SlideShare a Scribd company logo
BAB I

                                 PENDAHULUAN




I.1 Definisi Penyakit Akibat Kerja

            Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh
   pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian
   Penyakit Akibat Kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease.

            Penyakit Akibat Kerja (PAK), menurut KEPPRES RI No. 22 Tahun 1993,
   adalah penyakit yang disebabkan pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit akibat
   kerja terjadi sebagai pajanan faktor fisik, kimia, biologi, ataupun psikologi di tempat
   kerja.

   WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja :

   1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya Pneumoconiosis.

   2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya Karsinoma
   Bronkhogenik.

   3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-faktor
   penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis.

   4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada
   sebelumnya, misalnya asma.

I.2 Faktor-Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja

            Faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja sangat banyak, tergantung pada
   bahan yang digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja,
   sehingga tidak mungkin disebutkan satu per satu. Pada umumnya faktor penyebab
   dapat dikelompokkan dalam 5 golongan:




                                                                         1
1. Golongan fisik : suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang
           sangat tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik.
      2. Golongan kimiawi : bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja,
           maupun yang terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap,
           gas, larutan, awan atau kabut.
      3.   Golongan biologis : bakteri, virus atau jamur
      4. Golongan fisiologis : biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan
           cara kerja
      5. Golongan psikososial : lingkungan kerja yang mengakibatkan stress.

I.3 Diagnosis Penyakit Akibat Kerja

           Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada individu perlu
   dilakukan suatu pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan
   dan menginterpretasinya secara tepat.

   Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang dapat digunakan sebagai
   pedoman:

   1. Tentukan Diagnosis klinisnya

               Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan
      memanfaatkan fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya dilakukan
      untuk mendiagnosis suatu penyakit. Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru
      dapat dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut berhubungan dengan
      pekerjaan atau tidak.

   2. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini

               Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja
      adalah    esensial   untuk   dapat    menghubungkan     suatu   penyakit   dengan
      pekerjaannya. Untuk ini perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat
      pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang mencakup:

           Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh penderita
           secara khronologis




                                                                        2
Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan
      Bahan yang diproduksi
      Materi (bahan baku) yang digunakan
      Jumlah pajanannya
      Pemakaian alat perlindungan diri (masker)
      Pola waktu terjadinya gejala
      Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala
      serupa)
      Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan (MSDS,
      label, dan sebagainya)

3. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit tersebut

          Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung
   pendapat bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika
   dalam kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal
   tersebut di atas, maka tidak dapat ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika
   dalam kepustakaan ada yang mendukung, perlu dipelajari lebih lanjut secara
   khusus mengenai pajanan sehingga dapat menyebabkan penyakit yang diderita
   (konsentrasi, jumlah, lama, dan sebagainya).

4. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat
   mengakibatkan penyakit tersebut.

          Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan
   tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting
   untuk diteliti lebih lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada
   untuk dapat menentukan diagnosis penyakit akibat kerja.

5. Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi

          Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat
   pekerjaannya, yang dapat mengubah keadaan pajanannya, misalnya penggunaan
   APD, riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga risikonya meningkat.
   Apakah pasien mempunyai riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang




                                                                    3
mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang
      dialami.

   6. Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit

             Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit?
      Apakah penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan
      penyebab penyakit. Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat
      digunakan untuk menyingkirkan penyebab di tempat kerja.

   7. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya

             Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu
      keputusan berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah.
      Seperti telah disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab
      langsung suatu penyakit, kadang-kadang pekerjaan hanya memperberat suatu
      kondisi yang telah ada sebelumnya. Hal ini perlu dibedakan pada waktu
      menegakkan diagnosis. Suatu pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab
      suatu penyakit apabila tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan
      tertentu, pasien tidak akan menderita penyakit tersebut pada saat ini.

             Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila
      penyakit telah ada atau timbul pada waktu yang sama tanpa tergantung
      pekerjaannya,    tetapi   pekerjaannya/pajanannya      memperberat/mempercepat
      timbulnya penyakit.

I.4 Faktor Biologi Penyakit Akibat Kerja
          Penyakit ditempat kerja akibat factor biologi biasanya disebabkan oleh
   makhluk hidup sehingga menyebabkan gangguan kesehatan pada pekerja yang
   terpajan. Potensi bahaya yang menyebabkan reaksi alergi atau iritasi akibat bahan-
   bahan biologis, seperti debu kapas, dedaunan, bulu, bunga, virus, bakteri, dan
   sebagainya.




                                                                         4
1) Bakteri

   Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu (i) bulat (kokus), (ii) lengkung dan
   (iii) batang (basil). Banyak bakteri penyebab penyakit timbul akibat kesehatan
   dan sanitasi yang buruk, makanan yang tidak dimasak dan dipersiapkan dengan
   baik dan kontak dengan hewan atau orang yang terinfeksi. Contoh penyakit yang
   diakibatkan oleh bakteri: anthrax (kulit dan paru), tuberculosis (paru), burcelosis
   (sakit kepala,atralagia, enokkarditis), lepra, tetanus, thypoid, cholera, dan
   sebagainya.

2) Virus

   Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16 – 300 nano meter. Virus
   tidak mampu bereplikasi, untuk itu virus harus menginfeksi sel inangnya yang
   khas. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh virus: influenza, varicella, hepatitis,
   HIV, dan sebagainya (HIV), menyebabkan penurunan daya kekebalan tubuh,
   ditularkan melalui: Tranfusi darah yang tercemar, Tertusuk/teriris jarum/pisau
   yag terkontaminasi, Hubungan sexual, Luka jalan lahir waktu melahirkan.
   Pekerja berisiko (HIV), Pekerja RS, Pekerja yang sering ganti-ganti pasangan.

3) Parasit

   (i) Malaria ; gigitan nyamuk anopheles, (ii) Ansxylostomiosis, anemia khronis,
   (iii) , gatal-gatal dikulit. Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni, tetapi
   berbentuk lebih komplek karena berupa multi sel. Mengambil makanan dan
   nutrisi dari jaringan yang mati dan hidup dari organisme atau hewan lain.

4) Hewan

     Seraangga : sengatan
     Binatang berbisa : gigitan / ular
     Binatang buas : Carnovora




                                                                     5
5) Tumbuhan

        Debu kayu: Allergi & asma
        Debu kapas: allergi saluran nafas

  6) Organisme viable dan racun biogenic.

          Organisme viable termasukdi dalamnya jamur, spora dan mycotoxins; Racun
          biogenik termasuk endotoxins, aflatoxin dan bakteri.
          Perkembangan produk bakterial dan jamur dipengaruhi oleh suhu,
          kelembapan dan media dimana mereka tumbuh. Pekerja yang beresiko:
          pekerja pada silo bahan pangan, pekerja pada sewage & sludge treatment, dll.
          Contoh : Byssinosis, “grain fever”,Legionnaire’s disease.

  7) Alergi Biogenik

          Termasuk didalamnya adalah: jamur, animal-derived protein, enzim.
          Bahan alergen dari pertanian berasal dari protein pada kulit binatang, rambut
          dari bulu dan protein dari urine dan feaces binatang.
          Bahan-bahan alergen pada industri berasal dari proses fermentasi, pembuatan
          obat, bakery, kertas, proses pengolahan kayu , juga dijumpai di bioteknologi (
          enzim, vaksin dan kultur jaringan).
          Pada orang yang sensitif, pemajanan alergen dapat menimbulkan gejala alergi
          seperti rinitis, conjunctivitis atau asma.
          Contoh Occupational asthma : wool, bulu, butir gandum, tepung bawang dsb.

Factor-faktor penyebab penyakit kerja akibat biologi:
1.   Kontak dengan individu yang terinfeksi, sekresi, ekskresi, atau jaringan tubuh
     manusia seperti hepatitis, AIDS, TBC, flu burung, flu babi, demam berdarah,
     anthrax.
2.    Akibat penularan dari binatang yang menginfeksi manusia secara langsung atau
     kontak dengan sekresi, ekskresi, jaringan tubuh binatang yang terinfeksi atau via
     vektor.




                                                                        6
3.    Akibat polusi udara yang mengandung mikroorganisme yang menimbulkan
      penyakit seperti pekerja kantor yang memakai AC sentral. pembersih cerobong
      asap pabrik, pabrik penghasil debu-debu.:
       a.    Inhalation fever, akibat paparan udara yang berat : metal fume fever,
            polymer fume fever, organic dust fever, legionenelosis
       b. Allergi akibat polusi udara : asma kerja, pneumonitis hipersensitivitas.


       Bakteri dan virus merupakan makhluk yang sangat mudah berkembang biak dan
penyakit yang disebabkannya sangat mudah menular. Saat ini sejumlah penyakit menular
dan mematikan telah berpindah dari hewan ke manusia dan dari manusia ke hewan.
Infeksi silang-spesies dapat berasal dari peternakan atau pasar, dimana kondisi
menciptakan pencampuran patogen. Yang memberi patogen kesempatan untuk bertukar
gen dan peralatan sampai dengan membunuh inang yang sebelumnya asing.




                                                                         7
BAB II

                                          ISI




II.1 Penyakit Akibat Kerja dengan Penyebab Faktor Biologi: Dermatitis pada
    Industri Pupuk Organik

       Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon
    terhadap faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis
    berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, linefikasi)
    dan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya
    beberapa (oligomorfik). dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis.

       Sinonim dermatitis adalah eksem. Ada yang membedakan antara dermatitis dan
    eksem, tetapi pada umumnya menganggap sama.

II.2 Penyebab Dermatitis

       Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia,
    fisik (contoh : sinar), mikroorganisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam
    (endogen), misalnya dermatitis atopik.

II.3 Gejala Dermatitis

       Pada umumnya penderita dermatitismengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung
    pada stadium penyakit, batasnya dapat tegas dapat pula tidak tegas, penyebarannya
    dapat setempat, generalisata, bahkan universalis.

       Pada stadium akut, biasanya kulit yang terkena eksim nampak kemerahan,
       mengalami penebalan dan timbul bercak-bercak, adakalanya berair (basah).
       Pada stadium subakut, bercak merah dan penebalan kulit nampak mereda,
       kemudian bercak yang basah akan mengering dan menjadi keropeng (krusta).




                                                                       8
Pada stadium kronis, eksim nampak kering, bersisik dan mengalami
       hiperpigmentasi (menghitam). Tak jarang eksim mengalami perubahan bentuk
       menjadi bintik-bintik menonjol, bahkan kadang mengalami erosi.

II.4 Jenis-Jenis Dermatitis

   1) Dermatititis kontak iritan akut

       Penyebabnya iritan kuat, biasanya karena kecelakaan. Kulit terasa pedih atau
       panas, eritema, vesikel, atau bula. Luas kelainan umumnya sebatas daerah yang
       terkena, berbatas tegas.

       Pada umumnya kelainan kulit muncul segera, tetapi ada segera, tetapi ada
       sejumlah bahan kimia yang menimbulkan reaksi akut lambat misalnya podofilin,
       antralin, asam fluorohidrogenat, sehingga dermatitis kontak iritan akut
       lambat. Kelainan kulit baru terlihat setelah 12-24 jam atau lebih. Contohnya
       ialah dermatitis yang disebabkan oleh bulu serangga yang terbang pada malam
       hari (dermatitis venenata); penderita baru merasa pedih setelah esok harinya,
       pada awalnya terlihat eritema dan sorenya sudah menjadi vesikel atau bahkan
       nekrosis.

   2) Dermatitis kontak iritan kronis

       Nama lain ialah dermatitis iritan kumulatif, disebabkan oleh kontak dengan iritan
       lembah yang berulang-ulang (oleh faktor fisik, misalnya gesekan, trauma mikro,
       kelembaban rendah, panas atau dingin; juga bahan contohnya detergen, sabun,
       pelarut, tanah, bahkan juga air). Dermatitis kontak iritan kronis mungkin terjadi
       oleh karena kerjasama berbagai faktor. Bisa jadi suatu bahan secara sendiri tidak
       cukup kuat menyebabkan dermatitis iritan, tetapi bila bergabung dengan faktor
       lain baru mampu. Kelainan baru nyata setelah berhari-hari, berminggu atau bulan,
       bahkan bisa bertahun-tahun kemudian. Sehingga waktu dan rentetan kontak
       merupakan faktor paling penting. Dermatitis iritan kumulatif ini merupakan
       dermatitis kontak iritan yang paling sering ditemukan.

       Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal
       (hiperkeratosis) dan likenifikasi, batas kelainan tidak tegas. Bila kontak terus



                                                                        9
berlangsung akhirnya kulit dapat retak seperti luka iris (fisur), misalnya pada
      kulit tumit tukang cuci yang mengalami kontak terus menerus dengan deterjen.
      Ada kalanya kelainan hanya berupa kulit kering atau skuama tanpa eritema,
      sehingga diabaikan oleh penderita. Setelah kelainan dirasakan mengganggu, baru
      mendapat perhatian. Banyak pekerjaan yang beresiko tinggi yang memungkinkan
      terjadinya dermatitis kontak iritan kumulatif, misalnya : mencuci, memasak,
      membersihkan lantai, kerja bangunan, kerja di bengkel dan berkebun.

II.5 Pengendalian yang Dapat Dilakukan

   1. Eliminasi

      Eliminasi faktor biologi penyebab dermatitis di tempat kerja dapat dilakukan
      dengan cara:

          -   Membersihkan tempat kerja secara rutin setelah pekerja usai bekerja;
          -   Mensterilkan bahan-bahan pengolahan pupuk secara optimal;
          -   Memastikan bahwa alat yang akan digunakan dan alat yang telah
              digunakan adalah bersih;
          -   Penyemprotan fungisida, bakterisida, dan atau sejenisnya pada tempat
              kerja setelah pekerja usai bekerja.

   2. Substitusi

      Substitusi bisa dilakukan dengan:

          -   Mengganti bahan baku pupuk;
          -   Mengganti peralatan pengolahan pupuk;
          -   Mengganti atau memindahkan tempat pengolahan pupuk;
          -   Mengganti atau memindahkan pekerja yang memiliki sensitivitas kulit
              yang tinggi dengan pekerja yang memiliki sensitivitas lebih rendah
              terhadap agen biologi, lalu menempatkan pekerja yang memiliki
              sensitivitas tinggi tersebut ke sektor atau bagian lain dari aktivitas
              industri.




                                                                       10
3. Engineering Control

   Pada pengendalian faktor biologi, mungkin tidak terlalu melibatkan engineering
   control. Namun engineering control dalam industri pengolahan pupuk organik ini
   dapat dilakukan dengan cara:

       -   Mendesain peralatan yang memperpanjang jarak antara pekerja dengan
           objek kerja (bahan baku pupuk);
       -   Melapisi peralatan kerja dan tangan pekerja dengan disinfektan;
       -   Menyediakan mesin penggilingan atau pengaduk atau pencampur
           otomatis yang aman untuk mengurangi masa keterpaparan atau kontak
           langsung pekerja dengan bahan baku pupuk organik yang umumnya kaya
           akan mikrobiologi yang sangat mungkin menyebabkan dermatitis.

4. Administrative Control

       -   Membuat dan memasang media-media pengingat dan peringatan
           mengenai cara kerja yang baik dan benar, misalnya poster, stiker, atau
           selebaran;
       -   Meng-upgrade pekerja secara rutin mengenai SOP dan petunjuk teknis
           kerja melalui berbagai bentuk kemasan cara, misalnya sosialisasi atau
           diskusi bersama;
       -   Menetapkan waktu kerja maksimal, untuk meminimalisir lamanya waktu
           maksimal kontak pekerja dengan agen biologi penyebab dermatitis;

5. Alat Pelindung Diri

       -   Menyediakan masker bagi para pekerja;
       -   Menyediakan sarung tangan untuk para pekerja;
       -   Menyediakan sepatu boot untuk para pekerja;
       -   Menyediakan seragam kerja yang berlengan panjang dan celana panjang,
           hal in untuk mengurangi kemungkinan kontaknya agen biologi
           (mikroorganisme) dengan kulit pekerja;
       -   Menyediakan semacam lotion disinfektan kulit sebelum pekerja memulai
           pekerjaannnya, ini untuk meningkatkan imunitas kulit pekerja;




                                                                    11
-   Meyediakan tempat membersihkan diri beserta sabun anti-mikroba dan
    kelengkapan lainnya di area tempat kerja, untuk memudahkan pekerja
    yang ingin segera membersihkan diri usai bekerja. Hal ini juga bertujuan
    untuk meningkatkan kesadaran pekerja akan pentingnya membersihkan
    diri setelah bekerja.




                                                            12
BAB III

                                       PENUTUP



       Menurut KEPPRES RI No. 22 Tahun 1993, Penyakit Akibat Kerja adalah
penyakit yang disebabkan pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit Akibat Kerja terjadi
sebagai pajanan faktor fisik, kimia, biologi, ataupun psikologi di tempat kerja.

       Di tempat kerja, ada banyak faktor yang dapat mengakibatkan terjangkitnya
Penyakit Akibat Kerja pada diri pekerja. Faktor-faktor tersebut ialah faktor fisik, faktor
kimiawi, faktor biologis, faktor fisiologis, dan faktor psikososial.

       Faktor    biologis   dapat    meliputi    hewan,    tanaman,    serangga,   maupun
mikroorganisme serta bisa juga serbuk kayu.

       Untuk mengurangi atau meminimalisir kemungkinan faktor-faktor tersebut
mengakibatkan Penyakit Akibat Kerja, maka perlu dilakukannya beberapa rangkaian
tindakan pengendalian, di antaranya ialah sebagai berikut:

       1. Eliminasi;
       2. Substitusi;
       3. Engineering Control;
       4. Administrative Control; dan
       5. Pengadaan Alat        Pelindung Diri disertai panduan penggunaan dan
           pemeliharaannya.

       Dengan diterapkannya tindakan pengendalian tersebut dengan baik, diharapkan
bahwa derajat kesehatan para pekerja pun akan baik dan terpelihara. Sehingga dengan itu
produktivitas kerja pun semakin meningkat yang nantinya berdampak pula pada
peningkatan income perusahaan/industri.




                                                                           13
REFERENSI



http://jurnalk3.com/

http://siswa.univpancasila.ac.id/andinny/2010/11/10/gejala-dermatitis/

http://medlinux.blogspot.com/2009/03/dermatitis.html




                                                                         14

More Related Content

What's hot

Analisi situasi kesaehatan masyarakat
Analisi situasi kesaehatan masyarakatAnalisi situasi kesaehatan masyarakat
Analisi situasi kesaehatan masyarakat
Casmadi Casmadi
 
RISIKO DAN HAZARD K3 DALAM ASUHAN KEPERAWATAN HAH.pptx
RISIKO DAN HAZARD K3 DALAM ASUHAN KEPERAWATAN HAH.pptxRISIKO DAN HAZARD K3 DALAM ASUHAN KEPERAWATAN HAH.pptx
RISIKO DAN HAZARD K3 DALAM ASUHAN KEPERAWATAN HAH.pptx
aestheticaislamy1
 
Epidemiologi kesehatan-lingkungan1
Epidemiologi kesehatan-lingkungan1Epidemiologi kesehatan-lingkungan1
Epidemiologi kesehatan-lingkungan1
Thonce Thesia
 
Konsep penyebab penyakit bag.7
Konsep penyebab penyakit bag.7Konsep penyebab penyakit bag.7
Konsep penyebab penyakit bag.7tristyanto
 
Surveillans epidemiologi
Surveillans epidemiologiSurveillans epidemiologi
Surveillans epidemiologi
raysa hasdi
 
Model perencanaan program promosi kesehatan
Model perencanaan program promosi kesehatanModel perencanaan program promosi kesehatan
Model perencanaan program promosi kesehatan
Yurie Arsyad Temenggung
 
Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Fasyankes
Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) FasyankesKebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Fasyankes
Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Fasyankes
Tini Wartini
 
Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)
Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)
Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)
NajMah Usman
 
Pendidikan Anti Korupsi - Mengenal Tindak Pidana Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi -  Mengenal Tindak Pidana KorupsiPendidikan Anti Korupsi -  Mengenal Tindak Pidana Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Mengenal Tindak Pidana Korupsi
Haristian Sahroni Putra
 
Manajemen bencana bidang kesehatan
Manajemen bencana bidang kesehatanManajemen bencana bidang kesehatan
Manajemen bencana bidang kesehatan
Joni Iswanto
 
17. toksikologi industri
17. toksikologi industri17. toksikologi industri
17. toksikologi industriWinarso Arso
 
Komunikasi risiko
Komunikasi risikoKomunikasi risiko
Komunikasi risiko
Anggita Dewi
 
Penghitungan Dosis Obat
Penghitungan Dosis ObatPenghitungan Dosis Obat
Penghitungan Dosis Obat
pjj_kemenkes
 
BAB 10 EPidemiologi Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue
BAB 10 EPidemiologi Penyakit Menular Demam Berdarah DengueBAB 10 EPidemiologi Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue
BAB 10 EPidemiologi Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue
NajMah Usman
 
BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)
BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)
BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)
NajMah Usman
 
Faktor Kimia Di Lingkungan Kerja
Faktor Kimia Di Lingkungan KerjaFaktor Kimia Di Lingkungan Kerja
Faktor Kimia Di Lingkungan Kerja
Furi Fazrillash
 
BAB 1 EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR
BAB 1 EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULARBAB 1 EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR
BAB 1 EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR
NajMah Usman
 
Riwayat alamat penyakit1
Riwayat alamat penyakit1Riwayat alamat penyakit1
Riwayat alamat penyakit1
HMRojali
 

What's hot (20)

Analisi situasi kesaehatan masyarakat
Analisi situasi kesaehatan masyarakatAnalisi situasi kesaehatan masyarakat
Analisi situasi kesaehatan masyarakat
 
RISIKO DAN HAZARD K3 DALAM ASUHAN KEPERAWATAN HAH.pptx
RISIKO DAN HAZARD K3 DALAM ASUHAN KEPERAWATAN HAH.pptxRISIKO DAN HAZARD K3 DALAM ASUHAN KEPERAWATAN HAH.pptx
RISIKO DAN HAZARD K3 DALAM ASUHAN KEPERAWATAN HAH.pptx
 
Epidemiologi kesehatan-lingkungan1
Epidemiologi kesehatan-lingkungan1Epidemiologi kesehatan-lingkungan1
Epidemiologi kesehatan-lingkungan1
 
Konsep penyebab penyakit bag.7
Konsep penyebab penyakit bag.7Konsep penyebab penyakit bag.7
Konsep penyebab penyakit bag.7
 
Surveillans epidemiologi
Surveillans epidemiologiSurveillans epidemiologi
Surveillans epidemiologi
 
Model perencanaan program promosi kesehatan
Model perencanaan program promosi kesehatanModel perencanaan program promosi kesehatan
Model perencanaan program promosi kesehatan
 
K3 BIOLOGIS RS
K3 BIOLOGIS RSK3 BIOLOGIS RS
K3 BIOLOGIS RS
 
Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Fasyankes
Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) FasyankesKebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Fasyankes
Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Fasyankes
 
Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)
Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)
Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)
 
Pendidikan Anti Korupsi - Mengenal Tindak Pidana Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi -  Mengenal Tindak Pidana KorupsiPendidikan Anti Korupsi -  Mengenal Tindak Pidana Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Mengenal Tindak Pidana Korupsi
 
Manajemen bencana bidang kesehatan
Manajemen bencana bidang kesehatanManajemen bencana bidang kesehatan
Manajemen bencana bidang kesehatan
 
17. toksikologi industri
17. toksikologi industri17. toksikologi industri
17. toksikologi industri
 
Komunikasi risiko
Komunikasi risikoKomunikasi risiko
Komunikasi risiko
 
Mortalitas dan Morbiditas
Mortalitas dan MorbiditasMortalitas dan Morbiditas
Mortalitas dan Morbiditas
 
Penghitungan Dosis Obat
Penghitungan Dosis ObatPenghitungan Dosis Obat
Penghitungan Dosis Obat
 
BAB 10 EPidemiologi Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue
BAB 10 EPidemiologi Penyakit Menular Demam Berdarah DengueBAB 10 EPidemiologi Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue
BAB 10 EPidemiologi Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue
 
BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)
BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)
BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)
 
Faktor Kimia Di Lingkungan Kerja
Faktor Kimia Di Lingkungan KerjaFaktor Kimia Di Lingkungan Kerja
Faktor Kimia Di Lingkungan Kerja
 
BAB 1 EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR
BAB 1 EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULARBAB 1 EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR
BAB 1 EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR
 
Riwayat alamat penyakit1
Riwayat alamat penyakit1Riwayat alamat penyakit1
Riwayat alamat penyakit1
 

Viewers also liked

Tugas higiene faktor biologi ipan juanda
Tugas higiene faktor biologi  ipan juandaTugas higiene faktor biologi  ipan juanda
Tugas higiene faktor biologi ipan juandaJuanda Ipan
 
Biological hazard dan chemical hazard(SRI_HANDAYANI)
Biological hazard dan chemical hazard(SRI_HANDAYANI)Biological hazard dan chemical hazard(SRI_HANDAYANI)
Biological hazard dan chemical hazard(SRI_HANDAYANI)
riri_hermana
 
Faktor bahaya lingkungan kerja
Faktor bahaya lingkungan kerjaFaktor bahaya lingkungan kerja
Faktor bahaya lingkungan kerjaDeby Andriany
 
Hazard control
Hazard controlHazard control
Hazard control
Bastomy Ali Burhan
 
Material safety data sheet
Material safety data sheetMaterial safety data sheet
Material safety data sheet
ApriiLiaa Cuniianx
 
Infeksi Parasit
Infeksi ParasitInfeksi Parasit
Infeksi Parasit
Hammamnurkholis
 
Managing Health in Construction – What Good Looks Like
Managing Health in Construction – What Good Looks Like Managing Health in Construction – What Good Looks Like
Managing Health in Construction – What Good Looks Like
Mike Slater
 
Penyakit akibat kerja
Penyakit akibat kerjaPenyakit akibat kerja
Penyakit akibat kerja
namakuguten
 
Pak (penyakit akibat kerja)
Pak (penyakit akibat kerja)Pak (penyakit akibat kerja)
Pak (penyakit akibat kerja)
indah genesya
 
Penyakit akibat kerja dan hubungan kerja
Penyakit akibat kerja dan hubungan kerjaPenyakit akibat kerja dan hubungan kerja
Penyakit akibat kerja dan hubungan kerja
Chaicha Ceria
 
Menerapkan prinsip prinsip seni grafis dalam dkv untuk m (4)
Menerapkan prinsip prinsip seni grafis dalam dkv untuk m (4)Menerapkan prinsip prinsip seni grafis dalam dkv untuk m (4)
Menerapkan prinsip prinsip seni grafis dalam dkv untuk m (4)Eko Supriyadi
 
Silica in construction
Silica in constructionSilica in construction
Silica in construction
Mike Slater
 
Latihan 3 Diskomvis
Latihan 3 DiskomvisLatihan 3 Diskomvis
Latihan 3 Diskomvis
Riyan Ibanezty
 
Latihan 2 Diskomvis
Latihan 2 DiskomvisLatihan 2 Diskomvis
Latihan 2 Diskomvis
Riyan Ibanezty
 
Latihan 1 Diskomvis
Latihan 1 DiskomvisLatihan 1 Diskomvis
Latihan 1 Diskomvis
Riyan Ibanezty
 
faktor fisik lingkungan kerja
faktor fisik lingkungan kerjafaktor fisik lingkungan kerja
faktor fisik lingkungan kerja
nur efa aripka
 
Skl 6. perubahan lingkungan dan dampaknya
Skl 6. perubahan lingkungan dan dampaknyaSkl 6. perubahan lingkungan dan dampaknya
Skl 6. perubahan lingkungan dan dampaknya
Herfen Suryati
 
Penyakit Akibat Kerja
Penyakit Akibat KerjaPenyakit Akibat Kerja
Penyakit Akibat Kerja
Ainur
 

Viewers also liked (20)

Tugas higiene faktor biologi ipan juanda
Tugas higiene faktor biologi  ipan juandaTugas higiene faktor biologi  ipan juanda
Tugas higiene faktor biologi ipan juanda
 
Biological hazard dan chemical hazard(SRI_HANDAYANI)
Biological hazard dan chemical hazard(SRI_HANDAYANI)Biological hazard dan chemical hazard(SRI_HANDAYANI)
Biological hazard dan chemical hazard(SRI_HANDAYANI)
 
Faktor bahaya lingkungan kerja
Faktor bahaya lingkungan kerjaFaktor bahaya lingkungan kerja
Faktor bahaya lingkungan kerja
 
Hazard control
Hazard controlHazard control
Hazard control
 
Pathogen Tanaman
Pathogen TanamanPathogen Tanaman
Pathogen Tanaman
 
Material safety data sheet
Material safety data sheetMaterial safety data sheet
Material safety data sheet
 
Infeksi Parasit
Infeksi ParasitInfeksi Parasit
Infeksi Parasit
 
Managing Health in Construction – What Good Looks Like
Managing Health in Construction – What Good Looks Like Managing Health in Construction – What Good Looks Like
Managing Health in Construction – What Good Looks Like
 
Penyakit akibat kerja
Penyakit akibat kerjaPenyakit akibat kerja
Penyakit akibat kerja
 
Pak (penyakit akibat kerja)
Pak (penyakit akibat kerja)Pak (penyakit akibat kerja)
Pak (penyakit akibat kerja)
 
Penyakit akibat kerja dan hubungan kerja
Penyakit akibat kerja dan hubungan kerjaPenyakit akibat kerja dan hubungan kerja
Penyakit akibat kerja dan hubungan kerja
 
Menerapkan prinsip prinsip seni grafis dalam dkv untuk m (4)
Menerapkan prinsip prinsip seni grafis dalam dkv untuk m (4)Menerapkan prinsip prinsip seni grafis dalam dkv untuk m (4)
Menerapkan prinsip prinsip seni grafis dalam dkv untuk m (4)
 
Silica in construction
Silica in constructionSilica in construction
Silica in construction
 
Latihan 3 Diskomvis
Latihan 3 DiskomvisLatihan 3 Diskomvis
Latihan 3 Diskomvis
 
Latihan 2 Diskomvis
Latihan 2 DiskomvisLatihan 2 Diskomvis
Latihan 2 Diskomvis
 
Latihan 1 Diskomvis
Latihan 1 DiskomvisLatihan 1 Diskomvis
Latihan 1 Diskomvis
 
hazard di tempat kerja
hazard di tempat kerjahazard di tempat kerja
hazard di tempat kerja
 
faktor fisik lingkungan kerja
faktor fisik lingkungan kerjafaktor fisik lingkungan kerja
faktor fisik lingkungan kerja
 
Skl 6. perubahan lingkungan dan dampaknya
Skl 6. perubahan lingkungan dan dampaknyaSkl 6. perubahan lingkungan dan dampaknya
Skl 6. perubahan lingkungan dan dampaknya
 
Penyakit Akibat Kerja
Penyakit Akibat KerjaPenyakit Akibat Kerja
Penyakit Akibat Kerja
 

Similar to Makalah Faktor Biologi Penyakit Akibat Kerja

Asma akibat kerja akbid paramata muna
Asma akibat kerja akbid paramata muna Asma akibat kerja akbid paramata muna
Asma akibat kerja akbid paramata muna
Operator Warnet Vast Raha
 
16._Materi_Biologi_PAK.ppsx
16._Materi_Biologi_PAK.ppsx16._Materi_Biologi_PAK.ppsx
16._Materi_Biologi_PAK.ppsx
ssuserde9ea6
 
PPT_PENYAKIT AKIBAT KERJA.pptx
PPT_PENYAKIT AKIBAT KERJA.pptxPPT_PENYAKIT AKIBAT KERJA.pptx
PPT_PENYAKIT AKIBAT KERJA.pptx
AlexBono3
 
Bab i epidemiologi dasar (part ii konsep sehat sakit dan triad)
Bab i epidemiologi dasar (part ii konsep sehat sakit dan triad)Bab i epidemiologi dasar (part ii konsep sehat sakit dan triad)
Bab i epidemiologi dasar (part ii konsep sehat sakit dan triad)
NajMah Usman
 
PENYAKIT AKIBAT KERJA 10.ppt
PENYAKIT AKIBAT KERJA 10.pptPENYAKIT AKIBAT KERJA 10.ppt
PENYAKIT AKIBAT KERJA 10.ppt
ssuseraa4a911
 
PENYAKIT AKIBAT KERJA.pdf
PENYAKIT AKIBAT KERJA.pdfPENYAKIT AKIBAT KERJA.pdf
PENYAKIT AKIBAT KERJA.pdf
ssuserb592d7
 
DMS
DMSDMS
PPT-UEU-Keperawatan-Dasar-I-Pertemuan-12.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Dasar-I-Pertemuan-12.pptPPT-UEU-Keperawatan-Dasar-I-Pertemuan-12.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Dasar-I-Pertemuan-12.ppt
FaadhilN1
 
presentation1-senin-besok1.pptx
presentation1-senin-besok1.pptxpresentation1-senin-besok1.pptx
presentation1-senin-besok1.pptx
ssuserbe54ac
 
pengantar epidemilogi
pengantar epidemilogipengantar epidemilogi
pengantar epidemilogi
Rai Syifa
 
PPT K3RS TUGAS 2 - Salin.pptx
PPT K3RS TUGAS 2 - Salin.pptxPPT K3RS TUGAS 2 - Salin.pptx
PPT K3RS TUGAS 2 - Salin.pptx
MohamadPrasetyoHasan
 
konsep infeksi keselamatan dan kenyamanan - d3 keperawatan
konsep infeksi keselamatan dan kenyamanan - d3 keperawatankonsep infeksi keselamatan dan kenyamanan - d3 keperawatan
konsep infeksi keselamatan dan kenyamanan - d3 keperawatan
siakadurban
 
Kelompok k3
Kelompok k3Kelompok k3
Kelompok k3
Sri Siswaty Tahir
 
Kesehatan Kerja di Labkes.PDF
Kesehatan Kerja di Labkes.PDFKesehatan Kerja di Labkes.PDF
Kesehatan Kerja di Labkes.PDF
Yohanita Tengku
 
PENYAKIT_AKIBAT_KERJA_ppt.pptx
PENYAKIT_AKIBAT_KERJA_ppt.pptxPENYAKIT_AKIBAT_KERJA_ppt.pptx
PENYAKIT_AKIBAT_KERJA_ppt.pptx
YeongHwang1
 
KONSEP PENYAKIT
KONSEP PENYAKITKONSEP PENYAKIT
KONSEP PENYAKIT
Muhammad Nasrullah
 
Kelompok k3
Kelompok k3Kelompok k3
Kelompok k3
Sri Siswaty Tahir
 

Similar to Makalah Faktor Biologi Penyakit Akibat Kerja (20)

Asma akibat kerja akbid paramata muna
Asma akibat kerja akbid paramata muna Asma akibat kerja akbid paramata muna
Asma akibat kerja akbid paramata muna
 
Asma akibat kerja
Asma akibat kerjaAsma akibat kerja
Asma akibat kerja
 
Asma akibat kerja AKPER PEMKAB MUNA
Asma akibat kerja  AKPER PEMKAB MUNA Asma akibat kerja  AKPER PEMKAB MUNA
Asma akibat kerja AKPER PEMKAB MUNA
 
16._Materi_Biologi_PAK.ppsx
16._Materi_Biologi_PAK.ppsx16._Materi_Biologi_PAK.ppsx
16._Materi_Biologi_PAK.ppsx
 
PPT_PENYAKIT AKIBAT KERJA.pptx
PPT_PENYAKIT AKIBAT KERJA.pptxPPT_PENYAKIT AKIBAT KERJA.pptx
PPT_PENYAKIT AKIBAT KERJA.pptx
 
Bab i epidemiologi dasar (part ii konsep sehat sakit dan triad)
Bab i epidemiologi dasar (part ii konsep sehat sakit dan triad)Bab i epidemiologi dasar (part ii konsep sehat sakit dan triad)
Bab i epidemiologi dasar (part ii konsep sehat sakit dan triad)
 
PENYAKIT AKIBAT KERJA 10.ppt
PENYAKIT AKIBAT KERJA 10.pptPENYAKIT AKIBAT KERJA 10.ppt
PENYAKIT AKIBAT KERJA 10.ppt
 
PENYAKIT AKIBAT KERJA.pdf
PENYAKIT AKIBAT KERJA.pdfPENYAKIT AKIBAT KERJA.pdf
PENYAKIT AKIBAT KERJA.pdf
 
DMS
DMSDMS
DMS
 
PPT-UEU-Keperawatan-Dasar-I-Pertemuan-12.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Dasar-I-Pertemuan-12.pptPPT-UEU-Keperawatan-Dasar-I-Pertemuan-12.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Dasar-I-Pertemuan-12.ppt
 
presentation1-senin-besok1.pptx
presentation1-senin-besok1.pptxpresentation1-senin-besok1.pptx
presentation1-senin-besok1.pptx
 
pengantar epidemilogi
pengantar epidemilogipengantar epidemilogi
pengantar epidemilogi
 
Pak new
Pak newPak new
Pak new
 
PPT K3RS TUGAS 2 - Salin.pptx
PPT K3RS TUGAS 2 - Salin.pptxPPT K3RS TUGAS 2 - Salin.pptx
PPT K3RS TUGAS 2 - Salin.pptx
 
konsep infeksi keselamatan dan kenyamanan - d3 keperawatan
konsep infeksi keselamatan dan kenyamanan - d3 keperawatankonsep infeksi keselamatan dan kenyamanan - d3 keperawatan
konsep infeksi keselamatan dan kenyamanan - d3 keperawatan
 
Kelompok k3
Kelompok k3Kelompok k3
Kelompok k3
 
Kesehatan Kerja di Labkes.PDF
Kesehatan Kerja di Labkes.PDFKesehatan Kerja di Labkes.PDF
Kesehatan Kerja di Labkes.PDF
 
PENYAKIT_AKIBAT_KERJA_ppt.pptx
PENYAKIT_AKIBAT_KERJA_ppt.pptxPENYAKIT_AKIBAT_KERJA_ppt.pptx
PENYAKIT_AKIBAT_KERJA_ppt.pptx
 
KONSEP PENYAKIT
KONSEP PENYAKITKONSEP PENYAKIT
KONSEP PENYAKIT
 
Kelompok k3
Kelompok k3Kelompok k3
Kelompok k3
 

More from Sariana Csg

Lelaki Bercelana Hijau
Lelaki Bercelana HijauLelaki Bercelana Hijau
Lelaki Bercelana Hijau
Sariana Csg
 
Lelaki Bercelana Hijau
Lelaki Bercelana HijauLelaki Bercelana Hijau
Lelaki Bercelana HijauSariana Csg
 
Di tengah
Di tengahDi tengah
Di tengah
Sariana Csg
 
Bait-Bait Rindu di Idul Fitri
Bait-Bait Rindu di Idul FitriBait-Bait Rindu di Idul Fitri
Bait-Bait Rindu di Idul Fitri
Sariana Csg
 
Analisis Kasus Kecelakaan Kerja-Pria Terkubur Hidup-Hidup Tanah Galian RS Sil...
Analisis Kasus Kecelakaan Kerja-Pria Terkubur Hidup-Hidup Tanah Galian RS Sil...Analisis Kasus Kecelakaan Kerja-Pria Terkubur Hidup-Hidup Tanah Galian RS Sil...
Analisis Kasus Kecelakaan Kerja-Pria Terkubur Hidup-Hidup Tanah Galian RS Sil...Sariana Csg
 
Makalah Pencemaran Makanan pada Produk Kecap
Makalah Pencemaran Makanan pada Produk KecapMakalah Pencemaran Makanan pada Produk Kecap
Makalah Pencemaran Makanan pada Produk KecapSariana Csg
 
Makalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak Sekolahan
Makalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak SekolahanMakalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak Sekolahan
Makalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak Sekolahan
Sariana Csg
 
Regulasi Rumah Sakit
Regulasi Rumah SakitRegulasi Rumah Sakit
Regulasi Rumah Sakit
Sariana Csg
 
Konsep Sehat dan Sakit dalam Epidemiologi Kesehatan
Konsep Sehat dan Sakit dalam Epidemiologi KesehatanKonsep Sehat dan Sakit dalam Epidemiologi Kesehatan
Konsep Sehat dan Sakit dalam Epidemiologi KesehatanSariana Csg
 
Pengantar Epidemiologi
Pengantar EpidemiologiPengantar Epidemiologi
Pengantar EpidemiologiSariana Csg
 
Mengenal Asuransi BUPA Internasional
Mengenal Asuransi BUPA InternasionalMengenal Asuransi BUPA Internasional
Mengenal Asuransi BUPA InternasionalSariana Csg
 
Riuh Riak Telagaku-Sebuah Puisi
Riuh Riak Telagaku-Sebuah PuisiRiuh Riak Telagaku-Sebuah Puisi
Riuh Riak Telagaku-Sebuah Puisi
Sariana Csg
 
Olahan Lebah sebagai Pengobatan Alternatif-Sebuah Makalah
Olahan Lebah sebagai Pengobatan Alternatif-Sebuah MakalahOlahan Lebah sebagai Pengobatan Alternatif-Sebuah Makalah
Olahan Lebah sebagai Pengobatan Alternatif-Sebuah Makalah
Sariana Csg
 
Makalah Kepemimpinan
Makalah KepemimpinanMakalah Kepemimpinan
Makalah Kepemimpinan
Sariana Csg
 
Pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja petugas kesehatan penelitian fiktifku ^^
Pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja petugas kesehatan penelitian fiktifku ^^Pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja petugas kesehatan penelitian fiktifku ^^
Pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja petugas kesehatan penelitian fiktifku ^^
Sariana Csg
 
Booklet Epidemiologi pada Lansia
Booklet Epidemiologi pada  LansiaBooklet Epidemiologi pada  Lansia
Booklet Epidemiologi pada Lansia
Sariana Csg
 
Hati yang Menanti
Hati yang MenantiHati yang Menanti
Hati yang Menanti
Sariana Csg
 
Analisis Kecelakaan Berdasarkan Accident Theories-Tugas KesKer-FKMUNSRI 2011
Analisis Kecelakaan Berdasarkan Accident Theories-Tugas KesKer-FKMUNSRI 2011Analisis Kecelakaan Berdasarkan Accident Theories-Tugas KesKer-FKMUNSRI 2011
Analisis Kecelakaan Berdasarkan Accident Theories-Tugas KesKer-FKMUNSRI 2011
Sariana Csg
 
FIRE SAFETY-Lecture Material-Public Health Sriwijaya University 2011
FIRE SAFETY-Lecture Material-Public Health Sriwijaya University 2011FIRE SAFETY-Lecture Material-Public Health Sriwijaya University 2011
FIRE SAFETY-Lecture Material-Public Health Sriwijaya University 2011Sariana Csg
 

More from Sariana Csg (20)

Lelaki Bercelana Hijau
Lelaki Bercelana HijauLelaki Bercelana Hijau
Lelaki Bercelana Hijau
 
Lelaki Bercelana Hijau
Lelaki Bercelana HijauLelaki Bercelana Hijau
Lelaki Bercelana Hijau
 
Di tengah
Di tengahDi tengah
Di tengah
 
Bait-Bait Rindu di Idul Fitri
Bait-Bait Rindu di Idul FitriBait-Bait Rindu di Idul Fitri
Bait-Bait Rindu di Idul Fitri
 
Analisis Kasus Kecelakaan Kerja-Pria Terkubur Hidup-Hidup Tanah Galian RS Sil...
Analisis Kasus Kecelakaan Kerja-Pria Terkubur Hidup-Hidup Tanah Galian RS Sil...Analisis Kasus Kecelakaan Kerja-Pria Terkubur Hidup-Hidup Tanah Galian RS Sil...
Analisis Kasus Kecelakaan Kerja-Pria Terkubur Hidup-Hidup Tanah Galian RS Sil...
 
Makalah Pencemaran Makanan pada Produk Kecap
Makalah Pencemaran Makanan pada Produk KecapMakalah Pencemaran Makanan pada Produk Kecap
Makalah Pencemaran Makanan pada Produk Kecap
 
Makalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak Sekolahan
Makalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak SekolahanMakalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak Sekolahan
Makalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak Sekolahan
 
Regulasi Rumah Sakit
Regulasi Rumah SakitRegulasi Rumah Sakit
Regulasi Rumah Sakit
 
Konsep Sehat dan Sakit dalam Epidemiologi Kesehatan
Konsep Sehat dan Sakit dalam Epidemiologi KesehatanKonsep Sehat dan Sakit dalam Epidemiologi Kesehatan
Konsep Sehat dan Sakit dalam Epidemiologi Kesehatan
 
Pengantar Epidemiologi
Pengantar EpidemiologiPengantar Epidemiologi
Pengantar Epidemiologi
 
Mengenal Asuransi BUPA Internasional
Mengenal Asuransi BUPA InternasionalMengenal Asuransi BUPA Internasional
Mengenal Asuransi BUPA Internasional
 
Riuh Riak Telagaku-Sebuah Puisi
Riuh Riak Telagaku-Sebuah PuisiRiuh Riak Telagaku-Sebuah Puisi
Riuh Riak Telagaku-Sebuah Puisi
 
Olahan Lebah sebagai Pengobatan Alternatif-Sebuah Makalah
Olahan Lebah sebagai Pengobatan Alternatif-Sebuah MakalahOlahan Lebah sebagai Pengobatan Alternatif-Sebuah Makalah
Olahan Lebah sebagai Pengobatan Alternatif-Sebuah Makalah
 
Makalah Kepemimpinan
Makalah KepemimpinanMakalah Kepemimpinan
Makalah Kepemimpinan
 
Pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja petugas kesehatan penelitian fiktifku ^^
Pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja petugas kesehatan penelitian fiktifku ^^Pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja petugas kesehatan penelitian fiktifku ^^
Pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja petugas kesehatan penelitian fiktifku ^^
 
Booklet Epidemiologi pada Lansia
Booklet Epidemiologi pada  LansiaBooklet Epidemiologi pada  Lansia
Booklet Epidemiologi pada Lansia
 
TINTA HATI
TINTA HATITINTA HATI
TINTA HATI
 
Hati yang Menanti
Hati yang MenantiHati yang Menanti
Hati yang Menanti
 
Analisis Kecelakaan Berdasarkan Accident Theories-Tugas KesKer-FKMUNSRI 2011
Analisis Kecelakaan Berdasarkan Accident Theories-Tugas KesKer-FKMUNSRI 2011Analisis Kecelakaan Berdasarkan Accident Theories-Tugas KesKer-FKMUNSRI 2011
Analisis Kecelakaan Berdasarkan Accident Theories-Tugas KesKer-FKMUNSRI 2011
 
FIRE SAFETY-Lecture Material-Public Health Sriwijaya University 2011
FIRE SAFETY-Lecture Material-Public Health Sriwijaya University 2011FIRE SAFETY-Lecture Material-Public Health Sriwijaya University 2011
FIRE SAFETY-Lecture Material-Public Health Sriwijaya University 2011
 

Recently uploaded

Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
ananda238570
 
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remajamateri penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
DewiInekePuteri
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
GusniartiGusniarti5
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
sitispd78
 
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPALANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
Annisa Syahfitri
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Kanaidi ken
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
sabir51
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
maulatamah
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
fadlurrahman260903
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
SABDA
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Mutia Rini Siregar
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
ahyani72
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
NirmalaJane
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
JALANJALANKENYANG
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
mukminbdk
 

Recently uploaded (20)

Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
 
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remajamateri penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
 
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPALANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
 

Makalah Faktor Biologi Penyakit Akibat Kerja

  • 1. BAB I PENDAHULUAN I.1 Definisi Penyakit Akibat Kerja Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja (PAK), menurut KEPPRES RI No. 22 Tahun 1993, adalah penyakit yang disebabkan pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja terjadi sebagai pajanan faktor fisik, kimia, biologi, ataupun psikologi di tempat kerja. WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja : 1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya Pneumoconiosis. 2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya Karsinoma Bronkhogenik. 3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis. 4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya, misalnya asma. I.2 Faktor-Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja Faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja sangat banyak, tergantung pada bahan yang digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja, sehingga tidak mungkin disebutkan satu per satu. Pada umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan dalam 5 golongan: 1
  • 2. 1. Golongan fisik : suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang sangat tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik. 2. Golongan kimiawi : bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja, maupun yang terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap, gas, larutan, awan atau kabut. 3. Golongan biologis : bakteri, virus atau jamur 4. Golongan fisiologis : biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan cara kerja 5. Golongan psikososial : lingkungan kerja yang mengakibatkan stress. I.3 Diagnosis Penyakit Akibat Kerja Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada individu perlu dilakukan suatu pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan menginterpretasinya secara tepat. Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang dapat digunakan sebagai pedoman: 1. Tentukan Diagnosis klinisnya Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya dilakukan untuk mendiagnosis suatu penyakit. Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau tidak. 2. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang mencakup: Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh penderita secara khronologis 2
  • 3. Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan Bahan yang diproduksi Materi (bahan baku) yang digunakan Jumlah pajanannya Pemakaian alat perlindungan diri (masker) Pola waktu terjadinya gejala Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala serupa) Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan (MSDS, label, dan sebagainya) 3. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit tersebut Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung pendapat bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika dalam kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut di atas, maka tidak dapat ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada yang mendukung, perlu dipelajari lebih lanjut secara khusus mengenai pajanan sehingga dapat menyebabkan penyakit yang diderita (konsentrasi, jumlah, lama, dan sebagainya). 4. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat mengakibatkan penyakit tersebut. Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti lebih lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan diagnosis penyakit akibat kerja. 5. Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaannya, yang dapat mengubah keadaan pajanannya, misalnya penggunaan APD, riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga risikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang 3
  • 4. mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang dialami. 6. Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Apakah penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan penyebab penyakit. Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan untuk menyingkirkan penyebab di tempat kerja. 7. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah. Seperti telah disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu penyakit, kadang-kadang pekerjaan hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada sebelumnya. Hal ini perlu dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis. Suatu pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita penyakit tersebut pada saat ini. Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila penyakit telah ada atau timbul pada waktu yang sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi pekerjaannya/pajanannya memperberat/mempercepat timbulnya penyakit. I.4 Faktor Biologi Penyakit Akibat Kerja Penyakit ditempat kerja akibat factor biologi biasanya disebabkan oleh makhluk hidup sehingga menyebabkan gangguan kesehatan pada pekerja yang terpajan. Potensi bahaya yang menyebabkan reaksi alergi atau iritasi akibat bahan- bahan biologis, seperti debu kapas, dedaunan, bulu, bunga, virus, bakteri, dan sebagainya. 4
  • 5. 1) Bakteri Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu (i) bulat (kokus), (ii) lengkung dan (iii) batang (basil). Banyak bakteri penyebab penyakit timbul akibat kesehatan dan sanitasi yang buruk, makanan yang tidak dimasak dan dipersiapkan dengan baik dan kontak dengan hewan atau orang yang terinfeksi. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh bakteri: anthrax (kulit dan paru), tuberculosis (paru), burcelosis (sakit kepala,atralagia, enokkarditis), lepra, tetanus, thypoid, cholera, dan sebagainya. 2) Virus Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16 – 300 nano meter. Virus tidak mampu bereplikasi, untuk itu virus harus menginfeksi sel inangnya yang khas. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh virus: influenza, varicella, hepatitis, HIV, dan sebagainya (HIV), menyebabkan penurunan daya kekebalan tubuh, ditularkan melalui: Tranfusi darah yang tercemar, Tertusuk/teriris jarum/pisau yag terkontaminasi, Hubungan sexual, Luka jalan lahir waktu melahirkan. Pekerja berisiko (HIV), Pekerja RS, Pekerja yang sering ganti-ganti pasangan. 3) Parasit (i) Malaria ; gigitan nyamuk anopheles, (ii) Ansxylostomiosis, anemia khronis, (iii) , gatal-gatal dikulit. Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni, tetapi berbentuk lebih komplek karena berupa multi sel. Mengambil makanan dan nutrisi dari jaringan yang mati dan hidup dari organisme atau hewan lain. 4) Hewan Seraangga : sengatan Binatang berbisa : gigitan / ular Binatang buas : Carnovora 5
  • 6. 5) Tumbuhan Debu kayu: Allergi & asma Debu kapas: allergi saluran nafas 6) Organisme viable dan racun biogenic. Organisme viable termasukdi dalamnya jamur, spora dan mycotoxins; Racun biogenik termasuk endotoxins, aflatoxin dan bakteri. Perkembangan produk bakterial dan jamur dipengaruhi oleh suhu, kelembapan dan media dimana mereka tumbuh. Pekerja yang beresiko: pekerja pada silo bahan pangan, pekerja pada sewage & sludge treatment, dll. Contoh : Byssinosis, “grain fever”,Legionnaire’s disease. 7) Alergi Biogenik Termasuk didalamnya adalah: jamur, animal-derived protein, enzim. Bahan alergen dari pertanian berasal dari protein pada kulit binatang, rambut dari bulu dan protein dari urine dan feaces binatang. Bahan-bahan alergen pada industri berasal dari proses fermentasi, pembuatan obat, bakery, kertas, proses pengolahan kayu , juga dijumpai di bioteknologi ( enzim, vaksin dan kultur jaringan). Pada orang yang sensitif, pemajanan alergen dapat menimbulkan gejala alergi seperti rinitis, conjunctivitis atau asma. Contoh Occupational asthma : wool, bulu, butir gandum, tepung bawang dsb. Factor-faktor penyebab penyakit kerja akibat biologi: 1. Kontak dengan individu yang terinfeksi, sekresi, ekskresi, atau jaringan tubuh manusia seperti hepatitis, AIDS, TBC, flu burung, flu babi, demam berdarah, anthrax. 2. Akibat penularan dari binatang yang menginfeksi manusia secara langsung atau kontak dengan sekresi, ekskresi, jaringan tubuh binatang yang terinfeksi atau via vektor. 6
  • 7. 3. Akibat polusi udara yang mengandung mikroorganisme yang menimbulkan penyakit seperti pekerja kantor yang memakai AC sentral. pembersih cerobong asap pabrik, pabrik penghasil debu-debu.: a. Inhalation fever, akibat paparan udara yang berat : metal fume fever, polymer fume fever, organic dust fever, legionenelosis b. Allergi akibat polusi udara : asma kerja, pneumonitis hipersensitivitas. Bakteri dan virus merupakan makhluk yang sangat mudah berkembang biak dan penyakit yang disebabkannya sangat mudah menular. Saat ini sejumlah penyakit menular dan mematikan telah berpindah dari hewan ke manusia dan dari manusia ke hewan. Infeksi silang-spesies dapat berasal dari peternakan atau pasar, dimana kondisi menciptakan pencampuran patogen. Yang memberi patogen kesempatan untuk bertukar gen dan peralatan sampai dengan membunuh inang yang sebelumnya asing. 7
  • 8. BAB II ISI II.1 Penyakit Akibat Kerja dengan Penyebab Faktor Biologi: Dermatitis pada Industri Pupuk Organik Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, linefikasi) dan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik). dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis. Sinonim dermatitis adalah eksem. Ada yang membedakan antara dermatitis dan eksem, tetapi pada umumnya menganggap sama. II.2 Penyebab Dermatitis Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia, fisik (contoh : sinar), mikroorganisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik. II.3 Gejala Dermatitis Pada umumnya penderita dermatitismengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada stadium penyakit, batasnya dapat tegas dapat pula tidak tegas, penyebarannya dapat setempat, generalisata, bahkan universalis. Pada stadium akut, biasanya kulit yang terkena eksim nampak kemerahan, mengalami penebalan dan timbul bercak-bercak, adakalanya berair (basah). Pada stadium subakut, bercak merah dan penebalan kulit nampak mereda, kemudian bercak yang basah akan mengering dan menjadi keropeng (krusta). 8
  • 9. Pada stadium kronis, eksim nampak kering, bersisik dan mengalami hiperpigmentasi (menghitam). Tak jarang eksim mengalami perubahan bentuk menjadi bintik-bintik menonjol, bahkan kadang mengalami erosi. II.4 Jenis-Jenis Dermatitis 1) Dermatititis kontak iritan akut Penyebabnya iritan kuat, biasanya karena kecelakaan. Kulit terasa pedih atau panas, eritema, vesikel, atau bula. Luas kelainan umumnya sebatas daerah yang terkena, berbatas tegas. Pada umumnya kelainan kulit muncul segera, tetapi ada segera, tetapi ada sejumlah bahan kimia yang menimbulkan reaksi akut lambat misalnya podofilin, antralin, asam fluorohidrogenat, sehingga dermatitis kontak iritan akut lambat. Kelainan kulit baru terlihat setelah 12-24 jam atau lebih. Contohnya ialah dermatitis yang disebabkan oleh bulu serangga yang terbang pada malam hari (dermatitis venenata); penderita baru merasa pedih setelah esok harinya, pada awalnya terlihat eritema dan sorenya sudah menjadi vesikel atau bahkan nekrosis. 2) Dermatitis kontak iritan kronis Nama lain ialah dermatitis iritan kumulatif, disebabkan oleh kontak dengan iritan lembah yang berulang-ulang (oleh faktor fisik, misalnya gesekan, trauma mikro, kelembaban rendah, panas atau dingin; juga bahan contohnya detergen, sabun, pelarut, tanah, bahkan juga air). Dermatitis kontak iritan kronis mungkin terjadi oleh karena kerjasama berbagai faktor. Bisa jadi suatu bahan secara sendiri tidak cukup kuat menyebabkan dermatitis iritan, tetapi bila bergabung dengan faktor lain baru mampu. Kelainan baru nyata setelah berhari-hari, berminggu atau bulan, bahkan bisa bertahun-tahun kemudian. Sehingga waktu dan rentetan kontak merupakan faktor paling penting. Dermatitis iritan kumulatif ini merupakan dermatitis kontak iritan yang paling sering ditemukan. Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal (hiperkeratosis) dan likenifikasi, batas kelainan tidak tegas. Bila kontak terus 9
  • 10. berlangsung akhirnya kulit dapat retak seperti luka iris (fisur), misalnya pada kulit tumit tukang cuci yang mengalami kontak terus menerus dengan deterjen. Ada kalanya kelainan hanya berupa kulit kering atau skuama tanpa eritema, sehingga diabaikan oleh penderita. Setelah kelainan dirasakan mengganggu, baru mendapat perhatian. Banyak pekerjaan yang beresiko tinggi yang memungkinkan terjadinya dermatitis kontak iritan kumulatif, misalnya : mencuci, memasak, membersihkan lantai, kerja bangunan, kerja di bengkel dan berkebun. II.5 Pengendalian yang Dapat Dilakukan 1. Eliminasi Eliminasi faktor biologi penyebab dermatitis di tempat kerja dapat dilakukan dengan cara: - Membersihkan tempat kerja secara rutin setelah pekerja usai bekerja; - Mensterilkan bahan-bahan pengolahan pupuk secara optimal; - Memastikan bahwa alat yang akan digunakan dan alat yang telah digunakan adalah bersih; - Penyemprotan fungisida, bakterisida, dan atau sejenisnya pada tempat kerja setelah pekerja usai bekerja. 2. Substitusi Substitusi bisa dilakukan dengan: - Mengganti bahan baku pupuk; - Mengganti peralatan pengolahan pupuk; - Mengganti atau memindahkan tempat pengolahan pupuk; - Mengganti atau memindahkan pekerja yang memiliki sensitivitas kulit yang tinggi dengan pekerja yang memiliki sensitivitas lebih rendah terhadap agen biologi, lalu menempatkan pekerja yang memiliki sensitivitas tinggi tersebut ke sektor atau bagian lain dari aktivitas industri. 10
  • 11. 3. Engineering Control Pada pengendalian faktor biologi, mungkin tidak terlalu melibatkan engineering control. Namun engineering control dalam industri pengolahan pupuk organik ini dapat dilakukan dengan cara: - Mendesain peralatan yang memperpanjang jarak antara pekerja dengan objek kerja (bahan baku pupuk); - Melapisi peralatan kerja dan tangan pekerja dengan disinfektan; - Menyediakan mesin penggilingan atau pengaduk atau pencampur otomatis yang aman untuk mengurangi masa keterpaparan atau kontak langsung pekerja dengan bahan baku pupuk organik yang umumnya kaya akan mikrobiologi yang sangat mungkin menyebabkan dermatitis. 4. Administrative Control - Membuat dan memasang media-media pengingat dan peringatan mengenai cara kerja yang baik dan benar, misalnya poster, stiker, atau selebaran; - Meng-upgrade pekerja secara rutin mengenai SOP dan petunjuk teknis kerja melalui berbagai bentuk kemasan cara, misalnya sosialisasi atau diskusi bersama; - Menetapkan waktu kerja maksimal, untuk meminimalisir lamanya waktu maksimal kontak pekerja dengan agen biologi penyebab dermatitis; 5. Alat Pelindung Diri - Menyediakan masker bagi para pekerja; - Menyediakan sarung tangan untuk para pekerja; - Menyediakan sepatu boot untuk para pekerja; - Menyediakan seragam kerja yang berlengan panjang dan celana panjang, hal in untuk mengurangi kemungkinan kontaknya agen biologi (mikroorganisme) dengan kulit pekerja; - Menyediakan semacam lotion disinfektan kulit sebelum pekerja memulai pekerjaannnya, ini untuk meningkatkan imunitas kulit pekerja; 11
  • 12. - Meyediakan tempat membersihkan diri beserta sabun anti-mikroba dan kelengkapan lainnya di area tempat kerja, untuk memudahkan pekerja yang ingin segera membersihkan diri usai bekerja. Hal ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pekerja akan pentingnya membersihkan diri setelah bekerja. 12
  • 13. BAB III PENUTUP Menurut KEPPRES RI No. 22 Tahun 1993, Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit Akibat Kerja terjadi sebagai pajanan faktor fisik, kimia, biologi, ataupun psikologi di tempat kerja. Di tempat kerja, ada banyak faktor yang dapat mengakibatkan terjangkitnya Penyakit Akibat Kerja pada diri pekerja. Faktor-faktor tersebut ialah faktor fisik, faktor kimiawi, faktor biologis, faktor fisiologis, dan faktor psikososial. Faktor biologis dapat meliputi hewan, tanaman, serangga, maupun mikroorganisme serta bisa juga serbuk kayu. Untuk mengurangi atau meminimalisir kemungkinan faktor-faktor tersebut mengakibatkan Penyakit Akibat Kerja, maka perlu dilakukannya beberapa rangkaian tindakan pengendalian, di antaranya ialah sebagai berikut: 1. Eliminasi; 2. Substitusi; 3. Engineering Control; 4. Administrative Control; dan 5. Pengadaan Alat Pelindung Diri disertai panduan penggunaan dan pemeliharaannya. Dengan diterapkannya tindakan pengendalian tersebut dengan baik, diharapkan bahwa derajat kesehatan para pekerja pun akan baik dan terpelihara. Sehingga dengan itu produktivitas kerja pun semakin meningkat yang nantinya berdampak pula pada peningkatan income perusahaan/industri. 13