MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
Mitigasi Bencana Sebagai Kontribusi Geodesi
1. PAPER PANCASILA
Mitigasi Bencana Sebagai Kontribusi Geodesi
Sesuai Sila Kedua Pancasila,
Kemanusiaan yang adil dan Beradab
Disusun oleh :
Retno Agus Pratiwi 12/333239/TK/39671
TEKNIK GEODESI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2. ABSTRAKSI
Indonesia adalah negara yang kaya, sudah menjadi rahasia umum jika kekayaan alam di
Indonesia sangatlah melimpah, baik yang ada di permukaan, bawah tanah, bahkan dasar
lautnya. Namun semua berkah tersebut tidak datang begitu saja, ada rangkaian konsekuensi
berupa kerawanan bencana di belakang semua kekayaan alam tersebut. Indonesia bukan
hanya kaya akan sumber daya alamnya tapi juga kaya akan bencana, sebab Indonesia
merupakan negara kepulauan dengan kondisi geografis yang strategis dan dinamis. Berada di
geografis pertemuan lempeng-lempeng benua di dunia sehingga sering terkena aktifitas
lempeng seperti pergeseran lempeng-lempeng tektonik yang menyebabkan berbagai bencana
alam seperti gempa bumi, tsunami, dan sebagainya. Akibat posisinya yang merupakan
pertemuan lempeng-lempeng benua tersebut, Indonesia juga rawan akan letusan-letusan
gunung api, sebab di Indonesia sendiri terdapat banyak gunung api yang masih aktif dan
rawan meletus sewaktu-waktu.
Berbagai bencana alam tersebut seringkali menjatuhkan korban nyawa.Jatuhnya korban
nyawa dan kerugian-kerugian yang timbul sebagai efek akibatnya menjadi sebuah cobaan
hidup tersendiri bagi para korban bencana alam tersebut. Musibah yang datang secara tiba-
tiba telah merenggut semua yang mereka miliki dan mengubah keadaan menjadi serba
kekurangan. dan disinilah nilai-nilai pencasila dalam jiwa kami tergerak. Berupaya
mengurangi potensi bencana alam sebagai bentuk kepedulian dan rasa kemanusiaan sesuai
dengan bunyi pancasila, sila kedua "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab"
Melihat berbagai fenomena yang terjadi tersebut mengetuk pintu hati para geodet untuk dapat
menyumbangkan ilmu yang bermanfaat untuk membantu masyarakat. Mengembangkan
sistem mitigasi bencana yang mampu mengantisipasi bencana sehingga dapat meminimalisir
kerugian bahkan jatuhnya korban jiwa. Tindakan ini muncul sebagai bentuk pengamalan
pancasila yang merupakan pedoman hidup bangsa Indonesia, khususnya bagian sila kedua
yakni " Kemanusiaan yang Adil dan Beradab ".
3. PENDAHULUAN
Bumi memilki sifat dinamis dalam ruang dan waktu, yang menyebabkan fenomena bersifat
konstrutif dan destruktif. Fenomena konstruktif memilki potensi yang besar untuk
peningkatan kesejahteraan kehidupan, berlainan dengan fenomena destruktif. Fenomena
destruktif dapat menjadi sumber bencana alam apabila tejadi di wilayah berpenduduk atau di
wilayah tanpa penduduk tetapi memilki imbas terhadap wilayah berpenduduk. Gempa bumi,
tsunami, penurunan muka tanah, aktifitas gunung berapi, banjir dan tanah longsor merupakan
contoh fenomena destruktif yang merupakan sumber bencana. Seperti yang sudah tercatat
dalam sejarah, sampai saat awal kemunculan bencana sulit diamati atau di deteksi dan
seringkali muncul secara mendadak sehingga tidak dapat dilakukan aktifitas untuk
menghindarinya atau mencegahnya.
Mengacu pada sifat bencana alam yang sampai saat ini masih sulit dideteksi waktu
kemunculannya secara tepat serta dihindari maupun dicegah keberadaanya, maka antisipasi
yang diambil untuk mengurangi atau mengeliminir kerugian yang lebih besar dilakukan
melalui program mitigasi bencana alam yang mencakup berbagai bidang disiplin ilmu baik
sains maupun social. Reaksi terhadap bencana sendiri yang terjadi pada dasarnya dapat dibagi
menjadi empat tahap (Godschalk, 1999), yaitu:
Mitigasi, yang dilakukan sebelum terjadinya bencana.
Kesiagaan, menyangkut aktifitas singkat yang dilakukan saat peringatan adanya
bencana diterima, misalnya proses evakuasi dan perlindungan sementaera terhadap
bangunan.
Penanggulangan, mencakup pertolongan kesehatan dan penyuluhan jangka pendek,
misalnya operasi SAR.
Perbaikan kembali (recovery), yang dilakukan setelah terjadinya bencana, misalnya
pembangunan bangunan yang rusak.
Tahapan-tahapan tersebut merupakan suatu sistem yang bersatu dengan bencana alam yang
terjadi, di mana untuk masing-masing tahap dilakukan evaluasi sebagai input penyusun
program mitigasi bencana yang semakin baik. Dengan demikian pada pelaksanaan mitigasi,
terjadi pertemuan antara elemen sains (teknik-ilmiah) dan elemen social yang harus saling
menunjang dan mendukung berjalannya program ini.
Kepulauan Indonesia terletak di kawasan yang merupakan pertemuan lempeng-lempeng
Australia,Eurasia,Pasifik dan Filipina. Pertemuan ini menyebabkan adanya spektrum
topografi dan bathimetri yang luas. Serta aktifitas kegempaan serta kegunungapian yang juga
cukup tinggi. Akibatnya wilayah Indonesia rawan terhadap berbagai bencana alam seperti
gempa bumi, tsunami,letusan gunung api, longsor dan penurunan tanah.
Karena spektrum topografi wilayah Indonesia yang cukup beragam, dari landai sampai
bergunung-gunung, serta curah hujan yang juga relatif tinggi, wilayah Indonesia juga rentan
4. terhadap bencana banjir dan tanah longsor. Dengan jumlah penduduk di kawasan perkotaan
dan kawasan industri yang terus meningkat dari waktu kewaktu, yang banyak menyedot air
tanah dari dalam bumi, bencana yang diakibatkan oleh penurunan tanah ( land subsidence)
juga kerap melanda kota-kota besar di Indonesia seprti Jakarta, Bandung, Surabaya dan
Semarang. Disamping itu juga, bencana-bencana seperti kebakaran hutan, kekeringan dan
angin puyuh juga kerap melanda. Singkatnya Indonesia adalah negara yang akan kerap
bertatap muka dengan bencana alam. Oleh karena itu, proses mitigasi bencana alam harus
menjadi perhatian kita semua komponen bangsa, termasuk kita yang mempelajari ilmu
geodesi dan geomatika.
5. PEMBAHASAN
a. Peran Geodesi dalam Mitigasi Bencana
Mitigasi Bencana adalah proses pencegahan bencana atau pengurangan dampak
bahaya dalam rangka meminimalkan jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda,
rusaknya lingkungan maupun terganggunya roda perekonomian masyarakat. Proses
pengelolaan (manajemen ) mitigasi bencana umumnya akan mencakup empat sub
proses yaitu : identifikasi bencana, analisa bencana, reduksi bencana dan transfer
bencana. Pengelolaan masing-masing sub proses itu sendiri dilakukan terhadap faktor-
faktor kerentanan (vulnerability) dan kapasitas (ketahanan) dari objek yang
dipengaruhi oleh bahaya tersebut.
Kalau disimak secara teliti, bidang Geodesi dan Geomatika (GG) akan punya banyak
peran dalam proses manajemen mitigasi bencana alam ini terutama dalam tahapan
identifikasi bencana dan dapat juga dalam tahapan analisa bencana dan reduksi
bencana. Dalam tahapan identifikasi bencana, keilmuan dan teknologi GG akan
sangat berperan dalam pengamatan dari gejala-gejala awal dari bahaya, sebagai suatu
bagian dari sistem peringatan dini (early warning. Pengamatan ini dapat berupa
aktifitas pengukuran, pemetaan dan pemantauan di kawasan rentan bencana dengan
menggunakan dan memanfaatkan metode-metode survey ekstra-terestris
(mengunakan teknologi GPS dan satelit Altimetri), Photogrammetry,
Hidragrafi,Remote sensingdan GIS. Dari hasil pengamatan menggunakan berbagai
metode dan sensor tersebut, maka karakteristik dari potensi bahaya , karakteristik dari
bencana serta dampaknya seandainya terjadi akan dapat diperkirakan , dipelajari, dan
di analisa.
Peranan Geodesi dalam program mitigasi ditinjau dari integrasi aspek sains dan sosial
dilakukan dengan pembangunan system basis dan Sistem informasi Mitigasi Bencana.
System ini merupkan bencana yang dapat secara efisien, efektif dan akurat
menyajikan informasi parameter yang terkait dengan fenomena bencana alam,
terutama dalam rangka integrasi unsur-unsur dari elemen sains dan elemen sosial
yang ditujukan untuk memperoleh pemahaman, pengertian dan analisis dalam
mitigasi.
Di dalam kegiatan pembangunan system ini, berbagai tahap pekerjaan dilakukan yaitu
pengumpulan data yang terkait dengan parameter dinamika bumi sebagai fungsi ruang
dan waktu baik dari segi sains maupun sosial, manajemen dan pengolahan data,
analisis dan penyajian informasi, serta penyusunan modul-modul teknologi sistem
informasi. Produk dari system ini yang merupakan fungsi ruang dan waktu,
selanjutnya digunakan untuk pemahaman, analisis, dan pengambilan keputusan dari
mitigasi.
6. Selanjutnya langkah-langkah untuk pereduksian bencana seandainya terjadi juga
dapat disusun , baik yang sifatnya teknis maupun non teknis. Hasil-hasil pengamatan
dengan sensor GG ini juga secara kontinyu dan near realtime dapat diintegrasikan
dengan hasil pengamatan dari metodedan sensor lainnya dalam rangka membangun
suatu sitem peringatan dini (early warning system) yang andal. Dengan adanya sistem
peringatan dini yang andal diharapkan dapat diambil suatu respon yang efektif dan
efisien untuk mereduksi dampak bencana serta meminimalkan jatuhnya korban jiwa
maupun kerugian materil yang terjadi.
b. Keterkaitan dengan Pancasila Sila Kedua
Nilai-nilai kemanusiaan yang ingin diangkat dan hubungannya dengan butir-butir
dalam sila kedua pancasila
Kemanusiaan yang berasal dari kata manusia, yaitu makhluk yang paling sempurna
dari makhluk – makhluk yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Yang
membedakan manusia dengan yang lainya adalah manusia dibekali akal dan pikiran
untuk melakukan segala kegiatan. Oleh karena itulah manusia menjadi makhluk yang
paling sempurna dari semua makhluk cipaanNya. Kata adil memiliki arti bahwa suatu
keputusan dan tindakan didasarkan atas ukuran / norma-norma yang obyektif, dan
tidak subyektif, sehingga tidak sewenang-wenang.
Kata beradab berasal dari kata adab, yang memiliki arti budaya. Jadi adab
mengandung arti berbudaya, yaitu sikap hidup, keputusan dan tindakan yang selalu
dilandasi oleh nilai-nilai budaya, terutama norma – norma sosial dan kesusilaan /
moral yang ada di masyarakat.
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan yang
Maha Esa dan mendasari ketiga sila berikutnya. Sila ke 2 memiliki arti bahwa adanya
kesadaran sikap dan perbuatan manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani
manusia dalam hubungannya dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya.
Potensi kemanusiaan dimiliki oleh semua manusia di dunia, tanpa memandang ras,
keturunan dan warna kulit, serta bersifat universal.
Kemanusiaan yang adil dan beradab bagi bangsa Indonesia bersumber pada ajaran
Tuhan Yang Maha Esa yakni sesuai dengan kodrat manusia sebagai ciptaanNya.
Hal ini selaras dengan :
Pembukaan UUD 1945 alinea pertama
Pasal 27, 28, 29, 30 dan 31 UUD 1945
Makna dari Pancasila Sila ke-2
1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara
sesama manusia.
2. Saling mencintai sesama manusia.
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
7. 4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7. Berani membela kebenaran dan keadilan.
Seperti makna pancasila sila ke-2 nomer 6 diatas, yakni gemar melakukan kegiatan
kemanusiaan, maka dengan upaya mitigasi bencana yang menerapkan ilmu geodesi,
geodet sendiri telah berkontribusi dan turut serta dalam upaya pengamalan pancasila
tersebut
.
Pada prinsipnya Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah sikap dan perbuatan
manusia yang sesuai dengan kodrat hakikat manusia yang berbudi, sadar nial, dan
berbudaya. Melalui mitigasi bencana tersebut tergambar budi baik dan niat baik dari
geodet sendiri untuk memperhatikan nyawa dan keselamatan bangsa. Ikut
mengantisipasi dan sebagai tindakan preventif dalam menghadapi bencana, mitigasi
bencana ini juga berarti menjaga salah satu hak asasi manusia yakni hak untuk hidup,
karena dengan menggalakkan mitigasi bencana ini berarti geodet telah peduli akan
nyawa dan nasib orang lain.
8. KESIMPULAN
Di dalam sila ke II Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab telah tersimpul cita-cita
kemanusiaan yang lengkap, yang memenuhi seluruh hakikat mahkluk manusia. Kemanusiaan
Yang Adil dan Beradab adalah suatu rumusan sifat keluhuran budi manusia(Indonesia).
Dengan Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, maka setiap warga Negara mempunyai
kedudukan yang sederajat dan sama-sama terhadap Undang-Undang Negara, mempunyai hak
dan kewajiban yang sama; setiap warga Negara dijamin haknya serta kebebasannya yang
menyangkut hubungan dengan Tuhan, dengan orang-orang seorang, dengan Negara, dengan
masyarakat, dan menyangkut pula kemerdekaan menyatakan pendapat dan mencapai
kehidupan yang layak sesuai dengan Hak Asasi Manusia.
Melalui mitigasi bencana yang disumbangkan oleh ilmu geodesi, maka terlihat bahwa geodet
sendiri berusaha ikut menjaga dan melindungi hak asasi manusia untuk hidup, suatu
pengamalan pancasila sila ke-2. Dimana dalam gerakan mitigasi bencana tersebut didasari
atas rasa kemanusiaan yang timbul dari jiwa dan mitigasi bencana ini juga ikut melindungi
hak untuk hidup bangsa Indonesia yang merupakan salah satu Hak Asasi Manusia.
9. DAFTAR PUSTAKA
dalam http://moeviccloes.blogspot.com/2010/10/hakikat-pengertian-pancasila-sila-
kedua.html. diakses pada Minggu, 16 Desember 2012 pada pukul 22.02 wib.
dalam http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2231839-optimalisasi-peran-geodesi-
dan-geomatika/#ixzz2FFyCKYta. diakses pada Minggu, 16 Desember pada pukul 22.09 wib.
dunginong. dalam http://dunginong.wordpress.com/2011/10/31/pengertian-sila-kedua-
kemanusiaan-yang-adil-dan-beradab/. diakses pada Minggu, 16 Desember 2012 pada pukul
22.15 wib.
sulaiman, dede. dalam http://ddsulai.blogspot.com/2012/05/makna-dari-pancasila-sila-ke-
2.html. diakses pada Senin, 17 Desember 2012 pada pukul 21.12 wib.
Dwi P, Ichwan. dalam http://cuchuz.blogspot.com/2009/12/peranan-geodesi-dalam-mitigasi-
bencana.html. diakses pada Senin, 17 Desember 2012 pada pukul 21.22 wib.