Makalah ini membahas tentang osmoregulasi pada hewan. Secara singkat, osmoregulasi adalah proses pengaturan keseimbangan konsentrasi zat terlarut di dalam dan di luar tubuh hewan untuk mempertahankan homeostatis. Makalah ini menjelaskan peranan, mekanisme, dan sistem osmoregulasi pada berbagai jenis hewan baik vertebrata maupun invertebrata.
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Osmoregulasi Hewan
1. 1
TUGAS FISILOGI HEWAN
(OSMOREGULASI)
Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata kuliah Fisiologi Hewan
KELOMPOK IV
Mayang Sari (3061522023)
Mariatul Adawiyah (3061522021)
Vina Renika (3061522019)
Dosen Pembimbing : Syahbudin .M.Pd.
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
BANJARMASIN
2016/2017
2. 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, dan hidayah-NYA kami dapat menyelesaikan makalah tentang Osmoregulasi
dengan tepat waktu, meskipun banyak kekuranagan didalamnya. Dan juga kami
berterima kasih kepada bapak Syahbudin, M.Pd selaku dosen mata kuliah Fisiologi
Hewan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan serta
mengetahui mengenal tentang Osmoregulasi pada hewan dan kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang kami buat dimasa mendatang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun
Semoga makalah ini dapat dipahami siapapun pembaca nya , sekiranya makalah
yang kami buat ini dapat berguna bagi driri kami sendiri maupun orang yang
membacanya . sebelum kami mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik, saran dan usulan yang membangun demi
perbaikan dimasa depan.
Banjarmasin, 03 Juni 2017
3. 3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………………………2
Daftar isi…………………………………………………………………………...3
BAB I Pendahuluan………………………………………………………………4
1. Rumusan Masalah………………………………………………….4
2. Tujuan ……………………………………………………………5
BAB II Pembahasan………………………………………………………………6
A. Pengertian Osmoregulasi …………………………………………………………………..6
B. Peranan Osmoregulasi ……………………………………………………………………..7
C. Mekanisme Osmoregulasi …………………………………………………………………7
D. Sistem Osmoregulasi pada Hewan………………………………………………………….8
BAB III Penutup............................................................................................8
Kesimpulan………………………………………………………………………..10
Daftar Pustaka …………………………………………………………………...12
4. 4
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pergerakan air melalui membran selektif permiabel biasa disebut osmosis. Hal itu terjadi ketika
dua larutan mempunyai perbedaan konsentrasi total larutan atau osmolality. Hewan yang memelihara
keseimbangan antara cairan tubuh dengan keadaan lingkungan sekitar disebut osmoconfer.
Organisme perairan harus melakukan osmoregulasi karena harus terjadi keseimbangan antara
substansi tubuh dan lingkungan. Membran sel yang permeabel merupakan tempat lewatnya beberapa
substansi yang bergerak cepat. Adanya perbedaan tekanan osmose antara cairan tubuh dan
lingkungan. Semakin jauh perbedaan tekanan osmose antara tubuh dan lingkungan, semakin banyak
energi metabolisme yang dibutuhkan untuk melakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptasi. Karena
perbedaan proses osmoregulasi pada beberapa golongan ikan, maka struktur organ-organ
osmoregulasinya juga kadang berbeda. Beberapa organ yang berperanan dalam proses osmoregulasi
ikan, antara lain insang, ginjal, dan usus. Organ-organ ini melakukan fungsi adaptasi di bawah kontrol
hormon osmoregulasi, terutama hormon-hormon yang disekresi oleh pituitari, ginjal, dan urofisis
(Fujaya, 2004).
Osmoregulasi adalah kemampuan organisme untuk mempertahankan keseimbangan kadar dalam
tubuh, didalam zat yang kadar garamnya berbeda. Secara sederhana hewan dapat diumpamakan
sabagai suatu larutan yang terdapat di dalam suatu kantung membran atau kantung permukaan tubuh.
Hewan harus menjaga volume tubuh dan kosentrasi larutan tubuhnya dalam rentangan yang agak
sempit. Yang menjadi masalah adalah konsentrasi yang tepat dari cairan tubuh hewan selalu berbeda
dengan yang ada dilingkungannya. Perbedaan kesentrasi tersebut cenderung mengganggu keadaan
kondisi internal. Hanya sedikit hewan yang membiarkan kosentrasi cairan tubuhnya berubah-ubah
sesuai degan lingkungannya dalam kedaan demikian hewan dikatakan melakukan osmokonfirmitas
(Wulangi, 1993).
Osmoregulator merupakan hewan yang harus menyesuaikan osmolaritas internalnya, karena
cairan tubuh tidak isoosmotik dengan lingkungan luarnya. Seekor hewan osmoregulator harus
membuang kelebihan air jika hewan itu hidup dalam lingkungan hiperosmotik. Kemampuan untuk
mengadakan osmoregulasi membuat hewan mampu bertahan hidup, misalnya dalam air tawar dimana
osmolaritas tertemtu rendah untuk mendukung osmokonformer, dan didarat dimana air umumnya
tersedia dalam jumlah yang sangat terbatas. Semua hewan air tawar dan hewan air laut adalah
osmoregulator. Manusia dan hewan darat lainnya yang juga osmoregulator harus mengkompensasi
kehilangan air.
Osmoregulasi yang terjadi pada ikan air laut dan ikan air tawar yang ditempatkan pada salinitas
yang berbeda-beda perlu dilakukan untuk melihat mekanisme tertentu pada organisme bagaimanan
agar dapat bertahan hidup pada kondisi tertentu dengan salinitas yang berbeda dari lingkungannya
(Kusrini, 2007)..
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana mekanisme Peranan Osmoregulasi ?
b. Bagaimana mekanisme Mekanisme Osmoregulasi ?
c. Bagaimana mekanisme Sistem Osmoregulasi pada Hewan ?
5. 5
3. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui mekanisme Peranan Osmoregulasi ?
b. Mengetahui mekanisme Mekanisme Osmoregulasi ?
c. Mengetahui mekanisme Sistem Osmoregulasi pada Hewan ?
6. 6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Osmoregulasi
Sistem Osmoregulasi ialah sistem pengaturan keseimbangan tekanan osmotik cairan tubuh (air
dan darah) dengan tekanan osmotik habitat (perairan). Pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang
layak bagi kehidupan ikan, sehingga proses- proses fisiologis tubuhnya berfungsi normal. Tekanan
osmotik (π) adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan perpindahan
molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel (proses osmosis)
(Soewolo. dkk, 1994).
Osmoregulasi secara energik membutuhkan energi yang sangat banyak. Suatu pergerakan netto
air hanya terjadi dalam gradient osmotik. Osmoregulator harus menghabiskan energi untuk
mempertahankan gradien osmotik yang memungkinkan air untuk masuk dan bergerak keluar. Mereka
melakukan hal tersebut dengan cara memanipulasi kosentrasi zat terlarut dalam cairan tubuhnya.
Suplai energi osmoregulasi terutama bergantung pada seberapa besar perbedaan osmolaritas seekor
hewan dari osmolaritas lingkungannya dan pada seberapa besar kerja transport membran diperlukan
untuk mengangkut zat-zat terlarut secara aktif.
Peranan osmoregulasi dan eksresi adalah (Soewolo, 1994):
1. Mengendalikan kandungan ion dalam cairan tubuh, garam berkelakuan seperti elektrolit lain
dan dalam cairan tubuh akanterurai menjadi ion-ion.
2. Mengatur jumlah air yang terdapat dalam cairan tubuh, jumlah air dalam cairan tubuh dan cara
pengaturannya merupakan salah satu masalah fisiologik yang di hadapi oleh mahluk hidup.
3. Mengatur kadar ion H atau pH cairan tubuh.
Osmoregulasi dilakukan dengan berbagai cara melalui (Soewolo, 1994):
ginjal
kulit
membran mulut
Kebanyakan hewan menjaga agar kosentrasi cairan tubuhnya tetap lebih tinggi dari mediumnya
(regulasi hiporosmotis) atau lebih rendah dari mediumnya (regulasi hipoosmotis). Untuk itu hewan
harus berusaha mengurangi gangguan dengan menurunkan (Soewolo, 1994):
Osmoregulasi dapat juga didefinisikan sebagai proses homeostasis untuk menjaga agar cairan tubuh
selalu berada dalam keadaan stabil atau steady state. Masalah osmoregulasi antara lain sebagai
berikut:
o Setiap individu hewan membutuhkan konsentrasi garam yang berbeda dengan lingkungannya
o Hewan harus mempunyai konsentrasi air yang sama (partikel konsentrasi terlarut total)
terhadap lingkungannya, yang berarti membutuhkan sejumlah besar energy untuk membuang
air dari tubuhnya.
o Hewan perlu untuk membuang sejumlah sisa hasil metabolisme yang larut dalam air seperti
ammonia, kreatinin, dan pigmen darah.
Berdasarkan kemapuannya menjaga tekanan osmotik tubuh, dikenal adanya hewan osmoregulator dan
osmokonformer.
a. Osmokonformer
7. 7
Osmokonformer merupakan hewan yang tidak mampu mempertahankan tekanan osmotik di
dalam tubuhnya, oleh karena itu hewan harus melakukan berbagai adaptasi agar dapat bertahan di
dalam tempat hidupnya. adaptasi dapat dilakukan sepanjang perubahan yang terjadi pada
lingkungannya tidak terlalu besar dan masih ada dalam kisaran konsentrasi yang dapat diterimanya.
Jika perubahan lingku ngan terlalu besar maka hewan yang melakukan osmokonfermer tidak dapat
bertahan hidup di tempat tersebut.
b. Osmoregulator
Osmoregulasi adalah organisme yang menjaga osmolaritasnya tanpa tergantung lingkungan
sekitar. Oleh karena kemampuan meregulasi ini maka osmoregulator dapat hidup di lingkungan air
tawar, daratan, serta lautan. Di lingkungan dengan konsentrasi cairan yang rendah, osmoregulator
akan melepaskan cairan berlebihan dan sebaliknya.
B. Peranan Osmoregulasi
Secara umum osmoregulasi berperan:
Membuang sisa maupun hasil samping metabolisme dari dalam tubuh makhluk hidup untuk
menjaga ketidakseimbangan reaksi-reaksi kimia dalam tubuh, kerjanya bersama-sama dengan
sistem ekskresi.
Mencegah terhadap gangguan fungsi enzim dalam proses metabolisme, dengan cara
membuang zat-zat sisa atau hasil sampingan metabolisme yang bersifat racun,
Mempertahankan kestabilan ratio ion-ion yang terlarut dalam cairan tubuh, terutama ion-ion:
Na, K, Mg, Ca, Fe, H, Cl, I, PO3 yang sangat vital untuk aktivitas metabolisme seperti kerja
enzim, sintesa protein, produksi hormon, pigmen respirasi, permeabilitas otot, aktivitas listrik,
dan kontraksi otot.
Mengatur jumlah air yang terkandung dalam cairan tubuh, untuk menjaga volume cairan
tubuh dan tekanan osmotik agar tetap dalam keadaan stabil, seperti diketahui bahwa tekanan
osmotik tergantung baik pada jumlah zat terlarut maupun pelarutnya, dan
Mengatur dan menjaga kestabilan pH cairan tubuh agar reaksi-reaksi dalam metabolisme
dapat berjalan dengan baik.
C. Mekanisme Osmoregulasi
Berdasarkan Mekanismenya osmoregulasi pada hewan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1. Regulasi Hipertonik atau Hiperosmotik, yaitu pengaturan aktif konsentrasi cairan tubuh yang
lebih tinggi dari konsentrasi lingkungan. Maka secara fisika untuk menjaga kestabilan
lingkungan internalnya (cairan tubuh) hewan tersebut mempunyai kecendrungan untuk :
Mengurangi masuknya air kedalam tubuh dengan meningkatkan impermeabilitas dinding
tubuh atau dengan cara mengeluarkan kelebihan air yang ada dari dalam tubuh.
Memasukkan garam-garam kedalam tubuhnya dengan cara makan dan minum untuk
menjaga ksabilan zat-zat yang terlarut dalam cairan tubuhnya. Misalnya pada petadrom
(Ikan air tawar)
2. Regulasi Hipoosmotik
Pada hewan-hewan yang hidup dilaut pada umumnya dimana konsentrasi pelarut dalam tubuh
hewan lebih tinggi dari pada lingkunganya, maka untuk menjaga kestabilan cairan tubuhnya hewan
tersebut akan:
8. 8
Menghambat/mencegah keluarnya air dari dalam tubuh ke lingkungannya.
Mencegah masuknya garam kedalam tubuh atau mengeluarkan kelebihan garam dari
dalam tubuhnya.
D. Sistem Osmoregulasi pada Hewan
1. Sistem Osmoregulasi pada hewan invertebrata
Secara umum, organ osmoregulasi invertebrata memakai mekanisme filtrasi, reabsorbsi, dan
sekresi yang prinsipnya sama dengan kerja ginjal pada vertebrata yang memproduksi urin yang lebih
encer dari cairan tubuhnya.
a. Osmoregulasi pada serangga
Kehilangan air pada serangga terutama terjadi melalui proses penguapan. Hal ini dikarenakan
serangga memiliki ratio luas permukaan tubuh dengan masa tubuhnya sebesar 50x, bandingkan
dengan mamalia yang mempunyai ratio luas permukaan tubuh terhadap masa tubunya yang hanya
1/2x. Jalan utama kehilangan air pada serangga adalah melalui spirakulum untuk mengurangi
kehilangan air dari tubuhnya maka kebanyakan serangga akan menutup spirakelnya pada saat diantara
dua gerakan pernapasannya. Cara mengatasi yang lain adalah dengan meningkatkan impermeabilitas
kulitnya, yaitu dengan memiliki kutikula yang berlilin yang sangat impermeable terhadap air,
sehingga serangga sedikit sekali kehilangan air melalui kulitnya. Sebagai organ ekskretori serangga
memiliki badan Malphigi yang bersama-sama dengan saluran pencernaan bagian belakang
membentuk sistem ekskretori osmoregulatori.
b. Osmoregulasi pada Annelida
Cacing tanah seperti lumbricus terestris merupakan regulator hiperosmotik yang efektif. Hewan
ini secara aktif mengabsorbsi ion-ion. Urine yang diproduksinya encer, yang secara esensial bersifat
hipoosmotik mendekati isoosmotik terhadap darahnya. Diduga konsentrasi urinnya disesuaikan
menurut kebutuhan keseimbangan air tubuhnya. Homeostasis regulasi juga dilakukan dengan
pendekatan prilaku yaitu aktif dimalam hari dan menggali tanah lebih dalam bila permukaan tanah
kering.
c. Osmoregulasi pada Molusca
Pada tubuh keoang/Siput memiliki permukaan tubuh berdaging yang sangat permeable terhadap
air. bila dikeluarkan dari cangkangnya, maka air akan hilang secepar penguapan air pada seluas
permukaan tubuhnya. Semua keoang atau siput bernapas terutama dengan paru-paru yang terbentuk
dari mantel tubuhnya dan terbuka keluar melalui lubang kecil. Toleransi terhadap air sangat tinggi.
Tekanan osmotic cairan internal bervariasi secara luas tergantung kandungan air lingkungannya.
Untuk menghindari kehilangan air yang berlebih, keong atau siput lebih aktif dimalam hari dan bila
kondisi bertambah kering , keoang akan berlindung dengan membenamkan diri kedalam tanah serta
menutup cangkangnya dengan semacam operculum yang berasal dari lendir yang dikeluarkannya.
Banyak keong darat yang secara rutin mengeluarkan suatu zat yang mengandung nitrogen dalam
bentuk asam urat yang sulit larut dalam air, yang terbukti bahwa ternyata zat ini meningkat pada
beberapa spesies dalam masa kesulitan mendapatkan air. Selama masa estivasi (tidur musim panas)
asam urat ini disimpan dalam ginjal dengan maksud mengurangi kehilangan air untuk menekskresikan
nitrogen tersebut. Banyak spesies keong yang menyimpan air didalam rongga mantelnya yang
rupanya digunakan pada liungkungan kering.
2. Osmoregulasi pada Vertebrata
a. Osmoregulasi pada Ikan
9. 9
Ikan-ikan yang hidup di air tawar mempunyai cairan tubuh yang bersifat hiperosmotik terhadap
lingkungan, sehingga air cenderung masuk ketubuhnya secara difusi melalui permukaan tubuh yang
semipermiable. Bila hal ini tidak dikendalikan atau diimbangi, maka akan menyebabkan hilangnya
garam-garam tubuh dan dan mengencernya cairan tubuh, sehingga cairan tubuh tidak dapat
menyokong fungsi-fungsi fisiologis secara normal. Ginjal akan memompa keluar kelebihan air
tersebut sebagai air seni. Ginjal mempunyai glomerulus dalam jumlah banyak dengan diameter besar.
Ini dimaksudkan untuk lebih dapat menahan garam-garam tubuh agar tidak keluar dan sekaligus
memompa air seni sebanyak-banyaknya.
Ikan laut hidup pada lingkungan yang hipertonik terhadap jaringan dan cairan tubuhnya, sehingga
cenderung kehilangan air melalui kulit dan insang, dan kemasukan garam-garam. Untuk mengatasi
kehilangan air, ikan ‘minum’air laut sebanyak-banyaknya. Dengan demikian berarti pula kandungan
garam akan meningkat dalam cairan tubuh. Padahal dehidrasi dicegah dengan proses ini dan
kelebihan garam harus dihilangkan. Karena ikan laut dipaksa oleh kondisi osmotik untuk
mempertahankan air, volume air seni lebih sedikit dibandingkan dengan ikan air tawar. Tubulus ginjal
mampu berfungsi sebagai penahan air. Jumlah glomerulus ikan laut cenderung lebih sedikit dan
bentuknya lebih kecil dari pada ikan air tawar
b. Osmoregulasi pada Reptil
Hewan dari kelas reptile, meliputi ular, buaya, dan kura-kura memiliki kulit yang kering dan
bersisik. Keadaan kulit yang kering dan bersisik tersebut diyakini merupakan cara beradaptasi yang
baik terhadap kehidupan darat, yakni agar tidak kehilangan banyak air. Untuk lebih menghemat air,
hewan tersebut menghasilkan zat sisa bernitrogen dalam bentuk asam urat, yang pengeluarannya hnya
membutuhkan sedikit air. selain itu, Reptil juga melakukan penghematan air dengan menghasilkan
feses yang kering. Bahkan, Kadal dan kura-kura pada saat mengalami dehidrasi mampu
memanfaatkan urin encer yang dihasilkan dan disimpan dikandung kemihnya dengan cara
mereabsorbsinya.
c. Osmoregulasi pada Aves
Pada burung pengaturan keseimbangan air ternyata berkaitan erat dengan proses mempertahankan
suhu tubuh. Burung yang hidup didaerah pantai dan memperoleh makanan dari laut (burung laut)
menghadapi masalah berupa pemasukan garam yang berlebihan. Hal ini berarti bahwa burung tersebut
harus berusaha mengeluarkan kelebihan garam dari tubuhnya. Burung mengeluarkan kelebihan garam
tersebut melalui kelenjar garam, yang terdapat pada cekungan dangkal dikepala bagian atas, disebelah
atas setiap matanya, didekat hidung. Apabila burung laut menghadapi kelebihan garam didalm
tubhnya, hewan itu akan menyekresikan cairan pekat yang banyak mengandung NaCl. Kelenjar garam
ini hanya aktif pada saat tubuh burung dijenuhkan oleh garam.
d. Osmoregulasi pada Mamalia
Pada mamalia kehilangan air dan garam dapat terjadi lewat keringat. Sementara, cara mereka
memperoleh air sama seperti vertebrata lainnya, yaitu dari air minum dan makanan. Akan tetapi,
untuk mamalia yang hidup dipadang pasir memperoleh air denga cara minum merupakan hal yang
mustahil sebagai contoh kangguru. Kangguru tidak minum air, tetapi dapat bertahan dengan
menggunakan air metabolic yang dihasilkan dari oksidasi glukosa.
10. 10
BAB III
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah tersebut adalah sebagai berikut
Osmoregulasi dan ekskresi merupakan 2 macam proses yang berperan dalam homoestasis
untuk mengatur dan menjaga kestabilan lingkungan internal pada makhluk hidup terhadap pengaruh
perubahan lingkungan eksternalnya
Osmoregulasi dilakukan dengan berbagai cara melalui :
a. Ginjal
b. Kulit
c. Membran mulut
1. Sistem Osmoregulasi pada hewan invertebrata
a. Osmoregulasi pada serangga
Kehilangan air pada serangga terutama terjadi melalui proses penguapan. Hal ini dikarenakan
serangga memiliki ratio luas permukaan tubuh dengan masa tubuhnya sebesar 50x, bandingkan
dengan mamalia yang mempunyai ratio luas permukaan tubuh terhadap masa tubunya yang hanya
1/2x. Jalan utama kehilangan air pada serangga adalah melalui spirakulum untuk mengurangi
kehilangan air dari tubuhnya maka kebanyakan serangga akan menutup spirakelnya pada saat diantara
dua gerakan pernapasannya.
b. Osmoregulasi pada Annelida
Cacing tanah seperti lumbricus terestris merupakan regulator hiperosmotik yang efektif. Hewan
ini secara aktif mengabsorbsi ion-ion.
c. Osmoregulasi pada Molusca
Semua keoang atau siput bernapas terutama dengan paru-paru yang terbentuk dari mantel
tubuhnya dan terbuka keluar melalui lubang kecil. Toleransi terhadap air sangat tinggi. Tekanan
osmotic cairan internal bervariasi secara luas tergantung kandungan air lingkungannya. Untuk
menghindari kehilangan air yang berlebih, keong atau siput lebih aktif dimalam hari dan bila kondisi
bertambah kering.
2. Osmoregulasi pada Vertebrata
a. Osmoregulasi pada Ikan
Ikan-ikan yang hidup di air tawar mempunyai cairan tubuh yang bersifat hiperosmotik terhadap
lingkungan, Ikan laut hidup pada lingkungan yang hipertonik terhadap jaringan dan cairan tubuhnya,
sehingga cenderung kehilangan air melalui kulit dan insang, dan kemasukan garam-garam.
b. Osmoregulasi pada Reptil
Hewan dari kelas reptile, meliputi ular, buaya, dan kura-kura memiliki kulit yang kering dan
bersisik. Keadaan kulit yang kering dan bersisik tersebut diyakini merupakan cara beradaptasi yang
baik terhadap kehidupan darat, yakni agar tidak kehilangan banyak air. Untuk lebih menghemat air,
hewan tersebut menghasilkan zat sisa bernitrogen dalam bentuk asam urat.
11. 11
c. Osmoregulasi pada Aves
Pada burung pengaturan keseimbangan air ternyata berkaitan erat dengan proses mempertahankan
suhu tubuh. Burung yang hidup didaerah pantai dan memperoleh makanan dari laut (burung laut)
menghadapi masalah berupa pemasukan garam yang berlebihan. Hal ini berarti bahwa burung tersebut
harus berusaha mengeluarkan kelebihan garam dari tubuhnya.
d. Osmoregulasi pada Mamalia
Pada mamalia kehilangan air dan garam dapat terjadi lewat keringat. Sementara, cara mereka
memperoleh air sama seperti vertebrata lainnya, yaitu dari air minum dan makanan. Akan tetapi,
untuk mamalia yang hidup dipadang pasir memperoleh air denga cara minum merupakan hal yang
mustahil sebagai contoh kangguru. Kangguru tidak minum air, tetapi dapat bertahan dengan
menggunakan air metabolic yang dihasilkan dari oksidasi glukosa.