Obat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitik
Laporan Kasus 1_Abortus Spontan Inkomplit_Yusra Faisal Hamid.pptx
1. SEORANG WANITA USIA 37 TAHUN
DENGAN ABORTUS SPONTAN INKOMPLIT
Oleh:
dr. Yusra Faisal Hamid
Dokter Pembimbing:
dr. Hj. Darmiana, M.M.
2. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. AK
Umur : 37 tahun
Alamat : Cijambu 02/05
Suku : Sunda
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
3. ANAMNESIS
Keluhan utama : Keluar darah dari jalan lahir
Pasien usia 37 tahun saat ini sedang hamil dengan usia kehamilan 16 minggu,
datang ke VK dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 1 hari yang lalu.
Awalnya hanya flek. Saat keluar flek, pasien istirahat dirumah, Namun 2 jam terakhir tiba-
tiba keluar darah disertai keluar seperti jaringan dari jalan lahir. Mules (+) dirasakan VAS
5. Riwayat trauma (-), demam (-).
4. No
Jenis
Kelamin
Cara
Persalinan
Umur
Kehamilan
Berat
Lahir
Penolong
Persalinan
Usia Saat Ini
Penyulit
Kehamilan/
Persalinan
1 Laki-laki Spontan aterm 2800 g Bidan 14 tahun -
2 Abortus Kuret (2017) 3 bulan
3 Hamil ini
Riwayat Reproduksi : Menarche usia 13 tahun, siklus haid teratur 31 hari, lamanya haid 7 hari
HPHT : 01/09/2022 HPL : 11/06/2023
Riwayat Nikah : Menikah 1 kali, lamanya 15 tahun
Riwayat KB : Riwayat KB IUD sudah lepas 1 tahun yang lalu
Riwayat Penyakit Dahulu : Asma (-), HT (-), DM (-), penyakit jantung (-), alergi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga : Asma (-), HT (-), DM (-), penyakit jantung (-), alergi (-)
Riwayat Operasi : Disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi : Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Pasien termasuk kalangan ekonomi
cukup.
Riwayat Obstetri : G3P1A1
5. ▪ Kesadaran : Compos Mentis
▪ Keadaan Umum : Baik
▪ Tanda-Tanda Vital
▫ TD : 110/80 mmHg
▫ Nadi : 104 x/menit
▫ Pernafasan : 20 x/menit
▫ Suhu : 36.4 ºC
PEMERIKSAAN FISIK
6. PEMERIKSAAN FISIK
▪ Kepala : Normosefali, tidak tampak ada lesi, rambut hitam tidak mudah
dicabut, penyebaran rambut merata, tidak ada massa, kulit kepala normal,
tidak nyeri saat perabaan.
▪ Mata : Sklera tidak ikterik (-/-), konjungtiva tidak anemis (-/-)
▪ Telinga : Discharge (-/-),
▪ Hidung : Discharge (-), epistaksis (-)
▪ Mulut : Sianosis (-), pucat (-)
▪ Leher : Tidak ditemukan pembesaran KGB
7. PEMERIKSAAN FISIK
▪ Paru
‐ Inspeksi:Simetris kanan-kiri
‐ Palpasi :Stemfremitus kanan sama dengan kiri
‐ Perkusi :Sonor pada kedua lapangan paru
‐ Auskultasi :Vesikulernormaldikedualapanganparu,ronkhi(-),wheezing(-).
▪ Jantung
‐ Inspeksi:Iktus cordis tidak terlihat
‐ Palpasi :Iktus cordis tidak teraba
‐ Perkusi :Jantung dalam batas normal
‐ Auskultasi :BJI-IInormal,murmur(-),gallop(-).
8. PEMERIKSAAN FISIK
▪ Abdomen
‐ Inspeksi : Bentuk cembung
‐ Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
‐ Perkusi : Timpani
‐ Auskultasi : Bising usus normal, metallic sound (-)
▪ Ekstremitas
9. STATUS OBSTETRI
Inspekulo/VT : flx (+), flr (-)
V/U/V : Tak ada kelainan
Portio : OUE terbuka 1 cm, terlihat hasil konsepsi
TFU : 1 jari atas simfisis
DJJ : tidak ada
Cavum douglas : Tak menonjol
10. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hb 11,4 mg/dl 12-14 mg/dl
WBC 12210 /ul 5000-10000 /ul
Ht 28,5% 30-40 %
Trombosit 403000 /ul 150000-450000/ul
Tes Kehamilan : positif
USG Obgyn : DJJ (-), gambaran sisa konsepsi dalam rahim
12. INITIAL PLAN
• IpTx
‐ Oksigenasi 3 lpm nasal kanul
‐ Infus RL 20 tpm
‐ Keluarkan hasil konsepsi yang sudah keluar dari ostium
uteri eksterna
‐ Misoprostol 600 µg per vaginam dosis tunggal
‐ Konsul Spesialis Obsgin untuk Kuretase
• Ip Mx : Pengawasan keadaan umum, Tanda-Tanda Vital,
Pengeluaran pervaginam
RSUD Sumedang
--------------------------------------------------------------------
R/ Ringer Laktat 500cc flabbot no. I
Infus set no. I
Abo cath 14 G No. I
S.i.m.m
R/ Misoprostol 600 µg vaginal supp
S 1 dd vaginal supp 1
Pro : Ny. AK (37 tahun)
Alamat : Cijambu, Sumedang
Alergi : -
13. INITIAL PLAN
• IpEx
‐ Memberikan penjelasan ke pasien dan keluarga mengenai diagnosis pasien yaitu abortus inkomplit atau
keguguran tidak lengkap yang merupakan pengeluaran hasil konsepsi berupa janin dari ibu, sehingga ibu
mengalami perdarahan. Pada keguguran tidak lengkap, masih terdapat sebagian jaringan kehamilan masih
berada di dalam rahim sehingga perlu penatalaksaan lebih lanjut
‐ Memberikan penjelasan ke pasien dan keluarga rencana tindakan berupa kuretase untuk mengeluarkan sisa
jaringan yang masih berada di dalam rahim ibu
‐ Memberikan penjelasan ke pasien dan keluarga tentang prognosis dan meminta persetujuan untuk tindakan
yang akan dilakukan.
‐ Memberikan edukasi mengenai kontrasepsi kepada pasien dan keluarga
15. • Menurut WHO, abortus didefinisikan sebagai keluarnya produk
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, yakni pada
usia kehamilan 22 minggu atau jika berat janin kurang dari 500 gram
• Penyebab abortus belum diketahui dengan pasti, namun diduga
berkaitan dengan kelainan kromosom janin. Kelainan kromosom
menyebabkan kegagalan implantasi akibat peningkatan reaksi sistem
imun ibu terhadap janin dan terganggunya perkembangan plasenta
sehingga terjadi apoptosis.
Pendahuluan
16. • Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002-2003 menunjukkan
bahwa abortus meningkat seiring peningkatan usia ibu. Wanita dengan paritas 0-2
berisiko lebih tinggi untuk mengalami abortus dibandingkan wanita dengan paritas 3
atau lebih.
• Di Indonesia, sebesar 11% mortalitas ibu terjadi akibat abortus. Sedangkan di
Amerika Serikat, mortalitas akibat abortus terjadi pada 4%. Infeksi dan perdarahan
masif menjadi penyebab mortalitas dan morbiditas pada abortus.
Epidemiologi
17. • Faktor plasenta, baik kelainan bentuk atau letak plasenta.
• Faktor serviks dan uterus, meliputi inkompetensi serviks, uterus bersepta, uterus
unikornis, bikornis, atau uterus didelfis. Faktor risiko lain adalah sinekia uteri, sindrom
Asherman, endometriosis, fibroid di submukosa atau intramural, dan sindrom ovarium
polikistik.
• Usia tua : Peningkatan usia ibu berkaitan dengan risiko aneuploidi >30% pada wanita usia
40 tahun.
• Adanya gangguan metabolik antara lain defisiensi korpus luteum, diabetes melitus,
hipertensi tidak terkontrol, gangguan ginjal, tiroid, obesitas, dan malnutrisi
• Infeksi selama kehamilan meliputi infeksi TORCH (Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus, Herpes, dan Others seperti sifilis), Parvovirus B19, Mycoplasma
hominis, Chlamydia trachomatis, malaria, HIV, demam dengue, influenza, dan bakterial
vaginosis.
• Adanya abnormalitas sistem imun misalnya lupus eritematosus
sistemik dan Antiphospholipid Syndrome (APS).
• Paparan lingkungan berupa radiasi, timbal, formaldehid, rokok, alkohol, obat-obatan
tertentu misalnya anestesi, NSAID, kafein, kokain, dan antidepresan.
• Kadar homosistein yang tinggi serta kadar asam folat yang rendah juga dilaporkan
Faktor Risiko
18. • Pada saat anamnesis, pada pasien penting untuk ditanyakan kapan Hari Pertama Haid
Terakhir (HPHT) untuk menentukan usia kehamilan, apakah pernah ada riwayat abortus
sebelumnya, dan apakah ada faktor risiko yang mendasari.
• Pasien dengan abortus dapat datang dengan keluhan perdarahan pervaginam dan nyeri
suprapubik yang bisa menjalar ke punggung atau bokong, disertai tanda-tanda kehamilan
seperti amenore atau terlambat haid. Jika jaringan telah keluar, maka perdarahan dan nyeri
perut akan berkurang.
Anamnesis
19. • Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada kasus abortus adalah pemeriksaan tanda vital untuk
memastikan stabilitas hemodinamik karena adanya perdarahan pervaginam, serta
pemeriksaan obstetri seperti perabaan tinggi fundus uteri, pemeriksaan bimanual,
inspekulo, dan pemeriksaan denyut jantung janin.
• Pada pemeriksaan fisik pasien dengan abortus bisa ditemukan ukuran rahim tidak sesuai
dengan usia kehamilan. Selain daripada itu, nyeri tekan ekstraurine juga perlu diperiksa
untuk mendeteksi adanya kehamilan ektopik atau ruptur uterus.
• Apabila janin sudah keluar, maka tidak akan ditemukan denyut jantung janin.
• Pemeriksaan bimanual dan inspekulo dapat dilakukan jika pasien tidak stabil untuk melihat
apakah terdapat jaringan di serviks uteri yang menyebabkan stimulus vagal.
Pemeriksaan
Fisik
20. Plano Pregnancy Test
Plano pregnancy test yang diperiksa melalui urin akan menunjukkan hasil positif pada 2
minggu pasca terbentuknya konsepsi janin. Pada abortus, plano pregnancy test umumnya
masih positif sampai 7-10 hari pasca abortus namun berangsur-angsur akan menjadi negatif.
Pemeriksaan Laboratorium Darah
Jika terjadi perdarahan hebat pada abortus, akan ditemukan penurunan hemoglobin (Hb) dan
hematokrit, serta terjadi peningkatan leukosit dengan pergeseran ke kiri (shift to the left) jika
terjadi infeksi.
Profil koagulasi dianjurkan diperiksa hanya jika ada perdarahan masif.
Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch dilakukan jika ada indikasi transfusi darah.
Pemeriksaan golongan darah dan rhesus juga diperlukan untuk melihat adanya kemungkinan
inkompatibilitas, serta untuk menentukan jika diperlukan pemberian anti-D.
Pemeriksaan
Penunjang
21. Pemeriksaan beta HCG darah
Dapat dilakukan untuk mengetahui perkembangan plasenta. Pada abortus, kadar beta HCG
bisa lebih rendah atau menurun dibanding sebelumnya dan akan normal dalam 2 minggu
setelah abortus. Pemeriksaan ini jarang diperlukan, tetapi dapat dilakukan sebagai
pemeriksaan serial untuk menunjang diagnosis jika kelangsungan kehamilan meragukan.
USG
umumnya dianjurkan dilakukan untuk melihat ada tidaknya kantung gestasi, untuk mengetahui
apakah embrio masih berkembang, dan untuk mendeteksi detak jantung janin. USG
transvaginal lebih baik dibanding transabdominal karena gambaran yang ditampilkan lebih
jelas. USG transvaginal disarankan terutama pada pasien obesitas dan pasien dengan uterus
retrofleksi
Pemeriksaan
Penunjang
23. Stabilisasi
Pada tahap ini, dilakukan penilaian keadaan umum ibu secara menyeluruh mencakup tanda
vital dan memeriksa tanda-tanda syok seperti akral dingin, pucat, takikardi, dan tekanan
sistolik <90 mmHg). Resusitasi cairan dilakukan jika terjadi hipotensi dan syok.
Penginduksi Rahim
1. Pilihan obat penginduksi rahim adalah oksitosin dan misoprostol. Oksitosin diberikan pada
abortus yang terjadi dengan usia kehamilan lebih dari 16 minggu melalui infus oksitosin 40
IU dalam 1 L NaCl 0,9% atau RL dengan kecepatan 40 tetes per menit
2. Pilihan lainnya adalah pemberian misoprostol. Dengan pemberian misoprostol, 71-84%
ekspulsi komplit akan terjadi. Pemberian per vaginam lebih disukai karena obat oral dan
sublingual akan memberikan lebih banyak efek samping seperti diare, mual, dan muntah.
Penggunaan misoprostol pada abortus dilaporkan mengurangi kebutuhan dilakukan
tindakan kuretase hingga 60%. Dosis yang disarankan adalah 400-800 mcg per vaginam
Tatalaksana
24. Rh Immunoglobulin
Jika ibu memiliki golongan darah rhesus negatif, ibu dianjurkan untuk menerima Rh
immunoglobulin setelah terjadi abortus agar tidak terjadi inkompatibilitas rhesus jika pada
kehamilan berikutnya janin memiliki golongan darah rhesus positif.
Dosis yang diberikan adalah 50 mikrogram (250 IU) akan efektif pada 12 minggu gestasi,
diberikan setelah tindakan kuretase
Antibiotik
Pada kondisi di jumpai tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi,
berikan antibiotika dengan kombinasi:
1. Ampicilin 2 gr IV /IM kemudian 1 gr setiap 6 jam
2. Gentamicin 5 mg/KgBB setiap 24 jam
3. Metronidazole 500 mg IV setiap 8 jam
Tatalaksana
25. Pembedahan
Tindakan bedah dilakukan jika :
• Risiko perdarahan meningkat misalnya jika terjadi pada trimester pertama akhir
• Memiliki pengalaman traumatik sebelumnya misalnya karena riwayat abortus
sebelumnya, stillbirth atau perdarahan antepartum
• Meningkatnya efek samping perdarahan misalnya karena koagulopati atau tidak bisa
mendapat transfusi darah
• Pasien tidak ingin menunggu spontan atau menolak pemberian obat induksi rahim.
• Adanya infeksi
Tindakan dilakukan dengan teknik aspirasi vakum atau kuretase tajam. Jika perdarahan masih
berlanjut, disarankan untuk mempertimbangkan perlunya tindakan laparoskopi atau laparotomi.
Tatalaksana
26. • Pertahankan kehamilan
• Tidak perlu pengobatan khusus
• Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual
• Jika perdarahan berhenti, pantau kondisi ibu selanjutnya pada pemeriksaan antenatal
termasuk pemantauan kadar Hb dan USG panggul serial setiap 4 minggu. Lakukan
penilaian ulang bila perdarahan terjadi lagi
• Jika perdarahan tidak berhenti, nilai kondisi janin dengan USG, nilai kemungkinan adanya
penyebab lain.
• Tablet penambah darah
• Vitamin ibu hamil diteruskan
Tatalaksana Abortus
Imminens
27. • Jika usia kehamilan < 16 minggu : lakukan evakuasi isi uterus;
Jika evakuasi tidak dapat dilakuka segera: berikan ergometrin 0.2 mg IM (dapat diulang 15
menit kemudian bila perlu)
• Jika usia kehamilan > 16 minggu:
Tunggu pengeluaran hasil konsepsi secara spontan dan evakuasi hasil konsepsi dari dalam
uterus. Bila perlu berikan infus oksitosin 40 IU dalam 1 L NaCl 0,9% atau RL dengan
kecepatan 40 tetes per menit
• Lakukan pemantauan paska tindakan setiap 30 menit selama 2 jam, Bila kondisi baik dapat
dipindahkan ke ruang rawat.
• Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk pemeriksaan
patologi ke laboratorium
• Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen,
dan produksi urin tiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar Hb setelah 24 jam. Bila kadar Hb
> 8gr/dl dan keadaan umum baik, ibu diperbolehkan pulang
Tatalaksana Abortus
Insipiens
28. • Evaluasi tanda-tanda syok, bila terjadi syok karena perdarahan, pasang IV line (bila perlu 2
jalur) segera berikan infus cairan NaCl fisiologis atau cairan ringer laktat disusul
dengan darah.
• Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan <16 minggu, gunakan jari atau forcep
cincin untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang mencuat dari serviks
• Jika perdarahan berat dan usia kehamilan < 16 minggu, lakukan evakuasi isi uterus.
Aspirasi vakum manual (AVM) merupakan metode yang dianjurkan. Kuret tajam sebaiknya
hanya dilakukan apabila AVM tidak tersedia. Jika evakuasi tidak dapat dilakuka segera:
berikan ergometrin 0.2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu)
• Jika usia kehamilan > 16 minggu berikan infus oksitosin 40 IU dalam 1 L NaCl 0,9% atau
RL dengan kecepatan 40 tetes per menit
• Lakukan pemantauan paska tindakan setiap 30 menit selama 2 jam, Bila kondisi baik dapat
dipindahkan ke ruang rawat.
• Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk pemeriksaan
patologi ke laboratorium
• Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen,
dan produksi urin tiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar Hb setelah 24 jam. Bila kadar Hb
> 8gr/dl dan keadaan umum baik, ibu diperbolehkan pulang
Tatalaksana Abortus Inkomplit
29. Tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila menderita anemia perlu diberikan sulfas
ferosus dan dianjurkan supaya makanannya mengandung banyak protein, vitamin dan mineral.
Tatalaksana Abortus Komplit
30. 1. Pemeriksaan rutin antenatal
2. Makan makanan yang bergizi (sayuran, susu,ikan, daging,telur).
3. Menjaga kebersihan diri, terutama daerah kewanitaan dengan tujuan
mencegah infeksi yang bisa mengganggu proses implantasi janin.
4. Hindari rokok, karena nikotin mempunyai efek vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi
uteroplasenta.
5. Apabila terdapat anemia sedang berikan tablet Sulfas Ferosus 600 mg/hari selama 2
minggu,bila anemia berat maka berikan transfusi darah.
Pencegahan