Cara Menggugurkan Kandungan atau obat aborsi Situbondo 087776558899
TITI PPT CRS.pptx
1. Oleh :
Titi Wulandari,Sked
Pembimbing : dr. Firmansyah, SpOG
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan
Ginekologi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi
CASE REPORT SESSION
MOLAHIDATIDOSA
2. BAB I
PENDAHULUAN
Mola Hidatidosa Neoplasma jinak dari sel
trofoblast
Pada mola hidatidosa kehamilan tidak berkembang
menjadi janin yang sempurna, melainkan
berkembang menjadi keadaan patologik
3. BAB II
STATUS PASIEN
MRS : 2 Maret 2015
Nama : Ny.Ita
Umur : 40 tahun
Suku/Bangsa : Melayu
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu
Rumah
Tangga
Alamat : Teluk Pandak
Tebo.
• Nama : Tn. Erwin
• Umur : 42 tahun
• Suku/Bangsa : Melayu
• Agama : Islam
• Pendidikan : SMA
• Pekerjaan: Petani
• Alamat : Teluk Pandak
Tebo
5. Keluhan Tambahan
Os datang ke Rumah Sakit Umum
Raden Mattaher dengan keluhan keluar
darah dari jalan lahir sejak ± 2 bulan
sebelum masuk rumah sakit.
Darah yang keluar seperti darah segar
yang terus mengalir, menggumpal (-),
berwarna hitam (-). Dalam sehari
mengganti 3 kali celana dalam. Os tidak
mengeluh pusing (-), mual (-), muntah (-
), nyeri perut (+), demam (-). Riwayat
trauma disangkal.
6. DATA KEBIDANAN
Menarche : Usia 11 tahun
HPHT : 8 November 2014
Haid : Teratur
Lama haid : 7 hari
Siklus : 28 hari
Dismenorrhea : Ya
Warna : Merah tua
Bentuk perdarahan : Bergumpal
Bau Haid : Anyir
Fluor albus : Sebelum haid
Kapan : Sedikit
Lama : 3 hari
8. Riwayat Kehamilan
Tahun 1996 Aterm lahir spontan
ditolong oleh bidan bayi anak laki-
laki, BB 3500 gr Hidup.
Tahun 1999 Aterm lahir spontan
ditolong oleh bidan bayi anak laki-
laki, BB 3000 gr Hidup.
Tahun 2004 Aterm lahir spontan
ditolong oleh bidan bayi anak laki-
laki, BB 3000 gr Hidup.
Ini
9. Riwayat KB:
- Os menggunakan KB jenis suntik dan pil.
Riwayat Kesehatan Keluarga :
- Keturunan kembar (-)
- Riwayat hipertensi (-)
- Riwayat DM (-)
- Riwayat Hepatitis (-)
- Riwayat TB (-)
Riwayat Kesehatan yang lalu :
- Riwayat hipertensi (+)
10. DATA OBJEKTIF
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : CM
Vital Sign :
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Temperature : 36,2º C
Pernafasan : 20 kali/menit
Berat Badan : 55 Kg
Tinggi Badan : 156 cm
11. PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
Wajah : Anemis (+) Sianosis (-)
Rambut : Tidak rontok
Cloasma Gravidarum : (-)
Konjunctiva : Anemis (+)
Sklera : Ikterik (-)
Mulut dan gigi : Sianosis (-), lidah kotor (-)
Telinga : Dalam batas normal
Leher : Pembesaran Kelenjar Tiroid (-),
pembesaran KGB (-)
12. Dada :
Inspeksi : Bekas luka (-), retraksi (-)
Perkusi : Sonor
Palpasi : Pengembangan dada simetris
Auskultasi : Pulmo : vesikuler (+/+) normal, ronchi (-/-),
wheezing (-/-)
Cor : BJ1 BJ2 reguler, murmur (-/-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : Simetris, linea (-), striae (-), bekas luka operasi
(-).
Auskultasi : Bising Usus : (+) normal.
Palpasi : Nyeri tekan (+), pembesaran hepar dan lien (-)
Perkusi : Timpani
14. STATUS GINEKOLOGIK
Abdomen :
Inspeksi : Abdomen tampak mengalami
pembesaran, tidak ada tanda-tanda
peradangan, massa (-), bekas operasi (-).
Palpasi : Teraba tinggi fundus uteri 3 jari di
atas umbilikus, ballotement (-), tidak teraba
bagian janin, nyeri tekan (+).
15. Inspekulo 2 maret 2015
Portio : Licin
OUE: Terbuka
Fluksus : perdarahan (+) mengalir aktif.
Fluor : (-)
Erosi : (-)
Laserasi : (-)
Polip : (-)
Covum Douglas : Tidak menonjol.
16. Pemeriksaan Laboratorium
Darah Rutin (2 maret 2015 )
Hb : 9.6 L g/dl
Leukosit : 9.0 10³/mm³
Eritosit : 3.26 L 10/mm³
Trombosit : 217 10³/mm³
Hematokrit : 31,5 %
Gol. Darah : O
Gavindex test : (+)
Kimia darah
GDS : 135 mg/dl
Β-HCG 8677,64 mIU/ml
19. Penatalaksanaan
Observasi keadaan umum dan tanda-tanda
vital.
Observasi perdarahan.
IVFD RL 20 tetes/menit.
Transfusi darah sampai Hb > 10 mg/dl.
Inj. Cefriaxone 2x1 gram.
Inj. Asam Traneksamat 3x1 amp.
Rencana Histerektomi jika Hb > 10 mg/dl.
20. Follow Up
Tanggal Follow Up
03 Maret 2015
S : Os. mengeluh nyeri perut. Mengeluh
keluar darah dari jalan lahir (+) . Perdarahan
sedikit-sedikit.
O : Kesadaran : CM
TD : 130/80 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,0ºC
A : Molahidatidosa
P :
Observasi keadaan umum dan tanda-tanda
vital.
Observasi perdarahan.
IVFD RL 20 gtt/menit.
Transfusi darah sampai Hb > 10 mg/dl.
inj. Cefriaxone 2x1 gr
inj. Asam Traneksamat 3x1
R/ Histerektomi jika Hb > 10 mg/dl
21. Tanggal Follow Up
04 Maret 2015
S : Os. mengeluh kesakitan dan
perdarahan (+).
O : Kesadaran : CM
TD : 130/70 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,2ºC
A : Molahidatidosa
P : Lapor DPJP dr. Herlambang,
SpOG
Cito Hirterektomi
22. Laporan Operasi
1. Pasien dibaringkan terlentang, dilakukan spinal
anestesi.
2. Tampak massa 24 cm.
3. Dilakukan pemotongan uterus sampai serviks.
4. Jaringan diangkat seluruhnya.
Instruksi Post op :
Boleh minum bertahap
Tidur memakai bantal 1x24 jam
Kateter terpasang
Pantau produksi urin
Terapi :
• IVFD RL/D5%/NaCl 1:1:1
• inj. Cefriaxone 2x1 gr
• Kanamisin 1x1
• Alinamin F 2x1
•Kaltrofen Supp 3x1
23. Tanggal Follow Up
05 Maret 2015
S : Nyeri perut pada bekas
operasi
O : Kesadaran : CM
TD : 140/80 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,0 ºC
A : Post Op Histerektomi hari ke 2
a/i Molahidatidosa
P : IVFD RL 20 gtt/i
Ciprofloxasin 3x 500 mg
Paracetamol 3x 500 mg
24. Tanggal Follow Up
06 Maret 2015
S : Nyeri perut pada bekas
operasi
O : Kesadaran : CM
TD : 140/80 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,0 ºC
A : Post Op Histerektomi hari ke 3
a/i Molahidatidosa
P : IVFD RL 20 gtt/menit
Ciprofloxasin 3x 500 mg
Paracetamol 3x 500 mg
25. Tanggal Follow Up
7 Maret 2015 S : Nyeri perut pada bekas
operasi.
O : Kesadaran : CM
TD : 130/80 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 24 x/menit
T : 36,2 °C
A : Post Op Histerektomi hari ke
4 a/i Molahidatidosa
P : IVFD RL 20 gtt/menit
Ciprofloxasin 3x 500 mg
Paracetamol 3x 500 mg
8 Maret Os dibolehkan
pulang
26. BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Hamil mola suatu kehamilan
di mana setelah fertilisasi hasil
konsepsi tidak berkembang
menjadi embrio tetapi terjadi
proliferasi dari vili korialis disertai
dengan degenerasi hidrofik.
Uterus melunak dan
berkembang lebih cepat dari
usia gestasi yang normal, tidak
di jumpai adanya janin, kavum
uteri hanya terisi oleh jaringan
27. Etiologi
Tidak diketahui secara pasti
Beberapa faktor penyebabnya adalah:
1. Faktor ovum : ovum memang sudah
patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan
2. Imunoselektif dari trofoblas
3. Paritas tinggi
4. Kekurangan protein
5. Infeksi virus dan faktor kromosom yang
belum jelas.
28. Faktor risiko
Mola hidatidosa >> pada wanita usia
reproduktif.
Wanita pada remaja awal atau usia
perimenopausal amat sangat beresiko.
Wanita usia > 35 tahun memiliki resiko
2x lipat.
Wanita usia > 40 tahun memiliki resiko
7x dibanding wanita yang lebih muda.
29. Patofisiologi
Trias mola hidatidosa secara mikroskopis
Adanya proses proliferasi dari sel-sel
trofoblas
Terjadi degenerasi hidrofik dan
kesembapan pada stroma villi chorialis
Keterlambatan atau hilangnya pembuluh
darah dan stroma.
30. Teori Missed Abortion
Mudigah mati pada kehamilan 3 – 5
minggu karena itu terjadi gangguan
peredaran darah sehingga terjadi
penimbunan cairan masenkim dari villi
dan akhirnya terbentuklah gelembung-
gelembung
31. Teori Neoplasma dari Park
Sel-sel trofoblast abnormal dan memiliki
fungsi yang abnormal dimana terjadi
reabsorbsi cairan yang berlebihan ke
dalam villi sehingga timbul gelembung.
32. Studi dari Hertig
Akibat akumulasi cairan
yang menyertai
degenerasi awal atau
tidak adanya embrio
komplit pada minggu ke
tiga dan ke lima. Adanya
sirkulasi maternal yang
terus menerus dan tidak
adanya fetus
menyebabkan trofoblast
berproliferasi dan
melakukan fungsinya
33. Gejala Klinis
• Uterus membesar seperti kehamilan atau
melebihi usia kehamilan
• Tidak adanya tanda2 janin : balotement (-),
DJJ (-), rangka janin (-) di foto rontgen
• Perdarahan pervaginam
• Mual muntah
• Kadang-kadang preeklampsi atau eklampsi
sebelum minggu ke 24
• Febris mungkin ditemukan walaupun tidak
tedapat infeksi
• Hiperemis lebih sering terjadi
34. Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :
Mola hidatidosa komplet (klasik)
sel telur yang kurang kromosom pelengkap dan
dibuahi oleh sperma haploid (biasanya
mengandung kromosom X).
Duplikasi kromosom ini menghasilkan kariotipe
46 XX
Tidak ada janin berkembang, tetapi ada plasenta
yang abnormal terdiri dari massa jaringan seperti
anggur, villi chorionic menggembung atau
bengkak.
35. Mola hidatidosa inkomplet (parsial)
jika disertai janin atau bagian janin
Sebuah telur normal dibuahi oleh dua
spermatozoa (atau sperma diploid) sehingga
terbentuk kariotipe triploid (misal 69, XXY)
Karena set kromosom ibu ada, janin
berkembang, tetapi cacat dan kehamilan jarang
terjadi untuk jangka panjang
Hanya beberapa villi yang tampak seperti
anggur.
36.
37. Klasifikasi klinis dari GTT (Hammond dkk
1973)
A. Non- metastatik.
B. Metastatik.
C. Risiko rendah.
1. hCG < 10.000 IU/ urin 24 jam urine atau < 40.000 m IU/ml serum.
2. Gejala ada kurang dari 4 bulan No brain or liver metastases.
3. Tidak ada riwayat kemoterapi.
4. Kehamilan sebelumnya bukan kehamilan aterm ( mola, ektopik, abortus)
38. D. Risiko tinggi .
1. hCG > 100.000 IU/ urin 24 jam atau > 40.000 ml/ml serum.
2. Gejala ada > 4 bulan .
3. Adanya metastasis ke otak atau hepar.
4. Gagal kemoterapi sebelumnya.
5. Kehamilan sebelumnya aterm.
Klasifikasi diatas kemudian direvisi dan dikenal
sebagai klasifikasi National Cancer Institute (NCI).
40. Pemeriksaan fisik
Inspeksi : muka dan kadang-kadang badan
kelihatan kekuningan yang disebut muka mola
(mola face)
Palpasi : Uterus membesar tidak sesuai dengan
tuanya kehamilan, teraba lembek, tidak teraba
bagian-bagian janin dan ballotement dan
gerakan janin.
Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut jantung
janin
Pemeriksaan dalam : Memastikan besarnya
41. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
a. HCG urin atau serum (+)
b. T3 dan T4 bila ada gejala tiroid tirotoksikosis
Radiologi Plain foto abdomen-pelvis : tidak ditemukan tulang
janin.
USG Ditemukan gambaran snow pattern atau gambaran
seperti badai salju atau honey comb
appearance.
Histopatologik Dari gelembung-gelembung yang keluar,
dikirim ke Lab. Patologi Anatomi.
42. Pemeriksaan Penunjang
Makroskopis:
Jaringan seperti buah
anggur, terdiri dari kista –
kista yang berbeda – beda
ukuran dan pembengkakan
jonjot – jonjot kecil sampai
kista yang berdiameter 3
cm, berdinding tipis berisi
cairan bening.
43. Mikroskopis :
Vili korialis yang mengalami
degenerasi hidropik
Proliferasi sel – sel trofoblas
yang mengelilingi vili korealis
dengan derajat atipia yang
berbeda – beda
Dinding vili yang tersusun dari
proliferasi sel – sel trofoblast.
Stroma tanpa edema dan tidak
mengandung pembuluh darah
(avaskuler)
45. PENATALAKSANAAN
Perbaikan keadaan umum
- Tranfusi darah untuk memperbaiki syok atau
anemia
- Menghilangkan atau mengurangi penyulit
seperti preeklamsi atau tirotoksikosis
Pengeluaran jaringan Mola
- Vakum Kuretase
- Histerektomi
46. Bila usia > 40 tahun dan sudah tidak
menghendaki anak histerektomi
Wanita yang masih menginginkan anak
dapat dilakukan evakuasi dengan
kuretase, jika pembukaan servik masih
kecil, pasang laminaria untuk
memperlebar pembukaan
47. PEMERIKSAAN TINDAK
LANJUT
Pengawasan lanjutan untuk monitor dan
evaluasi pasca evakuasi (klinis dan
laboratorium)
Secara klinis dengan menilai tinggi fundus uteri
Pengawasan lanjutan dengan pemeriksaan
kadar ßHCG. Pemeriksaan ini dilakukan 1
bulan sekali sampai kadar ßHCG menjadi
negatif→masih diperiksa sampai tiga bulan
berturut-turut kadar ßHCG tetap negatif.
Jika ternyata pemeriksaan ßHCG tidak sesuai
harapan, atau dengan kata lain kadarnya tetap
48. Kontrasepsi hormonal aman selama 1 tahun
pasca remisi. Sebaiknya menggunakan
preparat progesteron oral selama 2 tahun.
Penyuluhan pada pasien akan kemungkinan
keganasan
Pada dasarnya penderita mola dianjurkan
tidak hamil sampai pengawasan lengkap
selesai dilakukan.
(Sydney Gynaecological Oncology Group)
Bagi wanita yang belum punya anak,
dianjurkan memakai alat kontrasepsi untuk
50. PROGNOSIS
Hampir kira-kira 20% wanita dengan
kehamilan mola komplet berkembang
menjadi penyakit trofoblastik ganas.
Penyakit trofoblas ganas saat ini 100%
dapat diobati. Faktor klinis yang
berhubungan dengan resiko keganasan
seperti umur penderita yang tua, kadar
hCG yang tinggi (>100.000mIU/mL),
eklamsia, hipertiroidisme, dan kista teka
51. BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien wanita dengan inisial
ny.It
(40 tahun) di diagnosis dengan mola
hidatidosa didasarkan dari :
Anamnesis :
Pasien mengeluh keluar darah dari jalan
lahir.
Nyeri perut (+).
52. Pemeriksaan fisik didapatkan :
Wajah Anemis (+) dan konjungtiva anemis.
Abdomen tampak mengalami pembesaran.
Teraba tinggi fundus uteri 3 jari di atas
umbilikus.
Tidak teraba ballotement.
Tidak teraba bagian janin.
Tidak terdengar denyut jantung janin
Nyeri tekan (+).
53. Pemeriksaan penunjang didapatkan :
Darah : Hb 9.6 L g/dl, gravindex tes (+).
Serum ß-HCG dalam darah atau urin (+).
USG : Gambaran Snow storm atau badai
salju Mola.
Pada pasien ini dilakukan penanganan kasus
Mola Hidatidosa yaitu dengan diberikan
beberapa penatalaksanaan, yaitu :
Perbaikan keadaan umum
Memberikan tranfusi darah untuk
54. Pengeluaran jaringan Mola
Dilakukan kuretase untuk mengevakuasi
mola dan menghentikan perdarahan.
Pada pasien ini dilakukan Histerektomi,
mengingat usia nya sudah 40 tahun dan
mempunyai cukup anak. Dan berdasarkan
system scoring FIGO bahwa pasien ini
berisiko tinggi terhadap keganasan.
55. BAB V
KESIMPULAN
Hamil mola adalah suatu kehamilan di mana
setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang
menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili
korialis di sertai dengan degenerasi hidropik.
Mola hidatidosa terbagi menjadi : Mola hidatidosa
sempurna, mola hidatidosa parsial
Perdarahan pervaginaan dari bercak sampai
perdarahan berat merupakan gejala utama dari
mola hidatidosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan Anamnesa,
Pemeriksaan fisik, pemeriksaan dalam,
laboratorium, radiologik dan histopatologik
56. Penatalaksanaan :
Evakuasi : Kuret atau kuret isap, histerektomi
Pengawasan lanjut : Periksa ulang selama 2-
3 tahun
Histerektomi merupakan pengangkatan
berbagai tingkatan uterus dan adneksanya
sebagai bagian dari upaya pencegahan
penyebaran kanker dan indikasi lainnya.
57. Pada kasus mola hidatidosa,
histerektomi dilakukan pada perempuan
yang telah cukup umur dan mempunyai
cukup anak. Alasan untuk melakukan
histerektomi ialah karena umur tua dan
paritas tinggi merupakan salah satu
faktor predisposisi untuk terjadinya
keganasan.