Dokumen tersebut membahas tentang pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan. Kebijakan utama adalah bahwa semua rumah sakit dan fasilitas kesehatan harus menerapkan program pencegahan dan pengendalian infeksi, dan membentuk komite khusus untuk hal tersebut. Dokumen ini juga menjelaskan proses terjadinya infeksi, penyebabnya, dan mekanisme pertahanan tubuh ter
konsep infeksi keselamatan dan kenyamanan - d3 keperawatansiakadurban
makalah konsep infeksi keselamatan dan kenyamanan. infeksi merupakan salah satu kondisi dimana tubuh kita diserang oleh mikro organisme seperti bakteri.
slide presentasi yang berisi proses rantai penularan dari penyakit, disertai pathway, definis, dan contohnya. Silahkan dibaca :) please read this thanks
Infeksi :
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organisme) dimana terdapat respon imun, tetapi tidak disertai gejala klinik.
Infeksi Asimptomatik :
Mikroorganisme gagal menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan.
konsep infeksi keselamatan dan kenyamanan - d3 keperawatansiakadurban
makalah konsep infeksi keselamatan dan kenyamanan. infeksi merupakan salah satu kondisi dimana tubuh kita diserang oleh mikro organisme seperti bakteri.
slide presentasi yang berisi proses rantai penularan dari penyakit, disertai pathway, definis, dan contohnya. Silahkan dibaca :) please read this thanks
Infeksi :
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organisme) dimana terdapat respon imun, tetapi tidak disertai gejala klinik.
Infeksi Asimptomatik :
Mikroorganisme gagal menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan.
Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme. Imunologi antara lain mempelajari peranan fisiologis sistem imum baik dalam keadaan sehat maupun sakit.
Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme. Imunologi antara lain mempelajari peranan fisiologis sistem imum baik dalam keadaan sehat maupun sakit.
3. Perhimpunan Pengendalian Infeksi Indonesia
Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
Emerging Infectious Diseases (Penyakit infeksi yang
baru muncul)
Infection Prevention and Control Manual / Manual
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi PCM
4. Kebijakan
1. Semua rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya harus
melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI).
2. Pelaksanaan PPI yang dimaksud sesuai dengan Pedoman Manajerial
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya dan pedoman PPI lainnya yang
dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI.
5. 3. Direktur rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
membentuk Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (KPPI) dan
Pedoman Manajerial PPI di RS & Fas. Yan. Kes. Lainnya
4. Komite dan Tim PPI mempunyai tugas, fungsi dan kewenangan yang
jelas sesuai dengan Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya.
5. Untuk lancarnya kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, maka
setiap rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya wajib
memiliki IPCN (Infection Prevention and Control Nurse) purna waktu.
6.
7. Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme
dan berproliferasi didalam tubuh yang menyebabkan sakit
(potter & Perry 2005). Sedangkan menurut Smeltzer &
Brenda (2002), infeksi adalah beberapa penyakit yang
disebabkan oleh pertumbuhan organisme patogenik dalam
tubuh.
8. Penyebab infeksi
Tipe mikroorganisme penyebab infeksi dibagi menjadi empat
kategori, yaitu :
1) Bakteri
Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan
spesies bakteri dapat menyebabkan penyakit pada manusia
dan dapat hidup didalam tubuhnya. Bakteri bisa masuk antara lain
melalui udara, tanah, air, makanan, cairan dan jaringan tubuh dan
benda mati lainnya.
2) Virus
Virus terutama berisi asam nukleat (nukleat acid) karenanya
harus masuk dalam sel hidup untuk di produksi.
3) Parasit
Parasit hidup dalam organisme hidup lain, termasuk kelompok
parasit adalah protozoa, cacing dan arthropoda.
4) Fungi
Fungi terdiri dari ragi dan jamur
9. Tipe Infeksi
1) Kolonisasi
Merupakan suatu proses dimana benih mikroorganisme menjadi flora yang
menetap/residen. Mikroorganisme bisa tumbuh dan berkembang biak tetapi tidak bisa
menimbulkan penyakit. Infeksi terjadi ketika mikroorganisme yang menetap tadi sukses
menginvasi/menyerang bagian tubuh/host manusia yang system pertahanannya tidak efektif
dan pathogen menyebabkan kerusakan jaringan.
2) Infeksi local
Spesifik dan terbatas pada bagian tubuh dimana mikroorganisme tinggal.
3) Infeksi Sistemik
Terjadi bila microorganisme menyebar kebagian tubuh yang lain dan menimbulkan
kerusakan.
4) Bakterimia
Terjadi ketika didalam darah ditemukan adanya bakteri.
5) Septikimia
Multiplikasi bakteri dalam darah sebagai hasil dari infeksi sistemik.
6) Infeksi akut
Infeksi yang muncul dalam waktu singkat.
7) Infeksi kronik
Infeksi yang terjadi secara lambat dalam periode yang lama (dalam hitungan
bulan/tahun).
10. Rantai Infeksi
Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar
berbagai faktor yang saling mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir,
portal of exit, cara penularan, portal of entry dan host atau penjamu yang
rentan.
Agen infeksi
Host/pejamu
Reservoir
Portal de entry
Portal de exit
Cara penularan
(Perry & Potter 2005)
11. 1) Agen Infeksi
Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain bakteri, virus, jamur dan
protozoa. Mikroorganisme dikulit bisa merupakan flora transient maupun resident.
Mikroorganisme transient normalnya ada dan jumlahnya stabil, organisme ini bisa hidup dan
berbiak dikulit. Organisme transient melekat pada kulit saat seseorang kontak dengan objek
atau orang lain dalam aktivitas normal. Organisme ini siap ditularkan kecuali dengan cuci
tangan. Organisme residen tidak dengan mudah bisa dihilangkan melalui cuci tangan dengan
sabun dan detergen biasa kecuali bila gosokan dilakukan dengan seksama. Mikroorganisme
dapat menyebabkan infeksi tergantung pada: jumlah mikroorganisme, virulensi (kemampuan
menyebabkan penyakit), kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam host serta
kerentanan dalam host/pejamu.
2) Reservoir (sumber mikroorganisme)
Adalah tempat dimana mikroorganisme pathogen dapat hidup baik berkembang biak atau
tidak. Yang bisa berkembang sebagai reservoir adalah manusia, binatang, makanan, air,
serangga dan benda lain. Kebanyakan reservoir adalah tubuh manusia, terutama dikulit,
mukosa, cairan atau drainase. Adanya mikroorganisme pathogen dalam tubuh tidak selalu
menyebabkan penyakit pada hostnya. Sehingga reservoir yang didalamnya terdapat
mikroorganisme pathogen bisa menyebabkan orang lain bisa menjadi sakit (carier). Kuman
dapat hidup dan berkembang biak dalam reservoir jika karakteristik reservoirnya cocok dengan
kuman. Karakteristik tersebut adalah air, suhu, ph, udara dan pencahayaan.
3) Portal of exit
Mikroorganisme yang hidup didalam reservoir harus menemukan jalan keluar untuk masuk ke
dalam host dan menyebabkan infeksi. Sebelum menimbulkan infeksi, mikroorganisme harus
keluar terlebih dahulu dari reservoirnya. Jika reservoirnya manusia, kuman dapat keluar
melalui saluran pencernaan, pernafasan, perkemihan, genetalia, kulit, membrane mukosa yang
rusak serta darah.
12. 4) Cara penularan
Kuman dapat berpindah atau menular ke orang lain dengan berbagai cara
seperti kontak langsung dengan penderita melalui oral, fekal, kulit atau
darahnya. Kontak tidak langsung melalui jarum atau balutan bekas luka
penderita, peralatan yang terkontaminasi, makanan yang diolah tidak tepat,
melalui vector nyamuk atau lalat.
5) Portal masuk
Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk dalam tubuh.
Kulit merupakan barier pelindung tubuh terhadap masuknya kuman
infeksius. Rusaknya kulit atau ketidakutuhan kulit dapat menjadi portal
masuk. Mikroba dapat masuk kedalam tubuh melalui rute yang sama
dengan portal keluar. Faktor-faktor yang menurunkan daya tahan tubuh
memperbesar kesempatan pathogen masuk kedalam tubuh.
6) Daya tahan hospes (manusia)
Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen
infeksius. Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu
terhadap pathogen. Meskipun seseorang secara konstan kontak dengan
mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksi tidak akan terjadi sampai
individu rentan terhadap kekuatan dan jumlah mikroorganisme tersebut.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap kuman
yaitu usia, keturunan, stress (fisik dan emosional), status nutrisi, terafi
medis, pemberian obat dan penyakit penyerta.
13. Proses Infeksi
Infeksi terjadi secara progresif dan beratnya infeksi pada klien tergantung dari tingkat
infeksi, patogenisitas mikroorganisme dan kerentanan penjamu. Dengan proses
perawatan yang tepat, maka akan meminimalisir penyebaran dan meminimalkan
penyakit. Perkembangan infeksi mempengaruhi tingkat asuhan keperawatan yang
diberikan.
Berbagai komponen dari system imun memberikan jaringan kompleks mekanisme
yang sangat baik yang jika utuh, berfungsi mempertahankan tubuh terhadap
mikroorganisme asing dan sel-sel ganas. Pada beberapa keadaan, komponen-
komponen baik respon spesifik maupun non spesifik bisa gagal dan hal tersebut bisa
mengakibatkan kerusakan pertahanan hospes. Orang-orang yang mendapat infeksi
yang disebabkan oleh defisiensi dalam pertahanan dari segi hospesnya disebut
hospes yang melemah. Sedangkan orang-orang dengan kerusakan mayor yang
berhubungan dengan respon imun spesifik disebut hospes yang terimunosupres.Ciri-
ciri umum yang berkaitan dengan hospes yang melemah adalah : infeksi berulang,
infeksi kronik, ruam kulit, diare, kerusakan pertumbuhan dan meningkatnya
kerentanan terhadap kanker tertentu.
Secara umum proses infeksi adalah sebagai berikut :
1) Periode inkubasi
Interval antara masuknya pathogen kedalam tubuh dan munculnya gejala pertama.
2) Tahap prodromal
Interval dari awitan tanda dan gejala non spesifik (malaise, demam ringan, keletihan)
sampai gejala yang spesifik. Selama masa ini, mikroorganisme tumbuh dan
berkembang biak dan klien lebih mampu menyebarkan penyakit ke orang lain.
3) Tahap sakit
Klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap jenis infeksi.
4) Pemulihan
14. Pertahanan terhadap infeksi
Tubuh memiliki pertahanan normal terhadap infeksi. Flora normal
tubuh yang tinggal didalam dan luar tubuh melindungi seseorang
dari beberapa pathogen. Setiap system organ memiliki mekanisme
pertahanan terhadap agen infeksius. Flora normal, system
pertahanan tubuh dan inflamasi adalah pertahanan non spesifik
yang melindungi terhadap mikroorganisme.
1) Flora normal
Secara normal tubuh memiliki mikroorganisme yang ada
pada lapisan permukaan dan didalam kulit, saliva, mukosa oral
dan saluran gastrointestinal. Manusia secara normal
mengekskresi setiap hari triliyunan mikroba melalui usus. Flora
normal biasanya tidak menyebabkan sakit tetapi biasanya justru
turut berperan dalam memelihara kesehatan. Flora ini bersaing
dengan mikroorganisme penyebab penyakit untuk mendapatkan
makanan. Flora normal juga mengekskresi substansi antibakteri
dalam usus. Flora normal kulit menggunakan tindakan protektif
dengan menghambat multiplikasi organisme yang menempel
dikulit. Flora normal dalam jumlah banyak mempertahankan
15. keseimbangan yang sensitive dengan mikroorganisme lain untuk mencegah infeksi.
Setiap faktor yang mengganggu keseimbangan ini mengakibatkan individu semakin
beresiko mendapatkan penyakit infeksi.
2) Pertahanan system tubuh
Sejumlah system organ tubuh memiliki pertahanan unik terhadap mikroorganisme.
Kulit, saluran pernafasan dan saluran gastrointestinal sangat mudah dimasuki oleh
mikroorganisme. Organisme pathogen dengan mudah menempel pada permukaan
kulit, di inhalasi melalui pernafasan atau dicerna melalui makanan. Setiap system
organ memiliki mekanisme pertahanan yang secara fisiologis disesuaikan dengan
struktur dan fungsinya. Berikut ini adalah mekanisme pertahanan normal terhadap
infeksi :
3) Inflamasi
Inflamasi merupakan reaksi protektif vaskular dengan menghantarkan cairan, produk
darah dan nutrien ke jaringan interstisial ke daerah cidera. Proses ini menetralisasi
dan mengeliminasi patogen atau jaringan mati (nekrotik) dan memulai cara-cara
perbaikan jaringan tubuh. Tanda inflamasi termasuk bengkak, kemerahan, panas,
nyeri/nyeri tekan, dan hilangnya fungsi bagian tubuh yang terinflamasi. Bila inflamasi
menjadi sistemik akan muncul tanda dan gejala demam, leukositas, malaise,
anoreksia, mual, muntah dan pembesaran kelenjar limfe.
Respon inflamasi dapat dicetuskan oleh agen fisik, kimiawi atau mikroorganisme.
Respon inflamasi termasuk hal berikut ini:
a) Respon seluler dan vaskuler
Arteriol yang menyuplai darah yang terinfeksi atau yang cidera berdilatasi,
memungkinkan lebih banyak darah masuk dala
16. Respon Imun
Saat mikroorganisme masuk dalam tubuh, pertama kali akan diserang oleh monosit. Sisa
mikroorganisme tersebut yang akan memicu respon imun. Materi asing yang tertinggal (antigen)
menyebabkan rentetan respon yang mengubah susunan biologis tubuh. Setelah antigen masuk dala
tubuh, antigen tersebut bergerak ke darah atau limfe dan memulai imunitas seluler atau humural.
1) Imunitas selular
Ada kelas limfosit, limfosit T (CD4T) dan limfosit B (sel B). Limfosit T memainkan peran
utama dalam imunitas seluler. Ada reseptor antigen pada membran permukaan limfosit CD4T.
Bila antigen bertemu dengan sel yang reseptor permukaannya sesuai dengan antigen, maka
akan terjadi ikatan. Ikatan ini mengaktifkan limfosit CD4T untuk membagi diri dengan cepat untuk
membentuk sel yang peka. Limfosit yang peka bergerak ke daerah inflamasi, berikatan dengan
antigen dan melepaskan limfokin. Limfokin menarik & menstimulasi makrofag untuk menyerang
antigen.
2) Imunitas humoral
Stimulasi sel B akan memicu respon imun humoral, menyebabkan sintesa
imunoglobulin/antibodi yang akan membunuh antigen. Sel B plasma dan sel B memori akan
terbentuk apabila sel B berikatan dengan satu antigen. Sel B mensintesis antibodi dalam jumlah
besar untuk mempertahankan imunitas, sedangkan sel B memori untuk mempersiapkan tubuh
menghadapi invasi antigen.
3) Antibodi
Merupakan protein bermolekul besar, terbagi menjadi imunoglobulin A, M, D, E, G.
Imunoglobulin M dibentuk pada saat kontak awal dengan antigen, sedangkan Ig G menandakan
infeksi yang terakhir. Pembentukan antibodi merupakan dasar melakukan imunisasi.
4) Komplemen
Merupakan senyawa protein yang ditemukan dalam serum darah. Komplemen diaktifkan saat
antigen dan antibodi terikat. Komplemen diaktifkan, maka akan terjadi serangkaian proses
katalitik.
17. Tanda-tanda infeksi
Tanda-tanda infeksi menurut Abrams, 1995; Rukmono, 1973; Mitchell
& Cotran, 2003 antara lain :
1) Rubor
rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di
daerah yang mengalami peradangan. Saat reaksi peradangan
timbul, terjadi pelebaran arteriola yang mensuplai darah ke daerah
peradangan. Sehingga lebih banyak darah mengalir ke
mikrosirkulasi lokal dan kapiler meregang dengan cepat terisi
penuh dengan darah. Keadaan ini disebut hiperemia atau
kongesti, menyebabkan warna merah lokal karena peradangan
akut.
2) Kalor
Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi
peradangan akut. Kalor disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang
meningkat. Sebab darah yang memiliki suhu 37oC disalurkan ke
permukaan tubuh yang mengalami radang lebih banyak daripada
ke daerah normal.
18. 3) Dolor
Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu
dapat merangsang ujung-ujung saraf. Pengeluaran zat seperti
histamin atau zat bioaktif lainnya dapat merangsang saraf.
Rasa sakit disebabkan pula oleh tekanan yang meninggi
akibat pembengkakan jaringan yang meradang.
4) Tumor
Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian
besar ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari
sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial.
5) Functio laesa
Berdasarkan asal katanya, functio laesa adalah fungsi yang
hilang (Dorland, 2002). Functio laesa merupakan reaksi
peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi belum diketahui
secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan
yang meradang.
20. KEWASPADAAN STANDAR
1. Hand hygiene
2. Alat pelindung diri
3. Perawatan peralatan pasien 4. Pengelolaan limbah
5. Pengendalian lingkungan
6. Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen 7.
Kesehatan karyawan
8. Penempatan pasien
9. Etika batuk
10.Praktek menyuntik yang aman 11.Praktek untuk lumbal
punksi
23. • Hand Hygiene : PENTING !!
•
•
•
•
•Kegagalan melakukan hand hygiene yang baik dan benar:
•
•
• – penyebab utama infeksi rumah sakit (health-care associated infections)
•
•
• – penyebab transmisi mikroorganisme multiresisten
•
•
• – kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah
•
•
• (Boyce and Pittet, 2002)
34. • PERTIMBANGAN PEMILIHAN APD
•
Tipe paparan yang akan diantisipasi: Kontak langsung
Splash/sprays
semprotan
Droplet
tetesan
Airborne lewat
udara
Darah dan cairan tubuh lain dalam volume besar yang dapat menembus
baju
•
Kesesuaian jenis APD dengan jenis tugas yang dilakukan
Kesesuaian ukuran APD dengan tubuh
43. BISA KUNJUNGI LINK PRIBADI
NS.KLAUDIUS S.KEP
WORDPRESS
http://klauners.wordpress.com
BLOG OIKOUMENE
http://ukmakbidsukawati.blogspot.co.id/
WEB PRIBADI
https://nursehusadajombang33.gnomio.com
https://nurseklaudius.neolms.com
INDEPENDEN AKADEMI INDONESIA SILAKAN FOLLOW
https://independent.academia.edu/klaudiusmalika