BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
Kerajaan mataram islam
1.
2. AWAL PERKEMBANGAN KERAJAAN
SISTEM PEMERINTAHAN
KEHIDUPAN POLITIK MATARAM
ISLAM
KEHIDUPAN SOSIAL
KEMAJUAN PADA MASA
PEMERINTAHAN SULTAN AGUNG
SILSILAH RAJA PENINGGALAN KERAJAAN
3. AWAL PERKEMBANGAN KERAJAAN
Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat Kerajaan ini terletak di sebelah tenggara
kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Para raja yang pernah memerintah di Kerajaan Mataram
yaitu : Penembahan Senopati (1584-1601), Panembahan Seda Krapyak (1601-1677).
Dalam sejarah Islam,Kesultanan mataram memiliki peran yang cukup penting dalam perjalanan
secara kerajaan-kerajaan islam di Nusantara (Indonesia). Hal ini terlihat dari semangat raja-raja
untuk memperluas daerah kekuasaan dan mengislamkan para penduduk daerah
kekuasaannya, keterlibatan para pemuka agama, hingga pengembangan kebudayaan yang
bercorak islam di Jawa.
Pada awalnya daerah mataram dikuasai kesultanan pajang sebagai balas jasa atas perjuangan
dalam mengalahkan Arya Penangsang. Sultan Hadiwijaya menghadiahkan daerah mataram
kepada Ki Ageng Pemanahan. Selanjutnya, oleh ki Ageng Pemanahan Mataram dibangun
sebagai tempat permukiman baru dan persawahan.
Akan tetapi, kehadirannya di daerah ini dan usaha pembangunannya mendapat berbagai jenis
tanggapan dari para penguasa setempat. Misalnya, Ki Ageng Giring yang berasal dari wangsa
Kajoran secara terang-terangan menentang kehadirannya. Begitu pula ki Ageng tembayat dan
Ki Ageng Mangir. Namun masih ada yang menerima kehadirannya, misalnya ki Ageng Karanglo.
Meskipun demikian, tanggapan dan sambutan yang beraneka itu tidak mengubah pendirian Ki
Ageng Pemanahan untuk melanjutkan pembangunan daerah itu. ia membangun pusat
kekuatan di plered dan menyiapkan strategi untuk menundukkan para penguasa yang
menentang kehadirannya.
4. Pada tahun 1575, Pemahanan meninggal dunia. Ia digantikan oleh
putranya, Danang Sutawijaya atau Pangeran Ngabehi Loring Pasar. Di
samping bertekad melanjutkan mimpi ayahandanya, ia pun bercita-cita
membebaskan diri dari kekuasaan pajang. Sehingga, hubungan antara
mataram dengan pajang pun memburuk.Hubungan yang tegang antara
sutawijaya dan kesultanan Pajang akhirnya menimbulkan peperangan.
Dalam peperangan ini, kesultanan pajang mengalami kekalahan.
Setelah penguasa pajak yakni hadiwijaya meninggal dunia (1587),
Sutawijaya mengangkat dirinya menjadi raja Mataram dengan gelar
penembahan Senopati Ing Alaga. Ia mulai membangun kerajaannya dan
memindahkan senopati pusat pemerintahan ke Kotagede. Untuk
memperluas daerah kekuasaanya, penembahan senopati melancarkan
serangan-serangan ke daerah sekitar. Misalnya dengan menaklukkan Ki
Ageng Mangir dan Ki Ageng Giring
5. Pada tahun 1590, penembahan senopati atau biasa disebut dengan senopati
menguasai madiun, yang waktu itu bersekutu dengan surabaya. Pada tahun
1591 ia mengalahkan kediri dan jipang, lalu melanjutkannya dengan
penaklukkan Pasuruan dan Tuban pada tahun 1598-1599.
Sebagai raja islam yang baru, panembahan senopati melaksanakan penaklukkan-
penaklukan itu untuk mewujudkan gagasannya bahwa mataram harus menjadi
pusat budaya dan agama islam, untuk menggantikan atau melanjutkan
kesultanan demak. Disebutkan pula dalam cerita babad bahwa cita-cita itu
berasal dari wangsit yang diterimanya dari Lipura (desa yang terletak di sebelah
barat daya Yogyakarta). Wangsit datang setelah mimpi dan pertemuan senopati
dengan penguasa laut selatan, Nyi Roro Kidul, ketika ia bersemedi di Parangtritis
dan Gua Langse di Selatan Yogyakarta. Dari pertemuan itu disebutkan bahwa
kelak ia akan menguasai seluruh tanah Jawa.
PETA :
6. SISTEM PEMERINTAHAN
Sistem Pemerintahan Dan Birokrasi Kerajaan Mataram
Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan yang dianut Kerajaan mataram islam adalah
sistem Dewa-Raja. Artinya pusat kekuasaan tertinggi dan mutlak ada
pada diri sultan. Seorang sultan atau raja sering digambarkan memiliki
sifat keramat, yang kebijaksanaannya terpacar dari kejernihan air muka
dan kewibawannya yang tiada tara. Raja menampakkan diri pada rakyat
sekali seminggu di alun-alun istana.
Selain sultan, pejabat penting lainnya adalah kaum priayi yang
merupakan penghubung antara raja dan rakyat. Selain itu ada pula
panglima perang yang bergelar Kusumadayu, serta perwira rendahan
atau Yudanegara. Pejabat lainnya adalah Sasranegara, pejabat
administrasi.
Sultan Agung menerapkan peraturan yang bertujuan mencegah
perebutan tahta, antara keluarga raja dan putra mahkota. Di bawah
kepemimpinan Sultan Agung, Mataram tidak hanya menjadi pusat
kekuasaan, tapi juga menjadi pusat penyebaran islam.
7. * Pejabat-pejabat tinggi dalam Kraton dan daerah Kutagara:
Raja memegang kekuasaan tertinggi dan dibawahnya ada pejabat-pejabat.Dalam
pemerintahan dibedakan pemerintah dalam istana atau yang sering disebut peprintah
lebet dan pemerintahan luar istana yang disebut peprintah jawi.Dalam pemerintahan
didalam dibebankan pada empat orang Wedana Dalam(Wedana lebet)) yaitu,Wedana
Gedong Tengen,Wedana Keparak Kiwa,dan Wedana Keparak Tengen,Sebelum tahun 1744
keempat jabatan wedana tersebut terdapat jabatan patih Dalam yang bertugas
mengkoordinasi tugas wedana-wedana tersebut. Pada masa Kerta yang menjadi patih
lebet Adipati Mandaraka. Pada masa Amangkurat I, Tumenggung Singaranu menjadi
patih lebet.
Tetapi sejak tahun 1775 jabatan patih lebet dihapuskan.Para wedana lebet biasanya
bergelar Tumenggung atau Pangeran (kalau masih berkeluarga raja).Tiap-tiap wedana
lebet ini dibantu oleh seorang kliwon (pepatih atau lurah carik) yang biasanya bergelar
Ngabehi, seorang kebayan (juga bergelar Ngabehi, Rangga atau Raden) dan 40 orang
mantri-mantri jajar. Untuk mengurusi daerah kota (Kutanegara) raja menunjuk 2 orang
wedana miji (miji = memilih, jadi wedana yang dipilih untuk tugas-tugas tertentu).
Wedana-wedana miji ini langsung dibawah perintah raja. Kedudukan wedana miji di
zaman modern hampir sama dengan wali kota (sebagai stadholder in the city).
8. * Pejabat-pejabat wilayah Negara Agung
Diwilayah Negara agung tiap-tiap daerah bagian dikepalai oleh Wedana
Luar(Wedana Jawi).Sesuai dengan nama daerah-daerah bagian
tersebut,maka terdapat sebutan Wedana Bumi,Wedana Sewu,Wedana
Numbak Anyar,Wedana siti Anyar,Wedana Siti Ageng Kiwa,Wedana Siti
Ageng Tengen,Wedana Panumping,dan Wedana Panekar.Wedana-wedana
ini juga dibantu oleh seorang kliwon,seorang kebayan dan 40 orang
mantri jajar.
* Pejabat-pejabat di wilayah Mancanagara
Daerah-daerah di mancanegara baik kulon maupun wetan, masing-
masing dikepalai oleh seorang bupati atau lebih (dalam Surat Pustaka
Radja Puwara istilahnya juga wedana), yang biasanya berpangkat
Tumenggung atau Raden Arya. Jumlah bupati yang mengepalai tiap-
tiap daerah tidak sama, tergantung pada luas dan tidaknya daerah itu.
Daerah yang tidak luas cukup dikepalai oleh seorang mantri atau
seorang kliwon. Para bupati mancanagara tersebut di bawah
pengawasan seorang wedana bupati mancanagara.
9. * Pejabat-pejabat di daerah Pasisiran
Tiap-tiap daerah di pasisiran juga dikepalai oleh seorang bupati atau
syahbandar, berpangkat Tumenggung. Kyai Demang atau Kyai Ngabehi.
Sebagai contoh misalnya Bupati Pasisiran Jepara ialah Ngabehi Martanata
(1657), Bupati Semarang Kyai Ngabehi Wangsareja, Bupati Demak
Tumenggung Suranata. Dalam tahun 1618 sebagai Bupati Pasisiran Jepara
Ulubalang Kojah (keturunan India), dalam tahun 1631-1636 dijabat oleh
Kyai Demang Leksmana. Meskipun bupati-bupati atau syahbandar itu
mempunyai kekuasaan memerintah dalam daerah wewenangnya, tetapi
mereka tidak lepas dan pengawasan pejabat-pejabat tinggi yang ada di
Kutagara.
* Jabatan-jabatan yang lebih rendah:
Di samping jabatan-jabatan tinggi pemerintahan seperti
tersebut di muka masih terdapat jabatan-jabatan
tengahan dan rendahan yang jumlahnya sangat besar.Serat
Wadu Adji maupun Serat Radja Kapa-kapa memberikan
uraian tentang nama-nama pangkat punggawa raja (abdi
dalem) tersebut dengan arti dan tugasnya.Jabatan-jabatan
yang berhubungan dengan pamong praja
10. KEHIDUPAN POLITIK
Pendiri kerajaan Mataram adalah Sutawijaya. Ia bergelar Panembahan Senopati,
memerintah tahun (1586 – 1601). Pada awal pemerintahannya ia berusaha
menundukkan daerah-daerah seperti Ponorogo, Madiun, Pasuruan, dan Cirebon serta
Galuh. Sebelum usahanya untuk memperluas dan memperkuat kerajaan Mataram
terwujud, Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar Sultan
Anyakrawati tahun 1601 – 1613.
Sebagai raja Mataram ia juga berusaha meneruskan apa yang telah dilakukan oleh
Panembahan Senopati untuk memperoleh kekuasaan Mataram dengan menundukkan
daerah-daerah yang melepaskan diri dari Mataram. Akan tetapi sebelum usahanya
selesai, Mas Jolang meninggal tahun 1613 dan dikenal dengan sebutan Panembahan
Sedo Krapyak. Untuk selanjutnya yang menjadi raja Mataram adalah Mas Rangsang
yang bergelar Sultan Agung Senopati ing alogo Ngabdurrahman, yang memerintah
tahun 1613 – 1645. Sultan Agung merupakan raja terbesar dari kerajaan ini. Pada
masa pemerintahannya Mataram mencapai puncaknya, karena ia seorang raja yang
gagah berani, cakap dan bijaksana.
Pada tahun 1625 hampir seluruh pulau Jawa dikuasainya kecuali Batavia dan Banten.
daerah-daerah tersebut dipersatukan oleh Mataram antara lain melalui ikatan
perkawinan antara adipati-adipati dengan putri-putri Mataram, bahkan Sultan Agung
sendiri menikah dengan putri Cirebon sehingga daerah Cirebon juga mengakui
kekuasaan Mataram.
11. Di samping mempersatukan berbagai daerah di pulau Jawa, Sultan Agung juga
berusaha mengusir VOC Belanda dari Batavia. Untuk itu Sultan Agung melakukan
penyerangan terhadap VOC ke Batavia pada tahun 1628 dan 1629 akan tetapi
serangan tersebut mengalami kegagalan. Penyebab kegagalan serangan terhadap
VOC antara lain karena jarak tempuh dari pusat Mataram ke Batavia terlalu jauh
kira-kira membutuhkan waktu 1 bulan untuk berjalan kaki, sehingga bantuan
tentara sulit diharapkan dalam waktu singkat.
Dan daerah-daerah yang dipersiapkan untuk mendukung pasukan sebagai
lumbung padi yaitu Kerawang dan Bekasi dibakar oleh VOC, sebagai akibatnya
pasukan Mataram kekurangan bahan makanan. Dampak pembakaran lumbung
padi maka tersebar wabah penyakit yang menjangkiti pasukan Mataram,
sedangkan pengobatan belum sempurna. Hal inilah yang banyak menimbulkan
korban dari pasukan Mataram. Di samping itu juga sistem persenjataan Belanda
lebih unggul dibanding pasukan Mataram.
12. KEHIDUPAN SOSIAL
Sebagai kerajaan yang bersifat agraris, masyarakat Mataram disusun
berdasarkan sistem feodal. Dengan sistem tersebut maka raja adalah
pemilik tanah kerajaan beserta isinya. Untuk melaksanakan
pemerintahan, raja dibantu oleh seperangkat pegawai dan keluarga
istana, yang mendapatkan upah atau gaji berupa tanah lungguh atau
tanah garapan. Tanah lungguh tersebut dikelola oleh kepala desa (bekel)
dan yang menggarapnya atau mengerjakannya adalah rakyat atau petani
penggarap dengan membayar pajak/sewa tanah.
Dengan adanya sistem feodalisme tersebut, menyebabkan lahirnya tuan-
tuan tanah di Jawa yang sangat berkuasa terhadap tanah-tanah yang
dikuasainya. Sultan memiliki kedudukan yang tinggi juga dikenal sebagai
panatagama yaitu pengatur kehidupan keagamaan. Sedangkan dalam
bidang kebudayaan, seni ukir, lukis, hias dan patung serta seni sastra
berkembang pesat. Hal ini terlihat dari kreasi para seniman dalam
pembuatan gapura, ukiran-ukiran di istana maupun tempat ibadah.
Contohnya gapura Candi Bentar di makam Sunan Tembayat (Klaten)
diperkirakan dibuat pada masa Sultan Agung.
13. ASPEK KEHIDUPAN SOSIAL
Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik
berdasarkan hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama
begitu saja. Dalam pemerintahan Kerajaan Mataram Islam, Raja
merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti oleh
sejumlah pejabat kerajaan. Di bidang keagamaan terdapat
penghulu, khotib, naid, dan surantana yang bertugas memimpin
upacara-upacara keagamaan.
Di bidang pengadilan,dalam istana terdapat jabatan jaksa yang
bertugas menjalankan pengadilan istana. Untuk menciptakan
ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan peraturan yang
dinamakan anger-anger yang harus dipatuhi oleh seluruh
penduduk
15. Kemajuan pada masa pemerintahan
sultan agung
Kemajuan yang dicapai meliputi kemajuan di bidang politik, ekonomi,
sosial, dan budaya, yaitu :
A. Bidang Politik
Kemajuan politik yang dicapai Sultan Agung adalah menyatukan
kerajaan-kerajaan Islam di Jawa dan menyerang Belanda di Batavia.
a. Penyatuan kerajaan-kerajaan Islam
Sultan Agung berhasil menyatukan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa.
Usaha inidimulai dengan menguasai Gresik, Jaratan, Pamekasan,
Sumenep, Sampang,Pasuruhan, kemudian Surabaya. Salah satu
usahanya mempersatukan kerajaan Islamdi Pulau Jawa ini ada yang
dilakukan dengan ikatan perkawinan. Sultan Agung mengambil
menantu Bupati Surabaya Pangeran Pekik dijodohkan dengan putrinya
yaitu Ratu Wandansari
16. b. Anti penjajah Belanda
Sultan Agung adalah raja yang sangat benci terhadap penjajah Belanda. Hal ini
terbukti dengan dua kali menyerang Belanda ke Batavia, yaitu yang pertama
tahun 1628 dan yang kedua tahun 1629. Kedua penyerangan ini mengalami
kegagalan.Adapun penyebab kegagalannya, antara lain:
- Jarak yang terlalu jauh berakibat mengurangi ketahanan prajurit mataram.
Mereka harus menempuh jalan kaki selama satu bulan dengan medan yang
sangat sulit.
- Kekurangan dukungan logistik menyebabkan pertahanan prajurit Mataram di
Batavia menjadi lemah.
- Kalah dalam sistem persenjataan dengan senjataa yang dimiliki kompeni
Belanda yang serba modern.
- Banyak prajurit Mataram yang terjangkit penyakit dan meninggal, sehingga
semakin memperlemah kekuatan.
- Portugis bersedia membantu Mataram dengan menyerang Batavia lewat
laut,sedangkan Mataram lewat darat. Ternyata Portugis mengingkari. Akhirnya
Mataram dalam menghadapai Belanda tanpa bantuan Portugis.
- Kesalahan politik Sultan Agung yang tidak menadakan kerja sama dengan
Banten dalam menyerang Belanda. Waktu itu mereka saling bersaing.
- Sistem koordinasi yang kurang kompak antara angkatan laut dengan angkatan
darat. Ternyata angkatan laut mengadakan penyerangan lebih awal sehingga
rencana penyerangan Mataram ini diketahui Belanda.
- Akibat penghianatan oleh salah seorang pribumi, sehingga rencana
penyerangan ini diketahui Belanda sebelumnya.
17. B. Bidang Ekonomi
Kemajuan dalam bidang ekonomi meliputi hal-hal berikut
ini:
- Sebagai negara agraris, Mataram mampu meningkatkan
produksi beras dengan memanfaatkan beberapa sungai di
Jawa sebagai irigasi. Mataram juga mengadakan
pemindahan penduduk (transmigrasi) dari daerah yang
kering ke daerah yang subur dengan irigasi yang baik.
Dengan usaha tersebut, Mataram banyak mengekspor
beras ke Malaka.
- Penyatuan kerajaan-kerajaan Islam di pesisir Jawa tidak
hanya menambah kekuatan politik,tetapi juga kekuatan
ekonomi. Dengan demikian ekonomi Mataram tidak
semata-mata tergantung ekonomi agraris, tetapi juga
karena pelayaran dan perdagangan.
18. C. Bidang sosial Budaya
Kemajuan dalam bidang sosial budaya meliputi hal-hal berikut:
a. Timbulnya kebudayaan kejawen
Unsur ini merupakan akulturasi dan asimilasi antara kebudayaan asli
Jawa denganIslam. Misalnya upacara Grebeg yang semula merupakan
pemujaan roh nenek moyang. Kemudian, dilakukan dengan doa-doa
agama Islam. Sampai kini, di jawa kita kenal sebagai Grebeg Syawal,
Grebeg Maulud dan sebagainya.
b. Perhitungan Tarikh Jawa
Sultan Agung berhasil menyusun tarikh Jawa. Sebelum tahun 1633 M,
Mataram menggunakan tarikh Hindu yang didasarkan peredaran
matahari (tarikh syamsiyah).Sejak tahun 1633 M (1555 Hindu), tarikh
Hindu diubah ke tarikh Islam berdasarkan peredaran bulan (tarikh
komariah). Caranya, tahun 1555 diteruskan tetapi dengan perhitungan
baru berdasarkan tarikh komariah. Tahun perhitungan Sultan Agung ini
kemudian dikenal sebagai“tahun Jawa”.
19. c. Berkembangnya Kesusastraan Jawa
Pada zaman kejayaan Sultan Agung, ilmu pengetahuan dan seni
berkembang pesat,termasuk di dalamnya kesusastraan Jawa. Sultan
Agung sendiri mengarang kitab yang berjudul Sastra Gending yang
merupakan kitab filsafat kehidupan dan kenegaraan.Kitab-kitab yang lain
adalah Nitisruti, Nitisastra, dan Astrabata. Kitab-kitab ini berisi tentang
ajaran-ajaran budi pekerti yang baik.Pengaruh Mataram mulai memudar
setelah Sultan Agung meninggal pada tahun 1645 M.Selanjutnya,
Mataram pecah menjadi dua, sebagaimana isi Perjanjian Giyanti (1755)
berikut:
- Mataram Timur yang dikenal Kesunanan Surakarta di bawah kekuasaan
Paku Buwono III dengan pusat pemerintahan di Surakarta.
- Mataram Barat yang dikenal dengan Kesultanan Yogyakarta di bawah
kekuasaan Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I
dengan pusat pemerintahannya di Yogyakarta.Perkembangan
berikutnya, Kesunanan Surakarta pecah menjadi dua yaitu Kesunanan
dan Mangkunegaran (Perjanjian Salatiga 1757). Kesultanan Yogyakarta
juga terbagi atas Kesultanan dan Paku Alaman.
20. SILSILAH RAJA
1. Ki Ageng Pamanahan ( Ki Gede Pamanahan )
- Pendiri desa mataram tahun 1556
- bergelar Panembahan Senapati dibawah pimpinan anaknya
- Ki Pamanahan adalah putra Ki Ageng Henis, putra Ki Ageng Sela
- menikah dengan sepupunya sendiri, yaitu Nyai Sabinah, putri Nyai
Ageng Saba (kakak perempuan Ki Ageng Henis).
- Ki Pamanahan dan adik angkatnya, yang bernama Ki Penjawi,
mengabdi pada Hadiwijaya bupati Pajang (murid Ki Ageng Sela )
Keduanya dianggap kakak oleh raja dan dijadikan sebagai lurah
wiratamtama di Pajang.
- Hadiwijaya singgah ke Gunung Danaraja. Ki Pamanahan bekerja sama
dengan Ratu Kalinyamat membujukHadiwijaya supaya bersedia
menghadapi Arya Penangsang. Sebagai hadiah, Ratu Kalinyamat
memberikan cincin pusakanya kepada Ki Pamanahan.
- Meninggal tahun 1584
21. 2. Sutawijaya ( Danang sutawijaya )
- pendiri Kesultanan Mataram yang memerintah sebagai raja pertama pada tahun
1587-1601
- bergelar Panembahan Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama Khalifatullah Tanah
Jawa
- dianggap sebagai peletak dasar-dasar Kesultanan Mataram.
- putra sulung pasangan Ki Ageng Pamanahan dan Nyai Sabinah
- Menurut naskah-naskah babad, ayahnya adalah keturunan Brawijaya raja terakhir
Majapahit, sedangkan ibunya adalah keturunan Sunan Giri anggota Walisanga
- Nyai Sabinah memiliki kakak laki-laki bernama Ki Juru Martani, yang kemudian
diangkat sebagai patih pertama Kesultanan Mataram. Ia ikut berjasa besar dalam
mengatur strategi menumpas Arya Penangsang pada tahun 1549.
- Sutawijaya juga diambil sebagai anak angkat oleh Hadiwijaya bupati Pajang sebagai
pancingan, karena pernikahan Hadiwijaya dan istrinya sampai saat itu belum dikaruniai
anak. Sutawijaya kemudian diberi tempat tinggal di sebelah utara pasar sehingga ia
pun terkenal dengan sebutan Raden Ngabehi Loring Pasar.
- Sayembara menumpas Arya Penangsang tahun 1549 merupakan pengalaman perang
pertama bagi Sutawijaya. Ia diajak ayahnya ikut serta dalam rombongan pasukan
supaya Hadiwijaya merasa tidak tega dan menyertakan pasukan Pajang sebagai bala
bantuan. Saat itu Sutawijaya masih berusia belasan tahun.
- meninggal dunia pada tahun 1601 saat berada di desa Kajenar. Ia kemudian
dimakamkan di Kotagede.
22. 3. Raden Mas Jolang ( Panembahan Hanyakrawati / Sri Susuhunan Adi Prabu
Hanyakrawati Senapati-ing-Ngalaga Mataram )
- raja kedua Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1601-1613
- putra Panembahan Senapati raja pertama Kesultanan Mataram. Ibunya bernama
Ratu Mas Waskitajawi, putri Ki Ageng Panjawi, penguasa Pati
- Ketika menjabat sebagai Adipati Anom (putra mahkota), Mas Jolang menikah
dengan Ratu Tulungayu putri dari Ponorogo. Namun perkawinan tersebut tidak juga
dikaruniai putra, kemudian menikah lagi dengan Dyah Banowati putri Pangeran
Benawa raja Pajang. Dyah Banowati yang kemudian bergelar Ratu Mas Hadi
melahirkan Raden Mas Rangsang dan Ratu Pandansari (kelak menjadi istri Pangeran
Pekik). Empat tahun setelah Mas Jolang naik takhta, ternyata Ratu Tulungayu
melahirkan seorang putra bernama Raden Mas Wuryah alias Adipati Martapura.
Padahal saat itu jabatan adipati anom telah dipegang oleh Mas Rangsang.
- Pada tahun 1610 melanjutkan usaha ayahnya, yaitu menaklukkan Surabaya, musuh
terkuat Mataram. Serangan-serangan yang dilakukannya sampai akhir
pemerintahannya tahun 1613 hanya mampu memperlemah perekonomian Surabaya
namun tidak mampu menjatuhkan kota tersebut. Serangan pada tahun 1613 sempat
menyebabkan pos-pos VOC di Gresik dan Jortan ikut terbakar. Sebagai permintaan
maaf, Hanyakrawati mengizinkan VOC mendirikan pos dagang baru di Jepara. Ia juga
mencoba menjalin hubungan dengan markas besar VOC di Ambon.
- meninggal dunia pada tahun 1613 karena kecelakaan sewaktu berburu kijang di
Hutan Krapyak. Oleh karena itu, ia pun terkenal dengan gelar anumerta Panembahan
Seda ing Krapyak, atau cukup Panembahan Seda Krapyak, yang bermakna "Baginda
yang wafat di Krapyak"
23. 4. Raden Mas Rangsang (Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma )( nama asli :
Raden Mas Jatmika )
- lahir: Kutagede, Kesultanan Mataram, 1593 - wafat: Karta (Plered, Bantul),
Kesultanan Mataram, 1645
- raja ketiga Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1613-1645
- Di bawah kepemimpinannya, Mataram berkembang menjadi kerajaan terbesar di
Jawa dan Nusantara pada saat itu.( puncak kejayaan )
- Atas jasa-jasanya sebagai pejuang dan budayawan, Sultan Agung telah ditetapkan
menjadi pahlawan nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975
tanggal3 November 1975.
- putra dari pasangan Prabu Hanyakrawati dan Ratu Mas Adi Dyah Banawati.( putri
Pangeran Benawa raja Pajang ( Dyah Banowati ))
- Pada tahun 1620 pasukan Mataram mulai mengepung kota Surabaya secara periodik.
- kemunduran kerajaan mataram Islam akibat kalah dalam perang merebut Batavia
dengan VOC
- menyerang Batavia sebanyak 2x.
serangan pertama ( 1628 ) terjadi di benteng Holandia, dipimpin oleh Tumenggung
Bahureksa, dan Pangeran Mandurareja sebanyak 10.000 pasukan akan tetapi gagal.
Kegagalan serangan pertama diantisipasi dengan cara mendirikan lumbung-lumbung
beras di Karawang dan Cirebon. Namun pihak VOC berhasil memusnahkan semuanya.
Serangan kedua ( 1629 ) dipimpin Adipati Ukur dan Adipati Juminah Total semua
14.000 orang prajurit. serangan kedua Sultan Agung berhasil membendung dan
mengotori Sungai Ciliwung, yang mengakibatkan timbulnya wabah penyakit kolera
melanda Batavia. Gubernur jenderal VOC yaitu J.P. Coen meninggal menjadi korban
wabah tersebut.
24. PENINGGALAN KERAJAAN MATARAM
Sumber- Sumber Berita:
a. Babad Tanah Djawi
b. Babad Meinsma
c. Serat Kandha
d. Serat Centini
e. Serat Cabolek
f. Serat Dharma Wirayat (yang sangat populer sebagai
karya Sri Paku Alam III.)
g. Serat Nitipraja
h. Babad Sangkala
i. Babad Sankalaniang Momana
j. Sadjarah Dalem
25. => Seni dan Tradisi:
a. Sastra Ghending karya Sultan Agung
b. Tahun Saka
Pada tahun 1633, Sultan Agung mengganti perhitungan tahun
Hindu yang berdasarkan perhitungan matahari dengan tahun
Islam yang berdasarkan perhitungan bulan
c. Kerajinan Perak
Perak Kotagede sangat terkenal hingga ke mancanegara,
kerajinan ini warisan dari orang-orang Kalang.
26. d. Kalang Obong
Upacara tradisional kematian orang Kalang, upacara ini
seperti Ngaben di Bali, tetapi upacara Kalang Obong ini
bukan mayatnya yg dibakar melainkan pakaian dan
barang-barang peninggalannya
27. e. KUE KIPO
Makanan tradisional ini sangat khas dan hanya
ada di Kotagede, terbuat dari kelapa, tepung,
dan gula merah.
28. f. Pertapaan Kembang Lampir
Kembang Lampir merupakan petilasan Ki Ageng
Pemanahan yang terletak di Desa Girisekar,
Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul.
Tempat ini merupakan pertapaan Ki Ageng
Pemanahan ketika mencari wahyu karaton
Mataram.
29. => Bangunan- Bangunan, Benda Pusaka, dan
Lainnya:
a. Segara Wana dan Syuh Brata
Adalah meriam- meriam yang sangat indah
yang diberikan oleh J.P. Coen (pihak Belanda)
atas perjanjiannya dengan Sultan Agung.
Sekarang meriam itu diletakkan di depan
keraton Surakarta dan merupakan meriam yang
paling indah di nusantara
30. b. Puing - puing / candi- candi Siwa dan Budha di daerah aliran
Sungai Opak dan Progo yang bermuara di Laut Selatan
c. Batu Datar di Lipura yang tidak jauh di barat daya Yogyakarta
d. Baju “keramat” Kiai Gundil atau Kiai Antakusuma
e. Masjid Agung Negara
Masjid Agung dibangun oleh PB III tahun 1763 dan selesai pada
tahun 1768.
Gambar masjid agung negara
31. f. Masjid Jami Pakuncen
Masjid Jami Pekuncen yang berdiri di Tegal Arum, Kabupaten
Tegal, Jawa Tengah, merupakan salah bangunan peninggalan
Islam yang dibuat Sunan Amangkurat I sebagai salah satu tempat
penting untuk penyebaran Islam kala itu.
g. Gerbang Makam Kota Gede
Gerbang ini adalah perpaduan unsur bangunan Hindu dan Islam.
32. h. Masjid Makam Kota Gede
Sebagai kerajaan Islam, Mataram memiliki banyak
peninggalan masjid kuno, inilah masjid di komplek
makam Kotagede yang bangunannya bercorak Jawa.
i. Bangsal Duda