Dokumen tersebut membahas tentang ekonomi kemiskinan dan pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang. Secara khusus membahas tentang pengertian kemiskinan secara ekonomi, cara mengukur tingkat kemiskinan, faktor-faktor penyebab kemiskinan, dan cara menanggulangi kemiskinan. Juga membahas tujuan Millennium Development Goals (MDG) dan kondisi pencapaian target-target MDG di beberapa negara term
2. Ekonomi Kemiskinan
1. Apa yang dimaksud dengan “Kemiskinan”
dalam pendekatan ilmu ekonomi
2. Bagaimana cara mengukur tingkat kemiskinan
3. Ciri-ciri apa saja (indikator) yang mewarnai
kemiskinan
4. Apa faktor-faktor penyebab (determinan)
kemiskinan
5. Bagaimana cara menanggulangi kemiskinan
3. Pembangunan dan Pertumbuhan
Ekonomi di NSB
Banyak negara yg baru merdeka setelah perang
dunia II berakhir
Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
menjadi prioritas untuk mensejahterakan rakyat
dan mengejar ketertinggalan dari negara maju
Perencanaan pembangunan dengan target
pertumbuhan tinggi (growth oriented) pada
1950an
Lalu tahun 1960an orientasi pembangunan
beralih pada pemenuhan basic needs
4. Millenium Development Goals (MDG)
Dan juga:
7. Menjamin kelestarian lingkungan
• Mengintegrasikan sustainable development dlm kebij pemb dan
merehabilitasi s.d. lingkungan
• Thn 2015 org yg tdk punya akses air minum yg layak berkurang
½
• Thn 2020 bagi yg tinggal di daerah kumuh mendapat perbaikan
7. Membentuk kerjasama global u/ pemb.
• Mengembangkan lebih jauh free-trade dan sistem keu int’l yg
jujur dan ‘fair’
• Secara komprehensif mengusahakan persetujuan ttg masalah
hutang LN NSB dan NMi
• Membantu kebutuhan negara2 yg tertinggal
5. Millenium Development Goals (MDG)
Untuk mencapai target ini NSB diminta
komitmennya agar bersungguh-sungguh
mencapai MDGs
Dan negara maju pun diminta komitmen nya
untuk menyediakan dana 0,7% dari GDP nya
Namun hingga saat ini:
Banyak NSB yg menyatakan tidak bakal mencapai
target
NM pun belum mau menyediakan dana tsb
6. Kasus 1: MDG Indonesia
Laporan MDG Indonesia dipersiapkan
Bappenas & BPS dibantu UNDP tahun 2004 [
http://www.undp.or.id/pubs/mdg_report.asp]
Untuk tingkat kemiskinan dgn $1PPP Indonesia
sudah mencapai target pada tahun 2000 yaitu
menurunkan setengah tingkat kemiskinan di
tahun 1990 yg 20,6% menjadi 9,9% tahun 2000
Namun, dengan perkembangan terakhir
dimana angka kemiskinan naik lagi, juga
banyaknya peristiwa yg mengakibatkan
bertambahnya orang miskin, usaha
menurunkan kemiskinan semakin berat
7. Tingkat Kemiskinan di Indonesia
Dalam laporan “Making the New Indonesia Work for the
Poor”, World Bank dengan menggunakan garis
kemiskinan $2PPP/cap/hari menyatakan bahwa tingkat
kemiskinan adalah 49%, sekitar 110 juta jiwa
WB menggunakan dua garis kemiskinan (GK
internasional $1 & $2PPP) dimana bila digunakan
$1PPP, 7,4% yang miskin
Bila digunakan GK BPS (2100kcal+nonmakanan) yaitu
thn 2006=$1,55PPP, ada 16,7% rakyat miskin
Jadi: angka kemiskinan sensitif thdp garis kemiskinan
yg digunakan, terutama antara $1,55 ke $2PPP
Jadi: Masalah kemiskinan bukan sekedar jumlah orang
miskinnya, tapi juga masalah vulnerability masyarakat
untuk jatuh ke jurang kemiskinan
8. 88
Pengertian Umum:Pengertian Umum:
Kemiskinan secara EkonomiKemiskinan secara Ekonomi
Semua definisi di atas merefer keSemua definisi di atas merefer ke
kemiskinan absolutkemiskinan absolut,,
– yaitu status kesejahteraan seseorang yang secara materi beradayaitu status kesejahteraan seseorang yang secara materi berada
di bawah suatu batas minimal tertentu.di bawah suatu batas minimal tertentu.
Batas minimal ini disebutBatas minimal ini disebut garisgaris
kemiskinan (GK)kemiskinan (GK)
– Yang dihitung berdasarkan nilai uang dari semua barang danYang dihitung berdasarkan nilai uang dari semua barang dan
jasa (excl public goods) sebagai standar hidup minimal.jasa (excl public goods) sebagai standar hidup minimal.
Garis kemiskinan berguna untuk mengklaGaris kemiskinan berguna untuk mengkla
sifikasikan individu atau RT miskin dansifikasikan individu atau RT miskin dan
tidak miskintidak miskin
– Dengan diketahui tingkat kesejahteraannya (Y), makaDengan diketahui tingkat kesejahteraannya (Y), maka
bila Y<GKbila Y<GK miskin, sebaliknya bila Y>=GKmiskin, sebaliknya bila Y>=GK tidak miskintidak miskin
9. 99
Pengertian Umum:Pengertian Umum:
Kemiskinan Relatif secara EkonomiKemiskinan Relatif secara Ekonomi
Bila status ekonomi/kesejahteraanBila status ekonomi/kesejahteraan
seseorang dibandingkan dgn orangseseorang dibandingkan dgn orang
lain, Ini dinamakan analisalain, Ini dinamakan analisa
kemiskinan relatifkemiskinan relatif atau distribusiatau distribusi
pendapatan atau pemerataanpendapatan atau pemerataan
Ada beberapa analisa distribusiAda beberapa analisa distribusi
pendapatan:pendapatan:
– ““Functional distribution of income”: based on factorFunctional distribution of income”: based on factor
sharesshares
– ““Size distribution of income”: based on the size/level ofSize distribution of income”: based on the size/level of
incomeincome
10. 1010
Pengertian Umum:Pengertian Umum:
Kemiskinan secara EkonomiKemiskinan secara Ekonomi
World Bank:World Bank:
– World Dev’t Report (1990):World Dev’t Report (1990):
The inability to attain a minimal standard of livingThe inability to attain a minimal standard of living
[Ketidakmampuan memenuhi standar hidup minimal][Ketidakmampuan memenuhi standar hidup minimal]
– World Dev’t Report (2000/2001):World Dev’t Report (2000/2001):
The deprivation of well beingThe deprivation of well being [Kesenjangan dari hidup[Kesenjangan dari hidup
yang sejahtera]yang sejahtera]
– World Bank (2004)World Bank (2004)
““Poverty is hunger. Poverty is lack of shelter. Poverty isPoverty is hunger. Poverty is lack of shelter. Poverty is
being sick and not being able to see a doctor. Poverty isbeing sick and not being able to see a doctor. Poverty is
not having access to school and not knowing how tonot having access to school and not knowing how to
read. Poverty is not having a job, is fear for the future,read. Poverty is not having a job, is fear for the future,
living one day at a time. Poverty is losing a child toliving one day at a time. Poverty is losing a child to
illness brought about by unclean water. Poverty isillness brought about by unclean water. Poverty is
powerlessness, lack of representation and freedom.powerlessness, lack of representation and freedom.""
11. 1111
Pengertian Umum:Pengertian Umum:
Kemiskinan secara EkonomiKemiskinan secara Ekonomi
United Nation (2001):United Nation (2001):
The lack of basic capabilities to live in dignityThe lack of basic capabilities to live in dignity
[Ketiadaan kemampuan yang mendasar untuk[Ketiadaan kemampuan yang mendasar untuk
hidup layak]hidup layak]
BPS (2000):BPS (2000):
Pendekatan kebutuhan dasar, kecukupan kaloriPendekatan kebutuhan dasar, kecukupan kalori
(2100 kcal/cap/hari) dan non-makanan(2100 kcal/cap/hari) dan non-makanan
BKKBN (1999):BKKBN (1999):
Pendekatan kesejahteraan keluargaPendekatan kesejahteraan keluarga
(ibadah,makan 2x, pakaian, rumah, sarkes),(ibadah,makan 2x, pakaian, rumah, sarkes),
kel prasejahtera dan sejahtera I.kel prasejahtera dan sejahtera I.
13. 1313
Pengertian Umum:Pengertian Umum:
Kemiskinan dan PemerataanKemiskinan dan Pemerataan
Kemiskinan dan pemerataan memilikiKemiskinan dan pemerataan memiliki
pengertian yang bersifat multidimensipengertian yang bersifat multidimensi
(ekonomi, sosial, politik, budaya, dsb)(ekonomi, sosial, politik, budaya, dsb)
– Ekonomi:Ekonomi: insufficient of income, nutrition, home, clothinsufficient of income, nutrition, home, cloth
– Sosial:Sosial: lack of soc. relation/lack of soc. relation/keterasingan,keterasingan, insecurityinsecurity
– Politik:Politik: powerlessnesspowerlessness, tiada perwakilan politik, tiada perwakilan politik
– Budaya:Budaya: low self esteemlow self esteem,, low literacy/educationlow literacy/education
Indikator kesejahteraan: moneter dan non-Indikator kesejahteraan: moneter dan non-
monetermoneter
– Indikator moneter: pendapatan vs konsumsiIndikator moneter: pendapatan vs konsumsi
– Indikator non-moneter:Indikator non-moneter: morbiditymorbidity, rasio pddk/dokter,, rasio pddk/dokter,
literacy rateliteracy rate,, school enrollmentschool enrollment, mallnutrition, dan aspek, mallnutrition, dan aspek
non-ekonomi lain yg tidak mudah dikuantifisirnon-ekonomi lain yg tidak mudah dikuantifisir
– Indeks komposit: kombinasi indikator non dan moneterIndeks komposit: kombinasi indikator non dan moneter
(misal: Indeks Pembangunan Manusia/HDI)(misal: Indeks Pembangunan Manusia/HDI)
14. 1414
Ukuran Kemiskinan & PemerataanUkuran Kemiskinan & Pemerataan
Untuk menerapkan ukuran kemiskinan &Untuk menerapkan ukuran kemiskinan &
pemerataan dibutuhkan:pemerataan dibutuhkan:
– Ukuran kesejahteraan atau standar hidupUkuran kesejahteraan atau standar hidup
Dengan menggunakan unit analisa RT baik konsumsi maupunDengan menggunakan unit analisa RT baik konsumsi maupun
pendapatan dpt digunakan sbgpendapatan dpt digunakan sbg welfare indicatorwelfare indicator
Lalu dipergunakan jumlah anggota RT ataupun ‘adult maleLalu dipergunakan jumlah anggota RT ataupun ‘adult male
equivalent’ (weight lebih kecil untuk anak-anak dan wanitaequivalent’ (weight lebih kecil untuk anak-anak dan wanita
dewasa) sebagai pembagi konsumsi/pendapatan RTdewasa) sebagai pembagi konsumsi/pendapatan RT
– Garis kemiskinanGaris kemiskinan
Setelah ditentukan ukuran kesejahteraan di atas, treshholdSetelah ditentukan ukuran kesejahteraan di atas, treshhold
ataupun cut-off value antara miskin dan tidak-miskin perluataupun cut-off value antara miskin dan tidak-miskin perlu
ditetapkanditetapkan
Basic human needs (makanan dan non-makanan) dinilai dalamBasic human needs (makanan dan non-makanan) dinilai dalam
harga pasar yang berlaku.harga pasar yang berlaku.
Makanan (misal 2100 kcal/day/person; 320 kg beras/thn/orang)Makanan (misal 2100 kcal/day/person; 320 kg beras/thn/orang)
Non-makanan (misal regresi; konsumsi kelompok refrensi)Non-makanan (misal regresi; konsumsi kelompok refrensi)
WB dan other Int’l org’n (GK sebesar $1, $2, dan $4 PPP)WB dan other Int’l org’n (GK sebesar $1, $2, dan $4 PPP)
15. 1515
Ukuran KemiskinanUkuran Kemiskinan
Setelah ukuran kesejahteraan dipilih dan GKSetelah ukuran kesejahteraan dipilih dan GK
ditetapkan, ukuran kemiskinan denganditetapkan, ukuran kemiskinan dengan
mudah dihitung.mudah dihitung.
Perlu diketahui beberapa ukuran kemiskinanPerlu diketahui beberapa ukuran kemiskinan
yg lazim digunakanyg lazim digunakan
Dalam setiap tahapan perencanaan (planning,Dalam setiap tahapan perencanaan (planning,
documenting, implementing, dan monitoring)documenting, implementing, dan monitoring)
diperlukan besaran kuantitatifdiperlukan besaran kuantitatif
Diperlukan ukuran yg operasional denganDiperlukan ukuran yg operasional dengan
ketersediaan data yg dapat mengambarkanketersediaan data yg dapat mengambarkan
poverty incidence, poverty deficitpoverty incidence, poverty deficit dandan povertypoverty
severityseverity
16. 1616
Ukuran KemiskinanUkuran Kemiskinan
UkuranUkuran poverty incidencepoverty incidence::
– Menggambarkan prevalensi kemiskinan dalam suatu masyarakatMenggambarkan prevalensi kemiskinan dalam suatu masyarakat
– Namun: independen dari jurang/degree kemiskinan, secara implisitNamun: independen dari jurang/degree kemiskinan, secara implisit
mengasumsikan distribusi yang merata antar si miskin, antar waktumengasumsikan distribusi yang merata antar si miskin, antar waktu
tdk terdeteksi transfer dari si miskin si kayatdk terdeteksi transfer dari si miskin si kaya
UkuranUkuran poverty gappoverty gap::
– Mengukur seberapa jauh jurang pendapatan si miskin dari GK.Mengukur seberapa jauh jurang pendapatan si miskin dari GK.
Sehingga bisa di hitung jumlah subsidi yg dibutuhkan untukSehingga bisa di hitung jumlah subsidi yg dibutuhkan untuk
mengentaskan si miskinmengentaskan si miskin
– Namun: tidak tergambar jumlah si miskin, dan tidak terdeteksiNamun: tidak tergambar jumlah si miskin, dan tidak terdeteksi
distribusi antar si miskin yang lebih timpang.distribusi antar si miskin yang lebih timpang.
UkuranUkuran poverty severitypoverty severity::
– Mengukur seberapa parah kemiskinan yang terjadi dengan memberiMengukur seberapa parah kemiskinan yang terjadi dengan memberi
bobot yg lebih tinggi bagi poverty gap yg lebih miskin dibandingkan ygbobot yg lebih tinggi bagi poverty gap yg lebih miskin dibandingkan yg
kurang miskin.kurang miskin.
– Namun: tidak tergambar jumlah si miskin.Namun: tidak tergambar jumlah si miskin.
17. 1717
Indeks Foster-Greer-Thorbecke (FGT)Indeks Foster-Greer-Thorbecke (FGT)
Rumus umum:Rumus umum:
Dimana i=1,2..Q adalah individu miskin;Dimana i=1,2..Q adalah individu miskin;
Z=garis kemiskinan; Yi=income dari i;Z=garis kemiskinan; Yi=income dari i;
αα=0,1,2,...;=0,1,2,...;
αα = 0 : Poverty head count= 0 : Poverty head count
αα = 1 : Poverty gap= 1 : Poverty gap
αα = 2 : Poverty severity= 2 : Poverty severity
α
α ∑=
−
=
Q
i
i
Z
YZ
N
P
1
1
19. 1919
Contoh Perhitungan Indeks FGTContoh Perhitungan Indeks FGT
Dengan data SusenasDengan data Susenas
. sum p0 p1 p2 [w=infind]
(analytic weights assumed)
Variable Obs Weight Mean Std. Dev. Min Max
p0a 8640 4401337 11.72728 32.17637 0 100
p1a 8640 4401337 2.461519 10.21733 0 195.0822
p2a 8640 4401337 1.104407 8.784565 0 380.5707
use "C:KemiskinanDataSmpla.dta", clear
keep if b1r1==13
gen konspc= b7r28/ b2r3
gen gk=130499
replace gk=96512 if b1r5=="2"
gen miskin=(konspc<gk)
gen p0a=((gk-konspc)/konspc)^0
replace p0a=0 if miskin==0
gen p1a=((gk-konspc)/konspc)^1
replace p1a=0 if miskin==0
gen p2a=((gk-konspc)/konspc)^2
replace p2a=0 if miskin==0
gen infind=infrt*b2r3
sum p0 p1 p2 [w=infind]
20. 2020
Indeks Kemiskinan KompositIndeks Kemiskinan Komposit
Indeks FGT (Indeks FGT (αα>1) termasuk satu dari beberapa>1) termasuk satu dari beberapa
indeks komposit, yaitu indeks kemiskinan yangindeks komposit, yaitu indeks kemiskinan yang
berdimensi luas dengan syarat bahwa indeks:berdimensi luas dengan syarat bahwa indeks:
– Berdasarkan income si miskin saja (focus axiom)Berdasarkan income si miskin saja (focus axiom)
– Meningkat bila income si miskin berkurang (monotonicity axiom)Meningkat bila income si miskin berkurang (monotonicity axiom)
– Sensitif thd perubahan distribusi pendapatan si miskin (weakSensitif thd perubahan distribusi pendapatan si miskin (weak
transfer axiom)transfer axiom)
Indeks Sen (1976) adalah indeks kemiskinanIndeks Sen (1976) adalah indeks kemiskinan
komposit yg lain:komposit yg lain:
S = PS = P00*[I+(1-I)*G]*[I+(1-I)*G]
dimana, S=indeks Sen,dimana, S=indeks Sen, PP00=poverty head count,=poverty head count,
G=koefisien Gini, dan I=∑G=koefisien Gini, dan I=∑ii(Z-Y(Z-Yii)/Q, i=1,...Q si)/Q, i=1,...Q si
miskinmiskin
21. 2121
Ukuran Kemiskinan InternasionalUkuran Kemiskinan Internasional
Untuk membandingkan antar negara, WB danUntuk membandingkan antar negara, WB dan
beberapa organisasi internasionalbeberapa organisasi internasional
menggunakan garis kemiskinan $1 PPP per-menggunakan garis kemiskinan $1 PPP per-
capita per-day (extreme/ultra poor). Jugacapita per-day (extreme/ultra poor). Juga
digunakan $2 dan $4 PPP untuk menangkapdigunakan $2 dan $4 PPP untuk menangkap
near-poornear-poor..
Walaupun sederhana dan mudah digunakanWalaupun sederhana dan mudah digunakan
one dollar poverty lineone dollar poverty line yg didasarkan padayg didasarkan pada
kondisi di tahun 1993, sebenarnya tidakkondisi di tahun 1993, sebenarnya tidak
memiliki dasar teori yg kuat.memiliki dasar teori yg kuat.
Untuk tahun 1996 dipergunakan $1.075,Untuk tahun 1996 dipergunakan $1.075,
$2.15, dan $4.30.$2.15, dan $4.30.
Lihat konversi $1PPP Indonesia pd tabel sbb:Lihat konversi $1PPP Indonesia pd tabel sbb:
22. 2222
Ukuran Kemiskinan InternasionalUkuran Kemiskinan Internasional
Faktor konversi PPP Indonesia untuk $1:Faktor konversi PPP Indonesia untuk $1:
CPI dengan Agustus 2002 = 100CPI dengan Agustus 2002 = 100
Dari WDI-2006 diperoleh PPP2004=Rp2953,7Dari WDI-2006 diperoleh PPP2004=Rp2953,7
Maka u/ 2006: (141,42/113,88)*Rp2953,7Maka u/ 2006: (141,42/113,88)*Rp2953,7
WDI2006 BI(monthly)
PPPconv CPI(july)
2002 2,592.66 99.96
2003 2,755.28 106.23
2004 2,953.70 113.88
2005 3,185.32 122.81
2006 3,668.00 141.42
23. 2323
UKURAN DISTRIBUSIUKURAN DISTRIBUSI
PENDAPATANPENDAPATAN
Kurva Lorenz:Kurva Lorenz:
Rumus indeks Gini:Rumus indeks Gini:
Range 0≤GI≤1, Distribusi timpang bila GI>0,5;Range 0≤GI≤1, Distribusi timpang bila GI>0,5;
distribusi moderat 0,3≤GI≤0,5distribusi moderat 0,3≤GI≤0,5
)]([1 1
1
+
=
+−= ∑ i
k
i
ii YYFGI
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
-
27. 2727
Gini Ratio: Pemilikan LahanGini Ratio: Pemilikan Lahan
PertanianPertanian
Data konsumsi tidak memperlihatkanData konsumsi tidak memperlihatkan
kemiskinan relatif secara akuratkemiskinan relatif secara akurat
Dengan menggunakan pemilikan lahanDengan menggunakan pemilikan lahan
pertanian dari Sensus Pertanian 1993 danpertanian dari Sensus Pertanian 1993 dan
2003 dapat dihitung Gini ratio2003 dapat dihitung Gini ratio
19931993 20032003
SawahSawah KeringKering TotalTotal SawahSawah KeringKering TotalTotal
JawaJawa 0,590,59 0,610,61 0,560,56 0,630,63 0,550,55 0,720,72
L. JawaL. Jawa 0,720,72 0,580,58 0,480,48 0,490,49 0,570,57 0,580,58
IndonesiaIndonesia 0,800,80 0,710,71 0,640,64 0,560,56 0,850,85 0,720,72
28. Persistensi KemiskinanPersistensi Kemiskinan
Kemiskinan sudah ada sejak duluKemiskinan sudah ada sejak dulu
hingga sekarang tak pernah habishingga sekarang tak pernah habis
Berbagai usaha dan kebijakan telahBerbagai usaha dan kebijakan telah
dilakukan utk menanggulanginyadilakukan utk menanggulanginya
Namun tetap saja banyak RT ygNamun tetap saja banyak RT yg
tetap miskin atau keluar-masuktetap miskin atau keluar-masuk
kemiskinan di Indonesia:kemiskinan di Indonesia:
– 5-7%: cronic poor (±5-7%: cronic poor (±
– 10-15%: transien poor10-15%: transien poor
– 20-30%: near poor20-30%: near poor
30. 3030
Penduduk Miskin (2008)Penduduk Miskin (2008)
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
1
Tidak miskin
Hampir miskin
Miskin transien
Miskin kronis
2008 15,4 36
Miskin kronis 5 11,68831
Miskin transien 10 23,37662
Hampir miskin 30 70,12987
Tidak miskin 49,6 115,9481
233,7662
31. 3131
Teori Kemiskinan & Inequality :Teori Kemiskinan & Inequality :
Pendekatan EkonomiPendekatan Ekonomi
Beberapa pemikir ekonomi mengajukan teoriBeberapa pemikir ekonomi mengajukan teori
dimana kemiskinan dan inequality dilihat sebagaidimana kemiskinan dan inequality dilihat sebagai
phenomena ekonomiphenomena ekonomi
1.1. Model 2 sektor RicardoModel 2 sektor Ricardo
– Dalam bukunya, “The Principle of Political Economy andDalam bukunya, “The Principle of Political Economy and
Taxation”, tahun 1817Taxation”, tahun 1817
– Perekonomian terdiri dari 2 sektor: pertanian danPerekonomian terdiri dari 2 sektor: pertanian dan
industriindustri
– Pertanian mengalami diminishing returnsPertanian mengalami diminishing returns
– Impor bahan makanan diperlukan untuk mendukungImpor bahan makanan diperlukan untuk mendukung
revolusi industri, padahal Corn Laws (1815-1846) ygrevolusi industri, padahal Corn Laws (1815-1846) yg
memproteksi petani jagung dari kompetisi dari LNmemproteksi petani jagung dari kompetisi dari LN
diberlakukan saat itu di Inggrisdiberlakukan saat itu di Inggris
– Bila Inggris tdk membatalkan Corn Laws, income akanBila Inggris tdk membatalkan Corn Laws, income akan
diredistribusikan dari kapitalis ke landlorddiredistribusikan dari kapitalis ke landlord
32. 3232
Teori Kemiskinan & Inequality :Teori Kemiskinan & Inequality :
Pendekatan EkonomiPendekatan Ekonomi
– Redistribusi income dari kapitalis ke landlords akanRedistribusi income dari kapitalis ke landlords akan
berdampak negatif thd pertumbuhan, karena landlordberdampak negatif thd pertumbuhan, karena landlord
spendthrift, sedangkan growth dibiayai dari saving ygspendthrift, sedangkan growth dibiayai dari saving yg
banyak dilakukan oleh kaum kapitalisbanyak dilakukan oleh kaum kapitalis
– Plus, bila kapitalis incomenya berkurang, upah akanPlus, bila kapitalis incomenya berkurang, upah akan
ditekan, sehingga distribusi income semakin parahditekan, sehingga distribusi income semakin parah
– Walau teorinya inovatif dan konsisten, namun semuaWalau teorinya inovatif dan konsisten, namun semua
prediksi Ricardo salahprediksi Ricardo salah
– Rent (income dari landlord) sharenya tdk naik thdRent (income dari landlord) sharenya tdk naik thd
national income di hampir semua negara industri saatnational income di hampir semua negara industri saat
ituitu
– Profit (income kapitalis) juga tidak berkurangProfit (income kapitalis) juga tidak berkurang
– Upah tidak ditekan di bawah subsisten level malahUpah tidak ditekan di bawah subsisten level malah
meningkatmeningkat
33. 3333
Teori Kemiskinan & Inequality :Teori Kemiskinan & Inequality :
Pendekatan EkonomiPendekatan Ekonomi
– Salah satu penyebab mengapa prediksiSalah satu penyebab mengapa prediksi
Ricardo salah, karena Inggris akhirnyaRicardo salah, karena Inggris akhirnya
menganut free-trade seperti yang diharapkanmenganut free-trade seperti yang diharapkan
RicardoRicardo
– Kalaupun tidak terjadi ini, perubahanKalaupun tidak terjadi ini, perubahan
teknologi di kedua sektor dapat mengatasiteknologi di kedua sektor dapat mengatasi
adanya diminishing returns sehinggaadanya diminishing returns sehingga
meningkatkan produksi makananmeningkatkan produksi makanan
– Perubahan teknologi yang meningkatkanPerubahan teknologi yang meningkatkan
produktivitas di sektor industri jugaproduktivitas di sektor industri juga
menambah profit bagi para pemilik modal danmenambah profit bagi para pemilik modal dan
meningkatkan upah pekerjameningkatkan upah pekerja
34. 3434
Teori Kemiskinan & Inequality :Teori Kemiskinan & Inequality :
Pendekatan EkonomiPendekatan Ekonomi
2.2. Pandangan MarxPandangan Marx
– Marx percaya bhw perkembangan kapitalis menciptakanMarx percaya bhw perkembangan kapitalis menciptakan
distribusi income yg semakin tdk meratadistribusi income yg semakin tdk merata
– Kapitalis menurutnya ada incentive untuk menciptakanKapitalis menurutnya ada incentive untuk menciptakan
“reserve army of the unemployed” yg menjamin“reserve army of the unemployed” yg menjamin
resource tenaga kerja murah untuk mendukung industriresource tenaga kerja murah untuk mendukung industri
– Maka tingkat upah ditekan di bawah subsistence levelMaka tingkat upah ditekan di bawah subsistence level
– Pemilik modal mendominasi ekonomi dan “bourgeoisPemilik modal mendominasi ekonomi dan “bourgeois
state”state”
– Dengan kapitalis meningkat, persaingan mengakibatkanDengan kapitalis meningkat, persaingan mengakibatkan
banyak perusahaan bangkrut dan kosentrasi industribanyak perusahaan bangkrut dan kosentrasi industri
meningkat, pd akhirnya kapitalisme kolaps digantimeningkat, pd akhirnya kapitalisme kolaps diganti
sosialismesosialisme
– Hanya dengan sosialisme kondisi buruh membaik danHanya dengan sosialisme kondisi buruh membaik dan
inequality serta kemiskinan dpt menuruninequality serta kemiskinan dpt menurun
– Bukti sejarah menunjukkan Marx pun keliruBukti sejarah menunjukkan Marx pun keliru
35. 3535
Teori Kemiskinan & Inequality :Teori Kemiskinan & Inequality :
Pendekatan EkonomiPendekatan Ekonomi
3.3. Teori NeoklasikTeori Neoklasik
– Dikemukakan pertama kali oleh John Bates ClarkDikemukakan pertama kali oleh John Bates Clark
(1899)(1899)
– Merupakan teori yg dominan digunakan saat iniMerupakan teori yg dominan digunakan saat ini
– Disebut juga Marginal Productivity theoryDisebut juga Marginal Productivity theory
– Postulasi: Semua faktor produksi mengalamiPostulasi: Semua faktor produksi mengalami
kelangkaan sehingga rates of return nya = MP dankelangkaan sehingga rates of return nya = MP dan
keseimbangan berproduksi terjadi pada saatkeseimbangan berproduksi terjadi pada saat
MPL/MPK = w/rMPL/MPK = w/r
– Bila r atau w di pasar berubah maka terjadiBila r atau w di pasar berubah maka terjadi
perubahan distribusi pendapatanperubahan distribusi pendapatan
– Jadi implisit bahwa pasar faktor: perfectJadi implisit bahwa pasar faktor: perfect
competition yg tidak benar untuk sebagian besarcompetition yg tidak benar untuk sebagian besar
NSB. TK tidak langka di NSB terutama yg unskilledNSB. TK tidak langka di NSB terutama yg unskilled
36. 3636
Teori Kemiskinan & Inequality :Teori Kemiskinan & Inequality :
Pendekatan EkonomiPendekatan Ekonomi
4.4. Model Labor-Surplus: LewisModel Labor-Surplus: Lewis
– Memperhatikan kondisi NSB yg mirip dengan negara majuMemperhatikan kondisi NSB yg mirip dengan negara maju
pra revolusi industri: unlimited supply of L & w fixedpra revolusi industri: unlimited supply of L & w fixed
– Postulasi: MPL = 0 di pertanian, sehingga tidak ada biayaPostulasi: MPL = 0 di pertanian, sehingga tidak ada biaya
yang terjadi utk memindahkan ke sektor kapitalisyang terjadi utk memindahkan ke sektor kapitalis
– Shg diperkirakan inequality mulanya meningkat laluShg diperkirakan inequality mulanya meningkat lalu
berkurang dengan adanya pembangunan.berkurang dengan adanya pembangunan.
– Peningkatan pd awal karena share income kapitalisPeningkatan pd awal karena share income kapitalis
meningkat dengan pembangunan di sektor modernmeningkat dengan pembangunan di sektor modern
– Peningkatan inequality dalam labor income terjadi karenaPeningkatan inequality dalam labor income terjadi karena
peningkatan upah sebagian kecil L yg pindahpeningkatan upah sebagian kecil L yg pindah
– Lewis menyatakan bahwa inequality tidak hanya mrpkLewis menyatakan bahwa inequality tidak hanya mrpk
efek pertumbuhan, tapi justru penyebab pertumbuhanefek pertumbuhan, tapi justru penyebab pertumbuhan
– Artinya inequality diperlukan untuk terjadinya growthArtinya inequality diperlukan untuk terjadinya growth
pada awal pembangunan, nanti akhirnya ada t-d-epada awal pembangunan, nanti akhirnya ada t-d-e
– Tapi trickle-down-effect tidak pernah terjadiTapi trickle-down-effect tidak pernah terjadi
37. 3737
Teori Kemiskinan & Inequality :Teori Kemiskinan & Inequality :
Pendekatan EkonomiPendekatan Ekonomi
5.5. Inverted U-curve: KuznetsInverted U-curve: Kuznets
– Plot cross-country menunjukkan bentukPlot cross-country menunjukkan bentuk
U dari inequality (Gini) dan Y/CapU dari inequality (Gini) dan Y/Cap
– Beberapa bukti statistik untuk NSB tidakBeberapa bukti statistik untuk NSB tidak
banyak mendukung adanya inverted-U-banyak mendukung adanya inverted-U-
shape hypothesisshape hypothesis
– Namun, kecenderungan inequalityNamun, kecenderungan inequality
meningkat pada awal pembangunanmeningkat pada awal pembangunan
sehingga kemiskinan juga tidaksehingga kemiskinan juga tidak
berkurang adalah akibat:berkurang adalah akibat:
38. 3838
Teori Kemiskinan & Inequality :Teori Kemiskinan & Inequality :
Pendekatan EkonomiPendekatan Ekonomi
a.a. Perubahan share faktor: pada awal pembangunan,Perubahan share faktor: pada awal pembangunan,
income share dari modal meningkat (thus, incomeincome share dari modal meningkat (thus, income
share labor turun) karena lebih banyak menggunakanshare labor turun) karena lebih banyak menggunakan
labor-saving technology dan modal yg dipinjamlabor-saving technology dan modal yg dipinjam
b.b. Struktur ekonomi yg dualistik: Pada awal pembangunanStruktur ekonomi yg dualistik: Pada awal pembangunan
dikembangkan high cap intensive industry, dimana Ldikembangkan high cap intensive industry, dimana L
supply abundant terutama yg unskilled, makasupply abundant terutama yg unskilled, maka
perbedaan MPL dan upah meningkat sehinggaperbedaan MPL dan upah meningkat sehingga
menciptakan ‘dual structure’ seperti di Jepang dulumenciptakan ‘dual structure’ seperti di Jepang dulu
c.c. Perbedaan income agric dan non-agric: PetaniPerbedaan income agric dan non-agric: Petani
tradisional tidak terangkat nasibnya saat awaltradisional tidak terangkat nasibnya saat awal
pembangunan, sedangkan non-petani semakinpembangunan, sedangkan non-petani semakin
meningkat income nyameningkat income nya
39. 3939
TEORI KEMISKINAN:TEORI KEMISKINAN:
Pendekatan Ekonomi-PolitikPendekatan Ekonomi-Politik
1. Perspektif Konservatif1. Perspektif Konservatif
– Memandang orang miskin sebagai segmentMemandang orang miskin sebagai segment
masyarakat yg bercirikan produktifitas rendah,masyarakat yg bercirikan produktifitas rendah,
pendidikan rendah, pasrah, tidak punyapendidikan rendah, pasrah, tidak punya
ambisi/impian, bahkan malas.ambisi/impian, bahkan malas.
– Tokoh: Oscar Lewis, Boeke,Tokoh: Oscar Lewis, Boeke,
– Budaya kemiskinan: orang miskin cenderungBudaya kemiskinan: orang miskin cenderung
miskin dan tetap miskin (miskin dan tetap miskin (poverty trappoverty trap))
– Policy: Merubah pola pikir masayarakat danPolicy: Merubah pola pikir masayarakat dan
meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikanmeningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan
agar keluar dari perangkap kemiskinanagar keluar dari perangkap kemiskinan
– Peranan pemerintah sangat besar karenaPeranan pemerintah sangat besar karena
pasar/swasta tidak punya insentif melakukannyapasar/swasta tidak punya insentif melakukannya
40. 4040
TEORI KEMISKINANTEORI KEMISKINAN
Vicious Circle ofVicious Circle of
PovertyPoverty
(Ragnar(Ragnar
Nurkse: 1950)Nurkse: 1950)::
KemiskinanKemiskinan
pada suatupada suatu
generasigenerasi
menciptakanmenciptakan
kemiskinankemiskinan
pada generasipada generasi
berikutnyaberikutnya
Produk
tifitas
Rendah
Tabungan
Rendah
Modal
Kurang
Real
Income
Rendah
Daya
Beli
Kurang
Produktifitas
Rendah
Kondisi
Gizi
Kesehatan
Pendidikan
Permodalan
Infrastruktur
Supply
Side
Demand
Side
41. 4141
TEORI KEMISKINANTEORI KEMISKINAN
2. Perspektif Liberal2. Perspektif Liberal
– Memandang manusia sebagai makhlukMemandang manusia sebagai makhluk
rasional, dimana kemiskinan terjadi akibatrasional, dimana kemiskinan terjadi akibat
berbagai distorsi di pasar (diskriminasi,berbagai distorsi di pasar (diskriminasi,
ketimpangan pendapatan, dsbnya)ketimpangan pendapatan, dsbnya)
– Tokoh: Adam Smith, Charles ValentineTokoh: Adam Smith, Charles Valentine
– Kemiskinan absolut: ketidakmampuanKemiskinan absolut: ketidakmampuan
mencapai standar hidup minimal tertentumencapai standar hidup minimal tertentu
– Kemiskinan relatif: bila kesejahteraan beradaKemiskinan relatif: bila kesejahteraan berada
di bawah rata-rata populasi (ada aspekdi bawah rata-rata populasi (ada aspek
distribusi)distribusi)
42. 4242
TEORI KEMISKINANTEORI KEMISKINAN
– Policy: Menghilangkan berbagaiPolicy: Menghilangkan berbagai
rintangan akses ke berbagai pemenuhrintangan akses ke berbagai pemenuh
kebutuhan hidup sehingga standardkebutuhan hidup sehingga standard
hidup layak menjadi affordable danhidup layak menjadi affordable dan
accessibleaccessible
– Pemerintah: Memberdayakan pasar agarPemerintah: Memberdayakan pasar agar
alokasi sumber daya efisien;alokasi sumber daya efisien;
memberikan peluang yg lebih besar bagimemberikan peluang yg lebih besar bagi
orang miskin untuk akses ke pasarorang miskin untuk akses ke pasar
(pasar barang, uang, dan jasa)(pasar barang, uang, dan jasa)
– Dengan peluang yg sama budayaDengan peluang yg sama budaya
kemiskinan akan hilang dengankemiskinan akan hilang dengan
sendirinyasendirinya
44. 4444
TEORI KEMISKINANTEORI KEMISKINAN
3. Perspektif Strukturalis/Radikal3. Perspektif Strukturalis/Radikal
– Berpendapat bahwa struktur ekonomi,Berpendapat bahwa struktur ekonomi,
politik, sosial lah yang menyebabkanpolitik, sosial lah yang menyebabkan
terjadinya kemiskinan dimanaterjadinya kemiskinan dimana thethe
rulling elitesrulling elites mengeksploitasi danmengeksploitasi dan
membuat orang miskin tetap miskinmembuat orang miskin tetap miskin
– Tokoh: Karl Marx, Dos-SantosTokoh: Karl Marx, Dos-Santos
– Kemiskinan struktural: Kemiskinan dariKemiskinan struktural: Kemiskinan dari
generasi ke-generasi akibat struktur yggenerasi ke-generasi akibat struktur yg
eksploitatif dan tidak adil (tukar-eksploitatif dan tidak adil (tukar-
menukar komoditas, pembayaran jasamenukar komoditas, pembayaran jasa
pekerja, pungutan yg memberatkanpekerja, pungutan yg memberatkan
rakyat kecil, dsb)rakyat kecil, dsb)
45. 4545
TEORI KEMISKINANTEORI KEMISKINAN
– Dalam konteks negara teori iniDalam konteks negara teori ini
menyatakan bahwa NSB & NMiskinmenyatakan bahwa NSB & NMiskin
dibuat tetap miskin oleh Nmaju agardibuat tetap miskin oleh Nmaju agar
tetap tergantung (independencia)tetap tergantung (independencia)
– Policy: Hapus system yg bersifatPolicy: Hapus system yg bersifat
eksploitatif, berikan tanah dan modaleksploitatif, berikan tanah dan modal
kerja bagi orang miskin, berlakukankerja bagi orang miskin, berlakukan
minimum wageminimum wage
– Peran pemerintah dominan dalamPeran pemerintah dominan dalam
memperbaiki struktur ekonomi danmemperbaiki struktur ekonomi dan
politik serta menjamin keadilan bagipolitik serta menjamin keadilan bagi
terutama orang miskin yg rentan danterutama orang miskin yg rentan dan
tidak mampu membantu dirinya sendiritidak mampu membantu dirinya sendiri
46. 4646
Perbandingan 3 PerspektifPerbandingan 3 Perspektif
Conservatif Liberal Strukturalis
Landasan teoritis Masyarakat Individu Structure
Kemiskinan K. Alamiah K. Absolut/Relatif K. Struktural
Penyebab kemiskinan Budaya kemiskinan;
Ketertinggalan yg
membuat apatis, malas,
dan tidak ada ambisi
Distorsi pasar terhadap
akses ke makanan,
perumahan, pakaian,
pendidikan yg layak
Ketimpangan struktur
ekonomi/politik;
Ketidakadilan sosial
Strategi
penanggulangan
kemiskinan
Merubah pola pikir
masyarakat miskin;
Meningkatkan
keterkaitan sektor
tradisional dan modern
Penyaluran pendapatan
dan akses ke berbagai
public services yg layak
bagi orang miskin
sasaran
Memperbaiki struktur;
Penegakan hukum yg
adil; Menghapus
berbagai eksploitasi
Peranan pemerintah Aktif dalam penyuluhan
dan peningkatan SDM
serta penyaluran dana
Memberdayakan pasar
agar semua kebutuhan
hidup yg layak dapat
terbeli dan terjangkau
oleh semua elemen
masyarakat
Aktif dalam penegakan
hukum dan kehidupan
sosial yang adil.
47. 4747
Beberapa Model Regresi: MengujiBeberapa Model Regresi: Menguji
Penyebab Kemiskinan danPenyebab Kemiskinan dan
InequalityInequality
Probabilitas menjadi miskin:Probabilitas menjadi miskin:
Tingkat kemiskinan dan faktor penyebab:Tingkat kemiskinan dan faktor penyebab:
Inequality dan faktor penyebab:Inequality dan faktor penyebab:
Pi* = X’iβ + ui
Ii = f(X1, X2, …, Xn )
P0i = f(X1, X2, …, Xn )
48. 4848
Studi Kasus-3: EthiopiaStudi Kasus-3: Ethiopia
Bentuk negara:Bentuk negara::: Republik FederalRepublik Federal
Bahasa resmiBahasa resmi:: Bahasa AmharaBahasa Amhara
IbukotaIbukota:: Addis AbabaAddis Ababa
WilayahWilayah:: 1.127.127 km², 0,7% air Urutan ke-261.127.127 km², 0,7% air Urutan ke-26
PendudukPenduduk:: 74.777.981 (jun 2006)74.777.981 (jun 2006)
KepadatanKepadatan: 60,0/km² (: 60,0/km² (Urutan ke-16Urutan ke-16))
KemerdekaanKemerdekaan:: Des 1944 (dari Britania Raya)Des 1944 (dari Britania Raya)
Mata uangMata uang:: Birr (ETB)Birr (ETB)
GDP/cap (PPP)GDP/cap (PPP):: $1.000 (2006)$1.000 (2006)
GDP real growth rateGDP real growth rate:: 8,5% (2006)8,5% (2006)
StrukturStruktur:: pertanian 50%, industri 9%, jasa 41%pertanian 50%, industri 9%, jasa 41%
49. 4949
Studi Kasus: EthiopiaStudi Kasus: Ethiopia
Data KemiskinanData Kemiskinan
Poverty incidence and severity
District Head count index Poverty deficit FGT(2) index
Food
energy
consumpti
on
Cost of
basic needs
Food
energy
consumptio
n
Cost of
basic
needs
Food
energy
consumpti
on
Cost of
basic needs
Alemaya 0.30 0.35 0.0305 0.0353 0.0086 0.0074
Hitosa 0.12 0.24 0.0127 0.0352 0.0027 0.0098
Merhabete 0.68 0.66 0.0891 0.1368 0.0148 0.0340
Overall 0.38 0.43 0.0466 0.0734 0.0089 0.0182
Household budget survey 1999/2000
GK food energy consumption: 2300 kcal/cap/hari
GK Cost of basic needs
50. 5050
Menguji Determinan KemiskinanMenguji Determinan Kemiskinan
Ethiopia: Binary logit coefficient estimates for determinants of Poverty
Food calorie intake
Costs of basic needs
Variable Parameter
Estimate
Standard
Error
Parameter
Estimate
Standard
Error
Age of household head (Age) -0.1257 a
0.0750 0.0209 0.0335
Dummy for Alemaya -9.4884 b
4.8556 -7.4594 c
1.7646
Dummy for Hitosa -7.7750 b
3.5351 -3.1694 c
1.0559
Dependent ratio (Dep) 0.3416 0.7315 0.5770 0.4834
Education of head (Educ) -2.6397 a
1.4379 -1.5500 c
0.4854
Per capita expenditure (Exp) -0.0075 0.0076 --- ---
Dummy for sex (Male=1) 2.3788c
0.7603 -1.3340 1.0009
Household size (HHS) 0.4577 0.3397 0.3583a
0.1845
Per capita income (PCI) -0.0163 b
0.0067 -0.0149 c
0.0058
Land holding per AE (LMR) -22.1213 b
9.3990 -8.7135b
4.2748
Number of oxen owned (Ox) -1.8778 a
1.1196 -1.8413 c
0.6065
Constant 34.3309c
13.5500 6.7383c
2.8269
-2 log Likelihood
Percent correctly predicted
128.415
95.30%
60.728
91.95
Note: a, b and c indicate that the coefficients are statistically significant at 0.1, 0.05 and 0.01 level.
53. Presiden: Angka Kemiskinan 2008
Terendah Satu Dekade
JAKARTA,JUMAT - Angka kemiskinan tahun 2008 adalah angka
kemiskinan terendah baik besaran maupun persentasenya selama satu dekade
terakhir. Tingkat kemiskinan mengalami penurunan dari 17.7 persen pada tahun
2006 menjadi 15.4 persen pada Maret 2008. Hal ini diungkapkan oleh Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidato kenegaraannya di depan Rapat Paripurna
DPR RI di Jakarta, Jumat (15/8).
Menurut SBY, tren penurunan angka kemiskinan tetap terjadi meski juga
menggunakan kriteria angka kemiskinann versi Bank Dunia. Untuk menurunkan
tingkat kemiskinan, pemerintah melakukan berbagai upaya harmonisasi serta sinergi
program dan anggaran penanggulangan kemiskinan di tingkat pusat.
Harmonisasi serta sinergi program dan anggaran kemiskinan ini
diterjemahkan dalam tiga klaster program penanggulangan kemiskinan, seperti Beras
untuk Rakyat Miskin (raskin), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri serta pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). SBY juga
menjelaskan bahwa anggaran untuk program-program ini meningkat sekitar tiga kali
lipat dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.
"Peningkatan ini membantah anggapan bahwa pemerintah hanya
melakukan retorika dan hanya berwacana. Kita telah berbuat dan terus berbuat
untuk mengentaskan kemiskinan," ujar SBY. (Sumber: Kompas)
56. Dari indikator makro kemiskinan dapat diDari indikator makro kemiskinan dapat di
observasi phenomena berikut:observasi phenomena berikut:
– Perkembangan penurunan angka kemiskinan melambat,Perkembangan penurunan angka kemiskinan melambat,
sehingga target tingkat kemiskinan RPJM di tahun 2009sehingga target tingkat kemiskinan RPJM di tahun 2009
dipastikan tidak akan tercapaidipastikan tidak akan tercapai
– Kerentanan kelompokKerentanan kelompok near-poornear-poor yang mudah jatuh miskinyang mudah jatuh miskin
– Terdapat ±5% (12 juta) penduduk yg tergolong miskin kronisTerdapat ±5% (12 juta) penduduk yg tergolong miskin kronis
– Angka P1 dan P2 mengindikasikan bahwa jurang kemiskinanAngka P1 dan P2 mengindikasikan bahwa jurang kemiskinan
dan keparahan kemiskinan memburukdan keparahan kemiskinan memburuk
– Walaupun Gini indeks expenditure menunjukkan ketimpanganWalaupun Gini indeks expenditure menunjukkan ketimpangan
distribusi pendapatan yg moderat, ada indikasi yangdistribusi pendapatan yg moderat, ada indikasi yang
menunjukkan bahwa kemiskinan relatif memburuk. Bahkanmenunjukkan bahwa kemiskinan relatif memburuk. Bahkan
bila digunakan Gini indeks pemilikan tanah, asset, financial,bila digunakan Gini indeks pemilikan tanah, asset, financial,
atau pendapatan akan didapati ketimpangan yg jauh lebihatau pendapatan akan didapati ketimpangan yg jauh lebih
parah.parah.
– Kurva growth incidence mengindikasikan bahwa pembangunanKurva growth incidence mengindikasikan bahwa pembangunan
di Indonesia semakin tidak memihak pada orang miskindi Indonesia semakin tidak memihak pada orang miskin
Permasalahan Kemiskinan
di Indonesia
57. 1960-1965: Orla melalui Perencanaan Nasional Berencana1960-1965: Orla melalui Perencanaan Nasional Berencana
Delapan tahun (Penasbede) memfokuskan pada pemenuhanDelapan tahun (Penasbede) memfokuskan pada pemenuhan
kebutuhan pokok (sandang-pangan-papan) rakyatkebutuhan pokok (sandang-pangan-papan) rakyat
1970-1997: Orba melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun1970-1997: Orba melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun
(Repelita):(Repelita):
– Repelita I-IV: Program sektoral dan regional untukRepelita I-IV: Program sektoral dan regional untuk
penanggulangan kemiskinan dan pemerataanpenanggulangan kemiskinan dan pemerataan
– Repelita V-VI: Sinergi program reguler (sektoral-regional) danRepelita V-VI: Sinergi program reguler (sektoral-regional) dan
akhirnya muncul Inpres Desa Tertinggal (Inpres 3/1993)akhirnya muncul Inpres Desa Tertinggal (Inpres 3/1993)
1998-sekarang: Jaring pengaman sosial (raskin, kartu1998-sekarang: Jaring pengaman sosial (raskin, kartu
miskin) melalui Keppres no.190/1998 dan berbagai programmiskin) melalui Keppres no.190/1998 dan berbagai program
penanggulangan kemiskinan sektoral (P2KP, PPK, P4Kpenanggulangan kemiskinan sektoral (P2KP, PPK, P4K
dsbnya)dsbnya)
2005-2006: BLT atau UCT (unconditional cash transfer)2005-2006: BLT atau UCT (unconditional cash transfer)
2006 akhir: Pemerintah mencanangkan Program Nasional2006 akhir: Pemerintah mencanangkan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
2007: PKH (CCT=conditional cash transfer) dan PNPM2007: PKH (CCT=conditional cash transfer) dan PNPM
dilaksanakan di 7 propinsi (Sumbar, DKI-J, Jabar, Jatim, NTB,dilaksanakan di 7 propinsi (Sumbar, DKI-J, Jabar, Jatim, NTB,
Gorontalo), sebagaiGorontalo), sebagai pilot projectpilot project
2008: PNPM, PKH, BLT+, BOS, Raskin, Askeskin2008: PNPM, PKH, BLT+, BOS, Raskin, Askeskin
Penanggulangan Kemiskinan
di Indonesia 1960 - sekarang
58. Menciptakan pertumbuhan ekonomi yangMenciptakan pertumbuhan ekonomi yang
“work for the poor”“work for the poor”
– Mengarahkan orang miskin keluar dari kemiskinan mll:Mengarahkan orang miskin keluar dari kemiskinan mll:
Meningkatkan produktifitas pertanianMeningkatkan produktifitas pertanian
Meningkatkan produktifitas non-farmMeningkatkan produktifitas non-farm
– Orang miskin dapat memanfaatkan pertumbuhanOrang miskin dapat memanfaatkan pertumbuhan
ekonomi bilaekonomi bila stabilitas makro: inflasi rendah dan nilaistabilitas makro: inflasi rendah dan nilai
tukar yg kompetitif; akses ke infrastruktur jalan,tukar yg kompetitif; akses ke infrastruktur jalan,
telekomunikasi, kredit dan lapangan kerja formal;telekomunikasi, kredit dan lapangan kerja formal;
peningkatan kapabilitas orang miskin dgn pendidikanpeningkatan kapabilitas orang miskin dgn pendidikan
Revitalisasi sektor pertanianRevitalisasi sektor pertanian
Hilangkan rintangan impor berasHilangkan rintangan impor beras
Laksanakan program jalan desaLaksanakan program jalan desa
Pro-poor Growth/Development
Usulan WB
59. Membuat jasa sosial “work for theMembuat jasa sosial “work for the
poor”poor”
– Memperbaiki sistem akuntabilitas kelembagaanMemperbaiki sistem akuntabilitas kelembagaan
– Mengurangi disparitas HDI antar daerahMengurangi disparitas HDI antar daerah
– Intervensi di sisi supply & demand untukIntervensi di sisi supply & demand untuk
penddkn SLTPpenddkn SLTP
– Peningkatan yankes dengan memberi insentifPeningkatan yankes dengan memberi insentif
bagi yg miskin dan penyedia yankesbagi yg miskin dan penyedia yankes
– Penanganan lebih serius dalam penyediaan airPenanganan lebih serius dalam penyediaan air
bersih bagi masyarakat miskinbersih bagi masyarakat miskin
– dsbnyadsbnya
Pro-poor Growth/Development
Usulan WB
60. Membuat pengeluaran publik “workMembuat pengeluaran publik “work
for the poor”for the poor”
– Dengan mengurangi subsidi BBM + BLT,Dengan mengurangi subsidi BBM + BLT,
pengeluaran publik lebih pro-poorpengeluaran publik lebih pro-poor
– Menggunakan penghematan subsidi BBM untukMenggunakan penghematan subsidi BBM untuk
program yg bersifat Community Dev’t Drivenprogram yg bersifat Community Dev’t Driven
– Mentargetkan lebih baik the extreem poorMentargetkan lebih baik the extreem poor
– Kapasitas pemda tidak berimbang, untuk itu:Kapasitas pemda tidak berimbang, untuk itu:
Meningkatkan program CDDMeningkatkan program CDD
Meningkatkan kualitas jasa sosialMeningkatkan kualitas jasa sosial
Membuat DAU dan DAK lebih pro-poorMembuat DAU dan DAK lebih pro-poor
Pro-poor Growth/Development
Usulan WB
61. Fokus PenanggulanganFokus Penanggulangan
KemiskinanKemiskinan
Peningkatan pertumbuhan ekonomi yangPeningkatan pertumbuhan ekonomi yang
berkualitasberkualitas
Usaha padat karya, perdagangan & ekspor, pengembangan UMKMUsaha padat karya, perdagangan & ekspor, pengembangan UMKM
Peningkatan akses terhadapPeningkatan akses terhadap kebutuhan dasarkebutuhan dasar
– Pendidikan, kesehatan (termasuk KB & kesejahteraan ibu)Pendidikan, kesehatan (termasuk KB & kesejahteraan ibu)
– infrastruktur dasarinfrastruktur dasar
– pangan & gizipangan & gizi
Pemberdayaan masyarakat:Pemberdayaan masyarakat: PNPM MandiriPNPM Mandiri
– membuka kesempatanmembuka kesempatan berpartisipasiberpartisipasi (terutama masyarakat miskin)(terutama masyarakat miskin)
dalam prosesdalam proses pembangunanpembangunan
– meningkatkanmeningkatkan peluangpeluang dan posisi tawardan posisi tawar masyarakat miskinmasyarakat miskin
(mengubah pandangan thd masyarakat miskin dari(mengubah pandangan thd masyarakat miskin dari liabilitiesliabilities menjadimenjadi
assets.assets.))
Perbaikan sistem bantuan dan jaminan sosial.Perbaikan sistem bantuan dan jaminan sosial.
PKHPKH
62. Angka kemiskinan (P0=head count) seringAngka kemiskinan (P0=head count) sering
menjadi komoditas politik, digunakan untuk:menjadi komoditas politik, digunakan untuk:
– Menilai kinerja pemerintah (2007 angka kemiskinan turun,Menilai kinerja pemerintah (2007 angka kemiskinan turun,
2008 angka terendah sepanjang 1 dekade terakhir)2008 angka terendah sepanjang 1 dekade terakhir)
– Memberikan argumentasi yg kuat untuk memajukan suatuMemberikan argumentasi yg kuat untuk memajukan suatu
usulan kebijakan (penarikan subsidi, liberalisasi pasar beras,usulan kebijakan (penarikan subsidi, liberalisasi pasar beras,
dsbnya)dsbnya)
– Selalu menjadi target pembangunan (di RPJM)Selalu menjadi target pembangunan (di RPJM)
Padahal angka P0 punya kelemahanPadahal angka P0 punya kelemahan
– Dari pendefinisiannya, tidak menggambarkan defisit danDari pendefinisiannya, tidak menggambarkan defisit dan
keparahan kemiskinan (tdk memenuhi monotonicity &keparahan kemiskinan (tdk memenuhi monotonicity &
transfer axioms)transfer axioms)
– Dari data yg digunakan, tidak menggambarkan kemiskinanDari data yg digunakan, tidak menggambarkan kemiskinan
non-income dan data Susenas tetap punya kelemahannon-income dan data Susenas tetap punya kelemahan
– Perubahan P0 jarang menyentuh kemiskinan kronisPerubahan P0 jarang menyentuh kemiskinan kronis
Oleh karena itu perlu cermat menggunakanOleh karena itu perlu cermat menggunakan
P0P0
Analisis Masalah: Angka
Kemiskinan
65. Distribusi pendapatan atau kemiskinanDistribusi pendapatan atau kemiskinan
relatif sering diabaikan, karena:relatif sering diabaikan, karena:
– Angka menunjukkan perubahan yg tidak berarti dan tidakAngka menunjukkan perubahan yg tidak berarti dan tidak
mencemaskan (lihat angka indeks Gini)mencemaskan (lihat angka indeks Gini)
– Dianggap sebagai hal yang wajar bila pemerataanDianggap sebagai hal yang wajar bila pemerataan
memburuk bila terjadi growth asalkan poverty turunmemburuk bila terjadi growth asalkan poverty turun
– Asumsi akan terjadiAsumsi akan terjadi trickle down effect (t-d-e)trickle down effect (t-d-e)
Padahal:Padahal:
– Ketimpangan pendapatan yang tinggi merupakan sumberKetimpangan pendapatan yang tinggi merupakan sumber
kecemburuan sosial yg bisa berakhir pada gejolak bahkankecemburuan sosial yg bisa berakhir pada gejolak bahkan
revolusi sosialrevolusi sosial
– Penghitungan indeks Gini dan berbagai angka disparitasPenghitungan indeks Gini dan berbagai angka disparitas
belum memadai (coba gunakan pemilikan tanahbelum memadai (coba gunakan pemilikan tanah
pertanian dari Sensus Pertanian atau pemilikan asetpertanian dari Sensus Pertanian atau pemilikan aset
fisik/finansial)fisik/finansial)
– Dualisme mengakibat tdk terjadinya t-d-eDualisme mengakibat tdk terjadinya t-d-e
Analisis Masalah: Kemiskinan
Absolut v.s. Relatif
66. Maka:Maka:
Diperlukan pemahaman yang lebih baikDiperlukan pemahaman yang lebih baik
tentang kemiskinan (absolut dan relatif)tentang kemiskinan (absolut dan relatif)
dengan dimensi yang lebih luas dengandengan dimensi yang lebih luas dengan
memasukkan aspek ruang/spasialmemasukkan aspek ruang/spasial
Diperlukan berbagai pengukuranDiperlukan berbagai pengukuran
tentang kemiskinan yg multidimensitentang kemiskinan yg multidimensi
termasuk yg berbasis “hak”termasuk yg berbasis “hak”
Diperlukan penyusunan strategiDiperlukan penyusunan strategi
penanggulangan kemiskinan ygpenanggulangan kemiskinan yg
berdasarkan fakta yg sebenarnya diberdasarkan fakta yg sebenarnya di
lapanganlapangan
Permasalahan Kemiskinan
di Indonesia
67. Perlu Pemahaman Yg Baik TentangPerlu Pemahaman Yg Baik Tentang
Orang Miskin dan PermasalahannyaOrang Miskin dan Permasalahannya
Sumber: CESS, “Memahami Kemiskinan Kehutanan
69. Dalam melaksanakan reform ygDalam melaksanakan reform yg
dramatis (1987-1995), pemerintahdramatis (1987-1995), pemerintah
dan parlemen Finlandia berpegangdan parlemen Finlandia berpegang
pada falsafah yg dikemukakan olehpada falsafah yg dikemukakan oleh
al-Kindi:al-Kindi:
““We should not shy away from welcomingWe should not shy away from welcoming
and acquiring the truth regardless of where itand acquiring the truth regardless of where it
came from, even if it came from distant racescame from, even if it came from distant races
and nations that are different from us”and nations that are different from us”
Paradigm Shift
70. Hal yg sama dilakukan oleh Moh.Hal yg sama dilakukan oleh Moh.
Yunus (penggagas GrameenYunus (penggagas Grameen
Bank) di Bangladesh:Bank) di Bangladesh:
"What good were all my complex theories"What good were all my complex theories
when people were dying of starvation on thewhen people were dying of starvation on the
sidewalks and porches across from my lecturesidewalks and porches across from my lecture
hall?.... Nothing in the economic theories Ihall?.... Nothing in the economic theories I
taught reflected the life around me."taught reflected the life around me."
Maka ia belajar kepada orangMaka ia belajar kepada orang
miskin:miskin:
““Kami profesor universitas semuanyaKami profesor universitas semuanya
pintar, tetapi kami sama sekali tidak tahupintar, tetapi kami sama sekali tidak tahu
mengenai kemiskinan di sekitar kami. Sejakmengenai kemiskinan di sekitar kami. Sejak
itu saya putuskan kaum papa harus menjadiitu saya putuskan kaum papa harus menjadi
guru saya”guru saya”
Paradigm Shift
71. We Create Our Own WorldWe Create Our Own World
Manusia memilikiManusia memiliki free willfree will
Kita memilih apa yg ingin kita lihat,Kita memilih apa yg ingin kita lihat,
dengar, rasa, dan alamidengar, rasa, dan alami
– Kita selalu berpaling dariKita selalu berpaling dari
pemandangan yg tidak mengenakkanpemandangan yg tidak mengenakkan
– Kita menutup hidung tatkala terciumKita menutup hidung tatkala tercium
bau tidak sedapbau tidak sedap
– Kita memilih menu atau channel TVKita memilih menu atau channel TV
yg ingin kita nikmatiyg ingin kita nikmati
Kita memiliki dunia ilusi yang kitaKita memiliki dunia ilusi yang kita
ciptakan sendiriciptakan sendiri
72. Yang Kita Lihat adalah PersepsiYang Kita Lihat adalah Persepsi
Cahaya dipantulkan oleh objek
dan ditangkap oleh mata, terus
ke retin.
Melalui serat-serat syaraf yg
halus diteruskan ke otak dan
diterjemahkan oleh otak
Sesuai dengan persepsi
individu ybs, objek
didefinisikan.
Apakah ini merupakan fakta
atau kebenaran tersebut?
Misal: suatu kesempatan anda
mengunjungi saudara anda,
dan anda dapati mereka
sedang bertengkar. …..
73. Myopic ViewMyopic View
Akibatnya kita manusia memilikiAkibatnya kita manusia memiliki
keterbatasan dalam mendefinisikanketerbatasan dalam mendefinisikan
permasalahan, keterbatasan dalampermasalahan, keterbatasan dalam
mendapatkan solusi permasalahan, danmendapatkan solusi permasalahan, dan
keterbatasan dalam melihat jangkaketerbatasan dalam melihat jangka
panjang permasalahanpanjang permasalahan
Kebijakan yang disarankan seseorangKebijakan yang disarankan seseorang
cenderung dipengaruhi olehcenderung dipengaruhi oleh
– Apa yg pernah dialaminyaApa yg pernah dialaminya
– Teori/konsep yang pernah dipelajarinyaTeori/konsep yang pernah dipelajarinya
– Model yg dipercayainya valid untuk digunakanModel yg dipercayainya valid untuk digunakan
sebagai alat analisasebagai alat analisa
74. Dikotomi Subjek-ObjekDikotomi Subjek-Objek
Dalam analisa permasalahan selaluDalam analisa permasalahan selalu
dianjurkan adanya dikotomi antaradianjurkan adanya dikotomi antara
subjek-objek untuk terhindar darisubjek-objek untuk terhindar dari
subjektivitassubjektivitas
Namun semakin disadari baik dalam ilmuNamun semakin disadari baik dalam ilmu
alam (fisika dsbnya) maupun ilmu sosialalam (fisika dsbnya) maupun ilmu sosial
(ekonomi dsbnya), bahwa untuk(ekonomi dsbnya), bahwa untuk
mendekatimendekati kebenarankebenaran diperlukandiperlukan
adanya kesatuan antara subjek dan objekadanya kesatuan antara subjek dan objek
Partisipatory research (=objek penelitianPartisipatory research (=objek penelitian
justru menjadi penentu dalam penelitian)justru menjadi penentu dalam penelitian)
semakin dirasakan perlunya dalamsemakin dirasakan perlunya dalam
memahami permasalahan lebih baikmemahami permasalahan lebih baik
75. Manusia sebagai Insan ParipurnaManusia sebagai Insan Paripurna
Hakikat manusia yg terdiri dari body-mind-Hakikat manusia yg terdiri dari body-mind-
spirit (jasmani-jiwa-rohani)spirit (jasmani-jiwa-rohani)
Kebijakan yg dibuat dengan hanyaKebijakan yg dibuat dengan hanya
mengandalkan hakikat manusia sebagaimengandalkan hakikat manusia sebagai
makhluk jasmani (intelektual) saja akanmakhluk jasmani (intelektual) saja akan
kering dan menyengsarakankering dan menyengsarakan
Menyengsarakan artinya jauh dariMenyengsarakan artinya jauh dari
kebenarankebenaran secara hakikisecara hakiki
Karena tidak diikutkan Tuhan dalamKarena tidak diikutkan Tuhan dalam
penyusunannyapenyusunannya jauh dari Tuhan = tidakjauh dari Tuhan = tidak
mdpt ridha-Nyamdpt ridha-Nya
76. ““Kemiskinan merupakan tanggung jawabKemiskinan merupakan tanggung jawab
masyarakat secara bersama-sama”.masyarakat secara bersama-sama”.
Pemerintah, perusahaan swasta, LSM,Pemerintah, perusahaan swasta, LSM,
seluruh lapisan masyarakat bertanggungseluruh lapisan masyarakat bertanggung
jawab dalam penanggulangan kemiskinan.jawab dalam penanggulangan kemiskinan.
– Pemerintah: arah pembangunan yg lebih jelas yaituPemerintah: arah pembangunan yg lebih jelas yaitu
menuju masyarakat egaliter (egaliterian society) ygmenuju masyarakat egaliter (egaliterian society) yg
sejahtera dan berkeadilan. Maka strategisejahtera dan berkeadilan. Maka strategi
pembangunan dibuat berdasarkan tujuan tsb (mis:pembangunan dibuat berdasarkan tujuan tsb (mis:
strategi industri yg membuka lap. Kerja, dsb)strategi industri yg membuka lap. Kerja, dsb)
– Perusahaan swasta: merumuskan dan menjalankanPerusahaan swasta: merumuskan dan menjalankan
corporate social responsibility yg tidak sekedarcorporate social responsibility yg tidak sekedar
memberi “ikan”memberi “ikan”
– LSM: menyuarakan aspirasi orang miskin secaraLSM: menyuarakan aspirasi orang miskin secara
benar, bukan melulu memperjuangkan kepentinganbenar, bukan melulu memperjuangkan kepentingan
dari induk organisasinyadari induk organisasinya
– Masyarakat: turut serta dan berkontribusi dalamMasyarakat: turut serta dan berkontribusi dalam
usaha penanggulangan kemiskinan di lingkungannyausaha penanggulangan kemiskinan di lingkungannya
Berbagai Jalan Penanggulangan
Kemiskinan
77. Pembangunan diarahkan untuk membangunPembangunan diarahkan untuk membangun
“manusia” bukan akumulasi modal/kekayaan,“manusia” bukan akumulasi modal/kekayaan,
sehingga program penanggulangansehingga program penanggulangan
kemiskinan diarahkan untuk membangunkemiskinan diarahkan untuk membangun
“manusia miskinnya” dengan pemberdayaan“manusia miskinnya” dengan pemberdayaan
yg inisiatifnya dari bawah (bottom-up).yg inisiatifnya dari bawah (bottom-up).
Untuk orang miskin, koperasi sebagai bentukUntuk orang miskin, koperasi sebagai bentuk
usaha bersama dalam meningkatkan tarafusaha bersama dalam meningkatkan taraf
dan kualitas hidup anggotanya perludan kualitas hidup anggotanya perlu
digalakkan, tetapi tidak dengan pola KUD ygdigalakkan, tetapi tidak dengan pola KUD yg
sebenarnya bukanlah bangun usaha koperasi.sebenarnya bukanlah bangun usaha koperasi.
Secara umum, diperlukan pemahaman yangSecara umum, diperlukan pemahaman yang
lebih baik dan komprehensif tentanglebih baik dan komprehensif tentang
penyebab kemiskinan dan berbagai langkahpenyebab kemiskinan dan berbagai langkah
yg dapat diambil untuk menanggulangiyg dapat diambil untuk menanggulangi
kemiskinan.kemiskinan.
Berbagai Jalan Penanggulangan
Kemiskinan
According to the World Bank (2004), &quot;[p]overty is hunger. Poverty is lack of
shelter. Poverty is being sick and not being able to see a doctor. Poverty is not
having access to school and not knowing how to read. Poverty is not having a job,
is fear for the future, living one day at a time. Poverty is losing a child to illness
brought about by unclean water. Poverty is powerlessness, lack of representation
and freedom. &quot;
Misalnya dianalisa, berapa persen pendapatan diterima oleh 10% RT berpendapatan terendah, dan seberapa miskin kelompok ini dibandingkan dengan 10% berpendapatan tertinggi. Seberapa merata atau tidak meratanya pendapatan didistribusikan antar masyarakat.
Functional dist of income: Ricardo (1817) membagi pendapatan nasional ke dalam 3 kelompok (upah imbalan TK, keuntungan imbalan Modal, dan sewa imbalan Tanah). Analisanya: bagaimana pendapatan nasional didistribusikan antara ketiga pemilik faktor produksi ini (labourers, capitalists, dan landlords) dengan analisa distribusi fungsional antar ke-3 faktor. Diprediksinya bahwa ketidakmerataan terjadi dalam proses pertumbuhan dengan terjadinya pemupukan modal di industri modern karena bagian terbesar pend nasional jatuh ke tangan landlords yg kaya (elite tradisional di Inggris waktu itu).
Limapuluh tahun kemudian Marx memprediksi ketidakmerataan yang semakin tinggi pada proses pembangunan yang bersifat kapitalistik. Marx melakukan analisa distribusi fungsional antara 2 faktor (labor dan modal). Terjadi kosentrasi kekayaan pada kapitalis karena distribusi pendapatan nasional lebih besar untuk keuntungan modal ketimbang upah tenaga kerja.
Pada zaman sekarang pegawai bukan hanya memiliki tenaga kerja, tetapi juga intangible assets (knowledge dan skill) yang terakumulasi melalui investasi modal manusia. Oleh karena itu perubahan distribusi pendapatan dalam proses pembangunan tidak lagi bisa dianalisa melalui functional distribusian semata. Perlu pula dilakukan analisa size distribution yaitu melakukan pembandingan tingkat kesejahteraan/income antar individu atau rumah tangga (lazimnya RT).
According to the World Bank (2004), &quot;[p]overty is hunger. Poverty is lack of
shelter. Poverty is being sick and not being able to see a doctor. Poverty is not
having access to school and not knowing how to read. Poverty is not having a job,
is fear for the future, living one day at a time. Poverty is losing a child to illness
brought about by unclean water. Poverty is powerlessness, lack of representation
and freedom. &quot;
According to the World Bank (2004), &quot;[p]overty is hunger. Poverty is lack of
shelter. Poverty is being sick and not being able to see a doctor. Poverty is not
having access to school and not knowing how to read. Poverty is not having a job,
is fear for the future, living one day at a time. Poverty is losing a child to illness
brought about by unclean water. Poverty is powerlessness, lack of representation
and freedom. &quot;
According to the World Bank (2004), &quot;[p]overty is hunger. Poverty is lack of
shelter. Poverty is being sick and not being able to see a doctor. Poverty is not
having access to school and not knowing how to read. Poverty is not having a job,
is fear for the future, living one day at a time. Poverty is losing a child to illness
brought about by unclean water. Poverty is powerlessness, lack of representation
and freedom. &quot;
Maka muncul istilah:
Kemiskinan ekonomi (Economic poverty and inequality)
Kemiskinan Kesehatan/Nutrisi (Health and nutrition poverty and inequality)
Kemiskinan pendidikan (education poverty and inequality)
Income vs consumption as the indicator of well-being (kesejahteraan):
Konsumsi lebih baik dari pendapatan karena konsumsi aktual/sebenarnya sangat mendekati tingkat kesejahteraan karena konsumsi menggambarkan akses dan ketersediaan yang tidak digambarkan oleh pendapatan
Konsumsi lebih bisa dicatat ketimbang pendapatan. Pada masyarakat pertanian di desan dan informal di kota, pendapatan berfluktuasi sekali sehingga sulit diingat oleh rumah tangga, sehingga informasi pendapatan kualitasnya tidak dapat dipertanggungjawabkan. Juga cukup banyak pendapatan yang tidak dapat dimonetisasi (barter, transfer, own-consumption).
Konsumsi lebih merefleksikan standar kehidupan rumah tangga dan kemampuan pemenuhan kebutuhan dasar. Dalam konsumsi tercakup bukan hanya barang dan jasa yang dibutuhkan tetapi juga akses ke kredit (ngutang di warung dsbnya) walaupun pendapatan lebih kecil atau negatif.
Walaupun, ada beberapa keuntungan menggunakan data pendapatan untuk mengukur kemiskinan dan pemerataan:
Memungkinkan melakukan analisa terhadap berbagai sumber pendapatan (gaji, transfer, keuntungan investasi, bunga tabungan, dsbnya)
Bila baik konsumsi maupun pendapatan tersedia, peneliti dapat melakukan perbandingan antara keduanya dengan menganalisa sensitifitas dalam memilih antara satu (misalnya membuat matriks transisi). Salah satu contoh matriks transisi adalah dengan menggunakan decile.
Dimensi lain dari kemiskinan dan pemerataan ditunjukkan oleh berbagai indikator non-moneter yang sebagian bisa dikuantifisir seperti illiteracy rate, morbidity, school enrollment, dsbnya. Namun banyak aspek lain dari kemiskinan dan pemerataan yang tidak mudah untuk dikuantifisir seperti powerlessness, keterasingan sosial, low self esteem, insecurity, dsbnya.
Jadi, ketiga-tiga ukuran diperlukan untuk menggambarkan prevalensi, jurang, dan keparahan kemiskinan. Semakin tinggi bobot yang diberikan pada si yg lebih miskin di dalam kelompok miskin ketimbang yang lebih tidak miskin, semakin penting distribusi pendapatan antar kelompok miskin tsb. Hal ini digambarkan oleh FGT indeks yaitu bila alpha 2 atau lebih.
Indeks FGT menggambarkan poverty incidence, depth, and severity. P0 (head
Indeks FGT menggambarkan poverty incidence, depth, and severity. P0 (head
Range 0≤GI≤1, Distribusi timpang bila GI&gt;0,5; distribusi moderat 0,3≤GI≤0,5
Range 0≤GI≤1, Distribusi timpang bila GI&gt;0,5; distribusi moderat 0,3≤GI≤0,5
In David Ricardo, “The Principle of Political Economy and Taxation”, 1817:
Sektor: pertanian dan industri
Asumsi: 1. Pertanian mengalami diminishing returns
2. Labor surplus, industri dpt menarik penganggur di pertanian tanpa terjadi kenaikan upah
Prediksi:
Impor makanan diperlukan untuk revolusi industri di Inggris saat itu.
Prediksi Ricardo salah: Rent (income kpd landlord) sharenya tdk naik thd national income di hampir semua negara industrial, namun tetap kecil. Profit (income kapitalis) juga tidak berkurang. Dan upah tidak ditekan di bawah subsisten level malah meningkat. Salah satu penyebab mengapa tidak, karena Inggris menganut free-trade saat itu seperti yang diharapkan Ricardo. Namun walaupun tidak perubahan teknologi yang terjadi saat itu akan menutupi adanya diminishing return, sehingga meningkatkan produksi makanan
In David Ricardo, “The Principle of Political Economy and Taxation”, 1817:
Sektor: pertanian dan industri
Asumsi: 1. Pertanian mengalami diminishing returns
2. Labor surplus, industri dpt menarik penganggur di pertanian tanpa terjadi kenaikan upah
Prediksi:
Impor makanan diperlukan untuk revolusi industri di Inggris saat itu.
Prediksi Ricardo salah: Rent (income kpd landlord) sharenya tdk naik thd national income di hampir semua negara industrial, namun tetap kecil. Profit (income kapitalis) juga tidak berkurang. Dan upah tidak ditekan di bawah subsisten level malah meningkat. Salah satu penyebab mengapa tidak, karena Inggris menganut free-trade saat itu seperti yang diharapkan Ricardo. Namun walaupun tidak perubahan teknologi yang terjadi saat itu akan menutupi adanya diminishing return, sehingga meningkatkan produksi makanan
In David Ricardo, “The Principle of Political Economy and Taxation”, 1817:
Sektor: pertanian dan industri
Asumsi: 1. Pertanian mengalami diminishing returns
2. Labor surplus, industri dpt menarik penganggur di pertanian tanpa terjadi kenaikan upah
Prediksi:
Impor makanan diperlukan untuk revolusi industri di Inggris saat itu.
Prediksi Ricardo salah: Rent (income kpd landlord) sharenya tdk naik thd national income di hampir semua negara industrial, namun tetap kecil. Profit (income kapitalis) juga tidak berkurang. Dan upah tidak ditekan di bawah subsisten level malah meningkat. Salah satu penyebab mengapa tidak, karena Inggris menganut free-trade saat itu seperti yang diharapkan Ricardo. Namun walaupun tidak perubahan teknologi yang terjadi saat itu akan menutupi adanya diminishing return, sehingga meningkatkan produksi makanan
marginal productivity of distribution
(1899)
First formulated by American economist John Bates Clark (1847-1938), marginal productivity theory of distribution shows how capital or labor will be sought until the marginal revenue from employing either is equal to its marginal cost.
Marginal productivity theory of distribution deals principally with demand for factors of production and disregards the supply side.
Marginal revenue productivity theory of wages
From Wikipedia, the free encyclopedia
(Redirected from Marginal productivity)
Jump to: navigation, search
Marginal revenue productivity theory of wages, also referred to as the marginal revenue product of labor, is the change in total revenue earned by a firm that results from employing one more unit of labor. It is a neoclassical model that determines, under some conditions, the optimal number of workers to employ at an exogenously determined market wage rate.
The marginal revenue product (MRP) of a worker is equal to the product of the marginal product of labor (MP) and the marginal revenue (MR), given by MR.MP = MRP. The theory states that workers will be hired up to the point where the Marginal Revenue Product is equal to the wage rate by a maximizing firm because it is not efficient for a firm to pay its workers more than it will earn in profits from their labor.
Marginal revenue productivity theory of wages
Marginal revenue productivity theory of wages, also referred to as the marginal revenue product of labor, is the change in total revenue earned by a firm that results from employing one more unit of labor. It is a neoclassical model that determines, under some conditions, the optimal number of workers to employ at an exogenously determined market wage rate.
The marginal revenue product (MRP) of a worker is equal to the product of the marginal product of labor (MP) and the marginal revenue (MR), given by MR.MP = MRP. The theory states that workers will be hired up to the point where the Marginal Revenue Product is equal to the wage rate because it is not efficient for a firm to pay its workers more than it will earn in profits from their labor.
To characterise the poor in the study areas, a probability model is used in which the chances of falling below the poverty line are linked to household and geographical characteristics, which may at the same time be poverty generating factors.
Given the dependent variable of main interest that a household may be classified as poor or non-poor, a binary logit model can be used for the analysis of the data. Consider that a household is poor (Y=1) if per capita household food consumption is less than 2300 kcal per day or non-poor (Y=0) if the food consumption shortfall is less than or equal to zero. A set of factors, mentioned elsewhere, gathered in a vector X, could explain the response so that:
Yi* = X’i + ui
Ethiopia is among the bottom of the least-developed countries (LDCs). Its per capita income, which is currently estimated to be US$110 is among the lowest of LDCs, and its reliance on agriculture is among the highest in the group. Poverty in Ethiopia is widespread and multifaceted. Life expectancy at birth is 50 years, infant mortality and child mortality rates are 118 and 173 per 1000 live births, respectively, illiteracy rate is about 75% for females and 55% for males, and gross enrolment ratio at primary level of education is 23%.
Ethiopia is among the bottom of the least-developed countries (LDCs). Its per capita income, which is currently estimated to be US$110 is among the lowest of LDCs, and its reliance on agriculture is among the highest in the group. Poverty in Ethiopia is widespread and multifaceted. Life expectancy at birth is 50 years, infant mortality and child mortality rates are 118 and 173 per 1000 live births, respectively, illiteracy rate is about 75% for females and 55% for males, and gross enrolment ratio at primary level of education is 23%.
The analysis of determinants of poverty can provide meaningful insight about various poverty-generating factors and the relevance of various policies, such as the feasibility of using targeting devices. For the purpose of analysing determinants of poverty, household poverty is hypothesised to be a function of a household’s resource endowment (i.e., land size, land quality, labour, oxen, etc.), gender, age, and education of the household head, composition and size of the household as well as the prevailing physical environment.
The maximum likelihood binary logit regression models have been estimated considering whether a household is poor or non-poor as a response variable. As the data from the three districts are pooled together, in addition to the household characteristics and welfare indicators, a set of dummy variables are included to control for regional locations. The omitted category is Merhabete.
Table 3 regresses the binary response variable, being poor (Prob(P=1)), and presents results of the binary logit. A glance at the results verifies that most of the explanatory variables in the model have the signs that conform to our prior expectations. It is also evident that most of the variables are statistically significant at 10% or lower level. Employing both criteria, the results from the pooled data across regions highlights the importance of household resource endowment in determining poverty. Land holding per adult equivalent and ownership of oxen are both significant in determining the probability of a household to be poor. Household characteristics such as household size and composition have the desired signs but their effect is not found to be statistically significant. This weak association reflects the fact that in rural Ethiopia children, even at the age of six years, contribute to the household labour force and so to its production capacity. Looking after livestock and participating in weeding are among the prime activities of boys; where as fetching water and fuel wood gathering are among the traditional responsibilities of girls.
The probability of a household being poor tends to diminish as age of the household head increases using per capita household calorie consumption. This can be explained by firstly, asset ownership tends to increase with age; and secondly, the composition of the family changes in time, as those children grow up and either can contribute labour force to various farm activities or leave the household. But note that the sign of the coefficient corresponding to age of household changes when per capita household expenditure is considered to define the poverty line and used as a response variable in the logit model implying that aged household heads have less to spend on household consumption.
The coefficient associated with gender of the household head, apparent in Table 3, could be worth mentioning, given the standard presumptions. While the probability of being poor for male-headed households is higher than the female-headed households employing the per capita food energy consumption, female-headed households have higher incidence of poverty if household consumption expenditure is considered as a criteria, although the coefficient is not statistically significant (P &gt; 0.10) in the latter case. That means, male-headed households have better capacity to comply with the minimum consumption expenditure required to meet the requirements, but fail to realise it in terms of actual food consumption.
The coefficient on education reflects the prime role that human capital plays in determining poverty. In fact, education is an important dimension of poverty itself, when poverty is broadly defined to include shortage of capabilities and knowledge deprivation. It has important effect on the poor children’s chance to escape from poverty in their adult age and plays a catalytic role for those who are most likely to be poor, particularly those households living in rural communities. Education is expected to lead to increased earning potential and improve occupational and geographic mobility of labour. Therefore, it deserves an important place in formulating poverty reduction strategy.
Statistically significant estimates associated with dummy variables for spatial locations imply that households in the three districts differ in their natural resource endowment and other productivity enhancing factors, such as basic infrastructure so that households with similar characteristics in Merhabete experience a higher risk of poverty than those in Alemaya or in Hitosa.
Cara lama 1996: HCI=11,8; Jml yg miskin=22,5juta
Perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode 1996-2006 berfluktuasi dengan kecenderungan menurun pada periode 2000-2005.
Pada periode 1996-1999 jumlah penduduk miskin meningkat sebesar 13,96 juta karena krisis ekonomi. Pada periode 1999-20005 terjadi penurunan jumlah penduduk miskin.
Pada Februari 2005-Maret 2006 terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin akibat kenaikan harga minyak dunia sebanyak 2 kali selama tahun 2005 dan mengharuskan pemerintah mengurangi subsidi BBM. Hal ini juga memicu kenaikan inflasi yang pada periode Februari 2005-Maret 2006 tercatat sebesar 17,95% dan mengakibatkan membubungnya harga-harga kebutuhan pokok. Akibatnya, garis kemiskinan, yang terdiri atas komponen makanan dan bukan makanan, naik 18,39% dari Rp. 129.108 per kapita menjadi Rp. 152.847.
Penambahan jumlah penduduk miskin selama periode Feb 2005-Maret 2006 terjadi karena adanya pergeseran penduduk yang penghasilannya berada tidak jauh dari garis kemiskinan, yaitu kelompok penduduk miskin sementara (transient poor). Pada periode Februari 2005-Maret 2006, sekitar 30,29% penduduk hampir miskin, 11,82% penduduk hampir tidak miskin, dan 2,29% penduduk tidak miskin jatuh menjadi miskin. Akibatnya, pada bulan Maret 2006, jumlah penduduk miskin tercatat sebesar 39,1 juta, yang berasal dari 19,8 juta penduduk miskin lama, 9,9 juta penduduk hampir miskin, 7,3 juta penduduk hampir tidak miskin dan 2,1 juta penduduk tidak miskin.
Maka muncul istilah:
Kemiskinan ekonomi (Economic poverty and inequality)
Kemiskinan Kesehatan/Nutrisi (Health and nutrition poverty and inequality)
Kemiskinan pendidikan (education poverty and inequality)
Income vs consumption as the indicator of well-being (kesejahteraan):
Konsumsi lebih baik dari pendapatan karena konsumsi aktual/sebenarnya sangat mendekati tingkat kesejahteraan karena konsumsi menggambarkan akses dan ketersediaan yang tidak digambarkan oleh pendapatan
Konsumsi lebih bisa dicatat ketimbang pendapatan. Pada masyarakat pertanian di desan dan informal di kota, pendapatan berfluktuasi sekali sehingga sulit diingat oleh rumah tangga, sehingga informasi pendapatan kualitasnya tidak dapat dipertanggungjawabkan. Juga cukup banyak pendapatan yang tidak dapat dimonetisasi (barter, transfer, own-consumption).
Konsumsi lebih merefleksikan standar kehidupan rumah tangga dan kemampuan pemenuhan kebutuhan dasar. Dalam konsumsi tercakup bukan hanya barang dan jasa yang dibutuhkan tetapi juga akses ke kredit (ngutang di warung dsbnya) walaupun pendapatan lebih kecil atau negatif.
Walaupun, ada beberapa keuntungan menggunakan data pendapatan untuk mengukur kemiskinan dan pemerataan:
Memungkinkan melakukan analisa terhadap berbagai sumber pendapatan (gaji, transfer, keuntungan investasi, bunga tabungan, dsbnya)
Bila baik konsumsi maupun pendapatan tersedia, peneliti dapat melakukan perbandingan antara keduanya dengan menganalisa sensitifitas dalam memilih antara satu (misalnya membuat matriks transisi). Salah satu contoh matriks transisi adalah dengan menggunakan decile.
Dimensi lain dari kemiskinan dan pemerataan ditunjukkan oleh berbagai indikator non-moneter yang sebagian bisa dikuantifisir seperti illiteracy rate, morbidity, school enrollment, dsbnya. Namun banyak aspek lain dari kemiskinan dan pemerataan yang tidak mudah untuk dikuantifisir seperti powerlessness, keterasingan sosial, low self esteem, insecurity, dsbnya.
Pada tahun 1994, setiap satu persen pertumbuhan ekonomi mampu menyerap hingga 400 ribu tenaga kerja, namun 10 tahun kemudian yakni pada tahun 2004, setiap satu persen pertumbuhan ekonomi hanya mampu menyerap tenaga kerja kurang dari 200 ribu jiwa. Bahkan untuk tahun 2006, setiap satu persen pertumbuhan ekonomi hanya menyerap tenaga kerja tidak lebih dari 50 ribu jiwa.
Angkatan kerja baru pertahun 2,5 juta jiwa. Jadi dengan pertumbuhan 5% masih ada 1,5 juta tambahan penganggur tiap tahun
Maka muncul istilah:
Kemiskinan ekonomi (Economic poverty and inequality)
Kemiskinan Kesehatan/Nutrisi (Health and nutrition poverty and inequality)
Kemiskinan pendidikan (education poverty and inequality)
Income vs consumption as the indicator of well-being (kesejahteraan):
Konsumsi lebih baik dari pendapatan karena konsumsi aktual/sebenarnya sangat mendekati tingkat kesejahteraan karena konsumsi menggambarkan akses dan ketersediaan yang tidak digambarkan oleh pendapatan
Konsumsi lebih bisa dicatat ketimbang pendapatan. Pada masyarakat pertanian di desan dan informal di kota, pendapatan berfluktuasi sekali sehingga sulit diingat oleh rumah tangga, sehingga informasi pendapatan kualitasnya tidak dapat dipertanggungjawabkan. Juga cukup banyak pendapatan yang tidak dapat dimonetisasi (barter, transfer, own-consumption).
Konsumsi lebih merefleksikan standar kehidupan rumah tangga dan kemampuan pemenuhan kebutuhan dasar. Dalam konsumsi tercakup bukan hanya barang dan jasa yang dibutuhkan tetapi juga akses ke kredit (ngutang di warung dsbnya) walaupun pendapatan lebih kecil atau negatif.
Walaupun, ada beberapa keuntungan menggunakan data pendapatan untuk mengukur kemiskinan dan pemerataan:
Memungkinkan melakukan analisa terhadap berbagai sumber pendapatan (gaji, transfer, keuntungan investasi, bunga tabungan, dsbnya)
Bila baik konsumsi maupun pendapatan tersedia, peneliti dapat melakukan perbandingan antara keduanya dengan menganalisa sensitifitas dalam memilih antara satu (misalnya membuat matriks transisi). Salah satu contoh matriks transisi adalah dengan menggunakan decile.
Dimensi lain dari kemiskinan dan pemerataan ditunjukkan oleh berbagai indikator non-moneter yang sebagian bisa dikuantifisir seperti illiteracy rate, morbidity, school enrollment, dsbnya. Namun banyak aspek lain dari kemiskinan dan pemerataan yang tidak mudah untuk dikuantifisir seperti powerlessness, keterasingan sosial, low self esteem, insecurity, dsbnya.
Maka muncul istilah:
Kemiskinan ekonomi (Economic poverty and inequality)
Kemiskinan Kesehatan/Nutrisi (Health and nutrition poverty and inequality)
Kemiskinan pendidikan (education poverty and inequality)
Income vs consumption as the indicator of well-being (kesejahteraan):
Konsumsi lebih baik dari pendapatan karena konsumsi aktual/sebenarnya sangat mendekati tingkat kesejahteraan karena konsumsi menggambarkan akses dan ketersediaan yang tidak digambarkan oleh pendapatan
Konsumsi lebih bisa dicatat ketimbang pendapatan. Pada masyarakat pertanian di desan dan informal di kota, pendapatan berfluktuasi sekali sehingga sulit diingat oleh rumah tangga, sehingga informasi pendapatan kualitasnya tidak dapat dipertanggungjawabkan. Juga cukup banyak pendapatan yang tidak dapat dimonetisasi (barter, transfer, own-consumption).
Konsumsi lebih merefleksikan standar kehidupan rumah tangga dan kemampuan pemenuhan kebutuhan dasar. Dalam konsumsi tercakup bukan hanya barang dan jasa yang dibutuhkan tetapi juga akses ke kredit (ngutang di warung dsbnya) walaupun pendapatan lebih kecil atau negatif.
Walaupun, ada beberapa keuntungan menggunakan data pendapatan untuk mengukur kemiskinan dan pemerataan:
Memungkinkan melakukan analisa terhadap berbagai sumber pendapatan (gaji, transfer, keuntungan investasi, bunga tabungan, dsbnya)
Bila baik konsumsi maupun pendapatan tersedia, peneliti dapat melakukan perbandingan antara keduanya dengan menganalisa sensitifitas dalam memilih antara satu (misalnya membuat matriks transisi). Salah satu contoh matriks transisi adalah dengan menggunakan decile.
Dimensi lain dari kemiskinan dan pemerataan ditunjukkan oleh berbagai indikator non-moneter yang sebagian bisa dikuantifisir seperti illiteracy rate, morbidity, school enrollment, dsbnya. Namun banyak aspek lain dari kemiskinan dan pemerataan yang tidak mudah untuk dikuantifisir seperti powerlessness, keterasingan sosial, low self esteem, insecurity, dsbnya.
Maka muncul istilah:
Kemiskinan ekonomi (Economic poverty and inequality)
Kemiskinan Kesehatan/Nutrisi (Health and nutrition poverty and inequality)
Kemiskinan pendidikan (education poverty and inequality)
Income vs consumption as the indicator of well-being (kesejahteraan):
Konsumsi lebih baik dari pendapatan karena konsumsi aktual/sebenarnya sangat mendekati tingkat kesejahteraan karena konsumsi menggambarkan akses dan ketersediaan yang tidak digambarkan oleh pendapatan
Konsumsi lebih bisa dicatat ketimbang pendapatan. Pada masyarakat pertanian di desan dan informal di kota, pendapatan berfluktuasi sekali sehingga sulit diingat oleh rumah tangga, sehingga informasi pendapatan kualitasnya tidak dapat dipertanggungjawabkan. Juga cukup banyak pendapatan yang tidak dapat dimonetisasi (barter, transfer, own-consumption).
Konsumsi lebih merefleksikan standar kehidupan rumah tangga dan kemampuan pemenuhan kebutuhan dasar. Dalam konsumsi tercakup bukan hanya barang dan jasa yang dibutuhkan tetapi juga akses ke kredit (ngutang di warung dsbnya) walaupun pendapatan lebih kecil atau negatif.
Walaupun, ada beberapa keuntungan menggunakan data pendapatan untuk mengukur kemiskinan dan pemerataan:
Memungkinkan melakukan analisa terhadap berbagai sumber pendapatan (gaji, transfer, keuntungan investasi, bunga tabungan, dsbnya)
Bila baik konsumsi maupun pendapatan tersedia, peneliti dapat melakukan perbandingan antara keduanya dengan menganalisa sensitifitas dalam memilih antara satu (misalnya membuat matriks transisi). Salah satu contoh matriks transisi adalah dengan menggunakan decile.
Dimensi lain dari kemiskinan dan pemerataan ditunjukkan oleh berbagai indikator non-moneter yang sebagian bisa dikuantifisir seperti illiteracy rate, morbidity, school enrollment, dsbnya. Namun banyak aspek lain dari kemiskinan dan pemerataan yang tidak mudah untuk dikuantifisir seperti powerlessness, keterasingan sosial, low self esteem, insecurity, dsbnya.
Maka muncul istilah:
Kemiskinan ekonomi (Economic poverty and inequality)
Kemiskinan Kesehatan/Nutrisi (Health and nutrition poverty and inequality)
Kemiskinan pendidikan (education poverty and inequality)
Income vs consumption as the indicator of well-being (kesejahteraan):
Konsumsi lebih baik dari pendapatan karena konsumsi aktual/sebenarnya sangat mendekati tingkat kesejahteraan karena konsumsi menggambarkan akses dan ketersediaan yang tidak digambarkan oleh pendapatan
Konsumsi lebih bisa dicatat ketimbang pendapatan. Pada masyarakat pertanian di desan dan informal di kota, pendapatan berfluktuasi sekali sehingga sulit diingat oleh rumah tangga, sehingga informasi pendapatan kualitasnya tidak dapat dipertanggungjawabkan. Juga cukup banyak pendapatan yang tidak dapat dimonetisasi (barter, transfer, own-consumption).
Konsumsi lebih merefleksikan standar kehidupan rumah tangga dan kemampuan pemenuhan kebutuhan dasar. Dalam konsumsi tercakup bukan hanya barang dan jasa yang dibutuhkan tetapi juga akses ke kredit (ngutang di warung dsbnya) walaupun pendapatan lebih kecil atau negatif.
Walaupun, ada beberapa keuntungan menggunakan data pendapatan untuk mengukur kemiskinan dan pemerataan:
Memungkinkan melakukan analisa terhadap berbagai sumber pendapatan (gaji, transfer, keuntungan investasi, bunga tabungan, dsbnya)
Bila baik konsumsi maupun pendapatan tersedia, peneliti dapat melakukan perbandingan antara keduanya dengan menganalisa sensitifitas dalam memilih antara satu (misalnya membuat matriks transisi). Salah satu contoh matriks transisi adalah dengan menggunakan decile.
Dimensi lain dari kemiskinan dan pemerataan ditunjukkan oleh berbagai indikator non-moneter yang sebagian bisa dikuantifisir seperti illiteracy rate, morbidity, school enrollment, dsbnya. Namun banyak aspek lain dari kemiskinan dan pemerataan yang tidak mudah untuk dikuantifisir seperti powerlessness, keterasingan sosial, low self esteem, insecurity, dsbnya.
Maka muncul istilah:
Kemiskinan ekonomi (Economic poverty and inequality)
Kemiskinan Kesehatan/Nutrisi (Health and nutrition poverty and inequality)
Kemiskinan pendidikan (education poverty and inequality)
Income vs consumption as the indicator of well-being (kesejahteraan):
Konsumsi lebih baik dari pendapatan karena konsumsi aktual/sebenarnya sangat mendekati tingkat kesejahteraan karena konsumsi menggambarkan akses dan ketersediaan yang tidak digambarkan oleh pendapatan
Konsumsi lebih bisa dicatat ketimbang pendapatan. Pada masyarakat pertanian di desan dan informal di kota, pendapatan berfluktuasi sekali sehingga sulit diingat oleh rumah tangga, sehingga informasi pendapatan kualitasnya tidak dapat dipertanggungjawabkan. Juga cukup banyak pendapatan yang tidak dapat dimonetisasi (barter, transfer, own-consumption).
Konsumsi lebih merefleksikan standar kehidupan rumah tangga dan kemampuan pemenuhan kebutuhan dasar. Dalam konsumsi tercakup bukan hanya barang dan jasa yang dibutuhkan tetapi juga akses ke kredit (ngutang di warung dsbnya) walaupun pendapatan lebih kecil atau negatif.
Walaupun, ada beberapa keuntungan menggunakan data pendapatan untuk mengukur kemiskinan dan pemerataan:
Memungkinkan melakukan analisa terhadap berbagai sumber pendapatan (gaji, transfer, keuntungan investasi, bunga tabungan, dsbnya)
Bila baik konsumsi maupun pendapatan tersedia, peneliti dapat melakukan perbandingan antara keduanya dengan menganalisa sensitifitas dalam memilih antara satu (misalnya membuat matriks transisi). Salah satu contoh matriks transisi adalah dengan menggunakan decile.
Dimensi lain dari kemiskinan dan pemerataan ditunjukkan oleh berbagai indikator non-moneter yang sebagian bisa dikuantifisir seperti illiteracy rate, morbidity, school enrollment, dsbnya. Namun banyak aspek lain dari kemiskinan dan pemerataan yang tidak mudah untuk dikuantifisir seperti powerlessness, keterasingan sosial, low self esteem, insecurity, dsbnya.
Finland deep recession 1991-93, dan masih sosialis sampai 1990.
Jika persepsi anda tidak baik, fakta ini akan membawa anda untuk menyimpulkan bahwa saudara anda tersebut tidak rukun, sering cekcok. Padahal kebetulan saja mereka sedang ada masalah besar saat tsb, Sedangkan bagi anak-anak mereka yang sehari-harinya selalu bersama saudara anda menyatakan bahwa mereka adalah pasangan yg rukun dan romantis,karena kebanyakan justru mereka membina hubungan yg harmonis.
Broadening = perluasan keterkaitan dan interaksi secara geografis yg melewati batas-batas negara dan masyarakat
Deepening = peningkatan frekuensi dan intensitas dari interaksi antar negara dan masyarakat di dunia
Ditambah:
- Pecahnya blok Soviet sehingga sistem ekonomi kapitalistik menyebar ke seluruh dunia
- Peranan MNC yg menhasilkan FDI, trade, dan teknologi
- Int’l ec org’n menjadi umum dalam keanggotaan
Ada perbedaan pendapat yg mencolok dalam melihat proses globalisasi:
- Menekankan berlanjutnya peran negara yg semakin penting dan mempertanyakan apakah benar globalisasi meningkat (kaum realis/merkantilis)
-
Broadening = perluasan keterkaitan dan interaksi secara geografis yg melewati batas-batas negara dan masyarakat
Deepening = peningkatan frekuensi dan intensitas dari interaksi antar negara dan masyarakat di dunia
Ditambah:
- Pecahnya blok Soviet sehingga sistem ekonomi kapitalistik menyebar ke seluruh dunia
- Peranan MNC yg menhasilkan FDI, trade, dan teknologi
- Int’l ec org’n menjadi umum dalam keanggotaan
Ada perbedaan pendapat yg mencolok dalam melihat proses globalisasi:
- Menekankan berlanjutnya peran negara yg semakin penting dan mempertanyakan apakah benar globalisasi meningkat (kaum realis/merkantilis)
-