1. 1
SISTEM PERNAPASAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
hidayah-Nyalah sehingga makalah yang berjudul ‘karsinoma colon dan rectum’ dapat
terselesaikan dengan baik. Selanjutnya taklupa kami ucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa masih terdapat banyak
kesalahan dan kekeliruan serta jauh dari kesempurnaan baik dari segi isi maupun
penulisannya, Oleh karena itu, dengan senang hati kami senantiasa mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini di kemudian hari.
Demikianlah makalah ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua
utamanya dalam bidang kesehatan dan semoga jerih payah kita mendapat berkah dari Tuhan
Yang Maha Esa, Amin.
Kendari 09 Mei2013
Penulis
2. 2
SISTEM PERNAPASAN
DAFTAR ISI
Kata pengantar .............................................................................................................i
Daftar isi ........................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang ....................................................................................................3
B. Rumusan masalah ..............................................................................................3
C. Tujuan ................................................................................................................3
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian pernapasan........................................................................................4
B. Alat-alat pernapasan pada manusia....................................................................5
C. Penyakit pada system pernapasan dan penangannya .......................................10
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................18
B. Saran ...................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
3. 3
SISTEM PERNAPASAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
pernafasan adalah serangkain proses interaksi dan koordinasi yang kompleks yang
mempunyai peranan sangat penting dalam mempertahankan kestabilan, atau homeostasis
lingkungan internal tubuh kita. Sistem pernafasan yang berfungsi dengan baik dapat
menjamin jaringan memperoleh pasokan oksigen yang adekuat dan pembuangan
karbundioksida yang cepat. Proses ini sangat rumit, sehingga mekanisme kontrol harus dapat
memastikan terpeliharanya homeostasis sepanjang kondisi lingkungan dan kebutuhan tubuh
yang terus berubah. Pengaturan pertukaran gas antara sel-sel tubuh dan darah yang
bersirkulasi adalah ”inti” dari fisiologi pernafasan.
Berdasarkan etiologinya, asthma dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu asthma
intrinsik dan asthma ektrinsik. Asthma ektrinsik (atopi) ditandai dengan reaksi alergik
terhadap pencetus-pencetus spesifik yang dapat diidentifikasi seperti : tepung sari jamur,
debu, bulu binatang, susu telor ikan obat-obatan serta bahan-bahan alergen yang lain.
Sedangkan asthma intrinsik ( non atopi ) ditandai dengan mekanisme non alergik yang
bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik seperti : Udara dingin, zat kimia,yang bersifat
sebagai iritan seperti : ozon ,eter, nitrogen, perubahan musim dan cuaca, aktifitas fisik yang
berlebih , ketegangan mental serta faktor-faktor intrinsik lain. Serangan asthma mendadak
secara klinis dapat dibagi menjadi tiga stadium.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang kami dapat yaitu
bagaimanakah bentuk anatomi system pernapasan dan salah satu peyakit yang terdapat pada
system pernapasan
C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah yang ada diatas maka tujuan penulisan makalah ini yaitu
untuk mengetahui bagaimanakah bentuk anatomi system pernapasan dan salah satu peyakit
yang terdapat pada system pernapasan.
4. 4
SISTEM PERNAPASAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. SISTEM RESPIRASI
I. PENGERTIAN RESPIRASI
Pengertian pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen,
pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Menusia dalam bernapas
menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan.
Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :
Respirasi Luar yang merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan
udara.
Respirasi Dalam yang merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke sel-sel
tubuh.
Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dilakukan
dengan dua cara pernapasan, yaitu :
1. Respirasi / Pernapasan Dada
Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut
Tulang rusuk terangkat ke atas
Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada kecil
sehingga udara masuk ke dalam badan.
2. Respirasi / Pernapasan Perut
Otot difragma pada perut mengalami kontraksi
Diafragma datar
Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pada dada
mengecil sehingga udara pasuk ke paru-paru.
Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari. Dalam keadaan tubuh
bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun menjadi berlipat-lipat kali dan
bisa sampai 10 hingga 15 kalilipat. Ketika oksigen tembus selaput alveolus, hemoglobin
akan mengikat oksigen yang banyaknya akan disesuaikan dengan besar kecil tekanan
udara.
Pada pembuluh darah arteri, tekanan oksigen dapat mencapat 100 mmHg dengan 19 cc
oksigen. Sedangkan pada pembuluh darah vena tekanannya hanya 40 milimeter air raksa
dengan 12 cc oksigen. Oksigen yang kita hasilkan dalam tubuh kurang lebih sebanyak
200 cc di mana setiap liter darah mampu melarutkan 4,3 cc karbondioksida / CO2. CO2
yang dihasilkan akan keluar dari jaringan menuju paruparu dengan bantuan darah.
Proses Kimiawi Respirasi Pada Tubuh Manusia :
Pembuangan CO2 dari paru-paru : H + HCO3 ---> H2CO3 ---> H2 + CO2
Pengikatan oksigen oleh hemoglobin : Hb + O2 ---> HbO2
Pemisahan oksigen dari hemoglobin ke cairan sel : HbO2 ---> Hb + O2
Pengangkutan karbondioksida di dalam tubuh : CO2 + H2O ---> H2 + CO2
Alat-alat pernapasan berfungsi memasukkan udara yang mengandung oksigen dan
mengeluarkan udara yang mengandung karbon dioksida dan uap air.
5. 5
SISTEM PERNAPASAN
Tujuan proses pernapasan yaitu untuk memperoleh energi. Pada peristiwa bernapas
terjadi pelepasan energy.
Sistem Pernapasan pada Manusia terdiri atas:
1. Hidung
2. Faring
3. Trakea
4. Bronkus
5. Bronkiouls
6. paru-paru
B. ANATOMI SISTEM PERNAPASAN
Alat – alat pernapasan pada manusia
1. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung
berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar
keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk
lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi
menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang
mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk.Di
sebelah belakang rongga hidung terhubung dengan nasofaring melalui dua lubang yang
disebut choanae.
Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus dan selaput lendir yang
berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ke dalam rongga hidung.
2. Faring (Tenggorokan)
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran,
yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan
(orofarings) pada bagian belakang.
6. 6
SISTEM PERNAPASAN
Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita
suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar
dan terdengar sebagai suara.
Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan
karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita
akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan
sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan.
Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk dan juga
sebagi jalan makanan dan minuman yang ditelan, faring juga menyediakan ruang
dengung(resonansi) untuk suara percakapan.
3. Pangkal Tenggorokan (laring)
Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Laring berada
diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah satu tulang rawan pada laring disebut
epiglotis. Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal laring.
Laring diselaputi oleh membrane mukosa yang terdiri dari epitel berlapis pipih yang
cukup tebal sehingga kuat untuk menahan getaran-getaran suara pada laring. Fungsi utama
laring adalah menghasilkan suara dan juga sebagai tempat keluar masuknya udara.
Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang membentuk jakun. Pangkal
tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok (epiglotis). Pada waktu menelan
makanan, katup tersebut menutup pangkal tenggorok dan pada waktu bernapas katu
membuka. Pada pangkal tenggorok terdapat selaput suara yang akan bergetar bila ada udara
dari paru-paru, misalnya pada waktu kita bicara.
4. Batang Tenggorokan (Trakea)
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan
sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin
tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring
benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.
Batang tenggorok (trakea) terletak di sebelah depan kerongkongan. Di dalam rongga
dada, batang tenggorok bercabang menjadi dua cabang tenggorok (bronkus). Di dalam paru-
7. 7
SISTEM PERNAPASAN
paru, cabang tenggorok bercabang-cabang lagi menjadi saluran yang sangat kecil disebut
bronkiolus. Ujung bronkiolus berupa gelembung kecil yang disebut gelembung paru-paru
(alveolus).
5. Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus
kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus
bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya
melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.
Batang tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus, yaitu bronkus sebelah kiri dan
sebelah kanan. Kedua bronkus menuju paru-paru, bronkus bercabang lagi menjadi
bronkiolus. Bronkus sebelah kanan(bronkus primer) bercabang menjadi tiga bronkus lobaris
(bronkus sekunder), sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang menjadi dua bronkiolus.
Cabang-cabang yang paling kecil masuk ke dalam gelembung paru-paru atau alveolus.
Dinding alveolus mengandung kapiler darah, melalui kapiler-kapiler darah dalam alveolus
inilah oksigen dan udara berdifusi ke dalam darah. Fungsi utama bronkus adalah
menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan keluar paru-paru.
6. Bronkiolus
Bronkeolus merupakan cabang dari bronkus, dindingnya lebih tipis dan salurannya lebih
tipis. Bronkeolus bercabang-cabang menjadi bagian yang lebih halus.
7. Alveolus
Saluran akhir dari saluran pernafasan yang berupa gelembung-gelembung udara. Dinding
aleolus sanat tipis setebal silapis sel, lembap dan berdekatan dengan kapiler- kapiler darah.
Adanya alveolus memungkinkan terjadinya luasnya daerah permukaan yang berperan penting
dalam pertukaran gas. Pada bagian alveolus inilah terjadi pertukaran gas-gas O2 dari udara
bebas ke sel-sel darah, sedangkan perukaran CO2 dari sel-sel tubuh ke udara bebas terjadi.
8. 8
SISTEM PERNAPASAN
Pertukaran Gas dalam Alveolus
Oksigen yang diperlukan untuk oksidasi diambil dari udara yang kita hirup pada
waktu kita bernapas. Pada waktu bernapas udara masuk melalu saluran pernapasan dan
akhirnyan masuk ke dalam alveolus. Oksigen yang terdapat dalam alveolus berdifusi
menembus dinding sel alveolus. Akhirnya masuk ke dalam pembuluh darah dan diikat oleh
hemoglobin yang terdapat dalam darah menjadi oksihemoglobin. Selanjutnya diedarkan oleh
darah ke seluruh tubuh.
Oksigennya dilepaskan ke dalam sel-sel tubuh sehingga oksihemoglobin kembali
menjadi hemoglobin. Karbondioksida yang dihasilkan dari pernapasan diangkut oleh darah
melalui pembuluh darah yang akhirnya sampai pada alveolus Dari alveolus karbon dioksida
dikeluarkan melalui saluran pernapasan pada waktu kita mengeluarkan napas. Dengan
demikian dalam alveolus terjadi pertukaran gas yaitu oksigen masuk dan karnbondioksida
keluar.
8. Paru-paru (Pulmo)
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh
otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada
dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri
(pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis,
disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura
dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan
9. 9
SISTEM PERNAPASAN
dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Paru-paru tersusun oleh
bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus tidak mempunyai
tulang rawan,tetapi ronga bronkus masih bersilia dan dibagian ujungnya mempunyai
epitelium berbentuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus terminalis bercabang-cabang lagi
menjadi bronkiolus respirasi, kemudian menjadi duktus alveolaris.Pada dinding duktus
alveolaris mangandung gelembung-gelembung yang disebut alveolus.
a. Kapasitas Paru-Paru
Udara yang keluar masuk paru-paru pada waktu melakukan pernapasan biasa disebut
udara pernapasan (udara tidal). Volume udara pernapasan pada orang dewasa lebih kurang
500 ml. Volume udara tidal orang dewasa pada pernapasan biasa kira-kira 500 ml. ketika
menarik napas dalam-dalam maka volume udara yang dapat kita tarik mencapai 1500 ml.
Udara ini dinamakan udara komplementer. Ketika kita menarik napas sekuat-kuatnya,
volume udara yang dapat diembuskan juga sekitar 1500 ml. Udara ini dinamakan udara
suplementer. Meskipun telah mengeluarkan napas sekuat-kuatnya, tetapi masih ada sisa udara
dalam paru-paru yang volumenya kira-kira 1500 mL. Udara sisa ini dinamakan udara residu.
Jadi, Kapasitas paru-paru total = kapasitas vital + volume residu =4500 ml/wanita dan 5500
ml/pria..
b. Volume Udara Pernafasan
Dalam keadaan normal, volume udara paru-paru manusia mencapai 4500 cc. Udara
ini dikenal sebagai kapasitas total udara pernapasan manusia.
Walaupun demikian, kapasitas vital udara yang digunakan dalam proses bernapas
mencapai 3500 cc, yang 1000 cc merupakan sisa udara yang tidak dapat digunakan tetapi
senantiasa mengisi bagian paru-paru sebagai residu atau udara sisa. Kapasitas vital
adalah jumlah udara maksimun yang dapat dikeluarkan seseorang setelah mengisi paru-
parunya secara maksimum.
Dalam keadaaan normal, kegiatan inspirasi dan ekpirasi atau menghirup dan
menghembuskan udara dalam bernapas hanya menggunakan sekitar 500 cc volume udara
pernapasan (kapasitas tidal = ± 500 cc). Kapasitas tidal adalah jumlah udara yang keluar
masuk pare-paru pada pernapasan normal. Dalam keadaan luar biasa, inspirasi maupun
ekspirasi dalam menggunakan sekitar 1500 cc udara pernapasan (expiratory reserve
volume = inspiratory reserve volume = 1500 cc). Lihat skema udara pernapasan berikut
ini.
C. GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN DAN PENANGANANNYA
1. LANDASAN TEORI
Asma bronkial adalah penyakit obstruksi jalan nafas, yang dapat pulih dan intermiten
yang ditandai oleh penyempitan jalan nafas, mengakibatkan dispnea, batuk, mengi (Suddart
dan brunner, 2000).
10. 10
SISTEM PERNAPASAN
Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spame akut
otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan ventilasi
alveolus. ( Huddak & Gallo, 1997 )
Asma bronkial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana
trakea dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.( Smeltzer,
2002)
Asma bronkial adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika
bronkus mengalami inflamasi atauperadangan dan hiperresponsif. (Reeves, 2001 )
Asma bronkial adalah penyakit pernafasan obstruksi yang ditandai oleh spasme akut
otot polos bronkhiolus, hal ini menyebabkan obstruksi aliran udara dan penurunan ventilasi
alveolus (Corwin, 2001).
Asma bronkial suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari
trachea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa
kesukaran bernafas yang disebabkan oleh peyempitan yang menyeluruh dari saluran
nafas. (United States National Tuberculosis Association, 1967).
2. ETIOLOGI
1) Pemanjangan terhadap alergen tungau, debu rumah, bulu binatang.
2) Pemajan terhadap iritan asap rokok, minyak wangi.
3) Olah raga yang berlebihan
4) Stres atau ekspresi emosional : takut, marah, frustasi.
5) Obat-obat aspirin, anti inflamasi non steroid.
6) Lingkungan kerja : uap zat kimia.
7) Pengawaet makanan : sulfit.
8) Faktor lingkungan : perubahan suhu dalam lingkungan mis: udara dingin
9) Faktor keturunan
10) Infeksi virus saluran napas : influenza .
3. FISIOLOGI
Fisiologi pernafasan adalah serangkain proses interaksi dan koordinasi yang kompleks
yang mempunyai peranan sangat penting dalam mempertahankan kestabilan, atau
homeostasis lingkungan internal tubuh kita. Sistem pernafasan yang berfungsi dengan baik
dapat menjamin jaringan memperoleh pasokan oksigen yang adekuat dan pembuangan
karbundioksida yang cepat. Proses ini sangat rumit, sehingga mekanisme kontrol harus dapat
memastikan terpeliharanya homeostasis sepanjang kondisi lingkungan dan kebutuhan tubuh
yang terus berubah. Pengaturan pertukaran gas antara sel-sel tubuh dan darah yang
bersirkulasi adalah ”inti” dari fisiologi pernafasan.
Fungsi yang kompleks ini tidak mungkin berjalan lancar tanpa adanya integrasi antara
berbagai sistem kontrol fisiologi yang mencakup keseimbangan asam basa, air dan elektrolit,
sirkulasi, dan metabolisme secara fungsional, sistem pernafasan terdiri atas serangkain proses
” teratur” yang terintegrasi yang mencakup ventilasi pulmunal ( bernafas, pertukaran gas
dalam paru-paru dan jaringan, transpor gas oleh darah, dan regulasi pernafasan secara
keseluruhan (Asih, Effendy, 2004).
11. 11
SISTEM PERNAPASAN
4. PATOFISIOLOGI
Suatu serangan asthma timbul karena seorang yang atopi terpapar dengan alergen yang
ada dalam lingkungan sehari-hari dan membentuk imunoglobulin E ( IgE ). Faktor atopi itu
diturunkan. Alergen yang masuk kedalam tubuh melalui saluran nafas, kulit, dan lain-lain
akan ditangkap makrofag yang bekerja sebagai antigen presenting cell (APC). Setelah alergen
diproses dalan sel APC, alergen tersebut dipresentasikan ke sel Th. Sel Th memberikan signal
kepada sel B dengan dilepaskanya interleukin 2 ( IL-2 ) untuk berpoliferasi menjadi sel
plasma dan membentuk imunoglobulin E ( IgE ).
IgE yang terbentuk akan diikat oleh mastosit yang ada dalam jaringan dan basofil yang
ada dalan sirkulasi. Bila proses ini terjadai pada seseorang, maka orang itu sudah disensitisasi
atau baru menjadi rentan. Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali atau lebih
dengan alergen yang sama, alergen tersebut akan diikat oleh Ig E yang sudah ada dalam
permukaan mastoit dan basofil. Ikatan ini akan menimbulkan influk Ca++ kedalam sel dan
perubahan didalam sel yang menurunkan kadar cAMP.
Penurunan pada kadar cAMP menimbulkan degranulasi sel. Degranulasi sel ini akan
menyebabkan dilepaskanya mediator-mediator kimia yang meliputi : histamin, slow releasing
suptance of anaphylaksis ( SRS-A), eosinophilic chomotetik faktor of anaphylacsis (ECF-A)
dan lain-lain. Hal ini akanmenyebabakan timbulnya tiga reaksi utama yaitu : kontraksi otot-
otot polos baik saluran nafas yang besar ataupun yang kecil yang akan menimbulkan
bronkospasme, peningkatan permeabilitas kapiler yang berperan dalam terjadinya
edema mukosa yang menambah semakin menyempitnya saluran nafas , peningkatansekresi
kelenjar mukosa dan peningkatan produksi mukus. Tiga reaksi tersebut menimbulkan
gangguan ventilasi, distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru dan
gangguan difusi gas ditingkat alveoli, akibatnya akan terjadi hipoksemia, hiperkapnea dan
asidosis pada tahap yang sangat lanjut.
Berdasarkan etiologinya, asthma dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu asthma
intrinsik dan asthma ektrinsik. Asthma ektrinsik (atopi) ditandai dengan reaksi alergik
terhadap pencetus-pencetus spesifik yang dapat diidentifikasi seperti : tepung sari jamur,
debu, bulu binatang, susu telor ikan obat-obatan serta bahan-bahan alergen yang lain.
Sedangkan asthma intrinsik ( non atopi ) ditandai dengan mekanisme non alergik yang
bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik seperti : Udara dingin, zat kimia,yang bersifat
sebagai iritan seperti : ozon ,eter, nitrogen, perubahan musim dan cuaca, aktifitas fisik yang
berlebih , ketegangan mental serta faktor-faktor intrinsik lain. Serangan asthma mendadak
secara klinis dapat dibagi menjadi tiga stadium.
1) Stadium pertama ditandai dengan batuk-batuk berkala dan kering. Batuk ini terjadi karena
iritasi mukosa yang kental dan mengumpul. Pada stadium ini terjadi edema dan
pembengkakan bronkus.
2) Stadiun kedua ditandai dengan batuk disertai mukus yang jernih dan berbusa. Klien
merasa sesak nafas, berusaha untuk bernafas dalam, ekspirasi memanjang diikuti bunyi
mengi (wheezing ). Klien lebih suka duduk dengan tangan diletakkan pada pinggir tempat
tidur, penderita tampak pucat, gelisah, dan warna kulit sekitar mulai membiru.
12. 12
SISTEM PERNAPASAN
3) Sedangkan stadiun ketiga ditandai hampir tidak terdengarnya suara nafas karena aliran
udara kecil, tidak ada batuk,pernafasan menjadi dangkal dan tidak teratur, irama
pernafasan tinggi karena asfiksia
5. TANDA GEJALA
1) Sesak napas
2) Retraksi dada
3) Batuk berdahak.
4) Mengi atau wheezing.
5) Napas cuping hidung.
6) Pernapasan cepat dan dangkal.
7) Selama serangan asma, udara terperangkap karena spasme dan muku memperlambat
ekspirasi. Hal ini menyebabkan waktu menghembuskan udara menjadi lebih lama.
6. KOMPLIKASI
1) Atelektasis
2) Apnoe
3) Gagal nafas
4) Asidosis Respiratorik
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Foto dada AP lateral, diameter anteroposterior membeasar pada foto lateral, dapat
terlihat bercak konsolidasi yang tersebar.
2) Analisa gas darah : hipercarbia sebagi tanda airtrapping, asidosis ,etabilik, respiratorik.
3) Pemeriksaan deteksi cepat antigen RSU yang dapat dikerjakan secara bed side.
4) Kapasitas inspirasi menurun pada emfisema.
5) Bronkogram : menunjukkana dilatasi silindris bronkus pada inspirasi.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium :
1) Pemeriksaan sputum : eosinofilia dengan reaktivitas alergi, sputum jernih dan berbusa
( alergik), sputum kental dan putih atauberserabut (nonalergik)
2) Pemeriksaan AGD : ph menurun (N7,35–7,45), PCO2 > 45mmHg, PO2 menurun (N
95-100mmHg
b. Foto dada : selama periode akut menunjukkan hiperinflasi dan pendataran diafragma
I. PENATALAKSANAAN
1) Pencegahan terhadap pemajanan alergen
2) Pencegahan juga mencakup memantau ventilasi secara berkala terutama saat musim
dingin
3) Anti-inflamasi sebagai permulaan serangan
13. 13
SISTEM PERNAPASAN
4) Steroid inhalasi menghentikan proses peradangan
5) Agonis Beta untuk mendilatasi otot-otot polos bronkhial
6) Metilsantin mempunyai efek bronkhodilatasi atau menghilangkan spasme
7) Obat anti-kolinergik untuk mengurangi efek parasimpatis sehingga melemaskan otot-
otot polos bronkhiolus
J. TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pernafasan ( B1 : Breathing )
Riwayat batuk dengan sputum, riwayat terpapar zat kimia : rokok, didapatkan nafas
cepat dan dangkal, ada nafas cuping hidung, ekspirasi memanjang, terdapat wheezing atau
mengi
b. Kardiovaskuler ( B2 : Bleeding )
Mempunyai riwayat IMA, Penyakit jantung koroner, CHF, Tekanan darah tinggi,
diabetes melitus.
Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau
terlambatnya capilary refill time, disritmia. Heart rate mungkin meningkat atau menglami
penurunan (tachy atau bradi cardia). Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal.
Edema : Jugular vena distension, odema anasarka, crackles mungkin juga timbul dengan
gagal jantung. Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.
c. Persarafan ( B3 : Brain )
Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation, gelisah, insomnia
d. Perkemihan – Eliminasi Uri ( B4 : Blader )
Terdapat gangguan eliminasi uri seperti disuria, retensi urin
e. Pencernaan – Eliminasi Alvi ( B5 : Bowel )
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal. Mual, kehilangan nafsu makan,
penurunan turgor kulit, berkeringat banyak, muntah dan perubahan berat badan.
f. Tulang – Otot – Integumen ( B6 : Bone )
Kelemahan, kelelahan saat melakukan aktivitas
K. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN DIAGNOSA
1. Diagnosa 1
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukkan sekret di
bronkus Batasan karakteristik :
Tujuan Keperawatan : Jalan napas kembali efektif
Kriteria hasil :
a) Sesak, batuk, sputum berkurang sampai hilang.
b) Tidak terdapat suara napas tambahan.
c) Tanda Vital normal
14. 14
SISTEM PERNAPASAN
d) Tidak menggunakan otot-otot pernapasan tambahan
Intervensi :
1) Observasi bunyi napas atau auskultasi adanya wheezing, ronchi.
R : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas
2) Observasi frekuensi nafas
R : Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspiras
3) Lakukan hisap lendir dan hati-hati bila klien tidak mampu mengeluarkan lendir sendiri.
R : Penghisapan diberikan bila batuk tidak efektif
4) Anjurkan pasien untuk sering minum air hangat
R : Penggunaan cairan hangat dapat meneurunkan spasme bronkus
5) Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian nebuliser
R : Kelembababn menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi atau obat bronkhodilator
R : Menurunkan spasme jalan nafas
2. Diagnosa 2
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya bronkhospasme
Batasan karakteristik :
Tujuan keperawatan : Pola nafas kembali efektif
Kriteria Hasil :
a) Klien menunjukkan tanda ventilasi adekuat
b) Nafas 16-24 x/menit
c) Hilangnya tanda-tanda sianosis
Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda vital.
R : Memonitor keadaan umum
2) Monitor kedalaman dan frekuensi pernapasan.
R : Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding
inspirasi
3) Observasi kulit dan membran mukosa
R : Sianosis perifer menunjukkan adanya vasokonstriksi. Sianosis sekitar mulut
adanya hipoksemia
4) Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian O2
R : Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas
3. Diagnosa 3
Cemas berhubungan dengan gangguan pertukaran gas
Batasan karakteristik :
Tujuan keperawatan : Cemas dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
15. 15
SISTEM PERNAPASAN
1) Klien merasa tenang dan bisa menerima keadaannya.
2) Pasien tampak rileks
Intervensi :
1) Jelaskan proses penyakit dan prosedur pengobatan sesuai tingkat pemahaman klien.
R : Menjelaskan ansietas karena rasa ketidaktahuan dan menurunkan takut tentang
keamanan pribadi
2) Anjurkan keluarga atau orang terdekat untuk selalu mendampingi klien.
R : membantu dalam neurunkan ansietas yang berhubungan dengan penolakan adanya
dispneu berat
3) Dukung klien atau orang terdekat dalam menerima keadaan atausituasi yang dihadapi
khususnya tahap penyembuhan yang lama.
R : Mekanisme koping dan partisipasi dalam program pengobatan
4) Berikan tindakan kenyamanan
R : Dapat menurunkan stress dan perhatain tak langsung untuk meningkatkan
relaksasi dan kemampuan koping
4. Diagnosa 4
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
kurang atau anoreksia
Batasan karakteristik :
Tujuan keperawatan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria Hasil : Berat badan dan tinggi badan ideal,
Tidak ada tanda-tanda hiperglikemik atau hipoglikemik, nafsu makan meningkat.
Intervensi:
1) Menganjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering.
R : meningkatkan nafsu makan yang kurang.
2) Memantau status nutrisi dan kebiasaan makan
R: untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi .
3) Memantau intake output dengan cara menanyakan berapa kali pasien
makan dan BAB.
R: Untuk mengetahui keseimbangan antara pemasukan dan pngeluaran.
4) Memberikan HE tentang kebutuhan nutrisi.
5) R: untuk menambah pengetahuan klien tentang kebutuhan nutrisi.
5. Diagnosa 5
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan kerja pernapasan
Batasan Karakteristik :
16. 16
SISTEM PERNAPASAN
Mayor:
1a. Perubahan frekuensi pernafasan
2b. Perubahan nadi (frekuensi, irama, kualitas)
Minor:
1a. Takipnea, hipernea, hiperventilasi
2b. Irama pernafasan tidak teratur
3c. Pernapasan yang berat
Tujuan :
1a. Dapat menurunkan tanda dan gejala gangguan pertukaran gas
2b. Pasien dapat menunjukkan peningkatan perubahan pertukaran gas seperti tanda vital,
nilai AGD dan ekspresi wajah.
Kriteria Hasil :
1) Menunjukkan frekuensi pernafasan yang efektif
2) Menyatakan gejala berkurang
3) Menyatakan faktor-faktor penyebab dan menyatakan cara koping adaptif untuk
mengatasinya
Intervensi :
1) Observasi TTV
R : Mengidentifikasi keadaan pasien dalam intervensi yang diberikan
2) Kaji adanya bunyi nafas tambahan, peningkatan pernafasan, terbatasnya ekspansi
dinding dada dan kelemahan
R : Infeksi pada paru menyebabkan efek luas pada paru, efek pernapasan dapat dari
ringan sampai dispnea berat sampai distress pernafasan
3) Berikan posisi tidur semi fowler
R : Posisi semi fowler memaksimalkan ekspansi paru
4) Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sianosis dan atau perubahan warna
kulit termasuk membran mukosa dan kuku
R : Akumulasi secret atau pengaruh jalan nafas dapat mengganggu oksigenasi organ
vital jaringan
5) Tingkatkan tirah baring atau batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai
keperluan
R : Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan selama periode penurunan
pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen
R : Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap
penurunan ventilasi atau menurunnya permukaan alveolar paru
7) Kolaborasi dalam pemberian obat
R : Dengan terapi pengobatan dapat mempercepat proses penyembuhan
17. 17
SISTEM PERNAPASAN
L. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan yang merupakan
kegiatan sengaja dan terus menerus yang melibatkan klien perawat dan anggota tim kesehatan
lainnya
Tujuan evaluasi adalah :
1. Untuk menilai apakah tujuan dalam rencana perawatan tercapai atau tidak
2. Untuk melakukan pengkajian ulang
3. Untuk dapat menilai apakah tujuan ini tercapai atau tidak dapat dibuktikan dengan prilaku
klien :
a) Tujuan tercapai jika klien mampu menunjukkan prilaku sesuai dengan pernyataan
tujuan pada waktu atau tanggal yang telah ditentukan
b) Tujuan tercapai sebagian jika klien telah mampu menunjukkan prilaku, tetapi tidak
seluruhnya sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah ditentukan
c) Tujuan tidak tercapai jika klien tidak mampu atau tidak mau sama sekali
menunjukkan prilaku yang telah ditentukan
18. 18
SISTEM PERNAPASAN
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pernafasan adalah serangkain proses interaksi dan koordinasi yang kompleks yang
mempunyai peranan sangat penting dalam mempertahankan kestabilan, atau homeostasis
lingkungan internal tubuh kita. Sistem pernafasan yang berfungsi dengan baik dapat
menjamin jaringan memperoleh pasokan oksigen yang adekuat dan pembuangan
karbundioksida yang cepat. Proses ini sangat rumit, sehingga mekanisme kontrol harus dapat
memastikan terpeliharanya homeostasis sepanjang kondisi lingkungan dan kebutuhan tubuh
yang terus berubah. Pengaturan pertukaran gas antara sel-sel tubuh dan darah yang
bersirkulasi adalah ”inti” dari fisiologi pernafasan.
Asma bronkial adalah penyakit obstruksi jalan nafas, yang dapat pulih dan intermiten
yang ditandai oleh penyempitan jalan nafas, mengakibatkan dispnea, batuk, mengi (Suddart
dan brunner, 2000).
Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spame akut otot
polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan ventilasi
alveolus. ( Huddak & Gallo, 1997 )
Asma bronkial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea
dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.( Smeltzer, 2002)
B. SARAN
Setlah membaca dan memahami makalah ini diharapkan kepada pembaca dapat
memahami proses sesak dalam asthma bronchial dan gangguan keperawatan pola