan materialitas kinerja yang lebih kecil dari materialitas laporan keuangan
3. Membandingkan estimasi total salah saji dengan materialitas untuk menentukan apakah salah saji dapat diterima.
Konsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses auditDian Rahmah
1. Konsep Materialitas dan Penerapan Materialitas Terhadap Proses Audit
2. Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.
3. Konsep materialitas berkaitan dengan seberapa salah saji yang terdapat dalam asersi dapat diterima oleh audiotr agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh besarnya salah saji tersebut.
Konsep risiko audit berkaitan dengan risiko kegagalan auditor dalam mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
4. MENGAPA KONSEP MATERIALITAS PENTING dalam AUDIT atas LAPORAN KEUANGAN ??
5. Dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan berikut ini : (1) Bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diingkas, digolongkan, dan dikompilasi. (2) Bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. (3) Dalam bentuk pendapat atau memberikan informasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan kecurangan.
6. Dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor: (1) Konsep materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yangdapat diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut. (2) Konsep risiko audit menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
7. Pertimbangan Awal tentang Materialitas
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif.
- Pertimbangan Kuantitatif : Berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan.
- Pertimbangan Kualitatif : Berkaitan dengan penyebab salah saji.
8. Materialitas dibagi menjadi 2 golongan : (1) Materialitas pada tingkat laporan keuangan. (2) Materialitas pada tingkat saldo akun.
9. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas :
Pertama, auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit.
10. Kedua, pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanan audit.
11. Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material.
12. Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun
13. Hubungan Antara Materialitas Dengan Bukti Audit
Materialitas, Risiko, dan Strategi Audit PendahuluanDwi Wahyu
Dokumen tersebut membahas konsep materialitas, risiko audit, dan strategi audit pendahuluan. Materialitas didefinisikan sebagai besarnya pengabaian informasi yang dapat mempengaruhi pertimbangan pengguna laporan keuangan. Risiko audit adalah risiko gagal memodifikasi pendapat audit akibat salah saji material. Strategi audit mempertimbangkan risiko bawaan, pengendalian, dan deteksi untuk menentukan tingkat bukti audit."
Makalah ini membahas tentang materialitas dalam pengauditan, yaitu besarnya kesalahan dalam laporan keuangan yang dapat mempengaruhi keputusan pengguna laporan. Materialitas ditentukan berdasarkan ukuran dan sifat kesalahan, serta pengaruhnya terhadap laba. Auditor menetapkan tingkat materialitas untuk menentukan cakupan audit dan mengevaluasi hasil audit. Tingkat materialitas ditentukan pada perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
Bab ini membahas strategi audit yang digunakan auditor untuk mengumpulkan bukti audit. Terdapat dua pendekatan strategi audit yaitu pendekatan terutama substantif yang mengandalkan pengujian substantif dan pendekatan tingkat resiko pengendalian taksiran rendah yang meletakkan kepercayaan pada pengendalian intern. Kedua pendekatan ini memiliki perbedaan dalam ruang lingkup prosedur, pengujian kontrol, dan pengujian substantif yang dilakukan.
(Pert 2) bab 9 materialitas dan risiko auditIlham Sousuke
Tiga langkah penting dalam menerapkan materialitas oleh auditor adalah:
1. Menetapkan materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan
2. Menentukan materialitas kinerja yang lebih kecil dari materialitas laporan keuangan
3. Membandingkan estimasi total salah saji dengan materialitas untuk menentukan apakah salah saji dapat diterima.
Konsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses auditDian Rahmah
1. Konsep Materialitas dan Penerapan Materialitas Terhadap Proses Audit
2. Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.
3. Konsep materialitas berkaitan dengan seberapa salah saji yang terdapat dalam asersi dapat diterima oleh audiotr agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh besarnya salah saji tersebut.
Konsep risiko audit berkaitan dengan risiko kegagalan auditor dalam mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
4. MENGAPA KONSEP MATERIALITAS PENTING dalam AUDIT atas LAPORAN KEUANGAN ??
5. Dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan berikut ini : (1) Bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diingkas, digolongkan, dan dikompilasi. (2) Bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. (3) Dalam bentuk pendapat atau memberikan informasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan kecurangan.
6. Dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor: (1) Konsep materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yangdapat diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut. (2) Konsep risiko audit menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
7. Pertimbangan Awal tentang Materialitas
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif.
- Pertimbangan Kuantitatif : Berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan.
- Pertimbangan Kualitatif : Berkaitan dengan penyebab salah saji.
8. Materialitas dibagi menjadi 2 golongan : (1) Materialitas pada tingkat laporan keuangan. (2) Materialitas pada tingkat saldo akun.
9. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas :
Pertama, auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit.
10. Kedua, pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanan audit.
11. Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material.
12. Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun
13. Hubungan Antara Materialitas Dengan Bukti Audit
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Dokumen tersebut membahas tentang audit internal, audit keuangan, dan audit operasi.
(2) Audit internal, keuangan, dan operasi memiliki tujuan, lingkup, dan proses yang berbeda-beda walaupun ada kesamaan metodologi.
(3) Dokumen tersebut menjelaskan standar-standar, proses, dan kriteria evaluasi yang berlaku untuk ketiga jenis audit tersebut.
Audit Laporan Keuangan Dan Tanggung Jawab AuditorDwi Wahyu
Dokumen tersebut membahas tentang audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor. Ia menjelaskan perbedaan antara akuntansi dan auditing, standar yang digunakan dalam masing-masing bidang, serta tanggung jawab auditor dalam mendeteksi kecurangan dan melaporkannya.
Dokumen tersebut membahas perencanaan program audit secara keseluruhan untuk IBM ASMI yang mencakup jenis-jenis pengujian audit, pendekatan merencanakan program audit, dan ikhtisar proses audit secara keseluruhan."
SIKLUS PEROLEHAN, DAN PEMBAYARAN ASSET TETAP,SIKLUS PENDAPATANSsusanti Ssusanti
Siklus perolehan dan pembayaran aset tetap dan siklus pendapatan mencakup proses perolehan, penerimaan, pencatatan, dan pembayaran aset serta penjualan barang dan jasa dan pencatatan piutang. Audit memerlukan pemahaman pengendalian intern, penilaian risiko, dan pengujian untuk memperoleh keyakinan atas laporan keuangan.
Kuliah 4 audit laporan keuangan dan tanggungjawab auditorRose Meea
Konsep, standar, dan prosedur saling berhubungan dan bergantung satu sama lain dalam pelaksanaan audit. Konsep merupakan dasar untuk pengembangan standar, sedangkan standar menjadi acuan untuk pengembangan prosedur audit yang dapat diimplementasikan secara praktis. Dengan kata lain, konsep → standar → prosedur.
Dokumen ini membahas metodelogi audit yang meliputi penilaian pengendalian resiko, merancang pengujian pengendalian, luas pengujian, dan pengujian substantif. Tujuan penilaian pengendalian resiko adalah untuk membantu auditor dalam mempertimbangkan resiko salah saji laporan keuangan, sedangkan pengujian substantif dirancang untuk mendeteksi kesalahan moneter atau salah saji laporan keuangan.
Makalah auditing i (sasaran, tujuan, dan bukti audit) kel. 3Jiantari Marthen
Makalah ini membahas tentang sasaran audit, bukti audit, dan kertas kerja audit. Sasaran audit terkait dengan tujuan spesifik untuk setiap akun laporan keuangan guna memperoleh bukti audit yang memadai. Bukti audit terdiri atas data akuntansi dan informasi pendukung lainnya. Kertas kerja berisi catatan hasil pemeriksaan auditor untuk mendukung pendapatnya.
Dokumen tersebut membahas perbedaan antara uji pengendalian dan uji substantif dalam audit. Uji pengendalian bertujuan untuk menilai pengendalian internal sedangkan uji substantif bertujuan untuk memberikan keyakinan atas laporan keuangan. Hubungan antara keduanya tergantung pada penilaian risiko pengendalian, semakin kuat pengendalian maka uji substantif yang dibutuhkan akan berkurang.
Konsep Materialitas dan Resiko Dalam Audit Serta Pertimbangan Pengendalian In...KevryRamdany1
Dokumen tersebut membahas konsep materialitas dan risiko audit dalam audit serta pertimbangan pengendalian intern. Secara ringkas, materialitas merupakan dasar penerapan standar auditing, risiko audit adalah risiko auditor tidak memodifikasi pendapatnya atas laporan keuangan yang mengandung salah saji material, sedangkan pengendalian intern digunakan perusahaan untuk mengarahkan operasi dan mencegah penyalahgunaan sistem.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Dokumen tersebut membahas tentang audit internal, audit keuangan, dan audit operasi.
(2) Audit internal, keuangan, dan operasi memiliki tujuan, lingkup, dan proses yang berbeda-beda walaupun ada kesamaan metodologi.
(3) Dokumen tersebut menjelaskan standar-standar, proses, dan kriteria evaluasi yang berlaku untuk ketiga jenis audit tersebut.
Audit Laporan Keuangan Dan Tanggung Jawab AuditorDwi Wahyu
Dokumen tersebut membahas tentang audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor. Ia menjelaskan perbedaan antara akuntansi dan auditing, standar yang digunakan dalam masing-masing bidang, serta tanggung jawab auditor dalam mendeteksi kecurangan dan melaporkannya.
Dokumen tersebut membahas perencanaan program audit secara keseluruhan untuk IBM ASMI yang mencakup jenis-jenis pengujian audit, pendekatan merencanakan program audit, dan ikhtisar proses audit secara keseluruhan."
SIKLUS PEROLEHAN, DAN PEMBAYARAN ASSET TETAP,SIKLUS PENDAPATANSsusanti Ssusanti
Siklus perolehan dan pembayaran aset tetap dan siklus pendapatan mencakup proses perolehan, penerimaan, pencatatan, dan pembayaran aset serta penjualan barang dan jasa dan pencatatan piutang. Audit memerlukan pemahaman pengendalian intern, penilaian risiko, dan pengujian untuk memperoleh keyakinan atas laporan keuangan.
Kuliah 4 audit laporan keuangan dan tanggungjawab auditorRose Meea
Konsep, standar, dan prosedur saling berhubungan dan bergantung satu sama lain dalam pelaksanaan audit. Konsep merupakan dasar untuk pengembangan standar, sedangkan standar menjadi acuan untuk pengembangan prosedur audit yang dapat diimplementasikan secara praktis. Dengan kata lain, konsep → standar → prosedur.
Dokumen ini membahas metodelogi audit yang meliputi penilaian pengendalian resiko, merancang pengujian pengendalian, luas pengujian, dan pengujian substantif. Tujuan penilaian pengendalian resiko adalah untuk membantu auditor dalam mempertimbangkan resiko salah saji laporan keuangan, sedangkan pengujian substantif dirancang untuk mendeteksi kesalahan moneter atau salah saji laporan keuangan.
Makalah auditing i (sasaran, tujuan, dan bukti audit) kel. 3Jiantari Marthen
Makalah ini membahas tentang sasaran audit, bukti audit, dan kertas kerja audit. Sasaran audit terkait dengan tujuan spesifik untuk setiap akun laporan keuangan guna memperoleh bukti audit yang memadai. Bukti audit terdiri atas data akuntansi dan informasi pendukung lainnya. Kertas kerja berisi catatan hasil pemeriksaan auditor untuk mendukung pendapatnya.
Dokumen tersebut membahas perbedaan antara uji pengendalian dan uji substantif dalam audit. Uji pengendalian bertujuan untuk menilai pengendalian internal sedangkan uji substantif bertujuan untuk memberikan keyakinan atas laporan keuangan. Hubungan antara keduanya tergantung pada penilaian risiko pengendalian, semakin kuat pengendalian maka uji substantif yang dibutuhkan akan berkurang.
Konsep Materialitas dan Resiko Dalam Audit Serta Pertimbangan Pengendalian In...KevryRamdany1
Dokumen tersebut membahas konsep materialitas dan risiko audit dalam audit serta pertimbangan pengendalian intern. Secara ringkas, materialitas merupakan dasar penerapan standar auditing, risiko audit adalah risiko auditor tidak memodifikasi pendapatnya atas laporan keuangan yang mengandung salah saji material, sedangkan pengendalian intern digunakan perusahaan untuk mengarahkan operasi dan mencegah penyalahgunaan sistem.
Dokumen tersebut membahas konsep pengendalian intern dan risiko audit, termasuk unsur-unsur seperti materialitas, risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko deteksi. Dokumen tersebut juga menjelaskan hubungan antara konsep-konsep tersebut dan bagaimana mereka berdampak pada jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
Pemahaman mengenai entitas dan lingkungannyaADE NURZEN
Dokumen tersebut membahas beberapa topik utama mengenai pemahaman entitas dan lingkungannya dalam proses audit, termasuk komunikasi dengan auditor pendahulu, pelaksanaan prosedur analitik, pertimbangan akan pengendalian internal, kebutuhan akan supervisi, serta faktor-faktor risiko yang mempengaruhi penilaian risiko salah saji material akibat kecurangan.
Auditor harus memperoleh bukti yang cukup dan tepat selama proses audit untuk menyimpulkan pendapatnya. Bukti diperoleh melalui prosedur seperti inspeksi, observasi, konfirmasi, penghitungan kembali, pelaksanaan ulang, prosedur analitis, dan kombinasi prosedur. Prosedur khusus untuk memperoleh bukti terkait penyajian dan pengungkapan meliputi pengujian kewajiban kontinjensi, peristiwa setelah
Dokumen tersebut membahas tentang bukti audit, prosedur audit, dan temuan audit. Terdapat penjelasan mengenai pengertian bukti audit, jenis bukti audit, prosedur audit, dan hubungan antara bukti audit, prosedur audit, dan temuan audit.
Makalah ini membahas pengujian audit yang berkaitan dengan beberapa akun penting dalam siklus perolehan dan pembayaran, seperti peralatan dan pabrik, biaya dibayar dimuka, biaya yang masih harus dibayar, dan biaya serta pendapatan. Topik utama yang dibahas meliputi prosedur audit untuk akun-akun tersebut dan penilaian risiko pengendalian internal.
Tujuan audit dan asersi atas laporan keuanganRisa Martia
Tujuan audit adalah untuk memberikan keyakinan kepada pengguna laporan keuangan mengenai kesesuaian laporan keuangan dengan standar pelaporan keuangan. Hal ini dicapai dengan menyatakan opini auditor tentang kesesuaian laporan keuangan dengan standar tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut, auditor perlu memahami konsep asurans memadai, lingkup tugas audit, kendala audit, dan salah saji material serta asersi manajemen.
Dokumen tersebut membahas sistem informasi akuntansi pengeluaran kas dan pengendalian internalnya pada perusahaan, termasuk pengertian kas, sistem pengeluaran kas dengan cek dan uang tunai, serta dokumen dan catatan akuntansi yang terkait."
Sipi khoirul abadi yenny farlina yoris hapzi ali siklus proses bisnis penduku...yenny yoris
Dokumen tersebut membahas tentang siklus proses bisnis pendukung sistem informasi akuntansi, termasuk ancaman-ancaman terhadap sistem informasi akuntansi dan pengendalian intern yang diperlukan untuk menanggulangi ancaman-ancaman tersebut."
Sistem informasi dan pengendalian internal kas merupakan hal penting bagi perusahaan untuk mengelola kas dengan baik dan memastikan fungsi monitoring berjalan sesuai tujuan. Makalah ini membahas pengertian kas dan sistem akuntansi pengeluaran kas, baik dengan cek maupun dana kas kecil beserta prosedur dan pengendalian internya.
Siapa saja yang menggunakan COBIT? COBIT digunakan secara umum oleh mereka yang memiliki tanggung jawab utama dalam alur proses organisasi, mereka yang organisasinya sangat bergantung pada kualitas, kehandalan dan penguasaan teknologi informasi.
Sipi yenny farlina yoris hapzi ali_e_dasar dasar intelijen business_universit...yenny yoris
Penjelasan singkat mengenai DBMS dan bagaimana DBMS bisa membantu memenuhi kebutuhan informasi atas dunis bisnis pada saat ini dan di masa yang akan datang.
Si pi, yenny farlina yoris, hapzi ali, infrastruktur ti dan teknologi baru, u...yenny yoris
Paparan singkat mengenai infrastruktur TI dan teknologi baru terutama tren implementasi hardware dan software pada perusahaan khususnya yang bergerak di bidang jasa
Audit lanjutan, yenny farlina yoris, yudhi herliansyah, the building blocks o...yenny yoris
1. Dokumen tersebut membahas pentingnya auditor memperoleh bukti yang tepat dan memadai selama proses audit laporan keuangan untuk mendukung pendapat yang diberikan.
2. Terdapat beberapa jenis bukti audit seperti bukti fisik, konfirmasi, dokumen, matematik, analitis, dan keterangan.
3. Kecukupan dan kesesuaian bukti dipengaruhi oleh faktor seperti materialitas, risiko audit, dan keterbatasan sum
Si pi, yenny farlina yoris, hapzi ali, isu sosial dan etika dalam sistem info...yenny yoris
Teks tersebut membahas tentang etika dan dampak sosial dalam pemanfaatan sistem informasi perusahaan. Tiga poin utama yang diangkat adalah pentingnya budaya etika di perusahaan, hak-hak sosial yang berkaitan dengan akses dan penggunaan teknologi informasi, serta faktor-faktor yang mempengaruhi minat masyarakat terhadap etika dalam teknologi komputer.
Si pi, yenny farlina yoris, hapzi ali, sistem informasi organisasi dan strate...yenny yoris
1. Sistem informasi penting bagi organisasi untuk mengatur arus informasi dan mendukung pengambilan keputusan manajemen.
2. Implementasi sistem informasi payroll membantu perusahaan meningkatkan efisiensi penggajian dengan database karyawan dan slip gaji elektronik.
3. Analisis rantai nilai penting untuk mengidentifikasi peluang peningkatan nilai bagi pelanggan melalui sistem informasi strategis.
Si pi, yenny farlian yoris, hapzi ali, sistem informasi organisasi dan strate...yenny yoris
Si pi, yenny farlian yoris, hapzi ali, sistem informasi organisasi dan strategi, universitas mercu buana, 2017
Penjelasan singkat mengenai sistem informasi organisasi dan strategi
MATERI AKUNTANSI IJARAH POWER POINT (PPT)ritaseptia16
Ijarah adalah akad sewa-menyewa antara pemilik ma’jur (obyek
sewa) dan musta’jir (penyewa) untuk mendapatkan imbalan atas obyek
sewa yang di sewakannya.
BAB 3 PROFESI, PELUANG KERJA, DAN PELUANG USAHA BIDANG AKL.pptxanselmusl280
Jurusan akuntansi merupakan salah satu jurusan yang cukup populer di Indonesia. Banyak mahasiswa yang memilih jurusan ini karena prospek kerja yang menjanjikan. Namun, sebelum memilih jurusan ini, sebaiknya Anda mengetahui terlebih dahulu apa itu jurusan akuntansi.
Akuntansi adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari tentang pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, dan pelaporan transaksi keuangan. Jurusan akuntansi sendiri merupakan suatu program studi yang mengajarkan ilmu akuntansi, mulai dari dasar-dasar akuntansi hingga akuntansi lanjutan.
Dalam jurusan akuntansi, Anda akan mempelajari berbagai materi, seperti dasar-dasar akuntansi, teori akuntansi, analisis laporan keuangan, audit, pajak, hingga manajemen keuangan. Selain itu, Anda juga akan belajar menggunakan software akuntansi, seperti Microsoft Excel dan SAP.
Gelar akademik yang akan didapatkan oleh para lulusan S-1 jurusan akuntansi adalah Sarjana Akuntansi (S.Ak.). Memiliki gelar sarjana akuntansi merupakan salah satu syarat penting untuk menjadi seorang akuntan profesional.
Dengan memperoleh gelar sarjana akuntansi, seseorang dianggap memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai akuntansi, audit, pajak, dan manajemen keuangan.
Setelah lulus dari jurusan akuntansi, Anda memiliki peluang kerja yang sangat luas. Anda bisa bekerja di berbagai bidang, seperti akuntan publik, auditor, konsultan pajak, pegawai bank, pegawai asuransi, broker saham, hingga dosen akuntansi. Bahkan, jika Anda memiliki kemampuan untuk memulai bisnis, Anda juga bisa membuka usaha konsultan akuntansi.
Anda juga bisa memperoleh gaji yang cukup tinggi jika bekerja di bidang akuntansi. Gaji rata-rata untuk lulusan akuntansi di Indonesia bervariasi, tergantung dari posisi dan pengalaman kerja. Namun, umumnya gaji untuk lulusan akuntansi di Indonesia berkisar antara 4 hingga 10 juta rupiah per bulan.
Secara keseluruhan, jurusan akuntansi memiliki prospek kerja yang menjanjikan dan peluang karier yang luas. Namun, sebelum memilih jurusan ini, pastikan Anda memiliki minat dan bakat dalam bidang akuntansi. Selain itu, perlu juga memiliki kemampuan analisis yang baik, teliti, dan detail-oriented.
Salah satu prospek kerja yang menarik bagi lulusan akuntansi adalah menjadi broker saham.
Sebagai broker saham, tugas utama adalah membantu investor dalam membeli dan menjual saham di pasar saham. Selain itu, seorang broker saham juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam menganalisis data dan memprediksi pergerakan harga saham.
Meskipun menjadi broker saham terdengar menarik dan menjanjikan, tetapi tidak semua lulusan akuntansi bisa menjadi broker saham dengan mudah. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi broker saham, antara lain harus memiliki sertifikasi yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dan harus memiliki lisensi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Namun, bagi lulusan akuntansi yang memiliki sertifikasi dan lisensi tersebut, prospek kerja sebagai broker saham di Indonesia
1. SEBUTKAN, JELASKAN DAN SIMPULKAN MATERIALITAS MENURUT STANDAR
AUDIT (2015) SERTA LAKUKAN ANALISIS BEBERAPA CELAH YG MUNGKIN DAPAT
MENGURANGI KUALITAS AUDIT AKUNTAN PUBLIK.
1. Paparan Umum mengenai Materialitas
Materialitas merupakan dasar penerapan dasar auditing, terutama standar
pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Materialitas adalah suatu pertimbangan
penting dalam menentukan jenis laporan yang tepat untuk diterbitkan dalam situasi
tertentu. Sebagai contoh, jika ada salah saji yang tidak material dalam laporan
keuangan suatu entitas dan pengaruhnya terhadap periode selanjutnya diperkirakan
tidak terlalu berarti, maka dapatlah dikeluarkan suatu laporan wajar tanpa
pengecualian.
Definisi dari materialitas dalam kaitannya dengan akuntansi dan pelaporan
audit adalah suatu salah saji dalam laporan keuangan dapat dianggap material jika
pengetahuan atas salah saji tersebut dapat mempengaruhi keputusan pemakai laporan
keuangan.Dalam menerapkan definisi ini, digunakan tiga tingkatan materialitas dalam
mempertimbangkan jenis laporan yang dibuat:
1. Jumlahnya tidak material.
Jika terdapat salah saji dalam laporan keuangan, tetapi cenderung tidak
mempengaruhi keputusan pemakai laporan, salah saji tersebut dianggap tidak
material. Dalam hal ini pendapat tidak wajar dapat diberikan.
2. Jumlahnya material tetapi tidak mengganggu laporan keuangan secara keseluruhan.
Tingkat materialitas kedua terjadi jika salah saji di dalam laporan keuangan dapat
mempengaruhi keputusan pemakai, tetap bpi keseluruhan laporan keuangan
tersebut tersaji dengan benar, sehingga tetap berguna. Jika auditor menyimpulkan
bahwa salah saji tersebut cukup materialtetapi tidak mengganggu laporan keuangan
secara keseluruhan, pendapat yang tepat adalah pendapat wajar dengan
pengecualian (menggungakn “kecuali untuk”)
3. Jumlah sangat material atau pengaruhnya sangat meluas sehingga kewajaran
lapora keuangan secara keseluruhan diragukan.
Tingkat materialitas dikatakan tertinggi terjadi apabila para pengguna informasi
laporan keuangan dapat membuat keputusan yang salah jika mereka mengandalkan
laporan keuangan secara keseluruhan. Semakin meluas pengaruh salah saji,
kemungkinan untuk menerbitkan pendapat tidak wajar akan lebih besar daripada
pendapat wajar dengan pengecualian. Tabel mengenai tingkatan materialitas dan
hubungannya dengan jenis opini Auditor dapat di lihat dari Tabel 1.
Standar Umum Auditing ketiga berhubungan dengan dengan materialitas karena
menyangkut professional judgement seorang Auditor. Suatu pemeriksaan atau audit
harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis yang cukup sebagai auditor. Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada
suatu pernyatan pendapat, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli
dalam bidang akuntansi dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai
dengan pendidikan formalnya, yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman
2. selanjutnya dalam praktik audit. Betapa pun tingginya kemampuan seseorang dalam
bidang-bidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat
memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing ini, jika ia tidak
memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing.
Tabel 1: Tingkatan Materialitas dan pengaruhnya terhadap opini Auditor
TINGKAT
MATERIALITAS
PENGARUH TERHADAP
KEPUTUSAN PEAMAKAI JENIS PENDAPAT
Tidak material
Keputusan biasanya tidak
terpengaruh Wajarnya tanpa pengecualian
Material
Keputusan biasanya terpengaruh
jika informasi dimaksud penting
terhadap keputusan yang akan
diambil. Laporan keuangan
keseluruhan dianggap disajikan
secara wajar. Wajar dengan pengecualian
Sangat material
Sebagian besar dari seluruh
keputusan yang didasarkan pada
laporan keuangan sangat
terpengaruh
Pernyataan tidak memberikan
pendapat atau pendapat tidak
wajar
2. Bagaimana Auditor menetapkan Materialitas
Langkah – langkah dalam menetapkan materialitas adalah :
1) Menetapkan pertimbangan awal tentang materialitas
Pertimbangan pendahuluan tentang materialitas adalah jumlah maksimum yang
membuat auditor yakin bahwa laporan keuangan akan salah saji tetapi tidak
mempengaruhi keputusan para pemakai yang bijaksana. Auditor menetapkan
pertimbangan pendahuluan tentang materialitas untuk membantu merencanakan
pengumpulan bukti yang tepat. Semakin rendah nilai uang pertimbangan pendahuluan
ini, semakin banyak bukti audit yang dibutuhkan.
Auditor seringkali mengubah pertimbangan pendahuluan tentang materialitas yang
disebutkan dengan pertimbangan tentang materialitas yang direvisi. Hal ini terjadi
karena auditor memutuskan bahwa pertimbangan pendahuluan terlalu besar atau
terlalu kecil.
Faktor faktor yang mempengaruhi pertimbangan pendahuluan auditor tentang
materialitas adalah materialitas yang memiliki konsep yang relatif, dasar yang
diperlukan untuk mengevaluasi materialitas, dan faktor faktor kualitatif.Pertimbangan
awal mengenai materialitas adalah jumlah maksimum suatu salah saji dalam laporan
keuangan yang menurut pendapat auditor tidak mempengaruhi pengambilan keputusan
dari pemakai. Adapun penetapan materialitas sendiri bertujuan untuk membantu auditor
merencanakan bahan bukti yang cukup.
Seorang auditor eksternal dituntut untuk memiliki profesionalisme yang tinggi.
Alasan yang mendasari diperlukannya perilaku profesional yang tinggi ada setiap
3. profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang
diberikan profesi, terlepas dari yang dilakukan secara perorangan.
Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam
perencanaan auditnya. Penentuan materialitas ini, yang seringkali disebut dengan
materialitas perencanaan, mungkin dapat berbeda dengan tingkat materialitas yang
digunakan pada saat pengambilan kesimpulan audit dan dalam mengevaluasi
temuan audit karena keadaan yang melingkupi berubah, informasi tambahan tentang
klien dapat diperoleh selama berlangsungnya audit.
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif
berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan
keuangan. Pertimbangan kualitatif berkaitan dengan penyebab salah saji. Suatu salah
saji yang secara kuantitatif tidak material dapat secara kualitatif material, karena
penyebab yang menimbulkan salah saji tersebut
2) Mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas kedalam segmen
Hal ini perlu dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti persegmen dan bukan
untuk laporan keuangan secara keseluruhan yang nantinya akan membantu auditor
dalam memutuskan bukti audit yang tepat yang harus dikumpulkan. Ketika auditor
mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke saldo akun,
materialitas yang dialokasikan ke saldo akun tertentu itu sebagai salah saji yang dapat
ditoleransi.
3) Mengestimasi total salah saji dalam segmen
Salah saji yang diketahui adalah salah saji dalam akun yang jumlahnya dapat
ditentukan oleh auditor. Salah saji yang mungkin terbagi menjadi dua jenis yaitu salah
saji yang berasal dari perbedaan antara pertimbangan manajemen dan auditor tentang
estimasi saldo akun, contohnya adalah perbedaan estimasi penyisihan piutang tak
tertagih atau kewajiban garansi. Jenis kedua adalah proyeksi salah saji berdasarkan
pengujian auditor atas sampel dari suatu populasi, contohnya adalah auditor
menggunakan salah saji yang ditemukan yaitu 6 dari jumlah sampel 200 untuk
mengestimasi total salah saji yang mungkin dalam persediaan. Total ini disebut
estimasi atau proyeksi atau ekstrapolasi karena hanya sampel yang diaudit, bukan
keseluruhan populasi.
4) Memperkirakan salah saji gabungan
Jumlah salah saji yang diproyeksikan dalam langkah ketiga untuk setiap akun
kemudian digabungkan dalam kertas kerja.
5) Membandingkan salah saji gabungan dengan pertimbangan pendahuluan atau
yang direvisi tentang materialitas
3. Risiko Audit dan Materialitas
Risiko audit adalah risiko bagi auditor untuk membuat kesalahan dalam
memberikan pendapat atas laporan keuangan, karena gagal mengungkap salah saji
material.
4. Menurut SA Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit,risiko
audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi
pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung
salah saji material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin
rendah risiko audit yang auditor bersedia untuk menanggungnya.
Auditor merumuskan suatu pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan
atas dasar bukti yang diperoleh dari verivikasi asersi yang berkaitan dengan saldo akun
secara individual atau golongan transaksi. Tujuannya adalah untuk membatasi risiko
audit pada tingkat saldo akun sedemikian rupa sehingga pada akhir proses audit, risiko
audit dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan akan
berada pada tingkat yang rendah.
3.1 Risiko Audit pada Tingkat Laporan Keuangan dan Tingkat Saldo Akun
Kenyataan bahwa auditor tidak dapat memberikan jaminan tentang ketepatan
informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan mengharuskan auditor
mempertimbangkan baik materialitas maupun risiko audit, tanpa disadari, tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atau suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Risiko audit, seperti materialitas, dibagi menjadi dua
bagian:
1. Risiko Audit Keseluruhan
Pada tahap perencanaan auditnya, auditor pertama kali harus menentukan
risiko audit keseluruhan yang direncanakan, yang merupakan besarnya risiko yang
dapat ditanggung oleh auditor dalam menyatakan bahwa laporan keuangan
disajikan secara wajar, padahal kenyataannya, laporan keuangan tersebut berisi
salah saji material.
2. Risiko Audit Individual
Karena audit mencakup pemeriksaan terhadap akun-akun secara individual,
risiko audit keseluruhan harus dialokasikan kepaada akun-akun yang berkaitan.
Risiko audit individual perlu ditentukan untuk setiap akun karena akun tertentu
seringkali sangat penting karena besar saldonya atau frekuensi transaksi
perubahan.
3.2 Unsur Risiko Audit
Terdapat tiga unsur risiko audit: (1) risiko bawaan, (2) risiko pengendalian, (3)
risiko deteksi.
(1) Risiko Bawaan, yakni risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau
golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak
terdapat pengendalian yang terkait. Risiko salah saji demikian adalah lebih besar
pada saldo akun atau golongan transaksi tertentu dibandingkan dengan yang lain.
Sebagai contoh, perhitungan yang rumit lebih mungkin disajikan salah jika
dibandingkan dengan perhitungan yang sederhana. Uang tunai lebih mudah dicuri
daripada sediaan batu bara. Akun yang terdiri dart jumlah yang berasal dart
estimasi akuntansi cenderung mengandung risiko lebih besar dibandingkan dengan
akun yang sifatnya relatif rutin dan berisi data berupa fakta. Faktor ekstern juga
mempengaruhi risiko bawaan.
5. (2) Risiko Pengendalian, yakni Risiko pengendalian adalah risiko yang terjadinya
salah saji material dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi
secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas. Risiko ini ditentukan oleh
evektifitas kebijakan dan prosedur pengendalian intern untuk mencapai tujuan
umum pengendalian intern yang relevan dengan audit atas laporan keuangan
entitas. Risiko pengendalian tertentu akan selalu ada karena keterbatasan bawaan
dalam setiap pengendalian intern. Sebagai contoh, pengendalian intern mungkin
menjadi tidak evektif karena kelalayan manusia akibat ceroboh atau bosan atau
karena adanya kolosi diantara personel pelaksanaan.
(3) Risiko Deteksi, yakni Risiko yang disebabkan oleh kegagalan auditor dalam
mendeteksi salah saji material, setelah audit dilaksanakan sesuai dengan standar
auditing. Risiko ini timbul sebagian karena ketidakpastian yang ada pada waktu
auditor tidak memeriksa 100% saldo akun atau golongan transaksi, dan sebagian
lagi karena ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo akun atau golongan
transaksi tersebut diperiksa 100%. Ketidakpastian lain semacam itu timbul karena
auditor mungkin memilih suatu prosedur audit yang tidak sesuai, menerapkan
secara keliru prosedur yang semestinya, atau menafsirkan secara keliru hasil audit.
Ketidakpastian lain ini dapat dikurangi sampai pada tingkat yang dapat diabaikan
melalui perencanaan dan supervisi memadai dan pelaksanaan praktik audit yang
sesuai dengan standar pengendalian mutu.
3.3 Hubungan Antar unsur Risiko
Risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko deteksi. Kedua risiko yang disebut
terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan keuangan,
sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah oleh
keputusan auditor itu sendiri. Risiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik dengan
risiko bawaan dan risiko pengendalian. Semakin kecil risiko bawaan dan risiko
pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin besar risiko deteksi yang dapat
diterima. Sebaliknya, semakin besar adanya risiko bawaan dan risiko pengendalian
yang diyakini auditor, semakin kecil tingkat risiko deteksi yang dapat diterima.
Komponen risiko audit ini dapat ditentukan secara kuantitatif, seperti dalam bentuk
persentase atau secara nonkuantitatif yang berkisar, misalnya, dari minimum sampai
dengan maksimum. Resiko Deteksi adalah satu-satunya resiko yang bisa
dipengaruhi/diatur oleh auditor, lewat banyak atau sedikitnya bukti dengan penambahan
atau pengurangan prosedur audit . Apabila auditor ingin resiko deteksi kecil, maka perlu
lebih banyak bukti audit/prosedur audit, dan sebaliknya.
4. Hubungan antara Materialitas, Risiko Audit, dan Bukti Audit
Di muka telah diuraikan bahwa terdapat hubungan berlawanan antara materialitas
dan bukti audit. Jika materialitas rendah-jumlah salah saji yang kecil saja dapat
mempengaruhi keputusan pemakai informasi keuangan-auditor perlu mengumpulkan
bukti audit kompeten dalam jumlah banyak. Sebaliknya, jika materialitas tinggi-jumlah
salah saji besar baru dapat mempengaruhi keputusan pemakai informasi keuangan-
auditor hannya perlu mengumpulkan bukti audit komponen dalam jumlah sedikit.
Demikian pula hubungan antara risiko audit dengan bukti audit. Semakin rendah risiko
audit-auditor bersedia untuk menanggung risiko audit rendah sehingga tingkat
6. kepastian yang diinginkan oleh auditor adalah tinggi-auditor perlu mengumpulkan bukti
audit kompenen dalam jumlah banyak. Sebaliknya, semakin tinggi risiko audit-auditor
bersedia untuk menanggung risiko audit tinggi sehingga tingkat kepastian yang
diinginkan oleh auditor adalah rendah-auditor perlu mengumpulkan bukti audit
kompenen dalam jumlah kecil saja.
Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti audit, dan risiko audit
digambarkan sebagai berikut:
a) Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas
dikurangi, auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
b) Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi
jumlah bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
c) Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit.
5. Celah celah yang mengurangi kualitas Audit Akuntan Publik
Terkait dengan materialitas, dimana penentuannya sangat tergantung dari
profresionalitas Auditor sendiri, maka faktor utama yang mungkin bisa mengurangi
kualitas audit adalah bersumber dari level kompetensi, pengalaman dan pengetahuan
seorang Auditor. Beberapa hal dibawah ini adalah faktor faktor yang mempengaruhi
kualitas seorang auditor yang pada akhirnya pasti akan berpengaruh kepada kualitas
hasil Audit nya:
1. Faktor Pengetahuan
SPAP (Standar Profesi Akuntan Publik) tahun 2001 tentang standar umum,
menjelaskan bahwa dalam melakukan audit, auditor harus memiliki keahlian dan
struktur pengetahuan yang cukup. Pengetahuan diukur dari seberapa tinggi pendidikan
seorang auditor karena dengan demikian auditor akan mempunyai semakin banyak
pengetahuan (pandangan) mengenai bidang yang digelutinya sehingga dapat
mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam, selain itu auditor akan lebih
mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks (Meinhard et.al, 1987
dalam Harhinto, 2004:35). Adapun secara umum ada 5 pengetahuan yang harus
dimiliki oleh seorang auditor (Kusharyanti, 2003), yaitu : (1) Pengetahuan pengauditan
umum, (2) Pengetahuan area fungsional, (3) Pengetahuan mengenai isu- isu akuntansi
yang paling baru, (4) Pengetahuan mengenai industri khusus, (5) Pengetahuan
mengenai bisnis umum serta penyelesaian masalah. Menurut Brown dan Stanner
(1983) dalam Mardisar dan Sari (2007), perbedaan pengetahuan di antara auditor akan
berpengaruh terhadap cara auditor menyelesaikan sebuah pekerjaan.
2. Faktor Integritas
Integritas merupakan kualitas yang menjadikan timbulnya kepercayaan masyarakat dan
tatanan nilai tertinggi bagi anggota profesi dalam menguji semua keputusannya.
Integritas mengharuskan auditor dalam segala hal, jujur dan terus terang dalam
batasan objek pemeriksaan. Pelayanan kepada masyarakat dan kepercayaan dari
7. masyarakat tidak dapat dikalahkan demi kepentingan dan keuntungan pribadi.
Penelitian yang dilakukan Mabruri dan Winarna (2010) menyatakan bahwa kualitas
audit dapat dicapai jika auditor memiliki integritas yang baik. Sunarto (2003) dalam
Sukriah, dkk. (2009) menyatakan bahwa integritas dapat menerima kesalahan yang
tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima
kecurangan prinsip. Wibowo (2006) mengemukakan integritas auditor menguatkan
kepercayaan dan karenanya menjadi dasar bagi pengandalan atas keputusan mereka.
3. Faktor Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang pernah dilakukan
seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi seseorang untuk melakukan
pekerjaan yang lebih baik. Semakin luas pengalaman kerja seseorang, semakin trampil
melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asih, 2006). Menurut Tubbs (1992) dalam
Mayangsari (2003) auditor yang berpengalaman memiliki keunggulan dalam hal : (1.)
Mendeteksi kesalahan, (2.) Memahami kesalahan secara akurat, (3.) Mencari penyebab
kesalahan. Auditor yang tidak berpengalaman akan melakukan atribusi kesalahan lebih
besar dibandingkan dengan auditor yang berpengalaman, sehingga dapat
mempengaruhi kualitas audit (nataline, 2007). Menurut Libby dan Trotman dalam Jurnal
Maksi Vol 1 (2002:5), seorang auditor profesional harus mempunyai pengalaman yang
cukup tentang tugas dan tanggung jawabnya. Pengalaman auditor akan menjadi bahan
pertimbangan yang baik dalam mengambil keputusan dalam tugasnya.
4. Faktor Obyektivitas
Obyektifitas merupakan sikap auditor untuk dapat bertindak adil, tidak terpengaruh oleh
hubungan kerjasama dan tidak memihak kepentingan siapapun sehingga auditor dapat
diandalkan dan dipercaya. Auditor harus dapat mengungkapkan kondisi sesuai fakta
yaitu dengan mengemukakan pendapat apa adanya, tidak mencari-cari kesalahan,
mempertahankan kriteria dan menggunakan pikiran yang logis. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Sukriah, Akram dan Inapty (2009), indikator yang digunakan untuk
mengukur obyektifitas yaitu: (1). Bebas dari benturan kepentingan (2). Pengungkapan
kondisi sesuai fakta.
Penelitian yang dilakukan Wibowo (2006) menyebutkan auditor yang memiliki
obyektifitas yaitu auditor yang dapat melakukan penilaian yang seimbang atas semua
kondisi yang relevan dan tidak terpengaruh oleh kepentingannya sendiri atau
kepentingan orang lain dalam membuat keputusannya. Mabruri dan Winarna (2010)
menyatakan semakin tinggi obyektifitas auditor, maka semakin baik kualitas auditnya.
Hubungan keuangan dengan klien dapat mempengaruhi obyektifitas dan dapat
mengakibatkan pihak ketiga berkesimpulan bahwa obyektifitas auditor tidak dapat
dipertahankan. Dengan adanya kepentingan keuangan, seorang auditor jelas
berkepentingan dengan laporan hasil pemeriksaan yang diterbitkan (Sukriah dkk.,
2009). Standar umum dalam Standar Audit APIP menyatakan bahwa dengan prinsip
obyektifitas mensyaratkan agar auditor melaksanakan audit dengan jujur dan tidak
8. mengkompromikan kualitas. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat obyektifitas
auditor maka semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya.
5. Faktor Locus of Control
Locus of control (LoC) merupakan konsep yang pertama kali dikemukakan oleh Rotter
(1966). Locus of control terbagi atas locus of control internal dan locus of control
eksternal. Locus of control internal mengacu pada individu yang percaya bahwa suatu
hasil tergantung pada usaha dan kerja keras seseorang sedangkan locus of control
eksternal mengacu pada individu yang menganggap bahwa suatu hasil ditentukan oleh
faktor dari luar individu tersebut, seperti nasib, keberuntungan, kesempatan dan faktor
lain yang tidak dapat diprediksi (Reiss & Mitra, 1998).
Penelitian sebelumnya yang menyelidiki locus of control dan perilaku etis mahasiswa
atau auditor (Jones & Kavanagh, 1996; Reiss & Mitra, 1998; Fauzi, 2001;
Nugrahaningsih, 2005; Ustadi & Utami, 2005; Hastuti, 2007) menunjukkan bahwa locus
of control memiliki pengaruh terhadap perilaku etis, dimana seseorang dengan locus of
control internal cenderung berperilaku lebih etis dibandingkan dengan seseorang
dengan locus of control ekternal.
6. Faktor Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional (EQ) merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan diri
sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, ketahanan dalam menghadapi
kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan serta mengelola emosi diri
sendiri dan dengan orang lain (Goleman, 2005). Maryani dan Ludigdo (2001)
melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi sikap dan perilaku etis
akuntan. Hasil penelitian Maryani dan Ludigdo (2001) menunjukkan bahwa hanya faktor
religiusitas (kecerdasan spiritual) dan kecerdasan emosional memengaruhi sikap etis
akuntan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramly, Chai, dan Lung (2008)
yang menyimpulkan religiusitas (kecerdasan spiritual) berpengaruh positif terhadap
perilaku etis mahasiswa universitas di Malaysia.
7. Faktor Skeptitisme
Skeptisisme profesional auditor adalah suatu sikap yang mencakup pikiran yang selalu
mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit.
Skeptisisme profesional auditor tersirat di dalam literatur dengan adanya keharusan
auditor untuk mengevaluasi kemungkinan terjadinya kecurangan atau penyalahgunaan
wewenang yang material yang terjadi di dalam perusahaan klien (Loebbecke et al
1989). Kee dan Knox’s (1970) dalam Margfirah dan Syahril (2008), dalam model
“Professional Scepticism Auditor” menyatakan bahwa skeptisisme profesional auditor
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu; faktor-faktor kecondongan etika, faktor-faktor
situasi dan pengalaman. Semakin skeptis seorang auditor maka semakin mengurangi
tingkat kesalahan dalam melakukan audit (Bell et al, 2005). Carpenter et al (2002)
menyatakan bahwa auditor yang kurang memiliki sikap skeptisisme profesional akan
menyebabkan penurunan kualitas audit. Ida Suraida (2005), Marghfirah dan Syahril
9. (2008) menguji hubungan skeptisisme profesional auditor dengan ketepatan pemberian
opini auditor oleh akuntan publik dan apakah ada hubungan situasi audit, etika,
pengalaman, dan keahlian audit dengan ketepatan pemberian opini auditor oleh
akuntan publik. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara skeptisisme profesional auditor dan ketepatan pemberian opini auditor
oleh akuntan publik.
Mata Kuliah Auditing Lanjutan
Nama Dosen Dr. Yudhi Herliansyah Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI
Judul Modul Materialitas, Resiko Audit dan Resiko Bisnis
Nama Mahasiswa Yenny Farlina Yoris
NIM 55516120048
Jurusan Magister Akuntansi - Pagi