Makalah ini membahas tentang osmoregulasi pada hewan akuatik. Hewan air harus menjaga keseimbangan konsentrasi ion dan air dalam tubuhnya meskipun lingkungan berbeda konsentrasinya. Ada dua jenis hewan air, yaitu osmokonformer yang menyesuaikan konsentrasi tubuh dengan lingkungan, dan osmoregulator yang menjaga konsentrasi tubuh tetap. Osmoregulator terbagi menjadi hiperosmotik, hipoosmotik, dan isotonik ter
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
Makalah fiswan
1. MAKALAH FISWAN
1. 1 OSMOREGULASI PENDAHULUAN Secara sederhana hewan dapat diumpamakan
sabagai suatu larutan yang terdapat di dalam suatu kantung membran atau kantung
permukaan tubuh. Hewan harus menjaga volume tubuh dan kosentrasi larutan tubuhnya
dalam rentangan yang agak sempit. Yang menjadi masalah adalah konsentrasi yang tepat
dari cairan tubuh hewan selalu berbeda dengan yang ada dilingkungannya. Perbedaan
kesentrasi tersebut cenderung mengganggu keadaan manpat dari kondisi internal. Hanya
sedikit hewan yang membiarkan kosentrasi cairan tubuhnya berubah-ubah sesuai degan
lingkungannya dalam kedaan demikian hewan dikatakan melakukan osmokonfirmitas.
Kebanyakan hewan menjaga agar kosentrasi cairan tubuhnya tetap lebih tinggi dari
mediumnya (regulasi hiporosmotis) atau lebih rendah dari mediumnya (regulasi
hipoosmotis). Untuk itu hewan harus berusaha mengurangi gangguan dengan
menurunkan (1) permeabilitas membran atau kulitnya (2) gardien (landaian) kosentrasi
antara cairan tubuh dan lingkungannya. Keadaan kondisi internal yang mantap dapat
dipelihara hanya bila organisme mampu mengimbangi kebocoran dengan arus balik
melawan gradient kosentrasi yang memerlukan energi. Untuk memelihara air dan
kosentrasi larutan cairan tubuh konstan yang berbeda dengan lingkungannya, antara
hewan air laut, air tawar, dan hewan darat sangatlah berbeda. Kelompok hewan yang
berbeda menggunakan organ yang berbeda. Rentangan zat-zat yang diregulasi sangat
luas, melibatkan senyawa-senyawa seperti hormon, vitamin dan larutan yang signifikan
terhadap perubahan nilai osmotik. A. Lingkungan Hidup Hewan Pada dasarnya
lingkungan hidup hewan dapat di bagi menjadi lingkungan air dan lingkungan darat.
Lingkungan air masih di bedakan lagi menjadi lingkungan air laut dan ait rawar. Sedikit
hewan darat yang benar-benar telah meninggalkan lingkungan air. Misalnya serangga dan
beberapa hewan darat yang lain, meskipun di anggap paling berhasil beradaptasi dengan
kehidupan darat, namun hidupnya sedikit banyak masih berhubungan langsung dengan
air tawar. Kebanyakan hewan selain serangga, hidup di dalam air atau sangat tergantung
pada air. Komposisi cairan tubuh kebanyakan hewan, khususnya konsentrasi komponen
utama, merefleksikan komposisi air lautan permulaan, tempat nenek moyang
2. 2 hewan pertamakali muncul. Air laut mengandung sekitar 3,5% garam. Ion utama
adalah natrium, klorida, magnesium, sulfat dan kalsium yang berada dalam jumlah yang
besar. B. Pengertian Osmoregulasi Osmoregulasi adalah kemampuan organisme untuk
mempertahankan keseimbangan kadar dalam tubuh, didalam zat yang kadar garamnya
berbeda. (Kashiko.2000:389) Osmoregulasi merupakan suatu fungsi fisiologis yang
membutuhkan energi, yang dikontrol oleh penyerapan selektif ion-ion yang melewati
insang dan pada beberapa bagian tubuh lainnya dikontrol oleh pembuangan yang selektif
terhadap garam-garam (Stickney, 1979 dalam Bestian 1996). Sedangkan menurut Kinne
(1964) dalam Bestian (1996),kemampuan osmoregulasi bervariasi bergantung suhu,
musim, umur, kondisi fisiologis,jenis kelamin dan perbedaan genotip. Osmoregulasi
adalah pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang layak bagi kehidupan ikan
sehingga proses-proses fisiologis berjalan normal (Raharjo,1970) dalam Bestian,1996).
Menurut Affandi dan Usman (2002), ikan mempunyai tekanan osmotik yang berbeda
dengan lingkungannya, oleh karena itu ikan harus mencegah kelebihan air atau
2. kekurangan air, agar proses-proses fisiologis di dalam tubuhnya dapat berlangsung
dengan normal. Menurut Gilles dan Jeuniaux (1979), osmoregulasi pada organisme
akuatik dapat terjadi dalam dua cara yang berbeda, yaitu: 1. Usaha untuk menjaga
konsentrasi osmotik cairan di luar sel (ekstraseluler). Agar tetap konstan terhadap apapun
yang terjadi pada konsentrasi osmotik medium eksternalnya. 2. Usaha untuk memelihara
isoosmotik cairan dalam sel (interseluler) terhadap cairan luar sel (ekstraseluler).
Menurut Affandi dan Usman (2002), ikan bertulang sejati (telestei), ikan air tawar
maupun ikan laut pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk mempertahankan
komposisi ion-ion dan osmolaritas cairan tubuhnya pada tingkat yang secara signifikan
berbeda dari lingkungan eksternalnya. Proses ini merupakan
3. 3 suatu mekanisme dasar osmotik. Untuk menghadapi masalah osmoregulasi ikan
melakukan pengaturan tekanan osmotiknya dengan cara: 1. Mengurangi gradien osmotik
antara cairan tubuh dengan lingkungannya. 2. Mengurangi permeabilitas air dan garam.
3. Melakukan pengambilan garam secara selektif. C. Prinsip-Prinsip Osmoregulasi
Terhadap lingkungan hidupnya, ada hewan air yang membiarkan konsentrasi cairan
tubuhnya berubah-ubah yang mengikuti perubahan mediumnya (osmokonformer).
Kebanyakan Invertebrata laut tekanan osmotik cairan tubuhnya sama dengan tekanan
osmotik air laut. Cairan tubuh demikian di katakan isotonik atau isoasmotik dengan
medium tempat hidupnya. Bila terjadi perubahan konsentrasi dalam mediumnya, maka
cairan tubuhnya di sesuaikan dengan perubahan tersebut (osmokonformitas). Sebaliknya
ada hewan yang mempertahankan agar tekanan osmotik cairan tubuhnya relatif konstan
lebih rendah dari mediumnya (hipoosmotik) atau lebih tinggi dari mediumnya
(hiperosmotik). Untuk mempertahankan cairan tubuh relatif konstan, maka hewan
melakukan regulasi osmotik (osmoregulasi), hewannya di sebut regulator osmotik atau
osmoregulator. Ada dua macam regulasi osmotik yaitu regulasi hipoosmotik dan regulasi
hiperosmotik. Pada regulator hipoosmotik misalnya ikan laut, hewan ini selalu
mempertahankan konsentrasi cairan tubuhnya lebih rendah dari mediumnya (air laut).
Sedangkan pada regulator hiperosmotik, misalnya ikan air tawar, hewan ini selalu
mempertahankan konsentrasi cairan tubuhnya lebih tinggi daripada mediumnya (air
tawar). Beberapa hewan ada yang toleran terhadap rentangan luas konsentrasi garam
mediumnya, hewan demikian di sebut euryhaline. Sedangkan hewan lain hanya toleran
terhadap rentangan yang sempit konsentrasi garam mediumnya, hewan demikian disebut
stenohaline. Fenomena lain yang biasanya berhubungan sangat dekat dengan tingkat
perkembangan kapasitas osmoregulasi adalah kemampuan hewan mengontrol kadar air
dalam tubuhnya. Osmokonformitas rupanya adalah hasil kombinasi dari ketidakmampuan
hewan mengontrol volume tubuh dan ketidakmampuan
4. 4 mengontrol isi larutan tubuh. Sebaliknya osmoregulasi merupakan manifestasi
perkembangan kemampuan yang baik dari kedua proses tersebut, sehingga dapat
dikatakan bahwa hewan osmokonformer juga merupakan konformer volume, sebaliknya
osmoregulator juga merupakan regulator volume. Internal Internal Eksternal Eksternal
Menurut Affandi dan Usman (2002), organisme air dibagi menjadi dua kategori
sehubungan dengan mekanisme fisiologisnya dalam menghadapi tekanan osmotik air
media, yaitu : Osmonkonformer; adalah organisme air yang secara osmotik labil dan
mengubahubah tekanan osmotik cairan tubuhnya untuk menyesuaikan dengan tekanan
osmotik air media hidupnya. Osmoregulator, adalah organisme air yang secara osmotik
stabil (mantap), selalu berusaha mempertahankan cairan tubuhnya pada tekanan osmotik
3. yang relatif konstan, tidak perlu harus sama dengan tekanan osmotik air media hidupnya.
Ada tiga pola regulasi: 1. Regulasi hipertonik atau hiperosmotik, yaitu pengaturan secara
aktif konsentrasi cairan tubuh yang lebih tinggi dari konsentrasi media, misal: pada
potadrom (ikan air tawar) Potadrom mempertahankan konsentrasi cairan tubuhnya
dengan mengurangi minum danmemperbanyak urineOsmoregulasi beberapa golongan
ikan(Telesostei). 2. Regulasi hipotonik atau hipoosmotik, yaitu pengaturan secara aktif
konsentrasi cairan tubuh yang lebih rendah dari konsentrasi media, misal: pada
oseandrom (ikan air laut), Oseanodrom memperbanyak minum dan mengurangi volume
urine. Diadrom, melakukan aktivitas osmoregulasi seperti petadrom bila berada di air
tawar dan seperti oseanodrom bila berada di air laut. 3. Regulasi isotonik atau isoosmotik,
yaitu bila konsentrasi cairan tubuh sama dengan konsentrasi media, misalnya ikan-ikan
pada daerah estuarine (ikan
5. 5 eurihaline) contohnya Ikan eurihalin, konsentrasi cairan tubuhnya hampir sama
dengan lingkungannya, sehingga hanya sedikit melakukan osmoregulasi. Osmoregulasi
beberapa golongan ikan: Ikan Elasmobransi, melakukan osmoregulasi dengan cara
menahan urea sampai konsentrasi dalam darah meningkat kira-kira 5 % untuk
meningkatkan total tekanan osmose darah ke tingkat yang lebih tinggi dibanding air laut.
Organ osmoregulasi; beberapa organ yang berperanan dalam proses osmoregulasi ikan
adalah satu insang, ginjal dan usus. Organ-organ ini melakukan fungsi adaptasi dibawah
kontrol hormon osmoregulasi, terutama hormon-hormon yang diekresi oleh pituitari,
ginjal dan urofisis. Pola Regulasi Air dan Ion Pada Ikan Regulasi ion dan air pada ikan
terjadi hipertonik atau isotonic tergantung pada perbedaan (lebih tinggi, lebih rendah atau
sama) konsentrasi cairan tubuh dengan konsentrasi media hidupnya. Perbedaan tersebut
dapat dijadikan sebagai strategi dalam menangani komposisi cairan ekstraseluler dalam
tubuh ikan. Untuk ikan potadorm yang bersifat hiperosmotik terhadap lingkungannya
dalam proses osmoregulasi, air bergerak kedalan tubuh dan ion-ion keluar lingkungan
dengan cara difusi. Keseimbangan cairan tubuhnya dapat terjadi dengan cara meminum
sedikit air atau bahkan tidak minum sama sekali. Kelebihan air dalam tubuhnya dapat
dikurangi dengan membuangnya dalam bentuk urine. Untuk ikan-ikan oseandrom yang
bersifat hipoosmotik terhadap lingkungannya, air mengalir dari kulit ke lingkungan,
sedangkan ion-ion masuk ke dalam tubuh secara difusi. Sedangkan untuk ikan-ikan
euryholine memiliki kemampuan untuk dengan cepat menyeimbangkan tekanan osmotic
dalam tubuhnya dengan media hipoosmotik namun karena kondisi lingkungan perairan
tidak selalu tetap, maka proses osmoregulasi seprti halnya ikan potadrom dan
oseanodrom tetap terjadi (Kaneko, dkk, 2002 dalam Chan 2010). Hewan vertebrata air
yang hidup di laut memiliki permasalahan tekanan osmotic yang berbeda dari mereka
yang hidup di air tawar. Ikan air laut mengalami permasalah kehilangan air karena
tubuhnya hipotonik terhadap mediumnya, sedangkan ikan air tawar mengalami
permasalah kemasukan air dari lingkungannya karena cairan tubuhnya hipertonik
terhadap mediumnya. Pada ikan laut, air keluar
6. 6 melalui insang dan bersama urine, dan untuk kompensasinya ikan laut meminum air
dari lingkungannya. Karena ikan laut kehilangan airnya, maka kompensasinya ikan laut
meminum banyak air secara terus menerus akibatnya garam dan mineral masuk ke dalam
tubuh secara terus menerus. Na+ dan Cl+ diadsorbsi melalui usus dan dieliminasi melalui
insang dengan transport aktif. Mg2+ dan SO42- dikeluarkan melalui ginjal dan urine.
Pada ikan air tawar, yaitu ikan mujaher (Oreochromis mascambicus) transport ion
4. dilakukan oleh sel-sel klorida pada membran operkular (Fosket dan Scheffeg, 1982
dikutip oleh Nielsen 1990 dalam Yuwomo dan Purnama, 2001). Menurut Fujaya (2004),
osmoregulasi adalah upaya hewan air untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara
tubuh dengan lingkungannya. Hal ini penting, terutama oleh organisme perairan karena:
a. Harus terjadi keseimbangan antara substansi tubuh dengan lingkungan. b. Membran sel
yang permiabel merupakan tempat lewatnya beberapa substansi yang bergerak cepat. c.
Adanya perbedaan tekanan osmose antara cairan tubuh dan lingkungan. Semakin jauh
perbedaan tekanan osmose antara tubuh dengan lingkungan, maka semakin banyak energi
yang dibutuhkan untuk melakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptasi, namun tetap ada
batas toleransi. Beberapa organ yang berperan dalam osmoregulasi diantaranya: 1) Insang
Sel yang berperan dalam osmoregulasi adalah sel-sel chloride yang terletak pada dasar-
dasar lembaran insang. Studi mengenai fungsi dan biokimiawi insang teleostei
mengindikasikan bahwa insang teleostei merupakan pompa ion untuk chloride (Cl-),
sodium (Na+) dan potasium (K+). Ion Na+ dibutuhkan dalam proses pemompaan NH+
dan H+ dari dalam tubuh ikan ke lingkungannya. Penambahan NH+ ke lingkungan ikan
akan berjalan lambat bila pada waktu yang sama tingkat penambahan Na+ juga turun.
Korelasi antara amonium dan hidrogen dengan Na+, mirip korelasi yang ditemukan pada
Cl- dan HCO3-. Bilamana amonia melewati sel-sel chloride maka akan diekskresi oleh
insang setelah diubah menjadi amonium. Carbonic anhydrase juga hadir dalam
peranannya untuk menggabungkan H+ (dari HCO3-) dengan
7. 7 NH3 menjadi NH4. Perubahan ion ini menyebabkan level amonia dalam darah
ditemukan sangat rendah. Proses ini sangat penting karena amonia merupakan produk
ekskresi dari katabolisme protein yang dalam konsentrasi nyata tidak dapat ditolerir. 2)
Ginjal Fungsi utama ginjal yaitu mengekskresikan sebagian besar produk akhir
metabolisme tubuh dan mengatur konsentrasi bagian tubuh. Glomerolus berfungsi
menyaring cairan, sedangkan tubulus mengubah cairan yang disaring menjadi urin.
Dengan demikian nefron dapat membersihkan atau menjernihkan plasma darah dari zat-
zat yang tidak dikehendaki ketika ia melalui ginjal. Filtrasi dapat terjadi pada glomerolus
karena jaringan kapiler glomerolus merupakan jaringan bertekanan tinggi sedangkan
jaringan kapiler peritubulus adalah jaringan bertekanan rendah. 3) Usus Sumber utama air
pada teleostei oseanodrom adalah dengan meminum air laut yamg diperlukan untuk
mengembalikan air yang hilang sebagai akibat dari difusi insang, ginjal, dan lewat kulit.
Setelah masuk ke dalam usus, dinding usus aktif mengambil ion-ion monovalen (Na+,
K+, Cl-) dan air, sebaliknya membiarkan lebih banyak ion-ion divalen (Mg++, Ca++,
SO4-) tetap di dalam usus sebagai cairan rektal agar osmolaritas usus sama dengan darah.
Hal ini penting dilakukan untuk menghindarkan air yang telah diserap usus kembali ke
dalam rektal (Fujaya, 2004). D. Mekanisme Osmoregulasi Pada dasarnya regulator
hiperosmotik menghadapi dua masalah fisiologik (1) Air cenderung masuk ke dalam
tubuh hewan, sebab kosentarsi zat terlarut dalam tubuh hewan lebih tinggi dari pada
dalam mediumnya (2) zat terlarut cenderung keluar tubuh sebab kosentrasi didalam
tubuh. Di samping itu pembuangan air sebagai penyeimabang air masuk juga membawa
zat terlarut di dalamnya. lebih tinggi dari pada di luar tubuh (meningkatkan permeabilitas
dinding tubuh) atau mengeluarkan kelebihan air yang ada dalam tubuh (lewat urin dan
feses) sebaliknya terhadap zat terlarut, hewan harus (1) Mengurangi jumlah air yang
8. 8 masuk kedalam tubuhnya. (2) memasukkan garam-garam kedalam tubuhnya (lewat
makan dan minum) atau mempertahankan zat terlarut dalam tubuhnya. Sebaliknya pada
5. regulator hipoosmotik menghadapi masalah fisiologik (1) Air cenderung keluar tubuh,
sebab kadar air dalam tubuh tinggidari pada mediumnya, dan (2) zat terlarut cenderung
masuk ke dalam tubuh,sebab kadar zat terlarut didalam tubuh (dalam medium) lebih
tinggi dari pada dsalam cairan tubuhnya. Untuk menghadapi hal tersebut maka regulator
hipoosmotik harus (1) menghambat keluarnya air dari dalam tubuh atau mempertahankan
air yang ada dalam tubuh, sebaliknya terhadap zat terlarut, hewan harus (2) Berusaha
mencegah masuknya garam kedalam tubuh atau mengeluarkan kelebihan garan yang
masuk tubuh. E. Unit Konsentrasi Zat Terlarut Banyak cara untuk menyatakan
konsentrasi zat terlarut dalam suatu larutan encer. Tekanan osmotik adalah salah satu dari
empat sifat koligatif (sifat yang tergantung pada banyaknya zat terlarut) dari larutan. Tiga
sifat koligatif yang lain adalah penurunan titik beku, penurunan tekanan uap, dan
peningkatan titik didih. Mengukur tekanan osmotik suatu larutan secara langsung
sangatlah sulit, khususnya untuk sampel kecil yang mengandung zat-zat mudah terurai
(terdesosiasi) seperti yang biasa terdapat dalam cairan biologik. Keempat sifat koligatif
tersebut secara linier berhubungan satu dengan yang lain, sehingga memungkinkan
mendeterminasi tekanan osmotik secara tidak langsung dengan mengukur salah satu sifat.
F. Osmoregulasi Pada Invertebrata Air Laut Kebanyakan Invertebrata laut dan
endoparasit memiliki konsentrasi osmotik cairan tubuh sama dengan air laut (isosmotik).
Hewan demikian disebut osmokonformer. Dari sudut pandang osmotik, osmokonformer
tidak harus berjuang mengatasi masalah gerak osmotik air. Meskipun demikian rupanya
cairan tubuh osmokonformer tidak sama persis dengan mediumnya. Kenyataannya
banyak Invertebrata laut osmokonformer menjaga konsentrasi garam tertentu dalam
cairan tubuhnya tidak seimbang dengan lingkungannya, tentu saja keadaan ini
memerlukan regulasi yang ekstensif (lihat tabel)
9. 9 Na 478,3 Mg 54,5 Ca 10,5 K 10,1 Cl 558,4 SO4 28,8 Ubur-ubur (Aurilia) 474 53,0
10,0 10,7 580 15,8 Polychaeta (Aphrodite) 476 54,6 10,5 10,5 557 26,5 Cumi-cumi
(Loligo) 456 55,4 10,6 22,2 578 8,1 Isopoda (Ligia) 556 20,2 34,9 13,3 629 4,0 Kepiting
(Maia) 488 44,1 13,6 12,4 554 14,5 Air laut Kepiting pantai (Carcinus) 531 19,5 13,3
13,3 557 16,5 Tabel Konsentrasi ion-ion penting (dalam milimoles per kilogram air)
dalam air laut dan dalam cairan tubuh beberapa Invertebrata laut Dari tabel nampak
bahwa beberapa hewan (Ubur-ubur, Polychaeta, Cumicumi) memiliki konsentrasi ion-ion
relatif sama dengan air laut, tetapi pada yang lain berbeda banyak. Perbedaan seperti itu
dapat dijaga hanya apabila permukaan tubuh termasuk membran permukaan yang tipis
pada insang relatif impermeable terhadap ion-ion yang bersangkutan. Meskipun
permukaan tubuh benar-benar impermeabel, namun perlu diingat bahwa sejumlah ion-ion
masuk tubuh bersamasama makanan dan minuman yang dikonsumsi. Oleh karena itu
hewan harus memiliki mekanisme untuk mengeluarkan beberapa ion,sementara yang lain
dijaga lebih tinggi dari air laut. Tugas mengeluarkan zat terlarut merupakan tugas utama
organ ekskresi, seperti ginjal. Nampaknya keberadaan ion-ion tertentu dijaga lebih tinggi
atau lebih rendah dari air laut oleh hewan tertentu, diperlukan oleh hewan yang
bersangkutan untuk keperluan tertentu. Misalnya pada Aurelia, sulfat dijaga lebih rendah
dari air laut, diduga ada hubungannya dengan keperluan supaya dapat mengapung. Kelas
udangudangan menjaga magnesium dalam plasma lebih rendah dari air laut, diduga ada
hubungannya dengan gerak cepat hewan yang bersangkutan. Magnesium merupakan
anesthetik yang menghambat transmisi neuromuskular, sehingga konsentrasi magnesium
yang rendah akan mengurangi hambatan pada transmisi neuromuskular, sehingga hewan
6. dapat bergerak cepat. Namun dengan adanya bukti baru bahwa konsentrasi magnesium
pada Sepia (yang dapat bergerak cepat) sama dengan pada kerang (bergerak lambat),
maka hubungan timbal balik antara aktivitas dan konsentrasi magnesium, menjadi
meragukan.
10. 10 Bila beberapa hewan laut dipindahkan ke air laut yang diencerkan, misalnya
pengenceran antara 50%-80%, ternyata sebagian dari mereka dapat bertahan hidup, dan
sebagian lain tidak. Bila setelah beberapa waktu cairan tubuhnya diperiksa, ternyata
konsentrasi ion-ion cairan tubuhnya ada yang turun dan ada pula yang tetap seperti
semula. Dari kenyataan diatas, maka hewan laut yang pada salah satu siklus hidupnya
kadang-kadang berpindah ke pantai atau ke muara sungai dapat dibedakan menjadi : 1.
Osmokonformer sempit (osmokonformer stenohaline) 2. Osmokonformer luas
(osmokonformer euryhaline) 3. Osmoregulator sempit (osmoregulator stenohaline) 4.
Osmoregulator luas (osmoregulator euryhaline) Pada osmokonformer sempit, maka
hewan ini memiliki toleransi terbatas terhadap perubahan konsentrasi garam mediumnya,
sedangkan osmokonformer luas memiliki toleransi yang tinggi terhadap perubahan
konsentrasi garam mediumnya. Pada osmoregulator sempit, maka hewan ini memiliki
toleransi yang terbatas terhadap perubahan konsentrasi garam lingkungannya, sedangkan
osmoregulator luas memiliki toleransi yang lebih tinggi terhadap perubahan konsentrasi
garam mediumnya. Yang dimaksud dengan toleransi terbatas (sempit) adalah bahwa
hewan mampu bertahan hidup hanya pada rentangan konsentrasi garam medium yang
sempit saja, sebaliknya memiliki toleransi tinggi artinya hewan masih dapat bertahan
hidup pada rentangan konsentrasi garam lingkungan yang luas. Untuk lebih memahami
perbedaan berbagai osmokonformer dan osmoregulator tersebut, perhatikan grafik pada
gambar berikut t t t o o o (A) (B) (C)
11. 11 t t o t o (D) o (E) (F) Gambar Grafik osmokonformer dan osmoregulator. (A)
Osmokonformer ideal, (B) Osmokonformer sempit, (C) Osmokonformer luas, (D)
Osmoregulator ideal, (E) Osmoregulator sempit, (F) Osmoregulator luas Contoh
osmoregulator sedang adalah hewan yang pada salah satu dari siklus hidupnya berpindah
dari satu medium ke medium yang lain. Misalnya sejenis kepiting pantai (Carcinus) dan
sejenis udang (Artemia) yang pada dasarnya adalah hewan laut, namun mampu bertahan
pada air laut yang kepekatannya lebih rendah. Pada air laut encer cairan tubuh artemia
hpertonik terhadap medium dan bertingkah laku seperti organisme air payau, yaitu
sebagai regulator hiperosmotik. Pada konsentrasi yang lebih tinggi artemia merupakan
regulator hipoosmotik yang baik, meskipun kenyataanya cairan tubuhnya berubah,
namun perubahan tadi sedikit sekali tidak lebih dari sepersepuluh mediumnya. G.
Osmoregulasi Pada Invertebrate Air Tawar Dan Payau Hewan air payau merupakan
osmoregulator yang mirip hewan air tawar, tetapi memiliki perbedaan besar dalam
konsentrasi cairan tubuhnya. Udang- udangan air tawar, misalnya udang Patomobius,
memiliki konsentrasi osmotic cairan tubuh pada kisaran 500 mOsm per liter, tetapi
kerang air tawar Anodonta memiliki konsentrasi osmotic kurang dari sepersepuluhnya,
hanya sekitar 50 mOsm per liter, namun cairan tubuh Anadonta masih dalam keadaan
hiperosmotik terhadap air tawar, dan tidak ada hewan air tawar, termasuk ikan, ampibi,
reptile, dan mamalia adalah hiperosmotik.
12. 12 Sebagai hewan yang memiliki cairan tubuh hiperosmotik terhadap mediumnya,
maka invertebrate air tawar menghadapi dua masalah osmoregulasi: (1) tubuhnya
cenderung menggelembung karena gerakan air masuk ke dalam tubuhnya mengikuti
7. gradien kadar, dan (2) hewan menghadapi kehilangan garam tubuhnya, karena medium
disekitarnya mengandung garam lebih sedikit. Oleh karena itu invertebrate air tawar
sebagai regulator hiperosmotik harus mengatur jumlah air yang masuk dan jumlah garam
yang keluar tubuhnya. Semua hewan pada umumnya menggunakan organ ekskresinya
sebagai organ osmoregulasi utama. Secara umum, organ osmoregulasi invertebrate
menggunakan mekanisme filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi yang prinsipnya sama dengan
kerja ginjal vertebrata dalam memproduksi urin. Pada ikan dan kebanyakan invertebrate
air, insang berperan sebagai organ osmoregulasi utama, melengkapi fungsi ginjal.
Disamping itu pada hewan air selain reptile, burung, dan mamalia, menggunakan kulitnya
yang relative permiabel sebagai organ bantu osmoregulasi selain organ utamanya.
Osmoregulasi pada ikan air tawar Ikan air tawar cenderung untuk menyerap air dari
lingkungannya dengan cara osmosis. Insang ikan air tawar secara aktif memasukkan
garam dari lingkungan ke dalam tubuh.. Ginjal akan memompa keluar kelebihan air
sebagai air seni. Ginjal mempunyai glomeruli dalam jumlah banyak dengan diameter
besar. Ini dimaksudkan untuk lebih dapat menahan garam-garam tubuh agar tidak keluar
dan sekaligus memompa air seni sebanyak-banyaknya. Ketika cairan dari badan malpighi
memasuki tubuli ginjal, glukosa akan diserap kembali pada tubuli proximallis dan garam-
garam diserap kembali pada tubuli distal. Dinding tubuli ginjal bersifat impermiable
(kedap air, tidak dapat ditembus) terhadap air. Urine yang dihasilkan mengandung
konsentrasi air yang tinggi.
13. 13 Masalah yang dihadapi hewan air tawar adalah Tekanan Osmotik cairan tubuh
hewan air tawar lebih tinggi dari lingkungannya (hiperosmotik/hipertoniskarena terancam
oleh Kehilangan garam dan Pemasukan air yang berlebihan.Mekanisme Antisipasi
Kelebihan atau Kekurangan Ion yaitu dengan transfor aktif dan difusi. Hewan Akuatik
tidak selamanya menetap di habitat yang tetap (air laut atau air tawar) saat tertentu masuk
ke daerah payau.contohnya belut , lampeer, dan ikan salmon.hewan hewan ini memiliki
kemampuan adaptasi yang baik terhadap perubahan kadar garam (kadar garam di daerah
payau selalu berubah), selain itu larva nyamuk Aedes campestris Tumbuh baik di air
tawar maupun di air bergaram yang lebih pekat dari cairan hemolimfenya Hidup di danau
yang mengandung garam alkalis, dengan kandungan utama natrium karbonat dengan pH
lebih dari 10Toleran terhadap kadar garam tiga kali lebih tinggi dari kadar garam air laut.
H. Osmoregulasi Pada Invertebrate Darat Osmoregulasi pada serangga Salah satu
masalah utama yang dihadapi oleh hewan darat termasuk invertebrate darat adalah
kehilangan air dari dalam tubuhnya. Untuk mengatasi masalah ini, hewan meningkatkan
impermeabilitas kulitnya. Kulit kebanyakan hewan darat relative impermeable terhadap
air, dan sedikit sekali air hilang melalui kulit. Serangga misalnya, memiliki kutikula yang
berlilin, yang sangat impermeable terhadap air, sehingga serangga sedikit sekali
kehilangan air melalui kulitnya. Lilin disimpan pada permukaan eksoskeleton melalui
saluran kecil menembus kutikulanya. Kehilangan air pada serangga terutama melalui
penguapan, sebab serangga memiliki luas permukaan tubuh 50 kali lebih besar daripada
volume tubuhnya (mamalia hanya ½ volume tubuhnya). Jalan penting kehilangan uap air
pada serangga menutup spirakelnya antara dua gerakan pernafasannya. Spesies yang
tidak menutup spirakelnya akan kehilangan air lebih cepat. Pada beberapa kumbang
gurun, kehilangan air lewat pernafasan jauh lebih sedikit daripada kehilangan lewat
kulitnya. Invertebrate menunjukan keragaman evolusi lebih besar daripada vertebrata dan
telah mengembangkan berbagai organ osmoregulatori yang tidak sama dengan
8. 14. 14 ginjal vertebtrata. Namun secara umum, organ-organ osmoregulatori invertebrate
menggunakan mekanisme filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi, yang secara prinsip mirip
dengan mekanisme ginjal membentuk urin. Serangga dan mungkin beberapa labalaba
adalah invertebrate darat yang membentuk urin pekat. Terdapat beberapa bukti, meskipun
masih controversial, bahwa padabeberapa serangga, urindan fesesnya didehidrasi melalui
transport aktif air menembus epithelium saluran pencernaan bagian belakang. Pada
Periplaneta yang mengalami dehidarsi cairan rectal, maka osmokonsentrasi urinnya
menjadi 2 kali osmokonsentrasi hemolimfanya. Pada serangga, saluran Malpighi
bersama-sama dengan saluran pencernaan bagian belakang membentuk system
ekskretori-osmoregulatori utama. Secara garis besar, system ini terdiri atas saluran
Malpighi tipis, panjang, yang bermuara kedalam saluran pencernaan pada tempat antar
ausus depan dan usus belakang, dan ujungyang lain berada dalam hemocoel (rongga
tubuh yang berisi darah). Sekresi yang dibentuk dalam tubulus masuk kedalam usus
belakang, kemudian didehidrasi dan masuk kedalam rectum dan disekresikan melalui
anus sebagai urin pekat. Karena serangga memiliki system sirkulasi terbuka, maka
saluran Malpighi tidak mendapat darah langsung dari arteri seperti pada ginjal vertebrata.
Saluran Malpighi dikelilingi oleh darah, yang tekanannya tidak lebih tinggi dari pada
tekanan cairan dlam saluran. Selama tidak ada perbedaan tekanan yang berarti sebelah
menyebelah membrane saluran Malpighi, filtrasi tidak dapt berperan dalam pembentukan
urin pada serangga. Oleh karena itu urin harus bibentuk keseluruhannya melalui
sekresi,yang mungkin diikuti reabsorpsi beberapa isi cairan yang disekresikan.
Osmokonsentrasi cairan tubuh serangga darat cenderung lebih tinggi daripada serangga
air. Penurunan titk beku (Λi) cairan tubuh serangga darat misalnya pada scorpion (-1,125̊
C), pada laba-laba (-0,894 C), lebih tinggi daripada serangga air, misalnya larva nyamuk
(-0,65 C). Osmoregulasi pada cacing tanah, keong, dan siput. Cacing tanah adalah
Anelida yang telah beradaptasi hidup di tanah yang basah, di mana stress osmotic terletak
antara air tawar dan udara. Cacing tanah merupakan hewan malam, menghindari tanah
basah kering, dan akan menggali tanah lebih
15. 15 dalam apabila permukaan tanah mulai kering. Bila cacing tanah dimasukkan ke air
keran selama 5 jam, maka cacing tanah akan mengabsorpsi air equivalen dengan 15%
berat tubuh permukaannya. Bila cacing yang telah beradapatasi dengan air dipindahkan
ke tanah atau udara kering, cacing dapat mentoleransi kehilangan 5080% air tubuh.
Cacing tanah misalnya Lumbricus terrestris, merupakan regulator hiperosmotik yang
efektif. Hewan ini secara aktif mengabsorpsi ion-ion, dapat memproduksi urin encer yang
secara esensial hiposmotik terhadap darahnya atau hiposmotik mendekati isosmotik.
Diduga bahwa konsentrasi urin disesuaikan menurut kebutuhan keseimbangan air. Dalam
keadaan normal penurunan titik beku caiaran tubuhnya berkisar antara 0,3̊ -0,5̊ C.
Moluska darat, misalnya keong dan siput, permukaan tubuhnya yang berdaging sangat
permeable. Bila dikeluarkan dari cangkangnya, misalnya pada keong Helix aspera, akan
kehilangan air hamper secepat penguapan pada permukaan air seluas permukaan
tubuhnya. Semua keong dan siput bernapas terutama dengan paru-paru yang terbentuk
dari mantel tubuhnya, dan terbuka keluar melalui lubang kecil. Bentuk demikian
memungkinkan kehilangan air melalui pernafasan. Pada beberapa spesies yang telah
dipelajari, toleransi terhadap kehilangan air adalah tinggi, dan tekanan osmotic internal
bervariasi secara luas tergantung pada kandungan air habitatnya. Banyak siput dan keong
harus pergi ke microhabitat yang lembab, dan merupakan hewan malam. Bila kondisi
9. makin kering, moloska darat bersembunyi di balik dedaunan ataun pelindung yang lain
pada keong yang memiliki penutup cangkang, akan menutup cangkangnya dengan
operculum, sehingga tubuhnya terlindung dari kehilangan air. Banyak keong darat secara
rutin mengeluarkan suatu zat yang mengandung sisa nitrogen sebagai asam urat yang
sulit larut, dan terdapat bukti bahwa zat ini meningkat pada beberapa spesies selama
kesulitan air. Selama estivasi, asam urat disimpan dalam ginjal dalam beberapa bentuk,
jadi mengurangi kehilangan air untuk ekskresi nitrogen. Banyak spesies menyimpan air
dalam rongga mantelnya, dan rupanya digunakan pada lingkaran yang kering.
16. 16 Pada invertebrata darat umumnya merupakan golongan Artropoda, Insekta, dan
laba-laba, sedangkan yang paling banyak ialah Insekta.pada insect alat pengatur
pelepasan airnya adalah lapisan kutikula spirakel, namun masih saja kehilangan air ,
sehingga untuk membatasi pelepasan air dilakukan dengan Respirasi diskontinyu. dengan
cara pengambilan oksigen (O2) dilakukan dengan laju yang kontinyu dan pelepasan
karbondioksida (CO 2)dilakukan secara periodic. I. Osmoregulasi Pada Vertebrata Air
Osmoregulasi ikan laut Hewan vertebrata air yang hidup di laut memiliki permasalahan
tekanan osmotic yang berbeda dari mereka yang hidup di air tawar. Ikan air laut
mengalami permasalah kehilangan air karena tubuhnya hipotonik terhadap mediumnya,
sedangkan ikan air tawar mengalami permasalah kemasukan air dari lingkungannya
karena cairan tubuhnya hipertonik terhadap mediumnya. Pada ikan laut, air keluar
melalui insang dan bersama urine, dan untuk kompensasinya ikan laut meminum air dari
lingkungannya. Karena ikan laut kehilangan airnya, maka kompensasinya ikan laut
meminum banyak air secara terus menerus akibatnya garam dan mineral masuk ke dalam
tubuh secara terus menerus. Na+ dan Cl+ diadsorbsi melalui usus dan dieliminasi melalui
insang dengan transport aktif. Mg2+ dan SO42- dikeluarkan melalui ginjal dan urine.
Pada ikan air tawar, yaitu ikan mujaher (Oreochromis mascambicus) transport ion
dilakukan oleh sel-sel klorida pada membran operkular (Fosket dan Scheffeg, 1982
dikutip oleh Nielsen 1990 dalam Yuwomo dan Purnama, 2001). Menurut Fujaya (2004),
osmoregulasi adalah upaya hewan air untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara
tubuh dengan lingkungannya. Hal ini penting, terutama oleh organisme perairan karena:
a. Harus terjadi keseimbangan antara substansi tubuh dengan lingkungan. b. Membran sel
yang permiabel merupakan tempat lewatnya beberapa substansi yang bergerak cepat. c.
Adanya perbedaan tekanan osmose antara cairan tubuh dan lingkungan.
17. 17 Semakin jauh perbedaan tekanan osmose antara tubuh dengan lingkungan, maka
semakin banyak energi yang dibutuhkan untuk melakukan osmoregulasi sebagai upaya
adaptasi, namun tetap ada batas toleransi. Osmoregulasi ikan air tawar Kondisi osmotic
ikan air tawar mirip invertebrate air. Kulitnya relative impermeable, sedikit air masuk
lewat minum dan makanan, tetapi sejumlah air masuk secara osmotic melalui insang dan
membrane mulut. Kelebihan air masuk akan diimbangi oleh ekskresi lewat ginjal, sebab
ginjal memiliki glomeruli yang telah berkembang dengan baik untuk filtrasi. Begitu
filtrate melalui tubulus, sebagian besar zat terlarut direabsopsi, sehingga menghasilkan
urin encer, nemun tidak seencer air tawar, sehingga garam yang hilang selain melalui urin
juga melalui difusi dan feses. Garam yang hilang sebagian diganti lewat makanan,
sebgian lewat absorpsi aktif dari medium oleh selsel khusus pada insang. Klorida
direabsorpsi melawan gradien dari medium yang sangat encer. Masalah yang dihadapi
hewan air tawar adalah tekanan osmotik cairan tubuh hewan air tawar lebih tinggi dari
lingkungannya (hiperosmotik/hipertoniskarena terancam oleh kehilangan garam dan
10. pemasukan air yang berlebihan. Mekanisme Antisipasi Kelebihan atau Kekurangan Ion
yaitu dengan transfor aktif dan difusi. Osmoregulasi ikan berpindah medium Kebanyakan
ikan bertulang sejati memiliki kemampuan terbatas berpindah dari air tawar ke air laut
dan sebaliknya, sebab mereka adalah stenohalin. Namun, ada beberapa ikan yang mampu
berpindah hidup antara air tawar dan air laut dalam siklus hidupnya, misalnya Lamprey
dan ikan salem. Perpindahan antara air tawar dan air laut membawa konsekuensi
perubahan mekanisme osmoregulasinya. Lamprey bertelur dan menetas di air tawar, dan
dewasa hidup di air laut. Bila lamprey masuk ke air tawar dia berhenti minum, tetapi bila
kembali ke air payau mereka minum dan ekskresi ekstrarenal Na dan Cl diaktifkan.
Dalam air tawar mereka dapat mengabsorpsi Cl secara aktif. Bila belut berpindah dari air
tawar ke air laut atau sebaliknya selain mengubah aliran osmotic air, untuk mencapai
keadaan setimbang dan mengganti zat terlarut yang bertambah atau hilang, belut
mengubah arah transport ion secara aktif dalam
18. 18 insang. Terjadinya perubahan arah tersebut masih belum diketahui, tetapi
diasumsikan melibatkan mekanisme endokrin. J. Osmoregulasi pada Amphibi Sebagian
besar Amphibi adalah hewan air atau semi akuatik. Telurnya diletakkan dalam air, dan
larvanya adalah hewan air yang bernafas dengan insang.melalui metamorphosis,
kebanyakan Amphibi (tidak semua) mengubah alat pernafasannya dengan paru-paru.
Beberapa salamander tetap memiliki insang dan tetap hidup dalam air setelah dewasa.
Dan kebanyakan katak dilain pihak berubah menjadi hewan darat, meskipun biasanya
masih tetap memilih habitat berair. Regulasi osmotic Amphibi mirip ikan air tawar,
kulitnya berperan sebagai organ osmoregulasi utama. Pada saat hewan berada dalam air
tawar,terdapat aliran osmotic air ke dalam tubuhnya, yang akan dikeluarkan sebagai urin
yang sangat encer. Barsama urin ikut terbuang garam-garam. Di samping itu garam
hilang melalui kulitnya.Kehilangan garam ini diganti dengan jalan pengambilan secara
aktif dari dalam air tawar melalui kulitnya. Katak dan salamander umumnya adalah
hewan air tawar, akan mati dalam beberapa jam bila ditaruh dalam air laut, jadi katak dan
salamander adalah regulator hiperosmotik sempit.Namun ada sejenis katak pemakan
kepiting, hidup didaerah rawa mangrove, mencari makan dan berenang dalam air
laut.Pada saat katak berada dalam air laut ia menjadi hewan hiosmotik. Untuk mencegah
kehilangan air osmotic melalui kulitnya, katak menambah umlah urea dalam darahnya,
yang dapat mencapai 480 mmol urea perliter. Mekanisme ini beralasan, sebab kulit
amphibi relative permeable terhadap air, sehinggan secara sedarhana untuk mencegah
kehilangan air dibuat konsentrasi osmotic darah seperti mediumnya. Karena urea
essensial bagi katak untuk hidup normal, maka urea ditahan dalam tubuh dan tidak
diekskresikan bersama urin. Pada hiu, urea ditahan melalui reabsorbsi aktif dalam tubuli
ginjal. Pada katak pemakan kepiting, urea ditahan dengan mereduksi volume urin pada
saat katak berada dalam air laut. Nampaknya urea tidak direabsorbsi secara aktif, sebab
konsentrasi urea dalam urin tetap dalam keadaan sedikit di atas urea dalam plasma.
19. 19 Katak pemakan kepiting, yang muda memiliki toleransi lebih besar terhadap
salinitas tinggi dari pada yang dewasa. Pada katak muda, pola regulasi osmotiknya mirip
dengan teleostei sedangkan yang dewasa mirip Elasmobrankhii. K. Osmoregulasi pada
Reptil Ada 4 ordo utama bangsa reptile yaitu: ular, kadal, kura-kura, dan buaya. Di antara
4 ordo tersebut, buaya sangat tergantung pada air, sedangkan ketiga ordo yang lain
(ular,kadal, dan kura-kura), telah beradaptasi dengan baik terhadap habitat kering. Dan
sedikit sekali yang akuatik atau semi akuatik. Semua reptile akuatik bernafas dengan
11. paru-paru, salah satu cirri hewan darat. Kulit reptile kering, berzat tanduk dan
impermeable terhadap air. Air hilang terutama melalui penguapan lewat kulit. Kehilangan
air karena penguapan pada seluruh reptile ternyata lebih besar daripada leat
pernafasannya. Misalnya pada ular air, kehilangan air lewat kulit sebesar 88% dan lewat
pernafasan 12%, pada kura-kura gurun kehilangan panas lewat kulit 76% dan lewat
pernafasan sebesar 24%. Reptil mengekskresikan asam urat (sebagai hasil akhir
metabolism protein) lewat urin. Karena asam urat tidak larut dalam air, maka untuk
mengekskresikannya diperlukan sedikit air. Jadi reptile dapat kehi;langan air lewat
penguapan, pernafasan dan urin. Ada jenis ular kura-kura,kadal dan buaya yang hidup di
laut. Beberapa ular laut, sudah tidak tergantung samasekali pada daratan, bahkan
termasuk berkembangbiak tidak meninggalkan lautan. Kura-kura laut menghabiskan
sebagian besar hidupnya di lautan bebas, tetapi mereka kembali ke pantai berpasir
didaerah tropis untuk bertelur. Kura-kura jantan tidak pernah ke darat. Kadal laut lebih
terikat ke darat misalnya pada iguana laut Galapagos, Amblyrhynchus cristatus, sebagian
besar waktunya digunakan untuk hidup di batu-batu karang, dan turun ke laut hanya
untuk mencari makan berupa ganggan laut. Pada beberapa reptile laut, ekskresi garam
dilakukan oleh kelenjar garam di kepalanya, di samping ginjalnya. Kelenjar garam
menghabiskan cairan dengan konsentrasi tinggi, terutama natrium dan klorida yang
konsentrasinya lebih tinggi dari pada air laut.Kelenjar garam tidak berfungsi terus
menerus pada ginjal, hanya berfungsi apabila kadar garam pada darah sangat tingi
sehingga ginjal tidak mampu
20. 20 berfungsi. Dalam hal pengunaan air, kelenjar garam lebih ekonomis dari pada
ginjalnya. Pada kadal laut, kelenjar garamnya (kelenjar nasal) mengeskresikan hasilnya
kebagian anterior rongga hidungnya, dan ekshalasi yang tiba-tiba, menyemprotkan cairan
keluar seperti spray melalui lubang hidungnya. Pada reptile laut yang memiliki cairan
tubuh isosmotik dengan air laut, misalnya iguana Galapagos pemakan rumput laut, tidak
memiliki kelenjar garam. Kura-kura laut pemakan tumbuhan atau kernifora, memiliki
kelenjar garam yang besar pada sekitar kedua matanya (kelenjar orbital). Kelenjar ini
bermuara pada sudut posterior matanya, dan pada sat mengeluarkan ekskresinya kura-
kura Nampak seperti “menangis“. Kelenjar air mata manusia manusia mirip dengan
kelenjar garam pada Reptil meskipun tidak secara khusus berperan dalam
mengeskresikan garam (ingat bahwa rasa airmata kita asin). Air mata manusia isosmotik
dengan plasma darah. L. Osmoregulasi pada Burung dan Mamalia Kebanyakan burung
dan mamalia sangat terikat dengan air tawar, meskipun sebagai ada yang hidup di gurun-
gurun dan harus tergantung kepada air metabolik; sedang yang lain hidup dan mencari
makan di laut. Metabolisme burung tinggi, dan kehilangan air lewat pernafasan juga
relatif tinggi. Urin kloaka mungkin berbentuk pasta encer dari kristal- kristal asam urat,
reabsorbsi air mungkin terjadi pada tubuli ginjal, pada kloaka, dan juga dalam usus besar.
Kehilangan air transpirasional pada burung relatif rendah. Permeabilitas kulit berbeda
antara spesies yang satu dengan yang lain, demikian juga kehilangan air transpirasional
lewat kulit sangat berbeda. Persentase kehilangan air tubuh setiap hari pada burung kecil
pemakan biji lebih tinggi daripada burung besar. Pada manusia dan tikus pada suhu
sekitar 250C dalam udara kering, sekitar separuh jumlah air yang hilang adalah lewat
kulitnya. Tikus gurun (Dipodomys) dilain pihak, kehilangan air tubuh lewat kulit hanya
sekitar 5%, dan banyak hewan pengerat lain yang hidup didaerah kering juga
12. menunjukkan kehilangan air yang rendah lewat kulitnya. Pada burung unta kehilangan air
lewat penguapan kulit kurang dari 2% dari total kehilangan air tubuh.
21. 21 Kehilangan air lewat pernafasan dalam keadaan normal, tergantung pada
kecepatan penggunaan oksigen dan jumlah air yang hilang per unit oksigen yang
dikonsumsi. Tidak seperti ginjal vertebrata tingkat rendah, ginjal ayam dapat
memproduksi urin hiperosmotik terhadap darahnya, Bila ayam banyak minum, kecepatan
filtrasi glomerular dan aliran urin meningkat melebihi pada saat dehidrasi. Perbandingan
osmotik urin dan plasma = 0,37 pada saat kelebiha pada saat kelebihan air, pada saat
kelebihan garam = 1,1; dan pada saat dehidrasi 1,6 sampai 2,0. Perbedaan peningkatan
osmolaritas pada ginjal ayam dan kalkun yang mengalami dehidrasi: 447 mOsm pada
kortek sampai 463 mOsm dalam medula dan 522 mOsm dalam urin. Infus larutan garam
melalui kloaka ke dalam usus besar, menunjukkan beberapa absorpsi natrium dan air,
natrium diabsorpsi bebas pada konsentrasi di atas 80 mEq, dan absorpsi air mengikuti
gradien. Dalam keadaan dehidrasi, 50% natrium dan 15% air dalam urin uretra mungkin
diabsorpsi dalam kloaka dan usus besar. Dalam keadaan hidrasi, absorbsi air kloaka,
kecil. Burung laut: camar dan pelikan serta burung dan bebek, memiliki kelenjar nasal
yang melayani ekskresi garam eksternal. Camar mengekskresikan banyak Na + dan K+
secara eksternal, bahkan dalam keadaan tanpa stress osmotik. Pada bebek, dan sekresi Na
kelenjar nasal mungkin tujuh kali lebih pekat daripada urin, dan sekresi K nasal mungkin
3.0 kali konsentrasi urin. Sekresi distimulasi oleh kelebihan garam atau hiperosmotik
sukrosa, keduanya menyebabkan peningkatan volume dengan penarikan air jaringan.
Sekresi juga dipicu oleh zat kolinergik seperti metakolin. Beberapa burung gurun, seperti
burung unta (Ostrich) dan beberapa ayam hutan, cairan sekresi kelenjar nasal lebih kaya
kalium daripada natrium. Pengaturan keseimbangan air pada Mammalia
memungkinkannya untuk hidup pada udara lembab atau kering, dalam air tawar atau laut,
dan meliputi rentangan luas suhu lingkungan. Mammalia mengatasi stress osmotik dan
pemeliharaan keseimbangan air dehidrasi dengan variasi pengambilan air dan dengan
mengontrol jalan kehilangan air. Mamalia memiliki kapasitas lebih daripada burung
dalam memproduksi urin yang hiperosmotik terhadap darah, tidak perlu bantuan kelenjar
eksternal kecuali kelenjar keringat.
22. 22 Pada manusia dengan berat badan 70 kg misalnya, kehilangan air per hari adalah
600-2000 ml melalui urin, 50- 200 ml melalui feses, 350- 700 ml melalui penguapan
kulit, 50- 400 ml melalui keringat, dan 350- 400 ml melalui paru- paru. Pada ibu yang
menyusui, keadaan di atas masih ditambah dengan kehilangan 900 ml lebih banyak. Jadi
kehilangan air per hari secara normal berkisar antara 1 sampai lebih 9 liter (di daerah
tropis lebih dari 12 liter/hari), tergantung pada suhu, aktivitas fisik, tersedianya air tubuh,
dan faktor- faktor laim. Kehilangan air ini diganti dengan air minum, air dalam makanan,
dan air metabolik. Kebanyakan Mamalia memiliki konsentrasi plasma sekitar 0,30 Osm
(eqivalen dengan 0,95% NaCl atau Δi= -0,80 C). Pada laki- laki, konsentrasi urin
biasanya sekitar 0,65 Osm, dan konsentrasi urin maksimum pada laki- laki haus = 1,4
Osm (Δu= -2,6 C). Faktor penting untuk mengurangi penguapan dan air masuk tubuh
adalah bahwa permeabilitas kulit mamalia adalah sangat rendah. Beberapa Mamalia
menguapkan air melalui kelenjar keringat atau dengan terengah-engah; air yang hilang ini
mungkin mencapai titik kritis. Kehilangan air lewat penguapan pada kulit manusia
berkurang tidak sejajar dengan tekanan uap air di udara di atas kulit. Mamalia kecil,
seperti kelinci memiliki pendinginan evaporatif rendah atau bahkan tidak ada. Pada
13. manusia kehilangan 10% air tubuhnya dapat menyebabkan keadaan buruk; pada tikus,
unta, dan domba, kehilangnan 30% air tubuhnya dapat menyebabkan kematian. Manusia
yang masuk air, kulitnya mungkin menyerap sejumlah air, terutama secara imbibisi oleh
stratum korneum. Kehilangan air lewat feses pada mamalia berbeda- beda. Seekor unta
dalam keadaan tidak minum berlebihan, fesesnya mengandung 76 gr air per 100 gr berat
kering, dalam keadaan kelebihan air, fesesnya mengandung 109 gr air/100 gr berat
kering. Perbandingan kandungan air dalam 100 gr berat kering feses pada beberapa
mamalia adalah sebagai berikut: tikus putih = 225 gr, sapi lebih dari 566 gr, Seekor unta
dengan berat 400-500 kg tanpa kelebihan minum mungkin mengeluarkan urin 1,5
liter/hari, hewan pemakan rumput= 0,5-8 liter/hari. Bila tidak minum air dan hanya
makan rumput kering, seekor unta dalam 8 hari akan kehilangan sekitar 17% berat
tubuhnya atau sekitar 30% air tubuhnya; ini mewakili kehilangan 38% air interstitial dan
245 air intraseluler. Unta menggunakan air rumen untuk
23. 23 pendinginan. Keledai mungkin kehilangan 1300 gr air melalui feses, dan 1-1,2
liter air lewat urin, ini sama dengan 2,5% berat tubuhnya/hari. Setelah dehidrasi,
penyembuhan dengan minum mengikuti beberapa pola yang berbeda pada mamalia yang
berbeda: Unta mengganti defidit dalam 10 menit dan minum sebanyak 25% berat
tubuhnys dalam 1 kali minum; manusia biasanya lambat untuk mengganti air dengan
minum. Beberapa Redensia dan Marsupialia (seperti domba dan unta) dimusim dingin
tidak memerlukan minum air, cukup dari air metabolik saja. Rodensia yang tetap tinggal
dalam liang pada siang hari akan mengurangi kehilangan air sebesar 25%. Pada tikus
gurun (Dipodomys) pada udara kering, kehilangan air lewat pernafasan = 0,054 mgr
air/ml O2 yang dikonsumsi, bila dibandingkan dengan manusia = 0,84 mgr dan tikus =
0,94 mgr. Mamalia laut seperti singa laut, anjing laut, lumba- lumba dan ikan paus, tidak
memiliki organ ekstenal seperti kelenjar garam pada burung laut dan Reptil, atau insang
pada ikan. Seperti mamalia yang lain, mamalia laut memiliki ginjal dengan kemampuan
efisien dalam memproduksi urin yang sangat hipertonik. Untuk membantu kerja ginjal,
mamalia laut tidak minum air laut, tetapi hanya menelan air bersama makanan yang
dimakan. Sumber air yang lain seperti mamalia gurun adalah air metaboliknya. Manusia,
seperti mamalia yang alian tidak dilengkapi dengan organ untuk mengekresikan air laut.
Ginjal manusia mampu memindah sampai sekitar 6 gr Na + dari aliran darah/liter urin
yang diproduksi. Air laut mengandung sekitar 12 gr/liter Na+ . Jadi minum air laut dapat
menyebabkan menusia mengakumulasi garam tanpa penambahan air yang equivalen
secara fisiologis. Dengan kata lain, untuk mengekskresikan garam yang ditelan bersama
sejumlah air laut, ginjal manusia memerlukan jumlah air lebih banyak daripada yang
terkandung dalam air laut yang diminum; jadi minum air laut akan diikuti dehidrasi
secara cepat.
24. 24 KESIMPULAN 1. Osmoregulasi adalah kemampuan organisme untuk
mempertahankan keseimbangan kadar dalam tubuh, didalam zat yang kadar garamnya
berbeda. 2. Osmoregulasi pada organisme akuatik dapat terjadi dalam dua cara yang
berbeda, yaitu: a. Usaha untuk menjaga konsentrasi osmotik cairan di luar sel
(ekstraseluler). Agar tetap konstan terhadap apapun yang terjadi pada konsentrasi
osmotik medium eksternalnya. b. Usaha untuk memelihara isoosmotik cairan dalam sel
(interseluler) terhadap cairan luar sel (ekstraseluler). 3. Ada dua macam regulasi osmotik
yaitu regulasi hipoosmotik dan regulasi hiperosmotik. Pada regulator hipoosmotik
misalnya ikan laut, hewan ini selalu mempertahankan konsentrasi cairan tubuhnya lebih
14. rendah dari mediumnya (air laut). Sedangkan pada regulator hiperosmotik, misalnya ikan
air tawar, hewan ini selalu mempertahankan konsentrasi cairan tubuhnya lebih tinggi
daripada mediumnya (air tawar). 4. Regulasi ion dan air pada ikan terjadi hipertonik atau
isotonic tergantung pada perbedaan (lebih tinggi, lebih rendah atau sama) konsentrasi
cairan tubuh dengan konsentrasi media hidupnya. 5. Osmoregulasi penting, terutama oleh
organisme perairan karena: a. Harus terjadi keseimbangan antara substansi tubuh dengan
lingkungan. b. Membran sel yang permiabel merupakan tempat lewatnya beberapa
substansi yang bergerak cepat. c. Adanya perbedaan tekanan osmose antara cairan tubuh
dan lingkungan. 6. Beberapa organ yang berperan dalam osmoregulasi diantaranya
insang, ginjal dan usus. 7. Pada dasarnya regulator hiperosmotik menghadapi dua
masalah fisiologik (1) Air cenderung masuk ke dalam tubuh hewan, sebab kosentrasi zat
terlarut dalam tubuh hewan lebih tinggi dari pada dalam mediumnya (2) zat terlarut
cenderung keluar tubuh sebab kosentrasi di dalam tubuh. Sebaliknya pada regulator
hipoosmotik
25. 25 menghadapi masalah fisiologik (1) Air cenderung keluar tubuh, sebab kadar air
dalam tubuh tinggidari pada mediumnya, dan (2) zat terlarut cenderung masuk ke dalam
tubuh,sebab kadar zat terlarut didalam tubuh (dalam medium) lebih tinggi dari pada
dsalam cairan tubuhnya. 8. Tekanan osmotik adalah salah satu dari empat sifat koligatif
(sifat yang tergantung pada banyaknya zat terlarut) dari larutan. 9. Keempat sifat koligatif
tersebut secara linier berhubungan satu dengan yang lain, sehingga memungkinkan
mendeterminasi tekanan osmotik secara tidak langsung dengan mengukur salah satu sifat.
10. Kebanyakan Invertebrata laut dan endoparasit memiliki konsentrasi osmotik cairan
tubuh sama dengan air laut (isosmotik). Hewan demikian disebut osmokonformer yang
dalam proses osmoregulasinya tidak harus berjuang mengatasi masalah gerak osmotik air
karena osmokonformer memiliki toleransi yang tinggi terhadap konsentrasi garam. 11.
Hewan air payau merupakan osmoregulator yang mirip hewan air tawar, tetapi memiliki
perbedaan besar dalam konsentrasi cairan tubuhnya. 12. Secara umum, organ
osmoregulasi invertebrate menggunakan mekanisme filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi yang
prinsipnya sama dengan kerja ginjal vertebrata dalam memproduksi urin. 13. Kehilangan
air pada serangga terutama melalui penguapan, sebab serangga memiliki luas permukaan
tubuh 50 kali lebih besar daripada volume tubuhnya (mamalia hanya ½ volume
tubuhnya). 14. Cacing tanah merupakan hewan malam, menghindari tanah basah kering,
dan akan menggali tanah lebih dalam apabila permukaan tanah mulai kering. Cacing
tanah misalnya Lumbricus terrestris, merupakan regulator hiperosmotik yang efektif.
Hewan ini secara aktif mengabsorpsi ion-ion, dapat memproduksi urin encer yang secara
esensial hiposmotik terhadap darahnya atau hiposmotik mendekati isosmotik. 15. Kondisi
osmotic ikan air tawar mirip invertebrate air. Kulitnya relative impermeable, sedikit air
masuk lewat minum dan makanan, tetapi sejumlah air masuk secara osmotic melalui
insang dan membrane mulut. Kelebihan air masuk akan diimbangi oleh ekskresi lewat
ginjal, sebab ginjal memiliki glomeruli yang telah berkembang dengan baik untuk filtrasi.
26. 26 16. Beberapa ikan yang mampu berpindah hidup antara air tawar dan air laut
dalam siklus hidupnya, misalnya Lamprey dan ikan salem. Perpindahan antara air tawar
dan air laut membawa konsekuensi perubahan mekanisme osmoregulasinya. 17. Regulasi
osmotic Amphibi mirip ikan air tawar, kulitnya berperan sebagai organ osmoregulasi
utama. 18. Kehilangan air karena penguapan pada seluruh reptile ternyata lebih besar
daripada leat pernafasannya. 19. Kehilangan air transpirasional pada burung relatif
15. rendah. 20. Pengaturan keseimbangan air pada Mammalia memungkinkannya untuk
hidup pada udara lembab atau kering, dalam air tawar atau laut, dan meliputi rentangan
luas suhu lingkungan. Mammalia mengatasi stress osmotik dan pemeliharaan
keseimbangan air dehidrasi dengan variasi pengambilan air dan dengan mengontrol jalan
kehilangan air.
27. 27 DAFTAR PUSTAKA Dukes, H. 1955. The Physiology of Domestic Animal.
Comstock Pub. Associated. New York. Evans, D.H. 1998. The Physiology of Fishes
Second Edition. CRC Press. New York. Gordon, M S. 1977. Animal Physiology.
McMillan Publishing co. ltd., New York. Harris, C.L. 1992. Concept of Zoology. Harper
Collins Publishing Inc, USA. Hurkat, P.C. & Mathur. 1976. A Text Book of Animal
Physiology. Shcand and Co. Ltd, New York. Johnson, K.D, D.C Rayle and H.L. Alberg.
1984. Biology on Introduction. S. Chand and Co, New Delhi. Kalujnaia, S., et. al. 2007.
Salinity Adaptation And Gen Profiling Analysis In The European Eel (Anguilla anguilla)
Using microarray Technology. General and Comparative Endocrinology (Vol. 152): Page
274-280. Nawangsari. 1988. Zoologi Umum. Erlangga, Jakarta. Odum, C. D. 1971.
Fundamental of Ecology. WB Saunders Company, London. Passino, D. R. M; R. R.
Miller; J. C. Bardach & K. F. Lener. 1977. Ichtiology. John Willey and Sons Inc, New
York. Sambasivia. 1987. Ictyology. John Wiley and Sons. New York. Schmidt-Nielsen,
K. 1990. Animal Phisiology Adaptation and Environment. Cambridge University Press,
London. Soetarto. 1986. Biologi. Widya Duta. Surakarta. Villee, C.A., W.F. Walker and
R.D. Barnes. 1988. General Zoology. W.B. Saunders Company, Philadelphia.
16. Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal, di sebelah kanan dan kiri
tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal, di belakang peritoneum, dan karena itu di luar
rongga peritoneum.
Kedudukan ginjal dapat diperkirakan dari belakang.Muali dari ketinggian vertebra torkalir terakhir
sampai vertebra lumbalis ketiga.Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari kiri, karena hati menduduki ruang
banyakdi sebelahkanan.
Setiap ginjal panjangnya sampai 6 sampai 71/2 sentimeter, dan tebal 11/2 sampai 21/2 sentimeter. Pada
orang dewasaberatnyakira-kira140 gram.
Bentuk ginjal seperti biju kacang dan sisi dalamnya atau hilum menhadap ke tulang punggung. Sisi
luarnya cembung.Pembuluh-pembuluh ginjal semuanya masuk dan keluar pada hilum.Di atas setiap
ginjal menjulangsebuahkelenjarsuprarenal.Ginjalkananlebihpendekdanlebihtebal dari yangkiri.
Struktur ginjal.Setiap ginjal dilingkupi kampus tipis dari jaringan fibrus yang rapat membungkusnya, dan
membentuk pembungkus yang halus.Di dalamnya terdapat struktur-struktur ginjal.Warnanya ungu tua
17. dan terdiri atas bagian kortec di sebelah luar, dan bagian medulla di sebelah dalam. Bagian medulla ini
tersusun atas lima blas sampai enam belas massa berbentuk pyramid, yang disebut piramis
ginjal.Puncak-puncaknya langsung mengarah ke hilum dan berakhir di kalises.Kalises ini
menghubungkannyadenganpelvisginjal.
Nefron.Struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan satuan-satuan fungsional ginjal;
diperkirakan ada 1.000.000 nefron dalam setiap ginjal. Setiap neffron mulai sebagai berkas kapiler
(badan Malpighi)
18. Ginjaljugaberfungsidalampengaturankeseimbangancairandanelektrolittubuhdanmerupakantempatpem
buanganhormon renin daneritropitin.Renin
ikutberperandalampengaturantekanandarahdaneritropitinberperandalammerangsangproduksiseldarah
merah.Urinjugadihasilkanolehginjalberjalanmelalui ureter
kekantungkemihmelaluiuretra.Urindibentukolehginjaldalammenjalankansistemhomeostatik.Sifatdansus
unanurindipengaruhioleh factor fisiologis (misalkanmasukan diet, berbagai proses dalamtubuh, suhu,
lingkungan, stress, mental, danfisik) dan factor patologis (sepertipadagangguanmetabolismemisalnya
diabetes mellitus danpenyakitginjal). Olehkarenaitupemeriksaanurinbergunauntukmenunjang diagnosis
suatupenyakit.Padapenyakittertentu, dalamurindapatditemukanzat-zatpatologikantara lain glukosa,
proteindanzatketon(Probosunu,2004).
Erythropoietin(EPO) danTesEPO
Definisi Erythropoietin
Erythropoietin (EPO) adalah suatu hormon yang dihasilkan oleh ginjal yang memajukan pembentukan
dari sel-sel darah merah oleh sumsum tulang (bone marrow).
Sel-sel ginjal yang membuat erythropoietin adalah khusus sehingga mereka peka pada tingkat-tingkat
oksigen yang rendah didalam darah yang mengalir melalui ginjal.Sel-sel ini membuat dan melepaskan
erythropoietin ketika tingkat oksigen terlalu rendah.Tingkat oksigen yang rendah mungkin
mengindikasikan anemia, suatu jumlah sel-sel darah merah yang berkurang, atau molekul-molekul
hemoglobinyangmembawaoksigenkeseluruhtubuh.
Erythropoietin(EPO) secaraKimia
Erythropoietin adalah suatu protein dengan suatu gula yang melekat (suatu glycoprotein).Ia adalah satu
dari sejumlah dari glycoproteins yang serupa yang melayani sebagai stimulans-stimulans (perangsang)
untukpertumbuhandari tipe-tipe spesifikdari sel-seldarahdidalamsumsumtulang.
Tugas Erythropoietin(EPO)
Erythropoietin menstimulasi (merangsang) sumsum tulang (bone marrow) untuk menghasilkan lebih
banyak sel-sel darah merah.Kenaikan yang berakibat darinya dalam sel-sel merah meningkatkan
kapasitas darah mengangkut oksigen.
Sebagai pengaturutamadari produksi sel merah,fungsi-fungsi utamaerythropoietinadalahuntuk:
1. Memajukanperkembangandari sel-sel darahmerah.
2. Memulai sintesis dari hemoglobin, molekul didalam sel-sel darah merah yang mengangkut
oksigen.
Ginjal SumberSatu-Satunyadari Erythropoietin?
19. Tidak.Erythropoietin diproduksi pada suatu tingkat yang lebih kecil oleh hati.Hanya kira-kira 10% dari
erythropoietin dihasilkan didalam hati. Gen erythropoietin telah ditemukan pada kromosom 7 manusia
(in band 7q21). Rentetan DNA yang berbeda yang mengapit gen erythropoietin bertindak untuk
mengontrol produksi erythropoietindari hati lawandari ginjal.
Mengapa TesErythropoietindilakukan?
Hormon erythropoietin dapat terdeteksi dan diukur dalam darah.Tingkat dari erythropoietin dalam
darah dapat mengindikasikan kelainan-kelainan sumsum tulang (seperti polycythemia, atau produksi sel
darah merah yang meningkat), penyakit ginjal, atau penyalahgunaan erythropoietin. Pengujian tingkat-
tingkatdarah erythropoietinjadi adalahbernilai jika:
Terlau sedikit erythropoietin mungkin bertanggung jawab untuk terlalu sedikit sel-sel darah
merah (seperti dalam mengevaluasi anemia, terutama anemia yang berhubungan dengan
penyakitginjal).
Terlalu banyak erythropoietin mungkin menyebabkan terlalu banyak sel-sel darah merah
(polycythemia).
Terlalubanyakerythropoietinmungkinadalahbuktiuntuksuatutumorginjal.
Terlalu banyak erythropoietin pada seorang olahragawan (athlete) mungkin menyarankan
penyalahgunaanerythropoietin.
BagaimanaTes Erythropoietindilakukan?
Pasien iasanya diminta untuk berpuasa 8-10 jam (semalaman) dan adakalanya berbaring dengan tenang
dan santai untuk 20 atau 30 menit sebelun tes. Tes memerlukan suatu contoh darah rutin, yang dikirim
ke laboratoriumuntukanalisa.
Tingkat-TingkatNormal Erythropoietin
Tingkat-tingkatnormal dari erythropoietinberkisardari 4 sampai 24 mU/ml (miliunitpermililiter).
Tingkat-TingkatErythropoietinAbnormalMengindikasikanApa?
Lebih rendah dari nilai-nilai normal erythropoietin terlihat, contohnya, pada anemia yang disebabkan
oleh gagal ginjal yang kronis (berkepanjangan).
Tingkat-tingkat erythropoietin yang naik dapat terlihat, contohnya, pada polycythemia rubra vera, suatu
kelainan yang dikarakteristikan oleh suatu kelebihan dari sel-sel darah merah.
Interpretasi yang benar dari suatu tingkat erythropoietin yang abnormal tergantung pada situasi klinik
tertentu.
Dapatkah Seseorang Tanpa Suatu Penyakit atau Kondisi Medis Mempunyai Suatu Tingkat Erythropoietin
Yang Tinggi ?
20. Ya.Contohnya, erythropoietin telah disalahgunakan sebagai suatu obat yang meningkatkan prestasi
pada olahragawan-olahragawan seperti pembalap-pembalap sepeda (di Tour de France), pelari-pelari
jarak jauh, pelari-pelari skat, dan pemain-pemain ski Nordic (cross-country).Jika disalahgunakan pada
jenis situasi-situasi ini, erythropoietin diperkirakan adalah terutama bahaya (mungkin karena dehidrasi
yang disebabkan oleh latihan yang berat dapat lebih jauh meningkatkan kekentalan (viscosity) dari
darah, menaikan risiko untuk seranga-serangan jantung dan stroke-stroke). Erythropoietin telah dilarang
olehorganisasi-organisasi Tourde France,Olympics,danolahraga-olahragalain.
ApakahErythropoietinTersediaSebagai SuatuObatYangDiresepkan?
Ya.Menggunakan teknologi recombinant DNA, erythropoietin telah dihasilkan secara sintesis untuk
penggunaan sebagai suatu perawatan untuk orang-orang dengan tipe-tipe tertentu dari
anemia.Erythropoietin dapat digunakan untuk membetulkan anemia dengan menstimulasi produksi sel
darah merah di sumsum tulang pada kondisi-kondisi ini.Obatnya dikenal sebagai epoetin alfa (Epogen,
Procrit).Ia dapat diberikan sebagai suatu suntikan secara intravena atau secara subkutan (dibawah
kulit).
Penggunaan-PenggunaanKlinikdari Erythropoietin
Erythropoietin [epoetin alfa (Epogen, Procrit)] digunakan dalam banyak pemasangan-pemasangan
klinik.Penggunaan yang paling umum adalah pada orang-orang dengan anemia yang berhubungan
dengan kelainan fungsi (disfungsi) ginjal.Ketika ginjal-ginjal tidak berfungsi secara benar, mereka
menghasilkan lebih sedikit daripada jumlah-jumlah yang normal dari erythropoietin, yang dapat
menjurus pada produksi sel darah merah yang rendah, atau anemia.Oleh karenanya, dengan
menggantikan erythropoietin dengan suatu suntikan dari erythropoietin sintetik, anemia yang
berhubungan dengan penyakit ginjal mungkin dapat dirawat.Sekarang ini, Epogen atauProcrit adalah
suatu bagian standar dari terapi pada pasien-pasien dengan penyakit ginjal yang memerlukan dialysis
untuk keduanya merawat dan mencegah anemia.
Penggunaan-penggunaan lain dari erythropoietin mungkin termasuk perawatan dari anemia yang
berhubungan dengan pengobatan AZT (digunakan untuk merawat AIDS) dan anemia yang berhubungan
dengankanker.
Enzim renin adalah enzim yang disekresi oleh ginjal yang berperan dalam lintasan metabolism system
RAA (Renin-Angiotensin-Aldosteron) yang mengendalikan tekanan darah dan kadar air dalam tubuh
dengan mengatur volume ekstraselular dari plasma darah, cairan tubuh, cairan limfatik dan
vasokontriksi arteri Renin ditemukan oleh Robert Tigersedt pada tahun 1898, seorang professor fisiologi
di Institut Kronlinska di Stcockholm. Precursor renin merupakan sebuah peptide dan panjang 406 rantai
asam aminoReninsendiri memiliki rantai sepanjang340 asam aminodenganmassa37 kDa.
22. BloodPressure Renin Angiotensin System
Reduced blood
pressure or distal
sodium
RENIN
ANGIOTENSINOGE
N
ANGIOTENSIN I
ANGIOTENSIN II
ALDOSTERONE
Vasiconstriction
Increasedsodiumand
fluid retention
Increased peripheral
resistance
ELEVATION OF
BLOOD PRESSURE
23. Renin Angiotensin Aldosterone SystemRass
Renin
Converting
enzyme
Stimulation of
aldosterone secrection
Constriction of vascular smooth muscle
Increased water
and sodium retention
Angiotensinogen
Angiotensin I
Angiotensin II
Aldosterone
Increased
Preload
Increased
Afterrload