Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja SubsidiMuhammad Rafi Kambara
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja Subsidi
Disusun oleh: Muhammad Rafi Kambara
Pengujian pengendalian merupakan pengujian terhadap kebijakan atau prosedur pengendalian internal instansi atas belanja subsidi untuk mendeteksi dan mencegah salah saji materil dalam suatu asersi laporan keuangan.
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja SubsidiMuhammad Rafi Kambara
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja Subsidi
Disusun oleh: Muhammad Rafi Kambara
Pengujian pengendalian merupakan pengujian terhadap kebijakan atau prosedur pengendalian internal instansi atas belanja subsidi untuk mendeteksi dan mencegah salah saji materil dalam suatu asersi laporan keuangan.
Pengendalian internal perusahaan bab 5 auditingAsep suryadi
1. PENGERTIAN PENGENDALIAN INTERN (ScoPE)
2. HUBUNGAN PENGENDALIAN INTERN DENGAN RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN EVALUASI ATAS
3 BAGAIMANA MELAKUKAN PEMAHAMAN DAN PENGENDALIAN INTERN
4. KETERBATASAN PENGENDALIAN INTERN ENTITAS
Konsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses auditDian Rahmah
1. Konsep Materialitas dan Penerapan Materialitas Terhadap Proses Audit
2. Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.
3. Konsep materialitas berkaitan dengan seberapa salah saji yang terdapat dalam asersi dapat diterima oleh audiotr agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh besarnya salah saji tersebut.
Konsep risiko audit berkaitan dengan risiko kegagalan auditor dalam mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
4. MENGAPA KONSEP MATERIALITAS PENTING dalam AUDIT atas LAPORAN KEUANGAN ??
5. Dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan berikut ini : (1) Bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diingkas, digolongkan, dan dikompilasi. (2) Bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. (3) Dalam bentuk pendapat atau memberikan informasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan kecurangan.
6. Dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor: (1) Konsep materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yangdapat diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut. (2) Konsep risiko audit menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
7. Pertimbangan Awal tentang Materialitas
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif.
- Pertimbangan Kuantitatif : Berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan.
- Pertimbangan Kualitatif : Berkaitan dengan penyebab salah saji.
8. Materialitas dibagi menjadi 2 golongan : (1) Materialitas pada tingkat laporan keuangan. (2) Materialitas pada tingkat saldo akun.
9. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas :
Pertama, auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit.
10. Kedua, pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanan audit.
11. Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material.
12. Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun
13. Hubungan Antara Materialitas Dengan Bukti Audit
Pengendalian internal perusahaan bab 5 auditingAsep suryadi
1. PENGERTIAN PENGENDALIAN INTERN (ScoPE)
2. HUBUNGAN PENGENDALIAN INTERN DENGAN RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN EVALUASI ATAS
3 BAGAIMANA MELAKUKAN PEMAHAMAN DAN PENGENDALIAN INTERN
4. KETERBATASAN PENGENDALIAN INTERN ENTITAS
Konsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses auditDian Rahmah
1. Konsep Materialitas dan Penerapan Materialitas Terhadap Proses Audit
2. Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.
3. Konsep materialitas berkaitan dengan seberapa salah saji yang terdapat dalam asersi dapat diterima oleh audiotr agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh besarnya salah saji tersebut.
Konsep risiko audit berkaitan dengan risiko kegagalan auditor dalam mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
4. MENGAPA KONSEP MATERIALITAS PENTING dalam AUDIT atas LAPORAN KEUANGAN ??
5. Dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan berikut ini : (1) Bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diingkas, digolongkan, dan dikompilasi. (2) Bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. (3) Dalam bentuk pendapat atau memberikan informasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan kecurangan.
6. Dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor: (1) Konsep materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yangdapat diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut. (2) Konsep risiko audit menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
7. Pertimbangan Awal tentang Materialitas
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif.
- Pertimbangan Kuantitatif : Berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan.
- Pertimbangan Kualitatif : Berkaitan dengan penyebab salah saji.
8. Materialitas dibagi menjadi 2 golongan : (1) Materialitas pada tingkat laporan keuangan. (2) Materialitas pada tingkat saldo akun.
9. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas :
Pertama, auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit.
10. Kedua, pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanan audit.
11. Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material.
12. Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun
13. Hubungan Antara Materialitas Dengan Bukti Audit
ini adalah presentasi saya dalam memenuhi tugas kuliah mata kuliah Sistem Informasi Manajemen bab kertas kerja dan Bukti Audit. semoga berguna bagi yang membutuhkan. :)
(Pert 4) bab 15 penyelesaian siklus penjualan dan penagihanIlham Sousuke
Ini adalah sebuah resume dari buku Auditing and Assurance Services An Integrated Approach oleh Alvin Aren. I do not own the copyrights, it's only for educational purposes.
(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitisIlham Sousuke
Ini adalah sebuah resume dari buku Auditing and Assurance Services An Integrated Approach oleh Alvin Aren. I do not own the copyrights, it's only for educational purposes.
Akuntansi Manajemen Edisi 8 oleh Hansen & Mowen Bab 5Dwi Wahyu
Materi Bab 5 Activity Based Management, Akuntansi Manajemen buku Hansen & Mowen Edisi 8. Presentasi powerpoint oleh Gail B. Wright, Professor Emeritus of Accounting, Bryant University
Akuntansi Manajemen Edisi 8 oleh Hansen & Mowen Bab 4Dwi Wahyu
Materi Bab 4 Activity Based Product Costing, Akuntansi Manajemen buku Hansen & Mowen Edisi 8. Presentasi powerpoint oleh Gail B. Wright, Professor Emeritus of Accounting, Bryant University
Akuntansi Manajemen Edisi 8 oleh Hansen & Mowen Bab 3Dwi Wahyu
Materi Bab 3 Activity Cost and Behavior, Akuntansi Manajemen buku Hansen & Mowen Edisi 8. Presentasi powerpoint oleh Gail B. Wright, Professor Emeritus of Accounting, Bryant University
Akuntansi Manajemen Edisi 8 oleh Hansen & Mowen Bab 2Dwi Wahyu
Materi Bab 2 Basic Management Accounting Concepts, Akuntansi Manajemen buku Hansen & Mowen Edisi 8. Presentasi powerpoint oleh Gail B. Wright, Professor Emeritus of Accounting, Bryant University
Akuntansi Manajemen Edisi 8 oleh Hansen & Mowen Bab 1Dwi Wahyu
Materi Bab 1 Introduction: The Role, History, And
Direction Of Management Accounting, Akuntansi Manajemen buku Hansen & Mowen Edisi 8. Presentasi powerpoint oleh Gail B. Wright, Professor Emeritus of Accounting, Bryant University
2. • Risiko Deteksi
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak akan dapat
mendeteksi salahsaji material yang ada dalam suatu asersi. Rencana
tingkat risiko yang diterimaharus ditetapkan untuk setiap asersi laporan
keuangan yang signifikan.
• Pengujian Substantif
Kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang relevan
danmenentukan risiko pengendalian untuk asersi – asersi laporan
keuangan,auditor harus membandingkan antara tingkat risiko
pengendaliansesungguhnya atau akhir dengan rencana tingkat risiko
pengendalian untuk asersi yang bersangkutan.
3. • Merevisi Rencana Risiko Deteksi
Tingkat risiko yang dapat diterima akhir (setelah direvisi) ditetapkan
untuk asersi dengan cara yang sama seperti risiko deteksi. Deteksi
setelah direvisi dapat ditentukan berdasarkan pertimbangan auditor
dengan bantuan matriksrisiko yaitu, metodologi untuk
mengidentifikasi baik pengendalian dan kelemahan dan untuk menilai
risiko pengendalian.
• Perancangan Pengujian Substantif
Untuk mendapatkan dasar yang masuk akal dalam memberikan
pendapat atas laporan keuangan klienya, auditor harus memperoleh
bukti kompeten yang cukup. Pengujian substantif di satu sisi bisa
mnghasilkan bukti tentang kewajaran yang signifikan, dan di sisi lain
pengujian substantif juga bisa menghasilkan bukti yang menunjukkan
kekeliruan jumlah rupiah atau salah saji dalam pencatatan dan saldo.
4. • Sifat
Sifat pengujian substantif berhubungan dengan jenis
dan efektivitas prosedur pengauditan yang dilakukan.
Resiko yang dapat diterima rendah maka auditor harus
menggunakan prosedur yang lebih efektif yang biasanya
lebih mahal, apabila tingkat resiko deteksi yang dapat
diterima tinggi, auditor menggunakan prosedur yang
kurang efektif yang biasanya lebih murah. Pengujian
subtantif terdiri dari 3 jenis :
• Prosedur Analitis
• Pengujian Detail Tansaksi
• Pengujian Detail Saldo
5. • Prosedur Analitis
• Prosedur ini mencakup perhitungan dan penggunaan rasio sederhana, analisis
vertikal atau laporan perbandingan, perbandingan antara jumlah sesungguhnya
dengan data historis atau anggaran, dan penggunaan model matematika dan
statistika seperti analisa regresi. Prosedur analitis sering kali dipandang kurang
efektif bila dibandingkan dengan pengujian detail. Tetapi dalam situasi
tertentu prosedur ini justru dipandang lebih efektif. Hal ini tampak pada
perusahaan tertentu seperti listrik, gas, dan telepon. Perusahaan ini memiliki
ribuan pelanggan namun memperoleh penghasilan kecil dari tiap
pelanggannya. Sehingga apabila dilakukan pengujian detail atas transaksi akan
sangat menjemukan dan mahal. PSA No 22, Prosedur analitis (SA 329.11)
menyertakan bahwa efektifitas dan efisiensi prosedur analitis tergantung pada:
• Sifat asersi
• Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksi suatu hubungan
• Tersedianya dan keandalan data yang digunakan untuk membuat taksiran
• Ketetapan taksiran
6. • Prosedur analitis kemungkinan meliputi
• Perbandingan antara nilai absolute saldo rekening tahun ini dalam
rekening control dengan saldo akhir tahun yang lalu, jumlah menurut
anggaran, atau nilai ekspektasi lain
• Menggunakan saldo akhir untuk menetukan presentase piutang dagang
terhadap aktiva lancar untuk dibandingkan dengan presentase tahun
lalu, data industry, atau ekspektasi lain.
• Menggunakan saldo akhir untuk menghitung rasio perputaran piutang
dagang terhadap aktiva lancer untuk dibandingkan dengan
presentasetahun lalu, data industri, atau nilai ekspektasi lain
Prosedur analitis yang mungkin dilakukan meliputi :
• Perbandingan antara jumlah absolute saldo akhir dengan saldo tahun
lalu, jumlah anggaran, atau nilai ekspektasi lain
• Perbandingan antara saldo akhir dengan saldo akhir menurut estimasi
independen
7. • Pengujian Detail Transaksi
Pengujian detail transaksi terutama berupa penelusuran dan pencocokan
kedokumen pendukung. Pengujian ini dilakuakan auditor terutama
untuk menemukan kesalahan jumlah rupiah, bukan pada penyimpangan atas
pengendalian, penelusuran berguna dalam pengujian atas pelaporan terlalu
rendah (understatement), sedangkan pencocokan dokumen terutama dilakukan
untuk menemukan pelaporan terlalu tinggi (overstatement). Pengujian ini
dilakuakan dengan menggunakan dokumen-dokumen yang terdapat dalam
arsip klien.
Pengujian detail transaksi kemungkinan meliputi:
• Menentukan bahwa total semua saldo akhir piutang dagang dalambuku
piutang dagang dalam buku pembantu, sama dengan jumlah saldo piutang
dagang di rekening kontrol.
• Mengkonfirmasikan saldo akhir sejumlah rekening piutang (dipilih sebagai
sampel) langsung ke debitur /pelanggan
8. Pengujian detail transaksi yang mungkin dilakukan meliputi :
• Pencocokan ke dokumen pendukung
• Menelusur data transaksi
• Pengujian detai saldo
• Pengujian detail atas saldo-saldo
Pengujian detail atas saldo dilakukan untuk mendapat bukti secara langsung
tentang sebuah saldo rekening. Sebagai contoh , auditor bisa meminta bank untuk
memberikan konfirmasi saldo kas atau meminta kepada pelanggan mengkonfirmasi
saldo piutang dagang.Pengujian detail atas saldo sering melibatkan dokumen ekstern
dan atau pengetahuan langsung auditor, penggunaan prosedur tersebut akan sangat
efektif, namun di sisi lain akan sangat memakan waktu dan biaya yang relatif mahal.
Pengujian detail saldo kemungkinan meliputi :
• Menentukan bahwa total semua saldo akhir piutang dagang dalam buku besar
pembantu, sama dengan jumlah saldo piutang dagang direkening kontrol.
• Mengonfirmasikan saldo akhir sejumlah piutang (dipilih sebagai sampel) langsung
ke debitur/pelanggan
9. • Waktu Pengujian
Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima bisa berpengaruh pula
pada saat pengujian substantif. Bila risiko deteksi tinggi
pengujian bisa dilakukan beberapa bulan seblum akhir tahun,
apabila risiko deteksi rendahpengujian substantif akan dilakukan
pada tanggal akhir tahun atau mendekati akhir tahun.
• Luas Pengujian
Diperlukan bukti yang lebih banyak untuk mencapai tingkat resiko
deteksi rendah yang bisa diterima daripada tingkat resiko deteksi
tinggi. Auditor bias menentukan berbagai jumlah bukti yang
harus diperoleh dengan mengubah luas pengujian substantive
yang dilakukan. Luas dalam praktik mengandung banyaknya hal
(items) atau besarnya sampel yang terhadapnya dilakukan
pengujian atau diterapkan prosedur tertentu.
10. Kerangka kerja umum
pengembangan program audit
Menyelesaikan perencanaan audit
• Identifikasikan asersi laporan keuangan yang dikupas dalam program audit
• Kembangkan tujuan spesifik audit
• Perolehlah pemahaman bisnis dan industri klien
• Penghitungan risiko bawaan, pengendalian, tingkat risiko deteksi final
• Buatlah catatan akuntansi, dokumen2 pendukung, proses akuntansi dan
pelaporan keuangan
• Pertimbangkan opsi mengenai perancangan pengujian substantif
Menspesifikasi pengujian substantif yang tercakup dlm program audit
• Perolehlahb pemahaman bisnis dan industri klien
• Spesifikasikan prosedur awal, prosedur analitis
• Spesifikasikan pengujian rincian transaksi yang dilakukan
• Pertimbangkan apakah ada prosedur atau persyaratan khusus yang dipakai
• Spesifikasikan prosedur untuk menentukan kesesuaian penyajian dan
pengungkapan dengan GAAP
11. PROGRAM AUDIT DALAM PERIKATAN PERTAMA
Dua hal yang memerlukan pertimbangan khusus dalam merancang program
audit untuk audit dalam penugasan pertama adalah :
• Penentuan ketepatan saldo saldo awal rekening pada periode yang diaudit
• Penentuan prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan pada periode yang lalu
sebagai dasar untuk menentukan konsistensi penerapan prinsip tersebut pada
periode berjalan.
PROGRAM AUDIT DALAMPENUGASAN ULANGAN
Dalam suatu penugasan ulangan, auditor memiliki akses pada semua program
yang digunakan pada periode yang lalu dan kertas kerja yang berkaitan dengan
program tersebut. Dalam situasi demikian, strategi awal audit biasanya
ditetapkan auditor berdasarkan asumsi bahwa tingkat risiko dan program audit
untuk pengujian substantif yang digunakan pada periode yang lalu akan tepat
digunakan pada periode berjalan.
12. PERTIMBANGAN PERTIMBANGANKHUSUS DALAM
PERENCANGANPENGUJIAN SUBTANTIF
Rekening-rekening laba rugi
• Prosedur analitis untuk rekening rekening laba - rugi
• Pengujian detil untuk rekening – rekening laba - rugi
Akun yang Ada Dalam Transaksi Pihak yang
Mempunyai Hubungan Istimewa
Hal ini dikarenakan transaksi tersebut tidak
dilaksanakan berdasarkan sikap yang independen dari
pihak – pihak yang bersangkutan.
13. Perbandingan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif
Pengujian Pengendalian Pengujian Substantif
Jenis Pengujian pengendalian
manajemen / pengendalian
manual output komputer.
Pengujian pengendalian
komputer. Pengujian tindak
lanjut manual
Prosedur analitis. Pengujian
rincian atas transaksi.
Pengujian rincian atas saldo
Tujuan Menentukan efektivitas
rancangan dan operasi
prosedur serta kebijakan
struktur pengendalian
intern
Menentukan kewajaran
asersi laporan keuangan
yang signifikan.
Penentuan waktu Terutama pekerjaan interim Terutama pada/ mendekati
tanggal neraca
Komponen risiko audit Risiko pengendalian Risiko deteksi
Standar pekerjaan lapangan kedua Ketiga
Persyaratan oleh GAAS tidak ya