SlideShare a Scribd company logo
MATERI HUKUM PEMBIAYAAN
Disusun oleh
Fenti Anita Sari
NIM : 17.02.51.0039
Fakultas Hukum
Universitas Stikubank Semarang
BAB I
PENGANTAR HUKUM PEMBIAYAAN
1. PENGERTIAN HUKUM PEMBIAYAAN DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN
a. Pengertian Hukum Pembiayaan
Hukum pembiayaan adalah hukum yang mengatur suatu kegiatan yang dilakukan dalam
bentuk penyediaan dana bagi konsumen untuk pembelian barang yang pembayarannya
dilakukan secara angsuran ataupun berkala oleh konsumen.
b. Pengertian Lembaga Pembiayaan.
Lembaga pembiayaan adalah badan usaha diluar bank dan lembaga keuangan bukan
bank yang khusus melakukan kegiatan dalam bidang usaha lembaga pembiayaan.
2. BENTUK DAN MODEL LEMBAGA PEMBIAYAAN
Lembaga pembiayaan muncul karena adanya pemenuhan pembiayaan. Dikenal
sebagai pembiayaan karena menawarkan model-model formulasi baru terhadap pemberi
dana, seperti dalam bentuk leasing, factoring, dan sebagaiannya.
Dalam keputusan menteri keuangan republik Indonesia No. 1251 / KMK.
013/1988 tentang ketentuan dan tata cara pelaksanaan lembaga pembiayaan diperincikan
bahwa kegiatan perusahaan pembiayaan meliputi :
a. Sewa guna usaha
b. Model ventura
c. Perdagangan surat berharga
d. Anjak piutang
e. Usaha kartu kredit
f. Pembiayaan konsumen
Di samping itu ditentukan pula bahwa suatu perusahaan pembiayaan tidak
diperkenankan menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk:
a. Giro
b. Deposito
c. Tabungan
d. Surat sanggup bayar (promissorynotes), jika surat sanggup bayar tersebut hanya dipakai
sebagai jaminan hutang ke pada bank yang menjadi kreditnya.
3. DASAR PENGATURAN LEMBAGA PEMBIAYAAN
a. Dasar hukum substantive
Perjanjian diantara para pihak berdasarkan asas “ kebebasan berkontrak”. Antara
perusahaan financial sebagai kreditur dengan konsumen sebagai debitur.
Pasal 1338 (1) KUH Perdata
“suatu perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai UU bagi yang membuatnya.
b. Dasar hukum administrasi
 Keppres No.61 Tahun 1988 tentang Lembaga pembiayaan.
 Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/kmk.013/1988 tentang Ketentuan Dana dan
Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan/diubah disempurnakan.
 Keputusan Menteri Keuangan No. 468 Tahun 1995 (tentang perbankan tidak berlaku
bagi pembiayaan konsumen karena dilakukan oleh perusahaan pembiayaan bukan bank.
BAB II
SEWA GUNA USAHA ( LEASING )
1. PENGERTIAN SEWA GUNA (LEASING)
Istilah leasing sebenarnya berasal dari kata lease yang berarti sewa-menyewa.
Karena memang dasarnya leasing adalah sewa-menyewa. Jadi leasing merupakan suatu
bentuk derivative dari sewa-menyewa. Tetapi kemudian dalam dunia bisnis berkembanglah
sewa-menyewa dalam bentuk khusus yang disebut leasing itu atau kadang-kadang disebut
sebagai lease saja, dan telah berubah fungsinya menjadi salah satu jenis pembiayaan. Dalam
bahasa Indonesia leasing sering diistilahkan dengan ‘sewa guna usaha’.
Dalam Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan Menteri Perindustrian dan
Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. KEP-122/MK/2/1974, No.32/M/SK/2/1974,
No.30/Kpb/I/1974 tentang perizinan usaha leasing ditentukan bahwa yang dimaksud dengan
leasing adalah :
Setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal
untuk suatu jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran secara berkala disertai dengan
hak pilih (opsi) dari perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang
bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati
bersama.
Keputusan Menteri Keuangan RI No.1169/KMK.01/1991 tentang kegiatan sewa
guna usaha (leasing), yang dimaksud dengan leasing adalah :
Setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal baik
secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak
opsi (operating lease) untuk diperguanakan oleh lease selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran secara berkala.
2. UNSUR-UNSUR SEWA GUNA USAHA (LEASING)
a. Suatu pembiayaan perusahaan
Awal mulanya leasing memang dimaksudkan sebagai usaha memberikan kemudahan
pembiayaan kepada perusahaan tertentu yang memerlukannya. Tetapi dalam
perkembangannya, bahkan leasing dapat juga diberikan kepada individu dengan
peruntukan barang belum tentu untuk kegiatan usaha.
b. Penyediaan barang modal
Barang modal adalah setiap aktiva tetap yang berwujud termasuk tanah sepanjang diatas
tanah tersebut melekat aktiva tetap berupa bangunan(plant), dana tanah serta aktiva
dimaksud merupakan satu kesatuan kepemilikan, yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 1 tahun dan digunakan secara langsung untuk menghasilkan atau meningkatkan
ataupun memperlancar produksi barang atau jasa oleh lessee.
c. Keterbatasan waktu
Jangka waktu leasing ditetapkan dalam tiga kategori (Keputusan Menteri Keuangan No.
1169/KMK.01/1991) :
1) Jangka singkat : minimal 2 tahun, dan berlaku bagi barang modal golongan 1
2) Jangka menengah : minimal 3 tahun, dan berlaku bagi barang modal golongan golongan
II dan III
3) Jangka panjang : minimal 7 tahun, dan berlaku bagi golongan bangunan. Penggolongan
barang modal kepada golongan I, II, dan III tersebut sesuai penggolongan dalam
Undang-undang Pajak Penghasilan.
d. Pembayaran kembali secara berkala.
Karena lessor telah membayar lunas harga barang modal kepada pihak penjual/supplier,
maka adalah kewajiban lessee kemudian untuk mengangsur pembayaran kembali harga
barang modal kepada lessor. Besarnya dan lamanya angsuran sesuai dengan kesepakatan
yang telah dituangkan dalam kontrak leasing.
e. Hak opsi untuk membeli barang modal
Di ahkir masa leasing, diberikan hak (bukan kewajiban) kepada lessee untuk apakah
membeli barang modal tersebut dengan harga yang telah terlebih dahulu ditetapkan
dalam kontrak leasing yang bersangkutan. Ataupun memperpanjang kontrak leasing yang
bersangkutan. Sungguhpun diakui pula bahwa tidak semua jenis leasing memberikan hak
opsi ini melainkan harus menyerahkan kembali barang modal tersebut kepada pihak
lessornya di ahkir masa leasing.
f. Nilai sisa (Residu)
Nilai sisa merupakan besarnya jumlah uang yang harus dibayar kembali kepada lessor
oleh lessee di ahkir masa berlakunya leasing atau pada saat lessee mempunyai hak opsi.
Nilai sisa biasanya sudah terlebih dahulu ditentukan bersama dalam kontrak leasing.
3. PIHAK-PIHAK DALAM SEWA GUNA USAHA (LEASING)
a. Lessor : pihak yang memberikan pembiayaan dengan cara leasing kepada pihak yang
membutuhkannya. Dalam hal ini lessor bisa merupakan perusahaan pembiayaan yang
bersifat ‘multi finance’ tetapi dapat juga perusahaan yang khusus bergerak dibidang
leasing.
b. Lessee : pihak yang memerlukan barang modal, barang modal dimana dibiayai oleh
lessor dan diperuntukkan kepada lessee.
c. Supplier : merupakan yang menyediakan barang modal yang menjadi obyek leasing.
Barang modal mana dibayar oleh lessor kepada supplier untuk kepentingan lessee. Dapat
juga supplier ini merupakan penjual biasa. Tetapi ada juga jenis leasing yang tidak
melibatkan supplier, melaikan hubungan bilateral antara pihak lessor dengan pihak
lessee. Misalnya dalam bentuk sale and lease back.
Tentang hukum yang mendasar antara Lessor, Lessee, dan Supplier dapat dilihat
dalam diagram berikut ini :
Hubungan Hukum yang Mendasar antara Lessor, lessee, dan supplier
1
LESSOR SUPPLIER
3 2
3
LESSEE
Keterangan :
1. = Pembayaran harga barang modal secara tunai.
2. = Penyerahan barang modal dari.
3. = Pembayaran kembali harga barang modal secara cicilan.
Sementara mengenai mekanisme sehingga terjadinya hubungan hukumantara para
pihak terdapat berbagai alternatif sebagai berikut (Mahkamah Agung RI,1989:6) :
1. Lessor membeli barang atas permintaan lessee selanjutnya memberikan kepada lessee
secara leasing.
2. Lessee membeli barang sebagai agennya lessor, dan mengambil barang tersebut secara
leasing dari lessor.
3. Lessee membeli barang atas namanya sendiri, tetapi dalam kenyataannya sebagai agen
dari lessor, dan mengambil barang tersebut secara leasing dari lessor.
4. Setelah lessee membeli barang atas namanya sendiri, kemudian melakukan novasi,
sehingga lessor kemudian menghaki barang tersebut dan membayarnya.
5. Setelah lessee membeli barang untuk dan atas namanya sendiri, kemudian menjualnya
kepada lessor, dan mengambil kembali barang tersebut secara leasing. Ini adalah contoh
sale and back.
6. Lessor sendiri yang mendapatkan barang secara leasing dengan hak untuk melakukan
subleasing, dan memberikan subleasing kepada lessee.
4. MACAM-MACAM SEWA GUNA USAHA (LEASING)
a. Operating lease / service lease
Merupakan suatu corak leasing dengan karakteristik sebagai berikut :
1) Jangka waktu berlakunya leasing relative singkat, dan lebih singkat dari usia ekonomis
dari barang tersebut.
2) Besarnya harga sewa lebih kecil ketimbang harga barang ditambah keuntungan yang
diharapkan lessor.
3) Tidak diberikan hak opsi bagi lessee untuk membeli barang di ahkir masa leasing.
4) Biasanya operating lease dikhususkan untuk barang-barang yang mudah terjual setelah
pemakaian (yang laku di pasar barang bekas).
5) Operating lease biasanya diberikan oleh pabrik atau leveransi, karena umumnya mereka
mempunyai keahlian dalam seluk beluk tentang barang tersebut. Sebab dalam operating
lease, jasa pemeliharaan merupakan tanggung jawab lessor.
6) Biasanya harga sewa setiap bulannya dibayar dengan jumlah yang tetap.
7) Biasanya lessorlah yang menanggung biaya pemeliharaan, kerusakan, pajak dan
asuransi.
8) Biasanya kontrak leasing dapat dibatalkan sepihak oleh lessee, dengan mengembalikan
barang yang bersangkutan kepada lessor.
b. Finance Lease / capital lease atau full-payuot lease.
Merupakan suatu corak leasing yang lebih sering ditetapkan, dengan cirri-ciri sebagai
berikut :
1) Jangka waktu berlakunya leasing relative panjang.
2) Besarnya harga sewa plus hak opsi harus menutupi harga barang plus
3) Diberikan hak opsi untuk lessee untuk membeli barang di ahkir masa leasing.
4) Financial lease dapat diberikan oleh perusahaan pembiayaan.
5) Harga sewa yang dibayar per bulan oleh lessee dapat dengan jumlahnya yang tetap,
maupun dengan cara berubah-ubah sesuai dengan suku bunga pinjaman.
6) Biasanya lessee yang menanggung biaya pemeliharaan, kerusakan, pajak dan asuransi.
7) Kontrak leasing tidak dapat dibatalkan sepihak.
Masih terdapat bentuk-bentuk variatif lainnya dari leasing, antara lain :
a. Sales and lease back
Merupakan suatu jenis pembiayaan dengan mana barang sebenarnya berasal dari lessee,
kemudian dibeli oleh lessor.
b. Direct lease
Merupakan leasing dimana barangnya tidak dibeli terlebih dahulu oleh lessor dari lessee
seperti pada sale and lease back, tetapi lessor membeli suatu barang dari pihak ketiga,
yakni kepada pihak lessee.
c. Leveraged lease
Merupakan suatu jenis financial leasing dengan mana pihak yang memberikan
pembiayaan disamping lessor juga pihak ketiga.
d. Cross border lease
Merupakan leasing dengan mana pihak lessor dan pihak lessee berada dalam dua negara
yang berbeda.
e. Net lease
Merupakan bentuk financial leasing dimana pihak lessee yang menanggung resiko dan
bertanggung jawab atas pemelihaan barang dan membayar pajak dan asuransinya.
f. Net-net lease
Merupakan bentuk financial leasing dimana pihak lessee tidak hanya menanggung resiko
dan bertanggung jawab atas pemeliharaan barang dan membayar pajak saja, bahkan
lessee harus juga mengembalikan barang kepada lessor dalam kondisi dan nilai seperti
pada saat mulainya perjanjian leasing.
g. Full service lease
Adalah leasing dengan mana pihak lessor bertanggung jawab atas pemeliharaan barang,
membayar asuransi dan pajak.
h. Big ticket lease
ini merupakan leasing untuk barang-barang mahal.
i. Capacitive leasing
j. Adalah leasing yang ditawarkan oleh lessor kepada langganan tertentu yang telah
terlebih dahulu ada hubungan dengan lessor.
k. Third party leasing
Leasing ini pihak lessor bebas menawarkan leasing kepada siapa saja.
l. Wrap lease
Merupakan jenis leasing yang biasanya pihak lessor tidak mau mengambil resiko,
sehingga jangka waktunya lebih singkat dari biasanya.
m. Straight payable lease, seasonal lease return on investment lease
Straight payable lease adalah leasing yang cicilannya dibayar oleh lessee kepada lessor
tiap bulannya dan dengan jumlah cicilan yang selalu sama.
Seasonal lease adalah leasing yang metode pembayaran cicilannya oleh lessee kepada
lessor dilakukan setiap periode tertentu.
Return on investment lease adalah suatu jenis leasing dimana pembayaran cicilan oleh
lessee kepada lessor hanya terhadap angsuran bunganya saja.
5. PERBEDAAN LEASING DENGAN SEWA MENYEWA
Leasing merupakan bentuk stereotype dari sewa menyewa.
Beberapa perbedaan antara leasing dengan sewa menyewa biasa dapat disebut sebagai
berikut :
a. Salah satu perbedaan pokok antara sewa menyewa biasa dengan leasing adalah bahwa
dalam sewa menyewa biasa masalah jangka waktu sewa atau umur pemakaian barang
tidak menjadi focus utama. Tetapi tidak demikian halnya dalam leasing.
b. Disamping itu, leasing pada prinsipnya dianggap sebagai salah satu metode pembayaran
bisnis, dan tidak demikian halnya dengan perjanjian sewa menyewa biasa.
c. Objek dari perjanjian sewa menyewa berupa barang berwujud yang berupa apa saja,
sementara objek dari leasing umumnya adalah barang modal, alat produksi, atau
beberapa bentuk barang konsumsi.
d. Jika leasing menjadi suatu kegiatan bisnis, maka lessornya haruslah berbentuk
perusahaan pembiayaan, sedangkan lessor pada sewa menyewa biasa tidak pembatasan
khusus.
e. Pada leasing, lessor bekedudukan sebagai penyandang dana, baik tunggal atau bersama-
sama dengan penyandang dana lainnya, sementara barang objek leasing disediakan oleh
pihak ketiga atau lessee sendiri. Sebaiknya pada sewa-menyewa biasa, barang objek
sewa adalah memang miliknya lessor. Jadi kedudukan lessor adalah sebagai pihak yang
menyediakan barang objek sewa.
f. Jangka waktu dalam leasing adalah terbatas sementara jangka waktu pada sewa-
menyewa biasa bisa terbatas dan bisa tidak.
g. Dokumen-dokumen dalam perjanjian leasing jauh lebih complicated dibandingkan
dengan sewa-menyewa biasa.
h. Pada leasing biasanya masih dibutuhkan jaminan-jaminan tertentu sedangkan pada sewa-
menyewa umumnya tidak ada jaminan tersebut. Jaminan tersebut umumnya berupa
personal guarantee, fidusia terhadap barang modal yang bersangkutan, kuasa menjual
barang, dan sebagainya.
6. PERBEDAAN LEASING DENGAN SEWA BELI
Antara leasing dengan sewa beli mirip-mirip, tetapi ada beberapa perbedaan diantara
keduanya, antara lain dapat disebutkan sebagai berikut :
a. Dalam sewa beli, lessee otomatis (“demi hukum”) jadi pemilik barang diahkir masa
sewa, sementara pada leasing, kepemilikan lessee tersebut hanya terjadi apabila hak
opsinya dilaksanakan oleh lessee.
b. Pihak lessor dalam leasing hanya bermaksud untuk membiayai perolehan barang modal
oleh lessee, dan barang tersebut tidak berasal dari pihak lessor, tetapi pada sewa beli,
pihak lessor bermaksud melakukan semacam investasi dengan barang yang disewakan
itu dengan uang sewa sebagai keuntungannya. Karena itu, biasanya barang tersebut
berasal dari milik pemberi sewa beli sendiri.
c. Leasing termasuk dalam salah satu metode pembiayaan yang diperkenalkan dilakukan
oleh perusahaan pembiayaan, sementara sewa beli tidak termasuk kegiatan lembaga
pembiayaan.
7. PUTUSNYA LEASING
a. Putusnya kontrak leasing karena konsensus.
Perjanjian leasing dapat Diputuskan kapan saja jika para pihak dalam perjanjian tersebut
saling sepakat untuk itu.
b. Putusnya kontrak karena wanprestasi
Wanprestasi merupakan salah satu sebab sehingga berjalannya kontrak menjadi terhenti.
Dalam hal ini yang dimaksud dengan wanprestasi adalah salah satu pihak atau lebih tidak
melaksanakan prestasinya sesuai dengan kontrak.
Khusus terhadap kontrak leasing, maka berbagai kemungkinan wanprestasi dapat terjadi
dengan konsekuensi yuridis yang berbeda pula. Kemungkinan wanprestasi tersebut
antara lain dapat disebutkan sebagai berikut :
1) Wanprestasi yang didiamkan
Hukum kita tidak mengenal yang namanya doktrin Substanstial Performance.
Doktrin Substantial performance mengajarkan bahwa jika prestasi yang gagal
dilaksanakan tersebut tidak subtantial, misalnya hanya prestasi kecil saja, maka kontrak
belum bisa diputuskan oleh pihak lain. Bagi pihak yang dirugikan tidak tertutup
kemungkinan untuk meminta ganti rugi jika cukup alasan untuk itu.
Dalam sistem hukum kita, doktrin Substantial Performance tidak dikenal tetapi
konsekunsi dari doktrin subtantial performance tetap berlaku dalam hal :
1. Sistem pasif
Jika pihak lain yang tidak melaksankan perjanjian itu mendiamkan saja
wanprestasi tersebut, seolah-olah seperti tidak terjadi wanprestasi, maka pihak yang
dirugikan di akhir masa kontrak masih dapat menuntu ganti kerugian “demi hukum”.
Artinya tanpa perlu menyebutkan hal ini secara eksplisit dalam kontrak.
2. Sistem waiver
Untuk menghindari keragu-raguan dimana pelanggaran kontrak tersebut sudah
dimaafkan oleh pihak lain, sehingga pihal lain tersebut tidak dapat minta kerugian di
akhir masa kontrak, sering juga disebutkan secara eksplisit dalm kontrak leasing.
3. Sistem item
Apabila dilanggar oleh salah satu pihak, maka pihak lain dapat memutuskan
kontrak leasing, dengan kewajiban pergantian kerugian atas pihak yang telah
menyebabkan kerugian.
2) Wanprestasi pemutus kontrak leasing
Karena alasan-alasan tertentu, salah satu pihak memutuskan kontrak leasing yang
bersangkutan. Alasan pemutusan kontrak karena pihak lain telah melakukan wanprestasi
terhadap salah satu atau lebih klausula dalam kontrak leasing.
Dalam suatu kontrak leasing, banyak item yang apabila dilanggar oleh lessee, maka
kontrak dianggap putus.
3) Wanprestasi karena barangnya cacat
Ada beberapa kemungkinan yuridis yaitu sebagai berikut :
1. Cacat tersembunyi
Dari ketentuan dalam Pasal 1491, yang bertanggung jawab terhadap cacatnya
barang yang tersembunyi adalah pihak penjual.
2. Cacat tidak tersembunyi
Jika terdapat cacat yang tidak tersembunyi, maka penyelesaiannya sama saja
dengan kasus-kasus wanprestasi terhadap kontrak leasing lainnya.
3. Barang rusak karena kesalahan lessee
Jika barang leasing rusak karena kesalahan lessee, biasanya kontrak langsung
dianggap putus, dengan berbagai konsekuensinya, antara lain lessee harus
mengembalikan semua dana yang telah dikeluarkan oleh lessor plus bunga dan biaya-
biaya lainnya.
4. Barang rusak bukan karena kesalahan lessee
c. dianggap sama saja dengan seandainya barang rusak karena kesalahan lessee, dengan
berbagai konsekuensi yuridisnya. Model seperti itu sangat tidak adil dan sangat
memberatkan pihak lessee. (2) adalah model yang memasukkan rusaknya barang leasing
yang bukan kesalahan lesse ke dalam kategori force majeure. Ini tentu lebih adil.
c. Putusnya kontrak leasing karena Force Majeure
Sudah selayaknya beban resiko dari suatu leasing yang dalam keadaan force majeure
dibebankan kepada lessee. Dalam kontrak-kontrak leasing, lessor tidak ingin mengambil
resiko. Jadi pengaturan risiko pada transaksi leasing lebih condong ke resiko yang ada pada
transaksi jual beli ketimbang sewa menyewa.
Pengaturan tentang resiko penting mengingat jika terjadi sesuatu dan lain hal yang
menyebabkan pihak asuransi tidak dapat/tidak mau membayar seluruhnya atau sebagian dari
ganti kerugian jika terjadi force majeure.
Karena itu pihak lessee lah yang akhirnya menjadi pihak yang harus menanggung
resiko.dalam praktek, hal ini diikuti sepenuhnya.

More Related Content

What's hot

JAWABAN SOAL UAS TAKE HOME HUKUM PERJANJIAN KREDIT
JAWABAN SOAL UAS TAKE HOME HUKUM PERJANJIAN KREDITJAWABAN SOAL UAS TAKE HOME HUKUM PERJANJIAN KREDIT
JAWABAN SOAL UAS TAKE HOME HUKUM PERJANJIAN KREDIT
Rachardy Andriyanto
 
Hukum pajak slide
Hukum pajak slideHukum pajak slide
Hukum pajak slide
Iko Matussuniah
 
Hukum Perjanjian Tukar Menukar
Hukum Perjanjian Tukar MenukarHukum Perjanjian Tukar Menukar
Hukum Perjanjian Tukar Menukar
Evi Rohmatul Aini
 
Anatomi kontrak
Anatomi kontrakAnatomi kontrak
Anatomi kontrak
DIAN EKA PERMATASARI
 
Hukum Surat Berharga
Hukum Surat BerhargaHukum Surat Berharga
Hukum Surat Berharga
Bilawal Alhariri Anwar
 
Hak milik atas tanah powerpoint
Hak milik atas tanah powerpointHak milik atas tanah powerpoint
Hak milik atas tanah powerpoint
Andhika Pratama
 
legal memorandum
legal memorandum legal memorandum
legal memorandum torozzz
 
Hukum perdata
Hukum perdataHukum perdata
Hukum perdata
Masrijal SH MH
 
Hukum asuransi
Hukum asuransiHukum asuransi
Hukum asuransi
Defina Sulastiningtiyas
 
Kumpulan soal hukum
Kumpulan soal hukumKumpulan soal hukum
Kumpulan soal hukumsyophi
 
Asas asas hukum dagang, ppt
Asas asas hukum dagang, pptAsas asas hukum dagang, ppt
Asas asas hukum dagang, pptBetlehem Ketaren
 
8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara
nurul khaiva
 
Tinjauan Umum Perjanjian, Polis dan Sifat Perjanjian Asuransi
Tinjauan Umum Perjanjian, Polis dan Sifat Perjanjian Asuransi Tinjauan Umum Perjanjian, Polis dan Sifat Perjanjian Asuransi
Tinjauan Umum Perjanjian, Polis dan Sifat Perjanjian Asuransi
Fenti Anita Sari
 
Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...
Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...
Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...
Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata perjanjian-perikatan
Hukum perdata perjanjian-perikatanHukum perdata perjanjian-perikatan
Hukum perdata perjanjian-perikatanDin Haidiati
 
Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Leks&Co
 
Hukum perjanjian
Hukum perjanjianHukum perjanjian
Hukum perjanjian
dionteguhpratomo
 

What's hot (20)

JAWABAN SOAL UAS TAKE HOME HUKUM PERJANJIAN KREDIT
JAWABAN SOAL UAS TAKE HOME HUKUM PERJANJIAN KREDITJAWABAN SOAL UAS TAKE HOME HUKUM PERJANJIAN KREDIT
JAWABAN SOAL UAS TAKE HOME HUKUM PERJANJIAN KREDIT
 
Hukum pajak slide
Hukum pajak slideHukum pajak slide
Hukum pajak slide
 
Hukum Perjanjian Tukar Menukar
Hukum Perjanjian Tukar MenukarHukum Perjanjian Tukar Menukar
Hukum Perjanjian Tukar Menukar
 
Anatomi kontrak
Anatomi kontrakAnatomi kontrak
Anatomi kontrak
 
Hukum Surat Berharga
Hukum Surat BerhargaHukum Surat Berharga
Hukum Surat Berharga
 
Hak milik atas tanah powerpoint
Hak milik atas tanah powerpointHak milik atas tanah powerpoint
Hak milik atas tanah powerpoint
 
legal memorandum
legal memorandum legal memorandum
legal memorandum
 
Hukum Jaminan
Hukum JaminanHukum Jaminan
Hukum Jaminan
 
Hukum perdata
Hukum perdataHukum perdata
Hukum perdata
 
Hukum asuransi
Hukum asuransiHukum asuransi
Hukum asuransi
 
Kumpulan soal hukum
Kumpulan soal hukumKumpulan soal hukum
Kumpulan soal hukum
 
Hukum dagang
Hukum dagangHukum dagang
Hukum dagang
 
Asas asas hukum dagang, ppt
Asas asas hukum dagang, pptAsas asas hukum dagang, ppt
Asas asas hukum dagang, ppt
 
Hukum perjanjian kuliah 2
Hukum perjanjian kuliah 2Hukum perjanjian kuliah 2
Hukum perjanjian kuliah 2
 
8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara
 
Tinjauan Umum Perjanjian, Polis dan Sifat Perjanjian Asuransi
Tinjauan Umum Perjanjian, Polis dan Sifat Perjanjian Asuransi Tinjauan Umum Perjanjian, Polis dan Sifat Perjanjian Asuransi
Tinjauan Umum Perjanjian, Polis dan Sifat Perjanjian Asuransi
 
Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...
Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...
Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...
 
Hukum perdata perjanjian-perikatan
Hukum perdata perjanjian-perikatanHukum perdata perjanjian-perikatan
Hukum perdata perjanjian-perikatan
 
Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
 
Hukum perjanjian
Hukum perjanjianHukum perjanjian
Hukum perjanjian
 

Similar to MATERI HUKUM PEMBIAYAAN Fenti Anita Sari

Bab i
Bab iBab i
Bab i
iqbaleeeee
 
Leasing
Leasing Leasing
Leasing
Deandra Zahra
 
5.Pembiayaan Sewa Guna Usaha (Leasing).pptx
5.Pembiayaan Sewa Guna Usaha (Leasing).pptx5.Pembiayaan Sewa Guna Usaha (Leasing).pptx
5.Pembiayaan Sewa Guna Usaha (Leasing).pptx
donihasmanto
 
powerpoint_Leasing_sewa_guna_usaha.pptx
powerpoint_Leasing_sewa_guna_usaha.pptxpowerpoint_Leasing_sewa_guna_usaha.pptx
powerpoint_Leasing_sewa_guna_usaha.pptx
FahrulFauzan2
 
Pengertian leasing, contoh dan kegiatan leasing
Pengertian leasing, contoh dan kegiatan leasingPengertian leasing, contoh dan kegiatan leasing
Pengertian leasing, contoh dan kegiatan leasing
cekkembali dotcom
 
SEWA GUNA USAHA dan cara menghitung secara Finance
SEWA GUNA USAHA dan cara menghitung secara FinanceSEWA GUNA USAHA dan cara menghitung secara Finance
SEWA GUNA USAHA dan cara menghitung secara Finance
LayonHocben1
 
Sewa+guna+usaha
Sewa+guna+usahaSewa+guna+usaha
Sewa+guna+usaha
Wirna Taryono
 
Makalah leasing
Makalah leasingMakalah leasing
Makalah leasing
Hikmah Siti Nazwah
 
PPT Manajemen Keuangan - Leasing
PPT Manajemen Keuangan - LeasingPPT Manajemen Keuangan - Leasing
PPT Manajemen Keuangan - Leasing
Doni Ramdhani
 
Lembaga Keuanagan - Leasing
Lembaga Keuanagan - LeasingLembaga Keuanagan - Leasing
Lembaga Keuanagan - Leasing
Ade Ratna
 
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN - "SEWA GUNA USAHA (LEASING)"
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN - "SEWA GUNA USAHA (LEASING)"BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN - "SEWA GUNA USAHA (LEASING)"
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN - "SEWA GUNA USAHA (LEASING)"
Miftah Iqtishoduna
 
Bej v3-n1-artikel1-agustus2006
Bej v3-n1-artikel1-agustus2006Bej v3-n1-artikel1-agustus2006
Bej v3-n1-artikel1-agustus2006
Lita Adjalah
 
Leasing
LeasingLeasing
LEASING (SEWA GUNA USAHA)
LEASING (SEWA GUNA USAHA)LEASING (SEWA GUNA USAHA)
LEASING (SEWA GUNA USAHA)
reidjen raden
 

Similar to MATERI HUKUM PEMBIAYAAN Fenti Anita Sari (20)

Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Makalah leasing
Makalah leasingMakalah leasing
Makalah leasing
 
Leasing
Leasing Leasing
Leasing
 
LEASING
LEASINGLEASING
LEASING
 
5.Pembiayaan Sewa Guna Usaha (Leasing).pptx
5.Pembiayaan Sewa Guna Usaha (Leasing).pptx5.Pembiayaan Sewa Guna Usaha (Leasing).pptx
5.Pembiayaan Sewa Guna Usaha (Leasing).pptx
 
powerpoint_Leasing_sewa_guna_usaha.pptx
powerpoint_Leasing_sewa_guna_usaha.pptxpowerpoint_Leasing_sewa_guna_usaha.pptx
powerpoint_Leasing_sewa_guna_usaha.pptx
 
Pengertian leasing, contoh dan kegiatan leasing
Pengertian leasing, contoh dan kegiatan leasingPengertian leasing, contoh dan kegiatan leasing
Pengertian leasing, contoh dan kegiatan leasing
 
BLK.pptx
BLK.pptxBLK.pptx
BLK.pptx
 
SEWA GUNA USAHA dan cara menghitung secara Finance
SEWA GUNA USAHA dan cara menghitung secara FinanceSEWA GUNA USAHA dan cara menghitung secara Finance
SEWA GUNA USAHA dan cara menghitung secara Finance
 
Sewa+guna+usaha
Sewa+guna+usahaSewa+guna+usaha
Sewa+guna+usaha
 
Makalah leasing
Makalah leasingMakalah leasing
Makalah leasing
 
PPT Manajemen Keuangan - Leasing
PPT Manajemen Keuangan - LeasingPPT Manajemen Keuangan - Leasing
PPT Manajemen Keuangan - Leasing
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Lembaga Keuanagan - Leasing
Lembaga Keuanagan - LeasingLembaga Keuanagan - Leasing
Lembaga Keuanagan - Leasing
 
Leasing blkl
Leasing blklLeasing blkl
Leasing blkl
 
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN - "SEWA GUNA USAHA (LEASING)"
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN - "SEWA GUNA USAHA (LEASING)"BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN - "SEWA GUNA USAHA (LEASING)"
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN - "SEWA GUNA USAHA (LEASING)"
 
Presentasi leasing
Presentasi leasingPresentasi leasing
Presentasi leasing
 
Bej v3-n1-artikel1-agustus2006
Bej v3-n1-artikel1-agustus2006Bej v3-n1-artikel1-agustus2006
Bej v3-n1-artikel1-agustus2006
 
Leasing
LeasingLeasing
Leasing
 
LEASING (SEWA GUNA USAHA)
LEASING (SEWA GUNA USAHA)LEASING (SEWA GUNA USAHA)
LEASING (SEWA GUNA USAHA)
 

More from Fenti Anita Sari

Contoh Surat Tuntutan
Contoh Surat TuntutanContoh Surat Tuntutan
Contoh Surat Tuntutan
Fenti Anita Sari
 
Contoh Kasus Pelanggaran HAM Luar Negeri
Contoh Kasus Pelanggaran HAM Luar NegeriContoh Kasus Pelanggaran HAM Luar Negeri
Contoh Kasus Pelanggaran HAM Luar Negeri
Fenti Anita Sari
 
Perwujudan Keadilan HAM
Perwujudan Keadilan HAMPerwujudan Keadilan HAM
Perwujudan Keadilan HAM
Fenti Anita Sari
 
UAS Cyber Law (Fenti Anita Sari)
UAS Cyber Law (Fenti Anita Sari)UAS Cyber Law (Fenti Anita Sari)
UAS Cyber Law (Fenti Anita Sari)
Fenti Anita Sari
 
UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)
UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)
UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)
Fenti Anita Sari
 
UAS HUKUM PERADILAN HAM (Fenti Anita Sari)
UAS HUKUM PERADILAN HAM (Fenti Anita Sari)UAS HUKUM PERADILAN HAM (Fenti Anita Sari)
UAS HUKUM PERADILAN HAM (Fenti Anita Sari)
Fenti Anita Sari
 
Makalah Pembentukan PERDA
Makalah Pembentukan PERDA Makalah Pembentukan PERDA
Makalah Pembentukan PERDA
Fenti Anita Sari
 
Makalah Sewa Guna Usaha
Makalah Sewa Guna UsahaMakalah Sewa Guna Usaha
Makalah Sewa Guna Usaha
Fenti Anita Sari
 
Leasing (Hukum Pembiayaan)
Leasing (Hukum Pembiayaan)Leasing (Hukum Pembiayaan)
Leasing (Hukum Pembiayaan)
Fenti Anita Sari
 
Makalah Hukum dan HAM (Sejarah Perkembangan HAM)
Makalah Hukum dan HAM (Sejarah Perkembangan HAM)Makalah Hukum dan HAM (Sejarah Perkembangan HAM)
Makalah Hukum dan HAM (Sejarah Perkembangan HAM)
Fenti Anita Sari
 
Hukum Acara Pidana Militer PPT
Hukum Acara Pidana Militer PPT Hukum Acara Pidana Militer PPT
Hukum Acara Pidana Militer PPT
Fenti Anita Sari
 
Hukum Acara Pidana Militer
Hukum Acara Pidana MiliterHukum Acara Pidana Militer
Hukum Acara Pidana Militer
Fenti Anita Sari
 
Makalah Fungsi Etika Profesi Hukum
Makalah Fungsi Etika Profesi HukumMakalah Fungsi Etika Profesi Hukum
Makalah Fungsi Etika Profesi Hukum
Fenti Anita Sari
 
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
Perjanjian Kerja Waktu TertentuPerjanjian Kerja Waktu Tertentu
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
Fenti Anita Sari
 
Makalah hubungan antar lembaga negara
Makalah hubungan antar lembaga negaraMakalah hubungan antar lembaga negara
Makalah hubungan antar lembaga negara
Fenti Anita Sari
 
Hk kontrak II (SYARAT-SYARAT SAHNYA SUATU KONTRAK)
Hk kontrak II (SYARAT-SYARAT SAHNYA SUATU KONTRAK)Hk kontrak II (SYARAT-SYARAT SAHNYA SUATU KONTRAK)
Hk kontrak II (SYARAT-SYARAT SAHNYA SUATU KONTRAK)
Fenti Anita Sari
 
Hukum Asuransi Individu
Hukum Asuransi IndividuHukum Asuransi Individu
Hukum Asuransi Individu
Fenti Anita Sari
 
Kriminologi Tugas Teori2 Sebab Kejahatan
Kriminologi Tugas Teori2 Sebab KejahatanKriminologi Tugas Teori2 Sebab Kejahatan
Kriminologi Tugas Teori2 Sebab Kejahatan
Fenti Anita Sari
 
Proposal PKMK “KEBUNAGA” ( KERUPUK BUAH NAGA )
Proposal PKMK  “KEBUNAGA”  ( KERUPUK BUAH NAGA )Proposal PKMK  “KEBUNAGA”  ( KERUPUK BUAH NAGA )
Proposal PKMK “KEBUNAGA” ( KERUPUK BUAH NAGA )
Fenti Anita Sari
 
New Makalah Keuangan dan Perbankan (Study Lapang Bank BCA Syariah)
New Makalah Keuangan dan Perbankan (Study Lapang Bank BCA Syariah)New Makalah Keuangan dan Perbankan (Study Lapang Bank BCA Syariah)
New Makalah Keuangan dan Perbankan (Study Lapang Bank BCA Syariah)
Fenti Anita Sari
 

More from Fenti Anita Sari (20)

Contoh Surat Tuntutan
Contoh Surat TuntutanContoh Surat Tuntutan
Contoh Surat Tuntutan
 
Contoh Kasus Pelanggaran HAM Luar Negeri
Contoh Kasus Pelanggaran HAM Luar NegeriContoh Kasus Pelanggaran HAM Luar Negeri
Contoh Kasus Pelanggaran HAM Luar Negeri
 
Perwujudan Keadilan HAM
Perwujudan Keadilan HAMPerwujudan Keadilan HAM
Perwujudan Keadilan HAM
 
UAS Cyber Law (Fenti Anita Sari)
UAS Cyber Law (Fenti Anita Sari)UAS Cyber Law (Fenti Anita Sari)
UAS Cyber Law (Fenti Anita Sari)
 
UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)
UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)
UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)
 
UAS HUKUM PERADILAN HAM (Fenti Anita Sari)
UAS HUKUM PERADILAN HAM (Fenti Anita Sari)UAS HUKUM PERADILAN HAM (Fenti Anita Sari)
UAS HUKUM PERADILAN HAM (Fenti Anita Sari)
 
Makalah Pembentukan PERDA
Makalah Pembentukan PERDA Makalah Pembentukan PERDA
Makalah Pembentukan PERDA
 
Makalah Sewa Guna Usaha
Makalah Sewa Guna UsahaMakalah Sewa Guna Usaha
Makalah Sewa Guna Usaha
 
Leasing (Hukum Pembiayaan)
Leasing (Hukum Pembiayaan)Leasing (Hukum Pembiayaan)
Leasing (Hukum Pembiayaan)
 
Makalah Hukum dan HAM (Sejarah Perkembangan HAM)
Makalah Hukum dan HAM (Sejarah Perkembangan HAM)Makalah Hukum dan HAM (Sejarah Perkembangan HAM)
Makalah Hukum dan HAM (Sejarah Perkembangan HAM)
 
Hukum Acara Pidana Militer PPT
Hukum Acara Pidana Militer PPT Hukum Acara Pidana Militer PPT
Hukum Acara Pidana Militer PPT
 
Hukum Acara Pidana Militer
Hukum Acara Pidana MiliterHukum Acara Pidana Militer
Hukum Acara Pidana Militer
 
Makalah Fungsi Etika Profesi Hukum
Makalah Fungsi Etika Profesi HukumMakalah Fungsi Etika Profesi Hukum
Makalah Fungsi Etika Profesi Hukum
 
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
Perjanjian Kerja Waktu TertentuPerjanjian Kerja Waktu Tertentu
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
 
Makalah hubungan antar lembaga negara
Makalah hubungan antar lembaga negaraMakalah hubungan antar lembaga negara
Makalah hubungan antar lembaga negara
 
Hk kontrak II (SYARAT-SYARAT SAHNYA SUATU KONTRAK)
Hk kontrak II (SYARAT-SYARAT SAHNYA SUATU KONTRAK)Hk kontrak II (SYARAT-SYARAT SAHNYA SUATU KONTRAK)
Hk kontrak II (SYARAT-SYARAT SAHNYA SUATU KONTRAK)
 
Hukum Asuransi Individu
Hukum Asuransi IndividuHukum Asuransi Individu
Hukum Asuransi Individu
 
Kriminologi Tugas Teori2 Sebab Kejahatan
Kriminologi Tugas Teori2 Sebab KejahatanKriminologi Tugas Teori2 Sebab Kejahatan
Kriminologi Tugas Teori2 Sebab Kejahatan
 
Proposal PKMK “KEBUNAGA” ( KERUPUK BUAH NAGA )
Proposal PKMK  “KEBUNAGA”  ( KERUPUK BUAH NAGA )Proposal PKMK  “KEBUNAGA”  ( KERUPUK BUAH NAGA )
Proposal PKMK “KEBUNAGA” ( KERUPUK BUAH NAGA )
 
New Makalah Keuangan dan Perbankan (Study Lapang Bank BCA Syariah)
New Makalah Keuangan dan Perbankan (Study Lapang Bank BCA Syariah)New Makalah Keuangan dan Perbankan (Study Lapang Bank BCA Syariah)
New Makalah Keuangan dan Perbankan (Study Lapang Bank BCA Syariah)
 

Recently uploaded

PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
suprihatin1885
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
yuniarmadyawati361
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
muhammadyudiyanto55
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
RinawatiRinawati10
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
Hernowo Subiantoro
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 

Recently uploaded (20)

PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 

MATERI HUKUM PEMBIAYAAN Fenti Anita Sari

  • 1. MATERI HUKUM PEMBIAYAAN Disusun oleh Fenti Anita Sari NIM : 17.02.51.0039 Fakultas Hukum Universitas Stikubank Semarang BAB I PENGANTAR HUKUM PEMBIAYAAN 1. PENGERTIAN HUKUM PEMBIAYAAN DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN
  • 2. a. Pengertian Hukum Pembiayaan Hukum pembiayaan adalah hukum yang mengatur suatu kegiatan yang dilakukan dalam bentuk penyediaan dana bagi konsumen untuk pembelian barang yang pembayarannya dilakukan secara angsuran ataupun berkala oleh konsumen. b. Pengertian Lembaga Pembiayaan. Lembaga pembiayaan adalah badan usaha diluar bank dan lembaga keuangan bukan bank yang khusus melakukan kegiatan dalam bidang usaha lembaga pembiayaan. 2. BENTUK DAN MODEL LEMBAGA PEMBIAYAAN Lembaga pembiayaan muncul karena adanya pemenuhan pembiayaan. Dikenal sebagai pembiayaan karena menawarkan model-model formulasi baru terhadap pemberi dana, seperti dalam bentuk leasing, factoring, dan sebagaiannya. Dalam keputusan menteri keuangan republik Indonesia No. 1251 / KMK. 013/1988 tentang ketentuan dan tata cara pelaksanaan lembaga pembiayaan diperincikan bahwa kegiatan perusahaan pembiayaan meliputi : a. Sewa guna usaha b. Model ventura c. Perdagangan surat berharga d. Anjak piutang e. Usaha kartu kredit f. Pembiayaan konsumen Di samping itu ditentukan pula bahwa suatu perusahaan pembiayaan tidak diperkenankan menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk: a. Giro b. Deposito c. Tabungan d. Surat sanggup bayar (promissorynotes), jika surat sanggup bayar tersebut hanya dipakai sebagai jaminan hutang ke pada bank yang menjadi kreditnya. 3. DASAR PENGATURAN LEMBAGA PEMBIAYAAN a. Dasar hukum substantive Perjanjian diantara para pihak berdasarkan asas “ kebebasan berkontrak”. Antara perusahaan financial sebagai kreditur dengan konsumen sebagai debitur. Pasal 1338 (1) KUH Perdata
  • 3. “suatu perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai UU bagi yang membuatnya. b. Dasar hukum administrasi  Keppres No.61 Tahun 1988 tentang Lembaga pembiayaan.  Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/kmk.013/1988 tentang Ketentuan Dana dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan/diubah disempurnakan.  Keputusan Menteri Keuangan No. 468 Tahun 1995 (tentang perbankan tidak berlaku bagi pembiayaan konsumen karena dilakukan oleh perusahaan pembiayaan bukan bank. BAB II SEWA GUNA USAHA ( LEASING ) 1. PENGERTIAN SEWA GUNA (LEASING) Istilah leasing sebenarnya berasal dari kata lease yang berarti sewa-menyewa. Karena memang dasarnya leasing adalah sewa-menyewa. Jadi leasing merupakan suatu bentuk derivative dari sewa-menyewa. Tetapi kemudian dalam dunia bisnis berkembanglah sewa-menyewa dalam bentuk khusus yang disebut leasing itu atau kadang-kadang disebut sebagai lease saja, dan telah berubah fungsinya menjadi salah satu jenis pembiayaan. Dalam bahasa Indonesia leasing sering diistilahkan dengan ‘sewa guna usaha’. Dalam Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. KEP-122/MK/2/1974, No.32/M/SK/2/1974, No.30/Kpb/I/1974 tentang perizinan usaha leasing ditentukan bahwa yang dimaksud dengan leasing adalah : Setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk suatu jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (opsi) dari perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama. Keputusan Menteri Keuangan RI No.1169/KMK.01/1991 tentang kegiatan sewa guna usaha (leasing), yang dimaksud dengan leasing adalah : Setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak
  • 4. opsi (operating lease) untuk diperguanakan oleh lease selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. 2. UNSUR-UNSUR SEWA GUNA USAHA (LEASING) a. Suatu pembiayaan perusahaan Awal mulanya leasing memang dimaksudkan sebagai usaha memberikan kemudahan pembiayaan kepada perusahaan tertentu yang memerlukannya. Tetapi dalam perkembangannya, bahkan leasing dapat juga diberikan kepada individu dengan peruntukan barang belum tentu untuk kegiatan usaha. b. Penyediaan barang modal Barang modal adalah setiap aktiva tetap yang berwujud termasuk tanah sepanjang diatas tanah tersebut melekat aktiva tetap berupa bangunan(plant), dana tanah serta aktiva dimaksud merupakan satu kesatuan kepemilikan, yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun dan digunakan secara langsung untuk menghasilkan atau meningkatkan ataupun memperlancar produksi barang atau jasa oleh lessee. c. Keterbatasan waktu Jangka waktu leasing ditetapkan dalam tiga kategori (Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991) : 1) Jangka singkat : minimal 2 tahun, dan berlaku bagi barang modal golongan 1 2) Jangka menengah : minimal 3 tahun, dan berlaku bagi barang modal golongan golongan II dan III 3) Jangka panjang : minimal 7 tahun, dan berlaku bagi golongan bangunan. Penggolongan barang modal kepada golongan I, II, dan III tersebut sesuai penggolongan dalam Undang-undang Pajak Penghasilan. d. Pembayaran kembali secara berkala. Karena lessor telah membayar lunas harga barang modal kepada pihak penjual/supplier, maka adalah kewajiban lessee kemudian untuk mengangsur pembayaran kembali harga
  • 5. barang modal kepada lessor. Besarnya dan lamanya angsuran sesuai dengan kesepakatan yang telah dituangkan dalam kontrak leasing. e. Hak opsi untuk membeli barang modal Di ahkir masa leasing, diberikan hak (bukan kewajiban) kepada lessee untuk apakah membeli barang modal tersebut dengan harga yang telah terlebih dahulu ditetapkan dalam kontrak leasing yang bersangkutan. Ataupun memperpanjang kontrak leasing yang bersangkutan. Sungguhpun diakui pula bahwa tidak semua jenis leasing memberikan hak opsi ini melainkan harus menyerahkan kembali barang modal tersebut kepada pihak lessornya di ahkir masa leasing. f. Nilai sisa (Residu) Nilai sisa merupakan besarnya jumlah uang yang harus dibayar kembali kepada lessor oleh lessee di ahkir masa berlakunya leasing atau pada saat lessee mempunyai hak opsi. Nilai sisa biasanya sudah terlebih dahulu ditentukan bersama dalam kontrak leasing. 3. PIHAK-PIHAK DALAM SEWA GUNA USAHA (LEASING) a. Lessor : pihak yang memberikan pembiayaan dengan cara leasing kepada pihak yang membutuhkannya. Dalam hal ini lessor bisa merupakan perusahaan pembiayaan yang bersifat ‘multi finance’ tetapi dapat juga perusahaan yang khusus bergerak dibidang leasing. b. Lessee : pihak yang memerlukan barang modal, barang modal dimana dibiayai oleh lessor dan diperuntukkan kepada lessee. c. Supplier : merupakan yang menyediakan barang modal yang menjadi obyek leasing. Barang modal mana dibayar oleh lessor kepada supplier untuk kepentingan lessee. Dapat juga supplier ini merupakan penjual biasa. Tetapi ada juga jenis leasing yang tidak melibatkan supplier, melaikan hubungan bilateral antara pihak lessor dengan pihak lessee. Misalnya dalam bentuk sale and lease back. Tentang hukum yang mendasar antara Lessor, Lessee, dan Supplier dapat dilihat dalam diagram berikut ini :
  • 6. Hubungan Hukum yang Mendasar antara Lessor, lessee, dan supplier 1 LESSOR SUPPLIER 3 2 3 LESSEE Keterangan : 1. = Pembayaran harga barang modal secara tunai. 2. = Penyerahan barang modal dari. 3. = Pembayaran kembali harga barang modal secara cicilan. Sementara mengenai mekanisme sehingga terjadinya hubungan hukumantara para pihak terdapat berbagai alternatif sebagai berikut (Mahkamah Agung RI,1989:6) : 1. Lessor membeli barang atas permintaan lessee selanjutnya memberikan kepada lessee secara leasing. 2. Lessee membeli barang sebagai agennya lessor, dan mengambil barang tersebut secara leasing dari lessor. 3. Lessee membeli barang atas namanya sendiri, tetapi dalam kenyataannya sebagai agen dari lessor, dan mengambil barang tersebut secara leasing dari lessor.
  • 7. 4. Setelah lessee membeli barang atas namanya sendiri, kemudian melakukan novasi, sehingga lessor kemudian menghaki barang tersebut dan membayarnya. 5. Setelah lessee membeli barang untuk dan atas namanya sendiri, kemudian menjualnya kepada lessor, dan mengambil kembali barang tersebut secara leasing. Ini adalah contoh sale and back. 6. Lessor sendiri yang mendapatkan barang secara leasing dengan hak untuk melakukan subleasing, dan memberikan subleasing kepada lessee. 4. MACAM-MACAM SEWA GUNA USAHA (LEASING) a. Operating lease / service lease Merupakan suatu corak leasing dengan karakteristik sebagai berikut : 1) Jangka waktu berlakunya leasing relative singkat, dan lebih singkat dari usia ekonomis dari barang tersebut. 2) Besarnya harga sewa lebih kecil ketimbang harga barang ditambah keuntungan yang diharapkan lessor. 3) Tidak diberikan hak opsi bagi lessee untuk membeli barang di ahkir masa leasing. 4) Biasanya operating lease dikhususkan untuk barang-barang yang mudah terjual setelah pemakaian (yang laku di pasar barang bekas). 5) Operating lease biasanya diberikan oleh pabrik atau leveransi, karena umumnya mereka mempunyai keahlian dalam seluk beluk tentang barang tersebut. Sebab dalam operating lease, jasa pemeliharaan merupakan tanggung jawab lessor. 6) Biasanya harga sewa setiap bulannya dibayar dengan jumlah yang tetap. 7) Biasanya lessorlah yang menanggung biaya pemeliharaan, kerusakan, pajak dan asuransi. 8) Biasanya kontrak leasing dapat dibatalkan sepihak oleh lessee, dengan mengembalikan barang yang bersangkutan kepada lessor. b. Finance Lease / capital lease atau full-payuot lease. Merupakan suatu corak leasing yang lebih sering ditetapkan, dengan cirri-ciri sebagai berikut : 1) Jangka waktu berlakunya leasing relative panjang.
  • 8. 2) Besarnya harga sewa plus hak opsi harus menutupi harga barang plus 3) Diberikan hak opsi untuk lessee untuk membeli barang di ahkir masa leasing. 4) Financial lease dapat diberikan oleh perusahaan pembiayaan. 5) Harga sewa yang dibayar per bulan oleh lessee dapat dengan jumlahnya yang tetap, maupun dengan cara berubah-ubah sesuai dengan suku bunga pinjaman. 6) Biasanya lessee yang menanggung biaya pemeliharaan, kerusakan, pajak dan asuransi. 7) Kontrak leasing tidak dapat dibatalkan sepihak. Masih terdapat bentuk-bentuk variatif lainnya dari leasing, antara lain : a. Sales and lease back Merupakan suatu jenis pembiayaan dengan mana barang sebenarnya berasal dari lessee, kemudian dibeli oleh lessor. b. Direct lease Merupakan leasing dimana barangnya tidak dibeli terlebih dahulu oleh lessor dari lessee seperti pada sale and lease back, tetapi lessor membeli suatu barang dari pihak ketiga, yakni kepada pihak lessee. c. Leveraged lease Merupakan suatu jenis financial leasing dengan mana pihak yang memberikan pembiayaan disamping lessor juga pihak ketiga. d. Cross border lease Merupakan leasing dengan mana pihak lessor dan pihak lessee berada dalam dua negara yang berbeda. e. Net lease Merupakan bentuk financial leasing dimana pihak lessee yang menanggung resiko dan bertanggung jawab atas pemelihaan barang dan membayar pajak dan asuransinya. f. Net-net lease
  • 9. Merupakan bentuk financial leasing dimana pihak lessee tidak hanya menanggung resiko dan bertanggung jawab atas pemeliharaan barang dan membayar pajak saja, bahkan lessee harus juga mengembalikan barang kepada lessor dalam kondisi dan nilai seperti pada saat mulainya perjanjian leasing. g. Full service lease Adalah leasing dengan mana pihak lessor bertanggung jawab atas pemeliharaan barang, membayar asuransi dan pajak. h. Big ticket lease ini merupakan leasing untuk barang-barang mahal. i. Capacitive leasing j. Adalah leasing yang ditawarkan oleh lessor kepada langganan tertentu yang telah terlebih dahulu ada hubungan dengan lessor. k. Third party leasing Leasing ini pihak lessor bebas menawarkan leasing kepada siapa saja. l. Wrap lease Merupakan jenis leasing yang biasanya pihak lessor tidak mau mengambil resiko, sehingga jangka waktunya lebih singkat dari biasanya. m. Straight payable lease, seasonal lease return on investment lease Straight payable lease adalah leasing yang cicilannya dibayar oleh lessee kepada lessor tiap bulannya dan dengan jumlah cicilan yang selalu sama. Seasonal lease adalah leasing yang metode pembayaran cicilannya oleh lessee kepada lessor dilakukan setiap periode tertentu. Return on investment lease adalah suatu jenis leasing dimana pembayaran cicilan oleh lessee kepada lessor hanya terhadap angsuran bunganya saja. 5. PERBEDAAN LEASING DENGAN SEWA MENYEWA Leasing merupakan bentuk stereotype dari sewa menyewa. Beberapa perbedaan antara leasing dengan sewa menyewa biasa dapat disebut sebagai berikut :
  • 10. a. Salah satu perbedaan pokok antara sewa menyewa biasa dengan leasing adalah bahwa dalam sewa menyewa biasa masalah jangka waktu sewa atau umur pemakaian barang tidak menjadi focus utama. Tetapi tidak demikian halnya dalam leasing. b. Disamping itu, leasing pada prinsipnya dianggap sebagai salah satu metode pembayaran bisnis, dan tidak demikian halnya dengan perjanjian sewa menyewa biasa. c. Objek dari perjanjian sewa menyewa berupa barang berwujud yang berupa apa saja, sementara objek dari leasing umumnya adalah barang modal, alat produksi, atau beberapa bentuk barang konsumsi. d. Jika leasing menjadi suatu kegiatan bisnis, maka lessornya haruslah berbentuk perusahaan pembiayaan, sedangkan lessor pada sewa menyewa biasa tidak pembatasan khusus. e. Pada leasing, lessor bekedudukan sebagai penyandang dana, baik tunggal atau bersama- sama dengan penyandang dana lainnya, sementara barang objek leasing disediakan oleh pihak ketiga atau lessee sendiri. Sebaiknya pada sewa-menyewa biasa, barang objek sewa adalah memang miliknya lessor. Jadi kedudukan lessor adalah sebagai pihak yang menyediakan barang objek sewa. f. Jangka waktu dalam leasing adalah terbatas sementara jangka waktu pada sewa- menyewa biasa bisa terbatas dan bisa tidak. g. Dokumen-dokumen dalam perjanjian leasing jauh lebih complicated dibandingkan dengan sewa-menyewa biasa. h. Pada leasing biasanya masih dibutuhkan jaminan-jaminan tertentu sedangkan pada sewa- menyewa umumnya tidak ada jaminan tersebut. Jaminan tersebut umumnya berupa personal guarantee, fidusia terhadap barang modal yang bersangkutan, kuasa menjual barang, dan sebagainya. 6. PERBEDAAN LEASING DENGAN SEWA BELI Antara leasing dengan sewa beli mirip-mirip, tetapi ada beberapa perbedaan diantara keduanya, antara lain dapat disebutkan sebagai berikut :
  • 11. a. Dalam sewa beli, lessee otomatis (“demi hukum”) jadi pemilik barang diahkir masa sewa, sementara pada leasing, kepemilikan lessee tersebut hanya terjadi apabila hak opsinya dilaksanakan oleh lessee. b. Pihak lessor dalam leasing hanya bermaksud untuk membiayai perolehan barang modal oleh lessee, dan barang tersebut tidak berasal dari pihak lessor, tetapi pada sewa beli, pihak lessor bermaksud melakukan semacam investasi dengan barang yang disewakan itu dengan uang sewa sebagai keuntungannya. Karena itu, biasanya barang tersebut berasal dari milik pemberi sewa beli sendiri. c. Leasing termasuk dalam salah satu metode pembiayaan yang diperkenalkan dilakukan oleh perusahaan pembiayaan, sementara sewa beli tidak termasuk kegiatan lembaga pembiayaan. 7. PUTUSNYA LEASING a. Putusnya kontrak leasing karena konsensus. Perjanjian leasing dapat Diputuskan kapan saja jika para pihak dalam perjanjian tersebut saling sepakat untuk itu. b. Putusnya kontrak karena wanprestasi Wanprestasi merupakan salah satu sebab sehingga berjalannya kontrak menjadi terhenti. Dalam hal ini yang dimaksud dengan wanprestasi adalah salah satu pihak atau lebih tidak melaksanakan prestasinya sesuai dengan kontrak. Khusus terhadap kontrak leasing, maka berbagai kemungkinan wanprestasi dapat terjadi dengan konsekuensi yuridis yang berbeda pula. Kemungkinan wanprestasi tersebut antara lain dapat disebutkan sebagai berikut : 1) Wanprestasi yang didiamkan Hukum kita tidak mengenal yang namanya doktrin Substanstial Performance. Doktrin Substantial performance mengajarkan bahwa jika prestasi yang gagal dilaksanakan tersebut tidak subtantial, misalnya hanya prestasi kecil saja, maka kontrak belum bisa diputuskan oleh pihak lain. Bagi pihak yang dirugikan tidak tertutup kemungkinan untuk meminta ganti rugi jika cukup alasan untuk itu. Dalam sistem hukum kita, doktrin Substantial Performance tidak dikenal tetapi konsekunsi dari doktrin subtantial performance tetap berlaku dalam hal : 1. Sistem pasif Jika pihak lain yang tidak melaksankan perjanjian itu mendiamkan saja wanprestasi tersebut, seolah-olah seperti tidak terjadi wanprestasi, maka pihak yang
  • 12. dirugikan di akhir masa kontrak masih dapat menuntu ganti kerugian “demi hukum”. Artinya tanpa perlu menyebutkan hal ini secara eksplisit dalam kontrak. 2. Sistem waiver Untuk menghindari keragu-raguan dimana pelanggaran kontrak tersebut sudah dimaafkan oleh pihak lain, sehingga pihal lain tersebut tidak dapat minta kerugian di akhir masa kontrak, sering juga disebutkan secara eksplisit dalm kontrak leasing. 3. Sistem item Apabila dilanggar oleh salah satu pihak, maka pihak lain dapat memutuskan kontrak leasing, dengan kewajiban pergantian kerugian atas pihak yang telah menyebabkan kerugian. 2) Wanprestasi pemutus kontrak leasing Karena alasan-alasan tertentu, salah satu pihak memutuskan kontrak leasing yang bersangkutan. Alasan pemutusan kontrak karena pihak lain telah melakukan wanprestasi terhadap salah satu atau lebih klausula dalam kontrak leasing. Dalam suatu kontrak leasing, banyak item yang apabila dilanggar oleh lessee, maka kontrak dianggap putus. 3) Wanprestasi karena barangnya cacat Ada beberapa kemungkinan yuridis yaitu sebagai berikut : 1. Cacat tersembunyi Dari ketentuan dalam Pasal 1491, yang bertanggung jawab terhadap cacatnya barang yang tersembunyi adalah pihak penjual. 2. Cacat tidak tersembunyi Jika terdapat cacat yang tidak tersembunyi, maka penyelesaiannya sama saja dengan kasus-kasus wanprestasi terhadap kontrak leasing lainnya. 3. Barang rusak karena kesalahan lessee Jika barang leasing rusak karena kesalahan lessee, biasanya kontrak langsung dianggap putus, dengan berbagai konsekuensinya, antara lain lessee harus mengembalikan semua dana yang telah dikeluarkan oleh lessor plus bunga dan biaya- biaya lainnya. 4. Barang rusak bukan karena kesalahan lessee c. dianggap sama saja dengan seandainya barang rusak karena kesalahan lessee, dengan berbagai konsekuensi yuridisnya. Model seperti itu sangat tidak adil dan sangat memberatkan pihak lessee. (2) adalah model yang memasukkan rusaknya barang leasing yang bukan kesalahan lesse ke dalam kategori force majeure. Ini tentu lebih adil. c. Putusnya kontrak leasing karena Force Majeure Sudah selayaknya beban resiko dari suatu leasing yang dalam keadaan force majeure dibebankan kepada lessee. Dalam kontrak-kontrak leasing, lessor tidak ingin mengambil resiko. Jadi pengaturan risiko pada transaksi leasing lebih condong ke resiko yang ada pada transaksi jual beli ketimbang sewa menyewa.
  • 13. Pengaturan tentang resiko penting mengingat jika terjadi sesuatu dan lain hal yang menyebabkan pihak asuransi tidak dapat/tidak mau membayar seluruhnya atau sebagian dari ganti kerugian jika terjadi force majeure. Karena itu pihak lessee lah yang akhirnya menjadi pihak yang harus menanggung resiko.dalam praktek, hal ini diikuti sepenuhnya.