SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
I. PENDAHULUAN
         Sebagaimana yang telah termaktub dalam Surat Al Baqarah ayat 30,
  yang artinya:

  “Ingatlah ketika Tuhan-mu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya
  Aku hendak menjadikan seorang khalifah (pemimpin) di muka Bumi.”
  Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak manjadikan (khalifah/pemimpin)
  di Bumi itu orang yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah,
  padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan
  Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
  kamu ketahui.” (Q.S. Al-Baqarah:30)

  Allah SWT. telah menjelaskan bahwa Dia menciptakan manusia untuk
  menjadikannya pemimpin di Bumi. Dan itu artinya setiap manusia yang
  terlahir di Bumi ialah pemimpin. Membahas mengenai tugas kita sebagai
  pemimpin di Bumi, tidak dapat terlepas dari bahasan mengenai
  kepemimpinan. Maka dari itu, kita perlu mengupas dan mengetahui hal-hal
  seputar kepemimpinan, tentunya agar kita semakin memahami serta dapat
  menjalankan dengan baik tugas dan peranan kita di Bumi.

II. PEMBAHASAN
  II.1 Pengertian Kepemimpinan

           Menurut Sarros dan Butchatsky (1996), kepemimpinan dapat
     didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk
     mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan
     bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan
     organisasi. Sedangkan menurut .

           Menurut Ordway Tead, Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai
     perilaku yang dimiliki seseorang sehingga orang tersebut memiliki
     kemampuan untuk        mendorong     orang lain bersedia      dan dapat
     menyelesaikan tugas tertentu yang dipercayakan kepadanya.
           Menurut Stogdil ,Kepemimpinan adalah suatu proses yang
     mempengaruhi aktivitas seseorang atas sekelompok seseorang untuk mau
     berbuat dan mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan.

                                                                     Page | 1
Secara Umum, kepemimpinan dapat diartikan sebagai suatu situasi di
   mana      seseorang karena sifat-sifat dan perilaku yang dimilikinya
   mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain guna berpikir
   bersikap dan ataupun berbuat sesuai yang diinginkan.



   Unsur-unsur Kepemimpinan

   1. Adanya Pemimpin.
      Unsur pertama dari kepemimpinan adalah adanya pemimpin yakni
      seseorang yang mendorong atau mempengaruhi seseorang atau
      sekelompok orang lain, sehingga tercipta hubungan kerja yang serasi
      dan menguntungkan untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu
      untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
   2. Adanya Pengikut.
      Unsur kedua dari kepemimpinan adalah adanya pengikut yakni
      seseorang atau sekelompok yang mendapat dorongan atau pengaruh
      sehingga bersedia dan dapat melakukan berbagai aktivitas tertentu
      untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
   3. Adanya Sifat atau perilaku Tertentu.
      Unsur ketiga dari kepemimpinan adalah adanya sifat ataupun perilkau
      tertentu yang dimiliki oleh pemimpin yang dapat dimanfaatkan untuk
      mendorong dan mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang.
   4. Adanya situasi dan Kondisi Tertentu.
      Unsur keempat dari kepemimpinan adalah adanya situasi dan kondisi
      tertentu yang memungkinkan terlaksananya kepemimpinan .Situasi
      dan kondisi yang dimakasud dibedakan dua macam.Pertama,situasi
      dan kondisi yang terdapat didalam organisasi.Kedua,situasi dan
      kondisi diluar organisasi yakni lingkungan secara keseluruhan.
II.2 Proses Kepemimpinan

          Secara singkat, proses kepemimpinan dapat diartikan sebagai cara
   yang digunakan oleh seorang pemimpin untuk mencapai tujuan
   organisasi. Pemimpin disini dapat menggunakan pengaruhnya untuk
   memperjelas tujuan dari organisasi, memotivasi bawahan atau orang

                                                                   Page | 2
yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan organisai, dan membantu
menciptakan budaya yang produktif dalam organisasi.

        Menurut Wahjosumidjo (1984), kepemimpinan mempunyai kaitan
yang erat dengan motivasi, sebab keberhasilan seorang pemimpin dalam
menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sangat bergantung kepada kewibawaan, dan juga pemimpin itu di dalam
menciptakan motivasi di dalam diri setiap orang bawahan, kolega
maupun atasan pemimpin itu sendiri.

         Dalam proses kepemimpinan, motivasi adalah hal yang penting
karena    seorang     pemimpin     harus   memiliki    kemampuan      untuk
mempengaruhi orang lain tanpa menggunakan kekuatan sehingga orang-
orang yang dipimpinnya menerima dirinya sebagai orang yang layak
untuk memimpin mereka.

         Dalam teori jalur tujuan (Path Goal Theory) yang dikembangkan
oleh Robert House (1971, dalam Kreitner dan Kinicki, 2005 dalam
Nurjanah, 2008) menyatakan bahwa pemimpin mendorong kinerja yang
lebih    tinggi   dengan    cara   memberikan     kegiatan-kegiatan   yang
mempengaruhi bawahannya agar percaya bahwa hasil yang berharga
bisa dicapai dengan usaha yang serius. Kepemimpinan yang berlaku
secara universal menghasilkan tingkat kinerja dan kepuasan bawahan
yang tinggi. Dalam situasi yang berbeda mensyaratkan gaya
kepemimpinan yaitu karakteristik personal dan kekuatan lingkungan.
Teori ini juga menggambarkan bagaimana persepsi harapan dipengaruhi
oleh hubungan kontijensi diantara empat gaya kepemimpinan dan
berbagai sikap dan perilaku karyawan. Perilaku pemimpin memberikan
motivasi sampai tingkat mengurangi halangan jalan yang mengganggu
pencapaian tujuan, memberikan panduan dan dukungan yang dibutuhkan
oleh para karyawan, dan mengaitkan penghargaan yang berarti terhadap
pencapaian tujuan. Selain itu House percaya bahwa pemimpin dapat
menunjukkan         lebih   dari    satu   gaya       kepemimpinan,    da n
mengidentifikasikan empat gaya kepemimpinan, yaitu kepemimpinan
yang mengarahkan/pengasuh (direktif), kepemimpinan yang mendukung

                                                                   Page | 3
(supportive), kepemimpinan partisipatif, dan kepemimpinan yang
berorientasi pada pencapaian (prestasi). Dengan mempergunakan salah
satu dari empat gaya di atas, pemimpin berusaha mempengaruhi persepsi
bawahannya dan memotivasinya, dengan cara mengarahkan mereka pada
kejelasan tugas-tugasnya, pencapaian tujuan, kepuasan kerja, dan
pelaksanaan kerja yang efektif. (Nurjanah, 2008)




                Sumber : Nurjanah, 2008


       Menurut Robbins (2009, p. 332) yang diterjemahkan oleh
Pujaatmaka dan Iskandarsyah, proses kepemimpinan terdiri dari
beberapa tahapan yang dapat digambarkan sebagai berikut :




                                                             Page | 4
Gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Munculnya proses kepemimpinan tergantung dari pemimpin,
   kelompok, dan situasi. Artinya bahwa jenis gaya kepemimpinan
   dapat dilihat dari perilaku, ketrampilan, pengetahuan atasan, dan
   nilai-nilai.
2. Dengan adanya gaya kepemimpinan tersebut, karyawan akan
   menilai apakah gaya kepemimpinan yang diterapkan sesuai
   dengan keinginan karyawan (norma dan nilai, kepaduan,
   keterikatan pada tujuan dan harapan kelompok) dan situasi (nilai
   organisasi, teknologi tuntutan, dan variasi tugas).
3. Jika gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh atasan sesuai
   dengan harapan karyawan dan situasi, akan menghasilkan prestasi
   dan    kepuasan   kerja    yang   baik.   Sebaliknya,   jika   gaya
   kepemimpinan yang diterapkan oleh atasan tidak sesuai dengan
   harapan bawahan, akan menghasilkan prestasi kerja yang jelek
   dan ketidakpuasan kerja.




                                                              Page | 5
II.3 Gaya Kepemimpinan
                Bahasan ini hanya akan dibatasi pada gaya kepemimpinan yang
         mempunyai perbedaan yang begitu menonjol, untuk menarik sebuah tolak
         ukur dalam penerapan gaya kepemimpinan yang efektif.

         1. Otokratik
                    Seorang pemimpin yang otokratik memiliki serangkaian
            karakteristik yang dapat dipandang sebagai karakteristik negatif.
            Dilihat dari segi persepsinya, seorang pemimpin yang otokratik
            adalah seorang yang sangat egois. Dengan egoisme yang besar,
            seorang pemimpin yang otokratik melihat peranannya sebagai sumber
            segala sesuatu dalam kehidupan organisasional seperti kekuasaan
            yang tidak perlu dibagi dengan orang lain dalam organisasi,
            ketergantungan total para anggota organisasi mengenai nasib masing-
            masing dan lain sebagainya.
                    Seorang pemimpin yang otokratik cenderung menganut nilai
            organisasional yang berkisar pada pembenaran segala cara yang
            ditempuh untuk pencapaian tujuannya. Sesuatu tindakan akan
            dinilainya benar apabila tindakan itu mempermudah tercapainya
            tujuan dan semua tindakan yang menjadi penghalang akan
            dipandangnya sebagai sesuatu yang tidak baik dan dengan demikian
            akan disingkirkannya, apabila perlu dengan tindakan kekerasan.


         2. Demokratik
            Karateristik :
                Kemampuan memperlakukan organisasi sebagai suatu totalitas.
                 Dalam hal ini sistem kepemimpinannya dilakukan dalam bentuk
                 pembagian peranan yang proporsional dalam tingkat perencanaan
                 dan lapangan aplikasi.
                Mempunyai persepsi yang holistik mengenai organisasi yang
                 dipimpinnya.
                Menggunakan pendekatan yang integralistik dalam pelaksanaan
                 fungsi-fungsi kepemimpinannya.



                                                                        Page | 6
Konsep kepemimpinannya selalu diusahakan kearah penyatuan
       atau menjadi bagian dari keinginan mayoritas komunitasnya.
      Menempatkan kepentingan organisasi sebagai keseluruhan di atas
       kepentingan diri sendiri atau kepentingan kelompok tertentu
       dalam organisasi.
      Menganut filsafat manajemen yang mengakui dan menjunjung
       tinggi harkat dan martabat para bawahannya sebagai makhluk
       politik, makhluk ekonomi, makhluk sosial dan sebagai individu
       yang mempunyai jati diri yang khas.
      Sejauh     mungkin    memberikan      kesempatan    kepada       para
       bawahannya berperan serta dalam proses pengambilan keputusan,
       terutama    yang     menyangkut    tugas   para    bawahan    yang
       bersangkutan.
      Terbuka terhadap ide, pandangan dan saran orang-orang lain
       termasuk para bawahannya.
      Bersifat rasional dan obyektif dalam menghadapi bawahan
       terutama dalam menilai perilaku dan prestasi kerja orang lain.
      Selalu berusaha menumbuhkan dan memelihara iklim kerja yang
       kondusif bagi inovasi dan kreativitas bawahan.


        Berdasarkan karakteristik di atas, secara teoritikal dan holistik
   dari suatu kepemimpinan maka gaya kepemimpinan demokratik
   adalah gaya kepemimpinan yang ideal. Tapi sayangnya, kenyataan
   menunjukkan bahwa situasi ideal dalam kehidupan organisasional
   tidak akan pernah terwujud. Secara taktis, gaya kepemimpinan
   demokratik sangat sulit untuk mencapai ukuran kesuksesan.

3. Situasional (Contigency Theory)
        Memperhitungkan faktor kondisi, waktu dan ruang yang turut
   berperan dalam penentuan gaya kepemimpinan yang paling tepat.
   Efektivitas seseorang sangat tergantung pada kemampuannya
   “membaca” situasi yang dihadapinya dan menyesuaikan gayanya
   dengan situasi tersebut sedemikian rupa sehingga ia efektif
   menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinannya.

                                                                 Page | 7
Sejarah memberikan banyak bukti tentang pimpinan negara
   yang otokratik akhirnya “mengalah” kepada tuntutan rakyat. Dalam
   teori    Situasional,   seorang   pemimpin    yang    otokratik     dapat
   mempertahankan keberlangsungan kepemimpinannya apabila ia bisa
   mengubah gaya kepemimpinannya dengan gaya lain, misalnya gaya
   yang agak demokratik dalam menghadapi situasi-situasi tertentu.
   Sebaliknya, dalam teori situasional, seorang pemimpin yang
   demokratik terkadang harus bertindak otoriter (dalam hal ini ia
   mengubah gayanya menjadi otokratik), misalnya dalam hal
   mengenakan sanksi terhadap para pelanggar disiplin organisasi,
   mengoreksi penyelewengan atau sangat didesak oleh situasi krisis.


Ciri-ciri ideal dari seorang Pemimpin

1. Pengetahuan umum yang luas
   Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam hirarki kepemimpinan
   organisasi, ia semakin dituntut untuk mampu berpikir dan bertindak
   sebagai seorang generalis
2. Kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang
   a) Mampu merubah wawasan yang tadinya sempit dan spesialistik
       menjadi wawasan yang luas dan generalistik
   b) Sikap mental dan perilaku yang tadinya berorientasi kepada hal-
       hal yang teknis operasional menjadi sikap dan perilaku yang
       berorientasi kepada hal-hal yang sifatnya strategik
   c) Persepsi peranan yang semula mungkin bersifat mekanistik
       berubah menjadi persepsi yang didasarkan pada pentingnya
       “human skill”.
3. Sifat inkuisitif (Rasa ingin tahu)
   a) Tidak merasa puas dengan tingkat pengetahuan yang telah
       dimiliki
   b) Kemauan dan keinginan untuk mencari dan menemukan hal-hal
       baru.




                                                                     Page | 8
4. Kemampuan analitik
          Efektivitas kepemimpinan seseorang tidak lagi terletak pada
   kemampuannya untuk melaksanakan kegiatan yang bersifat teknis
   operasional, melainkan pada kemampuannya untuk berfikir. Cara dan
   kemampuan berpikir yang diperlukan adalah yang integralistik,
   strategik dan berorientasi pada pemecahan masalah. Ketiga cara
   berfikir demikian memerlukan kemampuan analitik yang tinggi.
5. Daya ingat yang kuat
          Seorang pemimpin tidaklah mesti seorang yang jenius, tetapi
   kemampuan intelektualnya – seperti daya ingat kognitif dan
   penalarannya – haruslah berada diatas rata-rata dari orang-orang yang
   dipimpinnya. Salah satu bentuk kemampuan intelektual tersebut
   adalah daya ingat yang kuat. Salah satu manifestasi daya ingat yang
   kuat itu adalah kemampuan “mengangkat” kembali informasi yang
   tersimpan di bawah sadar ke permukaan untuk kemudian digunakan
   untuk suatu kepentingan tertentu.
6. Kapasitas integratif
          Suatu organisasi modern yang kompleks hanya akan mencapai
   tujuannya dengan tingkat efisiensi, efektivitas dan produktivitas yang
   tinggi apabila organisasi tersebut dikelola dengan pendekatan
   kesisteman.   Mengelola    suatu    organisasi   dengan   pendekatan
   kesisteman pada dasarnya berarti bahwa satuan-satuan kerja dalam
   organisasi merupakan sub sistem dari satu totalitas meskipun tiap-tiap
   satuan kerja mempunyai fungsi, tanggung jawab dan kegiatan yang
   bersifat khas. Kesemuanya harus merupakan bagian dari fungsi,
   tanggung jawab dan kegiatan organisasi sebagai keseluruhan dalam
   rangka pengembanan misinya.
          Guna menjamin bergeraknya organisasi sebagai suatu
   totalitas-lah peranan pemimpin selaku integrator menjadi sangat
   penting, karena hanya seorang pemimpin yang mempunyai
   pandangan holistik mengenai organisasi, sedangkan para pelaksana
   kegiatan operasional akan memiliki pandangan yang parsial dan
   bahkan mungkin sangat bersifat mikro.


                                                                 Page | 9
7. Keterampilan berkomunikasi secara efektif
             Dalam kehidupan organisasional terdapat empat jenis fungsi
      komunikasi, yaitu: fungsi motivasi, fungsi ekspresi emosi, fungsi
      penyampaian informasi dan fungsi pengawasan.
   8. Keterampilan mendidik
             Disenangi atau tidak, setiap pejabat pemimpin adalah seorang
      pendidik. Mendidik disini diartikan secara luas, tidak terbatas pada
      cara-cara mendidik yang ditempuh secara formal. Kalau seorang
      pimpinan menunjukkan sikap dan perilaku yang pantas ditiru oleh
      orang lain atau mampu memberikan nasehat kepada bawahannya
      untuk memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapinya, baik
      sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok tertentu dalam
      organisasi, maka ia pun telah menjalankan tugasnya sebagai seorang
      pendidik.
   9. Rasionalitas (kemampuan berfikir dan bertindak secara rasional)
      Hanya bertindak setelah dipikirkan secara matang dampak dari
      tindakan yang akan dilakukannya.
   10. Objektivitas
      Hal ini lebih menekankan pada pentingnya sikap adil dalam hal
      perlakuan dan penghargaan (meritokrasi), serta memposisikan diri
      pada “area abu-abu” ketika mengadili atau menyelesaikan sengketa
      antar anggota. Selain itu juga dapat berupa penilaian terhadap situasi
      dan kondisi sesuai dengan apa adanya, tanpa unsur pribadi atau
      memihak.


II.4 Kepemimpinan Dua Dimensi

   Penemuaan Klasik tentang Kepemimpinan: Penemuan Ohio (Teori
   Kepemimpinan Dua Dimensi)

              Pada tahun 1945, Biro Penelitian Bisnis dari Universitas
       Negeri Ohio     melakukan serangkaian penemuan dalam bidang
       kpemimpinan. Suatu tim riset interdisipliner mulai dari ahli psikologi,
       sosiologi, dan ekonomi mengembangkan dan mempergunakan
       kuisioner Deskripsi Perilaku Pemimpin (the Leader Behavior
                                                                    Page | 10
Description       Questionnaire     LBDQ),untuk       menganalisis
kepemimpinan dalam berbagai tipe kelompok dan situasi.(Thoha,
1983)

        Penelitian ini dilakukan atas beberapa komandan Angkatan
Udara dan anggota-anggota pasukan pengebom (bpmbers crew),
pejabat-pejabat sipil Angkatan Laut, pengawas-pengawas dalam
pabrik, administrator-administrator perguruan tinggi, guru, kepala
sekolah, pengawas-pengawas sekolah, pemimpin-pemimpin gerakan
mahasiswa, dan kelompok-kelompok sipil lainnya.

        Penelitian Ohio memulai dengan premis bahwa tidak ada
kepuasan atas rumusan atau definisi kepemimpinan yang ada.
Mereka juga mengetahui bahwa hasil kerja terdahulu darinya adalah
terlalu banyak berasumsi bahwa “Kepemimpinan” itu selalu
diartikan sama dengan “kepemimpinan yang baik”. Tim peneliti
Ohio telah menetapkan mempelajari kepemimpinan dengan tidak
memperdulikan rumusan-rumusan yang ada atau apakah hal tersebut
efektif atau tidak efektif.

        Dalam langkah awal LBDQ dikelola dalam suatu situasi yang
beraneka. Agar dapat mengamati bagaimana pemimpin bias
dirumuskan, maka jawaban-jawaban atas kuisioner kemudian
diartikan sebagai faktor yang dianalisis. LBDQ adalah sebuah
instrument yang dirancang untuk menjelaskan bagaimana seorang
pemim[in menjalankan aktivitas-aktivitasnya.

        Staf peneliti dari tim Ohio ini merumuskan kepemimpinan itu
sebagai suatu perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan
pengarahan suatu group kea rah pencapaian tujuan tertemtu.
Dalamhal ini pemimpin mempunyai deskripsi perilaku atas dua
dimensi yakni struktur pembuatan inisiatif (initiating structure)
dan perhatian (consideration).

        Struktur pembuatan inisiatif ini menunjukkan kepada
perilaku pemimpin di dalam menentukan hubungan kerja antara

                                                          Page | 11
dirinya dengan yang dipimin, dan usahanya di dalam menciptakan
pola organisasi, saluran komunikasi, dan prosedur kerja yang jelas.
Adapun perilaku perhatian (consideration) menggambarkan perilaku
pemimpin yang menunjukkan kesetiakawanan, bersahaabat, saling
mempercayai, dan kehangatan di dalam hubungan kerja antara
pemimpin dan anggota stafnya. Kedua perilaku inilah yang ingin
digali dan diteliti oleh peneliti Universitas Ohio ini.

       Dalam kuesinor (LBDQ) tediri dari 15 item yang berisi
pertanyaan-pertanyaan mengenai struktur inisiatif, dan 15 item yang
berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai struktur inisiatif, dan 15 item
yang berisi pertanyaan mengenai perhatian. Responden diminta
menilai frekuensi pemimpinnya di dalam melakukan setiap bentuk
perilaku struktur inisiatif dan perhatian dengan cara memilih salah
satu dari lima deskripsi sebagai berikut: selalu, seringkali, sewaktu-
waktu, jarang, dan tidak pernah. Dengan demikian struktur ninisiatif
dan perhatian merupakan dimensi-dimensi dari perilaku yang diamati
dan diketahui oleh pihak lain. Contoh item-item yang dipergunakan
dalam pertanyaan dapat dilihat pada tabel berikut.

             Perhatian                 Struktur Pembuatan Inisiatif

Pemimpin      mempunyai       aktu Pemimpin menugaskan anggota
untuk mendengarkan anggota kelompok untuk melaksanakan
kelompok.                            tugas-tugas tertentu.

Pemimpin berkemauan untuk Pemimpin                  meminta       anggota
melakukan              perubahan- kelompok           untuk       mematuhi
perubahan.                           aturan-aturan        yang      sudah
                                     ditetapkan
Pemimpin adalah bersahaabat
dan mudah didekati.                  Pemimpin membiarkan anggota
                                     kelompok mengetahui apa yang
                                     diharapkan darinya.




                                                                  Page | 12
Walaupun penekan utama dalam studi kepemimpinan dari
       Universitas Ohio ini menemukan bahwa kedua perilaku struktur
       insiatif dan perhatian tersebut sangat berbeda dan terpisah satu sama
       lain. Nilai yang tinggi pada suatu dimensi tidaklah mesti diikuti
       rendahnya nilai dari dimensi yang lain. Perilaku pemimpin dapat
       pula merupakan kombinasi dari dua dimensi tersebut. Oleh karena
       itulah selama penelitian kedua dimensi perilaku tersebut dirancang
       pada sumbu yang terpisah. Empat segi empat itu dikembangkan
       untuk menunjukkan bermacam-macam kombinasi dari struktur
       inisiatif (perilaku tegas) dengan perhatian (perilaku hubungan,
       sebagai yang tergambar dibawah ini).


                     Segi Empat Kepemimpinan dari
                            Universitas Ohio




          Tinggi
                       Tinggi Perhatian       Tinggi Struktur
                         dan Rendah             dan Tinggi
                          Struktur               Perhatian




        Perhatian
                       Rendah Struktur         Tinggi struktur
                         dan Rendah             dan Rendah
                          Perhatian               perhatian


        Rendah

                     Rendah            Struktur            Tinggi
                                       Inisiatif

II.5 Jaringan Manajerial (MG)

         Jaringan Manager adalah model yang diterima luas untuk
    menggambarkan gaya kepemimpinan pemimpin, dan efeknya pada
    pengikutnya. Blake dan Mouton menciptakan grid manajerial. Grid

                                                                    Page | 13
manajerial terdiri dari dua dimensi: perhatian tentang bisnis dan
    kepedulian tentang orang-orang. Skala pada manajer jaringan adalah
    pasar dari 1 sampai 9 untuk kedua dimensi. Manajer dapat dijelaskan
    oleh kombinasi dari dua dimensi. Hal ini diyakini bahwa (9,9) manajer
    adalah yang paling efektif. The 9,9) manajer (menunjukkan tingkat
    kepedulian yang tinggi terhadap bisnis dan tingkat tinggi kepedulian
    terhadap orang.kombinasi lainnya dari skala memberikan aksen yang
    lebih pada bisnis atau orang.
              Hal ini diyakini bahwa orang lebih bersemangat untuk bekerja
    dengan para pemimpin yang memiliki sikap yang tinggi terhadap bisnis
    dan sikap tinggi terhadap orang pada saat yang sama. Mereka manajer
    (9,9) pada Blake dan Mouton Managerial Grid. Jadi pengertian Blake
    Mouton itu cukup bagus karena pemimpin memang seharusnya seperti
    itu.


II.6 Kepemimpinan Tiga Dimensi (Teori 3-D)

              Reddin (1967) membuat teori berdasarkan pada kisi tugas
    manusia yang dikemukakan Blake dan Mounton dengan menambahkan
    imensi ketiga, yaitu efektivitas. Ketiga dimensi itu didefinisikan sebagai
    berikut.

           Orientasi-kerja. Tingkat pengarahan manajer atas usaha bawahan
           untuk mencapai tujuan.
           Orientasi-hubungan. Tingkat hubungan pribadi atara manajer
           dengan bawahan, ditandai oleh adanya saling mempercayai,
           menghormati gagasan dan memperhatikan perasaan bawahan.
           Keefektifan. Tingkat persyaratan produksi yang dicapai manajer
           yang telah ditetapkan.

              Kisi    3-D    menghasilkan   delapan   gaya    manajer    atau
    kepemimpinan. Gambar berikut menunjukkan tiga aspek dari model
    tersebut dan gaya-gaya yang dihasilkannya.




                                                                    Page | 14
Empat gaya termasuk kurang efektif dan empat gaya lainnya
dinilai lebih efektif. Hal ini menunjukkan bahwa orientasi-hubungan
yang rendah dan orientasi-tugas yang rendah, seperti dikemukakan Blake
dan Mounton (kisi1,1) umumnya tidak diinginkan; bias saja gaya ini
efektif bila manusia dianggap amat berhati-hati dan bersungguh-sungguh
mengikuti peraturan dan prosedur agar dapat menyelesaikan tugas
dengan baik. Berikut ini akan disajikan penjelasan singkat mengenai
setiap gaya tersebut.

       Reddin (1967) menerangkan bahwa keempat gaya yang lebih
efektif tersebut kurang lebih sama efektifnya, bergantung pada situasi
yang dihadapi. Disamping itu, ada saatnya beberapa tugas manajer
memerlukan keempat gaya tersebut sekaligus, sedangkan tugas lainnya
cenderung hanya memerlukan satu atau dua gaya saja secara konsisten.




                                                             Page | 15
II.7 Kepemimpinan Situasional

          Kepemimpinan Situasional adalah kepemimpinan yang didasarkan
    atas hubungan saling mempengaruhi antara;
    1. Tingkat bimbingan dan arahan yang diberikan pemimpin (prilaku
        tugas)
    2. Tingkat dukungan sosioemosional yang disajikan pemimpin
        (prilaku hubungan)
    3. Tingkat kesiapan yang diperlihatkan bawahan dalam melaksanakan
        tugas, fungsi atau tujuan tertentu (kematangan bawahan).
           Untuk lebih mengerti secara mendalam tentang Kepemimpinan
    Situasional,   perlu     bagi   kita   mempertemukan    antara    Gaya

                                                                   Page | 16
Kepemimpinan dengan Kematangan Pengikut karena pada saat kita
berusaha mempengaruhi orang lain, tugas kita adalah:
1. Mendiagnosa tingkat kesiapan bawahan dalam tugas-tugas tertentu.
2. Menunjukkan gaya kepemimpinan yang tepat untuk situasi tersebut.


Terdapat 4 gaya kepemimpinan, yaitu:
1. Memberitahukan,       Menunjukkan,     Memimpin,      Menetapkan
   (TELLING-DIRECTING)
2. Menjual, Menjelaskan, Memperjelas, Membujuk (SELLING-
   COACHING)
3. Mengikutsertakan,      memberi       semangat,      kerja      sama
   (PARTICIPATING-SUPPORTING)
4. Mendelegasikan, Pengamatan, Mengawasi, Penyelesaian


       Menurut Hersey, Blanchard dan Natemeyer ada hubungan yang
jelas antara level kematangan orang-orang dan atau kelompok dengan
jenis sumber kuasa yang memiliki kemungkinan paling tinggi untuk
menimbulkan kepatuhan pada orang-orang tersebut. Kepemimpinan
situational memAndang kematangan sebagai kemampuan dan kemauan
orang-orang   atau     kelompok   untuk    memikul     tanggungjawab
mengarahkan perilaku mereka sendiri dalam situasi tertentu. Maka,
perlu ditekankan kembali bahwa kematangan merupakan konsep yang
berkaitan dengan tugas tertentu dan bergantung pada hal-hal yang ingin
dicapai pemimpin.
     Menurut Paul Hersey dan Ken. Blanchard, seorang pemimpin
harus memahami kematangan bawahannya sehingga dia akan tidak
salah dalam menerapkan gaya kepemimpinan. Tingkat kematangan
yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Tingkat kematangan M1 (Tidak mampu dan tidak ingin) maka gaya
   kepemimpinan yang diterapkan pemimpin untuk memimpin
   bawahan seperti ini adalah Gaya Telling (G1), yaitu dengan
   memberitahukan, menunjukkan, mengistruksikan secara spesifik.
2. Tingkat kematangan M2 (tidak mampu tetapi mau), untuk
   menghadapi bawahan seperti ini maka gaya yang diterapkan adalah
                                                               Page | 17
Gaya Selling/Coaching, yaitu dengan Menjual, Menjelaskan,
   Memperjelas, Membujuk.
3. Tingkat kematangan M3 (mampu tetapi tidak mau/ragu-ragu) maka
   gaya pemimpin yang tepat untuk bawahan seperti ini adalah Gaya
   Partisipatif, yaitu Saling bertukar Ide & beri kesempatan
   untuk mengambil keputusan.
4. Tingkat kematangan M4 (Mampu dan Mau) maka gaya
   kepemimpinan yang tepat adalah Delegating, mendelegasikan tugas
   dan wewenang dengan menerapkan system control yang baik.


     Bagaimana cara kita memimpin haruslah dipengaruhi oleh
kematangan orang yang kita pimpin supaya tenaga kepemimpinan kita
efektif dan juga pencapaian hasil optimal.
      Tidak banyak orang yang lahir sebagai pemimpin. Pemimpin
lebih banyak ada dan handal karena dilatihkan. Artinya untuk menjadi
pemimpin yang baik haruslah mengalami trial and error dalam
menerapkan gaya kepemimpinan.
       Pemimpin tidak akan pernah ada tanpa bawahan dan bawahan
juga tidak akan ada tanpa pemimpin. Kedua komponen dalam
organisasi ini merupakan sinergi dalam perusahaan dalam rangka
mencapai tujuan. Paul Hersey dan Ken Blanchard telah mencoba
melepar idenya tentang kepemimpinan situasional yang sangat praktis
untuk diterapkan oleh pemimpin apa saja. Tentu masih banyak teori
kepemimpinan lain yang baik untuk dipelajari. Dari Hersey dan
Blanchard, orang tahu kalau untuk menjadi pemimpin tidaklah cukup
hanya pintar dari segi kognitif saja tetapi lebih dari itu juga harus
matang secara emosional. Pemimpin harus mengetahui atau mengenal
bawahan,     entah     itu    kematangan     kecakapannya    ataupun
kemauan/kesediaannya.


       Dengan mengenal type bawahan (kematangan dan kesediaan)
maka seorang pemimpin akan dapat memakai gaya kepemimpinan yang
sesuai. Sayangnya jaman sekarang banyak pemimpin yang suka main


                                                            Page | 18
kuasa saja tanpa mempedulikan bawahan. Kalaupun mempedulikan
        bawahan itupun karena ada motif tertentu seperti Nepotisme.


III.   PENUTUP

            Mengingat peran dan tugas kita di Bumi sebagai manusia ialah
       menjadi pemimpin, maka sudah seharusnya kita memahami dan
       menjalankan tugas dan peranan tersebut dengan baik. Setidaknya mulai
       dari lingkup yang terkecil, yaitu diri kita sendiri, selanjutnya ialah
       lingkungan sekitar kita.

            Berbagai informasi mengenai kepemimpinan telah kita bahas
       bersama pada penjelasan-penjelasan sebelumnya. Ada baiknya, sebagai
       pemimpin, kita juga mengasah kemampuan diri untuk menjadi pemimpin
       yang ideal, yang tentunya dapat menjalankan tugas dengan baik dan tegas,
       namun dicintai semua anggota.

            Ada banyak jenis dan gaya kepemimpinan yang telah berhasil
       diklasifikasikan oleh para ahli. Semuanya baik, terserah kita mau
       memberlakukan yang mana. Pemilihan jenis dan gaya kepemimpinan
       cenderung disesuaikan dengan karakter masing-masing individu. Hal itu
       guna optimalisasi dan efektivitas kepemimpinan yang akan dijalankan.




                                                                      Page | 19
Referensi



Al-Qur’an.

Anonymous. “Kepemimpinan”. (Online). (http://blog.binadarma.ac.id/dedi1968/wp-
       content/uploads/2012/09/kepemimpinan.pdf) Diakses tanggal 22 Oktober
       2012.

Anonymous. “Teori Penunjang”. Universitas Kristen Petra. (Online).
       (http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=6&submit.x=20&submit.y=20&q
       ual=high&submitval=next&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fhotl%2F2011%2
       Fjiunkpe-ns-s1-2011-33404143-21225-marriot-chapter2.pdf) Diakses tanggal
       23 Oktober 2012.

Nurjanah. 2008. “Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap
       Komitmen Organisasi dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan (Studi pada
       Biro Lingkup Departemen Pertanian)”. (Tesis). Program Studi Magister
       Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang.
       (Online). (http://eprints.undip.ac.id/18483/1/Nurjanah2.pdf). Diakses tanggal
       23 Oktober 2012.

Ramadhany ,Fadlun . 2012. “Terbentuknya Proses Kepemimpinan”. (Online).
       (http://hkti.org/2012/07/01/terbentuknya-proses-kepemimpinan.html) Diakses
       tanggal 22 Oktober 2012.
Pace, R. Wayne. 2006. Komunikasi Organisasi : Strategi meningkatkan Kinerja
     Perusahaan. Bandung. PT. Remaja ROSDAKARYA.

Thoha, Miftah. 2007. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta.
     PT. Raja GrafindoPersada.

http://arrosyadfikri.blogspot.com/2010/12/analisis-pernyataan-penyelia-dalam-3.html,
    diakses pada tanggal 22 Oktober 2012.

http://edymartin.wordpress.com/2007/10/19/gaya-kepemimpinan-situasional/,
    diakses tanggal 23 Oktober 2012.



                                                                          Page | 20

More Related Content

What's hot

Pancasila sebagai konteks ketatanegaraan
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraanPancasila sebagai konteks ketatanegaraan
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraanElla Feby
 
Makalah PKn - Hak Asasi Manusia
Makalah PKn - Hak Asasi ManusiaMakalah PKn - Hak Asasi Manusia
Makalah PKn - Hak Asasi Manusiayuliansafa
 
PPT BAGIAN 1 PANCASILA.ppt
PPT BAGIAN 1 PANCASILA.pptPPT BAGIAN 1 PANCASILA.ppt
PPT BAGIAN 1 PANCASILA.pptMuhamad Yogi
 
Bhinneka Tunggal Ika.ppt
Bhinneka Tunggal Ika.pptBhinneka Tunggal Ika.ppt
Bhinneka Tunggal Ika.pptSeptiaRini14
 
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...Daniel Arie
 
Faktor faktor penyebab perubahan sosial
Faktor faktor penyebab perubahan sosialFaktor faktor penyebab perubahan sosial
Faktor faktor penyebab perubahan sosialAgewen Stifford
 
Sistem Manajemen Nasional
Sistem Manajemen NasionalSistem Manajemen Nasional
Sistem Manajemen NasionalDadang Solihin
 
(6) KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATAN
(6) KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATAN(6) KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATAN
(6) KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATANBakhrul Ulum
 
Pembelajaran di Era Industri 4.0
Pembelajaran di Era Industri 4.0Pembelajaran di Era Industri 4.0
Pembelajaran di Era Industri 4.0LSP3I
 
Wawasan Kebangsaan dan Nilai Nilai Bela Negara
Wawasan Kebangsaan dan Nilai Nilai Bela NegaraWawasan Kebangsaan dan Nilai Nilai Bela Negara
Wawasan Kebangsaan dan Nilai Nilai Bela NegaraAlfonsus Liguori
 
Presentasi "Kebugaran Jasmani"
 Presentasi "Kebugaran Jasmani" Presentasi "Kebugaran Jasmani"
Presentasi "Kebugaran Jasmani"wisnuwms
 
Kasus kasus sosped, kelompok 1 agt-c
Kasus kasus sosped, kelompok 1 agt-cKasus kasus sosped, kelompok 1 agt-c
Kasus kasus sosped, kelompok 1 agt-chelenapakpahan
 
Perubahan Sosial dan Interaksi Sosial
Perubahan Sosial dan Interaksi SosialPerubahan Sosial dan Interaksi Sosial
Perubahan Sosial dan Interaksi Sosialvennadenisha
 
PROPOSAL PENELITIAN UNDANA
PROPOSAL PENELITIAN UNDANAPROPOSAL PENELITIAN UNDANA
PROPOSAL PENELITIAN UNDANAetto kono
 
STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)
STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)
STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)Abdul Rais P
 

What's hot (20)

ppt nilai - nilai pancasila masa kini
ppt nilai - nilai pancasila masa kinippt nilai - nilai pancasila masa kini
ppt nilai - nilai pancasila masa kini
 
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraan
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraanPancasila sebagai konteks ketatanegaraan
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraan
 
Stratifikasi sosial
Stratifikasi sosialStratifikasi sosial
Stratifikasi sosial
 
Makalah PKn - Hak Asasi Manusia
Makalah PKn - Hak Asasi ManusiaMakalah PKn - Hak Asasi Manusia
Makalah PKn - Hak Asasi Manusia
 
Merumuskan tujuan penelitian
Merumuskan tujuan penelitianMerumuskan tujuan penelitian
Merumuskan tujuan penelitian
 
PPT BAGIAN 1 PANCASILA.ppt
PPT BAGIAN 1 PANCASILA.pptPPT BAGIAN 1 PANCASILA.ppt
PPT BAGIAN 1 PANCASILA.ppt
 
Bhinneka Tunggal Ika.ppt
Bhinneka Tunggal Ika.pptBhinneka Tunggal Ika.ppt
Bhinneka Tunggal Ika.ppt
 
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...
 
Faktor faktor penyebab perubahan sosial
Faktor faktor penyebab perubahan sosialFaktor faktor penyebab perubahan sosial
Faktor faktor penyebab perubahan sosial
 
Sistem Manajemen Nasional
Sistem Manajemen NasionalSistem Manajemen Nasional
Sistem Manajemen Nasional
 
(6) KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATAN
(6) KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATAN(6) KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATAN
(6) KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATAN
 
Pembelajaran di Era Industri 4.0
Pembelajaran di Era Industri 4.0Pembelajaran di Era Industri 4.0
Pembelajaran di Era Industri 4.0
 
Wawasan Kebangsaan dan Nilai Nilai Bela Negara
Wawasan Kebangsaan dan Nilai Nilai Bela NegaraWawasan Kebangsaan dan Nilai Nilai Bela Negara
Wawasan Kebangsaan dan Nilai Nilai Bela Negara
 
Presentasi "Kebugaran Jasmani"
 Presentasi "Kebugaran Jasmani" Presentasi "Kebugaran Jasmani"
Presentasi "Kebugaran Jasmani"
 
Kasus kasus sosped, kelompok 1 agt-c
Kasus kasus sosped, kelompok 1 agt-cKasus kasus sosped, kelompok 1 agt-c
Kasus kasus sosped, kelompok 1 agt-c
 
Perubahan Sosial dan Interaksi Sosial
Perubahan Sosial dan Interaksi SosialPerubahan Sosial dan Interaksi Sosial
Perubahan Sosial dan Interaksi Sosial
 
PROPOSAL PENELITIAN UNDANA
PROPOSAL PENELITIAN UNDANAPROPOSAL PENELITIAN UNDANA
PROPOSAL PENELITIAN UNDANA
 
Mobilitas sosial
Mobilitas sosialMobilitas sosial
Mobilitas sosial
 
4 pilar kebangsaan
4 pilar kebangsaan4 pilar kebangsaan
4 pilar kebangsaan
 
STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)
STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)
STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)
 

Viewers also liked

Makalah kepemimpinan leadership Pdf
Makalah kepemimpinan leadership PdfMakalah kepemimpinan leadership Pdf
Makalah kepemimpinan leadership Pdfifulmoch
 
Power point kepemimpinan
Power point kepemimpinanPower point kepemimpinan
Power point kepemimpinanFirdausJuliani
 
Pengaruh Budaya Asia Terhadap Inovasi Industri - Public Speaking Management E...
Pengaruh Budaya Asia Terhadap Inovasi Industri - Public Speaking Management E...Pengaruh Budaya Asia Terhadap Inovasi Industri - Public Speaking Management E...
Pengaruh Budaya Asia Terhadap Inovasi Industri - Public Speaking Management E...ardesgoenawan
 
Kepemimpinan presentasi budaya dan pemimpin
Kepemimpinan presentasi budaya dan pemimpinKepemimpinan presentasi budaya dan pemimpin
Kepemimpinan presentasi budaya dan pemimpinHARISA MARDIANA
 
Bab ii kepemimpinan
Bab ii kepemimpinanBab ii kepemimpinan
Bab ii kepemimpinankangklinsman
 
Ppt.b1.3 kepemimpinan pembelajaran
Ppt.b1.3 kepemimpinan pembelajaranPpt.b1.3 kepemimpinan pembelajaran
Ppt.b1.3 kepemimpinan pembelajaranYgrex Thebygdanns
 
Leadership
LeadershipLeadership
LeadershipHer Di
 
kepemimpian situasional
kepemimpian situasionalkepemimpian situasional
kepemimpian situasionalSomewhere
 
Sejarah Perkembangan Tasawuf Abad 19 di Indonesia (Makalah)
Sejarah Perkembangan Tasawuf Abad 19 di Indonesia (Makalah)Sejarah Perkembangan Tasawuf Abad 19 di Indonesia (Makalah)
Sejarah Perkembangan Tasawuf Abad 19 di Indonesia (Makalah)RoyNal Rois Al-Khalim
 
Optimalisasi Otonomi Daerah guna Mewujudkan Keamanan dan Kesejahteraan Masyar...
Optimalisasi Otonomi Daerah guna Mewujudkan Keamanan dan Kesejahteraan Masyar...Optimalisasi Otonomi Daerah guna Mewujudkan Keamanan dan Kesejahteraan Masyar...
Optimalisasi Otonomi Daerah guna Mewujudkan Keamanan dan Kesejahteraan Masyar...Dadang Solihin
 
Teori Manajemen Kepemimpinan
Teori Manajemen KepemimpinanTeori Manajemen Kepemimpinan
Teori Manajemen KepemimpinanHaedar Akib
 
Teori Kepemimpinan dan Karakteristik Pemimpin yang Efektif
Teori Kepemimpinan dan Karakteristik Pemimpin yang EfektifTeori Kepemimpinan dan Karakteristik Pemimpin yang Efektif
Teori Kepemimpinan dan Karakteristik Pemimpin yang EfektifUniversitas Pendidikan Indonesia
 
Makalah batas wilayah laut indonesia
Makalah batas wilayah laut indonesiaMakalah batas wilayah laut indonesia
Makalah batas wilayah laut indonesiaahmad akhyar
 
KEPIMPINAN
KEPIMPINANKEPIMPINAN
KEPIMPINANImsamad
 
Overview - Political economy of agricultural policy processes in Africa
Overview - Political economy of agricultural policy processes in AfricaOverview - Political economy of agricultural policy processes in Africa
Overview - Political economy of agricultural policy processes in Africafutureagricultures
 

Viewers also liked (20)

Makalah kepemimpinan leadership Pdf
Makalah kepemimpinan leadership PdfMakalah kepemimpinan leadership Pdf
Makalah kepemimpinan leadership Pdf
 
Power point kepemimpinan
Power point kepemimpinanPower point kepemimpinan
Power point kepemimpinan
 
Pengaruh Budaya Asia Terhadap Inovasi Industri - Public Speaking Management E...
Pengaruh Budaya Asia Terhadap Inovasi Industri - Public Speaking Management E...Pengaruh Budaya Asia Terhadap Inovasi Industri - Public Speaking Management E...
Pengaruh Budaya Asia Terhadap Inovasi Industri - Public Speaking Management E...
 
Kepemimpinan presentasi budaya dan pemimpin
Kepemimpinan presentasi budaya dan pemimpinKepemimpinan presentasi budaya dan pemimpin
Kepemimpinan presentasi budaya dan pemimpin
 
Bab ii kepemimpinan
Bab ii kepemimpinanBab ii kepemimpinan
Bab ii kepemimpinan
 
Ppt.b1.3 kepemimpinan pembelajaran
Ppt.b1.3 kepemimpinan pembelajaranPpt.b1.3 kepemimpinan pembelajaran
Ppt.b1.3 kepemimpinan pembelajaran
 
Leadership
LeadershipLeadership
Leadership
 
kepemimpian situasional
kepemimpian situasionalkepemimpian situasional
kepemimpian situasional
 
Sejarah Perkembangan Tasawuf Abad 19 di Indonesia (Makalah)
Sejarah Perkembangan Tasawuf Abad 19 di Indonesia (Makalah)Sejarah Perkembangan Tasawuf Abad 19 di Indonesia (Makalah)
Sejarah Perkembangan Tasawuf Abad 19 di Indonesia (Makalah)
 
Optimalisasi Otonomi Daerah guna Mewujudkan Keamanan dan Kesejahteraan Masyar...
Optimalisasi Otonomi Daerah guna Mewujudkan Keamanan dan Kesejahteraan Masyar...Optimalisasi Otonomi Daerah guna Mewujudkan Keamanan dan Kesejahteraan Masyar...
Optimalisasi Otonomi Daerah guna Mewujudkan Keamanan dan Kesejahteraan Masyar...
 
Teori Manajemen Kepemimpinan
Teori Manajemen KepemimpinanTeori Manajemen Kepemimpinan
Teori Manajemen Kepemimpinan
 
Kepemimpinan
KepemimpinanKepemimpinan
Kepemimpinan
 
MAKALAH KEPEMIMPINAN " LP3I "
MAKALAH KEPEMIMPINAN " LP3I "MAKALAH KEPEMIMPINAN " LP3I "
MAKALAH KEPEMIMPINAN " LP3I "
 
Kepemimpinan
KepemimpinanKepemimpinan
Kepemimpinan
 
Teori Kepemimpinan dan Karakteristik Pemimpin yang Efektif
Teori Kepemimpinan dan Karakteristik Pemimpin yang EfektifTeori Kepemimpinan dan Karakteristik Pemimpin yang Efektif
Teori Kepemimpinan dan Karakteristik Pemimpin yang Efektif
 
Makalah batas wilayah laut indonesia
Makalah batas wilayah laut indonesiaMakalah batas wilayah laut indonesia
Makalah batas wilayah laut indonesia
 
KEPIMPINAN
KEPIMPINANKEPIMPINAN
KEPIMPINAN
 
PENGENALAN KEPIMPINAN
PENGENALAN KEPIMPINANPENGENALAN KEPIMPINAN
PENGENALAN KEPIMPINAN
 
Gaya Kepemimpinan
Gaya KepemimpinanGaya Kepemimpinan
Gaya Kepemimpinan
 
Overview - Political economy of agricultural policy processes in Africa
Overview - Political economy of agricultural policy processes in AfricaOverview - Political economy of agricultural policy processes in Africa
Overview - Political economy of agricultural policy processes in Africa
 

Similar to OPTIMALISASI KEPEMIMPINAN

Similar to OPTIMALISASI KEPEMIMPINAN (20)

Kepemimpinan dalam organisasi
Kepemimpinan dalam organisasiKepemimpinan dalam organisasi
Kepemimpinan dalam organisasi
 
Ohio Leadership style (Kepemimpinan Kepala Sekolah)
Ohio Leadership style (Kepemimpinan Kepala Sekolah)Ohio Leadership style (Kepemimpinan Kepala Sekolah)
Ohio Leadership style (Kepemimpinan Kepala Sekolah)
 
Kepemimpinan
KepemimpinanKepemimpinan
Kepemimpinan
 
makalah kepemimpinan
makalah kepemimpinanmakalah kepemimpinan
makalah kepemimpinan
 
Leadership
LeadershipLeadership
Leadership
 
Kepemimpinan Berkualiti Dalam Pendidikan
Kepemimpinan Berkualiti Dalam PendidikanKepemimpinan Berkualiti Dalam Pendidikan
Kepemimpinan Berkualiti Dalam Pendidikan
 
Kepemimpinan pendidikan
Kepemimpinan pendidikanKepemimpinan pendidikan
Kepemimpinan pendidikan
 
Soalan 2
Soalan 2Soalan 2
Soalan 2
 
Bang pim pertemuan 3 2016 2017
Bang pim pertemuan 3 2016 2017Bang pim pertemuan 3 2016 2017
Bang pim pertemuan 3 2016 2017
 
kepimpinan
kepimpinankepimpinan
kepimpinan
 
Kepemimpinan transformasional
Kepemimpinan transformasionalKepemimpinan transformasional
Kepemimpinan transformasional
 
Makalah kepemimpinan
Makalah kepemimpinanMakalah kepemimpinan
Makalah kepemimpinan
 
3 kepemimpinan
3 kepemimpinan3 kepemimpinan
3 kepemimpinan
 
Leadershipkepemimpinan
LeadershipkepemimpinanLeadershipkepemimpinan
Leadershipkepemimpinan
 
Bab3 pd
Bab3 pdBab3 pd
Bab3 pd
 
Strategi Pemimpinan
Strategi PemimpinanStrategi Pemimpinan
Strategi Pemimpinan
 
Makalah manajemen kepemimpinan
Makalah manajemen kepemimpinanMakalah manajemen kepemimpinan
Makalah manajemen kepemimpinan
 
Makalah manajemen kepemimpinan (2)
Makalah manajemen kepemimpinan (2)Makalah manajemen kepemimpinan (2)
Makalah manajemen kepemimpinan (2)
 
Bab i(1)
Bab i(1)Bab i(1)
Bab i(1)
 
Mohammad sofa permadi(1961019) kp1 2019
Mohammad sofa permadi(1961019) kp1 2019Mohammad sofa permadi(1961019) kp1 2019
Mohammad sofa permadi(1961019) kp1 2019
 

More from Sariana Csg

Lelaki Bercelana Hijau
Lelaki Bercelana HijauLelaki Bercelana Hijau
Lelaki Bercelana HijauSariana Csg
 
Lelaki Bercelana Hijau
Lelaki Bercelana HijauLelaki Bercelana Hijau
Lelaki Bercelana HijauSariana Csg
 
Bait-Bait Rindu di Idul Fitri
Bait-Bait Rindu di Idul FitriBait-Bait Rindu di Idul Fitri
Bait-Bait Rindu di Idul FitriSariana Csg
 
Analisis Kasus Kecelakaan Kerja-Pria Terkubur Hidup-Hidup Tanah Galian RS Sil...
Analisis Kasus Kecelakaan Kerja-Pria Terkubur Hidup-Hidup Tanah Galian RS Sil...Analisis Kasus Kecelakaan Kerja-Pria Terkubur Hidup-Hidup Tanah Galian RS Sil...
Analisis Kasus Kecelakaan Kerja-Pria Terkubur Hidup-Hidup Tanah Galian RS Sil...Sariana Csg
 
Makalah Pencemaran Makanan pada Produk Kecap
Makalah Pencemaran Makanan pada Produk KecapMakalah Pencemaran Makanan pada Produk Kecap
Makalah Pencemaran Makanan pada Produk KecapSariana Csg
 
Makalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak Sekolahan
Makalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak SekolahanMakalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak Sekolahan
Makalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak SekolahanSariana Csg
 
Regulasi Rumah Sakit
Regulasi Rumah SakitRegulasi Rumah Sakit
Regulasi Rumah SakitSariana Csg
 
Konsep Sehat dan Sakit dalam Epidemiologi Kesehatan
Konsep Sehat dan Sakit dalam Epidemiologi KesehatanKonsep Sehat dan Sakit dalam Epidemiologi Kesehatan
Konsep Sehat dan Sakit dalam Epidemiologi KesehatanSariana Csg
 
Pengantar Epidemiologi
Pengantar EpidemiologiPengantar Epidemiologi
Pengantar EpidemiologiSariana Csg
 
Mengenal Asuransi BUPA Internasional
Mengenal Asuransi BUPA InternasionalMengenal Asuransi BUPA Internasional
Mengenal Asuransi BUPA InternasionalSariana Csg
 
Riuh Riak Telagaku-Sebuah Puisi
Riuh Riak Telagaku-Sebuah PuisiRiuh Riak Telagaku-Sebuah Puisi
Riuh Riak Telagaku-Sebuah PuisiSariana Csg
 
Makalah Faktor Biologi Penyakit Akibat Kerja
Makalah Faktor Biologi Penyakit Akibat KerjaMakalah Faktor Biologi Penyakit Akibat Kerja
Makalah Faktor Biologi Penyakit Akibat KerjaSariana Csg
 
Olahan Lebah sebagai Pengobatan Alternatif-Sebuah Makalah
Olahan Lebah sebagai Pengobatan Alternatif-Sebuah MakalahOlahan Lebah sebagai Pengobatan Alternatif-Sebuah Makalah
Olahan Lebah sebagai Pengobatan Alternatif-Sebuah MakalahSariana Csg
 
Pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja petugas kesehatan penelitian fiktifku ^^
Pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja petugas kesehatan penelitian fiktifku ^^Pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja petugas kesehatan penelitian fiktifku ^^
Pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja petugas kesehatan penelitian fiktifku ^^Sariana Csg
 
Booklet Epidemiologi pada Lansia
Booklet Epidemiologi pada  LansiaBooklet Epidemiologi pada  Lansia
Booklet Epidemiologi pada LansiaSariana Csg
 
Hati yang Menanti
Hati yang MenantiHati yang Menanti
Hati yang MenantiSariana Csg
 
Analisis Kecelakaan Berdasarkan Accident Theories-Tugas KesKer-FKMUNSRI 2011
Analisis Kecelakaan Berdasarkan Accident Theories-Tugas KesKer-FKMUNSRI 2011Analisis Kecelakaan Berdasarkan Accident Theories-Tugas KesKer-FKMUNSRI 2011
Analisis Kecelakaan Berdasarkan Accident Theories-Tugas KesKer-FKMUNSRI 2011Sariana Csg
 
FIRE SAFETY-Lecture Material-Public Health Sriwijaya University 2011
FIRE SAFETY-Lecture Material-Public Health Sriwijaya University 2011FIRE SAFETY-Lecture Material-Public Health Sriwijaya University 2011
FIRE SAFETY-Lecture Material-Public Health Sriwijaya University 2011Sariana Csg
 

More from Sariana Csg (20)

Lelaki Bercelana Hijau
Lelaki Bercelana HijauLelaki Bercelana Hijau
Lelaki Bercelana Hijau
 
Lelaki Bercelana Hijau
Lelaki Bercelana HijauLelaki Bercelana Hijau
Lelaki Bercelana Hijau
 
Di tengah
Di tengahDi tengah
Di tengah
 
Bait-Bait Rindu di Idul Fitri
Bait-Bait Rindu di Idul FitriBait-Bait Rindu di Idul Fitri
Bait-Bait Rindu di Idul Fitri
 
Analisis Kasus Kecelakaan Kerja-Pria Terkubur Hidup-Hidup Tanah Galian RS Sil...
Analisis Kasus Kecelakaan Kerja-Pria Terkubur Hidup-Hidup Tanah Galian RS Sil...Analisis Kasus Kecelakaan Kerja-Pria Terkubur Hidup-Hidup Tanah Galian RS Sil...
Analisis Kasus Kecelakaan Kerja-Pria Terkubur Hidup-Hidup Tanah Galian RS Sil...
 
Makalah Pencemaran Makanan pada Produk Kecap
Makalah Pencemaran Makanan pada Produk KecapMakalah Pencemaran Makanan pada Produk Kecap
Makalah Pencemaran Makanan pada Produk Kecap
 
Makalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak Sekolahan
Makalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak SekolahanMakalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak Sekolahan
Makalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak Sekolahan
 
Regulasi Rumah Sakit
Regulasi Rumah SakitRegulasi Rumah Sakit
Regulasi Rumah Sakit
 
Konsep Sehat dan Sakit dalam Epidemiologi Kesehatan
Konsep Sehat dan Sakit dalam Epidemiologi KesehatanKonsep Sehat dan Sakit dalam Epidemiologi Kesehatan
Konsep Sehat dan Sakit dalam Epidemiologi Kesehatan
 
Pengantar Epidemiologi
Pengantar EpidemiologiPengantar Epidemiologi
Pengantar Epidemiologi
 
Mengenal Asuransi BUPA Internasional
Mengenal Asuransi BUPA InternasionalMengenal Asuransi BUPA Internasional
Mengenal Asuransi BUPA Internasional
 
Riuh Riak Telagaku-Sebuah Puisi
Riuh Riak Telagaku-Sebuah PuisiRiuh Riak Telagaku-Sebuah Puisi
Riuh Riak Telagaku-Sebuah Puisi
 
Makalah Faktor Biologi Penyakit Akibat Kerja
Makalah Faktor Biologi Penyakit Akibat KerjaMakalah Faktor Biologi Penyakit Akibat Kerja
Makalah Faktor Biologi Penyakit Akibat Kerja
 
Olahan Lebah sebagai Pengobatan Alternatif-Sebuah Makalah
Olahan Lebah sebagai Pengobatan Alternatif-Sebuah MakalahOlahan Lebah sebagai Pengobatan Alternatif-Sebuah Makalah
Olahan Lebah sebagai Pengobatan Alternatif-Sebuah Makalah
 
Pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja petugas kesehatan penelitian fiktifku ^^
Pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja petugas kesehatan penelitian fiktifku ^^Pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja petugas kesehatan penelitian fiktifku ^^
Pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja petugas kesehatan penelitian fiktifku ^^
 
Booklet Epidemiologi pada Lansia
Booklet Epidemiologi pada  LansiaBooklet Epidemiologi pada  Lansia
Booklet Epidemiologi pada Lansia
 
TINTA HATI
TINTA HATITINTA HATI
TINTA HATI
 
Hati yang Menanti
Hati yang MenantiHati yang Menanti
Hati yang Menanti
 
Analisis Kecelakaan Berdasarkan Accident Theories-Tugas KesKer-FKMUNSRI 2011
Analisis Kecelakaan Berdasarkan Accident Theories-Tugas KesKer-FKMUNSRI 2011Analisis Kecelakaan Berdasarkan Accident Theories-Tugas KesKer-FKMUNSRI 2011
Analisis Kecelakaan Berdasarkan Accident Theories-Tugas KesKer-FKMUNSRI 2011
 
FIRE SAFETY-Lecture Material-Public Health Sriwijaya University 2011
FIRE SAFETY-Lecture Material-Public Health Sriwijaya University 2011FIRE SAFETY-Lecture Material-Public Health Sriwijaya University 2011
FIRE SAFETY-Lecture Material-Public Health Sriwijaya University 2011
 

Recently uploaded

Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptYanseBetnaArte
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 

Recently uploaded (20)

Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 

OPTIMALISASI KEPEMIMPINAN

  • 1. I. PENDAHULUAN Sebagaimana yang telah termaktub dalam Surat Al Baqarah ayat 30, yang artinya: “Ingatlah ketika Tuhan-mu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah (pemimpin) di muka Bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak manjadikan (khalifah/pemimpin) di Bumi itu orang yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. Al-Baqarah:30) Allah SWT. telah menjelaskan bahwa Dia menciptakan manusia untuk menjadikannya pemimpin di Bumi. Dan itu artinya setiap manusia yang terlahir di Bumi ialah pemimpin. Membahas mengenai tugas kita sebagai pemimpin di Bumi, tidak dapat terlepas dari bahasan mengenai kepemimpinan. Maka dari itu, kita perlu mengupas dan mengetahui hal-hal seputar kepemimpinan, tentunya agar kita semakin memahami serta dapat menjalankan dengan baik tugas dan peranan kita di Bumi. II. PEMBAHASAN II.1 Pengertian Kepemimpinan Menurut Sarros dan Butchatsky (1996), kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi. Sedangkan menurut . Menurut Ordway Tead, Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki seseorang sehingga orang tersebut memiliki kemampuan untuk mendorong orang lain bersedia dan dapat menyelesaikan tugas tertentu yang dipercayakan kepadanya. Menurut Stogdil ,Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas seseorang atas sekelompok seseorang untuk mau berbuat dan mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Page | 1
  • 2. Secara Umum, kepemimpinan dapat diartikan sebagai suatu situasi di mana seseorang karena sifat-sifat dan perilaku yang dimilikinya mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain guna berpikir bersikap dan ataupun berbuat sesuai yang diinginkan. Unsur-unsur Kepemimpinan 1. Adanya Pemimpin. Unsur pertama dari kepemimpinan adalah adanya pemimpin yakni seseorang yang mendorong atau mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang lain, sehingga tercipta hubungan kerja yang serasi dan menguntungkan untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 2. Adanya Pengikut. Unsur kedua dari kepemimpinan adalah adanya pengikut yakni seseorang atau sekelompok yang mendapat dorongan atau pengaruh sehingga bersedia dan dapat melakukan berbagai aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 3. Adanya Sifat atau perilaku Tertentu. Unsur ketiga dari kepemimpinan adalah adanya sifat ataupun perilkau tertentu yang dimiliki oleh pemimpin yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong dan mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang. 4. Adanya situasi dan Kondisi Tertentu. Unsur keempat dari kepemimpinan adalah adanya situasi dan kondisi tertentu yang memungkinkan terlaksananya kepemimpinan .Situasi dan kondisi yang dimakasud dibedakan dua macam.Pertama,situasi dan kondisi yang terdapat didalam organisasi.Kedua,situasi dan kondisi diluar organisasi yakni lingkungan secara keseluruhan. II.2 Proses Kepemimpinan Secara singkat, proses kepemimpinan dapat diartikan sebagai cara yang digunakan oleh seorang pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi. Pemimpin disini dapat menggunakan pengaruhnya untuk memperjelas tujuan dari organisasi, memotivasi bawahan atau orang Page | 2
  • 3. yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan organisai, dan membantu menciptakan budaya yang produktif dalam organisasi. Menurut Wahjosumidjo (1984), kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi, sebab keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat bergantung kepada kewibawaan, dan juga pemimpin itu di dalam menciptakan motivasi di dalam diri setiap orang bawahan, kolega maupun atasan pemimpin itu sendiri. Dalam proses kepemimpinan, motivasi adalah hal yang penting karena seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain tanpa menggunakan kekuatan sehingga orang- orang yang dipimpinnya menerima dirinya sebagai orang yang layak untuk memimpin mereka. Dalam teori jalur tujuan (Path Goal Theory) yang dikembangkan oleh Robert House (1971, dalam Kreitner dan Kinicki, 2005 dalam Nurjanah, 2008) menyatakan bahwa pemimpin mendorong kinerja yang lebih tinggi dengan cara memberikan kegiatan-kegiatan yang mempengaruhi bawahannya agar percaya bahwa hasil yang berharga bisa dicapai dengan usaha yang serius. Kepemimpinan yang berlaku secara universal menghasilkan tingkat kinerja dan kepuasan bawahan yang tinggi. Dalam situasi yang berbeda mensyaratkan gaya kepemimpinan yaitu karakteristik personal dan kekuatan lingkungan. Teori ini juga menggambarkan bagaimana persepsi harapan dipengaruhi oleh hubungan kontijensi diantara empat gaya kepemimpinan dan berbagai sikap dan perilaku karyawan. Perilaku pemimpin memberikan motivasi sampai tingkat mengurangi halangan jalan yang mengganggu pencapaian tujuan, memberikan panduan dan dukungan yang dibutuhkan oleh para karyawan, dan mengaitkan penghargaan yang berarti terhadap pencapaian tujuan. Selain itu House percaya bahwa pemimpin dapat menunjukkan lebih dari satu gaya kepemimpinan, da n mengidentifikasikan empat gaya kepemimpinan, yaitu kepemimpinan yang mengarahkan/pengasuh (direktif), kepemimpinan yang mendukung Page | 3
  • 4. (supportive), kepemimpinan partisipatif, dan kepemimpinan yang berorientasi pada pencapaian (prestasi). Dengan mempergunakan salah satu dari empat gaya di atas, pemimpin berusaha mempengaruhi persepsi bawahannya dan memotivasinya, dengan cara mengarahkan mereka pada kejelasan tugas-tugasnya, pencapaian tujuan, kepuasan kerja, dan pelaksanaan kerja yang efektif. (Nurjanah, 2008) Sumber : Nurjanah, 2008 Menurut Robbins (2009, p. 332) yang diterjemahkan oleh Pujaatmaka dan Iskandarsyah, proses kepemimpinan terdiri dari beberapa tahapan yang dapat digambarkan sebagai berikut : Page | 4
  • 5. Gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Munculnya proses kepemimpinan tergantung dari pemimpin, kelompok, dan situasi. Artinya bahwa jenis gaya kepemimpinan dapat dilihat dari perilaku, ketrampilan, pengetahuan atasan, dan nilai-nilai. 2. Dengan adanya gaya kepemimpinan tersebut, karyawan akan menilai apakah gaya kepemimpinan yang diterapkan sesuai dengan keinginan karyawan (norma dan nilai, kepaduan, keterikatan pada tujuan dan harapan kelompok) dan situasi (nilai organisasi, teknologi tuntutan, dan variasi tugas). 3. Jika gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh atasan sesuai dengan harapan karyawan dan situasi, akan menghasilkan prestasi dan kepuasan kerja yang baik. Sebaliknya, jika gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh atasan tidak sesuai dengan harapan bawahan, akan menghasilkan prestasi kerja yang jelek dan ketidakpuasan kerja. Page | 5
  • 6. II.3 Gaya Kepemimpinan Bahasan ini hanya akan dibatasi pada gaya kepemimpinan yang mempunyai perbedaan yang begitu menonjol, untuk menarik sebuah tolak ukur dalam penerapan gaya kepemimpinan yang efektif. 1. Otokratik Seorang pemimpin yang otokratik memiliki serangkaian karakteristik yang dapat dipandang sebagai karakteristik negatif. Dilihat dari segi persepsinya, seorang pemimpin yang otokratik adalah seorang yang sangat egois. Dengan egoisme yang besar, seorang pemimpin yang otokratik melihat peranannya sebagai sumber segala sesuatu dalam kehidupan organisasional seperti kekuasaan yang tidak perlu dibagi dengan orang lain dalam organisasi, ketergantungan total para anggota organisasi mengenai nasib masing- masing dan lain sebagainya. Seorang pemimpin yang otokratik cenderung menganut nilai organisasional yang berkisar pada pembenaran segala cara yang ditempuh untuk pencapaian tujuannya. Sesuatu tindakan akan dinilainya benar apabila tindakan itu mempermudah tercapainya tujuan dan semua tindakan yang menjadi penghalang akan dipandangnya sebagai sesuatu yang tidak baik dan dengan demikian akan disingkirkannya, apabila perlu dengan tindakan kekerasan. 2. Demokratik Karateristik :  Kemampuan memperlakukan organisasi sebagai suatu totalitas. Dalam hal ini sistem kepemimpinannya dilakukan dalam bentuk pembagian peranan yang proporsional dalam tingkat perencanaan dan lapangan aplikasi.  Mempunyai persepsi yang holistik mengenai organisasi yang dipimpinnya.  Menggunakan pendekatan yang integralistik dalam pelaksanaan fungsi-fungsi kepemimpinannya. Page | 6
  • 7. Konsep kepemimpinannya selalu diusahakan kearah penyatuan atau menjadi bagian dari keinginan mayoritas komunitasnya.  Menempatkan kepentingan organisasi sebagai keseluruhan di atas kepentingan diri sendiri atau kepentingan kelompok tertentu dalam organisasi.  Menganut filsafat manajemen yang mengakui dan menjunjung tinggi harkat dan martabat para bawahannya sebagai makhluk politik, makhluk ekonomi, makhluk sosial dan sebagai individu yang mempunyai jati diri yang khas.  Sejauh mungkin memberikan kesempatan kepada para bawahannya berperan serta dalam proses pengambilan keputusan, terutama yang menyangkut tugas para bawahan yang bersangkutan.  Terbuka terhadap ide, pandangan dan saran orang-orang lain termasuk para bawahannya.  Bersifat rasional dan obyektif dalam menghadapi bawahan terutama dalam menilai perilaku dan prestasi kerja orang lain.  Selalu berusaha menumbuhkan dan memelihara iklim kerja yang kondusif bagi inovasi dan kreativitas bawahan. Berdasarkan karakteristik di atas, secara teoritikal dan holistik dari suatu kepemimpinan maka gaya kepemimpinan demokratik adalah gaya kepemimpinan yang ideal. Tapi sayangnya, kenyataan menunjukkan bahwa situasi ideal dalam kehidupan organisasional tidak akan pernah terwujud. Secara taktis, gaya kepemimpinan demokratik sangat sulit untuk mencapai ukuran kesuksesan. 3. Situasional (Contigency Theory) Memperhitungkan faktor kondisi, waktu dan ruang yang turut berperan dalam penentuan gaya kepemimpinan yang paling tepat. Efektivitas seseorang sangat tergantung pada kemampuannya “membaca” situasi yang dihadapinya dan menyesuaikan gayanya dengan situasi tersebut sedemikian rupa sehingga ia efektif menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinannya. Page | 7
  • 8. Sejarah memberikan banyak bukti tentang pimpinan negara yang otokratik akhirnya “mengalah” kepada tuntutan rakyat. Dalam teori Situasional, seorang pemimpin yang otokratik dapat mempertahankan keberlangsungan kepemimpinannya apabila ia bisa mengubah gaya kepemimpinannya dengan gaya lain, misalnya gaya yang agak demokratik dalam menghadapi situasi-situasi tertentu. Sebaliknya, dalam teori situasional, seorang pemimpin yang demokratik terkadang harus bertindak otoriter (dalam hal ini ia mengubah gayanya menjadi otokratik), misalnya dalam hal mengenakan sanksi terhadap para pelanggar disiplin organisasi, mengoreksi penyelewengan atau sangat didesak oleh situasi krisis. Ciri-ciri ideal dari seorang Pemimpin 1. Pengetahuan umum yang luas Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam hirarki kepemimpinan organisasi, ia semakin dituntut untuk mampu berpikir dan bertindak sebagai seorang generalis 2. Kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang a) Mampu merubah wawasan yang tadinya sempit dan spesialistik menjadi wawasan yang luas dan generalistik b) Sikap mental dan perilaku yang tadinya berorientasi kepada hal- hal yang teknis operasional menjadi sikap dan perilaku yang berorientasi kepada hal-hal yang sifatnya strategik c) Persepsi peranan yang semula mungkin bersifat mekanistik berubah menjadi persepsi yang didasarkan pada pentingnya “human skill”. 3. Sifat inkuisitif (Rasa ingin tahu) a) Tidak merasa puas dengan tingkat pengetahuan yang telah dimiliki b) Kemauan dan keinginan untuk mencari dan menemukan hal-hal baru. Page | 8
  • 9. 4. Kemampuan analitik Efektivitas kepemimpinan seseorang tidak lagi terletak pada kemampuannya untuk melaksanakan kegiatan yang bersifat teknis operasional, melainkan pada kemampuannya untuk berfikir. Cara dan kemampuan berpikir yang diperlukan adalah yang integralistik, strategik dan berorientasi pada pemecahan masalah. Ketiga cara berfikir demikian memerlukan kemampuan analitik yang tinggi. 5. Daya ingat yang kuat Seorang pemimpin tidaklah mesti seorang yang jenius, tetapi kemampuan intelektualnya – seperti daya ingat kognitif dan penalarannya – haruslah berada diatas rata-rata dari orang-orang yang dipimpinnya. Salah satu bentuk kemampuan intelektual tersebut adalah daya ingat yang kuat. Salah satu manifestasi daya ingat yang kuat itu adalah kemampuan “mengangkat” kembali informasi yang tersimpan di bawah sadar ke permukaan untuk kemudian digunakan untuk suatu kepentingan tertentu. 6. Kapasitas integratif Suatu organisasi modern yang kompleks hanya akan mencapai tujuannya dengan tingkat efisiensi, efektivitas dan produktivitas yang tinggi apabila organisasi tersebut dikelola dengan pendekatan kesisteman. Mengelola suatu organisasi dengan pendekatan kesisteman pada dasarnya berarti bahwa satuan-satuan kerja dalam organisasi merupakan sub sistem dari satu totalitas meskipun tiap-tiap satuan kerja mempunyai fungsi, tanggung jawab dan kegiatan yang bersifat khas. Kesemuanya harus merupakan bagian dari fungsi, tanggung jawab dan kegiatan organisasi sebagai keseluruhan dalam rangka pengembanan misinya. Guna menjamin bergeraknya organisasi sebagai suatu totalitas-lah peranan pemimpin selaku integrator menjadi sangat penting, karena hanya seorang pemimpin yang mempunyai pandangan holistik mengenai organisasi, sedangkan para pelaksana kegiatan operasional akan memiliki pandangan yang parsial dan bahkan mungkin sangat bersifat mikro. Page | 9
  • 10. 7. Keterampilan berkomunikasi secara efektif Dalam kehidupan organisasional terdapat empat jenis fungsi komunikasi, yaitu: fungsi motivasi, fungsi ekspresi emosi, fungsi penyampaian informasi dan fungsi pengawasan. 8. Keterampilan mendidik Disenangi atau tidak, setiap pejabat pemimpin adalah seorang pendidik. Mendidik disini diartikan secara luas, tidak terbatas pada cara-cara mendidik yang ditempuh secara formal. Kalau seorang pimpinan menunjukkan sikap dan perilaku yang pantas ditiru oleh orang lain atau mampu memberikan nasehat kepada bawahannya untuk memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapinya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok tertentu dalam organisasi, maka ia pun telah menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik. 9. Rasionalitas (kemampuan berfikir dan bertindak secara rasional) Hanya bertindak setelah dipikirkan secara matang dampak dari tindakan yang akan dilakukannya. 10. Objektivitas Hal ini lebih menekankan pada pentingnya sikap adil dalam hal perlakuan dan penghargaan (meritokrasi), serta memposisikan diri pada “area abu-abu” ketika mengadili atau menyelesaikan sengketa antar anggota. Selain itu juga dapat berupa penilaian terhadap situasi dan kondisi sesuai dengan apa adanya, tanpa unsur pribadi atau memihak. II.4 Kepemimpinan Dua Dimensi Penemuaan Klasik tentang Kepemimpinan: Penemuan Ohio (Teori Kepemimpinan Dua Dimensi) Pada tahun 1945, Biro Penelitian Bisnis dari Universitas Negeri Ohio melakukan serangkaian penemuan dalam bidang kpemimpinan. Suatu tim riset interdisipliner mulai dari ahli psikologi, sosiologi, dan ekonomi mengembangkan dan mempergunakan kuisioner Deskripsi Perilaku Pemimpin (the Leader Behavior Page | 10
  • 11. Description Questionnaire LBDQ),untuk menganalisis kepemimpinan dalam berbagai tipe kelompok dan situasi.(Thoha, 1983) Penelitian ini dilakukan atas beberapa komandan Angkatan Udara dan anggota-anggota pasukan pengebom (bpmbers crew), pejabat-pejabat sipil Angkatan Laut, pengawas-pengawas dalam pabrik, administrator-administrator perguruan tinggi, guru, kepala sekolah, pengawas-pengawas sekolah, pemimpin-pemimpin gerakan mahasiswa, dan kelompok-kelompok sipil lainnya. Penelitian Ohio memulai dengan premis bahwa tidak ada kepuasan atas rumusan atau definisi kepemimpinan yang ada. Mereka juga mengetahui bahwa hasil kerja terdahulu darinya adalah terlalu banyak berasumsi bahwa “Kepemimpinan” itu selalu diartikan sama dengan “kepemimpinan yang baik”. Tim peneliti Ohio telah menetapkan mempelajari kepemimpinan dengan tidak memperdulikan rumusan-rumusan yang ada atau apakah hal tersebut efektif atau tidak efektif. Dalam langkah awal LBDQ dikelola dalam suatu situasi yang beraneka. Agar dapat mengamati bagaimana pemimpin bias dirumuskan, maka jawaban-jawaban atas kuisioner kemudian diartikan sebagai faktor yang dianalisis. LBDQ adalah sebuah instrument yang dirancang untuk menjelaskan bagaimana seorang pemim[in menjalankan aktivitas-aktivitasnya. Staf peneliti dari tim Ohio ini merumuskan kepemimpinan itu sebagai suatu perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu group kea rah pencapaian tujuan tertemtu. Dalamhal ini pemimpin mempunyai deskripsi perilaku atas dua dimensi yakni struktur pembuatan inisiatif (initiating structure) dan perhatian (consideration). Struktur pembuatan inisiatif ini menunjukkan kepada perilaku pemimpin di dalam menentukan hubungan kerja antara Page | 11
  • 12. dirinya dengan yang dipimin, dan usahanya di dalam menciptakan pola organisasi, saluran komunikasi, dan prosedur kerja yang jelas. Adapun perilaku perhatian (consideration) menggambarkan perilaku pemimpin yang menunjukkan kesetiakawanan, bersahaabat, saling mempercayai, dan kehangatan di dalam hubungan kerja antara pemimpin dan anggota stafnya. Kedua perilaku inilah yang ingin digali dan diteliti oleh peneliti Universitas Ohio ini. Dalam kuesinor (LBDQ) tediri dari 15 item yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai struktur inisiatif, dan 15 item yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai struktur inisiatif, dan 15 item yang berisi pertanyaan mengenai perhatian. Responden diminta menilai frekuensi pemimpinnya di dalam melakukan setiap bentuk perilaku struktur inisiatif dan perhatian dengan cara memilih salah satu dari lima deskripsi sebagai berikut: selalu, seringkali, sewaktu- waktu, jarang, dan tidak pernah. Dengan demikian struktur ninisiatif dan perhatian merupakan dimensi-dimensi dari perilaku yang diamati dan diketahui oleh pihak lain. Contoh item-item yang dipergunakan dalam pertanyaan dapat dilihat pada tabel berikut. Perhatian Struktur Pembuatan Inisiatif Pemimpin mempunyai aktu Pemimpin menugaskan anggota untuk mendengarkan anggota kelompok untuk melaksanakan kelompok. tugas-tugas tertentu. Pemimpin berkemauan untuk Pemimpin meminta anggota melakukan perubahan- kelompok untuk mematuhi perubahan. aturan-aturan yang sudah ditetapkan Pemimpin adalah bersahaabat dan mudah didekati. Pemimpin membiarkan anggota kelompok mengetahui apa yang diharapkan darinya. Page | 12
  • 13. Walaupun penekan utama dalam studi kepemimpinan dari Universitas Ohio ini menemukan bahwa kedua perilaku struktur insiatif dan perhatian tersebut sangat berbeda dan terpisah satu sama lain. Nilai yang tinggi pada suatu dimensi tidaklah mesti diikuti rendahnya nilai dari dimensi yang lain. Perilaku pemimpin dapat pula merupakan kombinasi dari dua dimensi tersebut. Oleh karena itulah selama penelitian kedua dimensi perilaku tersebut dirancang pada sumbu yang terpisah. Empat segi empat itu dikembangkan untuk menunjukkan bermacam-macam kombinasi dari struktur inisiatif (perilaku tegas) dengan perhatian (perilaku hubungan, sebagai yang tergambar dibawah ini). Segi Empat Kepemimpinan dari Universitas Ohio Tinggi Tinggi Perhatian Tinggi Struktur dan Rendah dan Tinggi Struktur Perhatian Perhatian Rendah Struktur Tinggi struktur dan Rendah dan Rendah Perhatian perhatian Rendah Rendah Struktur Tinggi Inisiatif II.5 Jaringan Manajerial (MG) Jaringan Manager adalah model yang diterima luas untuk menggambarkan gaya kepemimpinan pemimpin, dan efeknya pada pengikutnya. Blake dan Mouton menciptakan grid manajerial. Grid Page | 13
  • 14. manajerial terdiri dari dua dimensi: perhatian tentang bisnis dan kepedulian tentang orang-orang. Skala pada manajer jaringan adalah pasar dari 1 sampai 9 untuk kedua dimensi. Manajer dapat dijelaskan oleh kombinasi dari dua dimensi. Hal ini diyakini bahwa (9,9) manajer adalah yang paling efektif. The 9,9) manajer (menunjukkan tingkat kepedulian yang tinggi terhadap bisnis dan tingkat tinggi kepedulian terhadap orang.kombinasi lainnya dari skala memberikan aksen yang lebih pada bisnis atau orang. Hal ini diyakini bahwa orang lebih bersemangat untuk bekerja dengan para pemimpin yang memiliki sikap yang tinggi terhadap bisnis dan sikap tinggi terhadap orang pada saat yang sama. Mereka manajer (9,9) pada Blake dan Mouton Managerial Grid. Jadi pengertian Blake Mouton itu cukup bagus karena pemimpin memang seharusnya seperti itu. II.6 Kepemimpinan Tiga Dimensi (Teori 3-D) Reddin (1967) membuat teori berdasarkan pada kisi tugas manusia yang dikemukakan Blake dan Mounton dengan menambahkan imensi ketiga, yaitu efektivitas. Ketiga dimensi itu didefinisikan sebagai berikut. Orientasi-kerja. Tingkat pengarahan manajer atas usaha bawahan untuk mencapai tujuan. Orientasi-hubungan. Tingkat hubungan pribadi atara manajer dengan bawahan, ditandai oleh adanya saling mempercayai, menghormati gagasan dan memperhatikan perasaan bawahan. Keefektifan. Tingkat persyaratan produksi yang dicapai manajer yang telah ditetapkan. Kisi 3-D menghasilkan delapan gaya manajer atau kepemimpinan. Gambar berikut menunjukkan tiga aspek dari model tersebut dan gaya-gaya yang dihasilkannya. Page | 14
  • 15. Empat gaya termasuk kurang efektif dan empat gaya lainnya dinilai lebih efektif. Hal ini menunjukkan bahwa orientasi-hubungan yang rendah dan orientasi-tugas yang rendah, seperti dikemukakan Blake dan Mounton (kisi1,1) umumnya tidak diinginkan; bias saja gaya ini efektif bila manusia dianggap amat berhati-hati dan bersungguh-sungguh mengikuti peraturan dan prosedur agar dapat menyelesaikan tugas dengan baik. Berikut ini akan disajikan penjelasan singkat mengenai setiap gaya tersebut. Reddin (1967) menerangkan bahwa keempat gaya yang lebih efektif tersebut kurang lebih sama efektifnya, bergantung pada situasi yang dihadapi. Disamping itu, ada saatnya beberapa tugas manajer memerlukan keempat gaya tersebut sekaligus, sedangkan tugas lainnya cenderung hanya memerlukan satu atau dua gaya saja secara konsisten. Page | 15
  • 16. II.7 Kepemimpinan Situasional Kepemimpinan Situasional adalah kepemimpinan yang didasarkan atas hubungan saling mempengaruhi antara; 1. Tingkat bimbingan dan arahan yang diberikan pemimpin (prilaku tugas) 2. Tingkat dukungan sosioemosional yang disajikan pemimpin (prilaku hubungan) 3. Tingkat kesiapan yang diperlihatkan bawahan dalam melaksanakan tugas, fungsi atau tujuan tertentu (kematangan bawahan). Untuk lebih mengerti secara mendalam tentang Kepemimpinan Situasional, perlu bagi kita mempertemukan antara Gaya Page | 16
  • 17. Kepemimpinan dengan Kematangan Pengikut karena pada saat kita berusaha mempengaruhi orang lain, tugas kita adalah: 1. Mendiagnosa tingkat kesiapan bawahan dalam tugas-tugas tertentu. 2. Menunjukkan gaya kepemimpinan yang tepat untuk situasi tersebut. Terdapat 4 gaya kepemimpinan, yaitu: 1. Memberitahukan, Menunjukkan, Memimpin, Menetapkan (TELLING-DIRECTING) 2. Menjual, Menjelaskan, Memperjelas, Membujuk (SELLING- COACHING) 3. Mengikutsertakan, memberi semangat, kerja sama (PARTICIPATING-SUPPORTING) 4. Mendelegasikan, Pengamatan, Mengawasi, Penyelesaian Menurut Hersey, Blanchard dan Natemeyer ada hubungan yang jelas antara level kematangan orang-orang dan atau kelompok dengan jenis sumber kuasa yang memiliki kemungkinan paling tinggi untuk menimbulkan kepatuhan pada orang-orang tersebut. Kepemimpinan situational memAndang kematangan sebagai kemampuan dan kemauan orang-orang atau kelompok untuk memikul tanggungjawab mengarahkan perilaku mereka sendiri dalam situasi tertentu. Maka, perlu ditekankan kembali bahwa kematangan merupakan konsep yang berkaitan dengan tugas tertentu dan bergantung pada hal-hal yang ingin dicapai pemimpin. Menurut Paul Hersey dan Ken. Blanchard, seorang pemimpin harus memahami kematangan bawahannya sehingga dia akan tidak salah dalam menerapkan gaya kepemimpinan. Tingkat kematangan yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Tingkat kematangan M1 (Tidak mampu dan tidak ingin) maka gaya kepemimpinan yang diterapkan pemimpin untuk memimpin bawahan seperti ini adalah Gaya Telling (G1), yaitu dengan memberitahukan, menunjukkan, mengistruksikan secara spesifik. 2. Tingkat kematangan M2 (tidak mampu tetapi mau), untuk menghadapi bawahan seperti ini maka gaya yang diterapkan adalah Page | 17
  • 18. Gaya Selling/Coaching, yaitu dengan Menjual, Menjelaskan, Memperjelas, Membujuk. 3. Tingkat kematangan M3 (mampu tetapi tidak mau/ragu-ragu) maka gaya pemimpin yang tepat untuk bawahan seperti ini adalah Gaya Partisipatif, yaitu Saling bertukar Ide & beri kesempatan untuk mengambil keputusan. 4. Tingkat kematangan M4 (Mampu dan Mau) maka gaya kepemimpinan yang tepat adalah Delegating, mendelegasikan tugas dan wewenang dengan menerapkan system control yang baik. Bagaimana cara kita memimpin haruslah dipengaruhi oleh kematangan orang yang kita pimpin supaya tenaga kepemimpinan kita efektif dan juga pencapaian hasil optimal. Tidak banyak orang yang lahir sebagai pemimpin. Pemimpin lebih banyak ada dan handal karena dilatihkan. Artinya untuk menjadi pemimpin yang baik haruslah mengalami trial and error dalam menerapkan gaya kepemimpinan. Pemimpin tidak akan pernah ada tanpa bawahan dan bawahan juga tidak akan ada tanpa pemimpin. Kedua komponen dalam organisasi ini merupakan sinergi dalam perusahaan dalam rangka mencapai tujuan. Paul Hersey dan Ken Blanchard telah mencoba melepar idenya tentang kepemimpinan situasional yang sangat praktis untuk diterapkan oleh pemimpin apa saja. Tentu masih banyak teori kepemimpinan lain yang baik untuk dipelajari. Dari Hersey dan Blanchard, orang tahu kalau untuk menjadi pemimpin tidaklah cukup hanya pintar dari segi kognitif saja tetapi lebih dari itu juga harus matang secara emosional. Pemimpin harus mengetahui atau mengenal bawahan, entah itu kematangan kecakapannya ataupun kemauan/kesediaannya. Dengan mengenal type bawahan (kematangan dan kesediaan) maka seorang pemimpin akan dapat memakai gaya kepemimpinan yang sesuai. Sayangnya jaman sekarang banyak pemimpin yang suka main Page | 18
  • 19. kuasa saja tanpa mempedulikan bawahan. Kalaupun mempedulikan bawahan itupun karena ada motif tertentu seperti Nepotisme. III. PENUTUP Mengingat peran dan tugas kita di Bumi sebagai manusia ialah menjadi pemimpin, maka sudah seharusnya kita memahami dan menjalankan tugas dan peranan tersebut dengan baik. Setidaknya mulai dari lingkup yang terkecil, yaitu diri kita sendiri, selanjutnya ialah lingkungan sekitar kita. Berbagai informasi mengenai kepemimpinan telah kita bahas bersama pada penjelasan-penjelasan sebelumnya. Ada baiknya, sebagai pemimpin, kita juga mengasah kemampuan diri untuk menjadi pemimpin yang ideal, yang tentunya dapat menjalankan tugas dengan baik dan tegas, namun dicintai semua anggota. Ada banyak jenis dan gaya kepemimpinan yang telah berhasil diklasifikasikan oleh para ahli. Semuanya baik, terserah kita mau memberlakukan yang mana. Pemilihan jenis dan gaya kepemimpinan cenderung disesuaikan dengan karakter masing-masing individu. Hal itu guna optimalisasi dan efektivitas kepemimpinan yang akan dijalankan. Page | 19
  • 20. Referensi Al-Qur’an. Anonymous. “Kepemimpinan”. (Online). (http://blog.binadarma.ac.id/dedi1968/wp- content/uploads/2012/09/kepemimpinan.pdf) Diakses tanggal 22 Oktober 2012. Anonymous. “Teori Penunjang”. Universitas Kristen Petra. (Online). (http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=6&submit.x=20&submit.y=20&q ual=high&submitval=next&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fhotl%2F2011%2 Fjiunkpe-ns-s1-2011-33404143-21225-marriot-chapter2.pdf) Diakses tanggal 23 Oktober 2012. Nurjanah. 2008. “Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Komitmen Organisasi dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan (Studi pada Biro Lingkup Departemen Pertanian)”. (Tesis). Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang. (Online). (http://eprints.undip.ac.id/18483/1/Nurjanah2.pdf). Diakses tanggal 23 Oktober 2012. Ramadhany ,Fadlun . 2012. “Terbentuknya Proses Kepemimpinan”. (Online). (http://hkti.org/2012/07/01/terbentuknya-proses-kepemimpinan.html) Diakses tanggal 22 Oktober 2012. Pace, R. Wayne. 2006. Komunikasi Organisasi : Strategi meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung. PT. Remaja ROSDAKARYA. Thoha, Miftah. 2007. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta. PT. Raja GrafindoPersada. http://arrosyadfikri.blogspot.com/2010/12/analisis-pernyataan-penyelia-dalam-3.html, diakses pada tanggal 22 Oktober 2012. http://edymartin.wordpress.com/2007/10/19/gaya-kepemimpinan-situasional/, diakses tanggal 23 Oktober 2012. Page | 20