SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
i
POTENSI BENCANA PESISIR DAN UPAYA MITIGASI BENCANA
WILAYAH PESISIR DI INDONESIA
MAKALAH MITIGASI BENCANA PESISIR
Dosen Pengampu:
Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng
NAMA : DEWI ANGGRAENI
NIM : 1310190001
PRODI : ILMU KELUATAN / 2019
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE
TUBAN
2022
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas taufik dan perkenan-Nya, karena berkat limpahan
rahmat, taufik, hidayah, serta inayahnya, penulis bisa menyelesaikan tugas penyusunan
Makalah Desalinasi dengan judul Potensi Bencana Di Wilayah Pesisir Sholawat serta salam
senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menunjukkan jalan
kebaikan dan kebenaran di dunia dan di akhirat pada umat manusia.
Penulis selaku penyusun makalah mengucapkan terima kasih kepada Bapak Luhur
Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng selaku dosen pengampu mata kuliah Mitigasi yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan makalah ini.
Begitulah adanya, makalah ini masih jauh dari sempurna. Dengan segala
kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan dari pembaca
demi perbaikan dan peningkatan kualitas penyusunan makalah dimasa yang akan datang.
Dan kami berharap, semoga makalah ini bisa memberikan suatu kemanfaatan bagi
kami penyusun dan para pembaca serta referensi bagi penyusun makalah yang senada di
waktu yang akan datang.
Tuban, 20 November 2022
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Cover...........................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah........................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................2
2.1 Potensi Bencana Di Wilayah Pesisir ...........................................................................2
2.1.1 Bencana Tsunami ........................................................................................................2
2.1.2 Bencana Banjir ..............................................................................................................3
2.1.3 Bencana Sea Level Rise (Kenaikan Paras Muka Air Laut).....................................3
2.1.4 Bencana Erosi................................................................................................................4
2.1.5 Bencana Angin Topan/Badai.......................................................................................4
2.2 Mitigasi Bencana Di Wilayah Pesisir .........................................................................4
2.2.1 Kebijakan Mitigasi Bencana Alam Di Wilayah Pesisir...........................................5
2.2.2 Strategi Mitigasi Bencana Alam Di Wilayah Pesisir ...............................................6
2.3 Mitigasi Bencana Tsunami..........................................................................................6
2.3.1 Upaya Mitigasi Bencana Tsunami Struktural............................................................6
2.3.2 Upaya Mitigasi Bencana Tsunami Non Struktural...................................................7
2.4 Mitigasi Bencana Banjir..............................................................................................8
2.4.1 Upaya Mitigasi Bencana Banjir Struktural................................................................8
2.4.2 Upaya mitigasi bencana banjir non struktural...........................................................9
2.5 Mitigasi Bencana Sea Level Rise/SLR (Kenaikan Paras Muka Air Laut)................10
2.5.1 Upaya Mitigasi Bencana Kenaikan Paras Muka Air Laut (Sea Level Rise)
Struktural......................................................................................................................10
2.5.2 Upaya Mitigasi Bencana Kenaikan Paras Muka Air Laut (Sea Level Rise) Non
Struktural......................................................................................................................10
2.6 Mitigasi Bencana Erosi .............................................................................................10
2.6.1 Upaya Mitigasi Bencana Erosi Pantai Struktural....................................................10
2.6.2 Upaya Mitigasi Bencana Erosi Pantai Non Struktural...........................................11
2.7 Mitigasi Bencana Angin Topan/Badai ......................................................................11
iv
2.7.1 Upaya Mitigasi Bencana Angin Topan/Badai Struktural ......................................11
2.7.2 Upaya Mitigasi Bencana Angin Topan/Badai Non Struktural..............................11
BAB III PENUTUP .................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKAN ...........................................................................................................13
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki ribuan pulaupulau kecil dan pantai
terpanjang di dunia. Karena kondisi geografis dan geologisnya, pesisir pantai dan pulau-pulau
kecil di Indonesia berpotensi mengalami bencana alam yang merupakan salah satu atau
kombinasi dari gempa bumi tektonik, tsunami, angin topan/badai, banjir, gunung berapi dan
tanah longsor, maupun oleh faktor non alam seperti berbagai akibat kegagalan teknologi dan
ulah manusia. Kesemuanya tidak dapat diprediksi sebelumnya secara tepat kapan terjadi di
suatu wilayah tertentu. Umumnya bencana yang terjadi tersebut menyebabkan penderitaan
bagi masyarakat, baik berupa korban jiwa manusia, kerugian harta benda, maupun kerusakan
lingkungan serta musnahnya hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. Disisi lain, karena
berbagai potensi yang dikandung, wilayah pesisir pantai cenderung terus berkembang dengan
populasi yang juga terus meningkat. Aset berupa sumberdaya manusia dan infrastruktur yang
berada di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil perlu dilindungi dari bencana dan
perlindungan tersebut merupakan tanggung jawab nasional suatu Negara, utamanya
Pemerintah Daerah setempat dengan cara mengembangkan strategi mitigasi.
Bencana diartikan sebagai suatu kejadian yang diluar kebiasaan (kondisi normal).
Bencana dapat dibagi dalam bencana fisik dan bencana non fisik. Bencana selain disebabkan
oleh faktor alam yang diluar kondisi normal dapat juga disebabkan oleh tindakan manusia
yang secara simultan dapat mendatangkan bencana. Mitigasi, yang merupakan berbagai
tindakan/upaya preventif untuk meminimalkan dampak negatif bencana yang diantisipasi
akan terjadi di masa datang di suatu daerah tertentu, merupakan investasi jangka panjang bagi
kesejahteraan semua lapisan masyarakat. Mitigasi dapat bersifat struktural ataupun non
struktural. Kedepan terdapat kecenderungan bahwa sudah menjadi kebutuhan untuk lebih
menitikberatkan pada upaya mitigasi ketimbang respon paska bencana.
1.2 Rumusan masalah
Potensi bencana apa saja yang ada di wilayah pesisir?
Apa yang dimaksud dengan mitigasi bencana di wilayah pesisir?
Bagaimana upaya upaya mitigasi bencana di wilayah pesisir
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui apa saja bencana yang ada di wilayah pesisir, apa yang dimaksud
dengan mitigasi bencana dan upaya upaya mitigasi bencana di wilayah pesisir.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Potensi Bencana Di Wilayah Pesisir
2.1.1 Bencana Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa Jepang yaitu tsu = pelabuhan dan nami = gelombang. Jadi
tsunami berarti pasang laut besar di pelabuhan. Dalam ilmu kebumian terminologi ini dikenal
dan baku secara umum. Secara singkat tsunami dapat dideskripsikan sebagai gelombang laut
dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh suatu gangguan impulsif yang terjadi pada
medium laut, seperti gempa bumi, erupsi vulkanik atau longsoran (land-slide).
Gangguan impulsif pembangkit tsunami biasanya berasal dari tiga sumber utama, yaitu :
 Gempa didasar laut
 Letusan gunung api didasar laut
 Longsoran yang terjadi di dasar laut
Gelombang tsunami mempunyai panjang gelombang yang besar sampai mencapai
100 km. Kecepatan rambat gelombang tsunami di aut dalam mencapai antara 500
sampai 1000 km/ jam. Kecepatan penjalaran tsunami ini sangat tergantung dari
kedalaman laut dan penjalarannya dapat berlangsung mencapai ribuan kilometer.
Apabila tsunami mencapai pantai, kecepatannya dapat mencapai 50 km/jam dan
energinya sangat merusak daerah pantaiyang dil aluinya. Sedangkan tinggi tsunami dapat
mencapai 30 m. Dampaknegatif yang diakibatkan adalah dapat menyebabkan genangan,
kontaminasi air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih. Disamping itu dapat merusak
bangunan, prasarana dan tumbuh- tumbuhan, dan dapat mengakibatkan korban jiwa
manusia. Tsunami yang terjadi di Indonesia, sebagian besar disebabkan oleh gempa-
gempa tektonik di sepanjang daerah subduksi dan daerah seismik aktif lainnya (Puspito,
1994). Selama kurun waktu 1600 — 1999 terdapat 105 kejadian tsunami yang mana
909c disebabkan oleh g empa-gempa tektonik, 9 % disebabkan oleh letusan gunung api,
dan 1 % disebabkan oleh landslide (Latief et al, 2000). Di Indonesia terdapat beberapa
kelompok pantai yang rawan bencana tsunami, yaitu kelompok Pantai Barat Sumatera,
Pantai Selatan Pulau Jawa, Pantai Utara dan Selatan pulau-pulau Nusa Tenggara, pulau-
pulau di Maluku, pantai utara Irian Jaya dan hampir seluruh pantai di Sulawesi. Teluk
dan bagian yang melekuk dari pantai sangat rawan akan bencana ini. Apalagi biasanya
para nelayan mencari ikan dan bermukim di teluk. Selain itu daerah ini juga memiliki
pantai landai yang memungkinkan gelombang pasang merayap ke daratan.
3
2.1.2 Bencana Banjir
Problem banjir secara garis besar disebabkan oleh keadaan alam dan ulah campur
tangan manus ia, sehingga dalam pemecahan nya tidak hanya dihadapkan pada masalah-
masalah teknis saja tetapi juga oleh masalah- masalah yang berhubungan dengan kepadatan
penduduk yang melampaui batas. Yang dimaksud dengan gejala alam adalah karena
umumnya kota-kota pantai terletak di pantai berupa dataran yang cukup landai dan dilalui
oleh sungai -sungai dan ketika pasang sebagian di bawah permukaan air laut, di samping juga
dikarenakan curah hujan yang cukup tinggi. Fenomena kenaikan paras mula air laut ‹sea level
rise) juga merupakan sebab yang mengakibatkan peningkatan frekuensi dan intensitas banjir.
Hal tersebut dikarenakan oleh pembendungan akibat kenaikan paras air laut serta
bertambahnya intensitas curah hujan karena pemanasan global. Adanya reklamasi pantai di
daerah rawa-rawa di wilayah pesisir akan mengakibatkan hilangnya fungsi sebagai daerah
tampungan sehingga memper besar aliran permukaan . Reklamasi juga akan mengakibatkan
aliran sungaı makin lambat. Karena kecepatan berkurang maka laju sedimentasi di muara
akan bertambah yang berarti mengurangi luas tampang basah sungai di muara. Pendangkalan
muara akan menimbu1kan efek pembendungan yang cukup signifikan yang pada giIirann ya
akan meningkatkan frekuensi banjir karena kapasitas tampan g sungai yan g terlampaui oleh
debit sungai. Penggunaan air tanah yang berlebihan mengakibabk an land subsidence
(penurunan tanah) sehingga memperbesar potensi banjir. Daerah pesisir rawan banjir di
Indonesia meliputi Jakarta, pantura Jawa, Lampung, Palembang, Aceh, Sumatra Barat,
Manado, Minahasa, dan Pulau Sumbawa.
2.1.3 Bencana Sea Level Rise (Kenaikan Paras Muka Air Laut)
Peningkatan kegiatan manusia khususnya kegiatan transportasi, industri,
pembangunan gedung-gedung dengan seluruhnya hampir tertutup kaca akhir-akhir ini,
maka akan mengakibatkan pening katan efek rumah kaca (green house effect). Salah satu
dampak dari peningkatan efek rumah kaca ini adalah terjadinya pemanasan suhu di bumi
(globa1 warming) yang pada akhirnya akan mengakibatkan pemuaian air laut yang berakibat
pada Sea Leve1 Rise (selanjutnya disebut SLR). Menurut IPCC (1990) diperkirakan akan
terjadi SLR sebesar kira-kira 1 meter pada tahun 2100 dihitung mulai tahun 1990 Kejadian
SLR tersebut akan mengak ibatkan mundurnya garis pantai. Salah satu cara paling sederhana
untuk meperkirakan kemunduran garis pantai adalah dengan menganggap profil pantai
setelah SLR adalah tetap. Dengan anggapan seperti ini maka besarnya kemunduran garis
pantai adalah sebanding dengan SLR dibagi dengan kemiringan pantai.
4
Apabila kita tinjau panjang garis pantai total ya ng di miliki oleh Indonesia adalah 81.000 km
dan kita anggap bahwa kemunduran garis pantai rerata akibat SLR sekitar 25 m, maka
dengan berarti lahan pantai yang hilang dalam 100 tahun mencapai 202.500 Ha atau per
tahunnya 2.025 Ha. Dampak lain akibat SLR adalah terjadinya peningkatan frekuehsi dan
intensitas banjir. Hal terse but dikarenakan efek pembendungan oleh adanya SLR. Pembe
ridungan ini mengakibatkan kecepatan berkurang dan laju sedimentasi di muara akan
bertambah yang berarti mengurangi luas tampang basah sungai di muara.
2.1.4 Bencana Erosi
Problem erosi di Indonesia telah mencapai tahapan kritis, karena banyak lahan yang
bernilai ekonomis yang hilang akibat erosi. Erosi pantai di Indonesia dapat diakibatkan oleh
proses alami, aktivitas manusia ataupun kombinasi keduanya. Akibat aktifitas man usia
misalnya pembangunan perlabuhan, reklamasi pantai (untuk permukiman, pelabuhan udara,
dan industri). Namun demikian penyebab utamanya adalah gerakan gelombang pada pantai
terbuka, seperti pantai selatan Jawa, Selatan Bali dan beberapa area Kepulauan Sunda.
Disamping itu, karena keterkaitan ekosistem, maka perubahan hidrologis dan oseanografis
juga dapat mengakibatkan erosi kawasan pesisir. Terdapat 17 propinsi dan 68 lokasi pantai
yang mengalami erosi di Indonesia yang memerlukan perhatian dan penanganan segera.
Erosi pantai tergantung pada kondisi angkutan sedimen pada lokasi tersebut, yang
dipengaruhi: angin, gelombang, arus, pasang surut, sedimen, dan kejadian lainnya, serta
adanya gangguan yang diakibatkan oleh ulah manusia yang mungkin berupa konstruksi
bangunan pada pantai, dan penambangan pasir.
2.1.5 Bencana Angin Topan/Badai
Karena posisi geografisnya, wilayah pesisir pantai dan pulau-pulau kecil di Indonesia
cukup rentan terhadap bencana angin topan/badai . Angin topan adalah suatu badai tropikal
yang hebat dari pelepasan banyak energi dalam satu hari sebanyak satu megaton bom
hydrogen. Angin topan/badai ini dapat mencapai kecepatan 200 km/jam dengan tekanan tiup
mencapai 200 kg/m2.
2.2 Mitigasi Bencana Di Wilayah Pesisir
Mitigasi bencana merupakan kegiatan yang amat penting dalam penanggulangan
bencana, karena kegiatan ini merupakan kegiatan sebelum terjadinya bencana yang
dimaksudkan untuk mengantisipasi agar dampak yang ditimbulkan dapat dikurangi. Mitigasi
bencana di wilayah pesisir dan pulau -pulau kecil dapat dilakukan secara struktural maupun
5
secara non struktural Secara struktural yaitu dengan melakukan upaya teknis, baik secara
alami maupun buatan, seperti pembuatan breakwater dan penanaman mangrove untuk
mitigasi tsunami, pembangunan tanggul-tanggul, kanal-kanal diversi, pintu- pintu air
pengendali banjir, normalisasi sungai, dan sistem polder pada daerah rawan banjir, groin pada
wilayah pesisir yang tererosi, dan pembuatan struktur tahan bencana. Sedangkan mitigasi
secara non struktural adalah upaya non teknis yang menyangkut penyesuaian dan pengaturan
tentang kegiatan manusia agar sejalan dan sesuai dengan upaya mitigasi struktural maupun
upaya lainnya. Mitigasi secara non struktural antara lain dengan membuat kebijakan tata guna
lahan, kebijakan mengenai standarisasi bangunan tahan bencana, kebijakan tentang
ekspIorasi dan kegiatan perekonomian masyarakat kawasan pesisir, penyadaran masyarakat,
serta penyuluhan dan sosialisasi mengenai mitigasi bencana. Untuk mengatasi masalah
bencana perlu dilakukan upaya mitigasi yang komprehensif yaitu kombinasi upaya struktur
(pembu atan prasarana dan sarana pengendali) dan non struktur dan pelaksanaannya harus
melibatkan instansi terkait. Seberapa besar pun upaya tersebut tidak akan dapat mem
bebaskan terhadap masa1ah bencana alam secara mutlak. Oleh karena itu kunci
keberhasilannya sebenarnya adalah adanya keharmonisan antara manusia/ masyarakat
dengan aIam lingkungannya.Selain hal tersebut diatas perlu dipikirkan pula penerapan
Pengelolaan Pesisir Terpadu (Integ rated Coastal Management) untuk mitigasi bencana.
2.2.1 Kebijakan Mitigasi Bencana Alam Di Wilayah Pesisir
Kebijakan Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan
suatu kerangka konseptual yang disusun untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh
bencana terutama di wilayah pesisir. Mitigasi bencana meliputi pengenalan dan adaptasi
terhadap bahaya alam dan buatan manusia, serta kegiatan berkelanjutan untuk mengurangi
atau menghilangkan resiko jangka pendek, menengah dan panjang, baik terhadap kehidupan
manusia maupun harta benda. Kebijakan Mitigasi Bencana di Wilayah pesisir ini adalah
sebagai berikut :
a. Mengurangi resiko/dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya bagi penduduk
di wilayah pesisir, seperti korban jiwa, kerugian ekonomi dan kerusakan sumberdaya
alam.
b. Mengurangi dampak negatif terhadap kualitas keberlanjutan ekologi dan lingkungan
di wilayah pesisir akibat bencana alam maupun buatan.
c. Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan wilayah pesisir.
6
d. Meningkatkan pengetahuan masyarakat pesisir dalam menghadapi serta mengurangi
dampak/resiko bencana.
e. Meningkatkan peran serta pemerintah baik pusat maupun daerah, pihak swasta
maupun masyarakat dalam mitigasi bencana di wilayah pesisir
2.2.2 Strategi Mitigasi Bencana Alam Di Wilayah Pesisir
Secara filosofis, penanggulangan bencana di wilayah pesisir dapat ditempuh melalui
beberapa strategi sebagai berikut :
a. Pola protektif, yaitu dengan membuat bangunan pantai secara langsung “menahan
proses alam yang terjadi”.
b. Pola adaptif, yakni berusaha menyesuaikan pengelolaan pesisir dengan perubahan alam
yang terjadi.
c. Pola mundur (retreat) atau do-nothing, dengan tidak melawan proses dinamika alami
yang terjadi, tetapi “mengalah” pada proses alam dan menyesuaikan peruntukan sesuai
dengan kondisi perubahan alam yang terjadi.
Untuk dua pola terakhir perlu dipandang sebagai strategi mitigasi bencana alam di wilayah
pesisir. Kajian ke arah tersebut perlu dilakukan agar kelestarian sumberdaya alam pantai
dapat terpelihara serta kemanfaatannya terus dapat dinikmati dari generasi ke generasi secara
berkelanjutan. Selain itu dapat pula dilakukan strategi pemberdayaan masyarakat dalam
mitigasi bencana di wilayah pesisir sebagai pendekatan preventif dengan jalan memberikan
penyuluhan dan pengarahan kepada masyarakat.
2.3 Mitigasi Bencana Tsunami
2.3.1 Upaya Mitigasi Bencana Tsunami Struktural
Upaya struktural dalam menangani masalah bencana tsunami adalah upaya teknis
yang bertujuan untuk meredam/mengurangi energi gelombang tsunami yang menjalar ke
kawasan pantai. Mengingat tsunami menjalar secara frontal dengan arah tegak lurus terhadap
bidang subduksi, sedangkan secara garis besar teluk-teluk dan pelabuhan-pelabuhan yang
potensial terhadap bahaya tsunami (yaitu yang mengandung langsung ke zona subduksi)
dapat ditetapkan, dan trayek penjalaran tsunami ke teluk-teluk atau pelabuhan-pelabuhan
tersebut dapat diperkirakan. Berdasarkan pemahaman atas mekanisme terjadinya tsunami,
karakteristik gelombang tsunami, inventarisasi dan identifikasi kerusakan struktur bangunan,
maka upaya struktural tersebut dapat dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu:
1. Alami, seperti penanaman green belt (huran pantai atau mangrove), di sepanjang kawasan
pantai dan perlindungan terumbu karang.
7
2. Buatan,
a) pembangunan breakwater, seawall, pemecah gelombang sejajar pantai untuk menahan
tsunami,
b) memperkuat desain bangunan serta infrastruktur lainnya dengan kaidah teknik bangunan
tahan bencana tsunami dan tata ruang akrab bencana, dengan mengembangkan beberapa
insentif, antara lain:
 Retrofitting: agar kondisi bangunan permukiman memenuhi kaidah teknik
bangunan tahan tsunami,
 Relokasi: salah satu aspek yang menyebabkan daerah rentan bencana adalah
kepadatan permukiman yang cukup tinggi sehingga tidak ada ruang publik yang
dapat dipergunakan untuk evakuasi serta terbatasnya mobilitas masyarakat. Salah
satu upaya yang dapat dilakukan adalah memindahkan sebagian pemukiman ke
lokasi lain, dan menata kembali pemukiman yang ada yang mengacu kepada
konsep kawasan pemukiman yang akrab bencana.
2.3.2 Upaya Mitigasi Bencana Tsunami Non Struktural
Upaya non struktural merupakan upaya non teknis yang menyangkut penyesuaian dan
pengaturan tentang kegiatan manusia agar sejalan dan sesuai dengan upaya mitigasi
struktural maupun upaya lainnya. Upaya non struktural tersebut meliputi antara lain :
1. peraturan perundangan yang mengatur tentang bencana alam,
2. kebijakan tentang tata guna lahan / tata ruang/ zonasi kawasan pantai yang aman
bencana,
3. kebijakan tentang standarisasi bangunan (pemukiman maupun bangunan lainnya)
serta infrastruktur sarana dan prasarana,
4. mikrozonasi daerah rawan bencana dalam skala lokal,
5. pembuatan Peta Potensi Bencana Tsunami, Peta Tingkat Kerentanan dan Peta Tingkat
Ketahanan, seingga dapat didesain komplek pemukiman “akrab bencana” yang
memperhatikan beberapa aspek :
a. bangunan permukiman tahan terhadap bencana tsunami,
b. mobilitas dan akses masyarakat pada saat terjadi bencana,
c. ruang fasilitas umum untuk keperluan evakuasi, dan
d. aspek sosial ekonomi masyarakat yang sebagian besar kegiatan perekonomiannya
tergantung pada hasil dan budidaya kawasan pantai.
6. kebijakan tentang eksplorasi dan kegiatan perekonomian masyarakat kawasan pantai,
8
7. pelatihan dan simulasi mitigasi bencana tsunami,
8. penyuluhan dan sosialisasi upaya mitigasi bencana tsunami, dan
9. pengembangan sistem peringatan dini adanya bahaya tsunami.
Ancaman tsunami dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu ancaman tsunami
jarak dekat (local) dan ancaman tsunami jarak jauh. Kejadian tsunami di Indonesia pada
umumnya adalah tsunami lokal yang terjadi sekitar 10 – 20 menit setelah terjadinya gempa
bumi dirasakan oleh masyarakat setempat. Sedangkan tsunami jarak jauh terjadi 1 – 8 jam
setelah gempa dan masyarakat setempat tidak merasakan getaran gempa buminya.
2.4 Mitigasi Bencana Banjir
2.4.1 Upaya Mitigasi Bencana Banjir Struktural
Upaya struktural dalam menangani masalah bencana banjir adalah upaya teknis yang
bertujuan untuk menghambat laju air menuju muara sungai mulai dari daerah hulu,
memperlancar aliran secara proporsional dan mencegah adanya luapan air sungai atau
terjadinya genangan berlebihan air di daerah titik-titik rawan banjir. Upaya struktural tersebut
didasarkan pada pendekatan konservasi dan pembangunan :
1. pembangunan tanggul di pinggir titik-titik daerah rawan banjir serta waduk pada
daerah genangan air,
2. pembangunan kanal-kanal untuk menurunkan ketinggian air di daerah aliran sungai
dengan menambah dan mengalihkan arah aliran sungai sekaligus untuk irigasi,
3. membangun river side conservation area di daerah tengah dan hulu, bertujuan untuk
menahan air tidak segera menuju muara,
4. pembangunan poulder, bertujuan untuk mengumpulkan dan memindahkan air dari
tempat yang mempunyai elevasi lebih tinggi dengan menggunakan pompa,
5. normalisasi secara selektif sungai bertujuan untuk melancarkan dan mempercepat
aliran air sungai secara proporsional, dan
6. pembangunan pintu-pintu air pengendali banjir di ruasruas sungai sehingga debit
sungai akan sesuai dengan kapasitas sungai. Pemilihan jenis konstruksi dan prasarana
pengendali banjir khususnya untuk mitigasi bencana struktural tersebut dilakukan
melalui tahapan pengenalan/pengecekan kondisi lapangan (reconnaissance),
penyusunan masterplan, studi kelayakan rancang bangun dengan pertimbangan
ekologis dan teknis secara terpadu.
7. penghijauan (reboisasi) daerah-daerah yang rawan banjir.
9
8. desain komplek permukiman yang “akrab bencana”, dengan memperhatikan beberapa
aspek: a) bangunan permukiman yang sesuai di daerah dataran banjir, b) mobilitas
dan akses masyarakat pada saat terjadi bencana, c) ruang fasilitas umum untuk
keperluan evakuasi, d) aspek sosial ekonomi masyarakat, dan e) pembangunan
permukiman kembali yang sesuai dengan kaidah teknik bangunan tahan bencana
banjir dan tata ruang akrab bencana dengan beberapa insentif yang perlu
dikembangkan antara lain :
 Retrofitting: agar kondisi bangunan permukiman memenuhi kaidah teknik
bangunan sesuai di dataran banjir
 Relokasi: salah satu aspek yang menyebabkan daerah rentan bencana adalah
kepadatan permukiman yang cukup tinggi sehingga tidak ada ruang publik
yang dapat dipergunakan untuk evakuasi serta terbatasnya mobilitas
masyarakat.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memindahkan sebagian permukiman ke
lokasi lain dan menata kembali permukiman yang ada yang mengacu kepada konsep kawasan
permukiman akrab bencana.
2.4.2 Upaya mitigasi bencana banjir non struktural
Upaya non struktural merupakan upaya non teknis yang menyangkut penyesuaian dan
pengaturan tentang kegiatan manusia agar sejalan dan sesuai dengan upaya mitigasi struktural
maupun upaya lainnya. Upaya non struktural tersebut meliputi antara lain :
1. peraturan perundangan yang mengatur tentang bencana alam,
2. kebijakan tentang tata guna lahan di dataran banjir dan daerah tangkapan air,
3. kebijakan tentang standarisasi bangunan (permukiman maupun bangunan lainnya) serta
infrastruktur sarana dan prasarana,
4. pembuatan Peta Potensi Bencana Banjir, Peta Tingkat Kerentanan dan Peta Tingkat
Ketahanan ,
5. mikrozonasi daerah rawan bencana dalam skala lokal serta mikrozonasi sistem drainase
perkotaan dan sistem pengelolaan sampah.
6. kebijakan tentang penerapan batas sempadan sungai,
7. pelatihan dan simulasi serta sosialisasi mitigasi bencana banjir,
8. pengendalian curah hujan untuk mengurangi intensitas curah hujan.
9. pengembangan Sistem Peringatan Dini Bencana Banjir
10
2.5 Mitigasi Bencana Sea Level Rise/SLR (Kenaikan Paras Muka Air Laut)
2.5.1 Upaya Mitigasi Bencana Kenaikan Paras Muka Air Laut (Sea Level Rise/SLR)
Struktural
Upaya struktural dalam menangani bencana SLR adalah upaya teknis yang bertujuan
untuk melindungi lingkungan pesisir yang rawan terhadap bencana SLR. Upaya
penanggulangan secara fisik yang dapat dilakukan antara lain:
1. Membuat sistem pelindung pantai baik yang bersifat statis seperti pembangunan tanggul,
seawall, revetment, groin, dan detached breakwater maupun yang dinamis seperti
penanaman mangrove.
2. Mengangkat atau meninggikan segala bentuk fasilitas dan lahan pantai.
3. Memindahkan segala bentuk fasilitas dan lahan pantai ke arah darat yang aman dari
jangkauan air laut.
4. Penyesuaian sistem drainase.
2.5.2 Upaya Mitigasi Bencana Kenaikan Paras Muka Air Laut (Sea Level Rise/SLR) Non
Struktural
Upaya non struktural merupakan upaya non teknis yang menyangkut penyesuaian dan
pengaturan tentang kegiatan manusia agar sejalan dan sesuai dengan upaya mitigasi struktural
maupun upaya lainnya. Upaya-upaya non struktural ini meliputi :
1. peraturan perundangan yang mengatur bencana alam,
2. penyusunan kebijakan untuk pemerintah terkait dan stakeholder tentang sistem
perlindungan pantai.
3. pengembangan garis pantai (shoreline setback), seperti penyusunan kebijakan yang
mengatur ijin bangunan terhadap lahan yang terkena erosi akibat SLR.
4. pengembangan Sistem Peringatan Dini Kenaikan Paras Muka Air Laut
2.6 Mitigasi Bencana Erosi
2.6.1 Upaya Mitigasi Bencana Erosi Pantai Struktural
Upaya struktural dalam menangani masalah bencana erosi adalah upaya teknis yang
bertujuan untuk menjaga keseimbangan proses transpor sedimen di sepanjang garis pantai
melalui upaya antara mengurangi/menahan energi gelombang yang mencapai garis pantai,
memperkuat struktur geologi garis pantai, maupun menambah suplai sedimen. Upaya
mitigasi struktural tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu :
1. Secara alami, seperti penanaman green belt (hutan pantai atau mangrove), penguatan
gumuk pasir dengan vegetasi dan lain-lain.
11
2. Secara buatan, seperti pembangunan dinding penahan gelombang, pembangunan groin
dan lain-lain. Upaya struktural mitigasi dengan cara buatan tersebut perlu direncanakan
secara cermat karena dapat mengakibatkan terjadinya perubahan pola dan karakteristik
gelombang yang dalam jangka panjang mungkin dapat mengakibatkan terjadinya erosi di
tempat lain.
2.6.2 Upaya Mitigasi Bencana Erosi Pantai Non Struktural
Upaya non struktural merupakan upaya non teknis yang menyangkut penyesuaian dan
pengaturan tentang kegiatan manusia agar sejalan dan sesuai dengan upaya mitigasi
struktural maupun upaya lainnya. Upaya mitigasi bencana erosi non struktural adalah
sebagai berikut : 1. peraturan perundangan yang mengatur tentang bencana alam, 2.
pembuatan standarisasi dan metoda perlindungan pantai, 3. penyusunan sempadan garis
pantai, 4. pengembangan Sistem Peringatan Dini Bencana Erosi Pantai.
2.7 Mitigasi Bencana Angin Topan/Badai
2.7.1 Upaya Mitigasi Bencana Angin Topan/Badai Struktural
Upaya struktural dalam menangani bencana angin topan/badai adalah upaya teknis
yang bertujuan untuk mencapai lingkungan yang lebih tahan bencana angin topan/badai.
Upaya penanggulangan secara fisik yang dapat dilakukan antara lain: • low cost roof
retrofitting, terutama struktur atapnya yang rentan terhadap kerusakan akibat angin
topan/badai
2.7.2 Upaya Mitigasi Bencana Angin Topan/Badai Non Struktural
Upaya non struktural merupakan upaya non teknis yang menyangkut penyesuaian dan
pengaturan tentang kegiatan manusia agar sejalan dan sesuai dengan upaya mitigasi struktural
maupun upaya lainnya. Upaya penanggulangan secara non strukural yang dapat dilakukan
antara lain:
1. peraturan perundangan yang mengatur bencana alam,
2. pemetaan bahaya sentakan badai,
3. lifeline vulnerability audits untuk mempromosikan kesiagaan masyarakat terhadap
bencana,
4. sosialisasi peraturan pembangunan dan cara-cara konstruksi yang baik dan aman dan
lain-lain,
5. pengembangan Sistem Peringatan Dini Bencana Angin Topan/Badai
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa potensi bencana yang ada di wilayah pesisir meliputi :
bencana tsunami, bencana banjir, bencana kenikan para muka air laut (Sea Level Rise),
bencana erosi dan masih banyak lagi, dan adanya upaya-upaya mitigasi bencana di wilayah
pesisir yang amat penting dalam penanggulangan bencana, karena kegiatan ini merupakan
kegiatan sebelum terjadinya bencana yang dimaksudkan untuk mengantisipasi agar dampak
yang ditimbulkan dapat dikurangi. Mitigasi bencana di wilayah pesisir dan pulau -pulau kecil
dapat dilakukan secara struktural maupun secara non struktural.
13
DAFTAR PUSTAKAN
Direktorat Jenderal Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Departemen Kelautan Dan Perikanan
2004. Pedoman Mitigasi Bencana Alam Di Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil.
Jakarta. 1-75
Diposaptono, S. D. (2014). Mitigasi Bencana Alam di Wilayah Pesisir dalam Kerangka
Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu di Indonesia. Jurnal ALAMI: Jurnal Air, Lahan,
Lingkungan, dan Mitigasi Bencana. 8(2).

More Related Content

What's hot

Patofisiologi sistem pernapasan
Patofisiologi sistem pernapasanPatofisiologi sistem pernapasan
Patofisiologi sistem pernapasanNona Zesifa
 
Makalah Bahaya Narkoba Bagi Remaja Indonesia
Makalah Bahaya Narkoba Bagi Remaja IndonesiaMakalah Bahaya Narkoba Bagi Remaja Indonesia
Makalah Bahaya Narkoba Bagi Remaja IndonesiaMuhammad Hendra
 
Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Zat Adiktif)
Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Zat Adiktif)Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Zat Adiktif)
Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Zat Adiktif)Lestari Moerdijat
 
Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)
Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)
Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)Tuti Rina Lestari
 
Sistem Persyarafan
Sistem PersyarafanSistem Persyarafan
Sistem PersyarafanNona Zesifa
 
Presentasi sistem pernapasan
Presentasi sistem pernapasanPresentasi sistem pernapasan
Presentasi sistem pernapasanArika Sari
 
Teori Asal Usul Kehidupan.
Teori Asal Usul Kehidupan.Teori Asal Usul Kehidupan.
Teori Asal Usul Kehidupan.Hadika Kresna
 
Anatomi Fisiologi Manusia
Anatomi Fisiologi Manusia Anatomi Fisiologi Manusia
Anatomi Fisiologi Manusia yuliartiramli
 
Laporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspal
Laporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspalLaporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspal
Laporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspalJoel mabes
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitiannoortuby
 
Konsep green campus
Konsep green campusKonsep green campus
Konsep green campusFaiz Quways
 
Power point pencemaran udara
Power point pencemaran udaraPower point pencemaran udara
Power point pencemaran udarapanjinugroho
 
Kebencanaan dan Manajemen Bencana
Kebencanaan dan Manajemen BencanaKebencanaan dan Manajemen Bencana
Kebencanaan dan Manajemen BencanaEva Susanti
 
presentasi penyalahgunaan narkoba
 presentasi penyalahgunaan narkoba presentasi penyalahgunaan narkoba
presentasi penyalahgunaan narkobaRinaldi Asertua
 
Makalah Bahaya Merokok
Makalah Bahaya MerokokMakalah Bahaya Merokok
Makalah Bahaya MerokokNur Hilaliyah
 
Makalah anatomi sistem respirasi.
Makalah anatomi sistem respirasi.Makalah anatomi sistem respirasi.
Makalah anatomi sistem respirasi.Putri Maniezstz
 
Alat transportasi laut darat dan udara
Alat transportasi laut darat dan udaraAlat transportasi laut darat dan udara
Alat transportasi laut darat dan udaraSjnet
 

What's hot (20)

Patofisiologi sistem pernapasan
Patofisiologi sistem pernapasanPatofisiologi sistem pernapasan
Patofisiologi sistem pernapasan
 
Makalah Bahaya Narkoba Bagi Remaja Indonesia
Makalah Bahaya Narkoba Bagi Remaja IndonesiaMakalah Bahaya Narkoba Bagi Remaja Indonesia
Makalah Bahaya Narkoba Bagi Remaja Indonesia
 
Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Zat Adiktif)
Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Zat Adiktif)Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Zat Adiktif)
Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Zat Adiktif)
 
Jaringan Epitel
Jaringan EpitelJaringan Epitel
Jaringan Epitel
 
Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)
Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)
Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)
 
Sistem Persyarafan
Sistem PersyarafanSistem Persyarafan
Sistem Persyarafan
 
Presentasi sistem pernapasan
Presentasi sistem pernapasanPresentasi sistem pernapasan
Presentasi sistem pernapasan
 
Teori Asal Usul Kehidupan.
Teori Asal Usul Kehidupan.Teori Asal Usul Kehidupan.
Teori Asal Usul Kehidupan.
 
Anatomi Fisiologi Manusia
Anatomi Fisiologi Manusia Anatomi Fisiologi Manusia
Anatomi Fisiologi Manusia
 
Laporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspal
Laporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspalLaporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspal
Laporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspal
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
Konsep green campus
Konsep green campusKonsep green campus
Konsep green campus
 
Pemanasan global
Pemanasan globalPemanasan global
Pemanasan global
 
Power point pencemaran udara
Power point pencemaran udaraPower point pencemaran udara
Power point pencemaran udara
 
Kebencanaan dan Manajemen Bencana
Kebencanaan dan Manajemen BencanaKebencanaan dan Manajemen Bencana
Kebencanaan dan Manajemen Bencana
 
presentasi penyalahgunaan narkoba
 presentasi penyalahgunaan narkoba presentasi penyalahgunaan narkoba
presentasi penyalahgunaan narkoba
 
Makalah Bahaya Merokok
Makalah Bahaya MerokokMakalah Bahaya Merokok
Makalah Bahaya Merokok
 
Makalah anatomi sistem respirasi.
Makalah anatomi sistem respirasi.Makalah anatomi sistem respirasi.
Makalah anatomi sistem respirasi.
 
Alat transportasi laut darat dan udara
Alat transportasi laut darat dan udaraAlat transportasi laut darat dan udara
Alat transportasi laut darat dan udara
 
Makalah Kardiovaskuler
Makalah KardiovaskulerMakalah Kardiovaskuler
Makalah Kardiovaskuler
 

Similar to Mitigasi Bencana Pesisir

Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...Luhur Moekti Prayogo
 
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...Luhur Moekti Prayogo
 
Makalah tsunami aceh 2004
Makalah tsunami aceh 2004Makalah tsunami aceh 2004
Makalah tsunami aceh 2004dikiiiey
 
Bab 1 tugas nad
Bab 1 tugas nadBab 1 tugas nad
Bab 1 tugas nadDheeaHmz
 
244871618 makalah-bencana-geologi
244871618 makalah-bencana-geologi244871618 makalah-bencana-geologi
244871618 makalah-bencana-geologiArdisAgustin
 
Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan
Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan LingkunganMakalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan
Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan LingkunganN Kurniawaty
 
Kesehatan Lingkungan Bencana
Kesehatan Lingkungan BencanaKesehatan Lingkungan Bencana
Kesehatan Lingkungan BencanaMuhammad Arafat
 
Buumitigasibencana 190501124954
Buumitigasibencana 190501124954Buumitigasibencana 190501124954
Buumitigasibencana 190501124954ACOBIAKTV
 
Penyusunan manajemen rencana mitigasi bencana
Penyusunan manajemen rencana mitigasi bencanaPenyusunan manajemen rencana mitigasi bencana
Penyusunan manajemen rencana mitigasi bencanahelmut simamora
 
Jurnal praktikum lomba
Jurnal praktikum lombaJurnal praktikum lomba
Jurnal praktikum lombadennyrirama
 
451410867-LAPORAN-PENELITIAN-GEOGRAFI-kelompok-pdf.pdf
451410867-LAPORAN-PENELITIAN-GEOGRAFI-kelompok-pdf.pdf451410867-LAPORAN-PENELITIAN-GEOGRAFI-kelompok-pdf.pdf
451410867-LAPORAN-PENELITIAN-GEOGRAFI-kelompok-pdf.pdfdhianwahyunirtanti6
 
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...Luhur Moekti Prayogo
 
Draft profil kesiapsiagaan menghadapi tsunami kab tulungagung
Draft profil kesiapsiagaan menghadapi tsunami kab tulungagungDraft profil kesiapsiagaan menghadapi tsunami kab tulungagung
Draft profil kesiapsiagaan menghadapi tsunami kab tulungagungSapik Bubud
 
348595170 makalah-peringatan-dini-berbasis-masyarakat (1)
348595170 makalah-peringatan-dini-berbasis-masyarakat (1)348595170 makalah-peringatan-dini-berbasis-masyarakat (1)
348595170 makalah-peringatan-dini-berbasis-masyarakat (1)NandaBaskakara06
 
RUSAKNYA EKOSISTEM TAMBAK AKIBAT BANJIR ROB DI KAWASAN MINAPOLITAN KECAMATAN ...
RUSAKNYA EKOSISTEM TAMBAK AKIBAT BANJIR ROB DI KAWASAN MINAPOLITAN KECAMATAN ...RUSAKNYA EKOSISTEM TAMBAK AKIBAT BANJIR ROB DI KAWASAN MINAPOLITAN KECAMATAN ...
RUSAKNYA EKOSISTEM TAMBAK AKIBAT BANJIR ROB DI KAWASAN MINAPOLITAN KECAMATAN ...Analyst of Water Resources Management
 
Mitigasi dengan role player
Mitigasi dengan role playerMitigasi dengan role player
Mitigasi dengan role playerTuti Lestari
 
Pedoman MItigasi Bencana Alam di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.pdf
Pedoman MItigasi Bencana Alam di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.pdfPedoman MItigasi Bencana Alam di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.pdf
Pedoman MItigasi Bencana Alam di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.pdfnovitrioktavia
 

Similar to Mitigasi Bencana Pesisir (20)

Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
 
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
 
Makalah tsunami aceh 2004
Makalah tsunami aceh 2004Makalah tsunami aceh 2004
Makalah tsunami aceh 2004
 
Bab 1 tugas nad
Bab 1 tugas nadBab 1 tugas nad
Bab 1 tugas nad
 
244871618 makalah-bencana-geologi
244871618 makalah-bencana-geologi244871618 makalah-bencana-geologi
244871618 makalah-bencana-geologi
 
Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan
Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan LingkunganMakalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan
Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan
 
Kesehatan Lingkungan Bencana
Kesehatan Lingkungan BencanaKesehatan Lingkungan Bencana
Kesehatan Lingkungan Bencana
 
Buumitigasibencana 190501124954
Buumitigasibencana 190501124954Buumitigasibencana 190501124954
Buumitigasibencana 190501124954
 
Buku mitigasi bencana
Buku mitigasi bencanaBuku mitigasi bencana
Buku mitigasi bencana
 
Penyusunan manajemen rencana mitigasi bencana
Penyusunan manajemen rencana mitigasi bencanaPenyusunan manajemen rencana mitigasi bencana
Penyusunan manajemen rencana mitigasi bencana
 
Jurnal praktikum lomba
Jurnal praktikum lombaJurnal praktikum lomba
Jurnal praktikum lomba
 
451410867-LAPORAN-PENELITIAN-GEOGRAFI-kelompok-pdf.pdf
451410867-LAPORAN-PENELITIAN-GEOGRAFI-kelompok-pdf.pdf451410867-LAPORAN-PENELITIAN-GEOGRAFI-kelompok-pdf.pdf
451410867-LAPORAN-PENELITIAN-GEOGRAFI-kelompok-pdf.pdf
 
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
 
Paper pancasila
Paper pancasilaPaper pancasila
Paper pancasila
 
Draft profil kesiapsiagaan menghadapi tsunami kab tulungagung
Draft profil kesiapsiagaan menghadapi tsunami kab tulungagungDraft profil kesiapsiagaan menghadapi tsunami kab tulungagung
Draft profil kesiapsiagaan menghadapi tsunami kab tulungagung
 
Laporan Mitigasi bancana
 Laporan Mitigasi bancana Laporan Mitigasi bancana
Laporan Mitigasi bancana
 
348595170 makalah-peringatan-dini-berbasis-masyarakat (1)
348595170 makalah-peringatan-dini-berbasis-masyarakat (1)348595170 makalah-peringatan-dini-berbasis-masyarakat (1)
348595170 makalah-peringatan-dini-berbasis-masyarakat (1)
 
RUSAKNYA EKOSISTEM TAMBAK AKIBAT BANJIR ROB DI KAWASAN MINAPOLITAN KECAMATAN ...
RUSAKNYA EKOSISTEM TAMBAK AKIBAT BANJIR ROB DI KAWASAN MINAPOLITAN KECAMATAN ...RUSAKNYA EKOSISTEM TAMBAK AKIBAT BANJIR ROB DI KAWASAN MINAPOLITAN KECAMATAN ...
RUSAKNYA EKOSISTEM TAMBAK AKIBAT BANJIR ROB DI KAWASAN MINAPOLITAN KECAMATAN ...
 
Mitigasi dengan role player
Mitigasi dengan role playerMitigasi dengan role player
Mitigasi dengan role player
 
Pedoman MItigasi Bencana Alam di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.pdf
Pedoman MItigasi Bencana Alam di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.pdfPedoman MItigasi Bencana Alam di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.pdf
Pedoman MItigasi Bencana Alam di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.pdf
 

More from Luhur Moekti Prayogo

Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East JavaResidual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East JavaLuhur Moekti Prayogo
 
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)Luhur Moekti Prayogo
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Luhur Moekti Prayogo
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Luhur Moekti Prayogo
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Luhur Moekti Prayogo
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Luhur Moekti Prayogo
 
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...Luhur Moekti Prayogo
 
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...Luhur Moekti Prayogo
 

More from Luhur Moekti Prayogo (20)

Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East JavaResidual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
 
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
 
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
 
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
 

Recently uploaded

Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 

Recently uploaded (20)

Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 

Mitigasi Bencana Pesisir

  • 1. i POTENSI BENCANA PESISIR DAN UPAYA MITIGASI BENCANA WILAYAH PESISIR DI INDONESIA MAKALAH MITIGASI BENCANA PESISIR Dosen Pengampu: Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng NAMA : DEWI ANGGRAENI NIM : 1310190001 PRODI : ILMU KELUATAN / 2019 PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE TUBAN 2022
  • 2. ii KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas taufik dan perkenan-Nya, karena berkat limpahan rahmat, taufik, hidayah, serta inayahnya, penulis bisa menyelesaikan tugas penyusunan Makalah Desalinasi dengan judul Potensi Bencana Di Wilayah Pesisir Sholawat serta salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan di akhirat pada umat manusia. Penulis selaku penyusun makalah mengucapkan terima kasih kepada Bapak Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng selaku dosen pengampu mata kuliah Mitigasi yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan makalah ini. Begitulah adanya, makalah ini masih jauh dari sempurna. Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan dari pembaca demi perbaikan dan peningkatan kualitas penyusunan makalah dimasa yang akan datang. Dan kami berharap, semoga makalah ini bisa memberikan suatu kemanfaatan bagi kami penyusun dan para pembaca serta referensi bagi penyusun makalah yang senada di waktu yang akan datang. Tuban, 20 November 2022 Penulis
  • 3. iii DAFTAR ISI Cover...........................................................................................................................................i KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii DAFTAR ISI............................................................................Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................................1 1.2 Rumusan masalah........................................................................................................1 1.3 Tujuan..........................................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................2 2.1 Potensi Bencana Di Wilayah Pesisir ...........................................................................2 2.1.1 Bencana Tsunami ........................................................................................................2 2.1.2 Bencana Banjir ..............................................................................................................3 2.1.3 Bencana Sea Level Rise (Kenaikan Paras Muka Air Laut).....................................3 2.1.4 Bencana Erosi................................................................................................................4 2.1.5 Bencana Angin Topan/Badai.......................................................................................4 2.2 Mitigasi Bencana Di Wilayah Pesisir .........................................................................4 2.2.1 Kebijakan Mitigasi Bencana Alam Di Wilayah Pesisir...........................................5 2.2.2 Strategi Mitigasi Bencana Alam Di Wilayah Pesisir ...............................................6 2.3 Mitigasi Bencana Tsunami..........................................................................................6 2.3.1 Upaya Mitigasi Bencana Tsunami Struktural............................................................6 2.3.2 Upaya Mitigasi Bencana Tsunami Non Struktural...................................................7 2.4 Mitigasi Bencana Banjir..............................................................................................8 2.4.1 Upaya Mitigasi Bencana Banjir Struktural................................................................8 2.4.2 Upaya mitigasi bencana banjir non struktural...........................................................9 2.5 Mitigasi Bencana Sea Level Rise/SLR (Kenaikan Paras Muka Air Laut)................10 2.5.1 Upaya Mitigasi Bencana Kenaikan Paras Muka Air Laut (Sea Level Rise) Struktural......................................................................................................................10 2.5.2 Upaya Mitigasi Bencana Kenaikan Paras Muka Air Laut (Sea Level Rise) Non Struktural......................................................................................................................10 2.6 Mitigasi Bencana Erosi .............................................................................................10 2.6.1 Upaya Mitigasi Bencana Erosi Pantai Struktural....................................................10 2.6.2 Upaya Mitigasi Bencana Erosi Pantai Non Struktural...........................................11 2.7 Mitigasi Bencana Angin Topan/Badai ......................................................................11
  • 4. iv 2.7.1 Upaya Mitigasi Bencana Angin Topan/Badai Struktural ......................................11 2.7.2 Upaya Mitigasi Bencana Angin Topan/Badai Non Struktural..............................11 BAB III PENUTUP .................................................................................................................12 3.1 Kesimpulan................................................................................................................12 DAFTAR PUSTAKAN ...........................................................................................................13
  • 5. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki ribuan pulaupulau kecil dan pantai terpanjang di dunia. Karena kondisi geografis dan geologisnya, pesisir pantai dan pulau-pulau kecil di Indonesia berpotensi mengalami bencana alam yang merupakan salah satu atau kombinasi dari gempa bumi tektonik, tsunami, angin topan/badai, banjir, gunung berapi dan tanah longsor, maupun oleh faktor non alam seperti berbagai akibat kegagalan teknologi dan ulah manusia. Kesemuanya tidak dapat diprediksi sebelumnya secara tepat kapan terjadi di suatu wilayah tertentu. Umumnya bencana yang terjadi tersebut menyebabkan penderitaan bagi masyarakat, baik berupa korban jiwa manusia, kerugian harta benda, maupun kerusakan lingkungan serta musnahnya hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. Disisi lain, karena berbagai potensi yang dikandung, wilayah pesisir pantai cenderung terus berkembang dengan populasi yang juga terus meningkat. Aset berupa sumberdaya manusia dan infrastruktur yang berada di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil perlu dilindungi dari bencana dan perlindungan tersebut merupakan tanggung jawab nasional suatu Negara, utamanya Pemerintah Daerah setempat dengan cara mengembangkan strategi mitigasi. Bencana diartikan sebagai suatu kejadian yang diluar kebiasaan (kondisi normal). Bencana dapat dibagi dalam bencana fisik dan bencana non fisik. Bencana selain disebabkan oleh faktor alam yang diluar kondisi normal dapat juga disebabkan oleh tindakan manusia yang secara simultan dapat mendatangkan bencana. Mitigasi, yang merupakan berbagai tindakan/upaya preventif untuk meminimalkan dampak negatif bencana yang diantisipasi akan terjadi di masa datang di suatu daerah tertentu, merupakan investasi jangka panjang bagi kesejahteraan semua lapisan masyarakat. Mitigasi dapat bersifat struktural ataupun non struktural. Kedepan terdapat kecenderungan bahwa sudah menjadi kebutuhan untuk lebih menitikberatkan pada upaya mitigasi ketimbang respon paska bencana. 1.2 Rumusan masalah Potensi bencana apa saja yang ada di wilayah pesisir? Apa yang dimaksud dengan mitigasi bencana di wilayah pesisir? Bagaimana upaya upaya mitigasi bencana di wilayah pesisir 1.3 Tujuan Untuk mengetahui apa saja bencana yang ada di wilayah pesisir, apa yang dimaksud dengan mitigasi bencana dan upaya upaya mitigasi bencana di wilayah pesisir.
  • 6. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Potensi Bencana Di Wilayah Pesisir 2.1.1 Bencana Tsunami Tsunami berasal dari bahasa Jepang yaitu tsu = pelabuhan dan nami = gelombang. Jadi tsunami berarti pasang laut besar di pelabuhan. Dalam ilmu kebumian terminologi ini dikenal dan baku secara umum. Secara singkat tsunami dapat dideskripsikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh suatu gangguan impulsif yang terjadi pada medium laut, seperti gempa bumi, erupsi vulkanik atau longsoran (land-slide). Gangguan impulsif pembangkit tsunami biasanya berasal dari tiga sumber utama, yaitu :  Gempa didasar laut  Letusan gunung api didasar laut  Longsoran yang terjadi di dasar laut Gelombang tsunami mempunyai panjang gelombang yang besar sampai mencapai 100 km. Kecepatan rambat gelombang tsunami di aut dalam mencapai antara 500 sampai 1000 km/ jam. Kecepatan penjalaran tsunami ini sangat tergantung dari kedalaman laut dan penjalarannya dapat berlangsung mencapai ribuan kilometer. Apabila tsunami mencapai pantai, kecepatannya dapat mencapai 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantaiyang dil aluinya. Sedangkan tinggi tsunami dapat mencapai 30 m. Dampaknegatif yang diakibatkan adalah dapat menyebabkan genangan, kontaminasi air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih. Disamping itu dapat merusak bangunan, prasarana dan tumbuh- tumbuhan, dan dapat mengakibatkan korban jiwa manusia. Tsunami yang terjadi di Indonesia, sebagian besar disebabkan oleh gempa- gempa tektonik di sepanjang daerah subduksi dan daerah seismik aktif lainnya (Puspito, 1994). Selama kurun waktu 1600 — 1999 terdapat 105 kejadian tsunami yang mana 909c disebabkan oleh g empa-gempa tektonik, 9 % disebabkan oleh letusan gunung api, dan 1 % disebabkan oleh landslide (Latief et al, 2000). Di Indonesia terdapat beberapa kelompok pantai yang rawan bencana tsunami, yaitu kelompok Pantai Barat Sumatera, Pantai Selatan Pulau Jawa, Pantai Utara dan Selatan pulau-pulau Nusa Tenggara, pulau- pulau di Maluku, pantai utara Irian Jaya dan hampir seluruh pantai di Sulawesi. Teluk dan bagian yang melekuk dari pantai sangat rawan akan bencana ini. Apalagi biasanya para nelayan mencari ikan dan bermukim di teluk. Selain itu daerah ini juga memiliki pantai landai yang memungkinkan gelombang pasang merayap ke daratan.
  • 7. 3 2.1.2 Bencana Banjir Problem banjir secara garis besar disebabkan oleh keadaan alam dan ulah campur tangan manus ia, sehingga dalam pemecahan nya tidak hanya dihadapkan pada masalah- masalah teknis saja tetapi juga oleh masalah- masalah yang berhubungan dengan kepadatan penduduk yang melampaui batas. Yang dimaksud dengan gejala alam adalah karena umumnya kota-kota pantai terletak di pantai berupa dataran yang cukup landai dan dilalui oleh sungai -sungai dan ketika pasang sebagian di bawah permukaan air laut, di samping juga dikarenakan curah hujan yang cukup tinggi. Fenomena kenaikan paras mula air laut ‹sea level rise) juga merupakan sebab yang mengakibatkan peningkatan frekuensi dan intensitas banjir. Hal tersebut dikarenakan oleh pembendungan akibat kenaikan paras air laut serta bertambahnya intensitas curah hujan karena pemanasan global. Adanya reklamasi pantai di daerah rawa-rawa di wilayah pesisir akan mengakibatkan hilangnya fungsi sebagai daerah tampungan sehingga memper besar aliran permukaan . Reklamasi juga akan mengakibatkan aliran sungaı makin lambat. Karena kecepatan berkurang maka laju sedimentasi di muara akan bertambah yang berarti mengurangi luas tampang basah sungai di muara. Pendangkalan muara akan menimbu1kan efek pembendungan yang cukup signifikan yang pada giIirann ya akan meningkatkan frekuensi banjir karena kapasitas tampan g sungai yan g terlampaui oleh debit sungai. Penggunaan air tanah yang berlebihan mengakibabk an land subsidence (penurunan tanah) sehingga memperbesar potensi banjir. Daerah pesisir rawan banjir di Indonesia meliputi Jakarta, pantura Jawa, Lampung, Palembang, Aceh, Sumatra Barat, Manado, Minahasa, dan Pulau Sumbawa. 2.1.3 Bencana Sea Level Rise (Kenaikan Paras Muka Air Laut) Peningkatan kegiatan manusia khususnya kegiatan transportasi, industri, pembangunan gedung-gedung dengan seluruhnya hampir tertutup kaca akhir-akhir ini, maka akan mengakibatkan pening katan efek rumah kaca (green house effect). Salah satu dampak dari peningkatan efek rumah kaca ini adalah terjadinya pemanasan suhu di bumi (globa1 warming) yang pada akhirnya akan mengakibatkan pemuaian air laut yang berakibat pada Sea Leve1 Rise (selanjutnya disebut SLR). Menurut IPCC (1990) diperkirakan akan terjadi SLR sebesar kira-kira 1 meter pada tahun 2100 dihitung mulai tahun 1990 Kejadian SLR tersebut akan mengak ibatkan mundurnya garis pantai. Salah satu cara paling sederhana untuk meperkirakan kemunduran garis pantai adalah dengan menganggap profil pantai setelah SLR adalah tetap. Dengan anggapan seperti ini maka besarnya kemunduran garis pantai adalah sebanding dengan SLR dibagi dengan kemiringan pantai.
  • 8. 4 Apabila kita tinjau panjang garis pantai total ya ng di miliki oleh Indonesia adalah 81.000 km dan kita anggap bahwa kemunduran garis pantai rerata akibat SLR sekitar 25 m, maka dengan berarti lahan pantai yang hilang dalam 100 tahun mencapai 202.500 Ha atau per tahunnya 2.025 Ha. Dampak lain akibat SLR adalah terjadinya peningkatan frekuehsi dan intensitas banjir. Hal terse but dikarenakan efek pembendungan oleh adanya SLR. Pembe ridungan ini mengakibatkan kecepatan berkurang dan laju sedimentasi di muara akan bertambah yang berarti mengurangi luas tampang basah sungai di muara. 2.1.4 Bencana Erosi Problem erosi di Indonesia telah mencapai tahapan kritis, karena banyak lahan yang bernilai ekonomis yang hilang akibat erosi. Erosi pantai di Indonesia dapat diakibatkan oleh proses alami, aktivitas manusia ataupun kombinasi keduanya. Akibat aktifitas man usia misalnya pembangunan perlabuhan, reklamasi pantai (untuk permukiman, pelabuhan udara, dan industri). Namun demikian penyebab utamanya adalah gerakan gelombang pada pantai terbuka, seperti pantai selatan Jawa, Selatan Bali dan beberapa area Kepulauan Sunda. Disamping itu, karena keterkaitan ekosistem, maka perubahan hidrologis dan oseanografis juga dapat mengakibatkan erosi kawasan pesisir. Terdapat 17 propinsi dan 68 lokasi pantai yang mengalami erosi di Indonesia yang memerlukan perhatian dan penanganan segera. Erosi pantai tergantung pada kondisi angkutan sedimen pada lokasi tersebut, yang dipengaruhi: angin, gelombang, arus, pasang surut, sedimen, dan kejadian lainnya, serta adanya gangguan yang diakibatkan oleh ulah manusia yang mungkin berupa konstruksi bangunan pada pantai, dan penambangan pasir. 2.1.5 Bencana Angin Topan/Badai Karena posisi geografisnya, wilayah pesisir pantai dan pulau-pulau kecil di Indonesia cukup rentan terhadap bencana angin topan/badai . Angin topan adalah suatu badai tropikal yang hebat dari pelepasan banyak energi dalam satu hari sebanyak satu megaton bom hydrogen. Angin topan/badai ini dapat mencapai kecepatan 200 km/jam dengan tekanan tiup mencapai 200 kg/m2. 2.2 Mitigasi Bencana Di Wilayah Pesisir Mitigasi bencana merupakan kegiatan yang amat penting dalam penanggulangan bencana, karena kegiatan ini merupakan kegiatan sebelum terjadinya bencana yang dimaksudkan untuk mengantisipasi agar dampak yang ditimbulkan dapat dikurangi. Mitigasi bencana di wilayah pesisir dan pulau -pulau kecil dapat dilakukan secara struktural maupun
  • 9. 5 secara non struktural Secara struktural yaitu dengan melakukan upaya teknis, baik secara alami maupun buatan, seperti pembuatan breakwater dan penanaman mangrove untuk mitigasi tsunami, pembangunan tanggul-tanggul, kanal-kanal diversi, pintu- pintu air pengendali banjir, normalisasi sungai, dan sistem polder pada daerah rawan banjir, groin pada wilayah pesisir yang tererosi, dan pembuatan struktur tahan bencana. Sedangkan mitigasi secara non struktural adalah upaya non teknis yang menyangkut penyesuaian dan pengaturan tentang kegiatan manusia agar sejalan dan sesuai dengan upaya mitigasi struktural maupun upaya lainnya. Mitigasi secara non struktural antara lain dengan membuat kebijakan tata guna lahan, kebijakan mengenai standarisasi bangunan tahan bencana, kebijakan tentang ekspIorasi dan kegiatan perekonomian masyarakat kawasan pesisir, penyadaran masyarakat, serta penyuluhan dan sosialisasi mengenai mitigasi bencana. Untuk mengatasi masalah bencana perlu dilakukan upaya mitigasi yang komprehensif yaitu kombinasi upaya struktur (pembu atan prasarana dan sarana pengendali) dan non struktur dan pelaksanaannya harus melibatkan instansi terkait. Seberapa besar pun upaya tersebut tidak akan dapat mem bebaskan terhadap masa1ah bencana alam secara mutlak. Oleh karena itu kunci keberhasilannya sebenarnya adalah adanya keharmonisan antara manusia/ masyarakat dengan aIam lingkungannya.Selain hal tersebut diatas perlu dipikirkan pula penerapan Pengelolaan Pesisir Terpadu (Integ rated Coastal Management) untuk mitigasi bencana. 2.2.1 Kebijakan Mitigasi Bencana Alam Di Wilayah Pesisir Kebijakan Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan suatu kerangka konseptual yang disusun untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana terutama di wilayah pesisir. Mitigasi bencana meliputi pengenalan dan adaptasi terhadap bahaya alam dan buatan manusia, serta kegiatan berkelanjutan untuk mengurangi atau menghilangkan resiko jangka pendek, menengah dan panjang, baik terhadap kehidupan manusia maupun harta benda. Kebijakan Mitigasi Bencana di Wilayah pesisir ini adalah sebagai berikut : a. Mengurangi resiko/dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya bagi penduduk di wilayah pesisir, seperti korban jiwa, kerugian ekonomi dan kerusakan sumberdaya alam. b. Mengurangi dampak negatif terhadap kualitas keberlanjutan ekologi dan lingkungan di wilayah pesisir akibat bencana alam maupun buatan. c. Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan wilayah pesisir.
  • 10. 6 d. Meningkatkan pengetahuan masyarakat pesisir dalam menghadapi serta mengurangi dampak/resiko bencana. e. Meningkatkan peran serta pemerintah baik pusat maupun daerah, pihak swasta maupun masyarakat dalam mitigasi bencana di wilayah pesisir 2.2.2 Strategi Mitigasi Bencana Alam Di Wilayah Pesisir Secara filosofis, penanggulangan bencana di wilayah pesisir dapat ditempuh melalui beberapa strategi sebagai berikut : a. Pola protektif, yaitu dengan membuat bangunan pantai secara langsung “menahan proses alam yang terjadi”. b. Pola adaptif, yakni berusaha menyesuaikan pengelolaan pesisir dengan perubahan alam yang terjadi. c. Pola mundur (retreat) atau do-nothing, dengan tidak melawan proses dinamika alami yang terjadi, tetapi “mengalah” pada proses alam dan menyesuaikan peruntukan sesuai dengan kondisi perubahan alam yang terjadi. Untuk dua pola terakhir perlu dipandang sebagai strategi mitigasi bencana alam di wilayah pesisir. Kajian ke arah tersebut perlu dilakukan agar kelestarian sumberdaya alam pantai dapat terpelihara serta kemanfaatannya terus dapat dinikmati dari generasi ke generasi secara berkelanjutan. Selain itu dapat pula dilakukan strategi pemberdayaan masyarakat dalam mitigasi bencana di wilayah pesisir sebagai pendekatan preventif dengan jalan memberikan penyuluhan dan pengarahan kepada masyarakat. 2.3 Mitigasi Bencana Tsunami 2.3.1 Upaya Mitigasi Bencana Tsunami Struktural Upaya struktural dalam menangani masalah bencana tsunami adalah upaya teknis yang bertujuan untuk meredam/mengurangi energi gelombang tsunami yang menjalar ke kawasan pantai. Mengingat tsunami menjalar secara frontal dengan arah tegak lurus terhadap bidang subduksi, sedangkan secara garis besar teluk-teluk dan pelabuhan-pelabuhan yang potensial terhadap bahaya tsunami (yaitu yang mengandung langsung ke zona subduksi) dapat ditetapkan, dan trayek penjalaran tsunami ke teluk-teluk atau pelabuhan-pelabuhan tersebut dapat diperkirakan. Berdasarkan pemahaman atas mekanisme terjadinya tsunami, karakteristik gelombang tsunami, inventarisasi dan identifikasi kerusakan struktur bangunan, maka upaya struktural tersebut dapat dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu: 1. Alami, seperti penanaman green belt (huran pantai atau mangrove), di sepanjang kawasan pantai dan perlindungan terumbu karang.
  • 11. 7 2. Buatan, a) pembangunan breakwater, seawall, pemecah gelombang sejajar pantai untuk menahan tsunami, b) memperkuat desain bangunan serta infrastruktur lainnya dengan kaidah teknik bangunan tahan bencana tsunami dan tata ruang akrab bencana, dengan mengembangkan beberapa insentif, antara lain:  Retrofitting: agar kondisi bangunan permukiman memenuhi kaidah teknik bangunan tahan tsunami,  Relokasi: salah satu aspek yang menyebabkan daerah rentan bencana adalah kepadatan permukiman yang cukup tinggi sehingga tidak ada ruang publik yang dapat dipergunakan untuk evakuasi serta terbatasnya mobilitas masyarakat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memindahkan sebagian pemukiman ke lokasi lain, dan menata kembali pemukiman yang ada yang mengacu kepada konsep kawasan pemukiman yang akrab bencana. 2.3.2 Upaya Mitigasi Bencana Tsunami Non Struktural Upaya non struktural merupakan upaya non teknis yang menyangkut penyesuaian dan pengaturan tentang kegiatan manusia agar sejalan dan sesuai dengan upaya mitigasi struktural maupun upaya lainnya. Upaya non struktural tersebut meliputi antara lain : 1. peraturan perundangan yang mengatur tentang bencana alam, 2. kebijakan tentang tata guna lahan / tata ruang/ zonasi kawasan pantai yang aman bencana, 3. kebijakan tentang standarisasi bangunan (pemukiman maupun bangunan lainnya) serta infrastruktur sarana dan prasarana, 4. mikrozonasi daerah rawan bencana dalam skala lokal, 5. pembuatan Peta Potensi Bencana Tsunami, Peta Tingkat Kerentanan dan Peta Tingkat Ketahanan, seingga dapat didesain komplek pemukiman “akrab bencana” yang memperhatikan beberapa aspek : a. bangunan permukiman tahan terhadap bencana tsunami, b. mobilitas dan akses masyarakat pada saat terjadi bencana, c. ruang fasilitas umum untuk keperluan evakuasi, dan d. aspek sosial ekonomi masyarakat yang sebagian besar kegiatan perekonomiannya tergantung pada hasil dan budidaya kawasan pantai. 6. kebijakan tentang eksplorasi dan kegiatan perekonomian masyarakat kawasan pantai,
  • 12. 8 7. pelatihan dan simulasi mitigasi bencana tsunami, 8. penyuluhan dan sosialisasi upaya mitigasi bencana tsunami, dan 9. pengembangan sistem peringatan dini adanya bahaya tsunami. Ancaman tsunami dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu ancaman tsunami jarak dekat (local) dan ancaman tsunami jarak jauh. Kejadian tsunami di Indonesia pada umumnya adalah tsunami lokal yang terjadi sekitar 10 – 20 menit setelah terjadinya gempa bumi dirasakan oleh masyarakat setempat. Sedangkan tsunami jarak jauh terjadi 1 – 8 jam setelah gempa dan masyarakat setempat tidak merasakan getaran gempa buminya. 2.4 Mitigasi Bencana Banjir 2.4.1 Upaya Mitigasi Bencana Banjir Struktural Upaya struktural dalam menangani masalah bencana banjir adalah upaya teknis yang bertujuan untuk menghambat laju air menuju muara sungai mulai dari daerah hulu, memperlancar aliran secara proporsional dan mencegah adanya luapan air sungai atau terjadinya genangan berlebihan air di daerah titik-titik rawan banjir. Upaya struktural tersebut didasarkan pada pendekatan konservasi dan pembangunan : 1. pembangunan tanggul di pinggir titik-titik daerah rawan banjir serta waduk pada daerah genangan air, 2. pembangunan kanal-kanal untuk menurunkan ketinggian air di daerah aliran sungai dengan menambah dan mengalihkan arah aliran sungai sekaligus untuk irigasi, 3. membangun river side conservation area di daerah tengah dan hulu, bertujuan untuk menahan air tidak segera menuju muara, 4. pembangunan poulder, bertujuan untuk mengumpulkan dan memindahkan air dari tempat yang mempunyai elevasi lebih tinggi dengan menggunakan pompa, 5. normalisasi secara selektif sungai bertujuan untuk melancarkan dan mempercepat aliran air sungai secara proporsional, dan 6. pembangunan pintu-pintu air pengendali banjir di ruasruas sungai sehingga debit sungai akan sesuai dengan kapasitas sungai. Pemilihan jenis konstruksi dan prasarana pengendali banjir khususnya untuk mitigasi bencana struktural tersebut dilakukan melalui tahapan pengenalan/pengecekan kondisi lapangan (reconnaissance), penyusunan masterplan, studi kelayakan rancang bangun dengan pertimbangan ekologis dan teknis secara terpadu. 7. penghijauan (reboisasi) daerah-daerah yang rawan banjir.
  • 13. 9 8. desain komplek permukiman yang “akrab bencana”, dengan memperhatikan beberapa aspek: a) bangunan permukiman yang sesuai di daerah dataran banjir, b) mobilitas dan akses masyarakat pada saat terjadi bencana, c) ruang fasilitas umum untuk keperluan evakuasi, d) aspek sosial ekonomi masyarakat, dan e) pembangunan permukiman kembali yang sesuai dengan kaidah teknik bangunan tahan bencana banjir dan tata ruang akrab bencana dengan beberapa insentif yang perlu dikembangkan antara lain :  Retrofitting: agar kondisi bangunan permukiman memenuhi kaidah teknik bangunan sesuai di dataran banjir  Relokasi: salah satu aspek yang menyebabkan daerah rentan bencana adalah kepadatan permukiman yang cukup tinggi sehingga tidak ada ruang publik yang dapat dipergunakan untuk evakuasi serta terbatasnya mobilitas masyarakat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memindahkan sebagian permukiman ke lokasi lain dan menata kembali permukiman yang ada yang mengacu kepada konsep kawasan permukiman akrab bencana. 2.4.2 Upaya mitigasi bencana banjir non struktural Upaya non struktural merupakan upaya non teknis yang menyangkut penyesuaian dan pengaturan tentang kegiatan manusia agar sejalan dan sesuai dengan upaya mitigasi struktural maupun upaya lainnya. Upaya non struktural tersebut meliputi antara lain : 1. peraturan perundangan yang mengatur tentang bencana alam, 2. kebijakan tentang tata guna lahan di dataran banjir dan daerah tangkapan air, 3. kebijakan tentang standarisasi bangunan (permukiman maupun bangunan lainnya) serta infrastruktur sarana dan prasarana, 4. pembuatan Peta Potensi Bencana Banjir, Peta Tingkat Kerentanan dan Peta Tingkat Ketahanan , 5. mikrozonasi daerah rawan bencana dalam skala lokal serta mikrozonasi sistem drainase perkotaan dan sistem pengelolaan sampah. 6. kebijakan tentang penerapan batas sempadan sungai, 7. pelatihan dan simulasi serta sosialisasi mitigasi bencana banjir, 8. pengendalian curah hujan untuk mengurangi intensitas curah hujan. 9. pengembangan Sistem Peringatan Dini Bencana Banjir
  • 14. 10 2.5 Mitigasi Bencana Sea Level Rise/SLR (Kenaikan Paras Muka Air Laut) 2.5.1 Upaya Mitigasi Bencana Kenaikan Paras Muka Air Laut (Sea Level Rise/SLR) Struktural Upaya struktural dalam menangani bencana SLR adalah upaya teknis yang bertujuan untuk melindungi lingkungan pesisir yang rawan terhadap bencana SLR. Upaya penanggulangan secara fisik yang dapat dilakukan antara lain: 1. Membuat sistem pelindung pantai baik yang bersifat statis seperti pembangunan tanggul, seawall, revetment, groin, dan detached breakwater maupun yang dinamis seperti penanaman mangrove. 2. Mengangkat atau meninggikan segala bentuk fasilitas dan lahan pantai. 3. Memindahkan segala bentuk fasilitas dan lahan pantai ke arah darat yang aman dari jangkauan air laut. 4. Penyesuaian sistem drainase. 2.5.2 Upaya Mitigasi Bencana Kenaikan Paras Muka Air Laut (Sea Level Rise/SLR) Non Struktural Upaya non struktural merupakan upaya non teknis yang menyangkut penyesuaian dan pengaturan tentang kegiatan manusia agar sejalan dan sesuai dengan upaya mitigasi struktural maupun upaya lainnya. Upaya-upaya non struktural ini meliputi : 1. peraturan perundangan yang mengatur bencana alam, 2. penyusunan kebijakan untuk pemerintah terkait dan stakeholder tentang sistem perlindungan pantai. 3. pengembangan garis pantai (shoreline setback), seperti penyusunan kebijakan yang mengatur ijin bangunan terhadap lahan yang terkena erosi akibat SLR. 4. pengembangan Sistem Peringatan Dini Kenaikan Paras Muka Air Laut 2.6 Mitigasi Bencana Erosi 2.6.1 Upaya Mitigasi Bencana Erosi Pantai Struktural Upaya struktural dalam menangani masalah bencana erosi adalah upaya teknis yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan proses transpor sedimen di sepanjang garis pantai melalui upaya antara mengurangi/menahan energi gelombang yang mencapai garis pantai, memperkuat struktur geologi garis pantai, maupun menambah suplai sedimen. Upaya mitigasi struktural tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu : 1. Secara alami, seperti penanaman green belt (hutan pantai atau mangrove), penguatan gumuk pasir dengan vegetasi dan lain-lain.
  • 15. 11 2. Secara buatan, seperti pembangunan dinding penahan gelombang, pembangunan groin dan lain-lain. Upaya struktural mitigasi dengan cara buatan tersebut perlu direncanakan secara cermat karena dapat mengakibatkan terjadinya perubahan pola dan karakteristik gelombang yang dalam jangka panjang mungkin dapat mengakibatkan terjadinya erosi di tempat lain. 2.6.2 Upaya Mitigasi Bencana Erosi Pantai Non Struktural Upaya non struktural merupakan upaya non teknis yang menyangkut penyesuaian dan pengaturan tentang kegiatan manusia agar sejalan dan sesuai dengan upaya mitigasi struktural maupun upaya lainnya. Upaya mitigasi bencana erosi non struktural adalah sebagai berikut : 1. peraturan perundangan yang mengatur tentang bencana alam, 2. pembuatan standarisasi dan metoda perlindungan pantai, 3. penyusunan sempadan garis pantai, 4. pengembangan Sistem Peringatan Dini Bencana Erosi Pantai. 2.7 Mitigasi Bencana Angin Topan/Badai 2.7.1 Upaya Mitigasi Bencana Angin Topan/Badai Struktural Upaya struktural dalam menangani bencana angin topan/badai adalah upaya teknis yang bertujuan untuk mencapai lingkungan yang lebih tahan bencana angin topan/badai. Upaya penanggulangan secara fisik yang dapat dilakukan antara lain: • low cost roof retrofitting, terutama struktur atapnya yang rentan terhadap kerusakan akibat angin topan/badai 2.7.2 Upaya Mitigasi Bencana Angin Topan/Badai Non Struktural Upaya non struktural merupakan upaya non teknis yang menyangkut penyesuaian dan pengaturan tentang kegiatan manusia agar sejalan dan sesuai dengan upaya mitigasi struktural maupun upaya lainnya. Upaya penanggulangan secara non strukural yang dapat dilakukan antara lain: 1. peraturan perundangan yang mengatur bencana alam, 2. pemetaan bahaya sentakan badai, 3. lifeline vulnerability audits untuk mempromosikan kesiagaan masyarakat terhadap bencana, 4. sosialisasi peraturan pembangunan dan cara-cara konstruksi yang baik dan aman dan lain-lain, 5. pengembangan Sistem Peringatan Dini Bencana Angin Topan/Badai
  • 16. 12 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa potensi bencana yang ada di wilayah pesisir meliputi : bencana tsunami, bencana banjir, bencana kenikan para muka air laut (Sea Level Rise), bencana erosi dan masih banyak lagi, dan adanya upaya-upaya mitigasi bencana di wilayah pesisir yang amat penting dalam penanggulangan bencana, karena kegiatan ini merupakan kegiatan sebelum terjadinya bencana yang dimaksudkan untuk mengantisipasi agar dampak yang ditimbulkan dapat dikurangi. Mitigasi bencana di wilayah pesisir dan pulau -pulau kecil dapat dilakukan secara struktural maupun secara non struktural.
  • 17. 13 DAFTAR PUSTAKAN Direktorat Jenderal Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Departemen Kelautan Dan Perikanan 2004. Pedoman Mitigasi Bencana Alam Di Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta. 1-75 Diposaptono, S. D. (2014). Mitigasi Bencana Alam di Wilayah Pesisir dalam Kerangka Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu di Indonesia. Jurnal ALAMI: Jurnal Air, Lahan, Lingkungan, dan Mitigasi Bencana. 8(2).