SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia tidak mungkin terlepas dari adanya gempa bumi. Gempa dapat terjadi
disemua daerah. Beberapa lempeng bumi bertemu dan beradu atau berbenturan sejak dahulu,
di kepulauan Indonesia ini. Banyak tempat rawan akan gempa dan tsunami di Indonesia. Hal
ini dikarenakan wilayah Indonesia secara geografis maupun geologi merupakan negara
kepulauan yang terletak pada empat lempeng tektonik yang bertemuan, yaitu: lempeng
Euroasia, Australia, Pasifik, dan Filipina. Bencana gempa bumi dan gelombang tsunami yang
melanda Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatra Utara tanggal 26 Desember 2004 lalu
sangatlah luar biasa. Hempasan ombak yang merasuk jauh ke pantai menghancurkan daratan.
Kota-kota yang terletak di sepanjang pantai Barat Aceh dan Sumatra Utara, terutama dari
Banda Aceh hingga Meulaboh, dibuat porak poranda. Peristiwa ini menyebabkan kerusakan
yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Hampir 230,000 orang tewas — 160,000 di Provinsi
Aceh — kebanyakan mereka adalah wanita dan anak-anak.
Masyakarat terkoyak, mata pencaharian hilang, keluarga, sekolah dan fasilitas
kesehatan hilang terbawa arus besar. Selain itu, terdapat kerusakan skala besar dan sumber
daya yang besar pula. Sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama dalam rehabilitasi
daerah tersebut dan memulihkan dengan lebih baik. Tidak hanya Indonesia yang mengalami
kerusakan akibat gempa 8,9 skala richter dengan episentrum di sekitar Meulaboh itu, tetapi
juga negara-negara yang terletak di teluk Banggali dan juga jauh hingga Benua Afrika.
Gempa bumi ini tergolong terbesar keempat sepanjang sejarah. Efek dari gempa bumi
dan tsunami ini bukan hanya seketika, tetapi mendunia. Istilah tsunami begitu sering
diungkapkan oleh warga. Selain itu dampak buruk tsunami yang diakibatkan oleh gelombang
yang sangat dahsyat dengan ketinggian ketika masuk ke daratan bisa mencapai 15 meter dan
kecepatan bagai pesawat tempur. Keadaan pesisir pantai pasca tsunami mengalami kerusakan,
sebagian besar vegetasi pelindung kawasan pesisir mati akibat hantaman gelombang.
Vegetasi yang mati meliputi hutan mangrove, hutan pantai dan hutan hujan tropis
dataran rendah. Akibatnya, hutan kawasan pesisir yang rusak tersebut secara alami juga akan
mengalami perubahan. Hal ini disebabkan karena pusat terjadinya gempa berada di sekitar
Samudera Hindia (Suryawan dan Mahmud, 2005). Secara fisik hutan mangrove berfungsi
1
2
sebagai peredam hempasan gelombang. Banyak orang menjadi sangat takut dengan tsunami,
seperti semua gempa yang terjadi segera dianggap dan dihubungkan dengan akan terjadinya
gelombang tsunami. Dari hal ini menjadi penting agar segera melakukan kegiatan edukasi dan
sosialisasi mengenai bencana alam yang benar kepada masyarakat. Masyarakat dipersiapkan
dan diwaspadai terhadap setiap ancaman yang akan terjadi. Akan tetapi, sikap ini harus disertai
dengan pemahaman yang benar. Saatnya secara sadar diberikan pengajaran kepada seluruh
masyarakat tentang apa-apa yang harus dilakukan apabila terjadi bencana, karena pemahaman
yang keliru bukan hanya merugikan, tetapi dapat membahayakan diri sendiri. Bencana berlalu,
namun masih menyisahkan duka yang mendalam menyelimuti Indonesia. Banyaknya korban
jiwa, yang telah terindetifikasi maupun hanyut dilaut luas. Bukan hanya itu, kehancuran sendi-
sendi perekonomian di Aceh serta permasalan lingkungan yang sangat kompleks. Upaya
pemulihan meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi. Upaya rehabilitasi bertujuan mengembalikan
kondisi daerah yang terkena bencana yang serba tidak menentu ke kondisi normal yang lebih
baik. Upaya rekonstruksi bertujuan membangun kembali sarana dan prasarana yang rusak
akibat bencana secara lebih baik.
1.2 Rumusan Masalah
Karya ilmiah ini akan dibagi beberapa pokok masalah berdasarkan uraian
latar belakang di atas, yaitu:
a. Siklus tsunami
b. Kerusakan pasca tsunami
c. Upaya-upaya penanggulangan pasca tsunami
d. Upaya perencanan tata ruang pasca tsunami
1.3 Tujuan
Berdasarkan pada latar belakang, maka makalah ini bertujuan untuk dapat memahami
bagaimana siklus tsunami, bagaimana karusakan pasca tsunami yang berdampak pada
kesehatan lingkungan serta kesehatan korban. Selain itu memberikan informasi upaya-upaya
penanggulangan pasca tsunami dan mengetahui upaya perencanan tata ruang pasca tsunami
Dengan demikian kita sebagai warga negara Indonesia dapat paham ataupun mengenal
kriteria bencana dalam negaranya sendiri. Selain itu, kita juga dapat menilai dan menganalisis
bagaimana perkembangan serta pengawasan akan bencana yang akan terjadi maupun yang
telah terjadi.
3
1.4 Manfaat
Penulisan makalah ini diaharapkan dapat memberikan manfaat terhadap pembaca atas
pemberikan informasi ini, serta memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih rinci kepada
pembaca terutama dengan adanya tafsir ilmi yang dapat menambah ketaqwaan kita kepada
Sang Pencipta atas tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah SWT yang dapat dipahami oleh
orang-orang yang berakal.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Bencana
Bencana adalah suatu kejadian peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana
Alamialah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan dan tanah longsor. Daerah rawan bencana yaitu Suatu daerah yang
memiliki risiko tinggi terhadap suatu bencana akibat kondisi geografis, geologis, dan
demografis serta akibat ulah manusia. Sedangkaan rawan bencana merupakan kondisi atau
karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik,
ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang Pedoman Teknis
xvi Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana mengurangi kemampuan mencegah,
meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk
bahaya tertentu.
2.2. Sejarah singkat bencana alam terbesar di Indonesia
Indonesia dikenal sebagai negara kaya bencana gempa bumi, tsunami, maupun letusan
gunung berapi dll. Sejarah bencana yang tergolong besar di Indonesia seperti, pada 27 Agustus
1983 terjadi bencana alam berupa meletusnya gunung Krakatau di selat sunda. Selain itu
sejarah baru ditorehkan yaitu bencana alam gempa besar di Aceh pada 26 December 2004,
mengakibatkan tsunami berskala 8,7 pada skala Richter di barat Aceh dan oleh dua gempa
besar di Kepulauan Nicobar dan Andaman, India, yang terjadi dalam selang waktu dua jam
kemudian. Bencana ini menewaskan sekitar 150.000 penduduk di kawasan Asia Tenggara dan
Asia Selatan.
2.3. Jenis Kegiatan atau Upaya Penanggulangan Pasca Bencana
a. Penanggulangan Bencana adalah Serangkaian upaya yang meliputi penetapan
kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan
bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi Penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana adalah Serangkaian kegiatan bidang kesehatan untuk mencegah, menjinakkan
4
5
(mitigasi) ancaman/bahaya yang berdampak pada aspek kesehatan masyarakat,
mensiapsiagakan sumber daya kesehatan, menanggapi kedaruratan kesehatan, dan
memulihkan (rehabilitasi), serta membangun kembali (rekonstruksi) infrastruktur
kesehatan yang rusak akibat bencana secara lintas‐ program dan lintassektor.
b. Rehabilitasi adalah Perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran
utama untuk normalisasi atau berjalannya secara Pedoman Teknis xxiv
Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana wajar semua aspek pemerintahan
dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana.
c. Rekonstruksi adalah Pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun
masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian,
sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta
masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana.
2.4. Jenis-jenis kegiatan waspada bencana
a. Kegiatan Pencegahan Bencana adalah Serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai
upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana.
b. Pencegahan adalah segala upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana
dan/atau bila memungkinkan meniadakan sebagian atau seluruh bencana yang mungkin
terjadi.
c. Mitigasi adalah Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi bencana.
d. Kesiapsiagaan adalah Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat
guna dan berdaya guna.
e. Penilaian risiko adalah Suatu evaluasi terhadap semua unsure yang berhubungan
dengan pengenalan bahaya serta dampaknya terhadap lingkungan tertentu
6
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Gempa besar pemicu tsunami di NAD dan Sumut
Menurut peta sejarah kegempaan Badan Meteorologi dan Geofisika, gempa berskala
kecil dan besar banyak melanda Indonesia, mulai dari Nusa Tenggara hingga Sumatera. Pusat
gempa sebagian besar di perairan yang relatif dekat dengan pulau-pulau tersebut. Hal
ini berhubungan dengan adanya pertemuan lempeng benua di dasar laut, dan diketahui bahwa
sebagai tempat bertemunya tiga lempeng benua terdapat di bawah perairan Indonesia. tiga
lempeng benua tersebut ialah, lempeng Hindia atau Indo-Australia di sebelah selatan, lempeng
Eurasia di utara, dan lempeng Pasifik di timur Gempa yang terjadi di perairan barat Nanggroe
Aceh Darussalam, Nicobar, dan Andaman, hari minggu 26 Desember lalu merupakan akibat
dari interaksi lempeng Indo-Astralia dan Eurasia. Gempa-gempa besar pada skala magnitudo
5,8 hingga 9,0 berpusat di dasar laut pada kedalaman 10 kilimeter tergolong gempa dangkal,
namun telah menimbulkan gelombang tsunami yang menerjang wilayah pantai di Asia
Tenggara dan Asia Selatan, yang berada di sekitar tiga pusat gempa tersebut Gempa berskala
besar, kata Dr.Prih Haryadi kepala Pusat Sistem Data dan Informasi Geofisika Badan
Meteorologi dan Geofisika (BMG), menimbulkan patahan berdimensi ratusan kilometer
jaraknya dari pusat gempa hingga memicu gempa lain. Gempa di Aceh menimbulkan dampak
kegempaan hingga radius 200 kilometer. Diantaranya memicu gempa di Kepulauan Nicobar di
sebelah utara pusat gempa pada jarak 550 kilometer serta mengguncang Pulau Andaman.
Selain menimbulkan getaran yang kuat, gempa kali ini juga menyebabkan timbulnya deformasi
vertikal di sumber gempa. Deformasi berupa penurunan permukaan dasar laut tersebut
mengakibatkan penjalaran energi kinetik menjadi gelombang tsunami di pantai. Daerah yang
rawan tsunami adalah daerah yang berpantai landai dan berupa teluk. Pada daerah teluk, energi
gelombang terperangkap hingga naik ke darat. Ancaman gempa tsunami berada sepanjang
pertemuan lempeng mulai dari timur kepulauan Maluku, selatan Nusa Tenggara dan Jawa,
hingga barat Sumatera. Umumnya, gempa subduksi di laut yang berkekuatan minimal 6,2 pada
skala Richter sudah dapat menimbulkan gelombang tsunami. Namun, yang lebih kecil dari
itupun dapat menimbulkan gelombang pasang, bergantung pada lokasinya dan pola subduksi
serta topografi dasar laut. Gempa di Meulaboh dilaporkan bukan saja telah menimbulkan
tsunami di daerah barat NAD, tetapi juga menerjang pulau Sabang. Gempa di Nicobar yang
berkekuatan 7,3 skala Richter ini yang dipicu oleh gempa meulaboh, dan gempa tersebut pula
6
7
menyebabkan timbulnya tsunami di Songla dan Phuket (Thailand),menurut perkiraan Dr.Prih.
Menurut Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Dr. Heri Haryono, gempa yang posisinya
di dekat Pulau Simeulue (NAD) itu terjadi karena mekanisme kompresi atau subduksi, yaitu
lempeng Samudra Hindia menujam bagian bawah lempeng Asia Tenggara (yang merupakan
subduksi lempeng Benua Eurasia). Karena hal yang terjadi adalah gempa subduksi, yang
menyebabkan menunnya permukaan dasar laut di tempat pertemuan lempeng tersebut, maka
akan timbul gelombang laut yang merambat dan menerjang pantai di dekatnyaTerjadinya
keracunan dapat disebabkan oleh tercemarnya air yang digunakan untuk mengolah ataupun
mencuci bahan dan peralatan makanan/masak atau oleh faktor lain, seperti sarana dan prasarana
tempat pengolahan makanan, pemilihan bahan, serta cara penyajian yang tidak higienis.
Gambar 2. Gangguan Kesehatan Lingkungan( Penyebab Polusi Dan Penyakit Pascabencana
3.2 Upaya penanggulanagan dan pencegahan permasalahan kesehatan pasca tsunami
a. Penanganan jenazah Petugas yang menangani jenazah harus memerhatikan pencegahan
universal untuk menghindari tertular penyakit dari darah dan cairan tubuh ataupun
faktor lain-lain. Pengurus jenazah sebaiknya menggunakan alat pelindung diri, seperti
baju pelindung, sarung tangan, sepatu bot, topi, masker dan lainnya. Untuk menghindari
ancaman tertular hepatitis A, B, C, para petugas perlu mendapat vaksinasi terhadap
penyakit tersebut. Setelah mengurus maupun mengubur jenazah serta sebelum makan,
8
petugas perlu mencuci tangan dengan sabun. Peralatan seperti usungan mayat dan
kendaraan harus dibersihkan dan diberi disinfektan secara rutin. Menurut panduan
teknis WHO mengenai penanganan jenazah setelah bencana, bahwa syarat lokasi
pemakaman sedikitnya 30 meter dari sumber air minum dan dasar kuburan 1,5 meter
di atas permukaan air tanah.
b. Perbaikan dan Pengawasan Kualitas Air Bersih
Dengan demikian, masyarakat pengungsi harus dapat terjangkau oleh ketersediaan air
bersih yang memadai untuk memelihara kesehatannya. Pada tahap awal kejadian
bencana atau pengungsian ketersediaan air bersih perlu mendapat perhatian, karena
tanpa adanya air bersih sangat berpengaruh terhadap kebersihan dan meningkatkan
risiko terjadinya penularan penyakit.
Pada situasi bencana dan pengungsian umumnya sulit memperoleh air bersih yang
sudah memenuhi persyaratan, oleh karena itu apabila air yang tersedia tidak memenuhi
syarat, baik dari segi fisik maupun bakteriologis, perlu dilakukan:
c. buang atau singkirkan bahan pencemar;
1. lakukan penjernihan air secara cepat apabila tingkat kekeruhan air yang ada cukup
tinggi;
2. lakukan desinfeksi terhadap air yang ada dengan menggunakan bahan bahan
desinfektan untuk air;
3. periksa kadar sisa klor bilamana air dikirim dari PDAM;
4. lakukan pemeriksaan kualitas air secara berkala pada titik ‐titik distribusi. Tujuan
utama perbaikan dan pengawasan kualitas air adalah untuk mencegah timbulnya
risiko kesehatan akibat penggunaan air yang tidak memenuhi persyaratan. Bilamana
air yang tersedia tidak memenuhi syarat, baik dari segi fisik maupun bakteriologis
dapat dilakukan upaya perbaikan kualitas air antara lain sebagai berikut:
5. Penjernihan air cepat, menggunakan:
1) Alumunium sulfat (tawas) Cara penggunaan:
 sediakan air baku yang akan dijernihkan dalam ember 20 liter;
 tuangkan/campuran tawas yang sudah digerus sebanyak ½ sendok teh dan
langsung diaduk perlahan selama 5 menit sampai larutan merata;
 diamkan selama 10 – 20 menit sampai terbentuk gumpalan/flok dari
kotoran/lumpur dan biarkan mengendap. pisahkan bagian air yang jernih
9
yang berada di atas endapan, atau gunakan selang plastik untuk
mendapatkan air bersih yang siap digunakan;
 bila akan digunakan untuk air minum agar terlebih dahulu direbus sampai
mendidih atau didesinfeksi dengan aquatabs.
2) Poly Alumunium Chlorida (PAC) Lazim disebut penjernih air cepat yaitu polimer
dari garam alumunium chloride yang dipergunakan sebagai koagulan dalam proses
penjernihan air sebagai pengganti alumunium sulfat. Kemasan PAC terdiri dari:
a) Cairan yaitu koagulan yang berfungsi untuk menggumpalkan kotoran/ lumpur
yang ada di dalam air;
b) Bubuk putih yaitu kapur yang berfungsi untuk menetralisir Ph
Cara penggunaan:
 sediakan air baku yang akan dijernihkan dalam ember sebanyak 100 liter;
 bila air baku tersebut ph nya rendah (asam), tuangkan kapur (kantung bubuk
putih) terlebih dahulu agar ph air tersebut menjadi netral (pH=7). bila ph air
baku sudah netral tidak perlu digunakan lagi kapur;
 tuangkan larutan pac (kantung a) kedalam ember yang berisi air lalu aduk
perlahan lahan selama 5 menit sampai larutan tersebut merata;
 setelah diaduk merata biarkan selama 5 – 10 menit sampai terbentuk
gumpalan/flok flok dari kotoran/lumpur dan mengendap. pisahkan air yang
jernih dari endapan atau gunakan selang plastik untuk mendapatkan air
bersih yang siap digunakan;
 bila akan digunakan sebagai air minm agar terlebih dahulu direbus sampai
mendidih atau di desinfeksi dengan aquatabs.
c) Pengendalian kesehatan lingkungan pengungsian Pelaksanaan pengendalian
vektor yang perlu mendapatkan perhatian di lokasi pengungsi adalah
pengelolaan lingkungan, pengendalian dengan insektisida, serta pengawasan
makanan dan minuman. Pengendalian vektor penyakit menjadi prioritas dalam
upaya pengendalian penyakit karena potensi untuk menularkan penyakit sangat
besar seperti lalat, nyamuk, tikus, dan serangga lainnya. Kegiatan pengendalian
vektor dapat berupa penyemprotan, biological control , pemberantasan sarang
nyamuk, dan perbaikan lingkungan. Banyaknya tenda‐tenda darurat tempat
penampungan sementara para pengungsi yang diperkirakan belum dilengkap
dengan berbagai fasilitas sanitasi dasar yang sangat diperlukan, akibatny banyak
10
kotoran dan sampah yang tidak tertangani dengan baik dan akan menciptakan
breeding site terutama untuk lalat dan serangga pangganggu lain. Hal ini akan
menambah faktor resiko terjadinya penularan berbagai penyakit. Metode
pengendalian dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Pengendalian lingkungan: breeding mengubah situs dengan mengeringkan
atau mengisi situs, pembuangan sampah secara teratur, menjaga tempat
penampungan bersih, dan kebersihan.
b) Pengendalian secara mekanis: menggunakan bednets, perangkap, penutup
makanan
c) Pengendalian biologis: menggunakan organisme hidup untuk pengendalian
larva, seperti ikan yang makan larva (misalnya, nila, ikan mas, guppies),
Bakteri (bacillus thuringiensis israelensis) yang menghasilkan racun
terhadap larva dan Pakis mengambang bebas yang mencegah pembiakan, dan
lain ‐ lain
d) Pengawasan dan pengamanan makanan dan minuman Dalam pengelolaan
makanan dan minuman pada bencana (untuk konsumsi orang banyak), harus
memperhatikan kaedah hygiene sanitasi makanan dan minuman (HSMM),
untuk menghindari terjadinya penyakit bawaan makanan termasuk diare,
disentri, korela, hepatitis A dan tifoid, atau keracunan makanan dan
minuman, berdasarkan pedoman
WHO Ensuring food safety in the aftermath of natural disasters antara lain
yaitu:
1) semua bahan makanan dan makanan yang akan didistribusikan harus
sesuai untuk konsumsi manusia baik dari segi gizi dan budaya;
2) makanan yang akan didistribusikan sebaiknya dalam bentuk kering dan
penerima mengetahui cara menyiapkan makanan;
3) stok harus dicek secara teratur dan pisahkan stok yang rusak;
4) petugas yang menyiapkan makanan harus terlatih dalam higiene dan
prinsip menyiapkan makanan secara aman;
5) petugas yang menyiapkan makanan sebaiknya tidak sedang sakit dengan
gejala berikut : sakit kuning, diare, muntah, demam, nyeri tenggorok
(dengan demam), lesi kulit terinfeksi atau keluarnya discharge dari
telinga, mata atau hidung;
11
6) petugas kebersihan harus terlatih dalam menjaga dapur umum dan area
sekitarnya tetap bersih;
7) air dan sabun disediakan untuk kebersihan personal;
8) makanan harus disimpan dalam wadah yang melindungi dari tikus,
serangga atau hewan lainnya;
9) daerah yang terkena banjir, makanan yang masih utuh harus dipindahkan
ke tempat kering;
10) buanglah makanan kaleng yang rusak, atau bocor;
11) periksa semua makanan kering dari kerusakan fisik, tumbuhnya jamur
dari sayuran, buah dan sereal kering;
12) air bersih untuk menyiapkan makanan; dan
13) sarana cuci tangan dan alat makan harus disiapkan. Sebagai tambahan,
WHO juga mengeluarkan panduan kunci keamanan pangan (WHO Five
Keys for Safer Food) :
1) jaga kebersihan makanan;
2) pisahkan bahan mentah dan makanan yang sudah dimasak;
3) masak secara menyeluruh;
4) aga makanan pada suhu aman;
5) gunakan air dan bahan mentah makanan yang aman. Termasuk dalam
hygiene dan sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor
makanan, orang, tempat, dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin
dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan.
3.4 Perencanaan NAD pasca tsunami
Untuk mengurangi dan meredam timbulnya korban dan kerugian harta benda
akibat proses geologi yang tidak berhenti tersebut, perlu dilakukan mitigasi. Upaya mitigasi
itu antara lain menyiapkan data dan informasi daerah rawan gempa dan tsunami, pemerintah
menata daerah rentan tinggi dengan menata ulang lokasi, menyosialisasi pemahaman
dan bencana gempa dan tsunami, masyarakat perlu menyadari bahwa mereka bertempat tingal
di derah rentan bencana, memehami aktivitas apa yang harus dihindarkan sesuai dengan sifat
serta jenis bencana tersebut, dan mengetahui cara menyelamatkan diri, Beberapa dosen dari
Institut Teknologi Bandung dari departemen Teknik Geologi, yaitu Deny Juanda, Budi
Brahmantyo, dan Bandono, serta dari Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, yaitu Johny
Patta dan Andi Oetomo, rabu (5/1) di gedung Rektorat ITB, menyampaikan sejumlah usulan
12
dan pemikiran yang bisa dilakukan pemerintah serta semua pihak untuk membangun kembali
Banda Aceh. Budi mengatakan, Aceh merupakan daratan yang datar dengan tanah alluvial
yang terbentuk karena endapan. Derah yang datar menjadikannya ideal unuk dijadikannya ibu
kota karena daerah datar sangat baik untuk dibangun dan diakses diwilayah lain cenderung
terbuka. Namun, Banda Aceh juga rawan bencana. Selain itu, menurut Deny, Aceh diapit dua
patahan. Kedua daerah patahan lebih tinggi dari Aceh. Sehingga menjadi faktor penyebab
wilayah ini rawan gempa dan rawan tsunami karena terdapat pantai. Dengan demikian, apabila
Aceh dibangun kembali seharusnya dirancang sebagai kota yang multi bahaya. Perencanaan
kota harus dirancang sebagai alat mitigasi atau alat memperkecil dampak bencana. Tata ruang
yang baik membentu memperkecil jumlah korban saat bencana terjadi dimasa mendatang.
 Kontruksi tahan gempa Bilamana melihat ke negara Jepang yang sering dilanda gempa,
fondasi rumah penduduknya disesuaikan dengan kondisi alam sekitarnya. Pada
umumnya rumah-rumah disana terdiri dari bahan kayu dan kertas. Bentuj mejanya
dibuat rendah sampai mendekati lantai sehingga tidak memerlukan kursi. Lemarinya
pun kebanyakan menyatu dengan dinding dengan penutup yang dapat digeser.
Penerapan desain rumah serta isinya tersebut dibentuk sedemikian rupa agar bila terjadi
gempa, baik bahan bangunan maupun furniturnya sedapat mungkin tidak mencederai
penghuni rumah. Indonesia pun sebenernya merupakan negara dengan berbagai
intensitas genpa menengah sampai tinggi sehingga rancangan bangunan sepatutnya
memperhitungkan kemunginan itu. Menurut Dr. Ir Iwayan Sengara, dosen Departemen
Teknik Sipil ITB, sebenarnya ada peraturan yang membahas rancang bangun tahan
gempa. Rancangan bangun sesuai ketentuan yang dirumuskan dalam Standar Nasional
Indonesia (SNI) tentang Peraturan Bangunan Tahan Gempa yang ditetapkan tahun
2002. Namun, peraturan ini relative baru sehngga sosialisasinya masih terbatas.
 Penggalakkan penanaman Bakau Daerah yang mengalami bencana terbesar dari
tsunami adalah Banda Aceh, Lhok Nga, dan Meulabboh. Bencana tersebut selain
diakibatkan oleh tingginya gelombang tsunami, juga di perparah oleh tata ruang yang
kurang ramah bencana dan rusaknya lingkungan. Rumah dibangun dekat pantai. Tidak
ada sabuk hijau (green belt).
Mangrove hanya tinggal sedikit yang hanya tumbuh di beberapa tempat. Selain
itu, ada beberapa fakta-fakta mengenai keadaan gelombang pasang yang menghantam
Aceh. Pertama, gelombang tsunami akan semakin jauh masuk ke daratan jika kondisi
pesisir miskin mangrove.
13
Kondisi gelombang bertolak pada wilayah pesisir dengan mangrove yang intensif.
ketebalan hutan mangrove sekitar 1200 meter mampu mengurangi gelombang tsunami
sekitar dua kilometer,‖ ujar widi. Kedua, gelombang tsunami semakin pendek masuk
ke daratan pada lahan pesisir dengan kebun ekstensif dan masa bangunan bertingkat
yang memenuhi persyaratan teknis bencana. Oleh karena itu, sudah saatnya
digalakkan penanaman bakau di sepanjang pesisir daerah yang potensi terkena
tsunami.
Hutan bakau memiliki perlindungan dan pengamanan kawasan pesisir yang
sangat baik. Setiap gelombang pasang yang dating mampu diredakan melalui hutan
yang lebat. Manfaat utama hutan mangrove di kawasan pesisir dan estuaria adalah
untuk mencegah erosi, penahan ombak, penahan angin, perangkap sedimen dan
penahan intrusi air asin dari laut. Sistem perakarannya dapat berperan sebagai
perangkap sediment dan pemecah gelombang. Hal ini dapat terjadi apabila didukung
oleh formasi hutan mangrove yang belum terganggu atau kondisinya masih alami.
Kerapatan hutan mangrove yang cenderung menurun maka fungsinya sebagai peredam
gelombang juga akan cenderung menurun (Tjardhana dan Purwanto, 1995). Menurut
Widi A Pratikto, Direktur Jendral Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Departemen Kelautan
dan Perikanan, hutan bakau (mangrove) yang memiliki ketebalan 60 meter sampai 75
meter dari bibir pantai mampu mengurangi ketinggian gelombang laut sekitar 3,5 meter.
― Jika terjadi gelombang pasang setinggi 4,3 meter di suatu daerah yang memiliki
hutan bakau dengan lebar 65 meter dari bibir pantai, hamparan bakau itu ternyata
mampu menurunkan gelombang sehingga saat di bibir pantai, gelombang tsunami itu
semakin pendek, yakni tersisa satu meter ―, katanya.
Gambar 3. Hutan bakau Sebagai Peredam Ombak
14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan tersebut dapat disimpulkan
bahwa peristiwa besar yang dialami daerah Nanggro Aceh Darussalam (NAD) 26
Desember 2004 lalu, tetutama dalam permasalahan kesehatan. Permasalahan yang ada
sangatlah beragam, seperti terganggunya kesehatan masyarakat Aceh maupun
kesehatan lingkungan setelah terjadinya tsunami. Upaya penanggulanagan dan
pencegahan permasalahan kesehatan pasca tsunami, yaitu penanganan jenazah yang
baik, perbaikan dan pengawasan kualitas air bersih, pengendalian kesehatan
lingkungan pengungsian, serta Pengawasan dan pengamanan makanan dan minuman.
Selain itu, Perencanaan NAD pasca tsunami sebagai upaya meminimalkan
dampak pasca tsunami maupun bencana yang akan terjadi di masa mendatang.
Misalnya penggalakkan hutan mangrove, kontruksi tahan gempa dan perencanaan
yang lainnya.
B. Saran
Setelah pemulihan korban maupun pengobatan pasca bencana tsunami. Barulah
sebaiknya dilakukan perencanaan rehabilitasi yang komprehensif dan terintegrasi.
Artinya pemulihan itu bisa dimulai dari pemetaan, analisis kerusakan, analisis risiko,
rencana restrukturisasi, dan perbaikan lingkungan. Maka dalam tahap rehabilitasi harus
dibuat sedemikian rupa agar mampu meredam tsunami di kemudian hari sehingga
dampaknya bisa diminimalkan. Apabila Aceh dibangun kembali seharusnya dirancang
sebagai kota yang multi bahaya. Perencanaan kota harus dirancang sebagai alat
mitigasi atau alat memperkecil dampak bencana. Tata ruang yang baik membentu
memperkecil jumlah korban saat bencana terjadi dimasa mendatang. Upaya lainnya
yang tidak kalah pentingnya adalah dengan membuat tata ruang yang ramah bencana.
14

More Related Content

What's hot

Penyusunan manajemen rencana mitigasi bencana
Penyusunan manajemen rencana mitigasi bencanaPenyusunan manajemen rencana mitigasi bencana
Penyusunan manajemen rencana mitigasi bencanahelmut simamora
 
Mitigasi bencana kelompok 6
Mitigasi bencana kelompok 6Mitigasi bencana kelompok 6
Mitigasi bencana kelompok 6Aar Riana
 
tanggap darurat bencana tsunami
tanggap darurat bencana tsunamitanggap darurat bencana tsunami
tanggap darurat bencana tsunamiMutia Rizqa Ofir
 
Penanggulangan bencana terpadu by Maria Haryanti Butarbutar
Penanggulangan bencana terpadu by Maria Haryanti ButarbutarPenanggulangan bencana terpadu by Maria Haryanti Butarbutar
Penanggulangan bencana terpadu by Maria Haryanti ButarbutarMaria Haryanthi Butar-Butar
 
Mitigasi bencana gunung api
Mitigasi bencana gunung apiMitigasi bencana gunung api
Mitigasi bencana gunung apigpr123456
 
DISASTER MANAGEMENT (Penanggulangan Bencana)
DISASTER MANAGEMENT (Penanggulangan Bencana)DISASTER MANAGEMENT (Penanggulangan Bencana)
DISASTER MANAGEMENT (Penanggulangan Bencana)Muhammad Taqwan
 
Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan
Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan LingkunganMakalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan
Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan LingkunganN Kurniawaty
 
Bahan Ajar K3
Bahan Ajar K3Bahan Ajar K3
Bahan Ajar K3Fakh Rozi
 
Usaha Pengurangan Resiko Bencana Alam
Usaha Pengurangan Resiko Bencana AlamUsaha Pengurangan Resiko Bencana Alam
Usaha Pengurangan Resiko Bencana AlamDhea Firsty
 
Kebencanaan dan Manajemen Bencana
Kebencanaan dan Manajemen BencanaKebencanaan dan Manajemen Bencana
Kebencanaan dan Manajemen BencanaEva Susanti
 
tsunami education
 tsunami education tsunami education
tsunami educationshalem24
 
Sumatra earthquake - Tsunami
Sumatra earthquake - TsunamiSumatra earthquake - Tsunami
Sumatra earthquake - TsunamiPrashanth Dommeti
 
Pengurangan Resiko Bencana PPT (Materi PMR)
Pengurangan Resiko Bencana PPT (Materi PMR)Pengurangan Resiko Bencana PPT (Materi PMR)
Pengurangan Resiko Bencana PPT (Materi PMR)Andhika Pratama
 
TSUNAMI WITH SPECIAL REFERENCE OF INDIAN OCEAN TSUNAMI 2004
TSUNAMI WITH SPECIAL REFERENCE OF INDIAN OCEAN TSUNAMI 2004TSUNAMI WITH SPECIAL REFERENCE OF INDIAN OCEAN TSUNAMI 2004
TSUNAMI WITH SPECIAL REFERENCE OF INDIAN OCEAN TSUNAMI 2004ChaitaliPaul3
 
Tentang Bahaya Banjir
Tentang Bahaya BanjirTentang Bahaya Banjir
Tentang Bahaya BanjirMegaferanti
 
Ppt geo kelas xi bab 3 std fix y
Ppt geo kelas xi bab 3 std fix yPpt geo kelas xi bab 3 std fix y
Ppt geo kelas xi bab 3 std fix yjopiwildani
 

What's hot (20)

Penyusunan manajemen rencana mitigasi bencana
Penyusunan manajemen rencana mitigasi bencanaPenyusunan manajemen rencana mitigasi bencana
Penyusunan manajemen rencana mitigasi bencana
 
Mitigasi bencana kelompok 6
Mitigasi bencana kelompok 6Mitigasi bencana kelompok 6
Mitigasi bencana kelompok 6
 
tanggap darurat bencana tsunami
tanggap darurat bencana tsunamitanggap darurat bencana tsunami
tanggap darurat bencana tsunami
 
Penanggulangan bencana terpadu by Maria Haryanti Butarbutar
Penanggulangan bencana terpadu by Maria Haryanti ButarbutarPenanggulangan bencana terpadu by Maria Haryanti Butarbutar
Penanggulangan bencana terpadu by Maria Haryanti Butarbutar
 
Memahami Tsunami
Memahami Tsunami Memahami Tsunami
Memahami Tsunami
 
Presentasi gempa bumi
Presentasi gempa bumiPresentasi gempa bumi
Presentasi gempa bumi
 
Mitigasi bencana gunung api
Mitigasi bencana gunung apiMitigasi bencana gunung api
Mitigasi bencana gunung api
 
DISASTER MANAGEMENT (Penanggulangan Bencana)
DISASTER MANAGEMENT (Penanggulangan Bencana)DISASTER MANAGEMENT (Penanggulangan Bencana)
DISASTER MANAGEMENT (Penanggulangan Bencana)
 
Disaster management
Disaster managementDisaster management
Disaster management
 
Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan
Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan LingkunganMakalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan
Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan
 
Bahan Ajar K3
Bahan Ajar K3Bahan Ajar K3
Bahan Ajar K3
 
Usaha Pengurangan Resiko Bencana Alam
Usaha Pengurangan Resiko Bencana AlamUsaha Pengurangan Resiko Bencana Alam
Usaha Pengurangan Resiko Bencana Alam
 
Kebencanaan dan Manajemen Bencana
Kebencanaan dan Manajemen BencanaKebencanaan dan Manajemen Bencana
Kebencanaan dan Manajemen Bencana
 
tsunami education
 tsunami education tsunami education
tsunami education
 
Sumatra earthquake - Tsunami
Sumatra earthquake - TsunamiSumatra earthquake - Tsunami
Sumatra earthquake - Tsunami
 
Pengurangan Resiko Bencana PPT (Materi PMR)
Pengurangan Resiko Bencana PPT (Materi PMR)Pengurangan Resiko Bencana PPT (Materi PMR)
Pengurangan Resiko Bencana PPT (Materi PMR)
 
TSUNAMI WITH SPECIAL REFERENCE OF INDIAN OCEAN TSUNAMI 2004
TSUNAMI WITH SPECIAL REFERENCE OF INDIAN OCEAN TSUNAMI 2004TSUNAMI WITH SPECIAL REFERENCE OF INDIAN OCEAN TSUNAMI 2004
TSUNAMI WITH SPECIAL REFERENCE OF INDIAN OCEAN TSUNAMI 2004
 
Tentang Bahaya Banjir
Tentang Bahaya BanjirTentang Bahaya Banjir
Tentang Bahaya Banjir
 
Laporan Mitigasi bancana
 Laporan Mitigasi bancana Laporan Mitigasi bancana
Laporan Mitigasi bancana
 
Ppt geo kelas xi bab 3 std fix y
Ppt geo kelas xi bab 3 std fix yPpt geo kelas xi bab 3 std fix y
Ppt geo kelas xi bab 3 std fix y
 

Similar to Bab 1 tugas nad

Manajemen rencana preventif antisipatif dan mitigasi bencana
Manajemen rencana preventif antisipatif dan mitigasi bencanaManajemen rencana preventif antisipatif dan mitigasi bencana
Manajemen rencana preventif antisipatif dan mitigasi bencanahelmut simamora
 
Kesehatan Lingkungan Bencana
Kesehatan Lingkungan BencanaKesehatan Lingkungan Bencana
Kesehatan Lingkungan BencanaMuhammad Arafat
 
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...Luhur Moekti Prayogo
 
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...Luhur Moekti Prayogo
 
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...Luhur Moekti Prayogo
 
manajemenkesehatanpadapenanggulanganbencana-131119120213-phpapp02.pdf
manajemenkesehatanpadapenanggulanganbencana-131119120213-phpapp02.pdfmanajemenkesehatanpadapenanggulanganbencana-131119120213-phpapp02.pdf
manajemenkesehatanpadapenanggulanganbencana-131119120213-phpapp02.pdfGlenGladyPrakasa1
 
Mohammad nizamuddin.204101090001.iain jember
Mohammad nizamuddin.204101090001.iain jemberMohammad nizamuddin.204101090001.iain jember
Mohammad nizamuddin.204101090001.iain jemberNizamNizam15
 
ppt Fisika Bencana Alam kel.2.pptx
ppt Fisika Bencana Alam kel.2.pptxppt Fisika Bencana Alam kel.2.pptx
ppt Fisika Bencana Alam kel.2.pptxagness2130001
 
244871618 makalah-bencana-geologi
244871618 makalah-bencana-geologi244871618 makalah-bencana-geologi
244871618 makalah-bencana-geologiArdisAgustin
 
PENDAHULUAN (Contoh Karya Ilmiah)
PENDAHULUAN (Contoh Karya Ilmiah)PENDAHULUAN (Contoh Karya Ilmiah)
PENDAHULUAN (Contoh Karya Ilmiah)Tuti Rina Lestari
 
Earthquake Management on Disaster
Earthquake Management on DisasterEarthquake Management on Disaster
Earthquake Management on DisasterKimHand HurryUp
 
Fidel undp dishubkomintel1
Fidel undp dishubkomintel1Fidel undp dishubkomintel1
Fidel undp dishubkomintel1awakmila
 
Mitigasi Bencana Kegagalan Teknologi
Mitigasi Bencana Kegagalan TeknologiMitigasi Bencana Kegagalan Teknologi
Mitigasi Bencana Kegagalan Teknologifathiaamanda3
 
Power Point - AMAN BENCANA Sekolah.pptx
Power Point  - AMAN BENCANA Sekolah.pptxPower Point  - AMAN BENCANA Sekolah.pptx
Power Point - AMAN BENCANA Sekolah.pptxpurnomowidhi10
 
Sebuah Kumpulan Pemikiran Mitigasi Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim.pdf
Sebuah Kumpulan Pemikiran Mitigasi Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim.pdfSebuah Kumpulan Pemikiran Mitigasi Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim.pdf
Sebuah Kumpulan Pemikiran Mitigasi Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim.pdfShintoRisma
 

Similar to Bab 1 tugas nad (20)

Manajemen rencana preventif antisipatif dan mitigasi bencana
Manajemen rencana preventif antisipatif dan mitigasi bencanaManajemen rencana preventif antisipatif dan mitigasi bencana
Manajemen rencana preventif antisipatif dan mitigasi bencana
 
Kesehatan Lingkungan Bencana
Kesehatan Lingkungan BencanaKesehatan Lingkungan Bencana
Kesehatan Lingkungan Bencana
 
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
 
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
 
Edited slb bahan ajar bencana_draf 1
Edited slb bahan ajar bencana_draf 1Edited slb bahan ajar bencana_draf 1
Edited slb bahan ajar bencana_draf 1
 
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
 
BENCANA
BENCANABENCANA
BENCANA
 
manajemenkesehatanpadapenanggulanganbencana-131119120213-phpapp02.pdf
manajemenkesehatanpadapenanggulanganbencana-131119120213-phpapp02.pdfmanajemenkesehatanpadapenanggulanganbencana-131119120213-phpapp02.pdf
manajemenkesehatanpadapenanggulanganbencana-131119120213-phpapp02.pdf
 
Mohammad nizamuddin.204101090001.iain jember
Mohammad nizamuddin.204101090001.iain jemberMohammad nizamuddin.204101090001.iain jember
Mohammad nizamuddin.204101090001.iain jember
 
ppt Fisika Bencana Alam kel.2.pptx
ppt Fisika Bencana Alam kel.2.pptxppt Fisika Bencana Alam kel.2.pptx
ppt Fisika Bencana Alam kel.2.pptx
 
244871618 makalah-bencana-geologi
244871618 makalah-bencana-geologi244871618 makalah-bencana-geologi
244871618 makalah-bencana-geologi
 
PENDAHULUAN (Contoh Karya Ilmiah)
PENDAHULUAN (Contoh Karya Ilmiah)PENDAHULUAN (Contoh Karya Ilmiah)
PENDAHULUAN (Contoh Karya Ilmiah)
 
Earthquake Management on Disaster
Earthquake Management on DisasterEarthquake Management on Disaster
Earthquake Management on Disaster
 
Fidel undp dishubkomintel1
Fidel undp dishubkomintel1Fidel undp dishubkomintel1
Fidel undp dishubkomintel1
 
Makalah kesiapsiagaan banjir
Makalah kesiapsiagaan banjirMakalah kesiapsiagaan banjir
Makalah kesiapsiagaan banjir
 
Mitigasi Bencana Kegagalan Teknologi
Mitigasi Bencana Kegagalan TeknologiMitigasi Bencana Kegagalan Teknologi
Mitigasi Bencana Kegagalan Teknologi
 
Power Point - AMAN BENCANA Sekolah.pptx
Power Point  - AMAN BENCANA Sekolah.pptxPower Point  - AMAN BENCANA Sekolah.pptx
Power Point - AMAN BENCANA Sekolah.pptx
 
Isi
IsiIsi
Isi
 
Paper pancasila
Paper pancasilaPaper pancasila
Paper pancasila
 
Sebuah Kumpulan Pemikiran Mitigasi Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim.pdf
Sebuah Kumpulan Pemikiran Mitigasi Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim.pdfSebuah Kumpulan Pemikiran Mitigasi Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim.pdf
Sebuah Kumpulan Pemikiran Mitigasi Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim.pdf
 

Recently uploaded

Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxmuhammadkausar1201
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfwalidumar
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikThomasAntonWibowo
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 

Recently uploaded (20)

Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 

Bab 1 tugas nad

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia tidak mungkin terlepas dari adanya gempa bumi. Gempa dapat terjadi disemua daerah. Beberapa lempeng bumi bertemu dan beradu atau berbenturan sejak dahulu, di kepulauan Indonesia ini. Banyak tempat rawan akan gempa dan tsunami di Indonesia. Hal ini dikarenakan wilayah Indonesia secara geografis maupun geologi merupakan negara kepulauan yang terletak pada empat lempeng tektonik yang bertemuan, yaitu: lempeng Euroasia, Australia, Pasifik, dan Filipina. Bencana gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatra Utara tanggal 26 Desember 2004 lalu sangatlah luar biasa. Hempasan ombak yang merasuk jauh ke pantai menghancurkan daratan. Kota-kota yang terletak di sepanjang pantai Barat Aceh dan Sumatra Utara, terutama dari Banda Aceh hingga Meulaboh, dibuat porak poranda. Peristiwa ini menyebabkan kerusakan yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Hampir 230,000 orang tewas — 160,000 di Provinsi Aceh — kebanyakan mereka adalah wanita dan anak-anak. Masyakarat terkoyak, mata pencaharian hilang, keluarga, sekolah dan fasilitas kesehatan hilang terbawa arus besar. Selain itu, terdapat kerusakan skala besar dan sumber daya yang besar pula. Sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama dalam rehabilitasi daerah tersebut dan memulihkan dengan lebih baik. Tidak hanya Indonesia yang mengalami kerusakan akibat gempa 8,9 skala richter dengan episentrum di sekitar Meulaboh itu, tetapi juga negara-negara yang terletak di teluk Banggali dan juga jauh hingga Benua Afrika. Gempa bumi ini tergolong terbesar keempat sepanjang sejarah. Efek dari gempa bumi dan tsunami ini bukan hanya seketika, tetapi mendunia. Istilah tsunami begitu sering diungkapkan oleh warga. Selain itu dampak buruk tsunami yang diakibatkan oleh gelombang yang sangat dahsyat dengan ketinggian ketika masuk ke daratan bisa mencapai 15 meter dan kecepatan bagai pesawat tempur. Keadaan pesisir pantai pasca tsunami mengalami kerusakan, sebagian besar vegetasi pelindung kawasan pesisir mati akibat hantaman gelombang. Vegetasi yang mati meliputi hutan mangrove, hutan pantai dan hutan hujan tropis dataran rendah. Akibatnya, hutan kawasan pesisir yang rusak tersebut secara alami juga akan mengalami perubahan. Hal ini disebabkan karena pusat terjadinya gempa berada di sekitar Samudera Hindia (Suryawan dan Mahmud, 2005). Secara fisik hutan mangrove berfungsi 1
  • 2. 2 sebagai peredam hempasan gelombang. Banyak orang menjadi sangat takut dengan tsunami, seperti semua gempa yang terjadi segera dianggap dan dihubungkan dengan akan terjadinya gelombang tsunami. Dari hal ini menjadi penting agar segera melakukan kegiatan edukasi dan sosialisasi mengenai bencana alam yang benar kepada masyarakat. Masyarakat dipersiapkan dan diwaspadai terhadap setiap ancaman yang akan terjadi. Akan tetapi, sikap ini harus disertai dengan pemahaman yang benar. Saatnya secara sadar diberikan pengajaran kepada seluruh masyarakat tentang apa-apa yang harus dilakukan apabila terjadi bencana, karena pemahaman yang keliru bukan hanya merugikan, tetapi dapat membahayakan diri sendiri. Bencana berlalu, namun masih menyisahkan duka yang mendalam menyelimuti Indonesia. Banyaknya korban jiwa, yang telah terindetifikasi maupun hanyut dilaut luas. Bukan hanya itu, kehancuran sendi- sendi perekonomian di Aceh serta permasalan lingkungan yang sangat kompleks. Upaya pemulihan meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi. Upaya rehabilitasi bertujuan mengembalikan kondisi daerah yang terkena bencana yang serba tidak menentu ke kondisi normal yang lebih baik. Upaya rekonstruksi bertujuan membangun kembali sarana dan prasarana yang rusak akibat bencana secara lebih baik. 1.2 Rumusan Masalah Karya ilmiah ini akan dibagi beberapa pokok masalah berdasarkan uraian latar belakang di atas, yaitu: a. Siklus tsunami b. Kerusakan pasca tsunami c. Upaya-upaya penanggulangan pasca tsunami d. Upaya perencanan tata ruang pasca tsunami 1.3 Tujuan Berdasarkan pada latar belakang, maka makalah ini bertujuan untuk dapat memahami bagaimana siklus tsunami, bagaimana karusakan pasca tsunami yang berdampak pada kesehatan lingkungan serta kesehatan korban. Selain itu memberikan informasi upaya-upaya penanggulangan pasca tsunami dan mengetahui upaya perencanan tata ruang pasca tsunami Dengan demikian kita sebagai warga negara Indonesia dapat paham ataupun mengenal kriteria bencana dalam negaranya sendiri. Selain itu, kita juga dapat menilai dan menganalisis bagaimana perkembangan serta pengawasan akan bencana yang akan terjadi maupun yang telah terjadi.
  • 3. 3 1.4 Manfaat Penulisan makalah ini diaharapkan dapat memberikan manfaat terhadap pembaca atas pemberikan informasi ini, serta memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih rinci kepada pembaca terutama dengan adanya tafsir ilmi yang dapat menambah ketaqwaan kita kepada Sang Pencipta atas tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah SWT yang dapat dipahami oleh orang-orang yang berakal.
  • 4. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Bencana Bencana adalah suatu kejadian peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana Alamialah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor. Daerah rawan bencana yaitu Suatu daerah yang memiliki risiko tinggi terhadap suatu bencana akibat kondisi geografis, geologis, dan demografis serta akibat ulah manusia. Sedangkaan rawan bencana merupakan kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang Pedoman Teknis xvi Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. 2.2. Sejarah singkat bencana alam terbesar di Indonesia Indonesia dikenal sebagai negara kaya bencana gempa bumi, tsunami, maupun letusan gunung berapi dll. Sejarah bencana yang tergolong besar di Indonesia seperti, pada 27 Agustus 1983 terjadi bencana alam berupa meletusnya gunung Krakatau di selat sunda. Selain itu sejarah baru ditorehkan yaitu bencana alam gempa besar di Aceh pada 26 December 2004, mengakibatkan tsunami berskala 8,7 pada skala Richter di barat Aceh dan oleh dua gempa besar di Kepulauan Nicobar dan Andaman, India, yang terjadi dalam selang waktu dua jam kemudian. Bencana ini menewaskan sekitar 150.000 penduduk di kawasan Asia Tenggara dan Asia Selatan. 2.3. Jenis Kegiatan atau Upaya Penanggulangan Pasca Bencana a. Penanggulangan Bencana adalah Serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi Penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana adalah Serangkaian kegiatan bidang kesehatan untuk mencegah, menjinakkan 4
  • 5. 5 (mitigasi) ancaman/bahaya yang berdampak pada aspek kesehatan masyarakat, mensiapsiagakan sumber daya kesehatan, menanggapi kedaruratan kesehatan, dan memulihkan (rehabilitasi), serta membangun kembali (rekonstruksi) infrastruktur kesehatan yang rusak akibat bencana secara lintas‐ program dan lintassektor. b. Rehabilitasi adalah Perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara Pedoman Teknis xxiv Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana. c. Rekonstruksi adalah Pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana. 2.4. Jenis-jenis kegiatan waspada bencana a. Kegiatan Pencegahan Bencana adalah Serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana. b. Pencegahan adalah segala upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana dan/atau bila memungkinkan meniadakan sebagian atau seluruh bencana yang mungkin terjadi. c. Mitigasi adalah Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi bencana. d. Kesiapsiagaan adalah Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. e. Penilaian risiko adalah Suatu evaluasi terhadap semua unsure yang berhubungan dengan pengenalan bahaya serta dampaknya terhadap lingkungan tertentu
  • 6. 6 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Gempa besar pemicu tsunami di NAD dan Sumut Menurut peta sejarah kegempaan Badan Meteorologi dan Geofisika, gempa berskala kecil dan besar banyak melanda Indonesia, mulai dari Nusa Tenggara hingga Sumatera. Pusat gempa sebagian besar di perairan yang relatif dekat dengan pulau-pulau tersebut. Hal ini berhubungan dengan adanya pertemuan lempeng benua di dasar laut, dan diketahui bahwa sebagai tempat bertemunya tiga lempeng benua terdapat di bawah perairan Indonesia. tiga lempeng benua tersebut ialah, lempeng Hindia atau Indo-Australia di sebelah selatan, lempeng Eurasia di utara, dan lempeng Pasifik di timur Gempa yang terjadi di perairan barat Nanggroe Aceh Darussalam, Nicobar, dan Andaman, hari minggu 26 Desember lalu merupakan akibat dari interaksi lempeng Indo-Astralia dan Eurasia. Gempa-gempa besar pada skala magnitudo 5,8 hingga 9,0 berpusat di dasar laut pada kedalaman 10 kilimeter tergolong gempa dangkal, namun telah menimbulkan gelombang tsunami yang menerjang wilayah pantai di Asia Tenggara dan Asia Selatan, yang berada di sekitar tiga pusat gempa tersebut Gempa berskala besar, kata Dr.Prih Haryadi kepala Pusat Sistem Data dan Informasi Geofisika Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), menimbulkan patahan berdimensi ratusan kilometer jaraknya dari pusat gempa hingga memicu gempa lain. Gempa di Aceh menimbulkan dampak kegempaan hingga radius 200 kilometer. Diantaranya memicu gempa di Kepulauan Nicobar di sebelah utara pusat gempa pada jarak 550 kilometer serta mengguncang Pulau Andaman. Selain menimbulkan getaran yang kuat, gempa kali ini juga menyebabkan timbulnya deformasi vertikal di sumber gempa. Deformasi berupa penurunan permukaan dasar laut tersebut mengakibatkan penjalaran energi kinetik menjadi gelombang tsunami di pantai. Daerah yang rawan tsunami adalah daerah yang berpantai landai dan berupa teluk. Pada daerah teluk, energi gelombang terperangkap hingga naik ke darat. Ancaman gempa tsunami berada sepanjang pertemuan lempeng mulai dari timur kepulauan Maluku, selatan Nusa Tenggara dan Jawa, hingga barat Sumatera. Umumnya, gempa subduksi di laut yang berkekuatan minimal 6,2 pada skala Richter sudah dapat menimbulkan gelombang tsunami. Namun, yang lebih kecil dari itupun dapat menimbulkan gelombang pasang, bergantung pada lokasinya dan pola subduksi serta topografi dasar laut. Gempa di Meulaboh dilaporkan bukan saja telah menimbulkan tsunami di daerah barat NAD, tetapi juga menerjang pulau Sabang. Gempa di Nicobar yang berkekuatan 7,3 skala Richter ini yang dipicu oleh gempa meulaboh, dan gempa tersebut pula 6
  • 7. 7 menyebabkan timbulnya tsunami di Songla dan Phuket (Thailand),menurut perkiraan Dr.Prih. Menurut Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Dr. Heri Haryono, gempa yang posisinya di dekat Pulau Simeulue (NAD) itu terjadi karena mekanisme kompresi atau subduksi, yaitu lempeng Samudra Hindia menujam bagian bawah lempeng Asia Tenggara (yang merupakan subduksi lempeng Benua Eurasia). Karena hal yang terjadi adalah gempa subduksi, yang menyebabkan menunnya permukaan dasar laut di tempat pertemuan lempeng tersebut, maka akan timbul gelombang laut yang merambat dan menerjang pantai di dekatnyaTerjadinya keracunan dapat disebabkan oleh tercemarnya air yang digunakan untuk mengolah ataupun mencuci bahan dan peralatan makanan/masak atau oleh faktor lain, seperti sarana dan prasarana tempat pengolahan makanan, pemilihan bahan, serta cara penyajian yang tidak higienis. Gambar 2. Gangguan Kesehatan Lingkungan( Penyebab Polusi Dan Penyakit Pascabencana 3.2 Upaya penanggulanagan dan pencegahan permasalahan kesehatan pasca tsunami a. Penanganan jenazah Petugas yang menangani jenazah harus memerhatikan pencegahan universal untuk menghindari tertular penyakit dari darah dan cairan tubuh ataupun faktor lain-lain. Pengurus jenazah sebaiknya menggunakan alat pelindung diri, seperti baju pelindung, sarung tangan, sepatu bot, topi, masker dan lainnya. Untuk menghindari ancaman tertular hepatitis A, B, C, para petugas perlu mendapat vaksinasi terhadap penyakit tersebut. Setelah mengurus maupun mengubur jenazah serta sebelum makan,
  • 8. 8 petugas perlu mencuci tangan dengan sabun. Peralatan seperti usungan mayat dan kendaraan harus dibersihkan dan diberi disinfektan secara rutin. Menurut panduan teknis WHO mengenai penanganan jenazah setelah bencana, bahwa syarat lokasi pemakaman sedikitnya 30 meter dari sumber air minum dan dasar kuburan 1,5 meter di atas permukaan air tanah. b. Perbaikan dan Pengawasan Kualitas Air Bersih Dengan demikian, masyarakat pengungsi harus dapat terjangkau oleh ketersediaan air bersih yang memadai untuk memelihara kesehatannya. Pada tahap awal kejadian bencana atau pengungsian ketersediaan air bersih perlu mendapat perhatian, karena tanpa adanya air bersih sangat berpengaruh terhadap kebersihan dan meningkatkan risiko terjadinya penularan penyakit. Pada situasi bencana dan pengungsian umumnya sulit memperoleh air bersih yang sudah memenuhi persyaratan, oleh karena itu apabila air yang tersedia tidak memenuhi syarat, baik dari segi fisik maupun bakteriologis, perlu dilakukan: c. buang atau singkirkan bahan pencemar; 1. lakukan penjernihan air secara cepat apabila tingkat kekeruhan air yang ada cukup tinggi; 2. lakukan desinfeksi terhadap air yang ada dengan menggunakan bahan bahan desinfektan untuk air; 3. periksa kadar sisa klor bilamana air dikirim dari PDAM; 4. lakukan pemeriksaan kualitas air secara berkala pada titik ‐titik distribusi. Tujuan utama perbaikan dan pengawasan kualitas air adalah untuk mencegah timbulnya risiko kesehatan akibat penggunaan air yang tidak memenuhi persyaratan. Bilamana air yang tersedia tidak memenuhi syarat, baik dari segi fisik maupun bakteriologis dapat dilakukan upaya perbaikan kualitas air antara lain sebagai berikut: 5. Penjernihan air cepat, menggunakan: 1) Alumunium sulfat (tawas) Cara penggunaan:  sediakan air baku yang akan dijernihkan dalam ember 20 liter;  tuangkan/campuran tawas yang sudah digerus sebanyak ½ sendok teh dan langsung diaduk perlahan selama 5 menit sampai larutan merata;  diamkan selama 10 – 20 menit sampai terbentuk gumpalan/flok dari kotoran/lumpur dan biarkan mengendap. pisahkan bagian air yang jernih
  • 9. 9 yang berada di atas endapan, atau gunakan selang plastik untuk mendapatkan air bersih yang siap digunakan;  bila akan digunakan untuk air minum agar terlebih dahulu direbus sampai mendidih atau didesinfeksi dengan aquatabs. 2) Poly Alumunium Chlorida (PAC) Lazim disebut penjernih air cepat yaitu polimer dari garam alumunium chloride yang dipergunakan sebagai koagulan dalam proses penjernihan air sebagai pengganti alumunium sulfat. Kemasan PAC terdiri dari: a) Cairan yaitu koagulan yang berfungsi untuk menggumpalkan kotoran/ lumpur yang ada di dalam air; b) Bubuk putih yaitu kapur yang berfungsi untuk menetralisir Ph Cara penggunaan:  sediakan air baku yang akan dijernihkan dalam ember sebanyak 100 liter;  bila air baku tersebut ph nya rendah (asam), tuangkan kapur (kantung bubuk putih) terlebih dahulu agar ph air tersebut menjadi netral (pH=7). bila ph air baku sudah netral tidak perlu digunakan lagi kapur;  tuangkan larutan pac (kantung a) kedalam ember yang berisi air lalu aduk perlahan lahan selama 5 menit sampai larutan tersebut merata;  setelah diaduk merata biarkan selama 5 – 10 menit sampai terbentuk gumpalan/flok flok dari kotoran/lumpur dan mengendap. pisahkan air yang jernih dari endapan atau gunakan selang plastik untuk mendapatkan air bersih yang siap digunakan;  bila akan digunakan sebagai air minm agar terlebih dahulu direbus sampai mendidih atau di desinfeksi dengan aquatabs. c) Pengendalian kesehatan lingkungan pengungsian Pelaksanaan pengendalian vektor yang perlu mendapatkan perhatian di lokasi pengungsi adalah pengelolaan lingkungan, pengendalian dengan insektisida, serta pengawasan makanan dan minuman. Pengendalian vektor penyakit menjadi prioritas dalam upaya pengendalian penyakit karena potensi untuk menularkan penyakit sangat besar seperti lalat, nyamuk, tikus, dan serangga lainnya. Kegiatan pengendalian vektor dapat berupa penyemprotan, biological control , pemberantasan sarang nyamuk, dan perbaikan lingkungan. Banyaknya tenda‐tenda darurat tempat penampungan sementara para pengungsi yang diperkirakan belum dilengkap dengan berbagai fasilitas sanitasi dasar yang sangat diperlukan, akibatny banyak
  • 10. 10 kotoran dan sampah yang tidak tertangani dengan baik dan akan menciptakan breeding site terutama untuk lalat dan serangga pangganggu lain. Hal ini akan menambah faktor resiko terjadinya penularan berbagai penyakit. Metode pengendalian dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a) Pengendalian lingkungan: breeding mengubah situs dengan mengeringkan atau mengisi situs, pembuangan sampah secara teratur, menjaga tempat penampungan bersih, dan kebersihan. b) Pengendalian secara mekanis: menggunakan bednets, perangkap, penutup makanan c) Pengendalian biologis: menggunakan organisme hidup untuk pengendalian larva, seperti ikan yang makan larva (misalnya, nila, ikan mas, guppies), Bakteri (bacillus thuringiensis israelensis) yang menghasilkan racun terhadap larva dan Pakis mengambang bebas yang mencegah pembiakan, dan lain ‐ lain d) Pengawasan dan pengamanan makanan dan minuman Dalam pengelolaan makanan dan minuman pada bencana (untuk konsumsi orang banyak), harus memperhatikan kaedah hygiene sanitasi makanan dan minuman (HSMM), untuk menghindari terjadinya penyakit bawaan makanan termasuk diare, disentri, korela, hepatitis A dan tifoid, atau keracunan makanan dan minuman, berdasarkan pedoman WHO Ensuring food safety in the aftermath of natural disasters antara lain yaitu: 1) semua bahan makanan dan makanan yang akan didistribusikan harus sesuai untuk konsumsi manusia baik dari segi gizi dan budaya; 2) makanan yang akan didistribusikan sebaiknya dalam bentuk kering dan penerima mengetahui cara menyiapkan makanan; 3) stok harus dicek secara teratur dan pisahkan stok yang rusak; 4) petugas yang menyiapkan makanan harus terlatih dalam higiene dan prinsip menyiapkan makanan secara aman; 5) petugas yang menyiapkan makanan sebaiknya tidak sedang sakit dengan gejala berikut : sakit kuning, diare, muntah, demam, nyeri tenggorok (dengan demam), lesi kulit terinfeksi atau keluarnya discharge dari telinga, mata atau hidung;
  • 11. 11 6) petugas kebersihan harus terlatih dalam menjaga dapur umum dan area sekitarnya tetap bersih; 7) air dan sabun disediakan untuk kebersihan personal; 8) makanan harus disimpan dalam wadah yang melindungi dari tikus, serangga atau hewan lainnya; 9) daerah yang terkena banjir, makanan yang masih utuh harus dipindahkan ke tempat kering; 10) buanglah makanan kaleng yang rusak, atau bocor; 11) periksa semua makanan kering dari kerusakan fisik, tumbuhnya jamur dari sayuran, buah dan sereal kering; 12) air bersih untuk menyiapkan makanan; dan 13) sarana cuci tangan dan alat makan harus disiapkan. Sebagai tambahan, WHO juga mengeluarkan panduan kunci keamanan pangan (WHO Five Keys for Safer Food) : 1) jaga kebersihan makanan; 2) pisahkan bahan mentah dan makanan yang sudah dimasak; 3) masak secara menyeluruh; 4) aga makanan pada suhu aman; 5) gunakan air dan bahan mentah makanan yang aman. Termasuk dalam hygiene dan sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat, dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan. 3.4 Perencanaan NAD pasca tsunami Untuk mengurangi dan meredam timbulnya korban dan kerugian harta benda akibat proses geologi yang tidak berhenti tersebut, perlu dilakukan mitigasi. Upaya mitigasi itu antara lain menyiapkan data dan informasi daerah rawan gempa dan tsunami, pemerintah menata daerah rentan tinggi dengan menata ulang lokasi, menyosialisasi pemahaman dan bencana gempa dan tsunami, masyarakat perlu menyadari bahwa mereka bertempat tingal di derah rentan bencana, memehami aktivitas apa yang harus dihindarkan sesuai dengan sifat serta jenis bencana tersebut, dan mengetahui cara menyelamatkan diri, Beberapa dosen dari Institut Teknologi Bandung dari departemen Teknik Geologi, yaitu Deny Juanda, Budi Brahmantyo, dan Bandono, serta dari Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, yaitu Johny Patta dan Andi Oetomo, rabu (5/1) di gedung Rektorat ITB, menyampaikan sejumlah usulan
  • 12. 12 dan pemikiran yang bisa dilakukan pemerintah serta semua pihak untuk membangun kembali Banda Aceh. Budi mengatakan, Aceh merupakan daratan yang datar dengan tanah alluvial yang terbentuk karena endapan. Derah yang datar menjadikannya ideal unuk dijadikannya ibu kota karena daerah datar sangat baik untuk dibangun dan diakses diwilayah lain cenderung terbuka. Namun, Banda Aceh juga rawan bencana. Selain itu, menurut Deny, Aceh diapit dua patahan. Kedua daerah patahan lebih tinggi dari Aceh. Sehingga menjadi faktor penyebab wilayah ini rawan gempa dan rawan tsunami karena terdapat pantai. Dengan demikian, apabila Aceh dibangun kembali seharusnya dirancang sebagai kota yang multi bahaya. Perencanaan kota harus dirancang sebagai alat mitigasi atau alat memperkecil dampak bencana. Tata ruang yang baik membentu memperkecil jumlah korban saat bencana terjadi dimasa mendatang.  Kontruksi tahan gempa Bilamana melihat ke negara Jepang yang sering dilanda gempa, fondasi rumah penduduknya disesuaikan dengan kondisi alam sekitarnya. Pada umumnya rumah-rumah disana terdiri dari bahan kayu dan kertas. Bentuj mejanya dibuat rendah sampai mendekati lantai sehingga tidak memerlukan kursi. Lemarinya pun kebanyakan menyatu dengan dinding dengan penutup yang dapat digeser. Penerapan desain rumah serta isinya tersebut dibentuk sedemikian rupa agar bila terjadi gempa, baik bahan bangunan maupun furniturnya sedapat mungkin tidak mencederai penghuni rumah. Indonesia pun sebenernya merupakan negara dengan berbagai intensitas genpa menengah sampai tinggi sehingga rancangan bangunan sepatutnya memperhitungkan kemunginan itu. Menurut Dr. Ir Iwayan Sengara, dosen Departemen Teknik Sipil ITB, sebenarnya ada peraturan yang membahas rancang bangun tahan gempa. Rancangan bangun sesuai ketentuan yang dirumuskan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Peraturan Bangunan Tahan Gempa yang ditetapkan tahun 2002. Namun, peraturan ini relative baru sehngga sosialisasinya masih terbatas.  Penggalakkan penanaman Bakau Daerah yang mengalami bencana terbesar dari tsunami adalah Banda Aceh, Lhok Nga, dan Meulabboh. Bencana tersebut selain diakibatkan oleh tingginya gelombang tsunami, juga di perparah oleh tata ruang yang kurang ramah bencana dan rusaknya lingkungan. Rumah dibangun dekat pantai. Tidak ada sabuk hijau (green belt). Mangrove hanya tinggal sedikit yang hanya tumbuh di beberapa tempat. Selain itu, ada beberapa fakta-fakta mengenai keadaan gelombang pasang yang menghantam Aceh. Pertama, gelombang tsunami akan semakin jauh masuk ke daratan jika kondisi pesisir miskin mangrove.
  • 13. 13 Kondisi gelombang bertolak pada wilayah pesisir dengan mangrove yang intensif. ketebalan hutan mangrove sekitar 1200 meter mampu mengurangi gelombang tsunami sekitar dua kilometer,‖ ujar widi. Kedua, gelombang tsunami semakin pendek masuk ke daratan pada lahan pesisir dengan kebun ekstensif dan masa bangunan bertingkat yang memenuhi persyaratan teknis bencana. Oleh karena itu, sudah saatnya digalakkan penanaman bakau di sepanjang pesisir daerah yang potensi terkena tsunami. Hutan bakau memiliki perlindungan dan pengamanan kawasan pesisir yang sangat baik. Setiap gelombang pasang yang dating mampu diredakan melalui hutan yang lebat. Manfaat utama hutan mangrove di kawasan pesisir dan estuaria adalah untuk mencegah erosi, penahan ombak, penahan angin, perangkap sedimen dan penahan intrusi air asin dari laut. Sistem perakarannya dapat berperan sebagai perangkap sediment dan pemecah gelombang. Hal ini dapat terjadi apabila didukung oleh formasi hutan mangrove yang belum terganggu atau kondisinya masih alami. Kerapatan hutan mangrove yang cenderung menurun maka fungsinya sebagai peredam gelombang juga akan cenderung menurun (Tjardhana dan Purwanto, 1995). Menurut Widi A Pratikto, Direktur Jendral Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Departemen Kelautan dan Perikanan, hutan bakau (mangrove) yang memiliki ketebalan 60 meter sampai 75 meter dari bibir pantai mampu mengurangi ketinggian gelombang laut sekitar 3,5 meter. ― Jika terjadi gelombang pasang setinggi 4,3 meter di suatu daerah yang memiliki hutan bakau dengan lebar 65 meter dari bibir pantai, hamparan bakau itu ternyata mampu menurunkan gelombang sehingga saat di bibir pantai, gelombang tsunami itu semakin pendek, yakni tersisa satu meter ―, katanya. Gambar 3. Hutan bakau Sebagai Peredam Ombak
  • 14. 14 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan tersebut dapat disimpulkan bahwa peristiwa besar yang dialami daerah Nanggro Aceh Darussalam (NAD) 26 Desember 2004 lalu, tetutama dalam permasalahan kesehatan. Permasalahan yang ada sangatlah beragam, seperti terganggunya kesehatan masyarakat Aceh maupun kesehatan lingkungan setelah terjadinya tsunami. Upaya penanggulanagan dan pencegahan permasalahan kesehatan pasca tsunami, yaitu penanganan jenazah yang baik, perbaikan dan pengawasan kualitas air bersih, pengendalian kesehatan lingkungan pengungsian, serta Pengawasan dan pengamanan makanan dan minuman. Selain itu, Perencanaan NAD pasca tsunami sebagai upaya meminimalkan dampak pasca tsunami maupun bencana yang akan terjadi di masa mendatang. Misalnya penggalakkan hutan mangrove, kontruksi tahan gempa dan perencanaan yang lainnya. B. Saran Setelah pemulihan korban maupun pengobatan pasca bencana tsunami. Barulah sebaiknya dilakukan perencanaan rehabilitasi yang komprehensif dan terintegrasi. Artinya pemulihan itu bisa dimulai dari pemetaan, analisis kerusakan, analisis risiko, rencana restrukturisasi, dan perbaikan lingkungan. Maka dalam tahap rehabilitasi harus dibuat sedemikian rupa agar mampu meredam tsunami di kemudian hari sehingga dampaknya bisa diminimalkan. Apabila Aceh dibangun kembali seharusnya dirancang sebagai kota yang multi bahaya. Perencanaan kota harus dirancang sebagai alat mitigasi atau alat memperkecil dampak bencana. Tata ruang yang baik membentu memperkecil jumlah korban saat bencana terjadi dimasa mendatang. Upaya lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah dengan membuat tata ruang yang ramah bencana. 14